Anda di halaman 1dari 87

DAFTAR LAMPIRAN

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Blakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mmbimbing dan menciptakan

siswa agar dapat tumbuh dan berkembang secara menyeluruh agar menjadi

insan kuat dan professional. Dalam peraturan No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pndidikan Nsional, definisi pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar mengembangkan potensi dirinya

untuk mempunyai keahlian yang diperlukan kedepannya.

Pendidikan juga didefinisikan sebagai effort secara terkendali and

matang guna melakukan bimbingan secara jasmani dan rohani sehingga peserta

didik mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan adnya

pndidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlmba-lomba dan

memtivasi diri untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Hal tersebut

sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.

1
2

Di dalam al-Qur’an telah dijelaskan pula tentang tujuan pendidikan

yaitu terdapat dalam surah Adz-Dzariyaat (51) ayat 56 yang berbunyi:

/‫ن‬/‫و‬/ُ‫د‬/ُ‫ْب‬/‫ ع‬/َ ‫ي‬/¸‫ا ْ س ل‬ ‫ت‬ ْ‫وما لَق‬



Terjemahannya: ‫ ¸ْل ن إ¸َّل‬/‫ن‬/‫ج‬/‫ال‬ ‫خ‬
‫و‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah kepada-Ku.”1

Pendidikan Islam diwajibkan memberikan tiga fungsi utama dari

agama. Pertama, fungsi spiritual yaitu berkaitan dengan akidah dan iman.

Kedua, fungsi psikologis yaitu berkitan dengan tingkh laku individual termasuk

nilai-nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih

sempurna. Ketiga, fungsi sosial yaitu berkaitan dengan dengan manusia lain

atau masyarakat, dimana masing-masing mempunyai hak untuk menyusun

masyarakat yang harmonis dan seimbang. Hubungan antara tujuan dengan

nilai-nilai pendidikan sangat erat, karena tujuan pendiikan merupakan maslah

nilai itu sendiri. Pendidikan mengadung pilhan bagi arah perkembangan murid-

murid.

Pada hakikatnya Pendidikan Islam lebih meneknkan pada

mempersiapakan generasi baru untuk dapat berperan dan mampu menjawab

berbagai perkembangan dan tantangan prblematika hidup yang muncul serta


1
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Adhi Aksara Abadi Indonesia), Q.S
Adz-Zariyaat: 51:56.
3

memberikan solusi bagi kesejahteraan hidup umat manusia lahir dan batin pada

zamannya. Ini mengedukasi bahwa belum maksimalnya penerapan pendidikan

karakter di sekolah. Mulai prilaku tindakan siswa membolos, datang terlambat,

kurang disiplin, membohongi gurunya, malas sholat, membaca al-Qur’an,

kurang menunjukkan sikap sopan santun dengan guru maupun orang yang

lebih tua darinya, memakai pakaian yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah

dan lain sebagainya. Dengan demikian pendidikan akhlak pada anak sangatlah

penting sekali agar terbiasa bersikap sopan dan selalu berbuat hal-hal terpuji

lainnya dalam kehidupan bermasyarakat baik pada saat masih usia sekolah

maupun pada saat mereka besar nanti. Sekarang ini di kegiatan sekolah tidak

hanya berada di dalam kelas melainkan sudah ada kegiatan tambahan di luar

jam pelajaran yang disebut dengan kegiatan ekstrakulikuler keagamaan.3 Di

dalam al-Qur’an juga banyak ayat yang menjelaskan tentang pendidikan di

antaranya yang terdapat dalam surah Al- Luqman (31) ayat 13, yaitu:

‫ ْق ¸ن َو ظ َي ُبَن ى َّل ¸ر ٱ ن ’ ك ظ عظيم‬/ُ‫و ¸إ ذ ل ل‬


‫¸ ٱل ش ل‬ ‫تُ ك‬ ‫قَا َٰ َمن ۦه ¸ع ه‬
‫ْ لم‬ ‫ر‬ ۖ‫ش ل‬ ُ‫ْب وه‬
‫¸إ‬
Terjemahannya:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar"4

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa

dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam

Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 30.
3

Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Adhi Aksara Abadi Indonesia), Q.S
4

Al-Luqman: 31:13.
4

melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memperhatikan

tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.5

Peserta didik merupakan “raw material” (bahan mentah) di dalam

proses transformasi pendidik. Pendidikan merupakan suatu keharusan yang

diberikan kepada peserta didik. Peserta didik sebagai manusia yang berpotensi

perlu dibina dan dibimbing dengan perantaraan guru. Potensi peserta didik

yang bersifat laten perlu diaktualisasikan agar anak didik tidak lagi dikatakan

sebagai “animal educable” yaitu sebagai makhluk yang dapat dididik. Sebagai

manusia yang berpotensi, maka di dalam diri peserta didik ada suatu daya yang

dapat tumbuh dan berkembang di sepanjang usianya. Amat disayangkan umat

Islam mengadopsi teori-teori tersebut secara kritis. Bahkan di universitas-

universitas yang berlabel Islam sekalipun masih menggunakan teori

perkembangan konvensional sebagai satu-satunya referensi utama. Sebagai

manusia, peserta didik memiliki karakteristik. Kegagalan menciptakan proses

pembelajaran yang kondusif, berpangkal pada kedangkalan pemahaman guru

terhadap karakteristik peserta didik sebagai individu.6

Mewujudkan cita-cita Pendidikan Islam itu perlu adanya pelaksanaan

terhadap semua aspek kehidupan manusia yang meliputi latihan-latihan

kejiwaan, akal pikiran, panca indra dan lain-lain, hasil pembelajaran agama itu

sukses dengan baik hingga unsur-unsurnya yakni budi pekerti yang luhur dan

5
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 19.
6
Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Stain Po
Press, 2007), hlm. 96.
5

mulia dapat direalisasikan ke dalam kepribadiannya, sehingga diperlukan

interaktif edukatif atau proses belajar mengajar pendidikan agama yang efektif,

proses belajar mengajar akan berpengaruh terhadap hasil yang dicapai “Proses

Belajar Mengajar” mengemukakan bahwa: belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.7

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang sadar antara guru dan

murid sebagai hal yang utama dari pada proses pengajaran, yang memegang

peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran dalam pendidikan islam

yaitu pelaksanaan pembentukan tingkah laku yang baik dan ini merupakan jiwa

pada pendidikan islam.8

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan

antara satu dengan yang lain di dalam proses pengajaran. Belajar disini,

menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang yaitu dengan menguasai

mata pelajaran sebagai subjek yang menerima pelajaran. Sedangkan mengajar

menunjuk pada apa yang dilakukan seorang guru atau mengorganisir serta

mengatur lingkungannya dengan sebaik-baiknya dan menghubungkannya

dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar mengajar dan itu semua

merupakan usaha guru sehingga tejadi suasana yang sebaik-baiknya bagi anak

atau siswa dalam melaksanakan proses belajar. Dari dua kegiatan tersebut akan

menjadi terpadu menjadi suatu kegiatan manakala terjadi interaksi belajar

antara guru dan murid pada saat pengajaran itu berlangsung dan ini disebut

pendidikan atau proses pendidikan sekolah.

7
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hlm 28.
8
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), hlm. 28.
6

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan pembelajaran

Agama Islam adalah interaksi belajar (proses pengajaran) dengan

mengorganisasikan lingkungan anak didik dan diarahkan untuk mencapai

tujuan Pendidikan Agama Islam artinya interaksi yang berupa mengubah

tingkah laku anak menjadi seseorang yang berakhlak baik atau berbudi pekerti

luhur sesuai dengan ajaran Agama Islam.

Program pembinaan kegiatan keagamaan di sekolah bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman terhadap agama dan menumbuhkembangkan akhlak

islami yang mengintegrasikan hubungan dengan Allah Swt, Rasul, Manusia,

Alam Semesta dan bahkan diri sendiri, jadi walaupun sekolah umum terbatas

pelajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik tetap sejalan dengan norma-

norma agama. Pembinaan kegiatan keagamaan juga bertujuan supaya anak

didik yang kurangnya pengetahuan ilmu agamanya seperti membaca al-Qur’an,

agar bisa diajarkan bagaimana membaca al-Qur’an yang benar sesuai dengan

hukum tajwidnya. Pengalaman beragama yang ditanamkan sejak dini nantiya

akan menentukan kualitas moral setelah mereka dewasa. Mengajari peserta

didik untuk salat berjamaah di masjid, salat dhuha, tadarus Qur’an, mengucap

salam dan bersedekah akan dapat memperkaya pengalaman rohani dan akan

berkesan sepanjang hayat bagi peserta didik. Membentuk pengalaman

beragama pada peserta didik sejak dini berarti menanamkan akar beragama

pada mereka. Kelak pengalaman beragama yang mengakar ini akan mampu

memperbaiki karakter, kepribadian, dan moral peserta didik.


7

Berdasarkan hasil observasi, peneliti mendapatkan beberapa kegiatan

keagamaan yaitu: mengaji dengan metode qiroati di hari selasa, rabu dan

kamis, dalam pelaksanaan metode qiroati ini yaitu dengan mencontohkan

bacaan yang benar yang kemudian siswa membaca bersama-sama. Sehingga

dengan metode qiroati siswa dapat mengetahui bagaimana cara membaca yang

benar dan dapat belajar dengan menyenangkan, menghapalkan sifat-sifat Allah

yaitu asmaul husna dari hari senin sampai dengan hari jum’at, melaksanakan

sholat dhuha setiap hari senin sampai dengan hari jum’at melalui pembiasaan

solat dhuha dapat meningkatkan sikap disiplin peserta didik. Kedisiplinan

disini yaitu setiap siswa dapat mengendalikan dirinya agar tidak datang

terlambat ke sekolah. Sebab ketika mereka sampai di sekolah maka jam 07.15

WITA sudah dilaksanakan kegiatan solat dhuha berjamaah, dan di lanjutkan

membaca surat-surat dalam al-Qur’an. Setiap 1 bulan sekali diadakannya

majelis ta’lim untuk para siswa, ekstrakurikuler habsyi di hari kamis setelah

pulang sekolah, ekstrakurikuler tahfidz siswa dapat memahami dan

mengetahui arti penting dari kemampuan dalam menghafal al-Qur’an, siswa

dapat terampil menghafal ayat-ayat atau surat-surat tertentu dalam juz‘amma,

siswa dapat membiasakan menghafal al-Qur’an lalu melafadzkannya ayat-ayat

tersebut dalam aktivitas sehari-hari. Serta ekstrakurikuler kaligrafi yang

bertujuan dapat meningkatkan kemahiran dalam menulis arab dengan benar,

meningkatkan prestasi di bidang non akademik, meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan karena menuliskan ayat-ayat al-Quran dengan indah, yang diadakan

pada hari sabtu setelah pulang sekolah di ikuti oleh siswa-siswi kelas VII, VIII
8

dan IX. Kelas Makharijul huruf yang tujuannya adalah agar seseorang bisa

membaca huruf hijaiyah pada al-Quran dengan baik dan benar sehingga

maknanya tidak meleset atau keliru diadakan setiap hari sabtu setelah pulang

sekolah untuk peserta didik. Kegiatan Muhadharah yang dilaksanakan pada

hari sabtu setelah pulang sekolah untuk peserta didik, tujuan dari Muhadharah

adalah, melatih dan membiasakan siswa berpidato atau berceramah,

membiasakan siswa untuk tampil berbicara didepan umum, serta melatih siswa

untuk terampil berkomunikasi didepan orang banyak, kemudian juga melatih

bagaimana siswa bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan kepadanya

sebagai calon da'i dan orator yang siap menjadi pemimpin dimasa depan. Pada

saat observasi di lapangan peneliti mendapatkan hal-hal yang menarik yakni

semangat dan antusias peserta didik dalam mengikuti kegiatan keagamaan,

walaupun ada beberap peserta didik yang sengaja terlambat dalam mengikuti

pelaksanaan kegiatan keagamaan. Tersedianya sarana dan prasarana yang

memadai menjadi penunjang terlaksananya kegiatan keagamaan dengan baik,

mulai dari aula untuk melaksanakan sholat dhuha maupun sholah dzuhur,

tempat wudhu terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan, alat-alat peraga

dalam penunjang kegiatan keagamaan serta lapangan upacara yang cukup luas

dalam penunjang kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) di sekolah.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut serta observasi yang

dilakukan, peneliti melihat berbagai macam prilaku peserta didik di MTs. Al-

Azhar ketika pelaksanaan kegiatan keagamaan berlangsung, sehingga peneliti

tertarik untuk meneliti dan mengangkat judul “Faktor-Faktor Yang


9

Mempengaruhi Aktualisasi Siswa Pada Kegiatan Keagamaan di MTs. Al-

Azhar Samarinda Tahun 2023.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diambil rumusan yaitu:

1. Bagaimana bentuk aktualisasi siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan

di MTs. Al Azhar Samarinda?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi siswa pada kegiatan

keagamaan di MTs. Al Azhar Samarinda?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk aktualisasi siswa dalam mengikuti kegiatan

keagamaan di MTs. Al Azhar Samarinda.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi

siswa pada kegiatan keagamaan di MTs. Al Azhar Samarinda

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan

khususnya bagi penulis dan umumnya kepada pembaca mengenai

pelaksanaan aktualisasi kegiataan keagamaan.


10

b. Mampu memberikan sumbangan pemikiran pada praktisi pendidikan

dalam penelitian aktualisasi kegiatan keagamaan sebagai upaya

membentuk pengalaman beragama pada siswa.

c. Menambah khazanah perkembangan ilmu pengetahuan dalam Pendidikan

Agama Islam melalui aktualisasi kegiatan keagamaan di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis penulisan dalam penelitian ini memberikan gambaran

informasi kepada warga sekolah akan pentingnya kegiatan keagamaan di

sekolah.

b. Sebagai rujukan, masukan kepada kepala sekolah maupun guru PAI agar

terus meningkatkan proses pembelajaran maupun kegiatan keagamaan

yang mendukung dalam upaya membentuk kepribadian muslim.

c. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

orangtua betapa pentingnya pengalaman beragama yang ditanamkan

sejak dini, tidak hanya kepada orangtua sebagai pendidik utama, juga

kepada lembaga pendidikan sebagai pembangun nilai-nilai kultural dalam

aktifitas kegiatan keagamaan.

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah digunakan untuk jenis penelitian kualitatif. Penegasan

istilah merupakan penjelasan untuk teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian. Tujuannya yaitu untuk memperoleh kesamaan presepsi dan

pandangan serta untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul. Penulis

mendefinisikan secara oprasional sebagai berikut:


11

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa.

Faktor adalah hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan

(mempengaruhi) terjadinya sesuatu.

a. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) yaitu:

1) Faktor fisiologis meliputi keadaan jasmani, kondisi umum jasmani

dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-

organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan

2) Faktor psikologis, meliputi minat, motivasi, intelektif

b. Faktor yang berasal dari luar siswa (faktor eksternal) yaitu:

1) Faktor sosial, yang dimaksud dengan faktor sosial di ini adalah faktor

manusia dalam hal ini bisa teman, guru, atau orang lain.

2) Faktor non sosial, meliputi keadaan udara, suhu udara, waktu (pagi,

atau siang ataupun malam), tempat (letak, pergedungannya).

c. Faktor Pendekatan Belajar yaitu:

Pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan

siswa dalam menunjang keefektifan dan efesiensi proses pembelajaran

materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah

oprasional yang direkayasa sedemikian rupa oleh siswa itu sendiri untuk

mencapai tujuan dalam memahami kegiatan keagamaan tersebut.

2. Aktualisasi Diri Pada Siswa

Kebutuhan untuk aktualisasi diri berkenaan dengan kebutuhan

individu untuk menjadi sesuatu yang sesuai dengan kemampuanya. Maka


12

dari itu, adanya aktualisasi diri dalam diri individu sangat penting,

khususnya bagi siswa. Pentingnya aktualisasi diri bagi siswa yaitu dengan

adanya keinginan untuk menjadi orang yang dicita-citakan dan mampu

untuk mewujudkanya maka perlu adanya dorongan untuk mengembangkan

potensi-potensi yang ada pada diri siswa tersebut. Adanya keinginan untuk

mengembangkan potensi diri yakni tujuan utama sebagai seorang siswa

adalah belajar. Dalam hal ini, memaksimalkan potensi diri (aktualisasi diri)

tidak terlepas dari memaksimalkan pula dalam belajar, baik pada

pembelajran di dalam kelas maupun pembelajaran di luar kelas.9

3. Aktualisasi Kegiatan Keagamaan di Sekolah

Kegiatan keagamaan adalah kegiatan yang bertujuan untuk

memberikan pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang ajaran

Agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah Swt, serta berakhlak mulia. Kegiatan keagamaan

merupakan salah satu pilar agama yang menduduki peranan yang sangat

penting, sebab peningkatan keimanan, ketaqwaan serta budi pekerti menjadi

target utama yang harus dicapai. Kegiatan keagamaan tersebut sangat

berpengaruh dalam pembentukan kepribadian yang baik. Diadakannya

aktifitas keagamaan disekolah bertujuan untuk mewujudkan peserta didik

yang senantiasa berakhlakul karimah yang diwujudkan dengan senantiasa

menjakankan perinah Allah Swt, dan berusaha menjauhi segala larangannya

9
Mohammad Ari dan Mohammad Asrori, “Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm 158.
13

serta memiliki jiwa sosial keagamaan serta mampu menerapkan norma-

norma yang berlaku dalam kehidupan bersosial.

F. Kajian Pustaka

Adapun penulis mengambil beberapa skripsi yang menjadi rujukan

peneliti melakukan penelitian, yakni:

Skripsi St. Syamsuriani, tahun 2014 dengan judul Efektifitas Kegiatan

Keagamaan Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Bahwa

kegiatan keagamaan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa

di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung. Peneliti dapat melihat bahwa

dalam pembentukan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan dilakukan

dengan perencanaan dan pengontrolan oleh guru-guru yang bersangkutan.

Selain itu, siswa dituntut untuk melakukan pembiasaan pelaksanaan kegiatan

keagamaan baik di sekolah maupun di rumah. Dalam penelitian yang diadakan

diketahui bahwa ada faktor pendukung efektifitas kegiatan keagamaan yang

berdampak pada pembentukan karakter siswa yang terdiri dari dua faktor, yaitu

faktor eksternal yang meliputi: semangat belajar siswa dan saling mengajak di

antara para siswa, kemudian faktor internal yang meliputi: motivasi dari para

guru, keaktifan guru dalam setiap kegiatan keagamaan. Guru yang menjadi

koordinator setiap kegiatan senantiasa mengontrol berjalannya kegiatan

tersebut. Adapun faktor penghambat efektifitas kegiatan keagamaan yang

berdampak pada pembentukan karakter siswa, kurangnya dukungan dan


14

perhatian dari orang tua siswa, kurangnya minat siswa yang mempengaruhi

kerajinan mereka, dan kurangnya sarana penunjang.10

Skripsi Sri Ramadaniah, tahun 2014 dengan judul Upaya Pembinaan

Keagamaan di SMA Negeri 6 Samarinda. Untuk mengetahui bagaimana upaya

pembinaan keagamaan di SMA Negeri 6 Samarinda. Lingkungan sekolah

umum yang bersifat plural dengan suku, budaya, bahasa serta agama. Hal

tersebut tentunya dapat mempengaruhi perkembangan keagamaan bagi siswa

sekolah. Tidak jarang karena lingkungan yang demikian banyak diantara siswa

yang tanpa disadari dan terkontaminasi dengan budaya dan kebiasaan agama

yang bersebrangan dengan nilai-nilai Islam. Untuk mencegah terjadinya krisis

nilai-nilai ke-Islaman di lingkungan sekolah umum, serta untuk menunjang

tercapainya tujuan yang dicapai. Sesuai dengan misi SMA Negeri 6 Samarinda,

maka diperlukan adanya pembinaan keagamaan bagi para siswa. Pembinaan

keagamaan di SMA Negeri 6 Samarinda dilaksanakan agar siswa terhindar dari

pengaruh negatif yang mengancam diri dan agamanya. Pendidikan agama

hendaknya memberikan warna kepribadian bagi anak, sehingga agama itu

menjadi bagian dari pribadinya.11

Skripsi Dewi Ayu Indah Permatasari, tahun 2020 dengan judul

Pelaksanaan Pembinaan Kegiatan Keagamaan di SMK Negeri 7 Samarinda

Tahun 2020. Kegiatan keagamaan ini bersifat aktivitas baik dilakukan secara

individua tau kelompok. Adapun kegiatan keagamaan di sekolah ini diikuti

10
St. Syamsuriani, “Efektifitas Kegiatan Keagamaan Terhadap Pembentukan Karakter
Siswa Di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.”
Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar 2014.
11
Sri Ramadaniah, “Upaya Pembinaan Keagamaan di SMA Negeri 6 Samarinda”,
Skripsi IAIN Samarinda 2014.
15

oleh semua siswa-siswi yang beragama muslim, seperti membaca IQRA,

Memandikan Ijazah, Manasik Haji, Sholat, Tablik Akbar serta Hadrah. Pada

masa pandemic covid-19 semua pelaksanaan kegiatan keagamaan di SMK

Negeri 7 Samarinda telah terjadwal sesuai kalender Hijriah dan pelaksanaan

kegiatan keagamaan dilakukan di rumah masing-masing dan di awasi dengan

guru agama, akan tetapi kegiatan keagamaan tersebut kurang efesien.12

Jurnal Dea Tara Ningtyas, tahun 2018 dengan judul Pengaruh Kegiatan

Keagamaan Di Lingkungan Sekolah Dan Keluarga Dalam Membentuk

Pengalaman Beragama. Penelitian ini dilakukan Demi mendukung kesuksesan

pencapaian misi tersebut yaitu dengan mengukur pengaruh kegiatan

keagamaan di lingkungan sekolah dan keluarga dalam membentuk karakter

keislaman peserta didik. SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta membekali

pendidikan karakter dan keagamaan dengan program-program yang terintegrasi

dengan pembelajaran didalam maupun diluar kelas seperti tahsin al-Quran,

tahfizh al-Quran, dan lain sebagainya. Dilakukannya kegiatan keagamaan

tersebut diharapkan mampu berpengaruh terhadap pembentukan pengalaman

beragama peserta didik agar tumbuh menjadi karakter yang diharapkan.13

Skripsi Siulmi, tahun 2019 dengan judul Analisis Kegiatan Keagamaan

Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa Di SMPN 5 Kota Bengkulu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Imtaq dalam

pembentukan akhlakul karimah siswa di SMP Negeri 5 Kota Bengkulu serta

12
Dewi Ayu Indah Permatasari, “Pelaksanaan Pembinaan Kegiatan Keagamaan di SMK
Negeri 7 Samarinda Tahun 2020”. Skripsi IAIN Samarinda 2020.
13
Dea Tara Ningtyas, Pengaruh Kegiatan Keagamaan Di Lingkungan Sekolah Dan
Keluarga Dalam Membentuk Pengalaman Beragama”, dalam Jurnal Penelitian Ilmiah, No 2 Vol
2, 2018.
16

faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan akhlakul karimah

siswa di SMP Negeri 5 Kota Bengkulu. Bagaimana pelaksanaan kegiatan

Imtaq dalam pembentukan akhlakul karimah siswa di SMP Negeri 5 Kota serta

faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan akhlakul karimah

siswa di SMP Negeri 5 Kota Bengkulu. Dalam proses pelaksanaan kegiatan

tersebut menggunakan metode keteladanan, pembiasaan dan latihan. Dengan

metode tersebut akan tumbuh sikap/akhlak yang baik pada siswa dan sudah ada

program khusus dari guru agama dan kerjasama antara guru agama dengan

pihak sekolah.14

Adapun persamaan dan perbedaan dari penelitian-penelitian di atas

dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

TABEL I
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENELITIAN
No. Nama Peneliti dan Judul Persamaan Perbedaan
1 St. Syamsuriani. Efektifitas 1. Pembinaan Pembentukan
Kegiatan Keagamaan kegiatan karakter siswa.
Terhadap Pembentukan keagamaan
Karakter Siswa Di 2. Sasarannya
Madrasah Aliyah pelajar atau
Muhammadiyah Limbung Siswa.
Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa
2 Sri Ramadaniah, Upaya 1. Pembinaan Proses
Pembinaan Keagamaan di keagaam siswa pembentukan
SMA Negeri 6 Samarinda 2. Penelitian karakter melalui
Kualitatif pembiasaan
keagamaan didalam
lingkungan sekolah
3 Dewi Ayu Indah 1. Pembinaan Pembinaan
Permatasari, Pelaksanaan keagamaan kegamaan ini
Pembinaan Kegiatan Siswa pelaksanaannya

14
Siulmi, “Analisis Kegiatan Keagamaan Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa
Di SMPN 5 Kota Bengkulu”. Skripsi IAIN Bengkulu 2019.
17

Keagamaan di SMK Negeri 2. Penelitian banyak di rumah


7 Samarinda Tahun 2020 Kualitatif siswa masing-
masing di
karenakan pandemi
covid-19
4 Dea Tara Ningtyas, 1.Pembinaan Pengaruh
Pengaruh Kegiatan Kegiatan bimbingan
Keagamaan Di Lingkungan Keagamaan keagamaan di
Sekolah Dan Keluarga lingkungan sekolah
Dalam Membentuk dan keluarga
Pengalaman Beragama
5 Siulmi, Analisis Kegiatan 1. Pembinaan Pelaksanaan
Keagamaan Dalam Kegiatan kegiatan
Pembentukan Akhlakul Keagamaan keagamaan dalam
Karimah Siswa Di SMPN 5 pembentukan
Kota Bengkulu karakter Siswa

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penelitian ini untuk mempermudah pembaca dalam

memahami isi skripsi ini, berikut penulis sajikan sistematika penulisan sebagai

berikut:

Bab pertama pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian

pustaka dan sistematika penulisan.

Bab kedua Landasan Teori, pada bab ini dikemukakan landasan teori

berisi tentang pengertian metode demonstrasi, kekurangan kelebihan metode

demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi, karakteristik pelajaran

Pendidikan Agama Islam, pengertian respon, serta hipotesis penelitian.

Bab ketiga Metode Penelitian, pada bab ini menjelaskan tentang jenis

penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional,

dan teknik analisis data.


18

Bab keempat Hasil Penelitian dan pembahasan, pada bab ini

menjelaskan tentang gambaran umum faktor-faktor yang mempengaruhi

aktualisasi kegiatan keagamaan di MTs. Al-Azhar Samarinda.

Bab kelima Penutup, bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktualisasi Dalam Diri Siswa

Faktor adalah hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan

(mempengaruhi) terjadinya sesuatu.15 Secara global faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu faktor

internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar16. Ada beberapa hal

yang mempengaruhi keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan.

Diantaranya faktor- faktor tersebut antara lain:

1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) yaitu:

a) Faktor fisiologis meliputi keadaan jasmani, kondisi umum jasmani dan

tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ- organ

tubuh dan sendi- sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas

siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan

b) Faktor psikologis, meliputi minat, motivasi, intelektif

2. Faktor yang berasal dari luar siswa (faktor eksternal) yaitu:

a) Faktor sosial, yang dimaksud dengan faktor sosial di ini adalah faktor

manusia dalam hal ini bisa teman, guru, atau orang lain.

b) Faktor non sosial, meliputi keadaan udara, suhu udara, waktu (pagi,

atau siang ataupun malam), tempat (letak, pergedungannya).

15
KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online), dalam http://kbbi.web.id di akses 7
November 2022, pukul 20.58 WITA
16
Muhibbin Syah. Psikologi belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), hlm
146.

19
20

3. Faktor Pendekatan Belajar yaitu:

Pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan

siswa dalam menunjang keefektifan dan efesiensi proses pembelajaran

materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah

oprasional yang direkayasa sedemikian rupa oleh siswa itu sendiri untuk

mencapai tujuan dalam memahami kegiatan keagamaan tersebut.

B. Aktualisasi Diri Siswa

Aktualisasi diri adalah keinginan seseorang untuk meraih derajat

kesempunaan (Al-Insanul-Kamil) yaitu dengan melalui peroses latihan dengan

mengkosongkan diri dari segala keburukan dan kejahatan, mengisi diri dengan

perilaku baik serta mengaktualisasikan nilai-nilai ilahiyah.17

Menurut Al-Ghazali Aktualisasi diri dapat dicapai dengan cara

mematahkan hambatan-hambatan jiwa dan membersihkan diri dari moral yang

tercela, sehingga kalbu lepas dari segala sesuatu selain Allah dan selalu

mengingatnya. Ia berpendapat bahwa sosok yang terbaik, jalan mereka adalah

yang paling benar, dan moral mereka

17
Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf Dan Psikologi (Telaah Atas Pemikiran
Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 80.
21

yang paling bersih.18 Dengan kata lain jika manusia menginginkan aktualisasi

diri, maka ia harus senantiasa memilih potensi kebaikan yang ada dalam dirinya

dan menghindarkan dirinya sejauh mungkin dari potensi kejahatan. Jika pilihan-

pilihan baik ini konsisten dilakukan, ia akan semakin mendekati derajat

kesempurnaan, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, jika seseorang konsisten

untuk mengaktualisasikan asma Allah atau dengan kata lain takhalluq bi asma

Allah (mengambil nama-nama Allah sebagai sumber inpirasi segala

perilakunya), maka ia akan meraih kesempurnaan yang didiambakan.

Aktualisasi diri menurut Maslow adalah kebutuhan untuk mewujudkan

seluruh potensi agar berkembang secara optimal. Konsekuensi dari konsep ini,

meningkatkan adanya persamaan pada setiap individu untuk memperoleh

kesempatan mengembangkan diri melalui jalur pendidikan formal dan

nonformal. Ia pun memperoleh kebebasan berkarya guna mewujudkan aspirasi,

citacita, minat-bakat dan kreativitas, tanpa kekangan, dan halangan atau

hambatan dari siapa saja.19

1. Teori Abraham Maslow tentang Aktualisasi Diri.


18
Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, (Jakarta: PT. As-Salam
Sejahtera, 2012), hlm. 237.
19
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembagan Dewasa Muda (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2003), hlm 96.
22

Menurut Maslow kebutuhan manusia dapat digolongkan menjadi

lima tingkat kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,

kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Ranking kebutuhan yang dikemukakan Maslow sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisiologi

Adalah kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasaannya

karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan

kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah

kebutuhan makan, minum, oksigen, kegiatan, istirahat, seks, proteksi dari

cuaca yang ekstrem, dan rangsangan-rangsangan sensoris.

b. Kebutuhan Rasa Aman

Adalah kebutuhan yang mendorong manusia untuk memperoleh

ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya.

c. Kebutuhan Sosial

Suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan

hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik

dengan sesama jenis maupun lawan jenis, dalam keluarga maupun dalam

kelompok masyarakat. Kebutuhan ini muncul dalam bentuk merasa

diterima dalam keanggotaan kelompok, mengalami rasa kekeluargaan,

persahabatan, kekaguman, dan kepercayaan.

d. Kebutuhan Harga Diri

Maslow membagi kebutuhan ini menjadi dua. Pertama,

penghargaan diri sendiri yang menyangkut hasrat untuk memperoleh


23

kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, edukasi, kemandirian,

dan kebebasan. Kedua, adalah penghargaan dari orang lain, yaitu

pengakuan dari orang lain karena prestasi yang telah diraihnya dan

kebutuhan untuk dihormati dan dihargai orang lain. Kebutuhan harga diri

diikuti oleh kebutuhan berkompetensi, kepercayaan diri, kekuatan

pribadi, prestasi, independensi, dan kebebasan.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Adalah kebutuhan yang muncul setelah semua kebutuhan

terpenuhi. Aktualisasi adalah kebutuhan manusia untuk menjadi orang

yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimiliki atau hasrat dari

individu untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap

potensi yang dimilikinya.

Menurut Maslow untuk mencapai aktualisasi diri dalam diri

seseorang, ia harus memenuhi kebutuhan akan kepercayaan diri terlebih

dahulu karena, dalam hirarki kebutuhan Maslow tersebut, kebutuhan

aktualisasi akan muncul apabila kebutuhan lainnya sudah terpenuhi

dengan baik. Karena pada dasarnya manusia akan merasa puas jika suatu

kebutuhannya terpenuhi, namun akan merasa kurang dari sisi kebutuhan

yang lainnya, sehingga individu akan melengkapi kebutuhan

kebutuhannya tersebut sepanjang hidupnya. Oleh karena itu untuk

mencapai aktualisasi diri, diperlukan kepercayaan diri untuk menunjang

terbentuknya aktualisasi diri dalam diri siswa. Kepercayaan diri

merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam


24

kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan

mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika

harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat

menerimanya. Aktualisasi diri merupakan sarana menuangkan diri dalam

kapasitas individu sebagai manusia yang menuntut direalisasikannya

semua potensi serta bakat yang sesuai dengan kemampuan, minat dan

bidangnya masing-masing.

Dalam membantu peserta didik untuk dapat

mengatualisasikan dirinya hendaklah seorang guru atau lembaga

pendidikan supaya mengikhtiarkan cara-cara yang bermanfaat untuk

membentukan adat istiadat yang baik, pendidikan akhlak, kebangunan

hati nuraninya, menguatkan kemauan bekerja, memndidik panca indranya,

mengarahkan pembawaan-pembawaan di waktu kecilnya kejalan yang

lurus, dan membiasakan berbuat amal baik dan menghindari setiap

kejahatan.20

20
Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Isalm, (Jakarta: Bulan
Bintang), hlm. 105.
25

Beberapa hal yang utama harus menjadi perhatian ialah bahwa

sifat pembawaan dari anak-anak itu ialah bisa menerima yang baik dan

bisa pula menerima yang buruk sekaligus maka ibu bapaknya lah yang

memilihkan salah satu dari dua hal ini. Nabi Muhammad Saw bersabda:

ُ‫ أَ َب َواه‬/¸‫وَلد ا ْل ¸فطرة‬/ُ‫و ٍد ي‬/ُ‫كل م ْول‬


‫ع َلى‬
‫ َم سا ¸نه‬/ُ‫َن أَ ْو ي‬/ُ‫ ْو ي‬/َ‫ا ¸نه أ‬/َ‫’ ¸ود‬
Terjemahannya:
‫’صرا ¸ن ُيه ’ج ه‬
“Setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya. Keduanya orang tuanya yang
menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim).”21

Dari hadis diatas jelas menunjukan bahwa pada dasarnya setiap

peserta didik memiliki kencenderungan kebaikan yang merupakan

pembawaan sejak dilahirkan. Menurut Ibnu Sina pendidikan anakanak

dan membiasakannya dengan tingkah laku yang terpuji haruslah

sebelum tertanam padanya sifat- sifat yang buruk.22 Oleh karena itu masa

kanak kanak merupakan periode yang terpenting dalam mendidik, maka

21
Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar… hlm. 116.
22
Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar… hlm. 154.
26

pengembangan aktualisasi diri peserta didik harus dikembangkan sedini

mungkin, apabila anak-anak kurang mendapatkan perhatian pada pemula

hidupnya sebagian akan tumbuh besar dengan akhlak yang rusak. Dalam

mencapai aktualisasi diri terdapat beberapa fakor baik itu dari luar

(eksternal) maupun dari dalam diri (internal) yang dapat menghambat

seseorang untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Maka dapat

dikatakan jika seseorang telah mampu membebaskan diri dari tekanan-

tekanan baik dari hambatan internal dan eksternal dalam

mengaktualisasikan dirinya, hal ini menunjukan bahwa orang tersebut

telah mencapai kematangan diri.

C. Kegiatan Keagamaan

Kegiatan mempunyai arti aktivitas, pekerjaan. Begitu pula dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kegiatan adalah kekuatan atau ketangkasan

(dalam berusaha). Sedangkan pengertian keagamaan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah hal yang bersangkutan dengan agama. Keagamaan


27

adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai

agama-agama. Kegiatan keagamaan merupakan “suatu usaha mempertahankan,

melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman

kepada Allah Swt dengan menjalankan syariat sehingga mereka menjadi

manusia yang hidup bahagia di dunia dan akhirat. 23 Sekolah memiliki peranan

yang penting dalam melakukan usaha untuk membina akhlak dan memberikan

pengalaman beragama bagi peserta didik melalui pelaksanaan kegiatan

keagamaan. Hal ini dibutuhkan karena implementasi pendidikan agama adalah

salah satu wahana untuk membentuk kesehatan mental manusia. Kegiatan

keagamaan seperti shalat, berdo’a, membaca al-quran, puasa dan kegiatan

lainnya harus dibiasakan sejak dini. Sehingga dapat menumbuhkan rasa senang

dan terbiasa dalam melaksanakannya.24 Berdasarkan pengertian diatas, penulis

dapat menyimpulkan bahwa kegiatan adalah bentuk usaha yang dilakukan

untuk mewujudkan atau mengaplikasikan iman ke dalam suatu bentuk perilaku

keagamaan.

Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia agama yaitu ajaran, sistem

yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan

Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan

manusia dan manusia serta lingkungannya.25 Kegiatan keagamaan adalah

bentuk usaha sadar yang dilakukan untuk mewujudkan atau mengaplikasikan

23
Asymuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), 20
dalam jurnal Dea Tara Ningtyas, Pengaruh Kegiatan Keagamaan Di Lingkungan Sekolah Dan
Keluarga Dalam Membentuk Pengalaman Beragama”, dalam Jurnal Penelitian Ilmiah, No 2 Vol
2, 2018.
24
Zakiah Daradjat, Psikologi Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hlm 75
25
KBBI, Kamus Besar… diakses tanggal 8 Oktober 2022, pukul 15.34 WITA
28

iman ke dalam suatu bentuk perilaku keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam implementasi kegiatan keagamaan di lembaga pendidikan, seorang guru

tidak hanya terfokus pada kegiatan proses belajar mengajar di kelas, tetapi juga

harus mengarahkan kepada peserta didiknya dalam bentuk implementasi

keagamaan. Misalnya, para peserta didik diajak untuk mau memperingati hari-

hari besar keagamaan dan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan dalam

sekolah yang sudah terselenggarakan. Kegiatan keagamaan sangat penting

dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan kegiatan keagamaan dapat

menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Selain itu dengan

kegiatan keagamaan dapat pula menyatu kepada masyarakat, berbangsa dan

bernegara. Hal ini dijelaskan dengan firman Allah Swt surat An-Nisa ayat 30

yang berbunyi:

ُ‫¸نيفًا وٱ خذَ َّلل‬ ‫ّ مل ْ ه‬/َ‫ن َ ن سَل َه ُۥه ¸ و محسن وٱت‬/ ‫و َم ن حس دي‬


‫ ٱ‬/َ‫ۗ ح ت‬ ‫َبع ة ب ي‬ ‫أ ن ا ّم أ َم وج َّل َو‬
‫َر َم‬ ‫ل‬ ’
‫م‬
َّ

‫ْب ه خ ¸لي ًل‬


‫َر ي‬
‫َم‬

Terjemahannya:

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan
ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi kesayangan-Nya”.26

Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai

petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan

manusia dalam menyelenggarakan tata hidup yang nyata serta mengatur

hubungan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam
29
26
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Adhi Aksara Abadi Indonesia),
Q.S An-Nisa, 4: 125
30

sekitarnya. Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman

dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya

seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer,

sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup, dan perilaku manusia yang

menuju kepada keridhaan Allah (akhlak).27 Keagamaan berasal dari kata agama

yang berarti segenap kepercayaan terhadap Tuhan. Jadi keagamaan adalah

sifat-sifat yang terdapat di dalam agama.28 Kata keagamaan menunjukan kata

sifat dengan pengertian sebagai berikut:

a. Agama adalah teks atau kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran yang

menjadi tuntutan hidup bagi para penganutnya.

b. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata agama berarti suatu sistem,

prinsip kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran kebaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.

Menurut Hendro Puspito agama adalah sistem nilai yang mengatur

hubungan manusia dan alam semesta yang berkaitan dengan keyakinan.29

Agama sebagai suatu realitas pengalaman manusia yang dapat diamati dalam

aktifitas kehidupan umat manusia. Hal ini berarti, aktifitas keagamaan muncul

dari adanya pengalaman keagamaan. Pada dasarnya agama itu lahir dan timbul

dalam jiwa manusia, karena adanya perasaan aku dan karena merupakan

kebutuhan rohani yang tidak bisa diabaikan keberadaannya, karena hal tersebut

27
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hlm 4.

Aat Ssyafaat, Sohari Sahrani dan Muslih, Peran Pendidikan Agama Islam dalam
28

Mencegah Kenakalan Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.154.


29
Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 29
31

dapat menimbulkan adanya perasaan yang menjadi pendorong utama

timbulnya rasa keberagamaan. Agama sebagai refleksi atas cara beragama

tidak hanya terbatas pada kepercayaan saja, akan tetapi merefleksikan dalam

perwujudan-perwujudan Tindakan kolektivitas umat (aktivitas keagamaan).

Aktivitas keagamaan suatu umat beragama bukan hanya relasi dengan Allah

swt. namun juga meliputi relasi dengan sesama makhluk.

Dengan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa agama adalah

peraturan Tuhan yang diberikan kepada manusia, untuk mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat kelak. Hal ini diperkuat dengan firman Allah Swt

surat Ar-Rum ayat 30 yang berbunyi:

‫ ْب ْ ق ٱ‬/َ‫ت‬ ‫ط َر علَ ْي‬ ‫ٱ‬ َ ‫¸نيًفا‬ ‫لل‬ َ ‫ ¸ق‬/َ‫َفأ‬


َّ¸‫ٱلَّناس َها ¸ديل لَّل ل ل‬ ¸ ‫ر‬ ‫ۚح‬ ‫ين‬/’‫ْم ه ¸د‬
ۚ‫ل‬ ‫ل ٱلَّ ¸تى‬ ‫ك‬ ‫و‬
‫خ‬ ‫ت‬ ‫ط‬ ‫ج‬
‫ َر َّل ُمو‬/َ‫ ْكث‬/َ‫ن أ‬ ‫ ¸ل ٱل ٱ ْلَق ¸ك‬/َ‫ذ‬
Terjemahannya:
‫ن‬ ‫ٱلَّناس‬ ‫ي ’¸ي ُم وَٰل‬/’‫¸د‬
َ‫عل‬ ‫ن‬ ‫ك‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah


atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang yang lurus; tetapi
kebanyakanmanusia tidak mengetahui.”30

Islam adalah adalah agama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi

Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup

seluruh manusia hingga akhir zaman. Islam (Arab: al-Islam “berserah diri

kepada Tuhan”) adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah Swt.

Dalam al-Qur’an Islam disebut juga agama Allah Dienullah. Pengertian Islam

secara harfiah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk

dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam) M, (mim) yang bermakna dasar “selamat”

30
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Adhi Aksara Abadi Indonesia),
QS. Ar-Rum: 30.
32

(salama). Dari pengertian Islam dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama

yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan

setelah kematian).

Islam juga mengajarkan umatnya atau pemeluknya kaum muslim/ umat

islam, untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian, antara lain tercermin

dalam bacaan shalat yakni ucapan doa keselamatan “Assalammualaikum

warohmatullah” semoga keselamatan dan kasih sayang Allah dilimpahkan

kepadamu, sebagai penutup shalat. Islam dalam bahasa Arab yaitu Aslama

yang artinya berserah diri kepada aturan Allah Swt. Hal ini menunjukkan

bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas

menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah Swt.

D. Tujuan dan Manfaat dari Kegiatan Keagamaan


Segala sesuatu yang dilaksanakan, tentu mempunyai tujuan yang

hendak dicapai dan memiliki fungsi. Pada dasarnya kegiatan keagamaan

merupakan usaha yang dilakukan (terhadap peserta didik) agar dapat

memahami dan mengamalkan ajaran agama. Sehingga tujuan dan fungsi

kegiatan keagamaan secara umum tidak terlepas dari tujuan dan fungsi

Pendidikan Islam.

Tujuan adalah suatu sasaran yang diharapkan tercapai dalam

pelaksanaan pembentukan kepribadian muslim bagi peserta didik melalui

aktivias keagamaan. Aktifitas keagamaan adalah suatu kegiatan yang bertujuan

untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. mematuhi semua petunjuknya dan

menghindari semua larangannya. Allah Swt memerintahkan umatnya untuk


33

banyak bersyukur, sabar dan tawakkal, dengan banyak bersyukur kepada Allah

Swt atas nikmat dan karunia yang diberikan merupakan manifestasi pengakuan

bahwa diatas kita masih ada yang mengatur.

Tujuan dilaksanakannya kegiatan keagamaan adalah untuk

memperdalam pengetahuan siswa mengenai materi yang diperoleh di kelas,

mengenal hubungan antar mata pelajaran dengan keimanan dan ketaqwaan,

menyalurkan bakat dan minat siswa, serta melengkapi upaya pembinaan

manusia seutuhnya.31 Disinilah fungsi dari kegiatan keagamaan, yang bertujuan

untuk memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk memperoleh

pengalaman dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh Agama Islam,

terutama hal-hal yang berkaitan dengan rukun islam. Lalu tujuan lain adalah

untuk terbentuknya peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai

ajaran agamanya atau menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis,

kreatif, inovatif dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.32 Secara khusus aktifitas

keagamaan bertujuan untuk memperdalam pengetahuan peserta didik tentang

agama, dan dapat mengamalkan materi yang sudah diajarkan di dalam kelas,

serta sebagai upaya pembinaan perilaku beragama yang meliputi tanggung

jawab, disiplin dan bekerjasama. Dari beberapa pendapat tersebut mengenai

tujuan aktifitas keagamaan dapat disimpulkan bahwa diadakannya aktifitas

keagamaan bertujuan untuk mewujudkan peserta didik yang senantiasa

31
Departemen Pendidikan Nasional, peningkatkan Wawasan Keagamaan (Islam),
(Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm. 96
32
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 176
34

berakhlakul karimah yang diwujudkan dengan senantiasa menjakankan

perintah Allah SWT. Dan berusaha menjauhi segala larangannya serta

memiliki jiwa sosial keagamaan serta mampu menerapkan norma-norma yang

berlaku.

Adapun manfaat diadakannya kegiatan keagamaan di sekolah yaitu:

1. Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk mengamalkan ajaran

Agama Islam

2. Dapat meningkatkan pengayaan pengetahuan tentang Pendidikan Agama

Islam

3. Menyalurkan minat dan bakat siswa

4. Melatih siswa hidup bermasyarakat

5. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah Swt

Dari penjelasan di atas maka penulis mengambil suatu kesimpulan

bahwa manfaat kegiatan keagamaan di sekolah adalah untuk menyalurkan

potensi yang ada dalam diri siswa dalam bidang keagamaan, menambah

wawasan pengetahuan keagamaan serta memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengamalkan ajaran agamanya sehingga menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah Swt.

E. Bentuk Kegiatan Keagamaan

Kegiatan keagamaan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan

pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang ajaran Agama Islam,

sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT, serta berakhlak mulia. Adapun kegiatan keagaaman di sekolah yaitu:


35

1. Sholat Berjamaah

Sholat adalah ucapan atau perbuatan yang diawali dengan takbiratul

ihram dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat yang ditentukan.

Sholat diwajibkan bagi semua umat islam yang mukallaf (baligh dan berakal

sehat) dan suci, sehari semalam lima kali. Sholat berjamaah adalah sholat

yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dilakukan dengan cara yang

di belakang mengikuti yang di depan. Hukumnya sunnah muakkadah (yang

dikukuhkan).33

2. Pengajian

Pengajian berasal dari kata “kaji” yang artinya meneliti atau

mempelajari tentang ilmu-ilmu Agama Islam yang menanamkan norma-

norma agama melalui media tertentu, sehingga terwujud suatu kehidupan

yang bahagia danm sejahtera di dunia dan akhirat dalam ridho Allah Swt.34

Pengajian merupakan salah satu unsur pokok dalam syiar dan

pengembangan Agama Islam. Pengajian ini sering disebut juga dengan

Dakwah Islamiyah, karena salah satu upaya dalam Dakwah Islamiyah

adalah lewat pengajian. Pengajian adalah salah satu jenis kegiatan yang

mempunyai tujuan untuk membentuk Muslim yang baik, beriman, bertaqwa,

serta berbudi luhur. Dalam penyelenggaran pengajian, metode ceramah

adalah adalah salah satu metode yang dipakai untuk menyampaikan materi

dakwahnya. Pada hakekatnya ceramah atau pengajian adalah menyeru dan

mengajak umat beragama kepada jalan yang benar, sesuai dengan ajran
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang:Pustaka Nuun, 2010), hlm 97-97
33

34
Nanih Machendrawati Dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam
Dari Ideologi Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), hlm 152
36

agama masing- masing, guna meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt

demi kebahagiaan hidup lahir dan bathin.35

3. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)

Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) adalah kegiatan- kegiatan yang

dilaksanakan untuk memperingati dan merayakan hari- hari besar Islam

sebagaimana biasanaya diselenggarakan oleh masyarakat Islam di seluruh

dunia berkaitan dengan peristiwa- peristiwa besar bersejarah, seperti

peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, peringatan Isro’ Mi’roj,

peringatan 1 Muharram dan sebagainya. Kegiatan tersebut diharapkan dapat

berdampak positif terhadap penanaman nilai keimanan di hati seseorang.

Kegiatan PHBI merupakan upaya memperkenalkan pelbagai

peristiwa penting dan bersejarah. Peringatan dan perayaan hari besar Islam

bertujuan untuk melatih seseorang agar selalu berperan serta dalam upaya-

upaya menyemarakkan syiar Islam dalam kehidupan masyarakat melalui

kegiatan yang positif dan bernilai baik bagi pengembangan internal ke

dalam lingkungan masyarakat Islam maupun dalam lingkungan masyarakat

yang lebih luas.

35
Asmuni Syukir, Dasar- Dasar Strategi Dakwah, (Bandung: RosdaKarya, 2009), hlm
105
37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam permasalahan yang akan dibahas penelitian ini, maka jenis

penelitian ini berbentuk kualitatif.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode


penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai
metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi
budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna.36

Jenis penelitian ini termasuk kedalam penelitian lapangan (field

research), yaitu penelitian yang langsung dilakukan atau pada responden. Oleh

karena itu, subjek penelitiannya adalah berupa objek di lapangan yang mampu

memberikan informasi tentang kajian penelitian. Dimana tujuan dari penelitian

adalah mendeskripsikan atau menggambarkan suatu masalah sesuai dengan

suatu populasi, situasi dan fenomena secara akurat dan sistematis untuk

mengetahui aktualisasi kegiatan keagamaan di MTs. Al-Azhar Samarinda.

Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang dilakukan peneliti

adalah pendekatan fenomenologi. penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi motivasi, tindakan, dan lainnya. Penelitian ini mempunyai tujuan

36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,
2020), hlm 17-18

35
36

untuk menyusun teori, memandang teori sebagai hasil proses induksi dari

pengamatan terhadap fakta atau pengumpulan informasi. Penelitian kualitatif

dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Peneliti berusaha

memahami subjek dari kerangka berpikirnya sendiri. Dengan demikian yang

penting adalah pendapat, perasaan dan pengetahuan dari para narasumber.37

Maka, sejalan dengan judul dari penelitian skripsi ini, dipergunakan

jenis penelitian kualitatif. Dimana peneliti berusaha untuk mendeskripsikan

fenomena kegiatan keagamaan secara jelas dan rinci serta faktor pendukung

dan penghambat dari pelaksanaan kegiatan keagamaan di MTs. Al-Azhar.

Samarinda.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Al-Azhar Samarinda yang

beralamat di Jl. M. Said, RT. 12, Kelurahan Lok Bahu, Kecamatan Sungai

Kunjang, Kota Samarinda. Di samping itu, proses wawancara mendalam pada

informan dan pertisipan dilakukan selama proses aktualisasi kegiatan

keagamaan di lingkup MTs. Al-Azhar Samarinda.

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini memfokuskan kepada sekelompok orang-orang yang

mempunyai informasi yang diperlukan dalam pemahaman problematika yang

merupakan titik peristiwa pada penelitian ini. Subjek penelitiannya ialah

37
Sugiyono, Metode… hlm 318
37

Kepala Madrasah, Waka Kurikulum, Pembina OSIS, Guru Mata Pelajaran PAI,

dan Ketua OSIS MTs. Al-Azhar Samarinda.

D. Sumber Data

Sumber data penelitian yang didapatkan dan peneliti kumpulkan

bersumber dari data primer serta sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer pada penelitian ini diantaranya Kepala

Madrasah, Waka Kurikulum, Pembina OSIS, Guru Mata Pelajaran PAI,

Ketua OSIS dan untuk data primer pada penelitian ini peneliti kumpulkan

dengan teknik pengamatan partisipan serta wawancara secara mendalam.

2. Sumber Data Skunder

Sumber data sekunder pada penelitian ini ialah dokumen-dokumen

serta data penunjang lainnya milik sekolah misalnya profil sekolah, visi

misi, sejarah, data peserta didik dan guru serta dokumen-dokumen terkait

program kegiatan keagamaan di MTs. Al-Azhar Samarinda. Data sekunder

pada penelitian ini peneliti kumpulkan dengan teknik dokumentasi

E. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai suatu penelitian yang dilakukan dilapangan tempat terjadinya

gejala-gejala yang diselidiki, maka teknik yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Observasi
38

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan teknik yang lain. Teknik pengumpulan data

dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku

manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati

tidak terlalu besar.38

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui secara detail mengenai

aktualisasi siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan serta faktor-faktor

yang mempengaruhi berjalannya program kegiatan tersebut.

2. Wawancara (interview)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak struktur dan

dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan

telepon.39

Jenis wawancara yang dipakai peneliti yaitu wawancara tidak

terstruktur, wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan datanya, pedoman wawancara yang digunakan hanya

berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan,40 Wawancara

yang dilakukan peneliti yaitu mewawancarai Kepala Madrasah, Waka


38
Sugiyono, Metode… hlm 203
39
Sugiyono, Metode… hlm 195
40
Sugiyono, Metode… hlm 198
39

Kesiswaan, Pembina OSIS, Ketua OSIS, Guru Pendidikan Agama Islam,

serta beberapa siswa dan siswi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data pendukung yang memperkuat data primer

yang dari sumber data yang berupa dokumentasi dan laporan. Dokumentasi

diartikan sebagai usaha mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku surat kabar, majalah dan sebagainya.41

Dokumentasi dalam penelitian ini, peneliti akan menggali informasi dari

dokumen-dokumen yang dapat berupa foto, video, rekaman, profil dan lain

sebagainya, dengan adanya dokumen ini diharapkan akan membantu

mempertajam analisis penelitian.

41
Suharshimi Arikunto, Prosedur … hlm.274.
40

GAMBAR I
PETA KONSEP PENELITIAN

Faktor-faktor yang Rumusan Masalah Pelaksanaan aktualisasi


mempengaruhi kegiatan keagamaan
aktualisasi siswa ketika dijalankan
pada kegiatan Pengumpulan Data
keagamaan

Data Primer Data Skunder Keabsahan Data


1. Observasi Lapangan 1. Mencatat hasil informasi terdahulu Pengolahan
Uji kredibilitas dan instrumen
pembuatan
(Observasi non partisipan/pengamat independen) dari narasumber mengenai Analisis
wawancara dengan Data
dosen pembimbing
2. Fokus Penelitian pada aktualisasi siswa-siswi dalam aktualisasi siswa-siswi dalam
mengikuti kegiatan keagamaan dengan pengamatan observasi 1. Reduksi Data
mengikuti kegiatan keagamaan
non partisipan 2. Mengumpulakan data dokumentasi 2. Penyajian Data
a. Pengamatan mengaji metode qiroati terdahulu dari narasumber 3. Verifikasi atau
b. Hapalan sifat-sifat Allah mengenai aktualisasi siswa-siswi kesimpulan
c. Kegiatan Sholat Dhuha dalam mengikuti kegiatan
d. Majelis Ta’lim bulanan
e. Ektrakurikuler Habsyi
f. Ektrakurikuler Tahfidz
3. Membuat instrumen penelitian menggunakan wawancara
a. Mewawancarai Kepala Madrasah
b. Mewawancarai Waka Kurikulum
c. Mewawancarai Pembina OSIS
d. Mewawancarai Guru PAI
e. Mewawancarai Ketua OSIS
Serta mendokumentasikan hasil wawancara dari narasumber
dengan mencatat hasilnya serta mengambil foto hasil
wawancara dengan narasumber
41

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif kualitatif. Terhadap tiga tahap analisis data, yaitu tahap reduksi data,

tahap penyajian data, dan tahap kesimpulan.

1. Tahap Kondensasi Data

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak untuk itu

maka perlu dicatat dan diteliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan

semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,

kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.42

Dari data-data yang peneliti dapatkan dari lapangan, data tersebut akan

direduksi dan disederhanakan atau di pilih mana data yang yang berguna

dan mana yang tidak diperlukan sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik

dan diverifikasi.

2. Tahap Penyajian Data

Setelah direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data43. Penyajian data merupakan proses menyajikan sekumpulan informasi

yang tersusun sehingga memberi adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif

(berbentuk catatan lapangan).

3. Tahap Verifikasi atau Kesimpulan

42
Sugiyono, Metode… hlm 323-325
43
Sugiyono, Metode… hlm 325
42

Langkah selanjutnya penarikan kesimpulan. Pada penelitian

kualitatif kesimpulan merupaka temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi, atau gambaran suatu objek

yang sebelumnya remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas.44

Kesimpulan awal masih dapat berubah apabila yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap data berikutnya. Tetapi apabila pada

tahap awal kesimpulan sudah didukung bukti-bukti yang valid dan konsisten

dari lapangan maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel.

G. Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan

dengan uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektifitas).45

Untuk memeriksa keabsahan data mengenai “faktor-faktor yang

mempengaruhi aktualisasi kegiatan keagamaan di MTs. Al-Azhar Samarinda,

berdasarkan data yang sudah terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan uji

kredibilitas, adapun perincian dari Teknik ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Kredibilitas

44
Sugiyono, Metode… hlm 329
45
Sugiyono, Metode… hlm 364
43

Dalam penelitian kualitatif, uji kredibilitas data atau kepercayaan

terhadap data hasil penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara

lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan

dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus

negatif, dan member check. Namun, dalam penelitian ini hanya

menggunakan beberapa cara yang dilakukan untuk menguji kepercayaan

data hasil penelitian sebagai berikut:

a. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu. Dengan demikian, terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Namun, dalam penelitian ini

peneliti menggunakan dua triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan

triangulasi teknik.

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Untuk menguji kredibelitas data tentang faktor-faktor

aktualisasi kegiatan keagamaan, maka pengumpulan dan pengujian

data dilakukan kepada Kepala Madrasah, Waka Kurikulum, Waka

Kesiswaan, Pembina Osis, Ketua Osis, serta guru Pendidikan Agama

Islam (PAI). Data dari beberapa sumber tersebut kan dideskribsikan,


44

dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan

mana yang spesifik dari ketiga sumber data tersebut.

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Yaitu teknik observasi, wawancara dan dokumen

pendukung terhadap informan.

b. Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti. Untuk itu dalam penyusunan

laporan, peneliti menyertakan foto atau dokumen autentik sehingga hasil

penelitian menjadi lebih dapat dipercaya

c. Melakukan Member Checking

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi

data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data itu

pertanda data tersebut valid, sehingga semakin kredibel. Pelaksanaan

member check dapat dilakukan setelah mendapat suatu temuan atau

kesimpulan.46

46
Sugiyono, Metode… hlm 371
45

Dalam penelitian ini member check dilakukan sendiri oleh

peneliti. Setelah data disepakati narasumber atau responden, maka

pemberi data diminta untuk menandatangani, agar lebih autentik.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Sekolah

Lembaga ini bermula dari keinginan masyarakat yang ini anaknya

bersekolah di sekolah yang banyak pelajaran agamanya di Yayasan Al–

Azhar Samarinda sudah memiliki TK Dan MI Al–Azhar, namun tidak ada

tingakat lanjutan yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs). Oleh karena itu di

bentuklah MTs atas rapat masyarakat sekitar dan keinginan orang tua yang

anaknya sudah bersekolah di MI Islam Al–Azhar dapat melanjutkan ke

Madrasah. Maka dibentuklah MTs Al–Azhar Samarinda sejak tahun 2004

sampai dengan sekarang lembaga ini “ MTs Al-Azhar”.47

2. Profil Sekolah

a. Visi

Terwujudnya generasi yang cerdas berkarakter mulia dan berkualitas.

b. Misi

1) Meningkatkan Iman dan Taqwa melalui proses pembelajaran yang

Integral dan Universal

2) Mewujudkan generasi yang berakhlak Qur’aniyah

3) Merealisasikan nilai-nilai Ukhuwah demi terwujudnya rahmah

4) Merealisasikan sikap disiplin menuju pribadi yang bermujadah

47
Dokumentasi pada tanggal 20 Januari 2023

46
47

5) Mewujudkan Insan Kamil, dari segi Kognitif, Afekktif, dan

Psikomotor

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan aktualisasi kegiatan

keagamaan di MTs. Al-Azhar Samarinda, Informasi yang didapatkan

merupakan hasil wawancara dengan narasumber, hasil observasi yakni

dengan pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti dan hasil

dokumentasi dengan arsip-arsip dan dokumen penelitian yang berkaitan

dengan kegiatan keagamaan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi

aktualisasi kegiatan keagamaan.

1. Bentuk Aktualisasi Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Keagamaan

a. Kegiatan Tahfidz Qur’an

Tujuan diadakannya program tahfidz al-Qur’an adalah untuk

mencetak generasi Qur’ani yang dekat dengan al-Qur’an, berkualitas

dan memiliki karakter (ahlakul karimah), pengalaman luas dan target

hafalan yang maksimal. Di Sekolah MTs. Al-Azhar memiliki rencana

program hafal juz 30 ini termasuk dalam program ekstrakulikuler tetapi

ada sebagian siswa yang menghafal lebih dari juz 30 yaitu surat-surat

penting seperti surat yasin dan Al-mulk, setiap pagi sebelum memulai

pelajaran seluruh siswa mulai dari kelas VII sampai kelas IX

diwajibkan membaca dan menghafalkan surat-surat yang terdapat pada

juz 30, kegiatan menghafal dan membaca ini disesuaikan dengan kelas
48

siswa, semakin tinggi kelas siswa maka semakin banyak pula hafalan

dan bacaan yang harus dilakukan.

Sebagimana yang telah dijelaskan Kepala Madrasah, Muhlisin:

“Jadi, pengajaran tahfidz itu tidak hanya dilakukan pada jam


ekstra kulikuler saja tetapi juga dilakukan pada pagi hari, kelas VII
menghafal surat sekian sampai sekian, jadi kelas atas nya mengikuti
tapi ditambah satu atau dua surat, kegiatan tersebut langsung dibimbing
oleh guru yang akan mengajar jam tersebut. Kegiatan Ekstrakulikuler
tahfidz ini sudah berjalan kurang lebih lima tahun ini, maka dari itu
MTs. Al- Azhar memiliki keinginan untuk membentuk pribadi siswa
yang lebih baik, memiliki keluaran yang unggul dibandingkan yang
lain, dengan adanya program tahfidz. Tujuan diadakannya program
tahfidz ini untuk membantu siswa agar tidak tertinggal dari teman-
teman yang lainnya, memberikan keluaran-keluaran siswa yang pandai
dalam menghafal dan juga pintar membaca ayat-ayat al-Qur’an, tidak
hanya itu saja tetapi agar siswa memilki kepribadian yang sholeh
sholihah sesuai dengan visi misi sekolahan”48

Dukungan dari sekolah berupa sarana dan prasarana juga sangat

membantu dalam keberhasilan menghafal al-Qur’an. Sarana dan

prasarana yang menunjang metode tahfidz masih sangat sederhana dan

seadanya pada saat saya melakukan observasi pada hari kamis jam

08:00 WITA di kelas VII A saya melihat sarana dan prasarana siswa

yang mengikuti kegiatan tersebut yang terdiri dari meja, kursi dan buku

catatan khusus absensi storan hafalan. Tidak hanya itu saja tetapi

dengan adanya jadwal untuk sholat dhuha dan juga sholat dhuhur

berjamaah adalah salah satu agar siswa menjadi pribadi yang taat

agama, apalagi sholat itu merupakan tiang agama islam.

48
Muhlisin, Kepala Madrasah: Ruang Kepala Madrasah MTs. Al-Azhar, wawancara
tanggal 19 Januari 2023
49

Banyak dari siswa yang memanfaatkan waktu luang mereka

untuk menghafal al-Qur’an maupun hanya sekedar membaca ayat-ayat

al-Qur’an setiap saat, bisa pada waktu jam istirahat maupun pada saat

kelas kosong, siswa benar-benar di bimbing agar terbiasa menghafal

dan terbiasa mengucapkan ayat-ayat al-Qur’an dengan baik dan benar

sesuai makharijul huruf, dan kebanyakan siswa yang mengikuti

program tahfidz ini, mereka cenderung pendiam tidak banyak

melanggar peraturan sekolah. Program tahfidz dilaksanakan untuk

semua siswa mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX, tetapi untuk

kelas IX itu sendiri pengajaran tahfidz hanya dilakukan sampai awal

semester ganjil, dikarenakan kelas XI di semester genap sudah harus

berkonsentrasi pada mata pelajaran untuk ujian madrasah dan juga

ujian-ujian latihan lainnya.

Perencanaan untuk menunjang program tahfidz qur’an untuk

membentuk karakter siswa adalah adanya masjid di area sekolahan,

lokasi sekolah yang berada dalam naungan yayasan, adanya jadwal

sholat berjama’ah seperti sholat dhuha dan solat dhuhur serta

perpustakaan yang menyediakan buku wawasan tentang pembelajaran.

b. Sholat Dhuha

Sholat Dhuha dilaksanakan mulai hari senin hingga hari jumat,

dimulai pukul 07.15-07.30 WITA, bertempat di mushola dan diikuti

oleh seluruh siswa kelas VII, VIII dan IX putra dan putri. Sebagimana

yang telah dijelaskan Kepala Madrasah, Muhlisin:


50

“Melakukan pembiasaan shalat dhuha secara berjama’ah


maupun mandiri guna untuk menghidupkan sunnah dan juga
membentuk etika yang bagus pada siswa baik, seperti bagaimana anak
itu bersikap, berdo‟a, sopan-santunnya ketika berprilaku, bagaimana
akhlak siswa dikelas, diluar kelas dan lingkungan, kedisiplinan waktu,
sehingga dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari tidak hanya pada
lingkungan sekolah tetapi di lingkungan sekitar. Melatih siswa-siswinya
agar menjadi terbiasa setiap harinya tidak hanya di sekolah saja tetapi
juga untuk melatih kebiasaan anak ketika di rumahnya, memberikan
motivasi-motivasi tentang keutamaan shalat dhuha. Awalnya memang
berat dalam melaksanakannya tetapi lama kelamaan sesuatu yang baik
dan terus menerus dilakukan akan terasa ringan dan senang dengan
ikhlas menjalankannya bahkan sudah menjadi bagian dari rutinitas yang
apabila tidak dilakukan akan terasa ada yang berbeda dari hari-hari
biasannya49

Latar belakang diadakannya kegiatan Shalat Dhuha (wawancara

dengan Waka Kurikulum MTs. Al-Azhar) tersebut di antaranya:

“Bentuk keprihatinan pihak sekolah atas meningkatnya


kenakalan siswa. Sebagai salah satu untuk menghidupkan sunnah dan
jalan pembuka harapan datangnya hidayah keilmuan dari Allah
SWT.”50

Dari hasil di atas, kegiatan rutin pembiasaan shalat dhuha

dilaksanakan dengan tertib sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak

sekolah, yaitu mendidik siswa-siswinya supaya lebih menghargai waktu

dan disiplin dalam segala hal dan kegiatan di lingkungan sekolah

maupun dimanapun mereka berada.

c. Kegiatan Muhahdaroh

Kegiatan Muhadharoh dilaksanakan setiap hari sabtu sepulang

sekolah, diikuti oleh siswa siswi dan bertempat di dalam kelas VII.

Peran Muhadharah sebagai wadah para siswa untuk membentuk kader-


49
Muhlisin, Kepala Madrasah: Ruang Kepala Madrasah MTs. Al-Azhar, wawancara
tanggal 19 Januari 2023
5 Angga Setiawan, Waka Kurikulum: Ruang pengurus OSIS, wawancara tanggal 19
Januari 2023
51

kader muballigh yang nantinya akan terjun langsung kemasyarakat, jadi

muhadharah sebagai media latihan untuk para siswa sendiri.

Sebenarnya bukan hanya menjadikan siswa sebagai muballigh saja,

akan tetapi menjadikan siswa mempunyai kemampuan untuk berbicara

didepan publik.

Seperti yang disampaikan Angga Setiawan selaku Waka

Kurikulum:

“Sistem muhadharah disini yakni membuat anak-anak pertama


kali tdak bisa berbicara didepan umum menjadi dapat berbicara.
Sebagian guru mata pelajaran bidang agama islam terkadang
melaksanakan kegiatan muhadharah didalam, seperti berpidato didepan
kelas dan disaksikan teman-teman sekelasnya. Jadi kita mengkader
mereka dari sejak awal masuk madrasah yakni dari kelas VII
Tsanawiyah. dengan cara pertama membuat mereka memiliki mental,
dari pertama membuat mereka maju kemudian berbicara dengan
pembukaan dulu kemudian baru tentang isi. Dari mentalitas anak-anak
dsitu dilatih dan dibiasakan dengan sistem seperti itu. Apabila ada siswa
yang menonjil dalam kegiatan tersebut, maka kami pihak sekolah
mendukung mereka agar bisa tampil pada event-event di luar sekolah,
untuk mengharumkan nama sekolah juga tentunya. Pembagian
kelompok dipilih secara acak oleh pengurus kegiatan ekstrakurikuler
muhadharah setiap kali tampil dalam kegiatan tersebut dipilih sebanyak
3 orang, misalnya 1 Orang dari kelas 1 VII, 1 Orang dari kelas VIII dan
1 Orang dari kelas IX dan seterusnya. Yang intinya yang menjadi
petugas tersebut dilakukan secara bergantian dan ditunjuk secara merata
tidak fokus dalam satu kelas saja”51

Sebelum kegiatan muhadharah berlangsung atau dilaksanakan

kelompok sudah dibagi terlebih dahulu secara adil, tidak ada perbedaan

atau pilih kasih misalkan yang pandai pidato berkelompok dengan yang

pandai berpidato, yang senior dengan yang senior, atau anak baru

dengan anak baru, akan tetapi pemilihan kelompok tersebut dipilih

5 Angga Setiawan, Waka Kurikulum: Ruang pengurus OSIS, wawancara tanggal 19


Januari 2023
52

secara acak oleh pengurus muhadharah, agar antara yang senior bisa

membimbing adik-adiknya yang masih baru, yang sudah pandai

berpidato bisa membimbing yang masih belum pandai berpidato

tentang pelaksanaan muhadharah dengan harapan kegaiatan yang telah

dilaksanakan bisa bermanfaat dengan baik.

Melalui aktifitas kegiatan muhadharah ini siswa dilatih

berbicara didepan kelas yang sebelumnya telah dibekali teknik-teknik

berpidato dan menyampaikan isi pidato tersebut dengan maksud agar

mereka memiliki keberanian untuk berbicara di depan publik. Dalam

hal ini penulis juga berpendapat bahwa kata muhadharah sendiri

sebenarnya berasal dari bahasa arab yakni Hadharah yang berarti hadir.

Sedangkan yang dimaksud dengan muhadharah yakni sebuah ajang

pertemuan atau perkumpulan yang dihadiri oleh banyak orang, lalu satu

orang di antaranya dituntun untuk berlatih pidato dan menguasai isi

materi yang akan disampaikan serta tidak mempermalukan dirinya

sendiri di depan audience yang hadir menyaksikan, maka secara

otomatis santri yang mendapatkan tugas menjadi orator atau pembicara

telah melatih diri dari sebelumnya dengan sebaik mungkin dan tampil

maksimal.

d. Kegiatan Tahsin Qira’at

Kelas Tahsin Qira’at atau Makharijul huruf, kegiatan

memperbaiki atau memperindah bacaan al-Qur'an dengan tujuan agar

bacaan kita sesuai dengan bacaan Rasulullah Saw. Kelas Tahsin Qira’at
53

diadakan 2 kali dalam seminggu, dihari jum’at dan sabtu, dimana

kegiatan tersebut membantu peserta didik dalam penyebutan ayat atau

setiap huruf al-Qur'an secara benar. Metode yang digunakan yaitu

dengan metode demonstrasi, mencontohkan kepada para peserta didik

lalu mereka mengikutinya. Cara yang digunakan dalam pengenalan

huruf yaitu dengan membawa cermin, setiap peserta didik

diperkenankan melafalkan huruf per huruf dihadapan cermin yang

mereka pegang, agar mereka sadar dimana letak kesalahan lidah mereka

melafalkan pada penyembutan hurufnya karena dalam membaca al-

Qur’an sangat penting dalam pelafalan huruf, dikarenakan apabila salah

membaca maka artipun berbeda.

Miftahus Sa'adah sebagai guru pelajaran fiqih menuturkan:

“Di dalam ilmu tajwid tidak hanya menerangkan tentang


hukum-hukum bacaan yang terdapat di dalam al-Qur’an, namun ilmu
tajwid juga membahas tentang makharijul huruf sehingga terdapat
perbedaan dalam membaca huruf hijaiyyah. Mengapa makharijul
huruf perlu disempurnakan? Menyempurnakan makharijul
huruf bertujuan agar seseorang dapat membaca al-Qur’an dengan baik
dan benar sehingga maknanya tidak keliru. Karena jika terjadi suatu
kesalahan dalam pelafalan huruf hijaiyyah, hal tersebut dapat
memberikan arti atau makna baru. Huruf hijaiyyah sendiri memiliki
sifat huruf, dimana sifat-sifat itulah yang membedakan masing-masing
huruf hijaiyyah. Kendala yang ditemukan, ada beberapa siswi yang
memang agak sukar mengikuti contoh yang telah diberikan,
dikarenakan struktur lidah yang pendek, ada juga beberapa siswa yang
dengan sengaja mengganggu teman-temannya pada saat praktek
pelafalan huruf per huruf. Kendala seperti itu memang biasa terjadi
namun dengan bimbingan secara berkala setiap minggunya, hasil yang
didapat siswi secara perlahan menjadi baik. Mempelajari Metode tahsin
sangat bagus, tahsin itu sendiri lebih berfokus pada perbaikan bacaan.
Tahsin merupakan kewajiban yang sangat penting bagi setiap muslim
dan muslimah, Tahsin ini lebih mendetail penjelasannya dari
makharijul huruf, sifat-sifat huruf dan banyak istilah-istilah yang belum
54

pernah kita dapatkan, Selain itu, metode tahsin juga terfokus pada
pengenalan huruf dan penyebutan huruf.”52

Dari keterangan diatas bahwasanya kelas Tahsin Qira’at atau

makharijul huruf sangat penting dalam proses kegiatan keagamaan,

Penggunaan metode tahsin sangat penting dalam mempelajari al-Qur’an

dikarenakan metode tahsin ini telah tersusun secara maksimal dalam

rangka untuk memperbaiki dan membaguskan bacaan al-Qur’an sesuai

dengan arti dari nama tahsin yaitu hassanah, yuhassinuh, tahsin yang

artinya memperbaiki, baik dari segi pengenalan huruf, penyebutan huruf,

dan tata cara membaca al-Qur’an yang baik dan benar.

e. Kegiatan Qiro’ati Qur’an

Adapun tujuan Metode Qiro’ati yaitu mendidik dan

mengembangkan generasi yang Qur’ani, mempunyai pengetahuan dan

ketrampilan sesuai al-Qur’an dan Sunah. Beribadah dengan benar dan

mencintai al-Qur’an, bisa membaca dengan tartil, menulis, menghafal,

memahami, mengamalkan dalam kehidupan dan mengajarkannya pada

orang lain, Sama halnya yang disampaikan Laila sebagai guru mata

pelajaran al-Qur’an Hadis:

“Tujuan dari pembelajaran al-Qur’an dengan metode Qiro’ati


yaitu untuk menjaga kesucian al-Qur’an dari segi bacaannya yang benar
sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Menyebarluaskan ilmu
membaca al-Qur’an, mengingatkan kembali kepada para guru-guru
lainnya agar lebih berhati-hati dalam mengajarkan al-Qur’an, serta
meningkatkan kualitas pendidikan al-Qur’an. Dalam pembelajaran al-
Qur’an dengan metode Qiro’ati diperlukan sarana dan prasarana sebagai
alat pendukung terlaksananya proses pembelajaran. Dengan adanya sarana
dan prasarana yang memadai, maka proses pembelajaran akan mudah
terlaksana dengan baik dan lancar. Olehkarena itu tanpa adanya sarana dan
52
Miftahus Sa'adah, Guru Mata Pelajaran Fiqih: Ruang Guru MTs. Al-Azhar, wawancara
tanggal 54 Januari 2023
55

prasarana yang mendukung maka pembelajaran tidak akan tercapai dengan


baik. Diantara sarana dan prasarana yang paling penting digunakan oleh
pengajar terutama dalam mengajar al-Qur’an dengan metode Qiro’ati
adalah adanya alat peraga dan buku jilid Qiro’ati.”53

Untuk mengetahui hasil dari pembelajaran, maka perlu

dilakukan suatu evaluasi untuk memperbaiki dan meningkatkan dalam

pembelajaran. Evaluasi pembelajaran Qiro’ati dilaksanakan saat

kenaikan jilid oleh pengajar. Hal ini juga ditambahkan oleh Laila:

“Evaluasi hafalan doa-doa, kalau bacaan santri lancar tidak ada


kesalahan atau sangat sedikit kesalahanya maka siswa siswi tersebut
wajib mengikuti ujian kenaikan jilid, nantinya yang akan melakukan
pengujian adalah Waka Kurikulum, guru mata pelajaran PAI dan wajib
didampingi oleh orang tua supaya orang tua bisa melihat hasil belajar
anaknya.”54

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan santri

dalam menggunakan metode Qiro’ati dan ditambah dengan do’a-do’a

yang sudah ditetapkan oleh Qiro’ati pusat sebagai tambahan metode

Qiro’ati. Jika santri belum sesuai dengan kriteria kenaikan jilid, lebih

baik diulang hingga benar-benar memenuhi kriteria yang sudah

ditentukan Qiro’ati pusat. Denga adanya kegiatan ini siswa-siswi di

MTs. Al-Azhar bisa dengan mudah belajar mebaca al-Qur’an dibantu

oleh bapak-ibu guru disekolah.

f. Kegiatan PHBI (Peringatn Hari Besar Islam)

Kegiatan PHBI sudah menjadi rutinitas wajib tahunan yang

diadakan di MTs. Al-Azhar, seperti peringatan Maulid Nabi

53
Laila, Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist: Ruang Guru MTs. Al-Azhar, wawancara
tanggal 20 Januari 2023
54
Laila, Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist: Ruang Guru MTs. Al-Azhar, wawancara
tanggal 20 Januari 2023
56

Muhammad Saw di bulan Rabbiul Awwal, peringatan Is’ra Mi’raj di

bulan Rajab, perayaan tahun baru Hijriyah 1 Muhharam yang banyak

lomba-lomba diadakan pada kegiatan tersebut. Contohnya pada saat

sebelum peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, pihak sekolah

mengadakan lomba Muhadharah bertemakan kelahiran Nabi

Muhammad Saw, yang di ikuti oleh siswa-siswi yang mendaftar.

Salah satu jalan guru dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan

siswa, Amal Hayati selaku guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI),

menyatakan bahwa:

“Kegiatan peringatan hari besar Islam di MTs. Al-Azhar ini


sudah berjalan dari dulu sampai sekarang, dan lumayan efektif karena
ada kerja sama antara guru dan siswa, kegiatan peringatan hari besar
Islam tidak hanya guru pendidikan agama Islam yang ikut kerja sama
tetapi termasuk juga guru umum. Setiap tahun di sekolah ini selalu ada
kegiatan peringatan hari besar Islam, kegiatan ini sangat penting bagi
kita sebagai umat agama Islam dan untuk menanamkan nilai-nilai
keagamaan terhadap siswa maupun guru-guru, termasuk guru
pendidikan agama Islam dan guru umum, Peringatan hari besar Islam
yang dilaksanakan di sekolah ini mulai dari peringatan maulid Nabi,
Isra Mi’roj, Tahun baru Islam, hari Asyura, Nisfu Sya’ban.”55

Semua kegiatan peringatan hari besar Islam di sekolah ini sudah

di rencana dari awal tahun oleh pengurus sekolah sesuai dengan tanggal

hari besar Islam Terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan pada PHBI

tersebut, maka cara guru menanamkan nilai keagamaan yaitu dengan

cara memberi nasehat serta motivasi dalam ruang lingkup ceramah pada

hari PHBI dan membiasakan siswa dalam menjalankan kegiatan PHBI.

Melalui upaya guru dalam melaksanakan kegiatan peringatan hari besar

55
Amal Hayati, Guru Mata Pelajaran SKI: Ruang Guru MTs. Al-Azhar, wawancara
tanggal 20 Januari 2023
57

Islam maka siswa dapat mengingatkan peristiwa hari besar dalam

Islam, percaya kepada Rasul-rasul Allah serta contoh tauladan darinya.

Melalui kegiatan peringatan hari besar inilah dapat meningkatkan

hubungan persaudaraan dengan masyarakat dan dapat menunjukkan jati

diri seorang muslim yang menghargai histori Islam supaya siswa tidak

ikut serta merayakan hari besar non-Islam sehingga dapat

meningkatkan nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Aktualisasi Siswa Pada

Kegiatan Keagamaan

Dari hasil observasi dan wawancara peneliti dapat

menyimpulkan faktor pendukung dan faktor penghambat dari kegiatan

keagamaan.

a) Faktor pendukung antara lain:

1) Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai

2) Memiliki manajemen yang baik dalam pengelolaannya

3) Adanya semangat pada diri siswa untuk mengikuti kegiatan

keagamaan.

4) Adanya tanggung jawab

b) Faktor penghambat antara lain:

1) Lemahnya minat siswa

2) Mati Listrik

3) Dalam pengelolaan kegiatan cenderung kurang terkordinir.

C. Pembahasan
58

1. Bentuk Aktualisasi Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Keagamaan di

MTs. Al-Azhar

Pembinaan program tahfidz al-Qur’an adalah untuk mencetak

generasi Qur’ani yang dekat dengan al-Qur’an, berkualitas dan memiliki

karakter (ahlakul karimah). Kegiatan Tahfidz yang merupakan kegiatan

keagamaan menghafal surah-surah dalam al-Qur’an, walaupun ada

beberapa kendala siswa sukar untuk menghafal, dengan seiring berjalan

waktu siswa dapat mengikuti kegiatan keagamaan dengan baik.

Pembinaan kegiatan keagamaan gemar membaca al-Qur’an dengan tajwid

yang benar dengan Metode Qiro’ati, serta memahami sifat-sifat Allah

melalui bacaan Asmaul Husna. Kegiatan rutin pembiasaan shalat dhuha di

pagi hari dan dilanjutkan tilawah dan pembacaan surah-surah pendek

sebelum memulai pembelajaran, dengan tujuan mencetak generasi cerdas

berkarakter serta berakhlakul karimah yang islami dilaksanakan dengan

tertib sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak sekolah, yaitu mendidik

siswa-siswinya supaya lebih menghargai waktu dan disiplin dalam segala

hal dan kegiatan di lingkungan sekolah maupun dimanapun mereka

berada. Kegiatan keagamaan PHBI (peringatan hari besar islam)

pembinaan siswa dapat mengingatkan peristiwa hari besar dalam Islam,

percaya kepada Rasul-rasul Allah serta contoh tauladan darinya. Melalui

kegiatan peringatan hari besar inilah dapat meningkatkan hubungan

persaudaraan dengan masyarakat dan dapat menunjukkan jati diri seorang

muslim yang menghargai histori Islam supaya siswa tidak ikut serta
59

merayakan hari besar non-Islam sehingga dapat meningkatkan nilai

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.mengadakan kegiatan setiap

hari besar Islam contohnya Isra’ Mi’raj, hari raya Idul Adha, dan kegiatan

1 Muharram.

Kegiatan keagamaan dihari jum’at dan sabtu, kelas Tahsin Qira’at

atau Makharijul huruf dimana kegiatan tersebut membantu para siswi

dalam penyebutan ayat atau setiap huruf al-Qur'an secara benar. Kegiatan

keagamaan lainnya yaitu muhadaroh (berpidato didepan umum) dengan

tujuan melatih kepercayaan diri dari setiap siswa untuk berani tampil

berpidato dimuka umum denga nisi materi yang telah dikuasinya.

Perilaku keagamaan adalah suatu pola penghayatan kesadaran

seseorang tentang keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang diwujudkan

dalam pemahaman akan nilai-nilai agama yang dianutnya, dalam

memenuhi perintah dan menjauhi larangan agama dengan keikhlasan dan

dengan seluruh jiwa dan raga.56 Perilaku keagamaan tersebut tak luput dari

peran sebuah pendidikan yang manusia terima dalam kehidupannya.

Pendidikan yang dimaksud dalam hal ini adalah pendidikan keluarga,

pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat serta pendidikan agama

dan masalah sosial.57

Madrasah sebagai salah satu lingkungan sekolah yang

mengembagkan ciri khas keagamaan Islamnya dalam pola kehidupan juga

memiliki pengaruh terhadap peningkatan perilaku keagamaan siswa agar


56
Siti Naila Fauzia, “Perilaku Keagamaan Islam Pada Anak Usia Dini. dalam Jurnal
Edukasi Islam, Vol 2 Edisi 9. November 2015.
57
Jalaludin,” Psikologi Agama” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 219.
60

sesuai dengan nilai-nilai keagamaan yang diperjuangkan Nabi Muhammad

Saw.58 Kegiatan praktik shalat dzuhur, sholat dhuha berjama’ah

dimaksudkan untuk menumbuhkan sikap anak yang mengutamakan shalat

berjama’ah sedangkan membaca al-Qur’an diciptakan dalam rangka

menumbuhkan kecintaan siswa terhadap al-Qur’an dan meningkatkan

perhatian pada pelajaran dalam al-Qur’an. Dengan begitu siswa dapat

meneladani akhlak Nabi melalui al-Qur’an. Selain itu, membaca al-Qur’an

itu sendiri merupakan ibadah yang dinilai pahalanya oleh Allah dari tiap

huruf yang dibacanya al-Qur’an juga dapat menolong siapapun yang

membacanya kelak di akhirat. Madrasah merupakan sebuah lembaga

pendidikan keagamaan yang memiliki tujuan dalam menghasilkan

manusia muslim yang menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya.

Menjadikan ajaran agama Islam sebagai ciri khas satuan pendidikan

termasuk madrasah berarti menempatkan agama Islam sebagai referensi

semua kegiatan pendidikan di madrasah. Hal ini penting mengingat

pendidikan di setiap satuan pendidikan dan madrasah dianggap

memberikan kontribusi terhadap masyarakat islam.59

Selain itu menurut para guru dan siswa sendiri sekarang sudah

mulai tertib dalam membaca al-qur’an dan juga sholat berjamaah pada

pelaksanaan kegiatan keagamaan, selain itu sekarang peserta didik juga

sudah lebih santun dalam berperilaku, baik sesama teman maupun orang

58
Jamal Ma’mur Asmani, “Kiat Melahirkan Madrasah Unggulan” (Yogyakarta: Diva
Press, 2013), hlm 52, dalam Jurnal Abd. Wahed, “Strategi Mewudkan Sekolah dan Madrasah
Unggulan di Era Global”, Jurnal Al-Ibrah, Vol 3 No 1. Juni 2018.
59
Abdul Rahman Saleh, “Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa”. (PT Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm 261.
61

yang lebih dewasa. Hal ini menjadi salah satu bukti perubahan perilaku

peserta didik dalam mengikuti aktifitas keagamaan sebagai mana perintah

Nabi Muhammad Saw untuk selalu menebar kebaikan terhadap sesama.

Jika dilihat dari tujuan kegiatan keagamaan, secara umum siswa sudah

mencapai tingkat merespon. Siswa mulai mengkompromikan kegiatan di

madrasah dan fasilitas yang ada di rumah, merespon secara diam-diam

terhadap kegiatan keagamaan. Jika di rumah ada orang tua atau siapapun,

mereka tetap melakukan perilaku yang santun meskipun terkadang masih

lupa.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan Keagamaan

Kelebihan dan kekurangan dalam berbagai hal selalu

berdampingan, di samping ada sisi positif juga ada sisi negatif dan

menyempurnakan hal yang positif. Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi yang peneliti lakukan di MTs. Al-Azhar.

kesadaran agama dan pengalaman keagamaan ini memunculkan

tingkah-laku keagamaan yang diekspresikan seseorang. Sikap peserta

didik yang berusaha melakukan kontrol diri seperti menghindari

pelanggaran di sekolah maupun di luar sekolah merupakan salah satu

dampak dari pengalaman beragama yang secara terus menerus membentuk

kesadaran dan kontrol diri peserta didik.

a. Faktor Pendukung

1) Faktor Internal
62

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

siswa itu sendiri yang meliputi:

a) Semangat belajar siswa

Semangat belajar siswa termasuk ke dalam hal yang

mempengaruhi efektifitas kegiatan keagamaan yang berdampak

pada pembentukan karakter siswa karena tanpa adanya semangat

daya serap yang diberikan siswa terhadap materi-materi apapun

yang disampaikan tidak akan semaksimal ketika siswa tersebut

memiliki semangat atau motivasi dalam berpartisipasi pada

kegiatan keagaman tertentu.

b) Saling mengajak diantara para siswa

Adanya kesadaran dari para siswa untuk saling

mengingatkan satu sama lain adalah merupakan hal yang positif

dan perlu ditingkatkan karena hal tersebut bisa saja merupakan

buah dari pelaksanaan kegiatan keagamaan yang diadakan di

sekolah dimana siswa saling mengingatkan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan keagamaan dan halt ersebut merupakan sebuah

kebaikan yang tentu saja akan berdampak baik bagi pembentukan

kepribadian siswa baik secara langsung maupun .tidak.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar yang

meliputi

a) Motivasi dari guru


63

Motivasi adalah merupakan dorongan yang dilakukan oleh

pihakpihak tertentu dan dalam hal ini yang dimaksud adalah

motivasi yang diberikan oleh guru dimana motivasi guru berperan

sebagai pendorong aktualisasi siswa dalam menghadiri atau

berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan tersebut karena dari

sekian banyak siswa ada yang memiliki keasadaran penuh tentang

pentingnya kegiatan keagamaan untuk dilaksanakan namun

adapula yang memiliki sedikit kesadaran sehingga memerlukan

motivasi yang lebih termasuk dari guru.

b) Keaktifan guru dalam setiap kegiatan keagamaan

Keaktifan guru dalam setiap keagamaan yang dilakukan

juga sangat dibutuhkan karena bagaimanapun juga guru sebagai

penggerak ataupun pendidik secara tidak langsung dijadikan

contoh oleh para siswanya sehingga saat guru ttidak

menampakkan keaktifannya dalam kegiatan keagamaan yang

dilaksanakan oleh sekolah maka itu akan berimbas pada keaktifan

aktualisasi siswa itu sendiri sehingga proses pembentukan

karakter yang diinginkan menjadi sesuatu yang rumit untuk

dilaksanakan

c) Guru yang menjadi kordinator setiap kegiatan senantiasa

mengontrol berjalannya kegiatan tersebut

Setiap kegiatan yang dilaksanakan memerluknan satu

koordinator yang berfungsi sebagai pemantau dan pelaksana


64

kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di skolah karena hal

tersebut menjadi penting agar dimaksudkan dalam setiap kegiatan

dapat berjalan sebagaimana mestinya dan dapat mendatangkan

banyak pelajaran baik untuk guru maupun untuk siswa sebagai

sasaran utama dari penyelengaraan keagamaan itu sendiri yang

secara tidak langsung akan berimbas pada pembentukan karakter

siswa.

b. Faktor Penghambat

Adapun faktor penghambat aktualisasi siswa pada kegiatan

keagamaan adalah sebagai berikut :

a) Kurangnya dukungan dan perhatian orang tua

Dukungan serta perhatian orang tua adalah hal yang

mempengaruhi partisipasi anak dalam setiap keikut sertaannya

dalam kegiatan keagamaan di sekolah utamanya kegiatan yang

dilaksanakan di luar jam pelajaran pokok. Dukungan orang tua

dalam hal ini izin orang tua bagi seorang anak untuk menghadiri

kegiatan merupakan hal yang sulit didapatkan namun hal tersebut

hanya bagi anak tertentu saja. Siswa terkadang beralasan tidak

diperkenankan mengikuti kegiatan karena membantu orang tua

atau bahkan hal lain dari itu mereka tidak diberi izin karena di

luar jangkauan proses belajar mengajar. Pemahaman orang tua

tentang pentingnya kegiatan keagamaan untuk dilaksanakan

adalah hal yang sebenarnya menjadi pekerjaan guru untuk


65

meyakinkan para orang tua siswa berkenaan dengan pemahaman

mereka.

b) Kurangnya minat siswa yang mempengaruhi kerajinan mereka

Minat yang merupakan hal yang timbul dari dalam diri

anak atau siswa secara otomatis akan mempengaruhi tingkat

partisipasi siswa tersebut dalam menghadiri kegiatan keagamaan

yang diselenggarakan.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai

pada pelaksanaan kegiatan keagamaan berbeda-beda pada setiap kegiatannya.

Aktualisasi siswa pada kegiatan keagamaan dilakukan untuk menumbuhkan

rasa religiusitas dan keaktifan siswa melalui kegiatan keagamaan. Kegiatan

keagamaan yang diadakan di MTs. Al-Azhar ini ada yang bersifat wajib

seperti membaca surah-surah pendek. Ada juga yang tidak wajib diikuti

namun sangat di anjurkan layaknya ekstrakurikuler seperti kelas Tahsin

Qira’at atau Makharijul huruf, sholat dzuhur berjama’ah dan sholat dhuha

berjama’ah, serta sarana prasarana yang cukup lengkap dalam menunjang

proses kegiatan keagamaan. Apabila ada siswa yang menonjol dalam

pelaksaan kegiatan keagamaan, maka pihak sekolah akan membimbing

kedepannya, serta kegiatan keagamaan dibantu oleh anggota OSIS bidang

keagamaan, serta mengadakan kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI),

serta anggota OSIS melaksanakan tugasnya dengan baik serta merupakan

kewajiban bagi anggota OSIS untuk ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan

keagamaan.

Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai membuat siswa

nyaman mengikuti kegiatan keagamaan. Memiliki manajemen yang baik

dalam pengelolaannya. Adanya semangat pada diri siswa dan menimbulkan

66
67

tanggung jawab dalam mengikuti kegiatan keagamaan. Ada beberapa faktor

penghambat kegiatan keagamaan yaitu dukungan serta perhatian orang tua

adalah hal yang mempengaruhi partisipasi anak dalam setiap keikut

sertaannya dalam kegiatan keagamaan di sekolah utamanya kegiatan yang

dilaksanakan di luar jam pelajaran pokok. Ada beberapa lemahnya minat

siswa dikarenakan faktor cuaca, apabila hujan deras beberapa siswa terlambat

mengikuti kegiatan, Dalam pengelolaan kegiatan cenderung kurang

terkordinir dikarenakan keterbatasan waktu, keterlambatan pembinaan,

Jumlah siswa yang banyak sehingga penerapannya kurang maksimal dalam

pencapaian, serta orang tua yang terlalu menyerahkan pendidikan sepenuhnya

pada sekolah.

B. Saran

Untuk mewujudkan keberhasilan aktualisasi siswa dalam pelaksanaan

kegiatan keagamaan, peneliti dengan segala kerendahan hati, memberikan

saran terkait faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi siswa dalam

pelaksanaan kegiatan keagamaan di MTs. Al-Azhar Samarinda tanpa

bemaksud menyinggung dan menggurui pihak manapun. Menurut penelitian

yang dilakukan, maka peneliti memberikan saran diantaranya:

Siswa mulai mengkompromikan kegiatan di madrasah dan fasilitas

yang ada di rumah, merespon secara diam-diam terhadap kegiatan

keagamaan. Jika di rumah ada orang tua atau siapapun, mereka tetap

melakukan perilaku yang santun meskipun terkadang masih lupa. Bagi para

siswa siswi diharapkan untuk lebih giat dan lebih bersemangat dalam
68

mengikuti setiap kegiatan keagamaan yang diadakan di madrasah. Dan

dengan diadakannya kegiatan keagamaan, hendaknya siswa dapat termotivasi

untuk merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan juga lebih

bersemangat lagi dalam mempelajari dan mengamalkan Agama Islam. Bagi

guru hendaknya dapat memberikan dorongan atau motivasi bagi para siswa

agar selalu berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di

sekolah terlebih lagi guru Pendidikan Agama Islam, dan para guru diharapkan

agar selalu membimbing dan mengarahkan para siswa dengan memberi

teladan yang baik dan juga tidak bosan-bosannya memberikan nasihat kepada

para siswa agar selalu baik dalam berperilaku baik di lingkungan keluarga,

sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.

Kegiatan keagamaan di lingkungan madrasah mempunyai peranan

penting dalam menumbuh kembangkan potensi jasmani maupun rohani

peserta didik. Kegiatan keagamaan hendaknya diselenggarakan agar lebih

kuat keyakinan peserta didik terhadap ajaran agamanya dan terbiasa untuk

melakukannya, sehingga peserta didik selalu merealisasikannya dalam

kehidupan sehari-hari. Serta menambah sarana yang dibutuhkan sehingga

dapat melaksanakan kegiatan keagamaan agar lebih efektif.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Rahman Saleh. 2006. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Ahmadi, Abu, dan Salimi Noor. 2004. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ari, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2009. Psikologi Remaja


Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2003.

Al-Abrasyi, Mohd. Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Isalm, Jakarta: Bulan


Bintang. 2005.
Asmuni, Syukir, Dasar - Dasar Strategi Dakwah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009

Basuki, dan Ulum Miftahul. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta:


Stain Po Press. 2007

Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012

Departemen Pendidikan Nasional, peningkatkan Wawasan Keagamaan Islam,


Jakarta: Balai Pustaka, 2000

Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di


Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007

Fu’adi, Imam. Menuju Kehidupan Sufi, Jakarta: PT Bina Ilmu. 2004

Hamalik, Omar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2016

Hawi, Akmal. Kompetensi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2013

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005

Kartono, Kartini. Psikologi Umum, Bandung: Mandar Maju. 1996

Kemenag RI. Al- Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Adhi Aksara Abadi
Indonesia. 2011

69
Machendrawati, Nanih Dan Ahmad Syafei, Agus. Pengembangan Masyarakat
Islam Dari Ideologi Strategi Sampai Tradisi, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2001
Muhammad, Hasyim, Dialog Antara Tasawuf Dan Psikologi (Telaah Atas
Pemikiran Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002.
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2009

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,


Jakarta: Pusat Bahasa, 2008

Puspito, Hendro. Sosiologi Agama. Bandung: Rosdakarya, 2006

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2020

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


2010
Syah, Muhibbin. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015

Syafaat Aat, Sahrani Sohari, dan Muslih. Peran Pendidikan Agama Islam dalam
Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2008

Syukur, Amin. Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Nuun, 2010

Tohir, Moenir Nahrowi, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Jakarta: PT. As- Salam
Sejahtera, 2012
Zakiah Daradjat, Psikologi Agama, Psikologi Agama. Jakarta: Bulan Bintang,
2003

Skripsi

Dewi Ayu Indah Permatasari, “Pelaksanaan Pembinaan Kegiatan Keagamaan di


SMK Negeri 7 Samarinda Tahun 2020”. Skripsi IAIN Samarinda 2020

St. Syamsuriani, “Efektifitas Kegiatan Keagamaan Terhadap Pembentukan


Karakter Siswa Di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kecamatan
Bajeng Kabupaten Gowa.” Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar
2014

70
Sri Ramadaniah, “Upaya Pembinaan Keagamaan di SMA Negeri 6 Samarinda”,
Skripsi IAIN Samarinda 2014

Jurnal

Dea Tara Ningtyas, “Pengaruh Kegiatan Keagamaan Di Lingkungan Sekolah


Dan Keluarga Dalam Membentuk Pengalaman Beragama”, dalam Jurnal
Penelitian Ilmiah, No 2 Vol 2, 2018

Siti Naila Fauzia, “Perilaku Keagamaan Islam Pada Anak Usia Dini”, dalam
Jurnal Edukasi Islam, Vol 9 Edisi 2, 2015

Abd. Wahed, “Strategi Mewudkan Sekolah dan Madrasah Unggulan di


Era Global”, dalam Jurnal Al-Ibrah, Vol 3 No 1. Juni 2018
Website

KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Online). Tersedia


kbbi.web.id/entri/aktual, diakses 8 Oktober 2022

71
LAMPIRAN

72
LAMPIRAN I

INSTRUMEN PENELITIAN MENGGUNAKAN WAWANCARA

A. Wawancara dengan Kepala Madrasah MTs. Al Azhar Samarinda


1. Kurikulum apa saja yang diterapkan di madrasah ini?
2. Sudah berapa lama kegiatan keagamaan diterapkan di madrasah ini?
3. Apa saja kegiatan keagamaan di madrasah ini?
4. Apa tujuan dilaksanakan kegiatan keagamaan?
5. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan keagamaan?

B. Wawancara dengan Waka Kesiswaan MTs. Al Azhar Samarinda


1. Sudah berapa lama kegiatan keagamaan diterapkan di madrasah ini?
2. Bagaimana proses mengaktualkan (tepat waktu dalam kegiatan) peserta
didik dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan di madrasah ini?
3. Apakah terdapat kendala dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan?

C. Wawancara dengan Pembina OSIS MTs. Al Azhar Samarinda


1. Apakah Pembina OSIS selalu turut serta dalam mengaktualisasi (mengatur
jalannya kegiatan keagamaan) di madrasah ini?
2. Apakah terdapat penilaian khusus dari Pembina OSIS dalam pelaksanaan
kegiatan keagamaan?
3. Seberapa aktual (jadwal pelaksanaan) kegiatan keagamaan di ikuti oleh
peserta didik di madrasah ini?

73
D. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di MTs. Al Azhar
Samarinda (Guru Mata Pelajaran Fiqih)
1. Adakah sanksi yang diberikan jika peserta didik ada yang tidak mengikuti
kegiatan ini?
2. Apakah terlihat hasil yang signifikan terhadap peserta didik setelah
diadakan kegiatan tersebut?
3. Apakah terdapat kendala dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan?

E. Wawancara dengan Ketua OSIS MTs. Al Azhar Samarinda


1. Apa peran anggota OSIS dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan di
madrasah ini?
2. Apakah anggota OSIS ikut mengatur jadwal kegiatan keagamaan di
madrasah ini?
3. Seberapa aktual (terlaksananya) anggota OSIS mengatur jalannya
pelaksanaan kegiatan keagamaan yang di ikuti oleh peserta didik lainya?

74
LAMPIRAN II

KISI-KISI WAWANCARA AKTUALISASI KEGIATAN KEAGAMAAN

DI MTS AL AZHAR

Butir Pertanyaan Indikator Sumber Penelitian


1. Kurikulum apa 1. Kurikulum yang digunakan
saja yang di sekolah
diterapkan di
madrasah ini? 2. Waktu kegiatan
2. Sudah berapa lama pelaksanaan kegiatan
kegiatan keagamaan keagamaan
diterapkan di
madrasah ini? 3. Rincian kegiatan
3. Apa saja keagamaan Kepala Madrasah
kegiatan
keagamaan di 4. Tujuan dilaksanakan
madrasah ini? kegiatan keagamaan
4. Apa tujuan
dilaksanakan kegiatan 5. Proses pelaksanaan
keagamaan? kegiatan keagamaan
5. Bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan
keagamaan?

1. Sudah berapa lama 1. Waktu pelaksanaan


kegiatan keagamaan kegiatan keagamaan
diterapkan di
madrasah ini?
2. Bagaimana proses 2. Proses pelaksanaan Wakil Kepala
mengaktualkan (tepat kegiatan keagamaan Kurikulum
waktu dalam
kegiatan) peserta
didik dalam

75
pelaksanaan kegiatan
keagamaan di
madrasah ini?
3. Metode apa saja 3. Penerapan pelaksanaan
yang di pakai untuk kegiatan keagamaan
menerapkan kegiatan
keagamaan agar
peserta?
4. Apakah terdapat 4. Kendala dalam pelaksanaan
kendala dalam kegiatan keagamaan
pelaksanaan kegiatan
keagamaan?
1. Apakah Pembina 1. Proses pelaksanaan
OSIS selalu turut kegiatan keagamaan
serta dalam
mengaktualisasi
(mengatur jalannya
kegiatan keagamaan)
di madrasah ini? Pembina OSIS
2. Apakah terdapat 2. Penilaian dalam
penilaian khusus dari pelaksanaan kegiatan
Pembina OSIS dalam keagamaan
pelaksanaan kegiatan
keagamaan?
3. Seberapa aktual 3. Proses pelaksanaan
(jadwal pelaksanaan) kegiatan keagamaan
kegiatan keagamaan
di ikuti oleh peserta
didik di madrasah
ini?
1. Apa saja 1. Rincian kegiatan
kegiatan keagamaan
keagamaan di
madrasah ini? 2. Sanksi/Hukuman pada saat
2. Adakah sanksi yang tidak mengikuti kegiataan
diberikan jika peserta keagamaan Guru PAI mata
didik ada yang tidak pelajaran Fiqih
mengikuti kegiatan
ini? 3. Hasil dari pelaksanaan
3. Apakah terlihat hasil kegiatan keagamaan
yang signifikan
terhadap peserta
didik setelah 4. Kendala pada saat
diadakan kegiatan pelaksaan kegiatan
tersebut? keagamaan
4. Apakah terdapat
kendala dalam
pelaksanaan kegiatan
76
keagamaan?

77
1. Apa peran anggota 1. Peran anggota OSIS
OSIS dalam dalam pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan kegiatan keagamaan
keagamaan di
madrasah ini?
2. Apakah anggota OSIS 2. Peran anggota OSIS
ikut mengatur jadwal dalam pelaksanaan Ketua OSIS
kegiatan keagamaan di kegiatan keagamaan
madrasah ini?
3. Seberapa aktual 3. Peran anggota OSIS
(terlaksananya) anggota dalam pelaksanaan
OSIS mengatur kegiatan keagamaan
jalannya pelaksanaan
kegiatan keagamaan

78
LAMPIRAN III

DATA SEKOLAH MTs. Al-AZHAR SAMARINDA

1) Nama : MTs Al Azhar


2) NPSN 30410114
3) NSM 121264720026
4) Status : Swasta
Alamat Madrasah :
1) Jalan : Muhammad Said
2) RT/RW 12
3) Kelurahan : Lok Bahu
4) Kecamatan : Sungai Kunjang
5) Kota : Samarinda
6) Provinsi : Kalimantan Timur
7) Kode Pos 75125
Kontak Madrasah :
1) No. Telp : 0541 – 2777923
2) Email : mts.alazhar.smd@gmail.com
Data Kepala Madrasah:
1) Nama : Muhlisin, S.H.I., M.Pd.
2) No. Telpn/HP 085348557778
Data Pelengkap
1) Tahun Berdiri 2004

79
2) No. Piagam : 009 Tahun 2004
3) SK Izin Operasional : Nomor 127 Tahun 2021
4) Tgl SK Izin Operasional: 16 Februari 2021
5) Akreditasi : A (93)
6) No. SK Akreditasi : 056/BAN-SM/HK/XII/2018
7) Tanggal Akreditasi : 01 Desember 2018
8) NPWP Madrasah : 72.136.814.0-722.000
9) Kepemilikan : Yayasan
10) Nama Yayasan : YAPIA AL AZHAR SAMARINDA
11) Akta Yayasan : No.85 Tanggal 23 Mei 2015
12) SK. Kemenkumham : No. AHU-0007516.AH.01.04. Tahun 2015
13) NPWP Yayasan : 1.977.088.2-722

80
LAMPIRAN IV

KEADAAN GURU DAN PEGAWAI BERDASARKAN PENDIDIKAN


TAHUN AJARAN 2022/2023

PEGAWAI TATA
PENDIDIKAN GURU KETERANGAN
USAHA
TERTINGGI
L P JLH L P JLH
SD/MI - - - - - - -
SLTP/MTS - - - - - - -
SPG/PGA/MA/SMU 1 1 2 2 1 3 -
D1 - - - - - - -
D2 - - - - - - -
D3 - - - - - - -
S1 10 10 20 2 - 2 -
S2 2 3 5 - - - -

JUMLAH 13 14 27 4 1 5 -
Jumlah Tenaga Pendidik (Guru) Jumlah Tata Usaha & Karyawan (
Tenaga Kependidikan )
: Laki – Laki 13
Laki – Laki 4
Perempuan 14
Perempuan 1
Total 27
Total 5

Sumber Data: Kantor Tata Usaha MTs. Al-Azhar Samarinda

81
LAMPIRAN V

DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Wawancara dengan Kepala Madrasa MTs. Al-Azhar Samarinda

2. Wawancara dengan Waka Kurikulum MTs. Al-Azhar Samarinda

81
3. Kegiatan Tahsin Qira’at atau Makharijul Huruf

4. Kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)

82

Anda mungkin juga menyukai