HADIST III
Disusun Oleh:
1. Haikal Fathurridho 21113031
FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
UNIVERSITAS ISLAM KH RUHIYAT CIPASUNG (UNIK)
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah etika dan profesi
keguruan dengan sub, tema Peran Guru dalam Bimbingan Konseling. Dan semoga sholawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Kami mengakui bahwa kami hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan,
oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna begitu pula
dengan makalah ini. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam
penulisan makalah ini. Kami melakukan semaksimal mungkin dan dengan kemampuan yang
kami miliki.
Dengan menyelesaikan makalah ini kami berharap dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan
semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita dalam memahami peran guru dalam
bimbingan konseling.
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..............................................................................................................12
B. Penutupan ................................................................................................................12
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling
Mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan konseling memberikan
pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka sajikan
memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan.
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan
diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi
hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua
orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus
yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan
yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
(Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan
profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya
bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua
orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan
terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi
dirinya.
Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
(face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada,
sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang
lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
1
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling memiliki tujuan sebagai berikut
(Balitbang, 2006:16):
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan peserta
didik di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh peserta didik seoptimal
mungkin.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.
4. Mengetahui hambatan dan kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat.
Bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar
masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi
yang utuh dan mandiri. Adapun fungsi-fungsi bimbingan dan konseling dijelaskan sebagai
berikut (Hallen, 2003:60):
a. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan peserta didik.
b. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin
timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan,
kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi Pengentasan
Melalui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan konseling akan
menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh
peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha membantu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya maupun
bentuknya.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi
positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan
berkelanjutan.
e. Fungsi Advokasi
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan
seluruh potensi secara optimal.
Menurut Prayetno (2009:115), asas-asas bimbingan dan konseling yaitu asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, alih tangan dan tut wuri handayani. Adapun penjelasan mengenai
asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asas Kerahasiaan. Asas kerahasiaan ini menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan. Dalam hal ini
1
guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
2. Asas Kesukarelaan. Jika asas kerahasiaan benar-benar sudah tertanam pada diri siswa
atau klien, maka sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan
dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta
bimbingan.
3. Asas Keterbukaan. Bimbingan dan konseling yang efisien hanya berlangsung dalam
suasana keterbukaan. Baik klien maupun konselor harus bersifat terbuka. Keterbukaan ini
bukan hanya sekadar berarti bersedia menerima saran-saran dari luar tetapi dalam hal ini
lebih penting dari masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.
4. Asas Kekinian. Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah yang sedang
dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan bukan masalah yang akan dialami
masa mendatang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh
menunda-nunda pemberian bantuan. Dia harus mendahulukan kepentingan klien dari
pada yang lain.
5. Asas Kemandirian. Dalam memberikan layanan pembimbing hendaklah selalu
menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan sampai orang yang
dibimbing itu menjadi tergantung kepada orang lain, khususnya para pembimbing/
konselor.
6. Asas Kegiatan. Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang
tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai
tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya
tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan.
7. Asas Kedinamisan. Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya
perubahan dalam individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik. Perubahan tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat
monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang
lebih maju.
8. Asas Keterpaduan. Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai aspek
individu yang dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki
berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu justru akan menimbulkan
masalah.
9. Asas Kenormatifan. Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma
hukum/negara, norma ilmu ataupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini
diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
10. Asas Keahlian. Usaha layanan bimbingan dan konseling secara teratur, sistematik dan
dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu
mendapatkan latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan
usaha pemberian layanan.
11. Asas Alih tangan. Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas bimbingan dan
konseling sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien belum
dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka petugas ini mengalih-tangankan klien
tersebut kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.
12. Asas Tutwuri handayani. Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya
tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing.
1
C. Bidang Dan Tugas Dari Guru Bimbingan Konseling
Seorang guru pembimbing mempunyai bidang untuk membantu peserta didik dalam
pelayanan bimbingan dan konseling yaitu :
a. Bidang Pengembangan kehidupan pribadi.
b. Bidang Pengembangan kehidupan sosial.
c. Bidang Pengembangan kemampuan belajar.
d. Bidang Pengembangan karir.
e. Bidang bimbingan kehidupan berkelurga.
f. Bidang bimbingan kehidupan keagamaan.
Keenam bidang bimbingan tersebut dilaksanakan melalui sembilan jenis layanan yaitu :
a. Layanan orientasi
b. Layanan informasi
c. Layanan penempatan dan penyaluran
d. Layanan penguasaan konten
e. Layanan konseling perorangan
f. Layanan bimbingan kelompok
g. Layanan konseling kelompok
h. Layanan konsultasi
i. Layanan mediasi
j. Layanan advokasi.
Dan ditambah dengan enam kegiatan pendukung yaitu :
a. Aplikasi instrument
b. Himpunan data
c. Konverensi kasus
d. Kunjungan rumah
e. Ahli tangan kasus
f. Tampilan kepustakaan.
Selain membantu perkembangan peserta didik, guru pembimbing memiliki tugas
yang harus dikerjakan diantaranya :
a. Memasyarakatkan kegiatan bimbingan
b. Merencanakan program bimbingan
c. Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan
d. Melaksanakan layanan bimbingan terhadap sejumlah siswa yang menjadi tanggung jawab
minimal 150 siswa.
e. Melaksanakan kegiatan penunjang bimbingan
1
f. Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan
g. Menganalisis hasil penilaian
h. Melaksanakan tindaklanjut berdasarakan hasil analisis penilaian
i. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan konseling
j. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan pada koodinator guru pembimbing.
1
Layanan konseling perorangan yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik
(konseli) mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru
pembimbing (konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi
yang dialaminya.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada
sekelompok siswa untuk memecahkan secara bersama-sama masalah-masalah yang
menghambat perkembangan siswa.
Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam
suasana kelompok. Gazda (1978) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok disekolah
merupakann kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka
menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan
kelompok diselenggarakan untuk emmberikan informasi yang bersifat personal,
vokasional dan sosial. telah lama dikenal bahwa berbagai informasi berkenaan dengan
orientasi siswa baru, pindah program dan peta sosiometri siswa serta bagaimana
mengembangkan hubungan antarsiswa dapat disampaikan dan dibahas dalam bimbingan
kelompok. dengan demikian jelas bahwa kegiatan dalam bimbingan kelompok ialah
pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok.
7. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik
dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (konseli) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Masalah yang
dibahas merupakan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota
kelompok.
Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok, selain masalah yang bervariasi
seperti tersebut, konselor dapat menetapkan (melalui persetujuan para anggota kelompok)
masalah tertentu yang akan dibahas dalam kelompok. pengajuan masalah atau topic
tunggal seperti itu dilakukan apabila tujuan utama konseling kelompok ialah
pengembangan keterampilan komunikasi dan interaksi sosial para anggota. dengan
pembahasan satu topic itu konselor membawa dan mengarahkan seluruh anggota
kelompok untuk terlibat langsung dalam dinamika interaksi sosial kelompok.
8. Layanan Konsultasi
Layanan konsultasi adalah layanan dalam bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan oleh konselor terhadap seorang yang biasanya dipanggil dengan konsulti
yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang
perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi dan/atau permasalahan pihak ketiga.
konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara
konsultan dan konsulti.
Konsultasi dapat dilaksanakan diberbagai tempat dan berbagai kesempatan,
seperti disekolah lain, dilingkungan keluarga yang mengundang konselor, ditempat
konselor praktik mandiri (privat) atau tempat-tempat lain yang dikehendaki konsulti dan
disetujui konselor. dimanapun konsultasi diadakan, suasana yang tercipta haruslah relaks
dan kondusif serta memungkinkan terlaksananya asas-asas konseling dan teknik-teknik
konsultasi.
1
9. Layanan Mediasi
Layanan mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
konselor (guru) terhadap dua orang atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak
menemukan kecocokan.
Ketidak cocokan itu menjadikan mereka saling saling bertentangan, serta saling
bermusuhan. Dengan layanan mediasi dari konselor, konselor akan berusaha
mengantarkan atau membangun hubungan diantara mereka, sehingga mereka
menghentikan dan terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang merugikan semua pihak.
10. Layanan Advokasi
Layanan Advokasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang membantu
konseli untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan/atau
mendapat perlakuan yang menyalahi hak-haknya.
Salah satu fungsi umum konseling adalah fungsi advokasi yang artinya membela
hak seseorang yang tercederai. sebagaimana diketahui bahwa setiap orang memiliki
berbagai hak yang secara umum dirumuskan didalam dokumen HAM. Fungsi advokasi
dalam konseling berupaya memberikan bantuan agar hak-hak keberadaan, kehidupan dan
perkembangan orang atau individu atau klien yang bersangkutan kembali memperoleh
hak-haknya yang selama ini dirampas, dihalangi, dihambat, dibatasi atau dijegal.
1
Secara umum dalam wawancara konseling dikenal 3 teknik pendekatan
yaitu directive counseling, non directive counseling, dan efektive counseling.
a. Directive Counseling (Teknik Langsung) adalah teknik konseling dimana yang paling
berperan yaitu adalah seorang konselor, konselor akan berusaha mengarahkan klien atau
konseli sesuai dengan masalahnya. Dengan teknik pendekatan ini dalam proses
konseling dimana yang paling berperan adalah konselor. Dalam hal ini konselor lebih
banyak mengambil inisiatif dalam proses konseling sehingga konseli tinggal menerima
apa yang dikemukakan oleh konselor.
b. Non Directive Counseling (Teknik Tidak Langsung) merupakan kebalikan dari
teknik directive counseling kerena yang memegang peranan penting dalam hal ini
adalah seorang konseli, atau dengan kata lain seseorang yang memiliki masalah dan
bukan konselor. Oleh karena itu dalam proses konseling ini aktivitas sebagian besar
diletakkan di pundak klien itu sendiri, dalam memecahkan masalahnya, maka klien itu
sendiri didorong oleh konselor untuk mencari dan menemukan cara atau teknik yang
terbaik dalam memecahkan masalahnya.
c. Efektive Counseling (Campuran) Teknik ini merupakan campuran dari kedua teknik di
atas (directive dan non directive counseling). Dengan demikian dalam teknik campuran
ini seorang konselor menggunakan pendekatan atau penggabungan unsure-unsur teknik
langsung maupun tidak langsung.
3. Teknik Tes dan Non Tes dalam Upaya Pemahaman Individu
Teknik tes merupakan usaha pemahaman individu dengan menggunakan alat-
alat yang bersifat mengukur, maka hasil dari pemahaman tersebut berupa hasil-hasil
angka atau hasil ukur. Teknik-teknik non-tes merupakan usaha pemahaman individu
tanpa menggunakan alat-alat yang bersifat menghimpun atau mengumpulkan saja.
4. Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal adalah bantuan yang diberikan kepada para siswa yang
pelaksanaannya dilakukan didalam kelas. Adapun objek yang dibahas dalam kelas ini
seperti contoh, gambar, tampilan vidio dan lain sebagainya yang kemudian didiskusikan
dan dicermati dengan baik. Jadi bimbingan klasikal merupakan bantuan yang diberikan
di dalam kelas berupa kegiatan yang kemudian dibahas secara terbuka dan bebas oleh
semua peserta yang ada di dalam kelas tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal merupakan bimbingan yang
diberikan didalam kelas dalam bentuk diskusi (bertukar pikiran) untuk mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan. Inilah sebagian kecil atau cara-cara dalam memberikan
bantuan dan layanan dalam bimbingan dan konseling.
1
2. Sarana. Sarana yang diperlukan untuk penunjang pelayanan bimbingan dan konseling
seperti: alat pengumpul data, baik tes maupun non tes, alat penyimpan data khususnya
dalam bentuk himpunan data, kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket
bimbingan, alat bantu bimbingan, perlengkapan administrasi seperti alat tulis menulis,
format rencana satuan layanan dan kegiatan pendukung serta blangko laporan kegiatan.
3. Prasarana. Prasarana pokok yang diperlukan adalah ruangan yang cukup memadai serta
prabotannya. Ruangan ini hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga di satu segi para
siswa yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa senang dan di sisi lain di ruangan
tersebut dapat dilaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan asas-
asas dan kode etik bimbingan dan konseling.
4. Waktu. Penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling memerlukan waktu yang
cukup. Oleh karena itu perlu disediakan waktu dan kesempatan yang memadai bagi
terselenggaranya segenap jenis layanan bimbingan dan konseling dengan berbagai
kegiatan pendukungnya itu. waktu di luar jam-jam pelajaran jam sekolah perlu disediakan
dan diatur dengan baik bagi terselenggaranya layanan bimbingan dan konseling serta
kegiatan pendukungnya.
5. Kerja sama. pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif memerlukan kerja sama
semua pihak berkepentingan dengan kesuksesan pelayanan itu. Kerja sama antar personil
sekolah dengan tugas dan peran masing- masing dalam pelayanan bimbingan dan
konseling adalah sangat vital. Tanpa kerja sama antar personal itu, kegiatan bimbingan
dan konseling akan banyak mengalami hambatan. Demikian juga kerjasama dengan
orang tua siswa, para siswa yang ada di sekolah, dan para ahli lain yang sangat diperlukan
dalam rangka alih tangan kasus, dan berbagai lembaga serta pihak-pihak lain di
masyarakat pada umumnya, semua akan lebih menjamin keberhasilan upaya bimbingan
dan konseling di sekolah. Bentuk kerjasama dengan segenap pihak itu perlu disusun dan
dikembangkan.
6. Suasana Profesional. pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan profesional,
sehingga pelaksanaannya memerlukan suasana profesional. Suasana ini akan terwujud
apabila para pelaksananya adalah tenaga profesional dan kegiatannya dilandasi oleh asas-
asas serta kode etik profesional.
7. Dana. Dana diperlukan bagi penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Juga untuk
keperluan lain, seperti perlengkapan administrasi, kunjungan rumah, dan penyusunan
laporan kegiatan.
1
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
(face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada,
sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang
lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
1
http://repository.uin-suska.ac.id/6016/8/BAB%20II.pdf
https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/apa-itu-bimbingan-konseling
https://masoemuniversity.ac.id/berita/peran-guru-bimbingan-dan-konseling-bk-di-sekolah.php
https://text-id.123dok.com/document/4zp0499oq-faktor-yang-mempengaruhi-keberhasilan-
layanan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah.html
https://www.kajianpustaka.com/2018/02/pengertian-fungsi-tujuan-dan-asas-bimbingan-
konseling.html
https://www.materikonseling.com/2021/10/jenis-jenis-layanan-bimbingan-dan.html
https://www.materikonseling.com/2022/01/teknik-dalam-bimbingan-dan-konseling.html?m=1