Disusun Oleh :
Zakaria Goldiantero
161.02.1014
Disusun Oleh :
Zakaria Goldiantero
161.02.1014
i
ii
iii
iv
SURAT KETERANGAN
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Kupersembahkan untuk kedua orang tua saya Mamah dan Papah yang selalu
3. Kupersembahkan untuk semua keluar besar saya di Cilacap dan Solo yang
selalu memberikan do’a, dukungan dan semangat kepada saya untuk terus maju
4. Kupersembahkan kepada wanita yang spesial Rizki Nur Viana yang selalu
5. Kupersembahkan kepada kedua orang tua Rizki Nur Viana yang selalu
6. Untuk seluruh teman-teman Jurusan Teknik Industri angkatan 2016 yang saling
7. Untuk seluruh teman Diskusi Senja (Bang Oden, Heni, Erika, Kent) yang
8. Untuk seluruh teman Grup Belajar Wisuda 2020 (Bang Oden, Heni, Erika,
Kent, Dani, Dahlia, Viola, Indra, Irsyad, Vina) yang saling memberikan
vi
9. Untuk seluruh teman Grup Kijang OJOL (Eri, Fauzan, Sidik, Lalang, Nengah,
Dani, Bryan, Jupri, Afif, Arobi, Aris) yang saling bertukar pikiran dan
10. Untuk seluruh teman-teman KKN Dusun Bobung (Achmadi, Boy, Franco,
Ganis, Gresya, Imam, Kak Andreas, Kak Yoan, Meidi, Weweng, Yudha, Yuni)
11. Untuk pak dukuh Bobung yang telah memberikan nasihat-nasihat dan
vii
MOTTO
Janganlah pernah menyerah ketika Anda masih mampu berusaha lagi. Tidak ada
kata berakhir sampai Anda berhenti mencoba
(Brian Dyson)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas ridho dan
Kaleng Bu Tjitro dan menyusun hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta dan memperoleh gelar Sarjana
Teknik (S.T). Selama penelitian dan penyusunan skripsi penuh perjuangan dan
Tjitro.
semua pihak yang selama ini telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
1. Bapak Dr. Ir. Amir Hamzah, M.T. selaku Rektor Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Toto Rusianto, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
ix
3. Ibu Endang Widuri Asih, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
4. Ibu Mega Inayati Rif’ah, S.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing I yang telah
5. Bapak Imam Sodikin, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II yang telah
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Industri yang telah memberikan ilmu
8. Orang tua saya yaitu Papah Rudy dan Mamah Sungatmi yang selalu
memberikan doa, dukungan, kasih sayang, nasihat, arahan yang sangat berarti
untuk saya.
9. Adik saya yaitu Ridho yang selalu memberikan semangat kepada saya.
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Akhir kata, semoga
Penulis
x
DAFTAR ISI
SURAT KETERANGAN............................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. vi
INTISARI................................................................................................. xviii
C. Batasan Masalah................................................................................. 4
D. Asumsi................................................................................................ 4
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................... 6
A. Persediaan .......................................................................................... 9
B. Jenis-jenis Persediaan....................................................................... 10
D. Pershable Product............................................................................ 12
B. Pengolahan Data............................................................................... 29
xii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 77
A. Kesimpulan ...................................................................................... 77
B. Saan .................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Nilai Persentase Penyerapan Dana Setiap Bahan Baku ............... 30
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Persediaan Bawang Putih Tahun 2019 ......... 39
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persediaan Bawang Merah Tahun 2019 ....... 40
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Persediaan Tholo Putih Tahun 2019 ............ 41
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Persediaan Cabai Rawit Tahun 2019 ........... 41
xiv
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Persediaan Ketumbar Tahun 2019 ............... 44
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Persediaan Cabai Tropong Tahun 2019 ....... 45
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Persediaan Bumbu Rendang Tahun 2019 .... 46
xv
DAFTAR GAMBAR
Pemakaian ................................................................................ 50
xvi
Gambar 5.19 Diagram Bahan Baku Kencur ................................................ 71
xvii
Pengelompokan Bahan Baku Menggunakan Klasifikasi ABC Dan
Optimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode
Min-Max Stock
INTISARI
Persediaan adalah salah satu kekayaan yang terdapat dalam perusahaan. Persediaan
memberikan peran penting bagi perusahaan, karena peran yang sangat penting, persediaan
harus direncanakan dan dikendalikan dengan baik.
Pengendalian persediaan merupakan mengupayakan ketersediaan bahan baku agar
tidak kekurangan, dan tidak berlebih. Klasifikasi ABC adalah metode yang digunakan
untuk mengklasifikasikan barang berdasarkan peringkat atau urutan dari nilai persentase
kumulatif penyerapan dana dan persentase kumulatif pemakaian bahan baku, yang
kemudian diurutkan dari nilai yang tertinggi hingga nilai yang terendah, dan terbagi
menjadi kelompok A, B, dan C. Untuk melakukan pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan Metode Min-Max Stock, apabila persediaan telah melewati batas-batas
minimum, maka Re Order harus dilakukan, betas maksimum adalah batas ketersediaan
bahan baku harus ada.
Hasil dari klasifikasi ABC dengan persentase kumulatif serapan modal dan dengan
persentase pemakaian bahan baku, pihak pabrik harus fokus dalam memperhatikan
penanganan ketersediaan bahan baku agar tidak terjadi penumpukan yang dapat
menimbulkan kerusakan dan tetap terjaga ketersediaannya. Penanganan yang tepat agar
bahan baku tidak mengalami kerusakan akibat penumpukan dan agar tidak terjadi
kehabisan bahan baku, pada metode Min-Max Stock memperhitungkan jumlah safety stock
bahan baku yang harus ada dalam penyimpanan agar proses produksi dapat berjalan dengan
lancar apabila terjadi penambahan kebutuhan bahan baku atau terjadi keterlambatan
kedatangan bahan baku. Selain itu agar tidak terjadi penumpukan bahan baku dalam
penyimpanan.
xviii
Classification of Raw Materials Using ABC Classification And Optimization of
Raw Materials Inventory Control Using the Min-Max Stock Method
ABSTRACT
xix
BAB I
PENDAHULUAN
Perishable Products adalah suatu produk yang memiliki kualitas umur dari
produk tersebut. Semakin lama produk disimpan dalam gudang, umur produk
dalam jenis perishable products. Produk makan atau produk yang dikonsumsi
yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu persediaan menjadi salah satu
produksi, biaya serta distribusi barang-barang, baik itu bahan baku, barang
dalam proses atau barang setengah jadi, ataupun barang jadi (Fadlillah, dkk
(2008) dalam Kinanthi, dkk (2016)). Pada umumnya persediaan bahan baku
lain.
menjaga stock bahan baku supaya tetap tersedia dan proses produksi berjalan
apabila bahan baku yang disimpan untuk persediaan masuk dalam jenis
1
2
pakai akibat tersimpan terlalu lama dalam gudang. Selain itu pelaku usaha yang
yang memproduksi produk gudeg kaleng, UD. Gudeg Kaleng Bu Tjitro yang
setiap hari, hal ini kebutuhan bahan baku sangat diperhatikan. Persediaan
bahan baku merupakan elemen terpenting dalam kegiatan proses produksi yang
perlu diperhatikan dengan tepat untuk kelancaran produksi. Oleh sebab itu
ketersediaan secara tepat agar proses produksi berjalan dengan lancar dan tidak
terdapat bahan baku yang terbuang akibat dari terlalu lama disimpan dalam
gudang sehingga bahan baku menjadi tidak layak pakai. Produksi gudeg kaleng
UD. Gudeg Kaleng Bu Tjitro dalam mengatur persediaan bahan baku belum
memiliki metode khusus. Selama ini hanya dengan cara jika persediaan sudah
menjadi tidak layak pakai karena bahan baku yang digunakan merupakan
terdapat penumpukan bahan baku, salah satu yang sangat terlihat adalah krecek
jumlah yang sangat banyak apabila disimpan terlalu lama dapat mengakibatkan
kerusakan bahan baku tersebut dan dapat menimbulkan kerugian karena bahan
baku tidak dapat digunakan untuk produksi. Selain itu dilihat dari data
persediaan bahan baku pabrik terdapat bahan baku yang mengalami kehabisan.
tersebut harus dapat dihindarkan agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan
yang memiliki nilai serapan modal yang tinggi. Selain itu juga melakukan
bahan baku agar tidak terjadi kehabisan bahan baku dan jumlah maksimum
B. Perumusan Masalah
dan pengendalian persediaan bahan baku pada produksi gudeg kaleng UD.
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu luas dan mengarah pada
sebagai berikut:
2. Data pemakaian bahan baku dan data pembelian bahan baku diambil pada
D. Asumsi
1. Harga beli bahan baku setiap unit konstan atau sama, tidak mengalami
E. Tujuan Penelitian
berikut:
1. Mengidentifikasi bahan baku apa saja yang memiliki nilai serapan modal
F. Manfaat Penelitian
1. Bahan baku dapat teridentifikasi yang memiliki nilai serapan modal tinggi
A. Tinjauan Pustaka
hasil dari penelitian tersebut adalah perhitungan EOQ dan Min-Max yang
sehingga biaya persediaan juga optimal, seperti biaya pemesanan, biaya simpan
dan total biaya minimum sehingga Apotek Sahabat Qita dapat mengambil
Penelitian yang dilakukan oleh Kinanthi, dkk (2016) didapat hasil yaitu
6
7
Penelitian yang dilakukan oleh Mail, dkk (2018) diperoleh hasil yaitu PT.
masih belum optimal dan mengalami pemborosan akibat dari over stock,
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Salam, dkk (2018) yaitu CV.
min-max stock. Aplikasi ini digunakan untuk menghasilkan jumlah bahan baku
aplikasi ini penentuan jumlah bahan baku yang akan dipesan kepada supplier
8
lebih tepat. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan, jenis bahan baku
B. Landasan Teori
1. Persediaan
suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atas sumber daya-
material), barang setengah jadi (work in process), dan barang jadi (finish
berupa bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi. Pada proses
2. Jenis-jenis Persediaan
menggunakannya.
pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi
barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
3. Bahan Baku
bahan baku dalam jumlah dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan
untuk diolah menjadi bagian dari suatu produk. Proses produksi akan
cukup tersedia.
Menurut Baroto (2002) dalam Renta, dkk (2013) bahan baku adalah
4. Perishable Product
waktu kadaluwarsa yang harus diperhatikan karena hal ini berkaitan dengan
sepanjang umur produk (Chen, dkk (2018) dalam Kartika (2019)). Menurut
produk atau barang atau bahan baku yang memiliki daur hidup pendek.
Persediaan membutuhkan biaya investasi dan dalam hal ini menjadi tugas
d. Stock out cost adalah biaya atas kekurangan persediaan yang terjadi
biaya pembayaran.
barang berdasarkan peringkat atau urutan nilai dari nilai yang tertinggi
hingga nilai yang terendah, dan terbagi menjadi tiga kelompok yang disebut
periode waktu yaitu harga per unit material dikalikan volume penggunaan
dari material itu selama periode tertentu, periode waktu yang umum
digunakan dalam analisa ABC adalah satu tahun. Metode analisis Pareto
(2010) dalam Junaidi (2019) metode analisis ABC merupakan metode yang
a. Kategori A terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 80% dari
seluruh modal yang disediakan untuk inventor dan jumlah jenis barang
b. Kategori B terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 15% dari
jumlah jenis barang sekitar 30% dari semua jenis barang yang dikelola.
c. Kategori C terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 5% dari
kategori A dan B) dan jumlah jenis barang sekitar 50% dari semua jenis
mana saja yang memiliki nilai investasi yang tinggi, sedang, atau rendah.
a. Hitung jumlah penyerapan dana untuk setiap jenis barang per tahun (Mi)
yaitu dengan mengalikan antara jumlah pemakaian tiap jenis barang per
tahun (Di) dengan harga satuan barang (pi), secara matematis dapat
dinyatakan:
Mi = Di × pi ................................................................................... (1)
M = ∑ 𝑀𝑖 ...................................................................................... (2)
16
diketahui bahan baku mana saja yang memiliki tingkat perputaran yang
pakai/ jumlah pemakaian barang dilakukan dengan prinsip pareto (Russel &
a. Tentukan barang.
TPM = ∑ JPM..............................................................................(5)
pemakaian.
𝐽𝑃𝑀
PPM = (𝑇𝑃𝑀) × 100% .................................................................(6)
7. Safety Stock
yang diadakan sebagai cadangan jika pemesanan barang datang lebih lama
dari waktu tunggu (lead time). Dengan adanya safety stock maka perusahaan
kedatangan bahan baku yang yang tidak pasti yang akhirnya dapat
Stock out atau persediaan habis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
demand yang tidak menentu, forecast yang tidak akurat, lead time yang
persediaan (plan order) agar tidak terjadi kekurangan (stock out) atau
Min-Max berdasarkan Fadillah, dkk (2008) dalam Rizky, dkk (2016) yaitu:
19
batas Safety Stock, maka Re Order harus dilakukan, jadi batas minimum
Order Point.
dalam persediaan.
20
kedatangan barang.
Keterangan:
C = Lead Time
Keterangan:
C = Lead Time
S = Safety Stock
21
Keterangan:
C = Lead Time
Keterangan:
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek yang diamati pada penelitian ini adalah bagian penyimpanan bahan baku
Berikut adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:
Tjitro.
keuangan.
C. Tahap Penelitian
22
23
2) Mengumpulkan Data
3) Mengolah Data
sebagai berikut:
Min-Max Stock.
Berikut adalah gambar Bagan Alir Penelitian sebagai mana Gambar 3.1.
Mulai
Input
1. Data Pembelian Bahan Baku
2. Data Pemakaian Bahan Baku
3. Lead Time
4. Data Persediaan Awal Tahun 2019
Output/ Hasil
1. Bahan Baku Yang Masuk Dalam Klasifikasi
A, B, dan C
2. Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Selesai
A. Pengumpulan Data
bahan baku yaitu bahan baku bersifat basah dan bahan baku bersifat kering.
Bahan baku yang bersifat basah tidak dapat disimpan dan harus segara
baku yang bersifat kering dapat disimpan dalam gudang dan dapat
a. Bahan baku bersifat basah: nangka muda, daging ayam, daging sapi,
b. Bahan baku bersifat kering: krecek, telur, cabai tampar, cabai rawit, cabai
tropong, tholo putih, kemiri, gula Jawa, ketumbar, serai, kunyit, kencur,
laos, garam, knoor, merica, bawang merah, bawang putih, terasi, bumbu
rendang.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data persediaan bahan
26
27
gudeg kaleng yang bersifat kering tahun 2019 sebagaimana Tabel 4.1.
Selain data total pembelian persediaan bahan baku, berikut adalah data
B. Pengolahan Data
1. Pengklasifikasian ABC
bahan baku apa saja yang masuk dalam klasifikasi A, B, dan C, dengan cara
serapan dana yang tinggi pada bahan baku gudeg kaleng Bu Tjitro
gudeg kaleng bu Tjitro dan harga setiap bahan baku dari setiap satuan
bahan baku. Dengan melihat Tabel 4.3 kemudian dapat dihitung nilai
Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai Persentase Penyerapan Dana Setiap Bahan Baku (lanjutan)
Nilai Persentase
Harga
Kuantitas Penyerapan Penyerapan
Bahan Baku Satuan Satuan
Pemakaian Dana Dana
(Rp)
(Rp) (%)
Merica Kg 1,75 100.000 175.000 0,02
Bawang Merah Kg 765 39.000 29.835.000 3,04
Bawang Putih Kg 755 47.308 35.717.540 3,64
Terasi Bungkus 54 37.500 2.025.000 0,21
Bumbu Rendang Bungkus 27 27.500 742.500 0,08
Jumlah 981.550.254 100,00
Tabel 4.4 menampilkan nilai penyerapan dana dari setiap jenis bahan
baku dan persentase penyerapan dana dari setiap bahan baku. Nilai
dana diperoleh dari nilai penyerapan dana dibagi dengan total nilai
tertinggi terjadi pada bahan baku telur yaitu sebesar 49,05%. Dan
persentase penyerapan dana terkecil terjadi pada bahan baku merica yaitu
dana setelahnya.
33
dibuat kategori.
34
maksimum dan minimum agar tidak kurang dan tidak berlebih. Jumlah
persediaan paling besar berada pada jumlah maksimum. Apabila bahan baku
puluh) bahan baku gudeg kaleng Bu Tjitro agar tidak terjadi penumpukan
berapa jumlah bahan baku yang harus dipesan kembali agar tidak terjadi
Berikut adalah data pembelian dan pemakaian bahan baku telur tahun
Berdasarkan data pembelian bahan baku Telur tahun 2019 pada Tabel
4.7, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah sebagai berikut:
= 5197 Butir.
36
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
Min = (T × C) + S
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (16722,42 × 0,07)
Keterangan:
Tabel 4.8, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah sebagai
berikut:
= (2366 – 2374) + 42
= 34 Kg
38
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 5,12 Kg
Min = (T × C) + S
= 18,97 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (197,83 × 0,07)
= 27,70 Kg
= 27,70 – 18,97
= 8,73 Kg
Keterangan :
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi ABC
diagram pareto berdasarkan nilai investasi dari Tabel 4.5 sebagaimana Gambar
5.1.
dari data Tabel 4.5. Sebanyak 20 bahan baku masuk dan terbagi dalam
yang tinggi.
48
49
hingga 80% dari seluruh modal yang disediakan, dan jumlah jenis barang
berkisar hingga 20% dari semua jenis barang yang dikelola. Pada gambar 5.1,
bahan baku yang masuk dalam kategori A adalah telur, krecek dan gula jawa.
penyerapan dana pada telur, krecek dan gula jawa mendekati 80% dari seluruh
modal yang disediakan dan sesuai dengan prinsip Pareto. Persentase kumulatif
jenis barang pada bahan baku telur sebesar 5%, krecek sebesar 10% dan gula
jawa 15%, artinya masih masuk dalam kisaran penggunaan barang dalam kelas
A. Dengan hasil serapan modal yang tinggi bahan baku dalam kategori A
kerugian.
berkisar hingga 15% dari seluruh modal yang disediakan (jika dihitung setelah
kategori A diperoleh persentase hingga 95%), dan jumlah jenis barang berkisar
hingga 30% dari semua jenis barang yang dikelola.. Bahan baku yang masuk
dalam kategori B yaitu bawang putih, bawang merah, kemiri dan tholo putih.
Bahagia (2006). Bahan baku kategori ini merupakan bahan baku dengan
50
Prinsip Pareto dalam Bahagia (2006) barang yang masuk dalam kategori C
modal (yang tidak termasuk kategori A dan B) . Bahan baku yang masuk dalam
dana dari 96,61-100%. Bahan baku yang masuk dalam kategori ini memiliki
rendah, namun tetap harus tepat dalam pengendalian persediaan agar optimal.
kumulatif pemakaian bahan baku dari data Tabel 4.6. Sebanyak 20 bahan baku
51
masuk dan terbagi dalam klasifikasi A, B,dan C. Pada gambar 5.2 bahan baku
berada pada 94,256%. Dengan pemakaian telur yang sangat besar yaitu sebesar
kehabisan dan berimbas pada menghambat kegiatan produksi. Maka dari itu
persediaan optimal.
pemakaian gula jawa sebesar 95,884%. Dengan pemakaian bahan baku gula
jawa sebesar 3465 Kg, ketersediaan bahan baku gula Jawa harus diperhatikan
agar tidak terjadi kehabisan bahan baku. Maka dari itu perlu dilakukan
menjadi prioritas dalam penanganan, semua bahan baku yang masuk dalam
kategori C tetap harus diperhatikan ketersediaan bahan baku dengan tepat, agar
min-max stock.
TELUR (BUTIR)
5197
216
Dari Gambar 5.3 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku telur
sangatlah besar yaitu sebesar 5197 butir dalam penyimpanan. Stock akhir
dari pabrik tersebut jauh di atas jumlah safety stock yang didapat dari
dapat menurunkan stock akhir dari pabrik dalam penyimpanan sebesar 96%
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
KRECEK (KG)
34
5,12
Dari Gambar 5.4 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
dari pabrik tersebut jauh di atas jumlah safety stock yang didapat dari
dapat menurunkan stock akhir dari pabrik dalam penyimpanan sebesar 87%
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
35
3,59
Dari Gambar 5.5 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku gula
dari pabrik tersebut jauh di atas jumlah safety stock yang didapat dari
55
dapat menurunkan stock akhir dari pabrik dalam penyimpanan sebesar 91%
pada tabel 4.9 terdapat persediaan minimum sebesar 23,8 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
0,85
Dari Gambar 5.6 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
akhir dari pabrik tersebut jauh di atas jumlah safety stock yang didapat dari
dapat menurunkan stock akhir dari pabrik dalam penyimpanan sebesar 85%
pada tabel 4.10 terdapat persediaan minimum sebesar 5,25 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
57
0,79
Dari Gambar 5.7 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
Stock akhir dari pabrik tersebut jauh di atas jumlah safety stock yang didapat
Kg. Safety stock merupakan persediaan yang harus ada dalam penyimpanan
dapat menurunkan stock akhir dari pabrik dalam penyimpanan sebesar 86%
pada tabel 4.11 terdapat persediaan minimum sebesar 5,25 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
KEMIRI (KG)
10
0,98
Dari Gambar 5.8 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku kemiri
pabrik tersebut jauh di atas jumlah safety stock yang didapat dari
dapat menurunkan stock akhir dari pabrik dalam penyimpanan sebesar 91%
pada tabel 4.12 terdapat persediaan minimum sebesar 4,9 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
2,3
Dari Gambar 5.9 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku tholo
dari pabrik tersebut jauh di atas jumlah safety stock yang didapat dari
60
dapat menurunkan stock akhir dari pabrik dalam penyimpanan sebesar 80%
pada tabel 4.13 terdapat persediaan minimum sebesar 10,4 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
1,75
Dari Gambar 5.10 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku cabai
stock didapat safety stock sebesar 1,75 Kg. Safety stock merupakan
pada tabel 4.14 terdapat persediaan minimum sebesar 5,81 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
SERAI (KG)
0,32
Dari Gambar 5.11 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku serai
didapat safety stock sebesar 0,32 Kg. Safety stock merupakan persediaan
pada tabel 4.15 terdapat persediaan minimum sebesar 1,96 Kg. Persediaan
63
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
Dari Gambar 5.12 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku cabai
stock didapat safety stock sebesar 1 Kg. Safety stock merupakan persediaan
pada tabel 4.16 terdapat persediaan minimum sebesar 2,8 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
GARAM (KG)
1,19
Dari Gambar 5.13 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
stock didapat safety stock sebesar 1,19 Kg. Safety stock merupakan
65
pada tabel 4.17 terdapat persediaan minimum sebesar 6,65 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
KNOOR (KG)
2
0,11
Dari Gambar 5.14 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
dari pabrik tersebut jauh di atas jumlah safety stock yang didapat dari
dapat menurunkan stock akhir dari pabrik dalam penyimpanan sebesar 95%
pada tabel 4.18 terdapat persediaan minimum sebesar 0,49 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
TERASI (BNKS)
0,25
Dari Gambar 5.15 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
stock didapat safety stock sebesar 0,25 bungkus. Safety stock merupakan
kembali atau Re Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati
KETUMBAR (KG)
0,08
Dari Gambar 5.16 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
stock didapat safety stock sebesar 0,08 Kg. Safety stock merupakan
pada tabel 4.20 terdapat persediaan minimum sebesar 0,59 Kg. Persediaan
69
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
0,26
Dari Gambar 5.17 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku cabai
stock didapat safety stock sebesar 0,26 Kg. Safety stock merupakan
pada tabel 4.21 terdapat persediaan minimum sebesar 0,56 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
LAOS (KG)
0,27
Dari Gambar 5.18 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku laos
didapat safety stock sebesar 0,27 Kg. Safety stock merupakan persediaan
71
pada tabel 4.22 terdapat persediaan minimum sebesar 1,89 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
KENCUR (KG)
0,06
Dari Gambar 5.19 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
stock didapat safety stock sebesar 0,06 Kg. Safety stock merupakan
pada tabel 4.23 terdapat persediaan minimum sebesar 0,14 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
0,12
Dari Gambar 5.20 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
penyimpanan. Stock akhir dari pabrik tersebut jauh di atas jumlah safety
yaitu sebesar 0,12 bungkus. Safety stock merupakan persediaan yang harus
metode min-max stock dapat menurunkan stock akhir dari pabrik dalam
kembali atau Re Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati
74
KUNYIT (KG)
0,04
Dari Gambar 5.21 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
stock didapat safety stock sebesar 0,04 Kg. Safety stock merupakan
pada tabel 4.25 terdapat persediaan minimum sebesar 0,1 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
MERICA (KG)
0,007
Dari Gambar 5.22 terlihat stock akhir dari pabrik untuk bahan baku
stock didapat safety stock sebesar 0,007 Kg. Safety stock merupakan
pada tabel 4.26 terdapat persediaan minimum sebesar 0,017 Kg. Persediaan
Order Point. Jika bahan baku telah mencapai atau melewati persediaan
A. Kesimpulan
perhatian terhadap bahan baku yang digunakan agar tidak terjadi kerusakan
bahan baku yang dapat menimbulkan kerugian akibat bahan baku tidak
dapat digunakan.
ketersediaan bahan baku agar semua bahan baku tidak mengalami kehabisan
3. Penanganan yang tepat agar bahan baku tidak mengalami kerusakan akibat
penumpukan bahan baku dalam jumlah banyak dan agar tidak terjadi
stock ketersediaan seluruh bahan baku dapat terjaga dengan optimal karena
harus ada dalam penyimpanan agar proses produksi dapat berjalan dengan
77
78
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
Afianti, H. F., & Azwir, H. H., 2017, ‘Pengendalian Persediaan Dan Penjadwalan Pasokan
Bahan Baku Impor Dengan Metode ABC Analysis’, Jurnal IPTEK, Volume 21,
Nomor 2, halm 77-90.
Ariesty, A., & Andari, T., 2016, ‘Metode Economic Quantity Interval Untuk Optimalisasi
Persediaan Barang Consumable Adem Sari Chingku’, Jurnal Visionida, Volume 2,
Nomor 1, halm 1-15.
Bahagia, S. N., 2016, ‘Sistem Inventory’, ITB, Bandung.
Data Bahan Baku Gudeg Kaleng Bu Tjitrio, 2019, Yogyakarta.
Hudori, M., 2017, ‘Penentuan Kelompok Persediaan Sparepart Mesin Pada Industri Baja
Dengan Menggunakan Analisis Klasifikasi ABC’, Jurnal Citra Widya Edukasi, Vol
9, Nomor 2, Halm 153-162.
Junaidi., 2019, ‘Penerapan Metode ABC Terhadap Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Pada UD Mayong Sari Probolinggo’, Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol 2,
Nomor 2, Halm 158-174.
Kartika, W., 2019, ‘Model Transportasi Pengiriman Produk Perishable Dengan Multi
Kendaraan’, Jurnal Manajemen Industri dan Logistik, Volume 03, Nomor 01, halm
55-72.
Kinanthi, A. P., Herlina, D., & Mahardika, F. A., 2016, ‘Analisis Pengendalian Persediaan
Bahan Baku Menggunakan Metode Min-Max Stock’, Jurnal Performa, Volume 15,
Nomor 2, halm 87-92.
Maharani, M. H., & Kamal, M., 2015, ‘Perbandingan Sistem Economic Order Quantity
Dan Jus In Time Pada Pengendalian Persediaan Bahan Baku’, Journal of
Management, Volume 4, Nomor 2, halm 1-15.
Mail, A., Asri, M., Padhli, A., & Chairany, N., 2018, ‘Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Menggunakan Metode Min-Max Stock’. Journal of Industrial Engineering
Management, Volume 3, Nomor 1, halm 9-14.
Nurwulandari, A., & Rosa, P. H., 2013, ‘Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan
Pengadaan Obat Menggunakan Model Pareto ABC dan Optomasi Kualitatif’,
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, ISSN 1907-5022, halm I-36 – I-40.
Parwati, N., Nurhasanah N., dkk., 2016, ‘Rancangan Optimasi Pemesanan Perishable
Goods Metode Single Order Quantities’, Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI
SAINS DAN TEKNOLOGI, Volume 3, Nomor 3, halm 120-124.
Prabawa, G. G., Darmawiguna, I. G. M., & Wirawan, I. M. A., 2018, ‘Pengembangan
Sistem Pendukung Keputusan Pengendalian Persediaan Barang Menggunakan
Metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Min-Max Berbasis WEB’, Jurnal
Nasional Pendidikan Teknik Informatika, Volume 7, Nomor 2, halm 107-120.
Rahardiansyah, F., & Adhiana, T. P., 2018, ‘Analisis Pengendalian Persediaan Material
Menggunakan Metode Min-Max Stock’, No ISBN 978-602-1643-617, halm 238-
247.
Renta, N., Djoko, H., & Nurseto, S., 2013, ‘Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Rokok’, Journal of Social And Politic, halm 1-8.
Riani, L. P., & Wiyono, B., 2016, ‘Analisis ABC Dalam Pengendalian Persediaan Spare
Part Jenis Oil Sepeda Motor’, Jurnal Nusamba, Volume 1, Nomor 1, halm 1-12.
Rizky, C., Sudarsono, Y., & Sadriatwati, S. E., (2016), ‘Analisis Perbandingan Metode
EOQ Dan Metode POQ Dengan Metode Min-Max Dalam Pengendalian Persediaan
Bahan Baku’, Jurnal Polines, Volume 17, Nomor 1, halm 11-22.
Salam A., & Mujiburrahman., 2018, ‘Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menggunakan
Metode Min-Max Stock’, Jurnal Ekonomi dan Manajemen Teknologi, Volume 2,
Nomor 1, halm 47-54.
Topowijono, C. Y., & Sudjana, N., 2016, ‘Penerapan EOQ Dalam Rangka Meminimumkan
Biaya Persediaan Bahan Baku’, Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 36, Nomor 1,
halm 1-9.
Vantrica, A. A., & Astanti, Y. D., 2017, ‘Analisis Perencanaan Suku Cadang dengan
Metode Blanket Order dan Min-Max’, Jurnal Ilmu Teknik Industri dan Informatika,
Volume 5, Nomor 2, halm 67-73.
Wahyuni, T., 2015, ‘Penggunaan Analisis ABC Untuk Pengendalian Persediaan Barang
Habis Pakai: Studi Kasus di Program Vokasi UI’, Jurnal Vokasi Indonesia, Volume
3, Nomor 2, halm 1-20.
Wali, M., 2019, ‘Application Optimizing the Placement of Safety Stock Using the MaxiMin
Method for Printing Companies’, International Journal of Research and Review,
Volume 6, Nomor 2, halm 203-210.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Berdasarkan data pembelian bahan baku Gula Jawa tahun 2019 pada
berikut:
= (3490 – 3465) + 10
= 35 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 3,59 Kg
Min = (T × C) + S
= 23,80 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (288,75 × 0,07)
= 40,46 Kg
= 40,46 – 23,80
= 16,66 Kg
Keterangan :
sebagai berikut:
= (755 – 755) + 5
= 5 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 0,85 Kg
Min = (T × C) + S
= 5,25 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (62,92 × 0,07)
= 8,80 Kg
= 8,80 – 5,25
= 3,55 Kg
Keterangan :
sebagai berikut:
= (765 – 765) + 5
= 5 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 0,79 Kg
Min = (T × C) + S
= 5,25 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (63,75 × 0,07)
= 8,9 Kg
= 8,9 – 5,25
= 3,65 Kg
Keterangan :
berikut:
= (677 – 672) + 5
= 10 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 0,98 Kg
Min = (T × C) + S
= 4,9 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (56 × 0,07)
= 7,84 Kg
= 7,84 – 4,9
= 2,94 Kg
Keterangan :
sebagai berikut:
= (1388 – 1387) + 8
= 9 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 2,30 Kg
Min = (T × C) + S
= 10,40 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (115,58 × 0,07)
= 16,18 Kg
= 16,18 – 10,40
= 5,78 Kg
Keterangan :
sebagai berikut:
= (696,5 – 696,5) + 0
= 0 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 1,75 Kg
Min = (T × C) + S
= 5,81 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (58,04 × 0,07)
= 8,13 Kg
= 8,13 – 5,81
= 2,32 Kg
Keterangan :
Berdasarkan data pembelian bahan baku Serai tahun 2019 pada Tabel
= (278 – 281) + 3
= 0 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 0,32 Kg
Min = (T × C) + S
= 1,96 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (23,42 × 0,07)
= 3,28 Kg
= 3,28 – 1,96
= 1,32 Kg
Keterangan :
sebagai berikut:
= (309 – 309) + 0
= 0 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 1 Kg
Min = (T × C) + S
= (25,75 × 0,07) + 1
= 2,80 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (25,75 × 0,07)
= 3,61 Kg
= 3,61 – 2,80
= 0,81 Kg
Keterangan :
berikut:
= (931 – 936) + 5
= 0 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 1,19 Kg
Min = (T × C) + S
= 6,65 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (78 × 0,07)
= 10,92 Kg
= 10,92 – 6,65
= 4,27 Kg
Keterangan :
JUMLAH 67 65
RATA-RATA 5,583333333 5,416666667
Tabel L 10, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah sebagai
berikut:
= (67 – 65) + 0
= 2 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= (7 – 5,42) × 0,07
= 0,11 Kg
Min = (T × C) + S
= 0,49 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (5,42 × 0,07)
= 0,76 Kg
= 0,76 – 0,49
= 0,27 Kg
Keterangan :
JUMLAH 50 54
RATA-RATA 4,166666667 4,5
Tabel L 11, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah sebagai
berikut:
= (50 – 54) + 4
= 0 Bungkus
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= (8 – 4,5) × 0,07
Min = (T × C) + S
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (4,5 × 0,07)
= 0,63 – 0,57
Keterangan :
Tabel L 12, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah sebagai
berikut:
= (87,5 – 87,5) + 0
= 0 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 0,08 Kg
Min = (T × C) + S
= 0,59 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (7,30 × 0,07)
= 1,02 Kg
= 1,02 – 0,59
= 0,43 Kg
Keterangan :
JUMLAH 52 52
RATA-RATA 4,333333333 4,333333333
pada Tabel L 13, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah
sebagai berikut:
= (52 – 52) + 0
= 0 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= (8 – 4,33) × 0,07
= 0,26 Kg
Min = (T × C) + S
= 0,56 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (4,33 × 0,07)
= 0,61 Kg
= 0,61 – 0,56
= 0,05 Kg
Keterangan :
Berdasarkan data pembelian bahan baku Laos tahun 2019 pada Tabel
L 14, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah sebagai berikut:
= (277 – 277) + 0
= 0 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 0,27 Kg
Min = (T × C) + S
= 1,89 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (23,08 × 0,07)
= 3,23 Kg
= 3,23 – 1,89
= 1,34 Kg
Keterangan :
JUMLAH 13 13
RATA-RATA 1,083333333 1,083333333
Tabel L 15, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah sebagai
berikut:
= (13 – 13) + 0
= 0 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= (2 – 1,09) × 0,07
= 0,06 Kg
Min = (T × C) + S
= 0,14 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (1,09 × 0,07)
= 0,15 Kg
= 0,15 – 0,14
= 0,01 Kg
Keterangan :
JUMLAH 60 27
RATA-RATA 5 2,25
pada Tabel L 16, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah
sebagai berikut:
= (60 – 27) + 17
= 50 Bungkus
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= (4 – 2,25) × 0,07
Min = (T × C) + S
Max = 2 × (T × C)
= 2 × (2,25 × 0,07)
= 3,15 – 0,28
Keterangan :
Tabel L 17, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah sebagai
berikut:
= (10,5 – 10,5) + 0
= 0 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 0,04 Kg
Min = (T × C) + S
= 0,10 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × ( 0,86 × 0,07)
= 0,12 Kg
= 0,12 – 0,10
= 0,02 Kg
Keterangan :
Tabel L 18, maka dapat dihitung total persediaan akhir adalah sebagai
berikut:
= (1,75 – 17,5) + 0
= 0 Kg
Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan metode Min-Max
Stock.
S = (Pemakaian maksimum – T) × C
= 0,007 Kg
Min = (T × C) + S
= 0,017 Kg
Max = 2 × (T × C)
= 2 × ( 0,15 × 0,07)
= 0,021 Kg
= 0,021 – 0,017
= 0,004 Kg
Keterangan :