Disusun oleh :
Kelompok 6
2021
BAB I
PENDAHULUAN,
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan
dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien, Pendidikan lebih daripada
pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan
merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang
dicakupnya.
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang sentral dalam pendidikan. Sebab tanpa
perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi tanpa arah, bahkan salah
langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian juga dengan pendidikan Islam yang
berusaha untuk membentuk pribadi manusia melalui proses yang panjang dengan suatu
tujuan pendidikan yang jelas dan direncanakan.
Namun, tidak semua tujuan yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus tanpa
sandungan sedikitpun. Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan dengan tujuan
pendidikan Islam, yaitu ketika output pendidikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan
tersebut. Berdasarkan masalah tersebut di atas, telah ditemukan kasus-kasus seperti korupsi,
pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga dan lain sebagainya yang dilakukan oleh
seorang yang telah mengenyam sebuah pendidikan Islam. Kejadian ini dapat diidentifikasi
sebagai kurangnya pemahaman tentang hakekat tujuan pendidikan Islam dalam pribadi orang
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penulisan ini adalah
:
1.3 Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek
rohaniah dan jasmania juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena kematangan yang
bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan melalui proses demi proses
kearah tujuan akhir dari perkembangan tersebut.
Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al- Syaebani, diartikan
sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam hidup pribadinya atau hidup
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.
2.2 Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Pada hakikatnya, pendidikan adalah proses yang berlangsung secara kontiniu dan
berkesinambuangan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu di emban oleh
Pendidikan Islam pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep
ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang
senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis mulai dari kandungan hingga akhir hayat.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu :
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka
pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar
ini akan memeberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam
konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai
kebenaran dan kekuatan yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan.
Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan hadist
(Sunnah Rasulullah).
Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa’Id Ismail Ali sebagaimana dikutip
langgulung terdiri dari 6 macam, yaitu; Al-Qur’an, sunnah,qaul al-shahabat, masail al
mursalah.’urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual Islam.
Dalam perumusan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertical maupun horizontal.
2. Sifat-sifat dasar manusia.
3. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan
4. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam.
Faktor-Faktor pendidikan :
Menurut Imam Sutari bahwa perbuatan mendidik dan didik memuat faktor – faktor tertentu
yang mempengaruhi dan menentukan, beberapa diantara nya adalah :
Dalam dunia pendidikan aspek aqidah sering disebut dengan aspek kognitif. Muhibbin Syah
menatakan (“Psikologi Belajar”.2003.22) Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang
padanannya knowing, berarti berarti mengetahui. Muhaimin mendefinisikan kata aqidah
dalam bukunya (Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. 2004. 305-306), Kata “aqidah”
berasal dari bahasa Arab, yang berarti: “ma ‘uqida ‘alaihi wa al-dlamir”, yakni sesuatu yang
ditetapkan atau yang diyakini oleh hati dan perasaan (hati nurani); dan berarti “ma tadayyana
bihi al-insan wa i’taqadahu”, yakni sesuatu yang dipegangi dan diyakini (kebenarannya) oleh
manusia. Dengan demikian secara etimologis, aqidah berarti kepercayaan atau keyakinan
yang benar-benar menetap dan melekat di hati manusia.Dalam arti luas, cognition (kognisi)
ialah memperoleh, penataan dan penggunaan pengetahuan. Disebutkan pula, ranah psikologi
siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak
ini, pada perspektif psikologi, kognitif adalah sumber sekaligus sumber ranah-ranah kejiwaan
lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). (“Psikologi
Belajar”.2003.48) dijelaskan pula pada halamn selanjutnya, “upaya pengembangan fungsi
ranah kognitif sendiri melainkan juga dalam ranah afektif dan psikomotor” (Psikologi
Belajar.2003.51). jadi dapat disimpulkan bahwa aspek aqidah sangat penting karena aspek
aqidah sangat mempengaruhi aspek ibadah (afektif) dan aspek akhlak (psikomotor).
Menurut Piaget yang dikutip oleh Drs. Muhaimin (Paradigma Pendidikan Islam.2002.199),
membagi proses belajar menjadi tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
Dijelaskan pula, asimilasi adalah proses penyatuan (pengitegrasian) informasi baru ke
struktur kognisi.
2. Aspek Akhlak
Dalam dunia pendidikan aspek akhlak sering disebut aspek afektif. Muhimin mendefinisikan
akhlak (Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. 2003.306), kata “akhlak” (bahasa arab)
merupakan bentuk jamak dari kata “khuluq”, yang brarti tabiat, budi pekerti,kebiasaan. Jadi
bila kita berbicara tentang afektif, maka kita berbicara tentang sikap dan nilai siswa.
Muhibbin Syah (Psikologi Belajar.2003.53) mengatakan keberhasilan pengembangan ranah
kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif tetapi juga menghasilkan
kecakapan ranah afektif. Ia juga mengatakan keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga
akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah afektif. Peningkatan kecakapan afektif
ini antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap. Dampak positif lainnya inilah
dimilikinya sikap mental keagamaan ysng lebih tegas dan lugas sesuai dengan tuntunan
ajaran agama yang telah diilhami dan diyakini secara mendalam.
Dalam Al Qur’an surat Luqman ayat 12-15 menjelaskan tentang tujuan dari pendidikan
islam, dalam aspek aqidah yang diterangkan dalam buku Ilmu Pendidikan Islam karya Dra.
Hj. Nur Uhbiyati (Ilmu Pendidikan Islam.2005.152) yaitu keyakinan agama, kesadaran moral
dan tanggung jawab sosial
a. Keyakinan Agama
Dalam menanamkan keyakinan agama, pesan luqman menekan 3 aspek penting, yaitu:
2) Kesadaran akan kemakhlukan kita yang wajib menyukuri segala karunia Tuhan
3) Kesadaran bahwa segala gerak gerik kita yang nampak maupun yang tersembunyi tidak
lepas dari pengetahuan dan pengawasan Tuhan.
Untuk menumbuhkan, memupuk dan memantapkan keyakinan agama itu, Luqman berpesan
kepada anaknya agar mendirikan sholat. Ini berarti melaksanakan ibadah harus dibiasakan
semenjak kecil.
Dari kutipan diatas bisa disimpulkan bahwa aspek aqidah sangat mempengaruhi aspek
akhlak. Bila diaplikasikan dalam dunia pendidikan yaitu dengan menanamkan pengetahuan
(aspek aqidah) maka peserta didik dapat mengerti tentang bagaimana ia menilai suatu
perbuatan disekitarnya (aspek akhlak).
b. Kesadaran Moral
Perkembangan kesadaran moral dalam diri anak, sebagaimana dicontohkan oleh Luqman,
berpangkal kepada kemampuan membedakan antara yang makruf, yakni hal-hal yang tidak
bertetangan dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai moral dan yang mungkar yakni hal-hal
yang mengganggu dan menimbulkan kerusakan pada kehidupan manusia.
Nana Sudjana ( Ilmu Pendidikan Islam. 2005.153.) mengatakan Tanggung jawab social dapat
diwujudkan sikap:
1. Berbuat baik dan hormat epada orang lain, lebih-lebih mereka yang berjasa kepada
kita seperti orang tua kita sendiri.
2. Bergaul dengan baik walaupun dengan orang yang berbeda keyakinan dengan kita
3. tidak berlagak, sombong dan angkuh kepada orang lain.
Setelah dibahas tujuan mengapa kita harus menanamkam aspek akhlak, pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimana memananmkan aspek tersebut pada diri peserta didik. Dr.
Asma Hasan Fahmi mengemukakan cara-cara pendidikan Akhlak yang dikutip oleh Dra. Hj.
Nur Uhbiyati (Ilmu Pendidikan Islam.2005.153), adalah sebagai berikut:
1. Memberi petunjuk dan pendekatan dengan cara menerangkan mana yang baik dan
mana yang buruk, menghafal syair-syair, cerita-cerita dan nasihat-nasihat yang baik,
menganjurkan untuk melakukan budi pekerti yang baik dan akhlak yang mulia. Selain
itu ketika peserta didik melakukan kesalahan, pendidik harus mengingatkan dengan
menggunakan kata-kata yang baik dan sebijak mungkin sehingga peserta didik paham
atas kesalahannya dan tidak melakukan kesalahn yang sama.
2. Mempergunakan instink untuk mendidik anak-anak dengan cara:
Anak-anak suka dipuji dan disanjung untuk memenuhi keinginan instink berkuasa dan
ia takut celaan dan cercaan. Maka oleh karena itu kalau anak-anak mengerjakan
sesuatu yang baik hendaklan dipuji dan menggemarkan dia melawan hawa nafsu dan
menjauhkan diri dari ketamakan, baik yang dalam makanan minuman maupun dalam
segala kelezatan pada umumnya, dan menimbulkan kesukaan pada dirinya untuk
mengutamakan orang lai atas dirinyasendiri, serta ia dicela kalau menginginkan
makanan dan pakaian megah
instink meniru. Sesuai dengan hai ini para pendidik islam haruslah orang-orang yang
memiliki sifat-sifat yang utama dan berakhlak karena anak-anak akan menuruti jejak
gurunya, apa yang dianggap jelek oleh guru, maka jeleklah dalam pandangan anak-
anak, sebaliknya apa yang dianggap baik oleh guru, maka baiklah dalam pandangan
anak-anak.
Memperhatikan instink bermasyarakat. Anak-anak disuruh belajar di tempat-tempat
yang sudah ada anak-anak yang lain sesuai dengan instink utuk bermasyarakat yang
terdapat dalam dirinya. Apabila instink bermasyarakat ini telah dipenuhi , akan
memberi efek dalam segi-segi lain dari kehidupannya, seperti ia akan merasa bangga
dengan anak-anak lain yang telah dikenalnya, dan akan membangkitkan semangat
apabila ia melihat kemajuan yang telah dicapai oleh kawan-kawannya, sehingga iapun
mau bekerja untuk mencapai cita-citanya.
Mementingkan pembentukan adapt kebiasaan dan keinginan-keinginan semenjak
kecil, seperti membiasakan anak-anak bangun cepat diwaktu pagi, berjalan, bergerak,
gerak badan dan naik kuda dan membiasakan tidak membuka anggota badan dan tidak
menurunkan tangan, tidak cepat berjalan, tidak memanjangkan rambut, tidak memakai
pakaian wanita, tidak meludah dalam majlis, tidak membuang ingus atau menguap
didepan orang lain, tidak meletakkan kaki atas kaki yang lain,tidak berbohong, tidak
bersumpah baik benar atau bohong dan membiasakan patuh kepada ibu-bapak dan
guru-guru.
Sedangkan menurut M.Athiyah Al Abrasyi yang dikutip oleh Dra. Hj. Nur Uhbiyati (Ilmu
Pendidikan Islam.2005.155-156), menyatakan metode yang paling tepat untukmenanamkan
akhlak kepada anak ada 3 macam yaitu:
3. Aspek Ibadah
Dalam dunia pendidikan aspek ibadah sering disebut dengan aspek psikomotorik. Muhibbin
Syah, M.Ed (Psikologi Belajar.2003.54). mendefinisikan kecakapan psikomotor ialah segala
amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya,
karena sifatnya yang terbuka.
Dari pernyataan tersebut dapat dismpulkan bahwa keberhasilan guru dalam mendidik peserta
didik dapat dilihat dari aspek psikomotor yaitu bias atau tidakkah peserta didik itu
mengaplikasikan mata pelajaran yang diberikan oleh guru kedalam tingkah laku ehidupan
sehari-hari.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek
rohaniah dan jasmania juga harus berlangsung secara bertahap.
Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al- Syaebani, diartikan
sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam hidup pribadinya atau hidup
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.
Pada hakikatnya, pendidikan adalah proses yang berlangsung secara kontiniu dan
berkesinambuangan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu di emban oleh
Pendidikan Islam pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Sebagai
aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam
memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja.
Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan hadist
(Sunnah Rasulullah).
1. Aspek Aqidah Dalam dunia pendidikan aspek aqidah sering disebut dengan aspek kognitif,
Dengan demikian secara etimologis, aqidah berarti kepercayaan atau keyakinan yang benar-
benar menetap dan melekat di hati manusia.
2. Aspek akhlak Dalam dunia pendidikan sering disebut aspek afektif. yaitu keyakinan agama,
kesadaran moral dan tanggung jawab sosial
3. Aspek Ibadah dalam dunia pendidikan aspek ibadah sering disebut dengan aspek
psikomotorik. Muhibbin Syah, M.Ed (Psikologi Belajar.2003.54). mendefinisikan kecakapan
psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitasnya
maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka.
DAFTAR PUSTAKA