Anda di halaman 1dari 119

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL KURSI KAYU PADA UKM

MEBEL PUTRA MANDIRI

SKRIPSI
Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat sarjana strata 1

Disusun Oleh :

ANDI SAPUTRA
NIM. 16020048

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA
2020
i
ii
ABSTRAK

Setiap perusahaan menginginkan segala sesuatu yang dikerjakan dapat


berjalan dengan lancar dan mencapai hasil yang memuaskan. Kelancaran proses
produksi dalam suatu perusahaan akan terjamin apabila sistem perencanaan
produksi berjalan dengan baik sehingga permintaan konsumen dapat terpenuhi
secara tepat waktu.

UKM. Mebel Putra Mandiri adalah UKM manufaktur yang memproduksi


Kursi kayu yang beralokasi di Jambi. Masalah yang dihadapi perusahaan adalah
perusahaan belum mempunyai perencanaan material yang baik, yaitu sering
terjadinya pengaturan dan perencanaan bahan baku belum terorganisir secara baik,
terutama untuk penjadwalan pemakaian bahan baku. Dalam penelitian ini data yang
digunakan adalah data produksi, pemesanan dan data persediaan bahan tiap
komponen. Untuk mengatasi permasalahan yang ada dilakukan pendekatan
kualitatif menggunakan metode Material Requrement Planning.

Hasil perhitungan MRP diperoleh kesimpulan bahwa total kebutuhan bersih


yang diperlukan untuk produksi 11.500 unit Kursi kayu selama 12 mingu (3 bulan)
periode perencanaan yaitu : kayu (K11) sebanyak 81.050 unit, rakitan kaki, Palang
tengah dan bagian atas (K111, K11112,K11121) masing - masing sebanyak 17.550
unit, kaki depan (K1111) dan Kaki belakang (K11111) sebanyak 25.150 unit,
penyangga (K1112) sebanyak 41.050 unit, papan sandaran dan alas duduk
(K11122,K112) sebanyak 21.550, pelitur (K12) sebanyak 350.500 gram, paku
(K13) sebanyak 155.000 gram, sekrup (K14) sebanyak 105.000 gram

Kata kunci : bahan baku, struktur produk, persediaan, Material Requrement


Planning

iii
“MOTTO HIDUP”

Aku juga sama banyak mempunyai saudara


seperti orang lain hanya saja aku harus
berhasil untuk di Akui
Maka tetaplah bijak dalam mengambil
keputusan agar kamu tidak jatuh
Dan jangan lupa ber Do’a serta berusaha

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat


dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang
bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain,
karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya
pada Allah apapun dan di manapun kita berada
kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.

Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing
is not to stop questioning. (Albert Einstein) Belajar dari kemarin, hidup
untuk hari ini, berharap untuk hari besok. Dan yang terpenting adalah
jangan sampai berhenti bertanya

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas ijin ALLAH SWT sekripsi ini dapat selesai. Skripsi ini mungkin tidak akan
selesai ataupun bisa ada tanpa adanya mereka yang selalu memberikan doa,
dukungan dan motivasi terhadap saya. Kupersembahkan karya ini terutama
untuk orang yang sangat saya sayangi :

Ibunda Tercinta (Alm) Eva Susanti

Keluarga Besar saya

Keluarga Besar Pondok Pesantren Pambudi Luhur, Bapak Rilo dan Ibu Rilo
pambudi beserta guru – guru yang telah memberikan segenap perhatian,
dedikasi serta ridho dan Do’a kepada saya

Yayasan Adi Upaya AU (YASAU)

Seluruh Civitas Akademika STTA Yogyakarta

Dan

Teman – teman seperjuanganku yang telah membantu menyelesaikan Skripsi


ini

v
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Di antara begitu
banyak nikmat tentu yang kita pernah rasakan adalah nikmat sangan, pangan dan
papan yang mampu membuat kita masih terucap syukur selalu dan tentunya hikmah
nikmatnya mampu menerangi seluruh alam dan seisinya. Karena itu penulis bisa
menyusun Skripsi hingga selesai dan tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan
penulisan ini merupakan bentuk dan tanggung jawab atas terlaksananya penilitian
di UKM Mebel Putra Mandiri Jambi, dengan judul “ Perancanaan Kebutuhan
Material Kursi Kayu Pada UKM Mebel Putra Mandiri. Skripsi ini di susun
untuk memenuhi syarat – syarat mencapai gelar sarjana Teknik (ST) pada program
S1 program studi Teknik Industri, Sekolah Tinggi Adisutjipto Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian


laporan ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada UKM Mebel
Putra Mandiri, karena memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melihat
langsung aplikasi di lapangan dari teori yang diberikan di bangku perkuliahan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung kelancaran pelaksanaan penelitian ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan trimakasih kepada :

vi
1. Allah SWT atas anugrah yang di limpahkan kepada penulis
2. Seluruh Keluarga yang telah memberikan do’a dukungan dan motivasi
selama melaksanakan masa studi terutama untuk kakek dan nenek.
3. Ibu Riani Nurdin S.T., M.Sc. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri, Sekolah
Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta. dan juga sebagai Pembimbing
pendamping.
4. Bapak Yasrin Zabidi, S.T., M.T selaku dosen pembimbing utama yang
selalu memberikan masukan, saran dan kritik dengan penuh kesabaran serta
bimbingan atas penulisan laporan tugas akhir.
5. Bapak Sahrul Manan sebagai pemilik dari UKM Mebel Putra Mandiri yang
telah memberikan waktu dan semua masukan untuk pelaksanaan penelitian.
6. Kepada teman – teman orang terdekat dan teman lapangan yang telah
memberi semangat dan perhatian tiada henti untuk membantu penulis dalam
pelaksanaan Penyusunan Laporan. Dari sebelum atau sesudah Penelitian.
7. Kepada teman – teman Teknik Industri STTA yang telah banyak membantu
dan bekerjasama dalam pelaksanaan dan pengerjaan laporan Penelitian.
8. Seluruh dosen Teknik Industri STTA Yogyakarta yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir khususnya
kepada bapak yasrin, Ibu marni, Pak Eko Pak Pras, Pak Bagus, dan ibu esa.
9. Keluarga Besar Pondok Pesantren Pambudi Luhur, Bapak Rilo dan Ibu Rilo
pambudi beserta guru – guru yang telah memberikan segenap perhatian
dedikasi dan ridhonya kepada penulis.
10. Yayasan Adi Upaya AU (YASAU) yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto.
11. (Alm) Ibunda tercinta dan semoga hidup di hiasi di taman – taman surga.
12. Terima Kasih untuk sahabat-sahabat : Hardian, syarif, hendra, bayu, gegen,
aidil, anha, yuyun dll yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.
13. Terima kasih untuk teman-teman angkatan 2016, yang selalu memberikan
dukungan dan doa.

vii
14. Semua pihak yang belum disebutkan yang secara tidak langsung telah
mendukung penulis selama masa kuliah dan penyusunan skripsi
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah
SWT, meski begitu tentu laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan pada laporan selanjutnya. Harapan penulis semoga laporan ini
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Yogyakarta, Agustus 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i

PERNYATAAN .......................................................................................... ii

ABSTRAK .................................................................................................. iii

“ MOTTO HIDUP ” ..................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3. Batasan Masalah ............................................................................. 5
1.4. Tujuan Penilitian ............................................................................. 6
1.5. Sistematika Penulisan ...................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 8


2.1 Kajian Pustaka .................................................................................. 8
2.2 Landasan Teori ................................................................................. 11
2.2.1 Pengerian Pengendalian Persediaan .......................................... 11
2.2.2 Tujuan Pengandalian Persediaan .............................................. 12
2.2.3 Prinsip – prinsip Pengendalian Persediaan ................................ 13
2.2.4 Fungsi Dan Tujuan Persediaan ................................................. 14
2.2.5 Jenis – jenis Persediaan ............................................................ 15
2.2.6 Biaya – biaya Persediaan ......................................................... 16

ix
2.3 Pengertian Manejemen Produksi ....................................................... 18
2.3.1 Perencanaan ............................................................................. 19
2.3.2 Pengendaliaan .......................................................................... 20
2.3.3 Pengendalian Produksi ............................................................. 20
2.3.4 Fungsi Pengendalian Proses Produksi ...................................... 23
2.3.5 Perencanaan Produksi .............................................................. 24
2.4 Aggregate Planning .......................................................................... 25
2.4.1 Ruang Lingku Aggregate Planning ........................................... 26
2.4.2 Fungsi Perencanaan Aggregate Planning .................................. 27
2.4.3 Input Dan Tujuan Perencanaan Aggregate ................................ 28
2.4.4 Biaya Perencanaan Aggregate .................................................. 29
2.4.5 Strategi Dan Teknik Perencanaan Aggregate ............................ 29
2.5 Material Requirement Planning (MRP) ............................................. 31
2.5.1 Tujuan MRP ............................................................................ 32
2.5.2 Input MRP ............................................................................... 33
2.5.3 Proses MRP ............................................................................. 39
2.5.4 Perhitungan MRP ..................................................................... 40
2.4.5 Output MRP ............................................................................ 42

BAB III METODOLOGI PENILITIAN ...................................................... 44


3.1 Objek Dan Tempat Penilitian ............................................................ 44
3.2 Metodologi Pengumpulan Data ........................................................ 44
3.3 Pengolahan Dan Analisis Data .......................................................... 46
3.4 Analisis Pemecahan Masalah ............................................................ 46
3.5 Kesimpulan Dan Saran ..................................................................... 46
3.6 Diagram Alir Penilitian .................................................................... 47
3.7 Alur Perancangan ............................................................................. 48

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................ 50


4.1 Pengumpulan Data ........................................................................... 50
4.2 Struktur Organisasa .......................................................................... 50
4.3 Diagram Alir Pembuatan Kursi Kayu ............................................... 51
x
4.4 Operation Process Chart ................................................................... 52
4.5 Data Khusus Perusahaan .................................................................. 53
4.4.1 Data Pemesanan Kursi Kayu .................................................... 53
4.4.2 Bill Of Material ....................................................................... 54
4.6 Data Biaya ........................................................................................ 58
4.6.1 Biaya Data Pendukung ............................................................. 58
4.7 Pengolahan Data ............................................................................... 59
4.7.1 Aggregate Planning .................................................................. 59
4.7.2 MPS (Master Production Schedule) ......................................... 64
4.7.3 MRP (Material Requirement Planning) Kursi Kayu ................. 64

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 73


5.1 Aggregate Planning .......................................................................... 73
5.1.1 Level Strategi ........................................................................... 73
5.1.2 Output Level Strategi ............................................................... 73
5.1.3 Analisis Level Strategi ............................................................. 74
5.1.4 Chase Strategi .......................................................................... 74
5.1.5 Output Chase Strategi .............................................................. 74
5.1.6 Analisis Chase Strategi ............................................................ 75
5.2 Pembahasan Material Requirement Planning (MRP) ........................ 75
5.2.1 Analisis Material Requirement Planning (MRP) ....................... 76

BAB VI PENUTUP .................................................................................... 83


6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 83
6.2 Saran ................................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 85


LAMPIRAN HASIL PERHITUNGAN AGGREGATE PLANNING .......... 87
LAMPIRAN HASIL PERHITUNGAN MRP ............................................... 92
LAMPIRAN GAMBAR KURSI KAYU ...................................................... 101

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kebutuhan Bahan Baku ................................................................ 4

Tabel 2.1 Tinjauan Pendahuluan .................................................................. 8

Tabel 2.2 Bentuk Umum Dari Master Production Schedule .......................... 35

Tabel 2.3 Tabel Material Requirement Planning (MRP) ............................... 40

Tabel 4.1 Data Pemesanan Kursi Kayu ........................................................ 53

Tabel 4.2 Tabel Bill Of Material (BOM) ...................................................... 55

Tabel 4.3 Data Kebutuhan Bahan Baku ........................................................ 56

Tabel 4.4 Tabel Persediaan Di Tangan ......................................................... 57

Tabel 4.5 Tabel Biaya Pendukung ................................................................ 58

Tabel 4.6 Tabel Perhitungan Level Strategi .................................................. 60

Tabel 4.7 Tabel Perhitungan Chase Strategi ................................................. 62

Tabel 4.8 Perhitungan MPS .......................................................................... 64

Tabel 4.9 Perhitungan MRP untuk Item K1 .................................................. 65

Tabel 4.10 Perhitungan MRP untuk Item K11 .............................................. 66

Tabel 4.11 Perhitungan MRP untuk Item K111 ............................................ 66

Tabel 4.12 Perhitungan MRP untuk Item K1111 .......................................... 67

Tabel 4.13 Perhitungan MRP untuk Item K11111 ........................................ 67

Tabel 4.14 Perhitungan MRP untuk Item K11112 ........................................ 68

Tabel 4.15 Perhitungan MRP untuk Item K1112 .......................................... 68

Tabel 4.16 Perhitungan MRP untuk Item K11121 ........................................ 69

xii
Tabel 4.17 Perhitungan MRP untuk Item K11122 ........................................ 69

Tabel 4.18 Perhitungan MRP untuk Item K112 ............................................ 70

Tabel 4.19 Perhitungan MRP untuk Item K12 .............................................. 70

Tabel 4.20 Perhitungan MRP untuk Item K13 .............................................. 71

Tabel 4.21 Perhitungan MRP untuk Item K14 .............................................. 71

Tabel 4.22 Data Ringkasan Pemesanan Komponen Kursi Kayu 12 Minggu . 72

Tabel 5.1 Data Ringkasan Pemesanan Komponen Kursi Kayu 12 Minggu ... 77

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bill Of Material (BOM) ............................................................ 12

Gambar 2.2 Fungsi MRP Sebagai Timbangan .............................................. 33

Gambar 2.3 Skema Bill Of Material ............................................................. 38

Gambar 2.4 Input MRP ................................................................................ 39

Gambar 3.1 Diagram Alir Penilitian ............................................................. 47

Gambar 4.1 Struktur Organisasi UKM Mebel Putra Mandiri ........................ 50

Gambar 4.2 Diagram Alir Pembuatan Kursi Kayu ........................................ 51

Gambar 4.3 Operation Process Chart ............................................................ 52

Gambar 4.4 Bill Of Material (BOM) ............................................................ 54

xiv
xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


UKM Mebel Putra Mandiri adalah usaha manufaktur yang bergerak
dalam bidang pengolahan kayu merupakan usaha pembuatan kursi kayu,
jendela, pintu dan lemari yang berlokasi di Jl.siau lubuk beringin RT.02,
RW.28. merangin, provinsi jambi 37370, Indonesia. UKM. Mebel Putra
Mandiri Pemasaraan lebih banyak dilakukan di wilayah kabupaten merangin,
target dari putra mandiri sendiri untuk pemenuhan permintaan di daerah sekitar
UKM saja, karena masih terbatasnya transportasi logistik dan juga jumlah
karyawan yang bekerja di UKM Mebel Putra Mandiri yang tidak mampu
memenuhi jika permintaan terlalu banyak.

UKM Mebel Putra Mandiri menggunakan sistem produksi make to order,


yang mana UKM Mebel Putra Mandiri memproduksi Kursi, jendela, pintu
maupun lemari jika sudah ada permintaan dari konsumen. Apabila jumlah dan
spesifikasi barang yang diperlukan sudah disepakati, maka UKM Mebel Putra
Mandiri segera memproduksinya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah
kerugian pada UKM Mebel Putra Mandiri itu sendiri , namun untuk jenis –
jenis produk tertentu seperti bahan-bahan tertentu UKM Mebel Putra Mandiri
juga melakukan persedian (make to stock) antisipasi bila ada konsumen yang
ingin membeli khususnya untuk permintaan yang sedikit. Jenis kayu yang di
gunakan oleh UKM Mebel Putra Mandiri ada beberapa jenis yaitu kayu
meranti, kayu sungkai, kayu jati, kayu mahoni dan kayu ramin.
Setiap perusahaan, khususnya perusahaan industri maupun penyedia
harus mengadakan persediaan bahan baku, karena tanpa adanya persediaan
bahan baku akan mengakibatkan terganggunya proses produksi maupun
pendistribusian dan berarti pula bahwa penyedia akan kehilangan kesempatan
memperoleh keuntungan yang seharusnya bisa di maksimalkan. Persediaan
yang berlebihan akan merugikan perusahaan. Ini berarti banyak biaya yang
dikeluarkan dari biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya persediaan

1
2

tersebut, yang mana biaya dari pembelian barang – barang tersebut itu
sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain yang lebih menguntungkan.

Sebaliknya, kekurangan persediaan bahan baku dapat merugikan


perusahaan karena akan mengganggu kelancaran dari proses kegiatan produksi
dan distribusi perusahaan. Pada persediaan merupakan hal penting bagi
perusahaan yang melakukan proses produksi, baik memproduksi barang
maupun jasa untuk menunjang kelancaran proses produksinya. Menurut
Freddy Rangkuti (2007:7), persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif
dalam operasi perusahaan yang secara kontinue diperoleh, diubah, kemudian
dijual kembali.

Menurut Mulyadi (1986 : 118), bahan baku adalah bahan yang


membentuk bagian integral produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam
perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian
import atau dari pengolahan sendiri. Menurut Gitosudarmo dan Basri (1999),
persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja aktiva yang setiap saat
dapat mengalami perubahan.

Menurut Arman Hakim Nasution (2008:125), secara kronologis metode


pengendalian persediaan yang ada dapat diidentifikasikan menjadi (1) Metode
Pengendalian Persediaan Tradisional, dan (2) Metode Perencanaan Kebutuhan
Material (MRP). Namun, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai
perencanaan persediaan bahan baku menggunakan metode MRP. Menurut
Teguh Baroto (2002:140), sistem MRP adalah suatu prosedur logis berupa
aturan kepurusan dan teknik transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk
menerjemahkan jadwal induk produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk
semua item. Sistem MRP dikembangkan untuk membantu perusahaan
manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependent secara lebih baik
dan efisien. Disamping itu, sistem MRP dirancang untuk membuat pesanan-
pesanan produksi dan pembelian untuk mengatur aliran bahan baku dan
persediaan dalam proses hingga sesuai dengan jadwal produksi untuk produk
akhir. Menurut Pontas M. Paredede (2005:476), beberapa manfaat dan
3

keuntungan penggunaan MRP adalah (1) untuk menurunkan jumlah sediaan


yang dibutuhkan, (2) pengurangan masa tunggu pembuatan dan pemesanan, (3)
pemenuhan jadwal yang lebih tepat, (4) peningkatan kehematan.

Salah satu pendekatan kualitatif yang dapat dilakukan untuk membantu


memecahkan permasalahan ini adalah menggunakan Material Requirement
Planning (MRP). Material Requirement Planning adalah suatu sistem
perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang
memerlukan beberapa tahapan proses/fase dengan kata lain yaitu suatu rencana
produksi untuk sejumlah produk. Jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah
(komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu senggang sehingga
dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing –
masing komponen produk yang akan dibuat. Konsep Material Requirement
Planning adalah menyiapkan jadwal perencanaan agar material/bahan baku
dapat tepat pada waktunya. Sehingga proses produksi bisa tepat pada
jadwalnya.

Tujuan utama dari sistem MRP ini adalah merancang suatu sistem yang
mampu menghasilkan informasi untuk melakukan informasi tersebut dengan
tepat (pembatalan pesanan, pesanan ulang, penjadwalan ulang). Aksi ini
sekaligus merupakan pegangan untuk melakukan pemesanan bahan kayu, yang
merupakan keputusan baru atau merupakan perbaikan atas keputusan yang
lalu. Dipilihnya metode ini karena teknik ini membuat pesanan berdasarkan
kebutuhan akan bahan kayu, sehingga diharapkan tidak akan terjadi
penumpukan bahan - bahan khususnya kayu.

UKM Mebel Putra Mandiri merupakan salah satu produsen mebel yang
beralokasi di Jambi. Pada saat ini perusahaan dalam memenuhi bahan baku
yang akan digunakan dalam proses produksi dilakukan dengan cara pemesanan
yang masih bersifat sederhana, dimana perusahaan belum mempunyai
perencanaan kebutuhan material yang baik, yaitu sering terjadinya pengaturan
dan perencanaan bahan baku belum terorganisir secara baik, terutama untuk
kebutuhan material yang dibutuhkan untuk produksi yang selama ini terjadi
4

adalah adanya penumpukan material. Hal ini dapat dilihat pada tabel kebutuhan
bahan baku dibawah ini :
Tabel 1.1 kebutuhan bahan baku

Jumlah Persediaa
Bulan produksi Kebutuhan bahan baku bahan baku Sisa bahan
(unit) baku
1. Kayu = 5.000 cm3 1. 5.800 cm3 1. 800 cm3
April 2018 2.500 2. Pelitur = 87.500 g 2. 85.000 g 2. 2.500 g
3. Paku = 38.750 g 3. 38.000 g 3. 750 g
4. Sekrup = 26.250 g 4. 26.000 g 4. 250 g
1. Kayu = 4.000 cm3 1. 4.300 cm3 1. 300 cm3
Mei 2018 2.000 2. Pelitur = 70.000 g 2. 69.800 g 2. 200 g
3. Paku = 31.000 g 3. 30.000 g 3. 1000 g
4. sekrup = 21.000 g 4. 20.800 g 4. 200 g
1. Kayu = 6.000 cm3 1. 6.500 cm3 1. 500 cm3
Juni 2018 3.000 2. Pelitur = 105.000 g 2. 104.200 g 2. 800 g
3. Paku = 46.500 g 3. 46.000 g 3. 500 g
4. Sekrup = 31.500 g 4. 31.000 g 4. 500 g
1. Kayu = 6.000 cm3 1. 6.600 cm3 1. 600 cm3
Juli 2018 3.000 2. Pelitur = 105.000 g 2. 104.800 g 2. 200 g
3. Paku = 46.500 g 3. 46.495 g 3. 5 g
4. Sekrup = 31.500 g 4. 31.000 g 4. 500 g

Data kebutuhan perbulan

Salah satu pendekatan kualitatif yang dapat dilakukan untuk membantu


memecahkan permasalahan ini adalah menggunakan Material Requirement
Planning (MRP). Material Requirement Planning adalah suatu sistem
perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang
memerlukan beberapa tahapan proses/fase dengan kata lain yaitu suatu rencana
produksi untuk sejumlah produk. Jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah
(komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu senggang sehingga
dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing –
masing komponen produk yang akan dibuat. Konsep Material Requirement
Planning adalah menyiapkan jadwal perencanaan agar material/bahan baku
dapat tepat pada waktunya. Sehingga proses produksi dapat berjalan sesuai
dengan jadwalnya.
5

Tujuan utama dari sistem MRP ini adalah merancang suatu sistem yang
mampu menghasilkan informasi untuk melakukan informasi tersebut dengan
tepat (pembatalan pesanan, pesanan ulang, penjadwalan ulang). Aksi ini
sekaligus merupakan pegangan untuk melakukan pembelian bahan baku untuk
produksi, yang merupakan keputusan baru atau merupakan perbaikan atas
keputusan yang lalu. Dipilihnya metode ini karena teknik ini membuat pesanan
berdasarkan kebutuhan akan bahan baku, sehingga diharapkan tidak akan
terjadi penumpukan bahan baku atau sisa didalam gudang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan


pokok permasalahannya adalah. Bagaimana merencanakan kebutuhan material
pembuatan Kursi Kayu di UKM Mebel Putra Mandiri agar supaya kegiatan
produksi dapat terkendali dan berjalan dengan lancar.

1.3 Batasan Masalah

Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas ruang linkupnya, maka
peneliti membatasi penelitian ini pada :

a. Penelitian dilaksanakan pada UKM Mebel Putra Mandiri, object


penelitian hanya 1 produk yaitu kursi kayu

b. Metode yang digunakan adalah fungsi dari Aggregate dan Material


Requirement Planning (MRP) untuk dapat merencanakan kebutuhan
material sehingga tidak menggangu jalannya produksi
6

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :

a. Melakukan analisis pada perencanaan kebutuhan material pembuatan


kursi kayu pada UKM Mebel Putra Mandiri selama 3 bulan kedepan

b. Menentukan kebutuhan bersih beberapa komponen untuk membuat


kursi kayu

c. Memberikan usulan perbaikan terhadap perencanaan kebutuhan


material dengan menggunakan metode Aggregate dan Material
Requirement Planning pada UKM Mebel Putra Mandiri.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dipahami dan ditelusuri maka sistematikan penulisan


tugas akhir ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Berisikan uraian tentang latar belakang Tugas Akhir, rumusan masalah,


dasar pemikiran, batasan masalah, metodelogi penelitian dan sistematika
penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang teori-teori yang akan digunakan untuk membahas isi
dari laporan. dan diharapakan penulisan laporan ini tidak menyimpang dari
apa yang di bahas.
7

BAB III Metodologi Penelitian

Mengemukakan langkah – langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan


penelitian meliputi tahapan – tahapan penelitian dan penjelasan tiap
tahapan secara ringkas disertai diagram alir.

BAB IV pengumpulan dan Pengolahan data

Bab ini merupakan bab yang berisi tentang pengumpulan dan pengolahan
data yang penulis olah berdasarkan data yang telah diperoleh untuk
mengetahui bahan baku yang dibutuhkan.

BAB V Hasil dan Pembahasan

Bab ini merupakan bab yang berisi pembahasan/ulasan/pendapat penulis


terhadap topik/bidang yang diamati yaitu perencanaan kebutuhan material
dengan metode Aggregate dan MRP membahas suatu permasalahan atau
objek yang nantinya dapat diselesaikan dengan teori yang ada.

BAB VI Penutup Bab ini merupakan

bab yang berisi tentang rangkuman atau ringkasan dari hasil pengolahan
data serta saran-saran yang dapat berguna bagi perusahaan.

Daftar Pustaka

Lampiran
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Beberapa peneliti sebelumnya ada dalam literatur yang berfokus pada


masalah penentuan kebutuhan material dengan MRP (Material Requirement
Planning) yang telah dipublikasikan dan menjadi acuan penelitian. Penelitian
– penelitian tersebut memiliki sistem produksi, metodelogi dan tujuan
penelitian yang berbeda – beda.

Pada tabel 2.1 dapat dilihat ringkasan penelitian sebelumnya yang meneliti
tentang perencanaan dan pengendalian kebutuhan material.

Tabel 2.1 Tinjauan Pendahuluan


Metode yang Hasil/Kesimpulan
No Judul penelitian Peneliti digunakan
1 Analisis persediaan Tri Wahyuni, MRP dengan Suatu perusahaan perlu
material pada Arie perhitungan memperhatikan tentang
Pembangunan Wardhono lot size yang pengendalian dan
proyek my tower 2017 menggunakan perencanaan persediaan
hotel dan teknik lot for bahan baku untuk menjaga
apartement dengan lot, economic kelancaran produksi dan
Menggunakan Order meningkatkan kepuasan
metode material quantity, part konsumen. Metode yang
Requirement Period digunakan adalah Lot for
planning (MRP) Ballancing Lot salah satu metode MRP
yang mempunyai total
persediaan paling rendah.

8
9

2 Pengendalian Putut Ade MRP, Dari hasil perhitungan


persediaan bahan Irawan, Dynamic Lot dengan menggunakan model
baku dengan metode Achmad Sizing. Dynamic Lot Sizing,
material requretment Syaichu 2015 diperoleh bahan baku
planning (MRP) gypsum sebesar Rp
pada PT. Semen 2.441.767.132,- tanah liat
Indonesia sebesar Rp 4.391.873.999,-
(PERSERO), Tbk. pasir besi sebesar Rp
. 942628181 perusahaan
dapat menghasilkan total
biaya sebesar Rp
7.776.440.327,- dan
menghasilkan efisiensi
penghematan sebesar 10,25
% dibandingkan dengan
total biaya sebelumnya yaitu
sebesar Rp 8.664.631.430,-

3 Perencanaan Asvin Forecasting, Dari hasil penelitian yang


persediaan bahan Wahyuni, MRP, Lot telah dilakukan, dapat
baku dengan Achmad sizing, EOQ disimpulkan bahwa total
Menggunakan Syaichu 2015 biayapersediaan bahan baku
metode material tahun 2012 dengan
requitment planning menggunakan metode
(MRP) produk perusahaan yang digunakan
kacang shanghai sebelum penelitian adalah
pada perusahaan sebesar Rp 50.063.563.595,-
gangsar ngunut Setelah dilakukan penelitian
10

Tulungagung dengan menggunakan


metode Material
Requirement Planning
(MRP) mengalami
penurunan sebesar Rp
1.072.427.967,-
4 Implementasi Putri Sari Forecasting, Berdasarkan analisa data
material requirement Dewi Dana S. MRP, Lot For dan pembahasaan yang telah
planning (MRP) Saroso 2016 Lot, Fixed dilakukan dapat dinarik
pada perencanaan Order keseimpulan dengan
persediaan material Quantity menggunakan metode
panel listrik di Lot for Lort dan Fixed
PT.TIS Order Quantity, PT.TIS
Requitment sesuai menggunakan metode
planning) di PT.TIS Lot for Lot karena
total biaya persediaan lebih
efisien daripada
menggunakan metode Fixed
Order Quantity. Total biaya
persediaannya sebesar Rp
199.692.470,-.

Dari beberapa studi terdahulu di atas mempunyai perbedaan dengan


penelitian ini yaitu pada studi kasus dan metodenya . Dimana penilitian terdahulu
meneliti di tempat yang berbeda – beda dengan objek yang di teliti adalah panel
listrik, kacang shanghai, semen, dan pembangunan aperteman/hotel.

Sedangkan penilitian ini berfokus pada pembuatan mebel yaitu kursi kayu
yang jelas karakteristik, bahan, jumlah serta proses pembuatannya yang berbeda.
11

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Pengendalian persediaan
Dalam perusahaan persediaan menjadi asset terbesar yang harus
dikelola dengan tepat dan benar. Oleh karena itu persediaan harus dapat
dikendalikan oleh perusahaan sehingga dapat mendukung sebuah proses
produksi. Berdasarkan beberapa para ahli pengertian pengendalian
persediaan adalah sebagai berikut:
Menurut Rangkuti (2007) “Pengawasan persediaan merupakan salah
satu fungsi manajemen yang dapat dipecahkan dengan menerapakan metode
kuantitatif.” Teknik pengendalian persediaan merupakan tindakan yang
sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan
yang diharuskan, serta kapan saatnya mengadakan pemesanan kembali.
Menurut Heizer dan Render (2014) mengatakan semua organisasi
memiliki beberapa jenis sistem perencanaan dan sistem pengendalian
persediaan, karena pada hakekatnya perencanaan dan pengendalian
persediaan perlu diperhatikan. Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa
pengendalian persediaan merupakan hal yang perlu diperhatikan dimana
untuk menjaga keseimbangan antara besarnya persediaan dengan biaya yang
ditimbulkan dari persediaan.
Assauri (2004: 176) Assauri didalam bukunya menyatakan bahwa
pengendalian persediaan adalah salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-
kegiatan yang berurutan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi
perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu
baik waktu, jumlah, kuantitas maupun biayanya. Handoko
(1999: 333) Selanjutnya menurut Handoko didalam bukunya
menyatakan bahwa pengendalian adalah fungsi manajerial yang sangat
penting karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi
rupiah terbesar dalam persediaan aktiva lancar.
Berdasarkan berbagai pengertian menurut para ahli diatas mengenai
pengendalian persediaan (inventory control), maka dapat disimpulkan bahwa
pengendalian persediaan adalah suatu aktivitas guna menetapkan besaran
12

persediaan dengan melihat dan menyeimbangkan antara besaran persediaan


yang disimpan dengan biaya-biaya yang akan muncul.
Di samping itu untuk menetukan biaya dan tahapan dari produksi agar
lebih terlihat jelas di perlukan Bill Of Material (BOM) seperti di bawah ini :

Gambar 2.1 Bil Of Material (BOM)

2.2.2 Tujuan Pengendalian Persediaan

Menurut Ristono (2009) tujuan dilakukannya pengendalian


persediaan dinyatakan sebagai usaha perusahaan untuk:
1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen
dengan cepat (memuaskan konsumen).
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar
perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang
mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal ini dikarenakan:
a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi
langka sehingga sulit diperoleh.
b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang
dipesan.
3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan
penjualan dan laba perusahaan
13

2.2.3 Prinsip – Prinsip Pengendalian Persediaan


Menurut Hammer sistem dan teknik pengendalian persediaan harus
didasarkan pada prinsip-prinsip yang sesuai dengan sebagai berikut:

1. Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan tambahan


biaya pekerja serta overhead untuk mengolah bahan baku
menjadi barang jadi.
2. Persediaan berkurang melalui penjualan dan kerusakan.

3. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi


merupakan hal esensial bagi pembelian, penanganan, dan
investasi bahan baku yang efisien.
4. Kebijakan manajemen yang berupaya menciptakan
keseimbangan antara keragaman dan kuantitas persediaan bagi
operasi yang efisien dengan biaya pemilikan persediaan
tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam
menentukan investasi persediaan.
5. Pemesanan bahan baku merupakan tanggapan terhadap
perkiraan dan penyusunan rencana pengendalian produksi.

6. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian


atas persediaan.
7. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak. Hal
ini dilakukan manusia dengan berbagai pengalaman dan
pertimbangan. Aturan-aturan dan prosedur memberi jalan pada
para personel dalam membuat evaluasi dan mengambil
keputusan.
14

2.2.4 Fungsi dan tujuan Persediaan


Menurut Render dan Heizer (2005), terdapat empat
fungsi persediaan, yaitu sebagai berikut:
1. Mendecouple atau memisahkan beragam bagian proses
produksi. Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan
berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan tambahan
untuk mendecouple proses produksi dari para pemasok.
2. Mendecouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan
menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan
pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya
terjadi pada pedagang eceran.
3. Mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian
dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau
pengiriman barang.
4. Menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

Persediaan mempunyai peran besar dalam rangka mempermudah


atau memperlancar operasi perusahaan. Adapun tujuan pengelolaan
persediaan adalah sebagai berikut:
1. Menghilangkan risiko keterlambatan barang tiba.

2. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan.

3. Menjaga keberlangsungan produksi atau menjaga agar


perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang
mengakibatkan terhentinya proses produksi.
4. Memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada konsumen
dengan tersedianya barang yang diperlukan.
15

2.2.5 Jenis – jenis Persediaan

Menurut Render dan Heizer (2005), berdasarkan proses


manufakturnya persediaan dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
1. Persediaan bahan baku (raw material inventory). Adalah
persediaan yang dibeli tetapi tidak diproses. Persediaan ini
dapat digunakan untuk mendecouple (memisahkan) para
pemasok dari proses produksi.
2. Persediaan barang setengah jadi (working in process inventory).
Adalah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami
beberapa perubahan tetapi belum selesai. Adanya work in
process disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk
membuat sebuah produk (disebut siklus waktu). Mengurangi
siklus waktu berarti mengurangi persediaan.
3. Persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi (maintenance,
repair, operating, MRO). Pemeliharaan, perbaikan, operasi
digunakan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi
tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu
pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui.
4. Persediaan barang jadi (finished goods inventory). Adalah
produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang
jadi bisa saja disimpan karena permintaan pelanggan dimasa
depan tidak diketahui.
Sedangkan menurut Ristono (2009), berdasarkan tujuannya
persediaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman
adalah persediaan yag dilakukan untuk mengantisipasi unsur
ketidakpastian permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan
pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut,
maka akan terjadi kekurangan persediaan (stockout).
2. Persediaan antisipasi. Persediaan antisipasi disebut sebagai
stabilization stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk
16

menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat


diperkirakan sebelumnya.
3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock). Persediaan dalam
pengiriman disebut work-in process stock adalah persediaan
yang masih dalam pengiriman. Persediaan ini dibagi menjadi
dua kategori, yaitu: 1) Eksternal transit stock adalah persediaan
yang masih berada dalam transportasi. 2) Internal transit stock
adalah persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau
menunggu sebelum dipindahkan.

2.2.6 Biaya – biaya persediaan

Menurut Handoko (1999:336), dalam pembuatan setiap keputusan


yang akan mempengaruhi besarnya (jumlah) persediaan, biaya-biaya
variabel berikut ini harus dipertimbangkan :
1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying costs) Artinya
adalah biaya persediaan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi
secara langsung dengan kuantitas persediaan. Yang termasuk
biaya penyimpanan diantaranya adalah :
a. Biaya fasilitas (termasuk biaya penerangan, pendingin
ruangan)
b. Biaya asuransi persediaan
c. Biaya pajak persediaan
d. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan dan lain
sebagainya

2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau


procurement costs) Biaya-biaya ini termasuk didalam biaya
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pemrosesan pesanan dan ekspedisi


b. Biaya telepon
c. Pengeluaran surat menyurat
17

d. Biaya pengepakan dan penimbangan


e. Biaya pengiriman ke gudang dan lain sebagainya
3. Biaya penyiapan / manufacturing (setup cost) Hal ini terjadi
apabila bahanbahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri
(didalam pabrik) perusahaan, perusahaan tersebut menghadapi
biaya penyiapan (setup cost) untuk memproduksi komponen
tertentu. Adapun didalam biaya-biaya ini terdiri dari seperti
berikut:
a. Biaya mesin-mesin menganggur
b. Biaya penyiapan tenaga kerja langsung
c. Biaya penjadwalan
d. Biaya ekspedisi dan lain sebagainya
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs)
Maksudnya adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak
mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang
termasuk biaya kekurangan bahan adalah dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Kehilangan penjualan

b. Kehilangan pelanggan

c. Biaya pemesanan khusus

d. Biaya ekspedisi

e. Selisih harga

f. Terganggunya operasi

g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan lain


sebagainya.

Biaya kekurangan bahan sangat sulit untuk diukur dalam praktik, hal
tersebut terutama dikarenakan bahwa kenyataannya biaya ini sering
merupakan Opportunity Cost yang sulit diperkirakan secara objektif.
18

2.3 pengertian Manajemen Produksi

Manajemen produksi merupakan salah satu bagian di bidang


manajemen yang mempunyai peran dalam mengkoordinasikan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Untuk mengatur kegiatan ini, perlu di buat keputusan-
keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan
agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Dengan demikian, manajemen produksi menyangkut pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi
atau perusahaan. Pengertian Manajemen Produksi menurut beberapa ahli di
antaranya :

1. Manajemen produksi adalah serangkaian aktivitas yang


menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah input menjadi output (Heizer dan Render, 2011:4).
2. Manajemen produksi adalah suatu ilmu yang membahas secara
komprehensif bagaimana pihak manajemen produksi perusahaan
mempergunakan ilmu dan seni yang dimiliki dengan
mengarahkan dan mengatur orang-orang untuk mencapai suatu
hasil produksi yang diinginkan (Irham Fahmi, 2012:3).

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa manajemen


produksi memiliki hubungan erat dengan proses produksi yang memiliki
tujuan untuk menambah nilai guna barang maupun jasa yang dihasilkan.
Untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang baik yang sesuai
dengan standar yang ditentukan, maka perusahaan dituntut untuk lebih
meningkatkan proses produksinya.
19

2.3.1 Perencanaan

Perencanaan sebenarnya adalah suatu cara “rasional” untuk


mempersiapkan masa depan Becker (2000) dalam Rustiadi (2008 h.339).
Sedangkan menurut Alder (1999) dalam Rustiadi (2008 h.339) menyatakan
bahwa : “Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai
di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang
dibutuhkan untuk mencapainya. Sebagian kalangan berpendapat bahwa
perencanaan adalah suatu aktivitas yang dibatasi oleh lingkup waktu tertentu,
sehingga perencanaan, lebih jauh diartikan sebagai kegiatan terkoordinasi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam waktu tertentu. Artinya
perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa
yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Dengan demikian, proses perencanaan dilakukan dengan
menguji berbagai arah pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian
yang ada, mengukur kemampuan (kapasitas) kita untuk mencapainya
kemudian memilih arah-arah terbaik serta memilih langkah-langkah untuk
mencapainya.” Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal.
Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan
tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah
rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu
tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi,
artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu.
Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan
kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.

Selain aspek tersebut, perencanaan juga mempunyai manfaat bagi


perusahaan sebagai berikut:
1. Dengan adanya perencanaan, maka pelaksanaan kegiatan dapat
diusahakan dengan efektif dan efisien.
2. Dapat mengatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan tersebut,
dapat dicapai dan dapat dilakukan koreksi atas penyimpangan-
20

penyimpangan yang timbul seawal mungkin.


3. Dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul
dengan mengatasi hambatan dan ancaman.
4. Dapat menghindari adanya kegiatan petumbuhan dan perubahan
yang tidak terarah dan terkontrol.

2.3.2 Pengendalian
Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen.
Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan
dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun
tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian merupakan salah satu tugas dari
manager. Pengendalian (kontrol) adalah salah satu fungsi manajerial seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staff, dan mengarahkan.
Mengendalikan merupakan fungsi penting karena membantu untuk
memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga
meminimalkan penyimpangan dari standar dan mengatakan bahwa tujuan
organisasi telah tercapai dengan cara yang baik. Menurut konsep modern
kontrol adalah tindakan meramalkan sedangkan konsep awal pengendalian
hanya digunakan ketika kesalahan terdeteksi. Kontrol dalam manajemen
berarti menetapkan standar, mengukur kinerja aktual dan mengambil
tindakan korektif.

2.3.3 Pengendalian Produksi


Dalam perusahaan semua kegiatan perlu adanya pengendalian.
Pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang mengadakan
penilaian bila perlu mengadakan koreksi, sehingga apa yang dilakukan
bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapainya
tujuan yang sudah digariskan semula. Sebelum membahas mengenai
pengendalian proses produksi, terlebih dahulu akan dibahas arti dari
pengendalian yaitu :
“Pengendalian adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan
21

untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan apa yang
ditetapkan “ (T. Hani Handoko, 2001: 234).
Sedangkan yang dimaksud dengan proses produksi adalah kegiatan
dalam suatu perusahaan yang di arahkan untuk menjamin kontinuitas dan
aktifitas untuk menyelesaikan produk sesuai dengan bentuk dan waktu yang
diinginkan dalam batasbatas yang direncanakan. Dengan adanya
pengendalian dalam pelaksanaan produksi dari perusahaan dapat
membuahkan hasil yang baik.
Arti Penting Pengendalian Proses Produksi. Proses produksi
merupakan suatu bentuk kegiatan yang paling penting dalam pelaksanaan
produksi disuatu perusahaan. Hal ini karena proses produksi merupakan
cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan penambahan faedah atau
penciptaan faedah tersebut dilaksanakan. Kelancaran proses produksi sangat
dipengaruhi sistem produksi yang telah dipersiapkan sebelum perusahaan
melaksanakan proses produksi. Selain itu demi kelancaran proses produksi
diperlukan pula pengendalian proses produksi yang akan mengendalikan
seluruh komponen penting dalam suatu perusahaan. Sistem pengendalian
proses produksi Sesuai dengan kegiatan dalam suatu perusahaan maka
perusahaan harus diarahkan untuk menjamin kontinuitas dan aktivitas
kegiatan untuk menyelesaikan produk sesuai dengan bentuk dan waktu yang
diinginkan dalam batas-batas yang direncanakan. Untuk memperlancar
kegiatan produksi dibutuhkan pengendalian proses produksi, yaitu :
1. Pengendalian proses produksi Agar proses produksi dapat
berjalan dengan baik dan lancar diperlukan pengendalian yang
baik. Pengendalian proses produksi meliputi kapan produksi
dimulai dan kapan produksi diakhiri sehingga harus
direncanakan.
2. Pengendalian bahan baku Bahan baku merupakan masalah yang
cukup dominan dibidang produksi. Perusahaan menghendaki
jumlah persediaan yang cukup agar jalannya produksi tidak
terganngu, maka dengan adanya pengendalian bahan baku
22

diharapkan kegiatan produksi dapat berjalan lancar serta dapat


menentukanstandart bahan baku yang baik, mengenai apa yang
harus dipesan, berapa banyaknya pesanannya da kapan
pemesanan dilakukan.
3. Pengendalian tenaga kerja Pengendalian tenaga kerja merupakan
salah satu unsur yang penting di dalam pengendalian produksi.
Berhasil tidaknya suatu proses produksi akan tergantung kepada
kemampuan kerja dan kesungguhan kerja dari para karyawan
perusahaan. Sehingga pengelolaan tenaga kerja atau sumber daya
manusia merupakan bidang keputusan yang penting dalam
hubungannya dengan kuantitas dan kualitas produk.

4. Pengendalian biaya produksi dan perbaikan Para pengawas


bagian produksi setiap saat harus melakukan pengawasan serta
membuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan
keseimbangan antara pekerja, bahan baku dan biaya serta
tindakan perbaikan.
5. Pengendalian kualitas Ada beberapa pengertian pengendalian
kualitas menurut para ahli, yaitu :
Pengendalian kualitas adalah aktivitas untuk menjaga dan
mengarahkan agar kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan
sebagaimana yang telah direncanakan” (Agus Ahyari, 2002: 57).
“Pengendalian kualitas merupakan suatu kebutuhan bagi perusahaan yang
menginginkan adanya kemajuan dalam perusahaan dengan standart yang
ada” (Pangestu Subagyo, 2000: 214). “Pengendalian kualitas merupakan
alat bagi manajemen untuk memperbaiki produk bila diperlukan,
mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah barang
yang rusak” (Sukanto Reksohadiprodjo dan Indriyo Gitosudarmo, 2000: 31
) Hal yang bisa dilakukan sejak bahan baku, barang dalam proses, maupun
sampai barang jadi. Sehingga dapat diambil langkah - langkah untuk
menentukan tindakan apa yang harus diambil di dalam proses produksi serta
usaha untuk memelihara dan mempertahankan mutu yang telah ditetapkan.
23

2.3.4 Fungsi pengendalian proses produksi


Fungsi pengendalian proses produksi adalah perencanaan,
penentuan urutan kerja, penentuan waktu kerja, pemberian perintah kerja,
dan tindal lanjut dalam pelaksanaan” (Agus Ahyari 2002: 53) Macam-
macam dari fungsi pengendalian proses produksi
1. Perencanaan produksi Untuk merencanakan tentang apa dan
berapa produk yang akan diproduksi oleh perusahaan yang
bersangkutan dalam suatu periode yang akan datang. Hal yang
perlu dipertimbangkan dalam penyusunan produksi adalah
adanya optimalisasi produk sehingga akan dapat dicapai tingkat
biaya yang paling rendah untuk pelaksanaan suatu proses
produksi itu sendiri.
2. Penentuan urutan kerja Suatu fungsi yang menetukan urutan
suatu proses produksi yang akan dilaksanakan oleh perusahaan.
Sehingga perusahaan dapat menetukan urutan kegiatan kerja yang
logis, sistematis, dan ekonomis melalui urutan mana bahan baku
yang dipersiapkan untuk diproses menjadi produk akhir atau
barang jadi.
3. Penentuan waktu kerja Suatu fungsi yang mentukan waktu kerja
kapan pekerjaan proses produksi akan dilaksanakan. Penentuan
waktu kerja yang tepat dan jelas akan dapat membantu
tercapainya tingkat produktivitas kerja yang tinggi dalam
perusahaan.
4. Pemberian perintah kerja Yang memiliki fungsi untuk
menyampaikan perintah kepada bagian pengelolaan yang akan
dilakukan sesuai dengan urutan pekerjaan yang telah ditentukan.
Pemberian perintah kerja merupakan awal dari pelaksanaan suatu
pekerjaan untuk menyelesaikan produk yang ada dalam
perusahaan.
5. Tindak lanjut dalam pelaksanaan proses produksi Fungsi yang
menindaklanjuti dalam kegiatan proses produksi. Sebab
24

walaupun urutan kerja dan waktu kerja sudah disusun dengan


baik, kemudian diberikan perintah untuk memulai suatu
pekerjaan, bukan berarti semua proses produksi dapat berjalan
dengan yang diharapkan. Bisa saja terjadi penyimpangan-
penyimpangan proses produksi sehingga masih perlu adanya
tindak lanjut dalam proses produksi. Diharapkan dengan adanya
tindak lanjut ini penyimpangan-penyimpangan proses produksi,
keterlambatan dan berbagai macam hal yang mengganggu
kelancaran dalam proses produksi sehingga sebisa mungkin akan
dapat diatasi ataupun dihindari.

2.3.5 perencanaan Produksi


Secara umum perencanaan dan pengendalian produksi dapat
diartikan sebagai aktifitas merencanakan dan mengendalikan material
masuk, proses, dan keluar dari sistem produksi sehingga permintaan pasar
dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat dan
biaya produksi yang minimum.
Sedangkan jika kita definisikan secara terpisah akan mencakup dua
aktifitas yakni :
Perencanaan Produksi merupakan aktifitas untuk menetapkan
produk yang akan diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk
tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan.
Pengendalian Produksi merupakan aktifitas yang menetapkan
kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana,
kemampuan produksi berjalan sesuai rencana dan melakukan perbaikan
rencana.
Adapun tujuan perencanaan dan pengendalian produksi adalah:
1. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara
efektif dan efisien.
2. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal
seoptimal mungkin.
25

3. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang


luas.
4. Untuk memperoleh keuntungan yang cukup bagi
perusahaan.
5. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam
jumlah produk sebagai fungsi dari waktu
6. Memonitor permintan yang aktual, membandingkannya
dengan ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan
revisi atas ramalan tersebut jika terjadi penyimpangan.
7. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas
bahan baku yang akan dibeli.
8. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis

9. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan


pada saat tertentu.
10. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan
rencana persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi
pada saat yang ditentukan.
11. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan
mesin dan tenaga kerja yang terperinci.

2.4 Aggregate Planning


Pengertian Aggregate Planning
Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk
menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan
datang. AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara
supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan
jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana
keputusan AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan back order
level.
26

Perencanaan agregat menurut Schorder (1989,p.323) adalah


pengimbangan antara pasokan (suplai) dan permintaan akan keluaran (output)
di dalam jangka waktu menengah, sampai dengan lebih kurang 12 bulan ke
depan.
Schroeder.1989 Perencanaan agregat adalah jangka menengah untuk
jangka waktu dua tahun ke depan digunakan dalam semua kerangka kerja
rencana jangka panjang. Seberapa jauh periode ke depan akan menunjukkan
jenis usaha bisnis yang dilakukan dan karakter pasarnya. Untuk beberapa
perusahaan, periode perencanaan agregat tidak akan lebih dari enam bulan
kedepan.
Terry Hill (2000.p,89) Hill.2000 Perencanaan Agregat (agregat
planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat adalah Suatu
pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk
menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya
antara 3 hingga 18 bulan ke depan).
Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik
untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai
produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat
subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Keputusan
Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang
mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang
fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana
jangka menengah.

2.4.1 Ruang Lingkup Aggregate Planning


Pada dasarnya perencanaan produksi aggregat merupakan suatu proses
penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna
memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan
dengan tujuan untuk meminimalkan biaya produksi.
Perencanaan dititik beratkan pada kuantitas dan waktu pemenuhan
permintaan. Jika total permintaan selama periode perencanaan berbeda
27

dengan kapasitas yang tersedia, maka ada dua alternatif pendekatan yang
umum yang dapat dilakukan oleh seorang perencana, yaitu :
1. Menambah permintaan jika permintaan lebih kecil daripada
kapasitas.
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut
a. Perubahan harga atau penetapan harga
b. Iklan dan promosi
c. Back order Fluktuasi permintaan
2. Mengubah ketersediaan kapasitas (suplai) yang terdiri dari
a. Pengangkatan dan pemberhentian tenaga kerja
b. Overtime (kerja lembur)
c. Tenaga kerja paruh waktu
d. Inventory
e. Sub kontrak
f. Mengadakan perjanjian kerjasama

2.4.2 Fungsi perencanaan Aggregate


Beberapa fungsi dari perencanaan aggregate yaitu :
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi
konsisten terhadap rencana strategi perusahaan
2. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi

3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap


rencana produksi

4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana


produksi dan membuat penyesuaian
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target
dan membuat penyesuaian
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk
produksi.
28

2.4.3 Input dan Tujuan perencanaan Aggregate


1. Input Perencanaan Aggregat

Informasi yang diperlikan untuk membuat perencanaan


aggregate yang effektif adalah :
a. Sumberdaya yang tersedia sepanjang periode
rencana produksi harus diketahui
b. Data permintaan yang berasal dari peramalan dan
pesanan harus tersedia
c. Memasukan kebijakan perusahaan yang berkenaan
dengan perencanaan aggregate, misalnya
perubahan tingkat tenaga kerja dan penentuan
kebutuhan sumberdaya

2. Tujuan perencanaan Aggregate


a. Mengembangkan perencanaan produksi yang
fesibel pada tingkat menyeluruh yang akan
mencapai keseimbangan antara permintaan dan
suplai dengan memperhatikan biaya minimal dari
rencana produksi yang dibuat, walaupun biaya
bukan satu – satunya bahan pertimbangan.
b. Sebagai masukan perencanaan sumberdaya
sehingga perencanaan sumberdaya dapat
dikembangkan untuk mendukung perencanaan
produksi.
c. Meredam produksi dan tenaga kerja terhadap
fluktuasi permintaan
29

2.4.4 Biaya Perencanaan Aggregate


Sebagian besar metode perencanaan Aggregate menentukan suatu
rencana yang meminimumkan biaya. Metode – metode ini mengasumsikan
bahwa permintaan adalah tetap, karena strategi untuk memodifikasi
permintaan tidak dipertimbangkan. Jika dan pasokan atau sumberdaya
dimodifikasi serempak, maka cara ini akan lebih tepat untuk
meminimumkan biaya.

Jika permintaan ini diketahui, maka biaya – biaya berikut harus


dipertimbangkan.

1. Biaya mempkerjakan dan pemecatan


2. Biaya lembur dan mengangur
3. Biaya penyimpanan sediaan
4. Biaya subkontrak
5. Biaya tenaga kerja paro waktu
6. Biaya kehabisan persediaan atau pemesanan ulang

2.4.5 Strategi dan Teknik Perencanaan Aggregate


1. Strategi Perencanaan Produksi
Banyak perencanaan strategi Aggregate yang tersedia.
Strategi – strategi tersebut meliputi pengaturan inventori, tingkat
produksi kebutuhan tenaga kerja, kapasitas dan variabel – variabel
lainnya.

2. Strategi Murni

Strategi murni adalah strategi dengan melakukan perubahan


pada salah satu faktor diatas yang meliputi :

a. Mengendalikan jumlah persediaan


b. Mengendalikan jumlah tenaga kerja
c. Sub kontrak
30

3. Strategi Campuran

Strategi ini merupakan penggunaan dua atau lebih strategi


murni untuk menghasilkan perencanaan produksi yang layak.
Metode – metode ini antara lain :

a. Level Work Force


Pada metode ini harus dihitung banyaknya tenaga kerja
yang dibutuhkan berdasarkan permintaan dan Inventori yang
ada. Tenaga kerja yang ada dapat memenuhi kebutuhan
permintaan total selama satu tahun. Diasumsikan tidak adanya
Overtime atau kelebihan waktu kerja.
b.Level Work Plus Overtime
Pada metode ini lebih komplek dibandingkan metode
sebelumya, karena ada Overtime keseluruhan prosedfur
perhitungan yang dilakukan sama denga metode level Work
Force.

c. Chase Strategi
Pada metode ini terdapat kebutuhan tenaga kerja yang
bervariasi setiap bulannya berdasarkan permintaan yang harus
dipenuhi. Hal ini dilakukan dengan adanya penarikan dan
pemberhentian tenaga kerja.
d. Linear Progaming
Metode ini dapat digunakan untuk produksi dengan dua
produk atau lebih karena tidak mungkin diselesaikan dengan
metode sebelumnya. Prosedur perhitungan yang dilakukan
melaui metode simplek.
31

2.5 Material Requirement Planning (MRP)


Pengertian Material Requirement Planning (MRP)
Menurut Orlicky (2004). Material Requirement Planning (MRP)
merupakan suatu teknik atau prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal
Induk Produksi (JIP) dari barang jadi atau end item menjadi kebutuhan bersih
untuk beberapa komponen yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan
JIP. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari kebutuhan material
untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan material
tersebut dijadwalkan. Menurut Yamit (2001), Material Requirement
Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu alat atau set prosedur yang
sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian
kebutuhan bahan terhadap komponenkomponen permintaan yang saling
bergantungan (dependent demand items). Permintaan dependent adalah
komponen barang akhir seperti bahan mentah, komponen suku cadang dan
subperakitan dimana jumlah persedian yang dibutuhkan tergantung
(dependent) terhadap jumlah permintaan item barang akhir.
Menurut Daft (2006), MRP adalah sistem pengendalian dan
perencanaan persediaan yang bergantung pada permintaan yang
menjadwalkan jumlah yang tepat dari semua material yang dibutuhkan untuk
mendukung produk akhir yang diinginkan. Dalam menentukan Master
Production Scheduled diperlukan informasi mengenai jumlah yang akan
diproduksi untuk beberapa waktu mendatang melalui perencanaan produksi
yang ditetapkan berdasarkan peramalan produk atau pesanan dari konsumen
dengan mempertimbangkan kapasitas produksi perusahaan. Selain MPS,
metode MRP juga memerlukan data persediaan baik barang jadi maupun
komponen dan daftar komponen (Bill of Material) dari suatu produk yang
akan diproduksi. Dalam sistem MRP, terdapat tahapan penentuan ukuran
pemesanan (lot sizing).Model lot sizing yang sesuai untuk digunakan dapat
diketahui berdasarkan statis atau dinamisnya suatu data permintaan.Apabila
data permintaan bersifat dinamis maka menggunakan model lor sizing
32

dinamis dan apabila data permintaan bersifat statis maka digunakan model lot
sizing statis (Ullah dan Sultana, 2010).

2.5.1 Tujuan MRP


Hasil penelitian I Nyoman Yuda, (2003). Secara umum, sistem MRP
dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
a. Meminimalkan persediaan.
MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu
komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk
produksi (master production schedule). Dengan
menggunakan metode ini, pengadaan (pembelian) atas
komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi
dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga
dapat menimalkan biaya persedian
b. Mengurangi resiko keterlambatan produksi atau pengiriman.
MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen
yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan
memperhatikan waktu tenggang produksi maupun
pengadaan/pembelian komponen, sehingga memperkecil
resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang
mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
c. Komitmen yang realistis.
Dengan menggunakan MRP, jadwal produksi diharapkan
dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen
terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih realistis.
Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan
kepercayaan konsumen.

d. Meningkatkan efisiensi.
MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah
persediaan, waktu persediaan, waktu produksi, dan waktu
pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai
33

dengan jadwal induk produksi.


e. Melakukan pelaksanaan rencana pemesanan. Memberikan
sindikasi kapan pemesanan atau pembatalan pesanan
harus dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat
pembelian atau dibuat dipabrik sendiri.
f. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu
jadwal yang telah direncanakan
Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang
dijadwalkan pada waktu yang diinginkan maka sistem MRP dapan
memberikan indikasi untuk melakukan penjadwalan ulang dengan
menentukan pesanan – pesanan realistik.
Dari penjelasan di atas bisa di lihat pada gambar di bawah ini tujuan MRP

Gambar 2. 2 Fungsi MRP sebagai timbangan

2.5.2 Input MRP


Terdapat 4 masukan untuk MRP yaitu (Hendra,2006)
a. Master production schedule (MPS)
MPS merupakan penjadwalan secara detail berapa banyak produk
akhir yang akan diproduksi dalam periode waktu tertentu. Hal ini
berdasar atas permintaan pelanggan atau ramalan permintaan (demand
forcesting). Dalam prosesnya harus diperhatikan batasan – batasan
34

kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan (meliputi kapasitas mesin dan


tenaga kerja, kapasitas penyimpanan maupun keterbatasan modal
kerja). MPS akan memecah perencanaan kebutuhan kuantitas
produksi menjadi jadwal produk secara Khusus, jadi jumlah total
dalam MPS harus sesuai dengan perencanaan produksi. Selain itu
jumlah produksi harus dialokasikan secara efisien sepanjang waktu,
harus diperhatikan ukuran lot untuk tiap jenis produk dengan
mempertimbangkan faktor – faktor ekonomi seperti biaya setup, dan
biaya pemindahan persediaan (inventory carrying cost). Tahapan
dalam pembuatan MPS
1. Identifikasikan sumber permintaan dan jumlahnya sehingga dapat
diketahui besarnya permintaan produk akhir setiap periodenya.
2. Menentukan besarnya kapasitas produksi dan kecepatan operasi
yang diperlukan untuk memenuhi permintaan yang telah
diidentifikasikan.
3. Menyusun rencana rinci dari setiap produk akhir yang akan dibuat
sehingga akan didapat rencana produksi setiap produk akhir yang
dibuat dan periode waktu pembuatannya.
4. Menentukan panjang horizon waktu perencanaan yaitu banyaknya
periode waktu dalam penjadwalan.
35

Teknik Penyusunan MPS


MPS akan memecah perencanaan kebutuhan kuantitas produksi
menjadi jadwal produk secara Khusus, jadi jumlah total dalam MPS harus
sesuai dengan perencanaan produksi. Di bawah ini adalah tabel informasi
untuk MPS :

Tabel 2. 2 Bentuk Umum dari Master Production Schedule

MASTER PRODUCTION SCHEDULE (MPS)

Lot Size : Demand Time Fence:


Safty Stock : Planning Time Fence:
Lead Time: Time Periods (Weeks)
On Hand : 1 2 3 4 5 6
Sales Plan (Sales Forecast)
Actual Orders
Projected Available Balances (PAB)
Avaliable To Promise (ATP)
Cumulative ATP
MPS

Berikut ini akan dikemukakan penjelasan singkat berkaitan dengan


informasi yang ada dalam MPS seperti tampak dalam di atas.
• Lead Time adalah waktu (banyaknya periode) yang dibutuhkan untuk
memproduksi atau membeli suatu item.
• On Hand adalah posisi inventori awal yang secara fisik tersedia dalam
stok, yang merupakan kuantitas dari item yang ada dalam stok.
• Lot Size adalah kuantitas dari item yang biasanya dipesan dari pabrik
atau pemasok. Sering disebut juga sebagai kuantitas pesanan (order
quantity) atau ukuran batch (batch size).
• Safty Stock tambahan dari item yang direncanakan untuk berada dalam
inventori yang dijadikan sebagai stok pengamanan guna mengatasi
fluktuasi dalam ramalan penjualan, pesanan-pesanan pelanggan dalam
waktu singkat (short-team customer orders), penyerahan item untuk
pengisian kembali inventori, dan lain-lain.
36

• Demand Time Fense (DTF) adalah periode mendatang dari MPS


dimana dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap MPS tidak
diijinkan atau tidak diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya
yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.
• Planning Time Fense (PTF) adalah periode mendatang dari MPS
dimana dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap MPS dievaluasi
guna mencegah ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal yang akan
menimbulkan kerugian dalam biaya.
• Time Periods For Display adalah banyaknya periode waktu yang
ditampilkan dalam format MPS.
• Sales Plan (Sales Forecast) merupakan rencana penjualan atau
peramalan penjualan untuk item yang dijadwalkan itu. Sales forecast atau
sales plan bersifat tidak pasti (uncertain).
• Actual Orders merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat
pasti (certain).
• Projected Available Balance (PAB) merupakan proyeksi on-hand
inventory dari waktu ke waktu selama horizon perencanaan MPS, yang
menunjukkan status inventori yang diproyeksikan pada akhir dari setiap
periode waktu dalam horizon perencanaan MPS.
• Available-To-Promise (ATP) merupakan informasi yang sangat berguna
bagi departemen pemasaran untuk mampu memberikan jawaban yang
tepat terhadap pertanyaan pelanggan tentang : “ Kapan Anda
mengirimkan item yang telah dipesan itu?”. Nnilai ATP memberikan
informasi tentang berapa banyak item atau produk tertentu yang
dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan,
sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat
untuk memberikan informsi tentang cumulative ATP pada periode waktu
tertentu.
• Master Production Schedule (MPS) merupakan jadwal produksi atau
manufakturing yang diantisipasi (anticipated manufacturing schedule)
untuk item tertentu.
37

b. Bill Of Material (BOM)


BOM merupakan daftar dari semua material, parts, subassembles serta
kuantitas yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk jadi atau satu unit
parent assembly. BOM tidak hanya merinci kebutuhan tetapi juga
bermanfaat untuk menentukan biaya dan dapat dijadikan daftar jenis barang
yang akan dikeluarkan kebagian produksi. Struktur BOM tidak hanya berisi
komposisi komponen, hubungan antara parent – component dan jumlah
penggunaanya tetapi juga merumuskan urut – urutan operasi yang harus
dilakukan untuk membuat membuat produk jadi. BOM juga sering disebut
dengan product structure tree. Teknik yang digunakan untuk merinci daftar
kebutuhan material dan mendefinisikan sebuah produk adalah dengan cara
memberikan struktur produk karena daftar kebutuhan material tidak hanya
merinci kebutuhan tetapi juga bermanfaat untuk menentukan biaya dan
dapat menjadi daftar jenis barang yang akan dikeluarkan ke bagian produksi.
Ada beberapa metode dalam merinci kebutuhan material karena bergantung
dari tingkat kebutuhan dan keakurasian dari masing – masing teknik
tersebut. Beberapa teknik perencanaan material seperti :
1. Daftar modular
Daftar kebutuhan bahan dapat diatur disekitar modul produk, karena
modul bukanlah produk akhir yang dijual, tetapi merupakan komponen
yang bisa diproduksi dan dirakit kedalam unit. Modul – modul ini
sering menjadi komponen utama dari produk akhir atau pilihan produk.
Jadi daftar modular merupakan daftar kebutuhan bahan yang diatur
berdasarkan sub rakitan utama atau pilihan produk.
2. Daftar perencanaan dan daftar sementara
Daftar perencanaan merupakan sebuah pengelompokan material
yang dibuat untuk menetapkan induk tiruan pada daftar kebutuhan
material, jadi daftar kebutuhan bahan sementara adalah daftar kebutuhan
bahan untuk komponen, biasanya berupa rakitan yang bersifat
sementara dan tidak pernah disimpan pada persediaan.
38

3. Pengkodean tingkat rendah


Pengkodean tingkat rendah dari sebuah barang dalam BOM diperlukan
ketika terdapat jenis barang serupa pada berbagai tingktan dalam BOM.
Pengkodean tingkat rendah adalah sebuah teknik pengaturan dengan
cara identifikasi barang pada tingkat terendah. Karena pengkodean
tingkat terendah memastikan bahwa sebuah barang selalu berada pada
tingkat terendah penggunaan.
Di bawah ini contoh dari gambar pengkodean tingkat rendah agar
pengelompokan part number bisa memudahkan dalam perhitungan :

Gambar 2.3 skema bill of material

c. Inventory data
Data persediaan yang tersedia ini diperlukan untuk mengetahui berapa
banyak material yang tersedia dan terpakai sebagai pertimbangan untuk
menerapkan MRP. Dasar dari data persediaan agar selalu up – to – date
adalah dari transaksi persediaan. Sedangkan transaksi persediaan bisa
berupa penerbitan order baru pembatalan pemesanan, perbaikan kesalahan
persediaan, pengambilan barang, pembatalan pengiriman dan lain – lain.
39

d. Lead time
Status persediaan ini harus diketahui untuk setiap item yang
diperbarui, setip ada perubahan untuk menghindari kekeliruan dalam
perencanaan.

Gambar 2. 4 Input MRP

2.5.3 Proses MRP

Sistem MRP memiliki 4 langkah utama yang harus diterapkan satu


per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Langkah – langkah
dasar dalam penyusunan MRP adalah sebagai berikut (Nasution, 2003)

b. Netting (kebutuhan bersih) merupakan proses perhitungan untuk


menetapkan jumah kebutuhan bersih untuk setiap periode selama
horison perencanaan yang besarnya merupakan selisih antara
kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan (yang ada dalam
persediaan dan yang sedang dipesan).

c. Lotting merupakan penentuan ukuran lot (jumlah pesanan) yang


menjamin bahwa semua kebutuhan-kebutuhan akan dipenuhi,
pesanan akan dijadwalkan untuk penyelesaian pada awal periode
dimana ada kebutuhan bersih yang positif.
40

d. Offsetting (rencana pemesanan) merupakan salah satu langkah


pada MRP untuk menentukan saat yang tepat untuk rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana
pemesanan didapat dengan cara menggabungkan saat awal
tersedianya ukuran lot (lot size) yang diinginkan dengan besarnya
waktu ancangancang. Waktu ancang-ancang ini sama dengan
besarnya waktu saat barang mulai dipesan atau diproduksi sampai
barang tersebut siap untuk dipakai.

e. Exploding merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk


tingkat (level) yang lebih bawah dalam suatu struktur produk serta
didasarkan atas rencana pemesanan.

2.5.4 perhitungan MRP

Tabel 2. 3 Tabel Material Requirement Planning (MRP)


MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP)

Lot Size :
Safty Stock :
Lead Time: Time Periods (Weeks)
On Hand : 1 2 3 4 5
Gross Requirements
Scheduled Receipts
Projected On-Hand
Projected Available
Net Requirements
Planned Order Receipts
Planned Order Release

a. Lead Time
Merupakan jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP
menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan siap
digunakan
b. On hand
41

Merupakan inventori awal yang menunjukan kuantitas dari


item secara fisik ada dalam gudang
c. Lot Size
Merupakan kuantitas pesanan (order Quantity) dari item.
Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk menentukan
ukuran lot yang diantaranya adalah LFL ( jumlah pemesanan
sesuai permintaan), FOQ (jumlah pemesanan tetap, POQ (jumlah
pesanan sesuai periode).
d. Gross Requirement
Merupakan permintaan kotor dari suatu item yang didapat
dari perencanaan produksi
e. Schedule Receipts
Jadwal kedatangan barang yang dipesan pada periode t
f. Projected on hand
Merupakan catatan jumlah barang yang ada pada periode
awal yang didapat dari catatan persediaan
g. Net Requirement
Merupakan kebutuhan bersih yang dibutuhkan pada periode
t secara sistematis perhitungan kebutuhan bersih dirumuskan
sebagai berikut :

N (t) = G (t) – S (t) – H (t-1);


Jika N(t) < 0 maka N(t) = 0
Dimana :

N(t) = kebutuhan bersih pada periode waktu t


G (t) = kebutuhan kotor pada periode t
S (t) = scedul penerimaan pada periode waktu t
H (t-1) = persediaan yang tersedia pada periode sebelumnya
atau t – 1
42

h. Planned Order Receipts


Planned Order Receipts merupakan kuantitas pesanan
pengisian kembali (pesanan pembelian) yang telah direncanakan
oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu guna memenuhi
kebutuhan bersih (net requirements). Nilai pada planned order
receipts selalu sama dengan nilai pada net requirements.

i. Planned Order Release


Planned Order Release merupakan kuantitas planned order
yang ditempatkan atau dikeluarkan dalam periode tertentu agar
item yang dipesan itu akan tersedia pada saat dibutuhkan.
Planned order release selalu memiliki kuantitas yang sama
dengan planned order receipts, tetapi ditetapkan mundur ke
belakang dengan menggunakan panjang waktu tunggu (lead time)

2.4.5 Output MRP


Hendra (2009) menyatakan bahwa keluaran rencana kebutuhan
bahan ialah informasi yang dapat digunakan untuk melakukan pengendalian
produksi. Keluaran pertama berupa rencana pemesanan yang disusun
berdasarkan waktu ancang dari setiap komponen/item. Dengan adanya
rencana pemesanan maka kebutuhan bahan pada tingkat terendah dapat
diketahui. Selai itu proyeksi kebutuhan kapasitas juga akan diketahui, yang
selanjutnya akan memberikan revisi atas perencanan kapasitas yang
dilakukan pada tahap sebelumnya. Keluaran kebutuhan bahan lainnya
adalah :
1. Memberikan catatan pesanan penjadwalan yang harus dilakukan
atau direncanakan baik dari pabrik maupun dari supplier
2. Memberikan indukasi untuk penjadwalan ulang
3. Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan
43

4. Memberikan indikasi keadaan persediaan


MRP bukan hanya menyangkut manajemen material dan persediaan
saja, tetapi juga mempengaruhi aktivitas perencanan dan pengendalian
produksi sehari – hari diperusahaan. Catatan persediaan MRP menunjukan
unsur – unsur penting dalam perencanaan yang muncul dalam laporan atau
tabel MRP.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi
tahapan – tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses
penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang menentukan tahapan
selanjutnya sehingga harus dilalui.

3.1 Objek dan tempat Penelitian


Objek yang digunakan ialah data historis pencatatan hasil produksi,
penjualan inventori dan bahan baku UKM. Mebel Putra Mandiri

3.2 Metode Pengumpulan Data


Dalam metodologi penelitian akan diuraikan secara rinci kegiatan
yang akan dilakukan selama penelitian. Adapun tahapannya yaitu:
1. Identifikasi masalah
Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian masalah yang
terjadi di tempat penelitian. Dari berbagai masalah dilakukan
perumusan masalah untuk memudahkan pemecahan masalah.
Setelah masalah dirumuskan, maka ditentukan manfaat dan tujuan
penelitian yang akan menjadi dasar acuan dalam melakukan
penelitian.
2. Studi kepustakaan
Adalah suatu metode penelitian untuk mendapatkan teori yang
dibutuhkan dengan cara membaca buku-buku, jurnal, hasil
penelitian sebelumnya, serta bahan-bahan lain yang dapat
menunjang penyelesaian masalah yang akan diteliti.
3. Pengumpulan data dan observasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam melaksanakan
penelitian ini adalah :
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan
penelitian secara langsung dilapangan. Pengumpulan data

44
45

primer ini dilakukan dengan jalan mengamati secara


langsung di UKM dan meminta keterangan serta
mewawancarai karyawan yang terlibat langsung secara
operasinal. Data yang diperoleh antara lain adalah data
mengenai persediaan bahan baku, data produksi, data
permintaan dan lain lain.
b. Data sekunder merupakan data yang tidak langsung diamati
oleh peneliti. Data ini merupakan dokumentasi perusahaan,
hasil penelitian yang sudah ada dan data lainnya.
c. Data yang dikumpulkan nantinya digunakan dalam
pengolahan data, data yang dikumpulkan antara lain:
1) Data produksi
Data produksi merupakan data yang didapat dari hasil
produksi kursi kayu selama 3 bulan.
2) Data permintaan
merupakan data yang didapat dari hasil pemesanan
kursi kayu selama 3 bulan.
3) Data kebutuhan bahan baku
Bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi
kursi kayu selama 3 bulan.
4) Data persedian bahan baku
Bahan baku yang tersedia di gudang untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku.
46

3.3 Pengolahan dan Analisis Data


Data yang dikumpulkan, kemudian diolah agar dapat digunakan dalam
penelitian. Tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Perhitungan Aggregate Planning
Merupakan suatu proses penetapan tingkat kapasitas produksi secara
keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari
hasil pemesanan dengan tujuan untuk meminimalkan biaya
produksi. Dari hasil pengolahan Aggregate Planning dengan biaya
produksi terendah digunakan untuk membuat MPS.
2. Perhitungan Master Produktion Schedule (MPS)
Merupakan penjadwalan secara detail berapa banyak produk akhir
yang akan diproduksi dalam waktu tertentu. MPS di hitung
berdasarkan Aggregate Planing dengan biaya produksi terendah.
3. Perhitungan Material Requirement Planning (MRP)
Merupakan perhitungan untuk menentukan berapa bahan baku yang
di butuhkan untuk membuat produk kursi kayu selama 3 bulan.

3.4 Analisis Pemecahan Masalah


Menganalisis hasil pengolahan data untuk mengetahui berapa banyak
bahan baku yang digunakan untuk membuat Kursi kayu selama 3 bulan dan
untuk memperoleh penyelesaian dari masalah yang ada antara lain :
1. Analisis Aggregate Planning
2. Analisis Material Requiretment Planning (MRP)

3.5 Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil analisis dan uraian hasil perhitungan Aggregate dan
Material Requirement Planning (MRP) dapat ditarik beberapa kesimpulan.
Setelah didapatkan beberapa kesimpulan barulah diberikan beberapa saran.
47

3.6 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian


48

3.7 Alur Perancangan


Agar dapat memberikan gambaran dari permasalahan yang akan di
pecahkan untuk mencapai tujuan penilitian secara umum, maka penjelasan dari
diagram alir di atas adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah adalah untuk melihat dari akar permasalahan yang
terjadi, dan bagaimana tahap penyelesaiannya.
2. Tujuan penilitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah Melakukan
analisis pada perencanaan bahan baku pembuatan kursi kayu selama 3 bulan
kedepan, sehingga dapat memberikan usulan terbaik di dalam parencaaan
persediaan.
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang di lakukan adalah data primer dan sekunder, dimana
peneliti lansung melihat proses pembuatan dan mewawancarai pemilik dan
juga karyawan di tempat penilitian berlansung.
4. Data persediaan dan data permintaan
Data persediaan adalah data dimana perusahaan memiliki bahan baku dari
pembuatan kursi kayu, untuk data permintaan adalah permintaan dari
konsumen/pesanan dan keduanya adalah data dari UKM Mebel Putra
Mandiri.
5. BOM
Bill Of Material (BOM) adalah gambar Struktur komponen yang di butuhkan
untuk membuat kursi kayu
6. Aggregate planning
Aggregate planning adalah suatu proses perencanaan kuantitas dan
pengaturan waktu (output) untuk jangka waktu selama 3 bulan
7. MPS
MPS (Master Produktion Schedule) Dari hasil aggregate yang telah dihitung
maka dapat dibuatkan tabel jadwal induk produksi untuk kursi kayu dengan
MPS ini.
49

8. MRP
Material Requirement Planning (MRP) adalah inti dari perhitungan
penilitian ini yaitu untuk menentukan berapa banyak bahan baku dari
keseluruhan komponen yang ada, sehingga efektifitas dan efiensi dari bahan
baku dapat di tercapai
9. Pembahasan
Yaitu melakukan analisa dan pembahasan dari metode yang telah di lakukan
dan membahas solusi dan keputusan terbaik.
10. Kesimpulan dan saran
Pernyataan singkat dan jelas tentang hasil penilitian yang di peroleh serta
memuat usulan atau pendapat yang di berikan peneliti.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Pengamatan sekaligus penelitian yang dilakukan dilapangan akan
didapat data – data yang mendukung dan dibutuhkan yang kemudian akan
dilakukan pengolahan pada tahap selanjutnya. Hasil dari pengolahan data
kemudian akan menjadi bahan untuk analisa guna memperoleh jawaban dari
rumusan masalah.
Data umum perusahaan
4.2 Struktur Organisai Perusahaan
Berikut ini merupakan struktur organisasi dari UKM. Putra Mandiri :

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi UKM Putra Mandiri

50
51

4.3 Diagram alir pembuatan kursi kayu


Berikut ini merupakn diagram alir dari proses pembuatan kursi kayu :

Gambar 4. 2 Diagram alir pembuatan kursi kayu


52

4.4 Operation Process Chart (OPC)


53

4.5 Data Khusus Perusahaan


Selain data umum, ada beberapa data khusus yang didapat dari hasil
pengamatan dan penelitian yang telah di lakukan sebagaimana fungsinya.
Data ini akan berfungsi untuk kelanjutan pengolahan data untuk
menyelesaikan rumusan masalah yang telah ada.

4.4.1 Data pemesanan kursi kayu

Berikut ini merupakan data permintaan dari konsumen untuk kursi


kayu mengalami peningkatan setiap bulannya, dapat di lihat dari tabel di
bawah ini :

Tabel 4. 1 data pemesan kursi kayu

NO BULAN JUMLAH (UNIT)


1 Agustus 2020 3.000
2 September 2020 3.500
3 Oktober 2020 5.500
Sumber : Data Perusahaan

Pada bulan agustus UKM. Mebel putra mandiri mendapat pesanan 3000
unit kursi kayu, bulan september mengalami peningkatan sebanyak 500 unit
kemudian di bulan oktober UKM mendapat permintaan jauh lebih besar yaitu
sebanyak 5.500 unit kursi kayu. Pemesanan ini di daerah kabupaten merangin
saja karena memang UKM akan menerima pesanan di daerah yang tidak
terlalu jauh dari UKM karena terkendala transportasi.
54

4.4.2 Bil of material ( BOM )

Gambar 4.4 Bil Of Material (BOM)

Keterangan :

1. Untuk membuat 1 unit kursi kayu, diperlukan kayu sebanyak 8 cm3,


Pelitur sebanyak 35 g , paku sebanyak 15,5 g dan sekrup sebanyak
10,5 g.
2. Untuk membuat set aradachi, di perlukan rakitan kaki 1 unit, palang 1
unit, dan bagian atas 1 unit
3. Untuk membuat rakitan kaki, di butuhkan kaki depan 2 unit dan kaki
belakang 2 unit
4. Untuk membuat palang dibuhkan penyangga sebanyak 4 unit
5. Untuk membuat bagian atas, di butuhkan papan sandaran 2 unit dan
alas duduk 2 unit
55

Tabel Bill Of Material ini di buat agar memudahkan perhitungan dan juga
pengelompokan part item dari kursi kayu juga menetukan jumlah unit part dan level
dari masing - masing komponen seperti yang tertera di bawah ini.

Tabel 4. 2 Tabel Bill Of Material (BOM)

NO NO Deskripsi Asal Lead time Ukuran Jumlah Level


Item (minggu) Lot
1 K1 Kursi kayu P 2 LFL 1 unit 0
2 K11 Kayu P 1 LFL 1 unit 1
3 K111 Rakitan kaki P 1 LFL 1 unit 2
4 K1111 Kaki depan P 1 LFL 2 unit 3
5 K11111 Kaki P 1 LFL 2 unit 3
Belakang
6 K11112 Palang P 1 LFL 1 unit 2
7 K1112 Penyangga P 1 LFL 4 unit 3
8 K11121 Bagian atas P 1 LFL 1 unit 2
9 K11122 Papan P 3 LFL 2 unit 3
sandaran
10 K112 Alas duduk P 2 LFL 2 unit 3
11 K12 Pelitur B 1 LFL 35 g 1
12 K13 Paku B 1 LFL 15,5 g 1
13 K14 Sekrup B 1 LFT 10,5 g 1

Sumber : Pengamatan langsung


Keterangan : P = produksi
B = beli
LFL = lot for lot
56

Setelah di lakukan pendekatan kuantitatif terhadap UKM. Di dapat data


primer dan juga data sekunder dari kebutuhan bahan baku selama empat bulan yang
lalu, data ini digunakan untuk menghitung peramalan perencanaan kebutuhan
material untuk tiga bulan ke dapan yaitu di bulan agustus, september dan juga
oktober.
Tabel 4.3 data kebutuhan bahan baku
Jumlah Persediaa
Bulan produksi Kebutuhan bahan baku bahan baku Sisa bahan
(unit) baku
1. Kayu = 5.000 cm3 1. 5.800 cm3 1. 800 cm3
April 2018 2.500 2. Pelitur = 87.500 g 2. 85.000 g 2. 2.500 g
3. Paku = 38.750 g 3. 38.000 g 3. 750 g
4. Sekrup = 26.250 g 4. 26.000 g 4. 250 g
1. Kayu = 4.000 cm3 1. 4.300 cm3 1. 300 cm3
Mei 2018 2.000 2. Pelitur = 70.000 g 2. 69.800 g 2. 200 g
3. Paku = 31.000 g 3. 30.000 g 3. 1000 g
4. sekrup = 21.000 g 4. 20.800 g 4. 200 g
1. Kayu = 6.000 cm3 1. 6.500 cm3 1. 500 cm3
Juni 2018 3.000 2. Pelitur = 105.000 g 2. 104.200 g 2. 800 g
3. Paku = 46.500 g 3. 46.000 g 3. 500 g
4. Sekrup = 31.500 g 4. 31.000 g 4. 500 g
1. Kayu = 6.000 cm3 1. 6.600 cm3 1. 600 cm3
Juli 2018 3.000 2. Pelitur = 105.000 g 2. 104.800 g 2. 200 g
3. Paku = 46.500 g 3. 46.495 g 3. 5 g
4. Sekrup = 31.500 g 4. 31.000 g 4. 500 g

Sumber : Data perusahaan


57

Selama masa produksi kursi kayu di bulan yang lalu UKM. Mebel Putra
Mandiri masih memiliki persediaan jadi yang belem terpakai, ini dapat digunakan
untuk produksi perencanaan di bulan agustus, dapat di lihat pada tabel di bawah ini
:

Tabel 4.4 tabel persediaan ditangan

Produk Persediaan
Kursi kayu 500 unit
Set kursi kayu 450 unit
Rakitan kaki 500 unit
Kaki depan 400 unit
Kaki Belakang 400 unit
Palang 500 unit
Penyangga 400 unit
Bagian atas 300 unit
Papan sandaran 200 unit
Alas duduk 200 unit
Pelitur 1000 gram
Paku 1.200 gram
Sekrup 800 gram
Sumber : Data perusahaan
58

4.6 Data Biaya


4.6.2 Biaya data pendukung
Tabel 4.5 tabel biaya pendukung
NO Biaya terkait Jumlah
1 Biaya tenaga kerja
Rp 1.800.000/bulan
Jumlah tenaga kerja 20 orang Jam
kerja 8 jam/hari di proporsi hanya Rp 450.000/bulan
produksi kursi kayu (dari 4
produk)
2 Biaya lembur proporsi 4 produk Rp 10.000/jam/orang

Rp 2.500/jam/orang
3 Biaya pemberhentian tenaga kerja 0

4 Biaya persediaan proporsi 4 Rp 3000/unit


produk
Rp 750/unit
5 Biaya reguler proporsi 4 produk Rp 5000/unit

Rp 1.250/unit
Sumber data : perusahaan

Untuk data biaya karena hanya melakukan perencanaan material ke satu


produk saja maka jumlah biaya tenaga kerja, biaya lembur, biaya persediaan dan
biaya regular di proporsi dari empat produk produksi, sehingga dapat di lihat pada
tabel di atas

4.7 pengolahan data


59

Pengolahan data yang dilakukan sepenuhnya dari hasil data pengamatan


yang didapat di UKM Mebel Putra Mandiri

4.7.1 Aggregate Planning


1. metode trial eror
Keterangan :
➢ Inventori awal 0
➢ Inventori akhir direncanakan 0
➢ Tenaga kerja 20

a. Solusi 1 Level strategi


60

@ perusahaan memproduksi dalam jumlah sama untuk tiap periode


@ tidak ada overtime
Tabel 4.6 tabel Perhitungan Level Strategi
Periode 1 2 3 Total
Pesanan 3.000 3.500 5.500 12.000
Output
Reguler 4.000 4.000 4.000 12.000
Overtime - - -
Subcontract - - -
Output – pesanan 1.000 500 (1.500) 0
Inventory
Beginning 0 1.000 1.500 0
Ending 1.000 1.500 0 0
Average 500 750 750 2.000
Baclog 0 0 0 0

Cost
Output
Reguler 5.000.000 5.000.000 5.000.000 15.000.000
Overtime - - -
Subcontract - - -
Hire/Fire - - -
Inventory 375.000 562.500 562.500 1.500.000
Back orders 0 0 0 0

Total 5.750.000 5.562.500 5.562.500 16.500.000

❖ Reguler time output = 12.000/3 = 4.000 unit/periode


61

❖ Output pesanan = reguler (produksi) – pesanan


= 4.000 – 3.000
= 1.000 unit
❖ Ending = output pesanan + beginning
= 0 + 1.000
= 1.000 unit

❖ Average =

0 + 1.000
=
2

= 500 unit
❖ Biaya Reguler = reguler x biaya reguler
= 4.000 unit x Rp 1.250/unit
= Rp 5.000.000,00
❖ Biaya Inventory = Average x biaya inventory
= 500 unit x Rp 750/unit
= Rp 375.000,00
❖ Total biaya = Biaya reguler + Biaya Inventory
= Rp 5.000.000,00 + Rp 375.000,00
= Rp 5.375.000,00
❖ Ada 20 worker 1 orang membuat 4.000/20 = 200 unit/period

b. Solusi 2 Chase Strategy


62

@ jumlah produksi sama dengan pesanan


@ adanya overtime
Tabel 4.7 Tabel Perhitungan Chase Strategi
Periode 1 2 3 Total
Pesanan 3.000 3.500 5.500 12.000
Output
Reguler 3.000 3.500 5.500 12.000
Overtime 0 0 1.500 1.500
Subcontract - - -
Output – pesanan 0 0 (0) (0)

Beginning 0 0 0 0
Ending 0 0 0 0
Average 0 0 0 0
Baclog 0 0 0 0

Cost
Output
Reguler 3.750.000 4.375.000 5.000.000 13.125.000
Overtime 0 0 3.750.000 3.750.000
Subcontract - - -

Inventory 0 0 0
Back orders 0 0 0 0

Total 3.750.000 4.375.000 8.750.000 16.875.000

❖ Reguler time output sama dengan pesanan


63

❖ Output pesanan = reguler (produksi) – pesanan


= 3.000 – 3.000
= 0 unit
❖ Ending = output pesanan + beginning
=0+0
= 0 unit

❖ Average =

0+0
=
2

= 0 unit
❖ Biaya Reguler = reguler x biaya reguler
= 3.000 unit x Rp 1.250/unit
= Rp 3.750.000,00
❖ Biaya Inventory = Average x biaya inventory
= 0 unit x Rp 750/unit
= Rp –
❖ Biaya Overtime = banyaknya overtime x biaya overtime
= 1.500 unit x RP 2.500/unit
= Rp 3.750.000,00
❖ Total biaya = Biaya reguler + Biaya Inventory
= Rp 3.750.000,00+ Rp -
= Rp 3.750.000,00

Berdasarkan perbandingan kedua metode perencanan produksi agregate


yang telah dilakukan diketahui bahwa metode yang paling efektif guna
meminimumkan biaya produksi adalah perencanaan produksi dengan metode Level
strategi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 16.500.000/bulan

4.7.2 MPS (Master Produktion Schedule)


64

Dari hasil aggregate yang telah dihitung sebelumnya maka dapat dibuatkan
tabel jadwal induk produksi untuk kursi kayu. Berikut adalah jadwal induk produksi
kursi kuyu.

Tabel 4.8 perhitungan MPS


Agustus September Oktober
Periode 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Unit 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

4.7.3 MRP (Material Requirement Planning) Kursi Kayu


Data penunjang atau informasi yang telah disebutkan di atas kemudian
dilakukan perhitungan MRP ini menggunakan tabel MRP dalam tabel ini ada istilah
yang digunakan seperti gross requirement (kebutuhan kotor), Projected on hand
(persediaan ditangan), net requirement (kebutuhan bersih) dan planned order
release (pelepasan pesanan direncanakan). Perhitungan MRP ini menggunakan
rumus-rumus yang telah ditetapkan dalam MRP. Sebelum melakukan perhitungan
data-data yang sudah ditentukan dimana dari data struktur produk dan perencanaan
agregat produk sarung tangan. Perhitungan MRP sarung tangan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
65

Tabel 4.9 perhitungan MRP untuk item K1

Kursi kayu Agustus September Oktober


(K1)/L2 overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 0 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Sediaan
Ditangan 500
Kebutuhan
500 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Bersih 0
Pelepasan
pesanan 1.500 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
direncanakan

❖ Kebutuhan bersih = kebutuhan kotor – sediaan ditangan


= 1000 -500
= 500 unit
66

Tabel 4.10 perhitungan MRP untuk item K11

Kayu Agustus September Oktober


(K11)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 1.500 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
sediaan ditangan 450
kebutuhan bersih 1.050 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
Pelepasan
pesanan 9.050 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
direncanakan

Tabel 4.11 perhitungan MRP untuk item K111

Rakitan kaki Agustus September Okto


(K111)/L1 Overdue ber
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.050 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
sediaan ditangan 500
kebutuhan bersih 8.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
pelepasan
pesanan 9.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
direncanakan
67

Tabel 4.12 perhitungan MRP untuk item K1111

Kaki depan Agustus September Oktober


(K1111)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
sediaan ditangan 400
kebutuhan bersih 9.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Pelepasan
pesanan 11.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
direncanakan

Tabel 4.13 perhitungan MRP untuk item K11111


Kaki belakang Agustus September Oktober
(K11111)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
sediaan ditangan 400
kebutuhan bersih 9.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Pelepasan
pesanan 11.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
direncanakan
68

Tabel 4.14 Perhitungan MRP untuk item K11112


Palang Tengah Agust September Oktober
(K11112)/L1 Overdue us
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.050 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
sediaan ditangan 500
kebutuhan bersih 8.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
pelepasan
pesanan 9.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
direncanakan

Tabel 4.15 Perhitungan MRP untuk item K1112


Penyangga Agust September Oktober
(K1112)/L1 Overdue us
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.550 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
sediaan ditangan 500
kebutuhan bersih 9.050 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
pelepasan
pesanan 13.050 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
direncanakan
69

Tabel 4.16 Perhitungan MRP untuk item K11121


Bagian atas Agustus September Oktober
(K11121)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.050 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
sediaan ditangan 300
kebutuhan bersih 8.750 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Pelepasan
pesanan 9.750 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
direncanakan

Tabel 4.17 Perhitungan MRP untuk item K11122


Papan sandaran Agustus September Oktober
(K11122)/L3 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.750 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
sediaan ditangan 200
kebutuhan bersih 9.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Pelepasan
pesanan 11.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
direncanakan
70

Tabel 4.18 Perhitungan MRP untuk item K112


Alas duduk Agustus September Oktober
(K112)/L2 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.750 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
sediaan ditangan 200
kebutuhan bersih 9.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Pelepasan
pesanan 11.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
direncanakan

Tabel 4.19 Perhitungan MRP untuk item K12


Pelitur Agustus September Oktober
(K12)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 1.500 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
sediaan ditangan 1000
kebutuhan bersih 500 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Pelepasan
pesanan 35.500 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
direncanakan
71

Tabel 4.20 Perhitungan MRP untuk item K13


Paku Agustus September Oktober
(K13)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 1.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500
sediaan ditangan 1.200
kebutuhan bersih 300 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500
Pelepasan
pesanan 15.800 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500
direncanakan

Tabel 4.21 Perhitungan MRP untuk item K14


Sekrup Agustus September Oktober
(K14)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 1.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
sediaan ditangan 800
kebutuhan bersih 700 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
Pelepasan
pesanan 11.200 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
direncanakan
72

Tabel 4. 22 Data ringkasan pemesanan komponen Kursi kayu 12 minggu


Part Agustus September Oktober
Overdue
name 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

K1 1.500 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

K11 9.050 8.000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
K111 9.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
K1111 11.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K11111 11.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K11112 9.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
K1112 13.050 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
K11121 9.750 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
K11122 11.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K112 11.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K12 35.500 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
K13 15.800 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500
K14 11.200 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Aggregate Planning

Aggregate Planning digunakan untuk mengetahui perencanaan kebutuhan


tenaga kerja serta perencanaan produksi kursi kayu. Dalam penelitian ini pemilihan
metode dicapai dua yaitu Level Strategy dan Chase Level Strategy. Metode tersebut
dipilih setelah mempertimbangkan bahwa metode Assigned Workforce Levels
memiliki karakteristik perhitungan yang tidak jauh berbeda dengan metode Level
Strategy. Karena nilai regular semua terpenuhi sehingga tidak ada ovetime maka
metode ini tidak dipergunakan. Sedangkan metode linear progaming tidak dapat
digunakan karena strategi ini untuk prosedur perhitungan dimana produksi yang
berjalan terdiri dari dua macam produk atau lebih.

5.1.1 Level Strategi


Pemilahan metode ini didasarkan pada perhitungan jumlah tenaga kerja
berdasarkan jumlah produksi dan inventory yang ada sejak awal hingga akhir
proses, inventory diasumsikan tetap.

5.1.2 Output Level Strategi


Dari hasil perhitungan didapat hasil bahwa jumlah tenaga kerja yang
tersedia adalah 20 orang, dengan jumlah pesanan 12.000 unit selama tiga bulan.
Jumlah tenaga kerja tersebut dapat menyelesaikan pesanan tersebut dengan total
biaya tenaga kerja sebesar Rp 16.500.000,00 Dalam satu hari kerja terdapat 8
jam/hari. Dari hasil perhitungan untuk prroduksi 3 bulan kedepan produksi
sebanyak 12.000, masing – masing bulan diproduksi 4.000 unit Kursi kayu.

73
74

5.1.3 Analisis Level Strategi


Dari output terlihat dengan pemilahan model ini diperoleh bahwa tenaga
kerja yang diperlukan untuk produksi periode perencanaan 3 bulan (Agustus,
September, Oktober) adalah sama. Pada bulan Agustus terdapat pesanan sebanya
3.000 unit dan dapat memproduksi 4.000 unit sehingga terdapat inventory sebesar
1000 unit, pada bulan September terdapat pesanan sebesar 3.500 unit dan dapat
memproduksi 4.000 unit sehingga pada bulan September terdapat inventory sebesar
500 unit, pada bulan Oktober terdapat pesanan sebanyak 5.500 unit dan dapat
memproduksi 4.000 unit sehingga pada bulan Oktober terdapat kekurangan sebesar
1.500 unit, dimana pada bulan September terdapat inventory sebesar 1.500 unit
sehingga pesanan pada bulan Oktober dapat terpenuhi.

5.1.4 Chase Strategy


Metode ini mirip dengan metode Level Strategi hanya saja pada metode ini
kapasitas overtime yang dimiliki tidak selalu dipergunakan seluruhnya,dengan kata
lain kapasitas overtime digunakan sebagai kebutuhan. Keuntungan metode ini
adalah jumlah karyawan tetap dapat dipertahankan yaitu dengan bekerja dalam
waktu kerja yang normal dan jumlah inventory tidak akan banyak karena produksi
sesuai dengan permintaan pelanggan dalam setiap periodenya. Apabila dengan cara
ini permintaan konsumen belum dapat terpenuhi maka dilakukan kerja lembur.

5.1.5 Output Chase Strategy


Dari hasil perhitungan didapat hasil bahwa jumlah tenaga kerja yang
tersedia adalah 20 orang, dengan jumlah pesanan 12.000 unit selama tiga bulan.
Jumlah tenaga kerja tersebut tidak ada pengurangan orang dan diberlakukan sistem
kerja lembur untuk dapat menyelesaikan pesanan tersebut dengan total biaya tenaga
kerja sebesar Rp 16.875.000,00. Dalam satu hari kerja terdapat 8 jam/hari. Dari
hasil perhitungan untuk produksi 3 bulan kedepan produksi sebanyak 12.000,
masing – masing bulan diproduksi sesuai permintaan dan di tambah overtime.
75

5.1.6 Analisis Chase Strategy


Dari output terlihat dengan pemilihan model ini diperoleh bahwa kapasitas
produksi untuk periode perencanaan 3 bulan (Agustus, September, Oktober) adalah
sama denga permintaan, karena metode ini merupakan metode dimana perusahaan
memproduksi produk sesuai dengan permintaan pelanggan. Pada bulan Agustus
terdapat pesanan sebanyak 3.000 unit dan dapat memproduksi 3.000 unit sehingga
terdapat inventory sebesar 0 unit, pada bulan September terdapat pesanan sebesar
3.500 unit dan dapat memproduksi 3.500 unit sehingga pada bulan September
terdapat inventory sebesar 0 unit, namun di bulan ke tiga jumlah permintaan
melebihi kamampuan maksimal produksi maka di perlukan overtime atau lembur.
Ini terlihat pesanan sebanyak 5.500 unit dan haya dapat memproduksi 4.000 unit
sehingga pada bulan Oktober terdapat kekurangan sebesar 1.500 unit, dan dapat di
atasi dengan sistem lembur sehingga terdapat biaya overtime sebesar Rp.
3.750.000,00

Berdasarkan perbandingan kedua metode perencanan produksi agregate


yang telah dilakukan diketahui bahwa metode yang paling efektif guna
meminimumkan biaya produksi adalah perencanaan produksi dengan metode Level
Strategi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan oleh UKM Putra Mandiri
adalah sebesar Rp 16.500.000,00/bulan

5.2 Pembahasan Material Requirement Planning (MRP)


Teknik perencanaan kebutuhan kebutuhan material digunakan untuk
perencanaan item barang yang tergantung pada item – item tingkat (level) yang
lebih tinggi. Kebutuhan pada item – item yang bersifat tergantung merupakan hasil
dari kebutuhan yang disebabkan oleh penggunaan item – item tersebut dalam
memproduksi item – item yang lain seperti dalam kasus dimana bahan baku dan
komponen assembling yang dipergunakan untuk memproduksi produk jadi.
76

5.2.1 Analisis Material Requirement Planning (MRP)


Dari output MRP diatas maka dapat dianalisis bahwa penentuan jumlah tiap part number (komponen item) ditentukan
berdasarkan order quantitinya dari jumlah produksi berdasarkan perhitungan hasil Aggregate yaitu sebanyak 1.000 unit, sedangkan
untuk pemesanan dilakukan 2 minggu sebelum tiba periode produksi dilaksanakan. Untuk kebutuhan bersihnya merupakan
penjumlahan selama periode perencanaan (12 minggu).

Berikut ini adalah data ringkasan kebutuhan akan material untuk setiap komponen dalam 12 minggu.
77

Tabel 5. 1 Data ringkasan pemesanan komponen kursi kayu 12 minggu


Part Agustus September Oktober
Overdue
name 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

K1 1.500 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

K11 9.050 8.000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
K111 9.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
K1111 11.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K11111 11.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K11112 9.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
K1112 13.050 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
K11121 9.750 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
K11122 11.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K112 11.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K12 35.500 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
K13 15.800 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500
K14 11.200 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
78

1. Hasil MRP part number K1 Kursi kayu


Pada periode Overdue (persiapan) tidak terdapat permintaan, tetapi ada
sedian ditangan sebesar 500 unit. Sediaan ditangan ini berguna untuk
memenuhi kebutuhan kotor pada periode pertama yaitu pada bulan Agustus
2020. Karena untuk bahan part number K1 dalam pembuatannya membuthkan
waktu 2 minggu maka kebutuhan direncanakan pada periode pertama adalah
sebesar 1.000 unit. Pada periode pertama terdapat kebutuhan kotor sebesar
1.000 unit dan terdapat kebutuhan bersih sebesar 500 unit. Sedangkan untuk
perencanaan periode kedua pada bulan Agustus 2020 kebutuhan direncanakan
di produksi 2 minggu sebelumnya. Begitu juga untuk perencanaan periode –
periode selanjutnya.

2. Hasil MRP part number K11 kayu


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K11 (Aradhaci)
didasarkan pada kebutuhan kotor item part number K1 (Kursi kayu), pada
periode persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 1.500 unit, sedangkan
terdapat persediaan ditangan sejumlah 450 unit maka jumlah kebutuhan
bersihnya menjadi 1.050 unit dan untuk rencana pemesanan sejumlah 8.000
unit untuk memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama pada bulan
Agustus 2020. Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada periode
selanjutnya dilakukan produksi seminggu sebelumnya (lead time 1 minggu)
sebanyak 9.050 unit.

3. Hasil MRP part number K111 Rakitan Kaki


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K111 (Rakitan Kaki)
didasarkan pada kebutuhan kotor item part number K11 (Aradachi), pada
periode persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 9.050 unit, sedangkan
terdapat persediaan ditangan sejumlah 500 unit maka jumlah kebutuhan
bersihnya menjadi 8.550 unit dan untuk rencana pemesanan sejumlah 1.000
unit untuk memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama pada bulan
Agustus 2020. Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada periode
79

selanjutnya dilakukan produksi seminggu sebelumnya (lead time 1 minggu)


sebanyak 9.550 unit

4. Hasil MRP part number K1111 Kaki Depan


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K1111 (Kaki depan)
didasarkan pada kebutuhan kotor item part number K111 (Rakitan kaki), pada
periode persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 9.550 unit, sedangkan
terdapat persediaan ditangan sejumlah 400 unit maka jumlah kebutuhan
bersihnya menjadi 9.150 unit dan untuk rencana pemesanan sejumlah 2.000
unit untuk memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama pada bulan
Agustus 2020. Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada periode
selanjutnya dilakukan produksi seminggu sebelumnya (lead time 1 minggu)
sebanyak 11.150 unit.

5. Hasil MRP part number K11111 Kaki Belakang


Karena jumlah order quantity sama dengan part number K1111 (Kaki
Depan) yaitu sebesar 11.150 unit dan juga lead timenya sama serta sedian
ditangan sama maka penentuan jumlah kebutuhan pemesanan sama dengan
part number C11111.

6. Hasil MRP part number K11112 Palang Tengah


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K11112 (Palang
Tengah) didasarkan pada kebutuhan kotor item part number K11 (kayu), pada
periode persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 9.050 unit, sedangkan
terdapat persediaan ditangan sejumlah 500 unit maka jumlah kebutuhan
bersihnya menjadi 8.550 unit dan untuk rencana pemesanan sejumlah 1.000
unit untuk memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama pada bulan
Agustus 2020. Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada periode
selanjutnya dilakukan produksi seminggu sebelumnya (lead time 1 minggu)
sebanyak 9.550 unit
80

7. Hasil MRP part number K1112 Penyangga


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K1112 (Penyangga)
didasarkan pada kebutuhan kotor item part number K11112 (Palang Tengah),
pada periode persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 9.550 unit, sedangkan
terdapat persediaan ditangan sejumlah 500 unit maka jumlah kebutuhan
bersihnya menjadi 9.050 unit dan untuk rencana pemesanan sejumlah 4.000
unit untuk memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama pada bulan
Agustus 2020. Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada periode
selanjutnya dilakukan produksi seminggu sebelumnya (lead time 1 minggu)
sebanyak 13.050 unit.

8. Hasil MRP part number K11121 Bagian Atas


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K11121 (Bagian Atas)
didasarkan pada kebutuhan kotor item part number K11 (kayu), pada periode
persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 9.050 unit, sedangkan terdapat
persediaan ditangan sejumlah 300 unit maka jumlah kebutuhan bersihnya
menjadi 8.750 unit dan untuk rencana pemesanan sejumlah 1.000 unit untuk
memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama pada bulan Agustus 2020.
Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada periode selanjutnya dilakukan
produksi seminggu sebelumnya (lead time 1 minggu) sebanyak 9.750 unit

9. Hasil MRP part number K11122 Papan Sandaran


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K11122 (papan
sandaran) didasarkan pada kebutuhan kotor item part number K11121 (Bagian
atas), pada periode persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 9.750 unit,
sedangkan terdapat persediaan ditangan sejumlah 200 unit maka jumlah
kebutuhan bersihnya menjadi 9.550 unit dan untuk rencana pemesanan
sejumlah 2.000 unit untuk memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama
pada bulan Agustus 2020. Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada
periode selanjutnya dilakukan produksi tiga minggu sebelumnya (lead time 3
minggu) sebanyak 11.550 unit
81

10. Hasil MRP part number K112 Alas duduk


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K112 (alas duduk)
didasarkan pada kebutuhan kotor item part number K11121 (Bagian atas), pada
periode persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 9.750 unit, sedangkan
terdapat persediaan ditangan sejumlah 200 unit maka jumlah kebutuhan
bersihnya menjadi 9.550 unit dan untuk rencana pemesanan sejumlah 2.000
unit untuk memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama pada bulan
Agustus 2020. Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada periode
selanjutnya dilakukan produksi dua minggu sebelumnya (lead time 2 minggu)
sebanyak 11.550 unit

11. Hasil MRP part number K12 Pelitur


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K12 (Pelitur)
didasarkan pada kebutuhan kotor item part number K1 (Kursi kayu), pada
periode persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 1.500 gram, sedangkan
terdapat persediaan ditangan sejumlah 1000 gram maka jumlah kebutuhan
bersihnya menjadi 500 gram dan untuk rencana pemesanan sejumlah 35.000
gram untuk memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama pada bulan
Agustus 2020. Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada periode
selanjutnya dilakukan pemesanan seminggu sebelumnya (lead time 1 minggu)
sebanyak 35.500 meter.

12. Hasil MRP part number K13 Paku


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K13 (paku) didasarkan
pada kebutuhan kotor item part number K1 (Kursi kayu), pada periode
persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 1.500 gram, sedangkan terdapat
persediaan ditangan sejumlah 1.200 gram maka jumlah kebutuhan bersihnya
menjadi 300 gram dan untuk rencana pemesanan sejumlah 15.500 gram untuk
memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama pada bulan Agustus 2020.
Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada periode selanjutnya dilakukan
82

pemesanan seminggu sebelumnya (lead time 1 minggu) sebanyak 15.500 gram.


Untuk periode – periode berikutnya kebutuhan bersih secara continue
dijumlahkan dengan 15.500 g

13. Hasil MRP part number K14 Sekrup


Penentuan jumlah kebutuhan kotor item part number K14 (sekrup)
didasarkan pada kebutuhan kotor item part number K1 (Kursi kayu), pada
periode persiapan terdapat kebutuhan kotor sebesar 1.500 gram, sedangkan
terdapat persediaan ditangan sejumlah 800 gram maka jumlah kebutuhan
bersihnya menjadi 700 gram dan untuk rencana pemesanan sejumlah 10.500
gram untuk memenuhi kebutuhan bersih pada periode pertama pada bulan
Agustus 2020. Jadi untuk memenuhi kebutuhan kotornya pada periode
selanjutnya dilakukan pemesanan seminggu sebelumnya (lead time 1 minggu)
sebanyak 10.500 gram. Untuk periode – periode berikutnya kebutuhan bersih
secara continue dijumlahkan dengan 10.500 g
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di UKM. Mebel Putra Mandiri
Jambi, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain:
1. Berdasarkan perbandingan kedua metode perencanan produksi agregate
yang telah dilakukan diketahui bahwa metode yang paling efektif guna
meminimumkan biaya produksi adalah perencanaan produksi dengan
metode Level Strategi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan oleh
UKM Putra Mandiri adalah sebesar Rp 16.500.000,00/bulan
2. Kebutuhan bersih komponen penyusun Kursi kayu pada 12 minggu (3
bulan) perencanaan yaitu pada bulan Agustus 2020 – Oktober 2020 Adalah:
a. Komponen part numbert K11 (Aradachi) adalah sebanyak 1.000 unit
pada minggu ke satu sampai minggu ke sepuluh
b. Komponen part numbert K111 (Rakitan kaki) adalah sebanyak 1.000
unit pada minggu ke satu sampai minggu ke sembilan
c. Komponen part numbert K1111 (Kaki depan) adalah sebanyak 1.000
unit pada minggu ke satu sampai minggu ke delapan
d. Komponen part numbert C11111 (kaki belakang) adalah sebanyak
1.000 unit pada minggu ke satu sampai minggu ke delapan
e. Komponen part numbert C11112 (palang tengah) adalah sebanyak
1.000 unit pada minggu ke satu sampai minggu ke sembilan
f. Komponen part numbert C1112 (penyangga) adalah sebanyak 4.000
unit pada minggu ke satu sampai minggu ke delapan
g. Komponen part numbert K11121 (bagian atas) adalah sebanyak 1.000
unit pada minggu ke satu sampai minggu ke sembilan
h. Komponen part numbert K11122 (papan sandaran) adalah sebanyak
2.000 unit pada minggu ke satu sampai minggu ke delapan
i. Komponen part numbert K112 (alas duduk) adalah sebanyak 2.000 unit
pada minggu ke satu sampai minggu ke delapan

83
84

3. Kebutuhan bersih material untuk membuat kursi kayu pada 12 minggu (3


bulan) perencanaan yaitu pada bulan Agustus 2020 – Oktober 2020 Adalah
:
a. part numbert C12 (pelitur) adalah sebanyak 35.000 gram pada minggu
ke satu sampai minggu ke sepuluh
b. part numbert C13 (paku) adalah sebanyak 15.500 gram pada minggu ke
satu sampai minggu ke sepuluh
c. part numbert C14 (sekrup) adalah sebanyak 10.500 gram pada minggu
ke satu sampai minggu ke sepuluh
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti berharap UKM. Mebel Putra
Mandiri dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan pengambilan keputusan guna menentukan sistem persediaan yang tepat.
Hal tersebut menjadi suatu sangat penting bagi perusahaan agar proses produksi
berjalan dengan lancar dan memberikan kepuasan bagi konsumen. Berikut ini
adalah saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi UKM. Mebel
Putra Mandir yaitu :
1. perusahaan sebaiknya mempertimbangkan hasil perhitungan
perencanaan produksi Aggregate maupun perencanaan kebutuhan
material (MRP) sehingga fungsi MRP sebagai sistem pendukung
pengambilan keputusan. Walaupun demikian perusahaan tidak
mutlak harus mengikuti hasil perhitungan Aggregate planning
maupun MRP. Ada banyak pertimbangan lain terutama non
financial seperti tentang pemberhentian tenaga kerja yang harus
disesuaikan dengan formasi kerja, maupun pertimbangan –
pertimbangan lainnya.
2. Dalam melakukan pengelolaan terhadap persediaan bahan baku,
metode MRP dapat diterapkan dengan tepat karena hasil yang
diberikan berupa jadwal produksi dapat digunakan untuk bisa
memenuhi pesanan sesuai dengan yang telah ditentukan oleh
konsumen dan dapat menjadi keunggulan bersaing bagi UKM.
85

DAFTAR PUSTSKA
Nasution, Arman Hakin dan Prasetyawan Yudha, 2008, Perencanaan dan
Pengendalian Produksi, Yogyakarta, Graha Ilmu.

PT. Pertamina (Persero) TBBM Rewulu, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),


Indonesia
Sinulingga, Sukaria, 2009, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Yogyakarta,
Graha Ilmu.

Sofyan, Diana Khairani, 2013, Perencanaan dan Pengendalian Produksi,


Yogyakarta, Graha Ilmu.

Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit Gahlia


Indonesia: Jakarta

Chandradevi, Adelia dan Nia Budi Puspitasari, 2016, Penerapan Material


Requirement Planning (MRP) dengan mempertimbangkan Lot Sizing
dalam pengendalian bahan baku pada PT. Phapros, TBK, Jurnal, Vol.
15, No.1, Hal 77-86

Chandradevi, Adelia dan Nia Budi Puspitasari, 2016, Penerapan Material


Requirement Planning (MRP) dengan mempertimbangkan Lot Sizing
dalam pengendalian bahan baku pada PT. Phapros, TBK, Jurnal, Vol.
15, No.1, Hal 77-86

Gasperz, Vincent, Production Planning and Inventory Control berdasarkan


pendekatan sistem terintergrasi MRP II dan JIT menuju manufaktur 21,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.

Sinulingga, Sukaria. perencanaan dan pengendalian produksi. Graha ilmu,


Yogyakarta ,2009.

Sofyan, Diana Khairani. perencanaan dan pengendalian produksi. Graha Ilmu,


Yogyakarta, 2013.
86

Wahyunu, Asvin dan Ahmad Syaicu, 2015, Perencanaan persediaan bahan baku
dengan menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP),
Produk kacang sanghai Pada perusahaan gangsar Ngunut – Tulungagung,
Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 2, 115 – 228.

Zabidi, Yasrin. Bahan ajar matakuliah perencanaan dan pengendalian produksi


87

LAMPIRAN HASIL PERHITUNGAN AGGREGATE


PLANNING
88

a. Solusi 1 Level strategi


@ perusahaan memproduksi dalam jumlah sama untuk tiap periode
@ tidak ada overtime
Tabel 4.7 tabel Perhitungan Level Strategi
Periode 1 2 3 Total
Pesanan 3.000 3.500 5.500 12.000
Output
Reguler 4.000 4.000 4.000 12.000
Overtime - - -
Subcontract - - -
Output – pesanan 1.000 500 (1.500) 0
Inventory
Beginning 0 1.000 1.500 0
Ending 1.000 1.500 0 0
Average 500 750 750 2.000
Baclog 0 0 0 0

Cost
Output
Reguler 5.000.000 5.000.000 5.000.000 15.000.000
Overtime - - -
Subcontract - - -
Hire/Fire - - -
Inventory 375.000 562.500 562.500 1.500.000
Back orders 0 0 0 0

Total 5.750.000 5.562.500 5.562.500 16.500.000


89

❖ Reguler time output = 12.000/3 = 4.000 unit/periode


❖ Output pesanan = reguler (produksi) – pesanan
= 4.000 – 3.000
= 1.000 unit
❖ Ending = output pesanan + beginning
= 0 + 1.000
= 1.000 unit

❖ Average =

0 + 1.000
=
2

= 500 unit
❖ Biaya Reguler = reguler x biaya reguler
= 4.000 unit x Rp 1.250/unit
= Rp 5.000.000,00
❖ Biaya Inventory = Average x biaya inventory
= 500 unit x Rp 750/unit
= Rp 375.000,00
❖ Total biaya = Biaya reguler + Biaya Inventory
= Rp 5.000.000,00 + Rp 375.000,00
= Rp 5.375.000,00
❖ Ada 20 worker 1 orang membuat 4.000/20 = 200 unit/period
90

b. Solusi 2 Chase Strategy


@ jumlah produksi sama dengan pesanan
@ adanya overtime
Tabel 4.8 Tabel Perhitungan Chase Strategi
Periode 1 2 3 Total
Pesanan 3.000 3.500 5.500 12.000
Output
Reguler 3.000 3.500 5.500 12.000
Overtime 0 0 1.500 1.500
Subcontract - - -
Output – pesanan 0 0 (0) (0)

Beginning 0 0 0 0
Ending 0 0 0 0
Average 0 0 0 0
Baclog 0 0 0 0

Cost
Output
Reguler 3.750.000 4.375.000 5.000.000 13.125.000
Overtime 0 0 3.750.000 3.750.000
Subcontract - - -

Inventory 0 0 0
Back orders 0 0 0 0

Total 3.750.000 4.375.000 8.750.000 16.875.000


91

❖ Reguler time output sama dengan pesanan


❖ Output pesanan = reguler (produksi) – pesanan
= 3.000 – 3.000
= 0 unit
❖ Ending = output pesanan + beginning
=0+0
= 0 unit

❖ Average =

0+0
=
2

= 0 unit
❖ Biaya Reguler = reguler x biaya reguler
= 3.000 unit x Rp 1.250/unit
= Rp 3.750.000,00
❖ Biaya Inventory = Average x biaya inventory
= 0 unit x Rp 750/unit
= Rp –
❖ Biaya Overtime = banyaknya overtime x biaya overtime
= 1.500 unit x RP 2.500/unit
= Rp 3.750.000,00
❖ Total biaya = Biaya reguler + Biaya Inventory
= Rp 3.750.000,00+ Rp -
= Rp 3.750.000,00
92

LAMPIRAN HASIL PERHITUNGAN MRP


93

Tabel 4.10 perhitungan MRP untuk item K1

Kursi kayu Agustus September Oktober


(K1)/L2 overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 0 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Sediaan
Ditangan 500
Kebutuhan
500 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Bersih 0
Pelepasan
pesanan 1.500 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
direncanakan

❖ Kebutuhan bersih = kebutuhan kotor – sediaan ditangan


= 1000 -500
= 500 unit
94

Tabel 4.11 perhitungan MRP untuk item K11

Kayu Agustus September Oktober


(K11)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 1.500 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
sediaan ditangan 450
kebutuhan bersih 1.050 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
Pelepasan
pesanan 9.050 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
direncanakan

Tabel 4.12 perhitungan MRP untuk item K111

Rakitan kaki Agustus September Okto


(K111)/L1 Overdue ber
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.050 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
sediaan ditangan 500
kebutuhan bersih 8.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
pelepasan
pesanan 9.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
direncanakan
95

Tabel 4.13 perhitungan MRP untuk item K1111

Kaki depan Agustus September Oktober


(K1111)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
sediaan ditangan 400
kebutuhan bersih 9.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Pelepasan
pesanan 11.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
direncanakan

Tabel 4.14 perhitungan MRP untuk item K11111


Kaki belakang Agustus September Oktober
(K11111)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
sediaan ditangan 400
kebutuhan bersih 9.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Pelepasan
pesanan 11.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
direncanakan
96

Tabel 4.15 Perhitungan MRP untuk item K11112


Palang Tengah Agust September Oktober
(K11112)/L1 Overdue us
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.050 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
sediaan ditangan 500
kebutuhan bersih 8.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
pelepasan
pesanan 9.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
direncanakan

Tabel 4.16 Perhitungan MRP untuk item K1112


Penyangga Agust September Oktober
(K1112)/L1 Overdue us
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.550 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
sediaan ditangan 500
kebutuhan bersih 9.050 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
pelepasan
pesanan 13.050 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
direncanakan
97

Tabel 4.17 Perhitungan MRP untuk item K11121


Bagian atas Agustus September Oktober
(K11121)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.050 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
sediaan ditangan 300
kebutuhan bersih 8.750 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Pelepasan
pesanan 9.750 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
direncanakan

Tabel 4.18 Perhitungan MRP untuk item K11122


Papan sandaran Agustus September Oktober
(K11122)/L3 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.750 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
sediaan ditangan 200
kebutuhan bersih 9.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Pelepasan
pesanan 11.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
direncanakan
98

Tabel 4.19 Perhitungan MRP untuk item K112


Alas duduk Agustus September Oktober
(K112)/L2 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 9.750 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
sediaan ditangan 200
kebutuhan bersih 9.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Pelepasan
pesanan 11.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
direncanakan

Tabel 4.20 Perhitungan MRP untuk item K12


Pelitur Agustus September Oktober
(K12)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 1.500 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
sediaan ditangan 1000
kebutuhan bersih 500 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Pelepasan
pesanan 35.500 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
direncanakan
99

Tabel 4.21 Perhitungan MRP untuk item K13


Paku Agustus September Oktober
(K13)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 1.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500
sediaan ditangan 1.200
kebutuhan bersih 300 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500
Pelepasan
pesanan 15.800 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500
direncanakan

Tabel 4.22 Perhitungan MRP untuk item K14


Sekrup Agustus September Oktober
(K14)/L1 Overdue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kebutuhan kotor 1.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
sediaan ditangan 800
kebutuhan bersih 700 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
Pelepasan
pesanan 11.200 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
direncanakan
100

Tabel 4. 23 Data ringkasan pemesanan komponen Kursi kayu 12 minggu


Part Agustus September Oktober
Overdue
name 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

K1 1.500 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

K11 9.050 8.000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000
K111 9.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
K1111 11.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K11111 11.150 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K11112 9.550 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
K1112 13.050 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
K11121 9.750 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
K11122 11.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K112 11.550 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
K12 35.500 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
K13 15.800 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500
K14 11.200 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
LAMPIRAN GAMBAR KURSI KAYU

Anda mungkin juga menyukai