Anda di halaman 1dari 76

MODAL KERJA : SUMBER DAN CARA MENGATASINYA

(STUDI PADA USAHA MEBEL KAYU DI DUSUN TUKREJO


KABUPATEN JEPARA)

Oleh :
Mariya Tri Astuti
NIM : 212012215

KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS


PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

i
ii
iii
iv
v
ABSTRACT

The aim of the research is to understand what is the dominant source of


working capital and how to overcome the difficulty of working capital owners of
SMEs furniture. This research took a study on SMEs furniture in the Tukrejo village,
Jepara and the key informant of this study amounted to 14 informants. Research
method used is quantitative descriptive.Data collection using interview. Data
presented descriptive statistics in this case a frequency distribution, then presented in
the form of description and narrative. This results showed the dominant source of
working capital of SMEs furniture in the village Tukrejo, Jepara is a debt. Strategies
to overcome the difficulty of working capital of SMEs furniture in village Tukrejo is
in debt to the financial institution.

Keyword: Working Capital, Debt, SME

vi
SARIPATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja sumber modal kerja yang
dominan dan bagaimana cara mengatasi kesulitan modal kerja pada pemilik UMKM
mebel. Penelitian ini mengambil studi pada pemilik UMKM mebel di dusun Tukrejo,
Jepara dan key informan penelitian ini berjumlah 14 informan. Metode penelitian
menggunakan deskriptif kuantitatif.Pengumpulan data melalui wawancara.Data
disajikan deskriptif kuantitatif dalam hal ini distribusi frekuensi, kemudian disajikan
dalam bentuk deskripsi dan narasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber
modal kerja yang dominan pada pemilik UMKM mebel di dusun Tukrejo, Jepara
adalah hutang.Strategi untuk mengatasi kesulitan modal kerja pada pemilik UMKM
mebel di dusun Tukrejo, Jepara adalah berhutang kepada lembaga keuangan.

Kata kunci : Modal Kerja, Hutang, UMKM

vii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat
dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini dengan
baik.

Penelitian ini meneliti mengenai apa saja sumber modal kerja yang dominan
dan bagaimana cara mengatasi kesulitan modal kerja pada UMKM mebel di dusun
Tukrejo Kabupaten Jepara. Aspek permodalan merupakan hal yang sering dikeluhkan
oleh pelaku UMKM mebel, karena modal yang bersumber dari modal sendiri
seringkali tidak cukup untuk beroperasi. Mereka juga mengalami kesulitan dalam
berproduksi akibat kesulitan modal kerja.Berbagai penelitian terdahulu mengenai
mebel dan kerajinan di Jepara tidak banyak meneliti tentang modal kerja. Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk meneliti apa saja sumber modal kerja yang dominan dan
bagaimana cara mengatasi kesulitan modal kerja pada pemilik UMKM mebel di
dusun Tukrejo kabupaten Jepara.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan penulis berharap
pada waktu yang akan datang, ada yang dapat melengkapi penelitian ini agar menjadi
lebih baik. Akhir kata, semoga penelitian ini berguna untuk penelitian selanjutnya dan
berguna untuk pihak – pihak yang membutuhkan referensi.

Salatiga, 20 Juli 2016

Penulis

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja dengan judul
“Modal Kerja : Sumber dan Cara Mengatasinya (Studi Pada Usaha Mebel di Dusun
Tukrejo Kabupaten Jepara)”. Kertas kerja ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian ini tidak sepenuhnya
diberikan kelancaran dan terkadang mendapatkan berbagai kendala dan kesulitan.
Namun dengan adanya doa, dukungan dari semua pihak, maka penulis dapat
menyelesaikan kertas kerja ini dengan baik. Karenanya, dengan segala kerendahan
hati, penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada:
1. Bapa Yesus, yang memberikan hikmat, kecerdasan, tenaga, pengharapan
dan segala yang peneliti butuhkan dalam proses pemikiran topik hingga
proses penyelesaian kertas kerja ini.
2. Bp. Prof. Christantius Dwiatmadja, SE, ME, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Bp. Prof. Supramono, SE, MBA, DBA selaku pembimbing yang telah
sabar memberikan masukan, saran, motivasi, dukungan dan perhatian
kepada penulis dari awal pemilihan topik hingga proses penyelesaian
kertas kerja ini.
4. Bp. Agus Sugiarto, S.pd., MM selaku wali studi yang selalu mengarahkan
dan membimbing dalam pemilihan mata kuliah.
5. Bp. Albert Kriestan NAN, SE, MM, Ph.D selaku kaprodi manajemen
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen satya Wacana.
6. Seluruh dosen FEB dan Non FEB yang telah memberikan ilmu,
pengajaran, pengarahan dan pengalaman di dalam menjalani kuliah di
Universitas Kristen Satya Wacana.

ix
7. Seluruh Staf TU FEB dan BARA UKSW yang turut membantu penulis
selama belajar dan menyelesaikan proses kertas kerja ini.
8. Kepada kedua orang tua saya Bp. Sutomo dan Ibu Murni yang tiada
hentinya memberikan semangat, doa, dukungan, dan bentuk support lain
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.
9. Kakakku Kasmoko dan Yulianita serta semua keluarga yang
menyayangiku, terima kasih untuk semangat, dukungan dan perhatianya.
10. Sahabat dan sekaligus teman seperjuanganku Ita Eri N, Purwanti, Rahayu
Widiastuti, Erista, Linda, Didik Prasetya, Sudarsono dan Dany Setiyawan.
Terima kasih untuk segala dukungan, bantuan, masukkan dan doanya
selama ini.
11. Sari Dwi Astuti, sahabatku yang selalu mendampingi, mendukung,
memberikan motivasi dan semangat.
12. Teman-temanku Sisda, Adi, Eva, Luthfi, Michael, Ryan, yang selalu
memberikan semangat kepada penulis.
13. Untuk teman-teman FEB dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah membantu penulisan kertas kerja ini.

Salatiga, 20 Juli 2016

Penulis

x
DAFTAR ISI

Judul ......................................................................................................................... i
Lembar Persetujuan Pembimbing ........................................................................... ii
Pernyataan Tidak Pelagiat ...................................................................................... iii
Pernyataan Persetujuan Akses................................................................................ iv
Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi .................................................................v
Abstract .................................................................................................................. vi
Saripati ................................................................................................................. vii
Kata Pengantar .................................................................................................... viii
Ucapan Terima Kasih ............................................................................................ ix
Daftar Isi ................................................................................................................ xi
Daftar Tabel .............................................................................................................x
Daftar Lampiran ......................................................................................................x
Pendahuluan ............................................................................................................1
Telaah Pustaka ........................................................................................................4
Metode Penelitian ....................................................................................................8
Hasil dan Pembahasan ...........................................................................................10
Hasil Analisis Data ................................................................................................15
Pembahasan ............................................................................................................25
Penutup ..................................................................................................................26
Daftar Pustaka .......................................................................................................28
Lampiran ...............................................................................................................31

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Informan ................................................................................ 11


Tabel 2. Karakteristik Usaha ..................................................................................... 13
Tabel 3. Sumber Modal Kerja Usaha Mebel .............................................................. 16
Tabel 4. Sistem Pembayaran untuk Pembelian Kebutuhan Produksi ...................... 19
Tabel 5. Sistem Pembayaran atas Penjualan Produk Mebel ...................................... 21
Tabel 6. Akibat Perbedaan Sistem Pembayaran Pada Usaha Mebel ......................... 22
Tabel 7. Masalah dan Solusinya Pada Usaha Mebel kayu ......................................... 23
Tabel 8. Cara Mengatasi Kesulitan Modal Kerja Usaha Mebel ................................ 24

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara .............................................................. 31


Lampiran 2. Informan Penelitian ............................................................................... 36
Lampiran 3.Transkrip Wawancara ............................................................................. 37

xii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan pelaku bisnis


yang bergerak pada berbagai bidang usaha dan UMKM merupakan segmen
terbesar pelaku ekonomi nasional Indonesia. Menurut Partomo dan Sartika (2004:
13), UMKM sering disebut sebagai salah satu pilar kekuatan perekonomian suatu
daerah, hal ini disebabkan UMKM mempunyai fleksibilitas dan kemampuan
menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding
dengan perusahaan skala besar. UMKM di Indonesia telah memberikan berbagai
kontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional, adapun kontribusi tersebut
antara lain melalui kontribusi penerimaan Pendapatan Daerah Bruto (PDB).
Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, pada tahun 2012
UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp 4.869,5 triliun atau 59,08% dari total
PDB Indonesia, dimana kontribusi tersebut berasal dari 56,53 juta unit usaha
UMKM atau 99,99% terhadap total unit usaha di Indonesia.

UMKM di Indonesia cukup banyak berpotensi untuk meningkatkan


perekonomian negara, namun dalam perkembangannya para pengusaha UMKM
sering kali dihadapkan pada berbagai macam persoalan. Menurut Tambunan
(2009: 75), ada beberapa persoalan yang dihadapi dalam pengembangan UMKM
yaitu Keterbatasan modal usaha, keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM),
keterbatasan teknologi, keterbatasan bahan baku dan kesulitan pemasaran.
Menurut Wismiarsi et al (2008:18), permasalahan utama pada UMKM adalah
masalah finansial, dimana umumnya berkaitan dengan hambatan dalam
memenuhi kebutuhan untuk pengembangan usahanya. Ina Primiana (2009: 53)
juga mengemukakan bahwa salah satu yang menjadi permasalahan pokok bagi
UMKM adalah aspek modal kerja, dimana modal yang dimiliki terbatas sehingga
mereka cenderung menggunakan pembiayaan usaha yang bersumber dari lembaga
keuangan, keluarga, kerabat dan rentenir.

Menurut Budita (2014), modal kerja selalu dibutuhkan untuk membelanjai


operasional secara langsung dan kontinyu sesuai dengan tujuan dari perusahaan,
modal kerja digunakan untuk pembelian bahan baku, bahan penolong dan

1
pembayaran gaji tenaga kerja. Modal kerja yang dimiliki perusahaan terdiri dari
kas, piutang dan persediaan. Menurut Sartono (2013:385), apabila perusahaan
tidak memiliki modal kerja yang cukup, maka perusahaan tidak dapat membayar
kewajiban jangka pendeknya dan akan mengalami masalah likuiditas. Pemilik
perusahaan harus mengadakan pengawasan terhadap modal kerja agar tidak
terjadi masalah likuiditas dan sumber-sumber modal kerja yang digunakan secara
efektif di masa mendatang.

Penentuan sumber modal kerja menjadi hal penting yang harus dihadapi
perusahaan. Menurut Kasmir (2008:256-258) sumber modal kerja dapat berasal
dari modal sendiri yaitu dari hasil penjualan barang dan pinjaman atau hutang dari
pihak luar. Setorini (2009) mengemukakan bahwa jika perusahaan menggunakan
hutang lebih banyak dari modal sendiri, dapat menyebabkan menurunnya laba
karena beban bunga yang harus dibayarkan kepada kreditur juga meningkat.
Apabila perusahaan tidak dapat mengelola hutang dengan baik maka akan
berdampak menurunnya laba perusahaan dan dapat menyebabkan masalah
likuiditas.

Sampai saat ini, UMKM di Jawa Tengah khususnya kota Jepara


didominasi oleh industri utama yang berasal dari kayu olahan yaitu industri mebel
dan kerajinan ukiran dari kayu. Dijuluki sebagai kota ukir, memiliki banyak
perusahaan atau mebel kayu yang tersebar di berbagai kecamatan dan hasil
produksinya sudah dijual ke berbagai daerah bahkan luar negeri. Peneliti Center
For International Forestry Research (CIFOR), Sulthon Al Amin mengemukakan
bahwa industri furniture kayu telah menjadi sumber pendapatan di Jepara selama
bertahun-tahun. Tetapi, berdasarkan survey tahun 2010 jumlah unit usaha mebel
di Jepara terus mengalami penurunan, dimana penurunan terbesar dari 12.763 unit
di tahun 2005 menjadi 8.289 unit di tahun 2010 (www.jpnn.com). Jumlah unit
usaha mebel terus menurun, yaitu berdasarkan data BPS Kabupaten Jepara pada
tahun 2014 hanya terdapat 5.471 unit usaha industri furniture kayu.

Menurut Pratama dan Kodoatie (2012) masalah yang sering dikeluhkan


oleh pemilik industri mebel di Jepara adalah ketidakcukupan modal yang dimiliki,
sehingga pengrajin seringkali tidak bisa membiayai usahanya. Hal ini disebabkan

2
karena pemilik UMKM mebel juga seringkali harus menunggu pelunasan dari
pengepul dalam waktu yang tidak bisa ditentukan, karena pembayaran dari
penjualan produk mebel setelah barang tersebut laku bahkan pembayaran dari
pengepul sering terlambat. Di satu sisi, pengrajin mebel mempunyai tanggungan
membayar gaji tenaga kerja harian/borongan, membeli bahan baku dan bahan
penolong untuk proses produksi, dan biaya lainnya (www.kompas.com).
Anggraeni et al (2013) mengungkapkan bahwa untuk menambah modal, para
pengrajin akan mencari sumber dana untuk beroperasi dari luar yaitu dengan
berhutang kepada kerabat, tetangga, koperasi, bank, bahkan rentenir. Pengrajin
akan kesulitan membayar angsuran karena bunga yang tinggi.

Masalah lain yang dihadapi adalah banyak pemilik UMKM mebel di


Jepara yang menjual produk mebelnya dengan sistem pembayaran DP (Down
Payment), tetapi mereka juga membutuhkan dana cash untuk berproduksi yaitu
membeli bahan baku, bahan penolong dan membayar pekerjanya. Selain itu,
menurut Pramono (2012) masalah lain yang dialami pengrajin adalah seringkali
pengrajin tidak bisa mengerjakan orderan/pesanan akibat terbatasnya modal yang
dimiliki. Ketidakcukupan modal yang dimiliki mengakibatkan para pengrajin
mebel akan mengalami kesulitan berproduksi akibat kesulitan modal kerja. Afifah
dan Setiawan (2012) mengemukakan bahwa dalam kondisi yang demikian para
pelaku UMKM akan sulit keluar dari permasalahan yang biasanya sudah berjalan
lama tersebut, kecuali bila ada campur tangan dari pihak lain.

Berbagai penelitian terdahulu mengenai mebel dan kerajinan di Jepara


tidak banyak meneliti tentang modal kerja. Penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Andhitya (2012) meneliti tentang keberadaan dan perkembangan klaster
UMKM furniture di Jepara, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa klaster yang
terdapat di Jepara bisa dikatakan tahap klaster yang sudah maju. Penelitian
selanjutnya dilakukan oleh Riyoko (2012), yang meneliti tentang penentu daya
saing terhadap investasi pada industri mebel di kabupaten Jepara, dalam penelitian
ini dapat ditemukan bahwa daya saing berpengaruh terhadap investasi. Penelitian
lain mengenai kredit macet dilakukan oleh Muslim (2012) yang menunjukkan
bahwa variabel tingkat persaingan, tingkat kebijakan pemerintah dan pengelolaan
keuangan berpengaruh positif terhadap kredit macet UMKM industri mebel di

3
Jepara. Penelitian ini fokus pada sumber modal kerja karena berkaitan dengan
besarnya biaya modal, jika pemilik UMKM salah memilih sumber pendanaan
akan berakibat menanggung biaya modal yang tinggi sehingga akan memberatkan
pengrajin itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana UMKM furniture kayu Jepara tetap bisa beroperasi ditengah
keterbatasan modal kerja. Penelitian ini mengambil obyek UMKM di dusun
Tukrejo, desa Bondo kabupaten Jepara. Oleh karena itu persoalan penelitian yang
diajukan adalah (a) apa saja sumber modal kerja yang dominan dan (b) bagaimana
cara mengatasi kesulitan modal kerja pada pemilik UMKM mebel di dusun
Tukrejo kabupaten Jepara?

Manfaat penelitian ini bagi pengrajin UMKM mebel (furniture) kayu


adalah dapat memberikan masukan yang dapat digunakan oleh pelaku UMKM
mebel (furniture) kayu di Jepara sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk menanggulangi masalah yang berhubungan dengan sumber
modal kerja dan bagaimana cara mengatasi kesulitan modal kerja. Sedangkan bagi
Akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang modal
kerja yang belum banyak diteliti.

TELAAH PUSTAKA

Modal Kerja

Modal kerja menurut Muktiadji dan Lia (2012) adalah dana yang harus
tersedia dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan
operasinya sehari-hari, misalnya untuk pembelian bahan mentah, membayar upah
buruh, membayar listrik, dan sebagainya. Sarwido (2014) mengemukakan bahwa
modal kerja adalah harta yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional perusahaan tanpa
mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan memperoleh laba yang optimal.

Menurut Kasmir (2012:250-251), ada tiga konsep atau definisi modal kerja
yang umum digunakan, yakni konsep kuantitatif, kualitatif dan fungsional.Dalam
konsep kuantitatif, modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini
adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi

4
perusahaan jangka pendek. Konsep kualitatif menitikberatkan pada kualitas modal
kerja, konsep ini melihat selisih jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Sedangkan konsep fungsional menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki
dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.
Ketiga konsep tersebut menjelaskan bahwa setiap perusahaan selalu
membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasionalnya dan
menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan.

Jenis-Jenis Kredit Modal Kerja


Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokan kedalam jenis yang
masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk
mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap usaha memiliki berbagai
karakteristik tertentu. Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2010:103-106) yang
diberikan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain adalah jenis kredit
dilihat dari jangka waktunya, segi jaminannya, dan dari segi kegunannya.
Kredit dilihat dari jangka waktunya, pertama, Kredit Jangka Pendek, yaitu
kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun dan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja. Kedua,Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit yang
berjangka waktu 1 sampai 3 tahun dan biasanya digunakan untuk melakukan
investasi. Ketiga, Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih
dari 3 tahun.Kredit dilihat dari segi jaminannya, pertama, Kredit Tanpa Jaminan,
yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kedua,
Kredit Jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan menggunakan suatu jaminan
dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.
Kredit dari segi kegunaanya, pertama, Kredit Modal Kerja, yaitu kredit
berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank untuk membiayai
kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga dapat meningkatkan produksi dalam
operasionalnya. Kedua Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka
panjang yang diberikan oleh suatu bank untuk melakukan investasi atau
penanaman modal, yang ditujukan untuk memperluas usahanya atau membangun
proyek/pabrik baru untuk keperluan rahabilitasi. Salah satu contoh kredit modal

5
kerja dan investasi yang khusus diperuntukkan pada UMKM di bidang produktif
adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Sumber Modal Kerja

Kasmir (2010:219-221) mengemukakan bahwa beberapa sumber modal


kerja yang dapat digunakan oleh perusahaan yaitu pertama, hasil operasi
perusahaan, maksudnya adalah pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode
tertentu. Kedua, memperoleh pinjaman dari kreditor (bank atau lembaga lain)
terutama pinjaman jangka pendek. Khusus untuk pinjaman jangka panjang juga
dapat digunakan, hanya saja peruntukan pinjaman jangka panjang biasanya
digunakan untuk kepentingan investasi. Dalam praktiknya pinjaman atau hutang,
terutama dalam dunia perbankan ada yg dikhususkan untuk digunakan sebagai
modal kerja. Menurut Gibson (2001), hubungan antara sumber pendanaan yang
berasal dari modal sendiri dan pinjaman/hutang pada usaha UMKM yang dimiliki
perseorangan sering kali bersifat kompleks karena aset pemilik digunakan sebagai
hutang, pemilik menghadapi resiko untuk return yang belum pasti. Supramono
dan Putlia (2007) menemukan bahwa hutang menjadi stimulator bagi
perkembangan usaha, dimana hutang akan memberikan dukungan modal kerja
yang pada akhirnya akan mampu berkontribusi dalam penciptaan laba. Peneliti
lain Utomo (2013), juga menemukan bahwa pengusaha UMKM merasakan
manfaat dari hutang, yaitu hutang dinilai dapat memberikan keuntungan lebih
besar daripada kerugian, karena jika hutang digunakan dengan tepat dan produktif
maka dapat digunakan untuk menghindari risiko yang ada.

Penelitian Susilo (2010), menemukan bahwa sumber pendanaan modal


kerja pada UMKM di wilayah Yogyakarta adalah hutang dari lembaga perbankan,
dengan sistem kredit modal kerja dan rata-rata responden mengambil kredit
sebesar 10-40 juta. Gomulia dan Dewi (2011), menemukan bahwa pengusaha
usaha kecil enggan berhutang ke bank karena terkendala oleh tingkat suku bunga
yang tinggi. Penelitian Saraswati, Fevriera, dan Dwijayanti (2011), sumber modal
kerja pengusaha UMKM yang ada di Jawa Tengah antara lain arisan, paguyuban,
rentenir, kredit barang atau mindring. Peneliti lain yaitu Ardianto (2014)

6
menemukan bahwa informan UMKM di Parakan lebih berhati-hati dalam memilih
sumber pendanaan modal kerja untuk usahanya sehingga mereka lebih cenderung
menggunakan modal sendiri.

Cara Mengatasi Kesulitan Modal Kerja


Hasil penelitian kerjasama Kementrian Koperasi dan UMKM dengan Biro
Pusat Statistik (2003) mengemukakan bahwa UMKM yang mengalami kesulitan
usaha sebanyak 72,47% sedangkan sisanya 27,53% tidak ada masalah. Dari
72,47% yang mengalami kesulitan usaha,masalah utama yang dialami oleh
UMKM adalah masalah permodalan (51,9%). Dalam mengatasi kesulitan modal
kerja tersebut, diketahui sebanyak 17,50% UMKM menambah modal dengan
meminjam ke bank, sisanya 82,50% melakukan pinjaman ke KSP, perorangan,
keluarga, dan lainnya. Rohman (2014) menemukan bahwa Lembaga Keuangan
Mikro seperti salah satu contohnya Kredit Usaha Rakyat (KUR), Koperasi Unit
Simpan Pinjam yang digunakan sebagai preferensi untuk mengatasi kesulitan
modal kerja pada pelaku UMKM. Beberapa Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ini
berpengaruh positif terhadap usaha yang meminjam modal.
Luthfi (2015) menemukan bahwa pemilik UMKM meminjam modal usaha
ke lembaga perbankan yaitu Bank Rakyat Indonesia dan menjual aset pribadi
sebagai strategi untuk menutupi kekurangan modal usaha. Penelitian Pamungkas
(2016), mengemukakan bahwa keadaan UMKM masih banyak mengalami
kesulitan modal dan dalam penelitian tersebut menemukan cara pemilik UMKM
untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah pemilik UMKM meminjam modal
usaha ke lembaga yang memberikan pinjaman modal usaha.

Batasan UMKM

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha


Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),Usaha Mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UU UMKM. Usaha Kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

7
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UU UMKM. Sedangkan Usaha
Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam UU UMKM.

Adapun kriteria UMKM diatur dalam UU UMKM Pasal 6Usaha Mikro


memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualantahunan paling banyak
Rp300 juta. Usaha Kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta – Rp 500
juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta – Rp 2,5 miliar. Sedangkan Usaha
Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta –Rp 10 miliar, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar – Rp 50 miliar.

METODE PENELITIAN

Key Informan, Lokasi dan Waktu Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari key informan (informan
kunci).vSuyanto (2005: 172) mendefinisikan key informan sebagai orang yang
mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
penelitian. Key informanpenelitian ini adalah pelaku UMKM mebel kayu di dusun
Tukrejo, Jepara dan berjumlah 14 informan. Peneliti memilih ke-14 informan
karena informan tersebut sudah cukup lama menggeluti usaha mebel sehingga
mengetahui banyakinformasi tentang industri mebel di dusun Tukrejo, Jepara.
Penelitian ini dilakukan di dusun Tukrejo, desa Bondo, kabupaten Jepara, propinsi
Jawa Tengah. Dusun Tukrejo adalah domisili peneliti sehingga penggalian data

8
dapat dilakukan secara maksimal, mendalam, dan untuk keperluan kroscek data
dapat dilakukan berulang-ulang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 April
sampai dengan 30 April 2016 .

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, yaitu dengan


cara mendatangi rumah masing-masing informan disaat informan sedang
melakukan kegiatan produksi saat siang hari. Penentuan informan yang
diwawancarai berdasarkan rekomendasi dari Ibu peneliti, karena Ibu peneliti
sudah tahu dan mengenal informan yang akan diwawancarai. Penelitian ini
didahului dengan cara mendatangi langsung, ada informan yang bisa langsung
diwawancarai saat itu juga ditengah-tengah informan sedang mengerjakan
pesanan tetapi ada juga yang meminta untuk janjian terlebih dahulu karena
informan sedang repot saat itu atau sedang tidak berada di rumah/tempat usaha.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada informan
menggunakan daftar pertanyaan yang disiapkan sebelumnya dan jika tidak selesai
dilanjutkan pada hari lain. Durasi waktu untuk wawancara setiap informan
adalahsekitar 60 menit.

Teknik Analisis Data

Dari hasil wawancara, data kemudian disajikan dalam bentuk uraian,


narasi, dan dalam bentuk distribusi frekuensi. Data disajikan statistik deskriptif
dalam hal ini distribusi frekuensi, baik untuk menggambarkan karakteristik
informan dan karakteristik usaha, sumber modal kerja yang dominan, dan cara
mengatasi kesulitan modal kerja.

9
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Obyek Penelitian

Berdasarkan data dari BPS kabupaten Jepara (2012), secara administratif


mebel di dusun Tukrejo terletak di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten
Jepara.Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa
Tengah yang beribukota di Jepara. Wilayah administratif Kabupaten Jepara
terbagi atas 16 kecamatan. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi
110 9’48,02” sampai 110 58’ 37,40” Bujur Timur, 5 43’ 20,67” sampai 6 47’
25,83” Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung sebelah ujung
sebelah utara dari Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah daratan Jepara 1.004,189
km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan
Kalinyamatan dengan luas 24,179 km2 sedangkan wilayah terluas adalah
Kecamatan Keling dengan luas 231,758 km2. Sebagian besar wilayah Jepara
merupakan tanah kering sebesar 740,052 km2 atau 73,70%, sisanya merupakan
tanah sawah sebesar 264,080 km2 atau 26,30%. Dari pusat kota Jepara berjarak
kurang lebih 17 km untuk sampai di desa Bondo. Desa Bondo Sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Karanggondang, di sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Jerukwangi, di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, dan di sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Karanggondang. Produk mebel yang dihasilkan
oleh pengrajin mebel di Desa Bondo terdiri bangku, ayunan, dipan, meja dan kursi
santai, meja dan kursi makan, dan lain sebagainya. Produknya pun ada yang
diekspor ke luar negeri dan ada juga yang dijual lokal. Bahan baku pembuatan
produk mebel terdiri dari kayu jati, kayu mahoni, kayu waru, dan sebagainya.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada para pengrajin


mebel yang berada di dusun Tukrejo, desa Bondo, kabupaten Jepara, diperoleh
karakteristik informan mengenai gambaran informan yaitu usia informan dan
pengalaman menggeluti usaha mebel, modal awal yang dimiliki dan modal saat
ini yang dimiliki.

10
Tabel 1
Karakteristik Informan
Modal saat
Pengalaman Modal awal
Daftar Usia iniyang
menggeluti usaha yang dimiliki
Informan (tahun) dimiliki
mebel (tahun) (juta)
(juta)
Informan 1 35 15 20 50
Informan 2 38 16 10 50
Informan 3 36 13 5 70
Informan 4 33 5 20 100
Informan 5 35 6 50 50
Informan 6 46 12 10 15
Informan 7 30 6 25 40
Informan 8 46 13 10 10
Informan 9 58 30 2 30
Informan 10 58 14 50 250
Informan 11 50 17 50 100
Informan 12 47 18 10 30
Informan 13 37 18 10 50
Informan 14 44 18 12 5
Sumber : Data Primer 2016, diolah

Informan 1 adalah pengusaha muda (35 tahun), orangnya ramah, gampang akrab,
santai, terbuka, punya usaha mebel outdoor.
Informan 2 adalah pengusaha muda (38 tahun), orangnya sangat ramah, humoris,
santai, gampang akrab, enerjik, terbuka, punya usaha mebel outdoor.
Informan 3 adalah pengusaha muda (36 tahun), orangnya ramah, terbuka, punya
usaha mebel outdoor yang cukup besar dan pemasaran sudah cukup luas
dibandingkan pengusaha mebel outdoor yang lain.
Informan 4 adalah pengusaha muda (33 tahun) orangnya gampang akrab tetapi
cukup tertutup, punya usaha mebel outdoor dan masih belum terlalu lama
menggeluti usaha mebel dibanding yang lain.
Informan 5 pengusaha muda (35 tahun), orangnya gampang akrab, ramah,
terbuka, punya usaha mebel indoordan pemasaran sudah cukup luas.
Informan 6 berusia 46 tahun, orangnya tegas, ramah, cukup terbuka, punya usaha
mebel indoordengan jumlah tenaga kerja paling sedikit dibanding yang lain.
Informan 7 adalah pengusaha muda (30 tahun), orangnya sangat ramah, santai dan
gampang akrab, terbuka, punya usaha mebel indoor.

11
Informan 8 berusia 46 tahun, orangnya ramah, gampang akrab, humoris, terbuka,
dan sangat antusias ketika diwawancarai, punya usaha mebel indoor.
Informan 9 adalahsatu-satunya informan perempuan dan berusia 58 tahun,
orangnya ramah, gampang akrab, terbuka, punya usaha mebel indoor dan paling
lama menggeluti usaha mebel dibanding yang lain.
Informan 10 berusia 58 tahun, orangnya humoris, ramah dan cukup terbuka,
punya usaha mebel indoor dan pemasaran cukup luas dan dilakukan sendiri tanpa
perantara pedagang.
Informan 11 berusia 50 tahun, orangnya tegas, ramah, cukup terbuka, punya usaha
mebel indoor dan menjawab pertanyaan seperlunya namun berbobot, punya usaha
mebel indoor.
Informan 12 berusia 47 tahun, orangnya enerjik, tegas, ramah, terbuka, punya
usaha mebel lokalan.
Informan 13 berusia 37 tahun, orangnya enerjik, sangat terbuka, ramah, punya
usaha mebelindooryang jumlah tenaga kerjanya cukup banyak dibandingkan yang
lain.
Informan 14 berusia 44 tahun, orangnya tegas dan agak tertutup, punya usaha
mebel indoor khusus finishing dan pemasaran dilakukan sendiri tanpa perantara
pedagang.
Berdasarkan wawancara, juga diperoleh karakteristik informan mengenai
jenis usaha, lama usia, modal usaha saat berdiri, modal usaha saat ini, omzet saat
pertama kali usaha, dan omzet saat ini.

12
Tabel 2

Karakteristik Usaha

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase


Outdoor 4 29%
JenisUsaha Indoor 10 71%
Total 14 100%
5-10 tahun 3 21%
Lama Usia >10 tahun 11 79%
Total 14 100%
<10 juta 2 14%
10-50 juta 12 86%
Modal Usaha Saat Berdiri
>50 juta 0 -
Total 100%
<10 juta 1 7%
10-50 juta 9 64%
Modal Usaha Saat Ini
>50 juta 4 29%
Total 100%
<10 juta 6 43%
10-50 juta 3 21%
Omzet Saat Pertama Kali >50 juta 1 7%
Usaha (per bulan) Tidak memberikan
4 29%
data
Total 14 100%
<10 juta 7 50%
10-50 juta 5 36%

Omzet Saat Ini (per bulan) >50 juta 0 -


Tidak memberikan
2 14%
data
Total 100%
Sumber : Data Primer 2016, diolah

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa sebagian besar pengrajin


mebel di dusun Tukrejo (71%),jenis usaha mebelnya adalah indoor, dimana
produk dijual di dalam negeri dan bahan baku yang digunakan bukan kayu jati,
dan biasanya berbentuk setengah jadi, kemudian difinishing oleh pedagang yang
membeli barang mebel tersebut.Biasanya ada beberapa pedagang atau pemesan
yang mendatangi tempat usaha untuk membeli produk mebel tersebut dengan

13
frekuensi pengambilan barang bisa lebih dari 1 kali dalam seminggu dengan
waktu pengerjaan barang rata-rata 4 hari.

Dari tabel 2 juga dapat dilihat bahwa sebagian besar informan pengrajin
mebel mempunyai lama usaha diatas 10 tahun yaitu sebanyak 11 unit usaha
(79%). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar informan
pengrajin mebel sudah cukup lama dalam menggeluti usaha mebel. Sebagian
besar informan menjelaskan bahwa mereka memulai usaha dari awal tetapi ada
juga yang melanjutkan usaha dari orang tuanya.Meskipun usaha mebel yang
dijalankan sudah cukup lama, sebagian besar informan memiliki tenaga kerja
kurang dari 10 orang dan informan sebagai pemilik usaha juga ikut turun tangan
dalam pembuatan produk mebel.
Sebagian besar informan mempunyai modal usaha saat berdiri antara 10-
50 juta yaitu sebanyak 12 unit usaha (86%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar informan saat pertama kali mendirikan usahanya, memiliki modal
awal yang tidak terlalu besar berkisar antara 10-50 juta, dimana modal awal ini
pertama kali digunakan untuk mendirikan tempat usaha yang sederhana yang pada
umumnya bersebelahan dengan rumah pemilik pengrajin mebel, untuk membeli
bahan baku, membeli mesin dan peralatan, dan lain sebagainya. Untuk modal
usaha saat ini, sebagian besar informan mempunyai modal antara 10-50 juta yaitu
sebanyak 9 unit usaha (64%), apabila dikaitkan dengan modal usaha saat berdiri,
maka sebagian besar informan tidak mengalami peningkatan modal usaha.
Omzet penjualan merupakan salah satu variabel yang menentukan
kemampuan usaha dalam menghasilkan laba, dan biasanya digunakan oleh
lembaga keuangan untuk melihat kemampuan dalam mengembalikan kredit.
Berdasarkan tabel 2, sebagian besar informan mempunyai omzet saat pertama kali
usaha dibawah 10 juta per bulan yaitu 6 unit usaha (43%), dari total 14 unit usaha.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar informan belum mendapatkan
laba yang besar karena penjualan produk mebel yang belum maksimal. Apabila
dikaitkan dengan omzet saat pertama kali usaha, terjadi peningkatan informan
yang mempunyai modal usaha dibawah 10 juta per bulan yaitu dari 6 informan
menjadi 7 informan (50%) dan hal ini berarti omzet saat ini dari pengrajin mebel
sebagian besar belum mencapai perolehan diatas 10 juta per bulan.

14
ANALISIS
Sumber Modal Kerja yang Dominan

Besarnya modal kerja pengrajin tergantung pada produksi dalam


usahanya. Apabila produksi meningkat maka modal kerja yang dibutuhkan juga
akan meningkat. Untuk memenuhi modal kerja tersebut diperlukan dana yang
cukup yang dapat diperoleh baik dari modal sendiri ataupunhutang. Sumber
modal kerja di sekitar yang dapat diakses pengrajin selain dari relasi bisnis juga
lembaga formal.Pada bagian ini menunjukkan tentang sumber modal kerja yang
dominan pada usaha mebel untuk melakukan kegiatan produksi.

15
Tabel 3
Sumber Modal Kerja Usaha Mebel

Penggunaan Sumber Jumlah Persentase


Modal Sendiri 4 29%
Hutang 7 50%
Pengadaan Bahan Baku
Modal Sendiri dan Hutang 3 21%
Total 14 100%
Modal Sendiri 4 29%
Pengadaan Bahan Hutang 5 36%
Penolong Modal Sendiri dan Hutang 5 36%
Total 14 100%
Modal Sendiri 5 36%
Hutang 8 57%
Pembayaran Tenaga Kerja
Modal Sendiri dan Hutang 1 7%
Total 14 100%
Sumber : Data Primer 2016, diolah

Berdasarkan tabel 3, sumber modal kerja yang dominan untuk pengadaan


bahan baku pada informan pengrajin mebel adalah berasal dari hutang. Modal
kerja yang bersumber dari luar yang bersifat hutang akan memunculkan
kewajiban bagi pengrajin mebel dan harus diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Berdasarkan hasil
wawancara,7 informan (50%) mencari sumber modal kerja dengan mengakses
sumber permodalan yang berasal dari hutang, baik secara perorangan maupun
melalui lembaga keuangan tertentu.
Dari lembaga keuangan yang diakses informan, sebagian besar informan
berhutang melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang berada di wilayah
kabupaten Jepara.Dalam memberikan pinjamannya, Bank Rakyat Indonesia
memberikan syarat khusus supaya informan dapat mengakses pinjaman modal
yaitu administrasi, kelegalan usaha, dan agunan. Prosedur yang harus dilakukan
oleh informan pemilik mebel dalam proses peminjaman modal kepada Bank
Rakyat Indonesia tergolong cukup lama. Setelah informan memiliki persyaratan
yang lengkap, informan kemudian mengisi formulir untuk di survei tetapi dana
tidak langsung cair. Proses berlangsung cukup lama yaitu sampai dengan 1

16
minggu, dan biasanya dana cair setelah proses selesai. Besarnya jumlah hutang
sebesar 10 juta dan persyaratan agunan yang harus diserahkan adalah BPKB
kendaraan bermotor. Informan tidak berani berhutang dalam jumlah banyak diatas
10 juta karena informan takut jika tidak bisa membayar cicilan pokok dan bunga
dari pinjaman. Seperti yang diungkapkan oleh informan ke 8:
“Saya hutang untuk beli kayu itu sekitar 10 juta.Nanti saya ngangsur
setiap bulannya sekitar 1 juta selama 1 tahun. Saya beraninya pinjam
tidak lebih dari 10 juta, karena saya takut kalau tidak bisa membayar
bunganya..”

Besarnya bunga yang dibebankan kepada informan adalah 1,6%% per


bulan dengan jumlah cicilan per bulan adalah Rp. 993.750 dalam jangka waktu 1
tahun. Menurut informan, besarnya angsuran/cicilan pokok dan bunga per bulan
cukup memberatkan. Hal ini disebabkan pendapataninformanyang naik turun serta
kondisi usaha mebel sekarang ini yang tidak menentu.
Untuk pengadaan bahan penolong, sumber modal kerja yang dominan
untuk pengadaan bahan penolong pada informan pengrajin mebel adalah berasal
dari hutang. Sebagian besar informan (36%) menyatakan bahwa sumber modal
kerja mereka bukan berasal dari lembaga keuangan tapi berasal dari perorangan.
Rata-rata, informan berhutang kepada orang terdekat mereka yaitu keluarga atau
kerabat. Informan berhutang kepada kerabat tergantung pada besarnya kebutuhan
untuk membeli bahan penolong, biasanya berkisar antara Rp 200.000 sampai
dengan Rp 500.000 dengan frekuensi berhutang bisa lebih dari satu kali sebulan.
Biasanya akan dilunasi oleh informan jika informan sudah mendapat pembayaran
dari pemesan, dan jangka waktu pelunasan paling lama 2 minggu. Informan lebih
memilih berhutang kepada keluarga atau kerabat karena dianggap sudah kenal
dekat dengan informan, mempunyai ikatan kekeluargaan dan resiko yang kecil.,
tanpa agunan dan prosesnya cepat. Seperti yang disebutkan informan ke 12 :
“Biasanya untuk beli lem, sekrup, paku, dan lain-lain saya hutang sama
saudara saya karena mudah dan langsung dipinjami, itu pun tidak banyak
sekitar Rp 300.000 nanti tak kembalikan kalau barang saya sudah laku,
sekitar 1-2 minggu..”

Dari wawancara yang peneliti lakukan, bahwa semua pengrajin mebel


mempunyai tenaga kerja harian dan borongan. Pekerja harian adalah pekerja yang
dipakai oleh pengrajin jika mereka mendapat order dan tidak mampu ditangani

17
oleh tenaga yang sudah ada.Sedangkan pekerja borongan dibayar berdasarkan
jumlah barang mebel yang bisa mereka kerjakan. Untuk kedua jenis pekerja
tersebut, pengrajin bertanggung jawab untuk memberikan honor yang diberikan
secara mingguan dan pengrajin juga harus memberikan minum, makan besar, dan
makanan kecil pada saat jam-jam tertentu.
Untuk pembayaran tenaga kerja, sumber modal kerja yang dominan yang
digunakan oleh informan adalah berasal dari hutang, baik dari lembaga formal
ataupun informal. Beberapa informan memilih untuk hutang di pegadaian dan
biasanya yang menjadi agunan adalah emas. Jika semakin besar nilai agunan
maka dana yang diperoleh juga semakin besar. Alasan lain informan memilih
pegadaian adalah adanya proses mudah yaitu tanpa survei, dana langsung cair saat
itu juga dan biaya sewa yang tergolong ringan dibandingkan bank. Pada waktu
informan mengadaikan emas di pegadaian, waktu penitipan barang gadai adalah 4
bulan. Jadi informan dapat memperpanjang waktu gadai emas tersebut setiap 4
bulan dan tentunya membayar biasa sewa selama 4 bulan, tetapi jika sudah
mempunyai uang informan bisa menebus emas yang digadaikan sewaktu-waktu.
Informan lain ada yang memilih berhutang ke ke teman atau sesama pengrajin
mebel dengan jumlah pinjaman antara Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000 dan akan
dilunasi jika barang mebel sudah laku dalam jangka waktu 2 minggu.

Sistem Pembayaran untuk Pembelian Kebutuhan Produksi


Pembelian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh informan
pengrajin mebel untuk memperoleh bahan baku, bahan penolong dan lain
sebagainya. Dalam pembelian tersebut pengrajin dapat menggunakan metode atau
sistem pembayaran baik secara cash (tunai) ataupun dengan berhutang. Pada tabel
dibawah ini menunjukkan tentang sistem pembayaran untuk pembelian bahan
baku, bahan penolong, maupun untuk pembayaran tenaga kerja.

18
Tabel 4
Sistem Pembayaran untuk Pembelian Kebutuhan Produksi

Kebutuhan Sistem Pembayaran Jumlah Persentase

Cash 9 64%
Pembelian Bahan Baku Hutang 5 36%
Total 14 100%
Cash 13 93%
Pembelian Bahan
Hutang 1 7%
Penolong
Total 14 100%
Cash 14 100%
Pembayaran Tenaga
Hutang 0 -
Kerja
Total 14 100%
Sumber : Data Primer 2016, diolah

Berdasarkan tabel 4, untuk pengadaan bahan baku kebanyakan informan


harus membeli secara cash kepada pengusaha kayu, hal ini dinyatakan sebanyak 9
informan (64%) dari total 14 informan. Harga bahan baku biasanya tergantung
pada jenis kayu yang digunakan oleh informan untuk berproduksi. Kayu jati
misalnya, harganya lebih mahal dibandingkan dengan kayu mahoni dan kayu
waru yang biasanya digunakan oleh pengrajin mebel indoor.Per kubik kayu jati
dengan kualitas standar, harganya minimal Rp 2.000.000 sedangkan untuk kayu
waru rata-rata harganya adalah Rp 1.200.000.Untuk membeli kayu, informan
mengakui adanya perbedaan harga sekitar 5-10% per kubiknya jika membeli kayu
dengan berhutang. Seperti yang diungkapkan oleh informan ke 6:

“Kalau produk mebel yang saya buat kan indoor, sekali belanja butuh 2,5
kubik kayu waru harganya Rp 3.000.000, itu saja harus cash tidak boleh
hutang. Lagipula kalau hutang ke pengusaha kayu itu harganya lebih
mahal, bisa selisih Rp 100.000 per kubiknya..”

Sedangkan untuk pengadaan bahan penolong, hampir seluruh informan


membeli bahan penolong secara cash yaitu sebanyak 13 informan (92,9%). Para
informan langsung membeli cash ke toko karena disamping pembelian di toko
tidak boleh berhutang, informan membeli bahan penolong berdasarkan kebutuhan.
Bahan penolong yang dibutuhkan tergantung banyaknya produk mebel yang
diproduksi oleh informan.Untuk sekali produksi, salah satu informan

19
membutuhkan biaya per minggu-nya adalah sekitar Rp 300.000. Seperti yang
diungkapkan oleh informan ke 10 :

“Kira-kira beli lem foxy dan lem putih, paku, sekrup, per minggu-nya
butuh biaya ya sekitar Rp 300.000an.Misal kalau produksi pas banyak,
tapi lem habis, baru beli di toko.Cash, tidak boleh bon di toko..”
Untuk pembayaran tenaga kerja, semua informan membayar tenaga kerja
secara cash, tidak ada yang hutang. Pembayaran dilakukan secara cash karena
pekerja harus didahulukan dimana upah yang dibayarkan digunakan untuk
mencukupi segala keperluan hidup pekerja beserta keluarganya. Sistem
pembayaran biasanya menurut jangka waktu tertentu, dan semua informan
membayar tenaga kerjanya dengan sistem mingguan. Pembayaran biasanya
dilakukan tiap hari kamis dan sabtu. Besarnya pembayaran tiap informan
tergantung pada pekerjaan yang dapat diselesaikannya. Untuk pembayaran tenaga
kerja per minggunya salah satu informan mengeluarkan uang sebesar Rp
1.500.000 untuk membayar 5 pekerja yang semuanya tenaga kerja borongan.
Seperti yang diungkapkan oleh informan ke 8 :

“Per minggu saya harus keluar uang Rp 1.500.000 buat bayar 5 pegawai
saya. Ya mau gimana lagi, sudah kewajiban, jangan sampai hutang
bayarnya, karena itu buat kebutuhan mereka..”

Sistem Pembayaran atas Penjualan Produk Mebel

Penjualan produk mebel merupakan suatu kegiatan transaksi yang


dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih yaitu pengrajin dan pemesan dengan
menggunakan alat pembayaran. Pembayaran yang dilakukan bisa secara cash
(tunai) maupun dengan memberikan DP (Down Payment). Pada tabel dibawah ini
menunjukkan tentang sistem pembayaran atas penjualan produk mebel dan
bagaimana ketepatan pembayaran yang dilakukan oleh pemesan.

20
Tabel 5
Sistem Pembayaran atas Penjualan Produk Mebel

A. Sistem Pembayaran Jumlah Persentase


Cash 4 29%
<50 % 0
50% 8 57%
DP (Down Payment) : >50% 1 7%
30%, 50%, 70% 1 7%
10 71%
Total 14 100%
Modal sendiri 3 30%
Pinjaman 5 50%
Penutup kekurangan DP Modal sendiri dan 2 20%
pinjaman
Total 10 100%
B. Ketepatan Waktu Pembayaran
Tepat waktu 2 14%
Tidak tepat waktu 12 86%

Total 14 100%
Sumber : Data Primer 2016, diolah

Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa sebanyak 10 informan (71%)


dalam menjual produknya tidak secara cash tapi menggunakan sistem DP (Down
Payment). Rata – rata pengrajin menetapkan Down Payment adalah 50% dari total
pemesanan. Banyak diantara informan yang mengakui bahwa pembayaran di
awal tersebut hanya cukup untuk membayar tukang saja, sisanya pengrajin
harus memakai modal sendiri dulu atau mencari pinjaman ke pihak lain. Karena
minimnya dana, 5 informan (50%) terpaksa berhutang pada pihak-pihak yang
bersedia memberikan pinjaman karena dana mereka tidak cukup untuk membeli
bahan baku, membeli bahan penolong, dan membayar tenaga kerja. Seperti yang
diungkapkan oleh informan ke 11 :
“Biasanya pakai DP, 50%. Tidak cukup kalau untuk membuat pesanan.
Saya akhirnya pinjam uang ke KSP itu cuma sekitar Rp 4.000.000. Nanti
saya ngangsur per bulannya Rp 414.000 selama 1 tahun, gitu..”

Informan meminjam ke KSP dengan alasan faktor kekeluargaan dan


kemudahan sebagai anggota serta proses cukup cepat. Proses pengajuan ke KSP

21
membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari dan menggunakan BPKB kendaraan
bermotor sebagai agunan. Jumlah yang dipinjam informan adalah Rp 4.000.000
dengan bunga yang dibebankan antara 1% per bulan dan besarnya angsuran per
bulan adalah Rp 440.000 selama 1 tahun dan menurut informan hal tersebut cukup
ringan, jika dibandingkan meminjam uang ke bank.
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan, pembayaran dari
pelanggan sering terlambat atau tidak tepat waktu dan hal ini dinyatakan oleh
hampir semua informan, yaitu 12 informan (86%). Telatnya pembayaran oleh
masing-masing pelanggan kepada pihak pengrajin juga turut membebankan
pengrajinuntuk mengerjakan pesanan. Pelanggan beralasan bahwa produk mebel
dari pengrajin belum laku terjual, selain itu terkendala oleh cuaca.

Akibat Perbedaan Sistem Pembayaran pada Usaha Mebel


Terjadi perbedaan sistem pembayaran pada usaha mebel, yaitu sistem
pembayaran untuk pembelian kebutuhan produki secara cash sedangkan sistem
pembayaran atas penjualan produk menggunakan Down Payment. Pada bagian ini
akan menjelaskan akibat perbedaan sistem pembayaran tersebut.

Tabel 6
Akibat Perbedaan Sistem Pembayaran Pada Usaha Mebel

Akibat sistem pembayaran Jumlah Persentase

Berhenti produksi sementara 4 29%


Tetap produksi 10 71%
Total 14 100%
Sumber : data primer 2016, diolah

Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong dan pembayaran tenaga


kerja, semua informan membayar secara cash tetapi saat penjualan barang mebel,
pembayaran yang diterima tidak cash tetapi DP bahkan tidak tepat waktu.DP atau
uang muka yang diterima belum bisa mencukupi kebutuhan produksi dan modal
usaha pemilik juga terbatas, bahkan seringkali terjadi keterlambatan pembayaran
atas penjualan barang. Disisi lain informan harus melakukan kebutuhan produksi
dengan segera membeli bahan baku dan bahan penolong untuk membuat pesanan

22
dan harus membayar tenaga kerja secara mingguan. Hal ini bisa mengakibatkan
informan kesulitan dalam mengerjakan pesanan bahkan beberapa informan ada
yang berhenti produksi sementara (29%). Seperti yang diungkapkan salah satu
informan, yaitu informan ke 9 :
“Apa aja belinya cash, tapi jual mebel pakai uang muka, uang mukanyabuat
beli kayu aja itu kurang, belum yang lain. Bayaran dari pelanggan juga
kadang terlambat. Kalau belum bisa beli kayu ya saya stop produksi, saya
liburkan pegawai saya sehari..”

Cara Mengatasi Kesulitan Modal Kerja Usaha Mebel


Kesulitan modal kerja dapat mengakibatkan kesulitan dalam berproduksi
dan jika tidak segera diatasi maka akan berdampak pada kelangsungan usaha.
Pada tabel dibawah ini menunjukkan hasil penelitian mengenai masalah yang
terjadi dan solusinya pada usaha mebel kayu serta kesulitan modal kerja yang
dialami oleh informan dan bagaimana cara mengatasinya.

Tabel 7
Masalah dan Solusinya Pada Usaha Mebel Kayu
Masalah Solusi
1. Mendapatkan modal dari luar agar tetap bisa
Ketidaktepatan pembayaran dari beroperasi
pelanggan 2. Memperlakukan sistem blacklist kepada pelanggan
yang pembayarannya sering terlambat
Mendapatkan modal dari luar untuk membelanjai
Perbedaan sistem pembayaran kegiatan operasi

1. Mendapatkan modal dari luar untuk menyanggupi


Orderan/pesanan banyak tetapi orderan/pesanan
kekurangan modal kerja 2. Menyesuaikan orderan dengan modal yang dimiliki
dan mengalihkan pesanan kepada pengrajin lain
Sumber : Data primer 2016, diolah

Berdasarkan tabel 7, solusi pertama pada sebagian besar informan dalam


mengatasi masalah yang terjadi adalah dengan cara mendapatkan modal dari luar
atau berhutang. Sebagian besar informan berhutang kepada lembaga keuangan
yaitu bank dan diantara berbagai bank yang digunakan para informan adalah Bank
Rakyat Indonesia.Informan menganggap bahwa Bank Rakyat Indonesia dapat
menjangkau masyarakat pelosok desa dan biasanya kredit yang diberikan
berbentuk kredit modal kerja.Seperti yang diungkapkan informan ke 8 :

23
“Saya pinjam ke bank BRI pakai jaminan sertifikat, pinjam 15 juta nanti
nyicilnya 1,5 juta per bulan selama 1 tahun, gitu..”
Berdasarkan tabel 8, peneliti menemukan bahwa semua informan UMKM
mebel kayu Jepara pernah mengalami kesulitan modal kerja untuk pembiayaan
produksi.Besarnya ongkos produksi tidak hanya untuk satu kali produksi saja,
tetapi untuk beberapa kali produksi.Sebagian besar informan mengatakan bahwa
kekuatan modal sendiri tidak bisa menutup keseluruhan biaya produksi, sehingga
upaya yang dilakukan sebagian besar pengrajin mebel dalam mengatasi kesulitan
modal kerja adalah dengan caramencari sumber pendanaan dengan
berhutang.Menurut para informan, Pemerintah Kabupaten Jepara memberikan
fasilitas berupa modal tetapi terdapat syarat-syarat tertentu yang membuat
informan memilih untuk tidak mengambil atau menerima bantuan modal yang
diberikan oleh pemerintah daerah karena dianggap berbelit-belit, sehingga
informan tetap mengandalkan berhutang kepada pihak lain.

Tabel 8
Cara Mengatasi Kesulitan Modal Kerja Usaha Mebel

Keseringan Kesulitan Modal Kerja Jumlah Persentase


Jarang 4 29%
Sering 6 43%
Sering Sekali 4 29%
Total 14 100%
Cara Mengatasi Kesulitan Modal Kerja
Modal 1 7%
Sendiri
Hutang Bank 4 29%
Koperasi 2 14%
Pegadaian 2 14%
Teman/Saudara/Kerabat 1 7%
Bank, Koperasi dan Pegadaian 1 7%
Bank, Teman/Saudara/Kerabat 1 7%
Koperasi, Teman/Saudara/Kerabat 1 7%
FIF Finance 1 7%
13
Total 14 100%
Sumber : Data Primer 2016, diolah

24
PEMBAHASAN
Sumber Modal Kerja yang Dominan
Hasil analisis menunjukkan bahwa sumber pendanaan modal kerja yang
dominan pada UMKM mebel kayu di dusun Tukrejo, Jepara adalah berasal dari
hutang. Keberadaan hutang akanmembantupemilik UMKM memperluas kegiatan
usaha mereka mulai dari tempat usaha ataupun pembelian bahan baku, bahan
penolong, mesin-mesin produksi dan untuk menambah jumlah tenaga kerja.
Hutang dirasa perlu untuk dilakukan demi mendukung kegiatan produktif
pengusaha UMKM.Pengusaha UMKM mebel kayu di dusun Tukrejo merasakan
manfaat dari hutang. Mereka menilai dengan berhutang dapat
membantumerekauntukmemenuhi kebutuhan dalam produksi seperti membeli
bahan baku, bahan penolong maupun biaya-biaya tenaga kerja.
Hasil penelitian Supramono dan Putlia (2010) menunjukkan bahwa
pengusaha memiliki persepsi atau pandangan yang positif mengenai keberadaan
hutang. Hutang menjadi stimulator bagi perkembangan usaha, dimana hutang
akan memberikan dukungan modal kerja yang pada akhirnya akan mampu
berkontribusi dalam penciptaan laba. Hutang dinilai dapat memacu pengusaha
UMKM dalam memotivasi untuk memajukan bisnisnya, sehingga akan membuat
lebih produktif dan lebih disiplin karena memiliki kewajiban untuk membayar
hutang. Peneliti lain Utomo (2013), juga menemukan bahwa pengusaha UMKM
merasakan manfaat dari hutang, yaitu hutang dinilai dapat memberikan
keuntungan lebih besar daripada kerugian, karena jika hutang digunakan dengan
tepat dan produktif maka dapat digunakan untuk menghindari risiko yang ada.
Untuk berproduksi informan UMKM mebel kayu di dusun Tukrejo
mencari sumber pendanaan modal kerjadengan cara melakukanhutang kepada
lembaga perbankan. Berdasarkan penelitian, sebagian besar informan
menggunakan perbankan sebagai sumber pendanaan, akan tetapi, tidak semua
pengusaha UMKM melakukan hutang kepada pihak perbankan. Ada sebagian dari
mereka mencari sumber pendanaan modal kerja dengan cara melakukan hutang
kepada pihak keluarga atau kerabat dan pegadaian. Hal tersebut dilakukan karena
berhutang kepada pihak keluarga dinilai sebagai kemudahan dalam melakukan
hutang karena tidak harus membayar bunga pinjaman seperti yang harus

25
dilakukan apabila melakukan pinjaman kepada pihak bank. Beberapa berhutang di
pegadaian karena lebih mudah yaitu cepat cair dan hanya menyertakan agunan,
dengan bunga yang lebih ringan dari bank. Informan enggan meminjam di bank
karena bunga yang diberikan tinggi, hal ini sejalan dengan penelitian Gomulia dan
Dewi (2011), pengusaha kecil menilai beban yang dirasa berat jika meminjam ke
bank sehingga enggan untuk meminjam lagi.

Cara Mengatasi Kesulitan Modal Kerja


Hasil analisis menunjukkan bahwa semua informan UMKM mebel kayu di
dusun Tukrejo Jepara pernah mengalami kesulitan modal kerja, upaya yang
dilakukan sebagian besar pengrajin mebel dalam mengatasi kesulitan modal kerja
adalah dengan cara berhutang kepada lembaga keuangan yaitu bank. Cara ini
perlu dilakukan karena dapat membantu pengusaha UMKM mebel untuk
mengatasi permasalahan kesulitan modal kerja yang masih banyak dialami oleh
pelaku UMKM. Peneliti lain, Rohman (2014) menemukan bahwa Lembaga
Keuangan Mikro seperti salah satu contohnya Kredit Usaha Rakyat (KUR),
Koperasi Unit Simpan Pinjam yang digunakan sebagai preferensi pelaku UMKM,
berpengaruh positif terhadap usaha yang meminjam modal dimana dapat
membantu mengatasi kesulitan modal kerja yang dialami. Pamungkas (2016),
menemukan bahwa strategi untuk mengatasi kesulitan modal usaha pada pemilik
UMKM yaitu dengan meminjam modal usaha ke lembaga yang memberikan
pinjaman modal usaha.

PENUTUP
Kesimpulan
Sumber modal kerja yang dominan untuk berproduksi pada pelaku
UMKM mebel kayu di dusun Tukrejo Jepara adalah pinjaman atau
hutang.Mereka berhutang kepada lembaga perbankan maupun
perorangan.Dengan berhutang dapat membantu dalam meningkatkan kinerja
usaha mereka karena dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan awal dalam
produksi.Mayoritas pelaku UMKM mebel di dusun Tukrejo pernah mengalami

26
kesulitan modal kerja dan cara mengatasi kesulitan modal kerja adalah dengan
berhutang kepada lembaga keuangan.

Implikasi Terapan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber pendanaan modal kerja
pemilik UMKM mebel kayu di dusun Tukrejo berasal dari hutang yaitu kepada
perbankan, oleh karena itu pemilik UMKM disarankan untuk patuh dan menjaga
kelancaran pembayaran kepada perbankan supaya pemilk UMKM tetap
memperoleh pendanaan dan suatu saat bisa mendapatkan jumlah yang lebih besar.

Keterbatasan Penelitian dan Saran


Penelitian ini tidak meneliti mengenai manajemen kas termasuk siklus kas
dan cara mengelola kas (percepat/perpendek piutang dan mengusahakan
perlambatan pembayaran hutang), sehingga diharapkan kedepannya peneliti
selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut.

27
Daftar Pustaka

Afifah dan Setiawan. 2012. Analisis BantuanModal dan Kredit Bagi Kelompok
Pelaku Usaha Mikro Oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang
(Studi Kasus: KPUM di Kelurahan Pekunden, Kecamatan Semarang
Tengah). Jurnal Ekonomi. Vol. 1 No.1:1-15
Anggraeni et al. 2013. Pengembangan Usaha Mikro Kecil, dan Menengah
(UMKM) Melalui Fasilitasi Pihak Eksternal dan Potensi Internal. (Studi
Kasus pada Kelompok Usaha “Emping Jagung” di Kelurahan
Pandanwangi Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal Administrasi
Publik. Vol.1 No.6:1286-1295

Andhitya, A. 2012.Keberadaan dan Perkembangan Klaster UMKM furniture di


Jepara. Skripsi. Program Sarjana Universitas Kristen Satya Wacana
Anonim.2003. Pengkajian Dukungan Finansial dan Non Finansial Dalam
Pengembangan Sentra bisnis Usaha Kecil dan Menengah. Kerjasama
Kementrian Koperasi dan UKM dengan BPS, Jakarta
Anonim. 2010. Usaha Mebel Jepara
Meredup.http://www.jpnn.com/read/2011/07/13/97950/Usaha-Mebel-
Jepara-Meredup-. Diunduh tanggal 1 Juli 2016
Ardianto, B. 2014.Sumber Pendanaan Pada UMKM di Desa Parakan Wetan
Temanggung. Skripsi. Program Sarjana Universitas Kristen Satya Wacana
Badan Pusat Statistik. 2012. Jepara Dalam Angka. Jepara
Badan Pusat Statistik. 2014. Jepara Dalam Angka. Jepara

Budita, S. 2014. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Usaha Kecil
Menengah Pada Industri Kerajinan Rotan (Studi Kasus Pada UKM Mitra
Furniture Rumbai Pekanbaru). Jurnal Sosial dan Politik. Vol.1 No.2:1-15
Gibson, B. 2001. Definition Of Small Business. Final Report. The University Of
New Castle
Gomulia dan Dewi. Struktur Modal Usaha Kecil Sentra Kulit di Sukaregang,
Garut. Jurnal Eknonomi. Vol. 15 No.2:1-15
Ismanto. Pengusaha Kesulitan membayar Pinjaman
Bank.http://print.kompas.com/baca/2015/07/31/Pengusaha-Kesulitan-
Membayar-Pinjaman-Bank. Diunduh pada 6 Juli 2015
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

28
Kementerian Koperasi dan UMKM. 2012.Data kontribusi Usaha Mikro, Kecil,
Menengah (UMKM) tahun 2012. Jakarta

Luthfi, K. 2015. Analisis Sumber Permodalan yang Diakses Oleh UMKM (Studi
Kasus di Kota Malang). Jurnal Ekonomi dan Bisnis.Vol.3No.2:1-9
Marantika, A. 2012. Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja dan Profitabilitas
Efficiency Analysis Of The Use Of Working Capital and Profitability.
Jurnal Ekonomi. Vol.10 No.2:54-64
Muktiadji dan Lia.2012.Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Terhadap
Modal Kerja.Jurnal Akuntansi dan Manajemen.Vol.12 No.1:20-27

Muslim, M. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kredit Macet


(Kurang Lancar, Diragukan dan Macet) pada UMKM Industri Mebel di
Kabupaten Jepara Tahun 2012. Skripsi. Program Sarjana Universitas
Diponegoro

Nugroho, F. 2015.Analisis Peran Lembaga Keuangan dalam Upaya


Pengembangan UMKM Daerah Kabupaten Ngawi. Jurnal Ekonomi. Vol.
16 No.1:61-91

Pamungkas, K. 2016. Kajian Preferensi Pelaku UMKM terhadap Sumber


Pendanaan Usaha (Studi Kasus Pada Sentra Usaha Kecil dan Menengah
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo). Jurnal Ekonomi dan Bisnis.Vol.4
No.1:1-16
Partomo dan Titik Sartika. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi.
Bogor: Ghalia Indonesia
Pramno, S. 2012. Perjuangan Menuju Fair Trade Pengalaman Apikri dalam
Memediatori Pengrajin Lokal dan D’Best Furniture dalam Mensiasati Eco-
Labeling.Jurnal Ilmu Politik. Vol.12 No2:1-12
Pratama dan Kodoatie.2012. Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja
Pada Industri Kecil di Kabupaten Jepara. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.Vol.
1 No. 1:1-13
Purnomo, A. 2016.Pengrajin Mebel dan Ukir Jepara Mencoba
Bangkit.http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/pengrajin-mebel-dan-
ukir-jepara-mencoba-bangkit/. Diunduh tanggal 01 Mei 2016
Riyoko, S. 2012.Penentu Daya Saing terhadap Investasi pada Industri Mebel di
Kabupaten Jepara. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.Vol.9No.1: 33-44
Rohman, A. 2014. Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Preferensi Pelaku
Usaha Mikro, Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Tentang Sumber
Dana Kredit Terhadap Pengembangan UMKM (Studi Kasus di Kecamatan

29
Kedung Kandang Kota Malang). Skripsi .Program Sarjana Universitas
Malang
Saraswati, Fevriera, dan Dwijayanti. 2011. Sumber Pembiayaan Pedagang di
Salatiga. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.Vol.22 No.3:247-255
Sartono, R. 2012. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE
Sarwido. 2014. Analisis Pengaruh Kredit Usaha Mikro Terhadap Efektivitas
Permodalan Dalam Pemberdayaan IKM Kerajinan Ukir dan Patung
Jepara. Jurnal DISPROTEK. Vol.5 No.2:16-27
Setiorini, R. 2009. Analisis Pengaruh Modal kerja Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek indonesia (BEI).
Skripsi. Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Supramono dan Putlia. 2010. Persepsi dan Faktor Psikologis dalam Pengambilan
Keputusan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan.Vol.14 No.1:24-35
Susilo, Y. 2010. Peran Perbankan dalam Pembiayaan UMKM di Provinsi DIY.
Jurnal Keuangan dan Perbankan.Vol.14 No.3:467-478

Suyanto, B. (2005). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan.


Jakarta : Prenada Media
Tambunan, T. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM).http://www.depkop.go.id. Diunduh tanggal 1 Juni
2016

Utomo, F. 2013. Persepsi dan Faktor Psikologis dalam Pengambilan Keputusan


Hutang (Studi Kasus Pada Pedagang Pasar Wergu di Kota
Kudus).Skripsi.Program Sarjana Universitas Kristen Satya Wacana
Wismiarsi et al. 2008. Hambatan Ekspor UKM Indonesia. Jakarta : Kompas

30
LAMPIRAN
Lampiran 1
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

I. Identitas Responden
Nama :
Usia :
Pendidikan Terakhir : (a) SD (c) SMA
(b) SMP (d) Perguruan
Tinggi
Jenis Kelamin : (a) Laki-laki (b) Perempuan
Nama Usaha :
Tahun Berdiri :
Alamat Usaha :
Jumlah Karyawan :
Modal usaha saat berdiri : ……………….
Modal usaha saat ini : ……………….
Omzet saat pertama kali usaha : ……………….
Omzet saat ini :…………………

II. DAFTAR PERTANYAAN


1 Jenis usaha mebelapa?

Jawaban :
Indoor/Outdoor ?
- Berapa banyak pelanggan yang memesan barang?
Jawaban :

- Berapa hari barang diambil pelanggan?


Jawaban :

2 Berapa rata-rata pesanannya?

Jawaban:

1. ……………….unit
Meja : ……..unit

Kursi :……...unit

31
Lainnya:……...unit

2. …………….set
3 Bagaimana sistem pembayaran barang? DP/Cash?

Jawaban :

a. Jika DP, berapa persen?


Penjelasan:

Sisa dibayar kapan oleh pemesan?


Penjelasan:

Sisanya diperoleh darimana?

( ) Modal sendiri
Penjelasan :

( ) Pinjaman
Pinjaman yang paling dominan dari
bank/koperasi/pengusaha/kerabat?
Penjelasan :

( ) Lainnya :
Penjelasan :

b. Jika pembayaran secara cash, berapa yang dibayarkan oleh


pemesan?
Penjelasan :

4 Berapa biaya pemesanan?

Penjelasan :

32
5 Apakah pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang?

Jawaban :

Bagaimana cara mengatasinya?

Penjelasan :

6 Sekali produksi butuh biaya berapa?

Penjelasan:

1. Bahan baku
Penjelasan :

2. Bahan penolong
Penjelasan:

3. Tenaga kerja
Penjelasan:

7 Sumber dana darimana?

a. Bahan baku :
Penjelasan :

b. Bahan penolong :
Penjelasan :

c. Tenaga kerja:
Penjelasan:

8 Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja?

33
Penjelasan :

9 Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
dibayar setelah barang datang?

Penjelasan :

10 Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya?

Penjelasan :

11 Kalau pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya?

Penjelasan:

12 Seberapa sering pernah mengalami kesulitan?

1. Jarang sekali
2. Jarang
3. Sering
4. Sering sekali

Bagaimana cara mengatasi?


Penjelasan :

( ) Pinjaman
Pinjaman yang paling dominan dari bank/ koperasi/
pengusaha/ kerabat, atau siapa?
Jika pinjam bank/koperasi :
Berapa jumlah pinjaman?

Bunganya berapa?

34
Cara pengembaliannya seperti apa?

Menurut Anda itu memberatkan tidak?

Apakah kalau pinjam ke bank/koperasi itu sekali


mengajukan langsung cair atau tidak?

Pakai agunan atau tidak?

Berapa hari cairnya?

Jika dari orang lain, dikembalikan berapa lama?

( ) Lainnya
Penjelasan :

35
Lampiran 2

INFORMAN PENELITIAN

Daftar Informan Gambaran Informan

Pengusaha muda (35 tahun), orangnya ramah, gampang akrab, santai,


Informan 1 terbuka, punya usaha mebel garden
Pengusaha muda (38 tahun), orangnya sangat ramah, humoris, santai,
Informan 2 gampang akrab, enerjik, terbuka, punya usaha mebel garden

Pengusaha muda (36 tahun), orangnya ramah, terbuka, punya usaha


mebel garden yang cukup besar dan pemasaran sudah cukup luas
Informan 3 dibandingkan pengusaha mebel garden yang lain

Pengusaha muda (33 tahun) orangnya gampang akrab tetapi cukup


tertutup, punya usaha mebel garden dan masih belum terlalu lama
Informan 4 menggeluti usaha mebel dibanding yang lain

Pengusaha muda (35 tahun), orangnya gampang akrab, ramah, terbuka,


Informan 5 punya usaha mebel lokalan dan pemasaran sudah cukup luas

Berusia 46 tahun, orangnya tegas, ramah, cukup terbuka, punya usaha


mebel lokalan dengan jumlah tenaga kerja paling sedikit dibanding yang
Informan 6 lain
Pengusaha muda (30 tahun), orangnya sangat ramah, santai dan gampang
Informan 7 akrab, terbuka, punya usaha mebel lokalan

Berusia 46 tahun, orangnya ramah, gampang akrab, humoris, terbuka,


Informan 8 dan sangat antusias ketika diwawancarai, punya usaha mebel lokalan

Satu-satunya informan perempuan dan berusia 58 tahun, orangnya


ramah, gampang akrab, terbuka, punya usaha mebel lokalan dan paling
Informan 9 lama menggeluti usaha mebel dibanding yang lain
Berusia 58 tahun, orangnya humoris, ramah dan cukup terbuka, punya
usaha mebel lokalan dan pemasaran cukup luas dan dilakukan sendiri
Informan 10 tanpa perantara pedagang

Berusia 50 tahun, orangnya tegas, ramah, cukup terbuka, punya usaha


mebel lokalan dan menjawab pertanyaan seperlunya namun berbobot,
Informan 11 punya usaha mebel lokalan

Berusia 47 tahun, orangnya enerjik, tegas, ramah, terbuka, punya usaha


Informan 12 mebel lokalan

Berusia 37 tahun, orangnya enerjik, sangat terbuka, ramah, punya usaha


mebel lokalan yang jumlah tenaga kerjanya cukup banyak dibandingkan
Informan 13 yang lain

Berusia 44 tahun, orangnya tegas dan agak tertutup, punya usaha mebel
lokalan khusus finishing dan pemasaran dilakukan sendiri tanpa perantara
Informan 14 pedagang
Sumber : Data Primer 2016, diolah

36
Lampiran 3

TRANSKRIP WAWANCARA

Keterangan
P : Penulis
I1 : Key informan pertama

P Jenisusahamebelapa Pak?
I1 Saya outdoor

P Oh..kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I1 Kalau outdoor kan sistemnya orderan dari gudang jepara, jadi saya dapat
order sistemnya kontrak, nanti barang saya kirim ke gudang di Jepara tapi
setengah jadi, baru nanti ada pengusaha lain yg finisihing dan ekspor, gitu..
P Kira-kira berapa hari ya pak barang mebelnya diambil pelanggan?
I1 Tergantung dari kontraknya.
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I1 Per bulannya ada yang 200 kursi, meja 50, pokoknya tergantung orderan dari
gudang..
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Bu? Biasanya
DP/Cash?
I1 Saya cash..
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I1 Itu tergantung dari kayunya juga, kalau pakai kayu jati putih untuk 1 meja
harganya Rp 400.000, kursi Rp 150.000. Kalau untuk meja yang besar
harganya Rp 800.000. Kalau kayu jati merah untuk 1 meja harganya Rp
800.000, kursi Rp 300.000, meja yang besar harganya Rp 1.000.000.
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I1 Wah pasti pernah mbak.. Biasanya mundur 1 minggu, itu aja karena bosnya
lagi pergi keluar negeri.
P Nah kalau seperti itu bagaimana cara mengatasinya Pak?

I1 Ya kalau kayak gitu supaya tetap lancar saya pakai uang saya dulu..

37
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I1 Kira-kira 3 kubik kayu itu jadinya 100 kursi, sekubik harganya itu antara Rp
2.800.000-Rp 3.800.000. Terus, saya beli lem, lemnya namanya kamstar 1
set Rp 106.000 itu bisa buat 20 kursi.. Tukang saya 5 orang itu per
minggunya saya keluar Rp 3.000.000, borongan semua..
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I1 Ada yang dari modal pribadi, ada yang hutang.

P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?da atautidakhutangkayu, bahanpenolong, dantenagakerja?
I1 Tidak ada, semuanya harus bayar cash, saya dapat dari transferan, kadang
dari uang sendiri..
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?
I1 Tidak ada..
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I1 Sama, tapi kalau ada selisih ya bisa selisih Rp 50.000 per kubiknya
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I1 Caranya ya tukangnya harus ditambah, terus modalnya harus ditambah, dari
hutang.. Kalau dapat pinjaman kan bisa bantu saya buat kerjakan orderan
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I1 Saya jarang, soalnya kalau outdoor kan sistemnya dapat order, kerjakan,
terus ditransfer. Kalau kesulitan paling pas terlambat dibayar waktu bosnya
keluar negeri, itu aja jarang..
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?

I1 Kalau pas gitu, biasanya saya hutang di pegadaian 10 juta, bunganya 2,5%
setiap bulan. Menurut saya memberatkan, tapi prosesnya mudah dan
gampang, yang penting kalau saya berhutangitu bisa membantu saya
memenuhi kebutuhan produksi mebel..

38
Keterangan
P : Penulis
I2 :Key informan kedua

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I2 Outdoor, mbak..
P Oh..kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I2 Sistemnya setoran ke gudang Jepara kalau outdoor. Nanti diurus lagi sama
pengusaha yang pegang gudang itu, di finishing terus nanti dijual lagi,
gitu..pelanggannya ya pengusaha yang di gudang itu..
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I2 Biasanya per bulan itu orderannya 500-1000 kursi..
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Bu? Biasanya
DP/Cash?
I2 Kalau saya DP..
P Berapa persen pak?
I2 Biasanya 70%, ya sekitar 5-10 juta..
P Lalu sisanya dibayar kapan oleh pemesan Pak?
I2 1 minggu kemudian biasanya tiap hari jumat
P Sisanya diperoleh darimana?
I2 Pakai uang sendiri, saya dapat dari hasil penjualan barang.
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I2 1 kursi itu harganya Rp 65.000
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I2 Kadang-kadang,pernah 1 bulan itu gak tepat bayarnya..
P Nah kalau seperti itu bagaimana cara mengatasinya Pak?
I2 Saya pakai uang sendiri
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I2 Harga sekubik kayu jati itu minimal Rp 2.000.000, tergantung jenis kayunya
juga.. 1 kursi kira-kira bisa jadi 60 kursi. Lemnya per bulan saya habis 6 set
kamstar. Kalau buat bayar tukang, semuanya kan borongan, saya per
bulannya bayar Rp 1.800.000 itu 5 tukang..
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I2 Semuanya dari modal saya sendiri
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?
I2 Tidak, harus cash semua itu buat beli kayu, lem, sekrup, bayar tukang
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?
I2 Tidak ada..
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya pak?
I2 Sama saja..

39
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I2 Saya pinjam bank BRI..
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I2 Saya jarang mengalami kesulitan,tapi ya tetap pernah kesulitan
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I2 Cara mengatasinya ya itu tadi, saya pinjam ke BRI, 15 juta, cicilannya 1,5
juta setahun. Kalau menurut saya ringan dan cairnya antara 3 hari-seminggu,
terus jaminannya pakai sertifikat rumah tanah..

40
Keterangan
P : Penulis
I3 :Key informan ketiga

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I3 Outdoor..
P Oh..kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I3 Orderannya biasanya kan kontrak itu, pelanggannya ya dari pengusaha yang
saya setori..saya biasanya setor ke gudang Jepara..
P Berapa rata-rata pesanannya?
I3 Tergantung orderan kalau pas rame itu kursi pantai 40-45 unit, bangku 40-45
unit, meja 40-45 unit, per minggu itu mbak..
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Bu? Biasanya
DP/Cash?
I3 Cash..
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I3 Kalau harga 1 kursi pantai itu antara Rp 425.000 – Rp 450.000, 1 bangku itu
harganya Rp 375.000 – Rp 575.000. Kalau meja harganya macam-macam
tergantung bentuknya, misal meja segi delapan ukuran 120 itu Rp 400.000,
meja kebun ukuran 150 itu Rp 450.000, terus meja kebun kaki lipat ukuran
120 itu Rp 350.000.
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I3 Pernah, sampai 1 bulan.
P Nah kalau seperti itu bagaimana cara mengatasinya Pak?
I3 Pakai modal sendiri, dari uang saya pribadi..
P Kalau sekali produksi butuh biaya berapa pak?
I3 Harga sekubik kayu jati jati jenis OD harganya Rp 2.850.000, jadi 7 kursi
pantai, 1 kubik jadi 7 bangku, terus 1 kubik jadi 7 meja ukuan 150. Kalau
lem kira-kira per minggunya bisa 2-3 set lem kamstar.. Terus bayar tukang
kayu borongan 5 orang per minggunya Rp 300.000-Rp 500.000, harian 1
orang Rp 65.000.
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I3 Dari modal saya pribadi
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?
I3 Harus cash semua itu buat beli kayu, lem, sekrup, bayar tukang
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?
I3 Tidak ada..
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I3 Kalau sudah langganan harganya sama, itu belinya di pengusaha kayu.
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I3 Ya orderan saya sesuaikan sama modal saya jadi kalau tidak kuat modal ya

41
orderan tidak saya ambil, gitu..
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I3 Pernah kesulitan, tapi jarang..
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I3 Kalau kesulitan saya pinjam di koperasi 5-10 juta, sistemnya jatuh tempo
biasanya 3-4 bulan jadi tiap bulan bayar bunganya kalau sudah jatuh tempo
bayar pokoknya. Biasanya langsung cair kalau sudah langganan, maksimal
sehari, pakai jaminan tergantung pengambilannya.

42
Keterangan
P : Penulis
I4 :Key informan keempat

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I4 Outdoor.
P Oh..kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I4 Saya dapat order, terus setor ke gudang jepara
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I4 Kursi biasanya orderannya, per bulan 1000 unit.
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Bu? Biasanya
DP/Cash?
I4 Saya cash..
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I4 1 kursi harganya Rp 65.000..
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I4 Tidak, selalu tepat waktu
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I4 Sekubik kayu jati harganya sekitar Rp 2.000.000, jadi 50 kursi. Kalau lem 1
set buat 50 kayu harganya Rp 110.000, baut 1 dus Rp 40.000 itu untuk 200
kursi. Tukang kayu saya borongan semua, tukang kayunya 2, biasanya sehari
8 kursi/orang, per kursi Rp 10.500. Ya itu, Rp 10.500 dikali 8 kali 6 hari
jadinya Rp 504.000.
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I4 Dari modal saya pertama, diputar, terus juga dari hasil penjualan.
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?
I4 Tidak ada, harus cash semua
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?
I4 Tidak ada..
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I4 Tergantung pengusaha kayunya, ada yang sama ada yang beda, kalau beda
bisa selisih Rp 100.000 perkubiknya..
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I4 Dari hasil penjualan barang terus saya putar..
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I4 Sering, selama 2 tahun ini.
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I4 Saya tidak berani pinjam, makanya saya pakai modal saya sendiri..

43
Keterangan
P : Penulis
I5 :Key informan kelima

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I5 Kalau saya indoor
P Oh..kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I5 Kira-kira ada 10 pengusaha semuanya dari jepara, tidak ada dari luar daerah
P Kira-kira berapa hari ya pak barang mebelnya diambil pelanggan?
I5 Biasanya 4 hari sekali barang saya diambil.
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I5 Biasanya ya antara 3-4 set
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Bu? Biasanya
DP/Cash?
I5 Saya pakai DP..
P Berapa persen pak?
I5 50 % biasanya
P Lalu sisanya dibayar kapan oleh pemesan?
I5 Waktu barangnya sudah jadi, terus mau diambil sama pelanggan saya.
P Kan masih ada setengahnya yang belum dibayar Pak? Sisa yang belum
dibayar itu Bapak peroleh darimana?
I5 Saya pakai uang sendiri, dari pembayaran pelanggan..
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I5 Kalau 1 set minimalis isinya meja 1, bangku 1, kursi 3 itu hargnya Rp
850.000, kalau1 set sudut isinya bangku 2, meja 1, kursi kecil 1, sudut 1
harganya Rp 900.000. Kemudian 1 dipan itu ukuran 160, harganya Rp
600.000. Ada lagi ayunan, itu 1 nya harnya Rp 700.000. Kadang ada yang
pesan set minimalis aja, gitu..
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I5 Pernah, biasanya kendalanya cuaca, kalau hujan kan susah jualnya, terus
biasanya tidak laku.
P kalau seperti itu bagaimana cara mengatasinya Pak?
I5 Ya dari hutang, kan bisa bantu buat muter usaha saya, atau dari pembayaran
dari pengusaha lain, gitu..
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I5 Harga 1 kubik kayu waru ukuran 40 jenis A4 itu harganya Rp 1.400.000
harganya Rp 1.400.000, terus buat beli lem per bulannya habis 3-4 jutaan.
Buat bayar tukang borongan Rp 3.200.000 per bulannya sudah termasuk
tukang harian 1 hari Rp 45.000.
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I5 Kalau beli kayu saya ya pakai uang sendiri dari pembayaran pelanggan tadi
kalau gak cukup ya hutang, kalau buat beli lem saya kadang hutang di toko,
kalau buat bayar tukang saya juga hutang.
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja

44
Pak?
I5 Kalau tenaga kerja belum pernah, kalau kayu sama lem pernah.
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?
I5 Ada kalau kayu, kalau buat beli lem, bayar pegawai, saya cash..
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I5 Sama saja biasanya kalau sudah langganan
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I5 Ya hutang, tapi kalau tidak kuat kerjakan pesanan ya saya kasih ke teman
saya sesama pengusaha mebel biar dikerjakan, gitu..
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I5 Saya sering mengalami kesulitan..
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I5 Saya pinjam dari koperasi KSP itu 20 juta, nyicilnya setiap bulannya itu Rp
1.300.000 sampai 2 tahun, agak memberatkan tapi mau gimana lagi,
namanya juga buat usaha. Tapi kalau sudah dapat pinjaman gitu kan intinya
saya terbantu..

45
Keterangan
P : Penulis
I6 :Key informan keenam

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I6 indoor
P Oh..kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I6 Sekitar 10 pengusaha dari jepara..
P Kira-kira berapa hari ya pak barang mebelnya diambil pelanggan?
I6 Biasanya seminggu 2-3 kali barang saya diambil.
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I6 3-5 set, tergantung pesanan..
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Bu? Biasanya
DP/Cash?
I6 Saya cash, gak pernah DP.
P Oh iya pak..kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel
Pak?
I6 Saya khusus buat yang set meja makan.. 1 set meja makan itu mejanya 1,
kursinya 4 harganya Rp 450.000
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I6 Pernah, biasanya yang tidak tepat itu tetangga sendiri, kalau orang jauh
malah tepat waktu..
P Bagaimana cara mengatasinya Pak?
I6 Ya kadang dari hutang, kadang dari uang pribadi dari hasil usaha lain, gitu.
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I6 Sekali belanja beli kayu waru itu 2,5 kubik harganya Rp 3.000.000, sekubik
jadi kursi makan 4 set.. kalau beli lem per 3 minggu itu ya sekitar Rp
500.000, terus buat bayar tukang borongan per orang per minggunya itu Rp
350.000-Rp400.000.
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I6 Saya hutang, soalnya beli kayu sekali belanja aja Rp 3.000.000, belum beli
lem, baut, sama bayar tukang saya
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?
I6 Pembelian harus cash tidak boleh hutang..
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?
I6 Tidak ada..
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I6 Beda, kalau hutang ke pengusaha kayu itu harganya lebih mahal, bisa selisih
Rp 100.000 per kubiknya..”
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara

46
mengatasinya Pak?
I6 Saya lempar pesanan ke tetangga saya biar dikerjakan, tapi kalau saya
menambah modal ya saya terima pesanannya.
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I6 Saya sering sekali, soalnya kan mebel sekarang sedang lesu.
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I6 Kalau saya suka pinjam di bank BPR soalnya bunganya kan sedikit..saya
pinjam ya antara 5-10 juta, cairnya 2-3 hari itu. Jaminannya kan biasanya
BPKB. Ya saya merasa terbantu kalau sudah dapat pinjaman, kalau pinjaman
dari pemerintah gak pernah, soalnya kalau mau mengajukan pinjaman ya
prosesnya ribet..

47
Keterangan
P : Penulis
I7 : Keyinforman ketujuh

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I7 indoor
P Oh..kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I7 Ya ada 10-15 pelanggan itu dari jepara dan sekitarnya, kayak kudus, pati,
gitu
P Kira-kira berapa hari ya pak barang mebelnya diambil pelanggan?
I7 Biasanya 4 hari sekali barang saya diambil, tapi bisa sampe seminggu sekali
baru diambil
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I7 3-4 set per orang..
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Bu? Biasanya
DP/Cash?
I7 DP, gak pernah cash
P Berapa persen pak?
I7 50 % biasanya..
P Lalu sisanya dibayar kapan oleh pemesan?
I7 Waktu barangnya sudah laku, terus pelanggan saya datang ke rumah saya
nglunasi, gitu..
P Kan masih ada setengahnya yang belum dibayar Pak? Sisa yang belum
dibayar itu Bapak peroleh darimana?
I7 Saya pinjam BRI.
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I7 1 set kursi makan isi 4-6 harganya Rp 600.000
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I7 Sering, karena kan barangnya belum laku, ya kalau sudah kayak gitu saya
berhenti buat pesanan, saya liburkan tukang saya sehari, bisa 2 hari.
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I7 Saya harus hutang supaya saya bisa kerjakan pesanan saya lagi..
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I7 2 kubik kayu waru harganya Rp 3.000.000 itu jadi 4 set, kalau beli lem ya
kira-kira Rp 300.000, terus buat bayar tukang 4 orang saya keluar per
minggunya Rp 1.500.000-Rp 2.000.000
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I7 Kalau kondisi gak stabil kayak gini gitu ya saya beli kayunya hutang, beli
lemnya hutang tapi kalau ada uang ya beli pakai uang saya sendiri, bayarnya
tukang gitu juga hutang soalnya per minggunya keluar cukup banyak
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?
I7 Kalau tukang sama lem belum pernah, kalau kayu pernah
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar

48
setelah barang datang Pak?
I7 Ada,nanti kalau barang sudah laku..
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I7 Beda, biasanya harganya beda Rp 50.000-Rp 100.000
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I7 Ya saya menambah modal buat mengerjakan pesanan itu
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I7 Saya sering, soalnya kan pembayaran dari pelanggan saya sering terlambat,
mau mengerjakan pesanan juga susah soalnya dana saya sedikit.
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I7 Saya pinjam BRI, kan dekat. Kalau saya sudah punya nama di BRI bisa
langsung cair, pakai jaminan sertifikat, itu saya dapat pinjaman sekitar 10
juta cicilnya setahun ya kalau bunganya sekitar 1 juta per bulannya.

49
Keterangan
P : Penulis
I8 :Key informan kedelapan

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I8 Kalau saya indoor
P Oh..kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I8 5 biasanya itu dari Jepara, luar daerah juga ada
P Kira-kira berapa hari ya pak barang mebelnya diambil pelanggan?
I8 Seminggu sekali diambil..
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I8 Per orang ya antara 2-5 set
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Bu? Biasanya
DP/Cash?
I8 Saya pakai DP..
P Berapa persen pak?
I8 Ada yang 30%, 50%, 70%
P Lalu sisanya dibayar kapan oleh pemesan?
I8 Ya kalau sudah laku,nanti dilunasi
P Sisa yang belum dibayar itu Bapak peroleh darimana?
I8 Ya kalau lagi gak ada uang saya pinjam
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I8 1 set meja makan isinya 1 meja, 4 kursi atau 1 meja , 6 kursi itu harganya Rp
350.000-Rp 600.000
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I8 Pernah, sering tidak lancar pembayarannya, malah ada yang tidak bayar,
kalau kayak gitu saya sudah gak mau lagi kerjasama..
P Nah kalau seperti itu bagaimana cara mengatasinya Pak?
I8 Ya dari hutang, dari pegadaian, kadang dari kerabat. Soalnya kalau dari
kerabat kan gampang, lalu saya lunasi nanti kalau barang saya sudah laku
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I8 Kalau kayu waru 2,5 kubik itu harganya Rp 4.000.000 , per minggunya saya
beli lem, dll itu Rp 255.000. Per minggu saya harus keluar uang Rp
1.500.000 buat bayar 5 pegawai saya..
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I8 Beli kayu sama bayar tukang saya hutang, kalau beli lem saya kadang hutang
kalau pas gak ada uang
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?
I8 Ada, biasanya kayu. Saya hutang untuk beli kayu itu sekitar 10 juta.Nanti
saya ngangsur setiap bulannya sekitar 1 juta selama 1 tahun. Saya beraninya
pinjam tidak lebih dari 10 juta, karena saya takut kalau tidak bisa membayar
bunganya,gitu.. Kalau hutang tenaga kerja ga, ya mau gimana lagi, sudah
kewajiban, jangan sampai hutang bayarnya, karena itu buat kebutuhan

50
mereka
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?
I8 Ada, nanti dilunasi pas sudah laku
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I8 Sama saja biasanya kalau sudah langganan
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak??
I8 Saya tmbah modal pakai hutang..
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak
I8 Saya sering kesulitan, makanya saya kadang stop produksi itu sehari..
P Bagaimana cara mengatasi Pak?
I8 Saya pinjam ke pegadaian ya sekitar 2-3 juta bunganya 2,5%, sekitar 1 bulan,
kalau ada uang langsung nutup, prosesnya cepat soalnya langsung cair, pakai
emas biasanya. Menurut saya cukup berat bunganya. Pernah dari bank BRI
itu Saya pakai jaminan sertifikat, pinjam 15 juta nanti nyicilnya 1,5 juta per
bulan selama 1 tahun, gitu..

51
52
Keterangan
P : Penulis
I9 : Keyinforman kesembilan

P Jenis usaha mebel apa Bu?


I9 Saya Indoor.
P Oh..kalau biasanya berapa banyak sih Bu pelanggan yang pesan barang?
I9 Ya ada sekitar 5 yang ngambil, itu dari tetangga sendiri..
P Kira-kira berapa hari ya Bu barang mebelnya diambil pelanggan?
I9 Sekitar semingguan biasanya..
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Bu?
I9 3-4 set, kalau dipan 5 unit.
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Bu? Biasanya
DP/Cash?
I9 Saya pakai DP..
P Berapa persen Bu?
I9 50 % mbak..
P Kan masih ada setengahnya yang belum dibayar Pak? Sisa yang belum
dibayar itu Ibu peroleh darimana?
I9 Saat sudah laku baru dibayar, saya menunggu seminggu baru dilunasi
P Sisanya diperoleh darimana?
I9 Saya kadang hutang, kadang ya dari tabungan saya dari hasil jual mebel itu
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Bu?
I9 1 set minimalis isinya meja 1, bangku 1, kursi 3 itu hargnya Rp 750.000, 1
set sudut isinya bangku 2, meja 1, kursi kecil 1, sudut 1 harganya Rp
800.000, 1 dipan itu ukuran 160, harganya Rp 600.000. Kalau saya gak buat
ayunan
P Apakah Ibu pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I9 Pernah, kadang-kadang lewat 3 hari dari perjanjian
P kalau seperti itu bagaimana cara mengatasinya Bu?
I9 Ya saya dapat dari pembayaran pengusaha lain
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Bu?
I9 Kalau kayu waru sekubik jenis OD itu harganya Rp 1.250.000 jadi 2 set
minimalis, 2 set sudut sama 3 dipan
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Bu?
I9 Ya kalau buat beli kayu sama bayar tukang saya hutang, buat beli lem saya
juga hutang tapi kadang pakai uang sendiri kalau pas ada
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Bu?
I9 Semuanya harus cash, tidak boleh hutang. Apalagi kalau ke toko beli lem itu
kan harus cash..
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar

53
setelah barang datang Bu?
I9 Tidak ada..
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Bu?
I9 Bisa beda harga ya sekitar Rp 100.000 kalau hutang, kalau sudah langganan
ya bisa sama, tapi saya kan belinya harus cash.
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Bu?
I9 Ya hutang.
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Bu?
I9 Sering, soalnya apa aja belinya cash, tapi jual mebel pakai uang muka, uang
mukanya buat beli kayu aja itu kurang, belum yang lain. Bayaran dari
pelanggan juga kadang terlambat. Kalau belum bisa beli kayu ya saya stop
produksi, saya liburkan pegawai saya sehari.
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Bu?
I9 Saya pinjam dari FIF itu Rp 5.000.000, cicilannya Rp 560.000 itu setahun,
pakai jaminan BPKB, langsung cair. kalau menurut saya sih ya memberatkan
pastinya.

54
Keterangan
P : Penulis
I10 :Key informan kesepuluh

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I10 Kalau saya indoor
P kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I10 Saya kirim sendiri alias supply toko gitu, itu ke daerah Tegal, Pekalongan,
Pemalang sama Brebes
P Kira-kira berapa hari ya pak kirim barang?
I10 Ya sekitar 2 minggu..
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I10 Sekali kirim 10-12 set
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Pak? Biasanya
DP/Cash?
I10 Saya selalu pakai DP..
P Berapa persen pak?
I10 Setengahnya dulu biasanya waktu saya setori,nanti pas saya kirim barang
lagi saya tagih sisanya
P Lalu sisanya dibayar kapan oleh pemesan?
I10 Saat saya setori barang lagi nantinya baru dilunasi
P Kan masih ada setengahnya yang belum dibayar Pak? Sisa yang belum
dibayar itu Bapak peroleh darimana
I10 Saya pinjam dari bank Mandiri..
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I10 1 set minimalis itu kursi 3, meja 1, bangku 1 harganya Rp 1.000.000-Rp
1.050.000, kalau 1 set itu bangku panjang 3, engkel 1, sudut 1, meja 1 itu
harganya sama kayak set minimalis, sudah di finishing sekalian disini.
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I10 Pernah,sering, malah barang saya kadang dibawa kabur.
P kalau seperti itu bagaimana cara mengatasinya Pak?
I10 Ya dari hutang, terus pelanggan yang ga tertib bayar kayak gitu sama bawa
kabur, saya stop setori lagi.
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I10 Sekubik kayu waru, duren itu Rp 1.250.000 bisa jadi 3 set minimalis, 2
sudut. Kalau buat beli lem,paku, sekrup per minggunya Rp 350.000, Kalau
buat bayar tukang harian sama borongan ya kira-kira per minggunya Rp
2.000.000
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?
I10 Semuanya dari hutang
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja?

55
I10 Kalau tenaga kerja belum pernah, kalau kayu sama lem pernah.Kira-kira beli
lem foxy dan lem putih, paku, sekrup, per minggu-nya butuh biaya ya sekitar
Rp 300.000an. Misal kalau produksi pas banyak, tapi lem habis, baru beli di
toko. Cash, tidak boleh bon di toko..
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?
I10 Kadang-kadang ya ada..
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I10 Bisa beda, ya sekitar Rp 50.000-Rp100.000
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I10 Saya pinjam bank karena saya bisa dapat pinjaman banyak..
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I10 Sering sekali..
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I10 Pinjam bank Mandiri saya pinjam 100 juta itu cicilannya Rp 4.350.000
selama 3 tahun, langsung cair tapi menunggu di survei dulu ya kira-kira
menunggu 3 hari, saya diminta jaminan sertifikat. Ya menurut saya
cicilannya memberatkan, waktu buat saya lunasinya kan juga lama. Tapi
kalau dapat pinjaman gitu kan bisa bantu saya beli kebutuhan kayu, lem,
sama bayar tukang saya..

56
Keterangan
P : Penulis
I11 :Key informan kesebelas

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I11 Indoor
P Kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I11 Diambil tetangga sendiri ada 5 pengusaha..
P Kira-kira berapa hari ya pak barang mebelnya diambil pelanggan?
I11 Seminggu 2 kali biasanya..
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I11 1 orang itu per minggunya rata-rata 6 set
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Pak? Biasanya
DP/Cash?
I11 Sistemnya pakai DP
P Jika DP, berapa persen?
I11 50%, jarang ada yang cash soalnya
P Lalu sisanya dibayar kapan oleh pemesan?
I11 Waktu barangnya sudah laku, dilunasi sekitar seminggu sampai 2 minggu
setelah barang diambil.
P Kan masih ada setengahnya yang belum dibayar Pak? Sisa yang belum
dibayar itu Bapak peroleh darimana?
I11 Saya pakai modal sendiri.
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I11 1 set kursi makan itu harganya Rp 450.000, itu isinya mejanya 1, kursinya 4..
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I11 Tidak pernah, selalu tepat waktu. Kalau tidak tepat waktu nanti gak bisa
mengerjakan pesanan..
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I11 Harga 1 kubik kayu waru Rp 1.400.000 itu kira-kira ya jadi 4 set, kalau buat
beli lem,paku,sekrup dll itu Rp 500.000 per minggu, buat bayar tukang per
orangnya Rp 300.000 per minggu
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I11 Beli kayu sama bayar tenaga kerja saya hutang kalau dana saya minim, kalau
beli lem dll saya kadang hutang ke kerabat..
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?
I11 Tidak ada
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?
I11 Tidak ada
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?

57
I11 Sama saja biasanya kalau sudah langganan..
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I11 Tambah modal biar bisa mengerjakan pesanan
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I11 Saya jarang mengalami kesulitan, tapi ya saya pernah mengalaminya
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I11 Saya hutang kepada kerabat itu tergantung besarnya kebutuhan, hutang bisa
lebih sekali seminggu. Nanti kan saya lunasi kalau sudah dapat pembayaran
dari pemesan, ya paling lama 2 minggu. Saya lebih memilih berhutang
kepada kerabat karena saya menganggap sudah kenal dekat, dan resiko kecil.

58
Keterangan
P : Penulis
I12 :Key informan kedua belas

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I12 saya indoor
P Biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I12 Ya ada 7 orang, ada yang dari luar desa tapi paling banyak tetangga saya
sendiri
P Kira-kira berapa hari ya pak barang mebelnya diambil pelanggan?
I12 Biasanya 2 minggu sekali diambil
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I12 Ya tergantung pesanan, ada yang 3 set, 5 set,7 set, bahkan 15 set
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Pak? Biasanya
DP/Cash?
I12 Saya selalu pakai DP, tidak pernah cash..
P Berapa persen pak?
I12 50 % biasanya
P Lalu sisanya dibayar kapan oleh pemesan?
I12 Setelah barang jadi, ya itu antara 1-2 minggu
P Kan masih ada setengahnya yang belum dibayar Pak? Itu diperoleh
darimana?
I12 Dari hutang, kadang ya dari modal sendiri..
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I12 Untuk 1 set meja makan isi kursi 4 harganya Rp 500.000, kalau isinya kursi
6 harganya Rp 750.000, kalau 1 dipan harganya Rp600.000-Rp 650.000
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I12 Pernah, malah sampai ada yang terlambat sampai 2 bulan itu..
P Nah kalau seperti itu bagaimana cara mengatasinya Pak?
I12 Dari bayaran pengusaha lain tapi kalau pas dana minim ya akhirnya hutang,
pokoknya mencari cara biar usaha bisa tetap berputar.
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I12 1 kubik kayu sekitar Rp 1.200.000-Rp 1.250.000, 1 kubik bisa jadi dipan 3, 1
kubik jadi kursi makan 4 set
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I12 Semuanya bersumber dari hutang.. saya hutang sama kerabat. Biasanya
untuk beli lem, sekrup, paku, dan lain-lain saya hutang sama saudara saya
karena mudah dan langsung dipinjami, itu pun tidak banyak sekitar Rp
300.000 nanti tak kembalikan kalau barang saya sudah laku, sekitar 1-2
minggu
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?

59
I12 Tidak ada
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?
I12 Tidak ada
P Kalau bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I12 Beda, bisa selisih Rp 100.000 per kubiknya..
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I12 Kalau menyanggupi pesanan itu ya harus pinjam..
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I12 Saya sering sekali
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I12 Saya pinjam di KSP di Krasak itu 20 juta, cicilannya ya sekitar Rp 1.300.000
selama 2 tahun, biasanya 2 hari itu langsung cair, pakai jaminan sertifikat.
Kalau dapat pinjaman gitu saya merasa terbantu. Saya tidak pernah
mengajukan bantuan modal usaha sama pemerintah, soalnya berbelit-belit.

60
Keterangan
P : Penulis
I13: Key informan ketiga belas

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I13 Kalau saya indoor mbak..
P Oh..kalau biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I13 Kira-kira ada 5 sampai 6 pengusaha semuanya dari Jepara
P Kira-kira berapa hari ya pak barang mebelnya diambil pelanggan?
I13 Biasanya 5 sampai 6 hari hari sekali barang saya diambil sama pelanggan
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I13 Biasanya ya antara 3-4 set..
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Bu? Biasanya
DP/Cash?
I13 Saya pakai DP..
P Berapa persen pak?
I13 50 % biasanya
P Lalu sisanya dibayar kapan oleh pemesan?
I13 Waktu barangnya sudah jadi, pas mau diambil sama pelanggan saya..
P Kan masih ada setengahnya yang belum dibayar Pak? Sisa yang belum
dibayar itu Bapak peroleh darimana?
I13 Saya pakai modal sendiri..
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang mebel Pak?
I13 1 dipan itu harganya Rp 650.000, 1 meja makan isi4 harganya Rp 450.000,
kalau isi 6 harganya Rp 650.000
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I13 Pernah, malah DP yang 50% pernah dibawa kabur sama pelanggan
P Nah kalau seperti itu bagaimana cara mengatasinya Pak?
I13 Ya dari hutang, biasanya bank BRI
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I13 Harga 1 kubik kayu waru OD itu Rp 900.000, kalau 2 kubik jadi 5 dipan dan
meja makan 4-5 set, seminggu habis lem foxy 3 set, sama bayar tukang 10
orang itu Rp 3.500.000 per minggunya..
P Untuk pembelian bahan baku, bahan penolong (lem,sekrup,paku,dll) dan
pembayaran tenaga kerja itu sumber dana darimana Pak?
I13 Kalau buat beli kayu, lem saya kadang dari modal sendiri kadang hutang,
tapi untuk bayar tukang saya hutang soalnya per minggunya keluar cukup
banyak uang buat bayar mereka..
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja
Pak?
I13 Kalau kayu ada, yang lain ga ada..
P Ada atau tidak hutang kayu, bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar
setelah barang datang Pak?

61
I13 Ada, hutang kayu, nanti saya lunasi kalau sudah laku..
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I13 Beda itu, bisa selisih Rp 200.000 per kubiknya..
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I13 Jalan satu-satunya ya mencari pinjaman..
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I13 Sering kalau saya..
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I13 Pertama, saya pinjam bank BRI 60 juta, cicilannya Rp2.426.0000 selama 3
tahun, pakai sertifikat tanah, saya menunggu 1 minggu dulu baru cair. Kalau
menurut saya sih ringan dibandingkan bank lain, BTPN misalnya.. Kedua, di
koperasi, pakai jaminan BPKB itu 2 juta saya pinjamnya, cicilannya Rp
212.000 setahun. Saya juga ke pegadaian karena proses cepat dan langsung
cair. Dapat pinjaman kan artinya mendapat bantuan supaya usaha saya tetap
lancar..

62
Keterangan
P : Penulis
I13: Key informan keempat belas

P Jenis usaha mebel apa Pak?


I13 Indoor tapi khusus finishing saja
P Biasanya berapa banyak sih Pak pelanggan yang pesan barang?
I13 Kalau saya malah yang mengirim barang sampe ke Tegal, Brebes, Cirebon,
P Kalau gitu, kira-kira berapa hari sekali atau berapa minggu sekali ya Bapak
mengirim barang?
I13 2 minggu sekali.
P Biasanya rata-rata pesanannya itu berapa Pak?
I13 10 set biasanya.
P Kalau sistem pembayaran atas penjualan barang mebel Pak? Biasanya
DP/Cash?
I13 Saya pakai DP.
P Berapa persen pak?
I13 50 % biasanya
P Lalu sisanya dibayar kapan oleh pemesan?
I13 Tidak tentu, karena dicicil sisanya
P Kan masih ada setengahnya yang belum dibayar Pak? Sisa yang belum
dibayar itu Bapak peroleh darimana?
I13 Saya pinjam ke bank
P Kalau dari segi harga, berapa biaya pemesanan barang Pak?
I13 Ini kan sudah difinishing, jadi harganya 1 set meja makan isi meja 1, 4 kursi
itu Rp 1.700.000, kalau 1 set kursi tamu isi meja 1, kursi 3, bangku 1 itu
harganya ya lebih mahal sedikit, Rp 1.800.000
P Apakah Bapak pernah mengalami tidak tepat saat pembayaran barang dari
pelanggan?
I13 Pernah, sering..
P Lalu bagaimana cara mengatasinya Pak?
I13 Ya saya harus menagih ke toko-toko, kalau buat nutup kurangnya modal ya
hutang
P Kalau buat sekali produksi itu butuh biaya berapa Pak?
I13 Saya tidak produksi, tapi belanja barang mebel setengah jadi dari pengusaha
indoor terus nanti saya finishing, itu 1 set meja makan harganya Rp 800.000-
Rp 900.000, kalau kursi tamu harganya Rp 1.100.000- Rp 1.200.000, kalau
beli cat per minggunya tidak bisa diprediksi habis berapa karena tergantung
banyak barang, jika habis ya beli, gitu.. kalau 2 tenaga harian saya bayarnya
Rp 50.000 per orang
P Untuk pembelian bahan penolong dan pembayaran tenaga kerja itu sumber
dana darimana Pak?
I13 Kalau belanja mebel setengah jadi saya hutang, bayar tenaga kerja juga
kadang hutang, kalau beli cat dll saya kadang pakai uang sendiri, kadang

63
hutang.
P Oh, iya pak.. Ada atau tidak hutang bahan penolong, dan tenaga kerja Pak?
I13 Tidak ada, harus cash
P Ada atau tidak hutang bahan penolong, dan tenaga kerja dibayar setelah
barang datang Pak?
I13 Tidak ada
P Bayar cash dan hutang (bahan baku) itu beda tidak harganya Pak?
I13 -
P Kalau pas pesanan banyak dan butuh modal kerja besar bagaimana cara
mengatasinya Pak?
I13 Saya tidak pernah mendapat pesanan banyak, pesanan tetap berjalan seperti
biasa.
P Seberapa sering Bapak pernah mengalami kesulitan modal kerja? Apakah
jarang sekali, jarang, sering atau sering sekali Pak?
I13 Sering sekali.
P Bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut Pak?
I13 Ya saya pinjam di bank BPR BKK itu 10 juta, cicilannya sekitar satu jutaan
setahun pakai BPKB, nanti 3 hari baru cair. Ya kalau menurut saya itu tetap
memberatkan. Kalau pinjam ke saudara ya pernah, tak kembalikan
kalaubarang sudah laku.

64

Anda mungkin juga menyukai