Anda di halaman 1dari 12

UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN ISLAM

PADA TINGKATAN MADRASAH ALIYAH

Perencanaan Strategik Pendidikan Islam

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Rukmina Gonibala, M.Si

Di susun oleh :
Anggishinta Septiwulan
22224009

PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO

2022
Unsur-unsur Pendidikan Islam
pada Tingkatan Madrasah Aliyah

A. Unsur-unsur Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah usaha kebudayaan yang
bermaksud memberikan bimbingan dalam hidup tumbuh jiwa raga anak didik agar
dalam garis-garis kodrat pribadinya serta pengaruh-pengaruh lingkungan,
mendapat kemajuan hidup lahir batin. Pendidikan Islam pada hakikatnya
merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan
Hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam.
Pendidikan Islam di Indonesia dapat terwujud menjadi beberapa bentuk seperti
pondok pesantren, madrasah, pelajaran agama Islam di sekolah, pendidikan Islam
dalam keluarga dan masyarakat baik yang bersifat formal maupun non-formal.

Dalam implementasinya, fungsinya, pendidikan Islam sangat


memperhatikan aspek yang mendukung atau unsur yang turut mendukung
terhadap tercapainya tujuan dari pendidikan Islam. Adapun aspek atau unsur-
unsur tersebut adalah:

1. Tujuan Pendidikan Islam


Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan
selesai. Maka dalam pendidikan, karena merupakan suatu usaha atau kegiatan
yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya tentu
bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk
tetap dan statis, tetapi emrupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang
yagn berkenan dengan seluruh aspek kehidupannya.1
Pada prinsipnya pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan upaya
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Hal ini tercantum dalam
rumusan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional pada Bab II pasal 3 yaitu

1 Zakiyah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara. 1991). h. 29

1
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dalam bentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar emnjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, berlimu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yagn
demokratiss serta bertanggung jawab.2
Hal yang sama mengenai tujuan pendidikan Islam dapat dipahami dalam
firman Allah
َ ُ َ َّ ُ َ َ ُ َ َٰ ُ َّ ُ َّ َ
ٰ ‫ٰح َّقٰتقٰ ِتهٰٰ َوَلٰت ُم ٰوت َّن ِٰاَل َٰوانٰـتمٰٰ ُّمسٰ ِل ُم ٰو‬
‫ن‬ ٰ
‫واٰاّلل‬ ‫يٰـا ُّي َهاٰال ِذيٰ َنٰاٰ َمن ٰواٰات ٰق‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah
dengan sebenar-benarnya taqwa; dan janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan muslim” (Q.S. Al Imron: 102)
Imam Al Ghazali juga mengatakan tujuan pendidikan Islam adalah untuk
mencapai kesempurnaan manusia yang mendekatkan diri kepada Allah dan
bertujuan meraih kebahaian di dunia dan akhirat. Tujuan ini sama dan sebangun
dengan tujuan yang akan dicapai oleh misi kerasulan yaitu membimbing manusia
agar berakhlak mulia.
Rumusan tujuan pendidikan Islam yang dihasilkan dari seminar pendidikan
Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad menjelaskan bahwa pendidikan
seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian
manusia secara total melalui pelatihan spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan dan
pancaindera. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya pelayanan bagi pertumbuhan
manusia dalam segala aspeknya meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi,
fisik, ilmiah, linguistic, baik secara individu, maupun secara kolektif dan
memotivasi semua aspek tersebut kearah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan.
Tujuan utama pendidikan bertumpu pada terealisasinya ketundukan kepada Allah
SWT baik dalam level individu, komunitas, dan manusia secara luas.3

2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas). (Bandung: Tirta Umbara. 2003). h. 6
3 M. Arifin. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. (Jakarta:Bumi Aksara.1991). h.4

2
Dengan demikian dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
mencetak manusia yang berbudi pekerti luhur supaya menjadi manusia yang
sempurna guna menghambakan diri kepada Allah SWT.

2. Pendidik
Pengertian pendidik secara umum adalah orang yang memiliki tanggung
jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam prespektif
pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik,
baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.4
Menurut kajian pendidikan Islam, pendidik dalam Bahasa Arab disebut
dengan mu’allim, ustadz, murabbiy, mursyid, mudarris dan mu’addib, masing-
masing dengan makna yang berbeda, sesuai dengan konteks kalimatnya, walapun
dalam situasi tertentu mempunyai kesamaan makna.
Maka dapat dipahami bahwa pendidik dalam prespektif pendidikan Islam
ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik, agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga mampu
menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sesuai dengan nilai ajaran Islam. Oleh
karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang
yang bertugas di sekolah, tapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan
anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal
dunia.

3. Peserta didik

Peserta didik merupakan salah satu komponen penting dalam suatu proses
pendidikan Islam. Peserta didik artinya orang yang ikut serta dalam proses
pendidikan Orang tersebut mengambil bagian dalam sistem atau jenis pendidikan
tertentu untuk emnumbuhkan dan mengembangkan dirinya. Peserta didik adalah
orang yang memerlukan bantuan orang lain untuk mengatasi kekurangan atau

4 M. Arifin. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. (Jakarta:Bumi Aksara.1991). h. 41

3
memenuhi kebutuhannya agar menjadi manusia dewasa.5 Dalam paradigma
pendidikan Islam, anak didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki
sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Disini,
peserta didik merupakan mahluk Allah yang memiliki fitrah jasmani, maupun
rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran maupun
pertimbangan pada bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki bakat,
emmiliki kehendak, perasaaan dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.

Terkait dengan tingkatan di madrasah Aliyah tentunya peserta didik disini


haruslah anak yang sudah melewati proses pendidikan di jenjang dasar, yaitu
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Ibtidaiyah dan
Madrasah Tsanawiyah. Range usia peserta didik pada tingkat Madrasah Aliyah
yaitu anak usia 15-18 tahun. Pada range usia ini tergolong pada masa remaja akhir
dimana individu ini sudah mencapai tansisi perkembangan yang lebih mendekati
masa dewasa. Pada masa ini merupakan suatu periode penting dari rentang
kehidupan, suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah,
masa dimana individu mencari identitas diri, dan ambang menuju kedewasaan.
Maka tentunya kehadiran pendidikan pada rentang usia ini mampu mengarahkan
setiap peserta didik untuk tetap bisa mengembangkan potensi diri namun tetap
harus terarah sesuai yang diharapkan dalam tujuan pendidikan Islam.

4. Metode Pendidikan

Metode berasal dari Bahasa latin meta yang berarti melalui, dan hodos yang
berarti jalan atau cara. Sedangkan menurut istilah metode dapat berarti suatu cara
untuk mencapai cita-cita. Selanjutnya yang dimaksud dengan metode pendidikan
Islam adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk emnyampaikan bahan
atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian
muslim.6

5 Kamrani Buseri. Dasar, Asas, dan Prinsip Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
2014) H.100
6 Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. (Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998) H.123

4
Menurut Muhammad Qutb dalam bukunya Minhajut Tarbiyah Islamiyah
menyatakan bahwa Teknik atau metode pendidikan islam itu ada delapan macam7,
yaitu:

a. Pendidikan melalui teladan

Pendidikan melalui teladan adalah merupakan salah satu teknik pendidikan


yang efektif dan sukses. Namun, hal itu masih tetap hanya akan merupakan tulisan
diatas kertas, tergantung diatas awang-awang, selama tidak dapat menjamah
manusia yang menerjemahkannya dengan tingkah laku, tindak tanduk, ungkapan-
ungakapan rasa dan ungkapan-ungakapan pikiran; menjadi dasar-dasar dan arti
suatu metodologi.

b. Pendidikan melalui nasehat

Didalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang di


dengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus
diulang-ulang. Nasihat yang jelas dan dapat dipegangi adalah nasihat yang dapat
menggantungkan perasaaan dan tidak membiarkan perasaan itu jatuh.

c. Pendidikan melalui hukuman

Apabila teladan dan nasihat tidak emmpan, maka harus diadakan Tindakan
tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar. Tindakan tegas itu
adalah hukuman. Hukuman sesungguhnya mutlak diperlukan. Ada orang yang
cukup dengan teladan dan nasihat saja, sehingga tidak perlu hukuman baginya.
Tetapi manusia itu tidak sama semuanya. Ada tipikal yang perlu dikerasi sekali-
kali dengan hukuman.

d. Pendidikan melalui cerita

Cerita mempunyai daya Tarik menyentuh perasaan. Sebab bagaimanapun


perasaan, verita itu pada kenyataannya sudah merajut hati manusia dan akan
mempengaruhi kehidupan mereka. Pembaca atau pendengar cerita tidak dapat
tidak bersikap kerja sama dengan jalan cerita dan orang-orang yang terdapat

7 https://s2paiantasari2015.blogspot.com/2016/05/dasar-dan-unsur-dasar-pendidikan-
islam.html

5
didalamnya. Sadar atau tidak ia telah emnggiring dirinya untuk mengikuti jalan
cerita menghayalkan bahwa ia berada dipihak ini atau itu dan sudah emnimbang-
nimbang posisinya dengan posisi tokoh cerita, yang mengakibatkan ia senang,
benci atau merasa kagum.

e. Pendidikan melalui kebiasaan

Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena ia


mengehemat banyak sekali kekuatan manusia, karena sudah menjadi kebiasaan
yang sudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk
kegiatan-kegiatan dilapangan lain seperti untuk bekerja, memproduksi dan
mencipta. Bila pembawaan seperti ni tidak diberikan Tuhan kepada manusia,
maka tentu mereka akan menghabiskan hidup mereka hanya untuk belajar
berjalan, berbicara dan berhitung. Tetapi disamping itu kebiasaan juga merupakan
factor penghalang utama apabila tidak ada penggereaknya dan berubah menjadi
kelambanan yang memperlemah dan mengurangi reaksi jiwa.

f. Menyalurkan kekuatan

Di antara banyak teknik Islam dalam membina manusia dan juga dalam
memperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan di
dalam jiwa, tumbuh dari diri dan tidak memendamnya kecuali bila potensi-potensi
itu memang tertumpu untuk lepas.
Islam mengisi hati dan tubuh dengan berbagai muatan, yaitu kandungannya
yang asli dan alamiah yang selalu berbentuk selama manusia itu sehat. Kekuatan
yang dikandung oleh eksistensi manusia itu dan dihimpun oleh Islam, adalah
kekuatan energik dan netral yang dapat baik atau buruk serta menghancurkan dan
dapat pula habis percuma tanpa tujuan dan arah. Islam menyalurkan kekuatan itu
ke arah yang benar untuk kebaikan.

g. Mengisi kekosongan

Apabila Islam menyalurkan kekuatan tubuh dan karena jiwa ketika sudah
menumpuk, dan tidak menyimpannya karena penuh risiko, maka Islam sekaligus
juga tidak senang pada kekosongan. Kekosongan merusak jiwa, seperti halnya
kekuatan terpendam juga merusak, tanpa adanya suatu keadaan istimewa.

6
Kerusakan utama yang timbul oleh kekosongan adalah habisnya kekuatan
potensial untuk mengisi tersebut. Seterusnya orang itu akan terbiasa pada
sikap buruk yang dilakukannya untuk mengisi kekosongan itu.
Islam ingin sekali memfungsikan manusia secara baik semenjak ia bangun
dari tidur, sehingga orang itu tidak mengeluh atas kekosongan yang
dideritanya serta ingin sekali meluruskan kekuatan itu pada jalannya semula.

h. Pendidikan melalui peristiwa-peristiwa

Hidup ini perjuangan dan merupakan pengalaman-pengalaman dengan


berbagai peristiwa, baik yang timbul karena tindakan sendiri maupun sebab-sebab
di luar kemauannya. Keistimewaan peristiwa-peristiwa itu dari teknik pendidikan
yang lain adalah bahwa peristiwa-peristiwa itu menimbulkan suatu situasi yang
khas di dalam perasaan. Suatu peristiwa secara lengkap sangat membekas pada
perasaan, yang mengirimkan satu jawaban dan reaksi keras yang kadang-kadang
dapat meluluhkan perasaan. Hal ini tidaklah terjadi setiap hari, begitu
pula tidaklah mudah sampai ke dalam hati di saat hati itu tenang, cerah dan tidak
tertekan.
Dapat disimpulkan bahwa demikian luas, dalam dan terperinci Islam
menuntun kepada umatnya agar menjadi makhluk berilmu, beramal dan berbudi
pekerti yang luhur.

5. Sarana atau Alat Pendidikan

Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam. Alat dan media memiliki kedudukan penting
dalam pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, pendidik hendaknya tidak meremehkan
masalah alat. Pendidik hendaknya mengadakan studi secara mendalam tentang
masalah ini.
Tidak sedikit kegagalan dalam pendidikan disebabkan pendidik tidak
memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan alat, seperti fungsi,
pemilihan, dan cara-cara menggunakannya. Alat dan juga media tidak terpisahkan
dari tujuan, karena tujuan tidak mungkin tercapai tanpa alat. Ini berarti bahwa alat

7
berfungsi mengantarkan penggunanya untuk mencapai tujuan. Dalam kaidah
ushul fiqih mengatakan bahwa alat mempunyai nilai yang sejalan dengan nilai
tujuan.

6. Lingkungan

Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak


didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang
sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu
lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada
dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan
lingkungan sosial. Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai
alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-
buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik
dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan
yang optimal.
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter
manusia. Keluarga adalah lingkungan pertama dimana manusia melakukan
komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya. Di keluarga
pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun kepribadiannya.
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama,
karena didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak.
Dalam ajaran Islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya
berbunyi :
‫صرانه‬ ّ ‫ك ّل مولو ٍد يولد على الفطرة وانّما ابواه يمجّسا نه او‬
ّ ‫يهـو دانه او ين‬
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas fitrah, maka sesungguhnya kedua orang
tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi dan Nasrani”

8
Dalam hal ini Allah berfirman:
ٌ ‫ع َل ْي َها َملى َكةٌ ِغ ََل‬
ٌ‫ظ ِشدَاد‬ َ ‫اس َوا ْل ِح َج‬
َ ُ ‫ارة‬ ُ َّ‫َارا َّوقُ ْودُهَا الن‬ َ ُ‫ياَيُّ َها ا َّل ِذيْنَ ا َمنُ ْوا قُ ْوا اَ ْنف‬
ً ‫س ُك ْم َواَ ْه ِل ْي ُك ْم ن‬
َ‫ّللا َما اَ َم َرهُ ْم َو َي ْف َعلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون‬ ُ ‫ََّّل َي ْع‬
َ ٰ َ‫ص ْون‬
Artinya: “Peliharalah keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras,
yang tidak durhaka terhadap Allah, terhadap apa yang Dia perintahkan kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya,
karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada kedua orang tua yang
kelak akan diminta pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya. Keluarga
dalam perspektif pendidikan Islam memiliki tempat yang sangat strategis dalam
pengembangan kepribadian hidup seseorang. Baik buruknya kepribadian
seseorang akan sangat tergantung pada baik buruknya pelaksanaan pendidikan
Islam di keluarga.
b. Lingkungan Sekolah
Pada dasarnya sekolah harus merupakan suatu lembaga yang membantu bagi
terciptanya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya masyarakat Islam dalam
bidang pengajaran yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah dan
masjid. Bagi ummat Islam, lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan
ialah lembaga pendidikan Islam, artinya bukan sekedar lembaga yang didalamnya
diajarkan agama Islam, melainkan suatu lembaga pendidikan yang secara
keseluruhan bernafaskan Islam hal itu hanya mungkin terwujud jika terdapat
keserasian antara rumah dan sekolah dalam pandangan keagamaan.
Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja dibentuk guna untuk
mendidik dan membina generasi muda ke arah tujuan tertentu, terutama untuk
membekali anak dengan pengetahuan dan kecakapan hidup (life skill) yang
dibutuhkan kemudian hari. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak-anak dan remaja.
Dalam konsep Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagai media analisis
pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah dan syariat demi terwujudnya
penghambaan diri kepada Allah serta sikap mengesakan Allah dan

9
mengembangkan segala bakat atau potensi manusia sesuai fitrahnya, sehingga
manusia terhindar dari berbagai penyimpangan

c. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan masyarakat harus mampu mengajak generasi muda untuk memilih
teman yang baik yang selalu emngajak kepada kebaikan dan bertaqwa kepada
Allah. Tentu hal ini juga harus disertai dengan pengwasan dan bimbingan serta
arahan dari orang tua dan sekolah, agar setiap peserta didik dapat memilih dan
memilah dengan komunitas apa sebaiknya ia bergaul agar tetap lurus pada koridor
Islam.

B. Kesimpulan
Pendidikan menurut pandangan islam lebih dominan kepada pembentukan
akhlak, akidah dan iman. Sedangkan secara umum pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan pengembangan kemapuan yang dimiliki. Apabila kedua hal
ini digabungkan maka hasil dari pendidikan akan sangat maksimal dan
menghasilkan peserta didik yang memiliki intelektual dan akhlak yang mulia.
Dasar-dasar ilmu pendidikan Islam adalah landasan atau pijakan yang
dijadikan tempat berjalannya ilmu pendidikan Islam. Pada prinsipnya, ilmu
pendidikan Islam berfungsi mengembangkan pendidikan Islam itu sendiri. Dasar
utama ilmu pendidikan Islam adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan secara
langsung maupun tidak langsung dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dasar
yang kedua adalah Sunnah yang memerintah umat Islam untuk mencari ilmu dan
mengembangkan pendidikan Islam. Dasar ketiga dapat diambil dari pendapat para
ulama yang mumpuni keilmuannya dalam memberikan pandangan, pendapat dan
penafsiran terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan
pendidikan Islam.
Adapun aspek atau unsur-unsur pendidikan Islam sekurang-kurangnya
meliputi enam hal yaitu tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, metode
pendidikan, sarana/alat pendidikan, dan lingkungan

10
DAFTAR PUSTAKA

Kamrani Buseri. Dasar, Asas, dan Prinsip Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo. 2014)

M.Arifin. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. (Jakarta:Bumi


Aksara.1991).

Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. (Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003. Tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Sisdiknas). (Bandung: Tirta Umbara. 2003). h. 6

Zakiyah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara. 1991). h. 29

https://s2paiantasari2015.blogspot.com/2016/05/dasar-dan-unsur-dasar-
pendidikan-islam.html

https://media.neliti.com/media/publications/85340-ID-filsafat-pendidikan-ki-
hadjar-dewantara.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122-
HERLINA/PERKEMBANGAN%20MASA%20REMAJA.pdf

Anda mungkin juga menyukai