Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BK DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN TERBARU


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dosen Pengampu: Nuril Hidayanti, M.Pd

Disusun Oleh:
Nabilla Roudatul Wijayanti Mangil : 2042014068
Nurul Hidayah : 2042014069

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT dan limpahan rahmat serta
pertolongan-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan siap tuk
dikumpul. Kumpulan makalah ini dibuat sebagai media pembelajaran di
Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda dalam rangka
memenuhi tugas dari Dosen Pengampu yang berkaitan dengan bahan
pembelajaran.
Penyusun pun menyadari bahwa dalam penyusunan kata dan tata letak
dalam makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan kekhilafan baik kata,
kalimat atau tata letak. Oleh karena itu, Penyusun meminta maaf sebelum
Pembaca berkehendak membaca makalah ini.
Untuk kebaikan dan kesempurnaan makalah ini, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan agar Penulis bisa lebih baik atau sempurna dalam
membawa materi kedepannya. Dan akhirnya, semoga kumpulan makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Samarinda, 5 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Pengertian Bimbingan..................................................................................3
B. Pengertian Konseling...................................................................................6
C. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar......................................................8
D. Peran Guru BK dalam pendidikan merdeka belajar...................................13
BAB III: PENUTUP.............................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sangat banyak masalah – masalah di sekolah terutama pada siswa itu


sendiri yang tidak dapat diselesaikan dengan pengajaran oleh guru biasa di
sekolah, untuk menyelesaikan masalah pada setiap siswa di sekolah sangat di
perlukan Bimbingan dan Konseling, tapi sebelum itu agas Bimbingan dan
Konseling dapat terlaksana dengan baik, salah satu syarat yang perlu dan
mutlak adalah di kuasainya pengertian yang tepat mengenai Bimbingan dan
Konseling itu oleh semua personil sekolah yang terlibat dalam kegiatan
pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan dan Konseling merupakan dua kata yang seolah – olah selalu
di pakai dalam saat yang bersamaan, sehingga sepintas lalu orang banyak
menganggap keduanya memiliki arti yang sama. Dalam hal tertentu istilah
Bimbingan dan Konseling itu dapat berarti sama, namun dalam hal tertentu
pula istilah tersebut akan mempunyai arti yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bimbingan konseling?
2. Apa yang dimaksud dengan merdeka belajar ?
3. Peran guru bimbingan konseling dalam pendidikan merdeka belajar ?
C. Tujuan
Dapat menjelaskan prinsip umum dan khus yang berkaitan dengan
peserta didik, tujuan pendidikan, permasalahan, dan oengorganissian kepada
calon tenaga pendidik agar tidak terjadi kesalah pahaman mengenai identifikasi
Bimbingan dan konseling yang sebenarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan

Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan dan

konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian,

pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan

merupakan suatu proses pemberian bantuan. Menurut Abu Ahmadi (1991: 1),

bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik)

agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal

dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna

menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan

oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa

orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang

dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan

berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5),

mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan

kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi

kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam

kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti

(1994: 94), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu

setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
B. Definisi Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang,
dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan
menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi
maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan
masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
(Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu
hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien.
Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun
kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu
klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya,
sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

C. Kurikulum Merdeka Belajar

Merdeka belajar menjadi kebijakan pendidikan era baru pada dua bulan
terakhir. Sejak pandemi wabah Covid-19 menyebar di bulan Maret 2020,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan segera mengambil langkah terpadu agar
peserta didik tetap mendapat hak dan kewajiban sebagai peserta didik. Kebijakan
merdeka belajar di terapkan pada setiap tingkat satuan pendidikan termasuk
Perguruan Tinggi. Program Studi Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi
sebagai penyedia calon konselor pendidikan ikut menjalankan kebijakan merdeka
belajar melalui program Kampus Merdeka. Program Kampus Merdeka
memfasilitasi calon konselor agar siap secara teori dan praktik untuk memenuhi
kebutuhan dinamis di dunia pendidikan. Paradigma yang terjadi di lapangan
menunjukkan bahwa penerapan kebijakan merdeka belajar belum sepenuhnya
dapat terkaksana akibat berbagai problematika. Kesiapan sumber daya manusia
dan perangkat fasilitas pendukung menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kebijakan merdeka belajar. Kebijakan Merdeka Belajar telah berontribusi
memberikan perubahan pada budaya pendidikan Indonesia. Satuan tingkat
pendidikan mulai dasar hingga Pendidikan Tinggi berupaya untuk menyesuaikan
program kurikulum yang berlaku agar tujuan pendidikan nasional tetap tercapai.
Diharapkan calon konselor dapat memenuhi tantangan peradaban di masa
mendatang (Nanda dkk, 2020).
D. Peran Guru BK (Bimbingan dan Konseling)
Gibson dan Michel (2011); serta Nursalim (2015) telah mengidentifikasi
berbagai peran utama guru BK yaitu:
1.Konselor
sebagai seorang konselor Kategori yang pertama ini dapat disebut
konselor atau sebagai terapis (“the counselor as therapist” or ” the counselor as
an interviewer”). Dalam seting sekolah maka kemampuan guru pembimbing
untuk melaksanakan kegiatan konseling secara profesional tidak dapat
ditawar-tawar. Kompetensi untuk melaksanakan konseling secara singkat namun
efektif sangat diperlukan (Lines, 2006: 57).
Fokus konseling dalam pengertian tradisional ini bermakna membantu
individu atau sekelompok individu untuk (a) mencapai tujuan-tujuan
intrapersonal dan interpersonal, (b) mengatasi kekurangan-kekurangan pribadi
dan kesulitan kesulitan perkembangan, (c) membuat keputusan, dan membuat
perencanaan untuk perubahan dan perkembangan, (d) meningkatkan kesehatan
fisik maupun mental dan kebahagian mencapai kebahagiaan secara kolektif.
Peran tersebut mengimplikasikan perlunya keahlian konselor dalam
memahami pertumbuhan dan perkembangan manusia, penguasaan
ketrampilan interpersonal, penguasaan ketrampilan pembuatan keputusan dan
pemecahaman masalah, penguasaan intervensi krisis dari berbagai orientasi
teoritis.
2.Konselor sebagai seorang konsultan
Peran yang kedua yang harus dilakukan oleh seorang konselor/guru
BK adalah sebagai konsultan. Kenyataan ini berimplikasi bukan hanya
ketrampilan sebagai konselor semata yang diperlukan melainkan juga keahlian
dalam proses konsultasi (consulting process). Elemen consulting
(Doughertydalam Sciarra, 2004: 55) ada tiga: 1) Consulting is tripartite.2) The
goal of consulting is to solve problem.3) Another goal of consulting is to improve
the consultee’s work with the client and, in turn, improve the welfare of
client.Konsultasi melibatkan tiga pihak yaitu konselor sebagai konsultan,
guru atau orangtua sebagai konsultee dan konseli yang memiliki masalah.
Tujuan utama konsultasi adalah untuk memecahkan masalah konseli. Hal
yang senada disampaikan oleh Brown, Pryzwansky, dan Schulte (2001: 5-6):
konsultasi adalah suatu proses pemecahan masalah secara sukarela yang dapat
dimulai atau diakhiri oleh consultantmaupun consultee.
3.Konselor sebagai agen perubahan
Peran sebagai agen perubahan bermakna bahwa keseluruhan
lingkungan dari konseli harus dapat berfungsi sehingga dapat mempengaruhi
kesehatan mental menjadi lebih baik, dan konselor dapat mempengunakan
lingkungan tersebut untuk memperkuat atau mempertinggi berfungsinya konseli.
Selain itu, konselor dapat berperan sebagai agen perubahan dalam rangka
mengembangkan profesi konselor.
4.Konselor sebagai seorang agen pencegahan utama (a primary prevention agent)
Sebagai agen pencegah yang utama, peranan guru pembimbing yang
ditekankan di sini adalah sebagai agen untuk mencegah perkembangan yang
salah dan atau mencegah terjadinya masalah. Peranan sebagai agen pencegah
ini dapat dilakukan melalui kegiatankegiatan program yang bersifat
antisipatif, minimal usaha-usaha yang bersifat preventif, misalnya layanan
informasi, pelatihan. penempatan dan penyaluran.
5.Konselor sebagai Koordinator
Para konselor sekolah memiliki tanggung jawab untuk
mengkoordinasikan berbagai macam kegiatan bimbingan dengan kegiatan-
kegiatan sekolah lainnya. Para konselor sekolah di sekolah juga diperlukan
untuk mengkoordinasikan kontribusi dari para profesional lain yang terlibat
dalam pengelolaan pendidikan seperti psikologi, pekerja sosial, dan
sebagainya.
6.Konselor sebagai Agen orientasi
Para konselor sekolah juga memiliki peran sebagai agen orientasi.
Sebagai fasilitator perkembangan manusia, para konselor di sekolah perlu
mengakui pentingnya orientasi anak didik tentang (terhadap) tujuan sekolah dan
lingkungan sekolahnya. Adalah penting bahwa pengalaman pendidikan awal
anak merupakan (menjadi) suatu pengalaman yang positif bagi anak.
7.Konselor sebagai Asesor
Para konselor sekolah juga memiliki peran sebagai asesor, yakni
melakukan asesmen kepada peserta didik berdasarkan data hasil tes maupun
non tes. Data hasil pengukuran tersebut perlu untuk diinterprestikan dalam
rangka memperoleh pemahaman yang akurat tentang siswa beserta dengan
potensi-potensinya, dampak budaya pada perkembangan siswa, dan pengaruh
faktor-faktor lingkungan lain pada perilaku siswa.
8.Konselor sebagai Pengembang karir
Peran lainnnya yang tak kalah pentingnya bagi para konselor di
sekolah adalah sebagai pengembang karir. Pentingnya pendidikan di sekolah
sebagai landasan bagi pengambilan keputusan di kemudian hari oleh anak
menegaskan (menggarisbawahi) pentingnya memberikan perhatian pada
perkembangan karir anak. Konselor dapat membuat kontribusi penting sebagai
koordinator dan konsultan dalam mengembangkan program pendidikan karir yang
terintegrasi, berkesinambunghan, dan terus-menerus.
Bagan Proses Bimbingan Konseling oleh Guru BK
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejalan dengan kebijakan Mendikbud tentang Merdeka belajar, guru BK perlu
segera menyikapi dan berperan dalam mensukseskan implementasi program
tersebut. Upaya menyikapi dan segera mengambil peran ini penting untuk
dilakukan agar ekspektasi kinerja guru BKsemakin diakui sejajar dengan profesi
lain yang lebih mantap. Untuk dapat berperan dengan lebih baik maka guru BK
perlu memahami lebih detail dan mendalam berbagai landasan peraturan,
hakekat merdeka belajar serta petunjuk pelaksanaan program merdeka belajar.
Selanjutnya secara bersama-sama merumuskan peran yang dapat dilakukan
oleh guru BK. Diatas telah dijelaskan bahwa peran guru BK sekolah
diantaranya adalah sebagai agen perubahan, sebagai agen pencegahan, sebagai
pengembang karir, sebagai konselor, sebagai konsultan, sebagai koordinator,
sebagai asesor. Peran-peran ini dapat dilakukan oleh guru BK dalam
mensukseskan implementasi program merdeka belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Barruth, L.G dan Robinson, E. H. (1987). An Introduction To The Counseling


Profession.New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.
Ghiffar, Muhammad Alfarizqi Nizamuddin., Nurisma, Eliza., Kurniasih,
Cucu., dan Bhakti, Caraka Putra. (2018). Model Pembelajaran
Berbasis Blended Learning Dalam Meningkatkan Crtical Thinking Skills untuk
Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional
STKIP Andi Matappa Pangkep 1 (1)
.https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/mendikbud-tetapkan-empat-
pokok-kebijakan-pendidikan-merdeka-belajar
Ibda, Hamidulloh dan E Rahmadi. (2018). Penguatan Literasi Baru Pada Guru
Madrasah Ibtidaiyah Dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi
Industri 4.0. JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic
Education 1 (1), 1-21.
Lase, Delipiter. 2019. Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal
Sudermann.
Nursalim, Mochamad. (2015). Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: PT Erlangga
.Nursalim, Mochamad. (2015). Peningkatan Peran dan Kinerja Konselor untuk
Pemberdayaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Proseding
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling PD ABKIN Jatim, tanggal
8 Februari 2015.
NofriHendri. (2020). Merdeka Belajar; Antara Retorika Dan Aplikasi. Jurnal, E-
Tech, Volume 08 Number 01 2020ISSN: Print 2541-3600–
Online2621-7759. DOI: 10.1007/ XXXXXX-XX-0000-00
Risdianto, Eko. (2019). Kepemimpinan dalam Dunia Pendidikan di
Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0.This Publication
at:https://www.researchgate.net/publication/332423142.
Sevima.com: (2018). Pengertian dan Manfaat Pembelajaran Blended
Learning. Diakses Pada 20Juli 2021. (https://sevima.com/pengertian-dan-
manfaat-model-pembelajaran-blended-learning/
Sukardi. (2010).Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya.Jakarta: Bumi Askara.

Anda mungkin juga menyukai