Disusun Oleh :
BASORI
NIM. 104.0503.021
i
ii
iii
HALAMAN MOTTO
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
maka secara khusus hasil penelitian ini penyusun mengungkapkan rasa syukur dan
persembahkan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah tiada tara,
2. Orang tua tercinta (Bapak Ngadiran dan Ibu Sarwati), motivator, teladan dan
3. Istri (Eko Walyani, S.Pd) dan Anak-anakku tercinta (Hafidza Hizba MR,
Ghania Sakha ZD, Muhammad Zaka Zahirul Aqwam) yang selalu memberikan
kesejukan hati.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik
dengan judul “Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase di Jalan Sarwo Edi Wibowo
syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas
1. Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin,.M.Sc selaku Rektor Universitas Tidar, yang telah
2. Dr. Ir. Sapto Nisworo,.M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Tidar.
4. Ir. Dwi Sat Agus Yuwana,.M.T. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
vi
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknik Universitas Tidar yang telah
8. Orang tua, istri dan keluarga besar yang selalu memberikan do’a dan
skripsi.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi.
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
Halaman
INTISARI .................................................................................................... xx
viii
1.7. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 19
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Genangan air dipertigaan Saragan . ....................................... 3
x
Gambar 4.2 Inlet di depan Akademi Militer .............................................. 72
xi
Gambar 4.15 Detail Saluran As Build Drawing Sub Sistem Drainase
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Hasil Penelitian Sejenis ................................................................ 6
Tabel 2.4 Periode Ulang Banjir Rencana untuk Berbagai Klasifikasi Kota .. 54
Tabel 4.3 Tabel Dimensi Existing Saluran Jalan Sarwo Edi Wibowo .......... 84
xiii
Tabel 4.16 Nilai XT Distribusi Gumbell ......................................................... 95
Tabel 4.34 Debit Banjir Maksimum Kala Ulang 2 Tahun ............................... 111
Tabel 4.35 Debit Banjir Maksimum Kala Ulang 5 Tahun ............................... 112
Tabel 4.36 Debit Banjir Maksimum Kala Ulang 10 Tahun ............................. 113
Tabel 4.37 Debit Banjir Maksimum Kala Ulang 20 Tahun ............................. 114
Tabel 4.38 Debit Banjir Maksimum Kala Ulang 50 Tahun ............................. 115
xiv
Tabel 4.39 Tabel Dimensi Saluran Rencana Kala Ulang 2 Tahun .................. 135
Tabel 4.40 Tabel Dimensi Saluran Rencana Kala Ulang 5 Tahun .................. 136
Tabel 4.41 Tabel Dimensi Saluran Rencana Kala Ulang 10 Tahun ................ 136
Tabel 4.42 Tabel Dimensi Saluran Rencana Kala Ulang 20 Tahun ................ 137
Tabel 4.43 Tabel Dimensi Saluran Rencana Kala Ulang 50 Tahun ................ 137
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Perbandingan Qp dengan Qc (As Built Drawing)
xvi
DAFTAR NOTASI
: Koefisien
C : Koefisien aliran
K : Jumlah kelas
n : Jumlah Stasiun
n : Koefisien Manning
Q : Debit (m3/detik)
xvii
R24 : Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
sd : Standar deviasi
SG : Faktor keamanan
Sx : Standar Deviasi
Yt : Reduce Mean
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
INTISARI
Beberapa Sub Sistem Saluran Drainase Jalan Sarwo Edi Wibowo tidak
mampu menampung debit banjir yang terjadi dengan kala ulang tertentu. Tujuan
dari penyusunan skripsi untuk :1).Mengevaluasi kapasitas maksimum saluran
drainase eksisting di Jalan Sarwo Edi Wibowo. 2). Mengetahui perbandingan
kapasitas maksimum saluran drainase eksisting antara data As Built Drawing
dengan Eksisting berdasarkan debit banjir rencana kala ulang 2, 5, 10, 20 dan 50
tahun.3). memberikan alternatif re-desain bagi saluran yang tidak mampu
mengalirkan debit maksimumnya.
Penelitian ini mengevaluasi kapasitas saluran drainase dengan
membandingkan nilai Qp dan Qc. Saluran Drainase Jalan Sarwo Edi Wibowo
dibagi menjadi 6 (Enam) sub sistem drainase. Nilai Debit Banjir (Qp kala ulang)
diperoleh dari data hujan, koefisien aliran, intensitas hujan dan luas area
tangkapan atau dihitung menggunakan metode rasional. Nilai kapasitas masing-
masing saluran (Qc) diperoleh dari mengalikan data penampang saluran dari
Asbuilt Drawing dan Eksisting dengan kecepatan aliran.
Hasil analisis menunjukkan kapasitas maksimum Saluran Jalan Sarwo Edi
Wibowo yang terbagi dalam 6 (enam) sub sistem drainase, secara umum mampu
mengalirkan debit banjir maksimumnya dengan Kala Ulang 2, 5, 10, 20 dan 50
kecuali Sub Sistem Drainase Kali Elo 1, sedangkan Sub Sistem Drainase Kali Elo
2 dan Kali Sekaran 1 hanya mampu mengalirkan debit banjir maksimumnya
dengan kala ulang 2 tahun. Hasil analisis juga menunjukkan selisih kapasitas
maksimum saluran jika dihitung menggunakan data as built drawing dengan data
Eksisting yang diakibatkan karena sedimentasi dan kerusakan saluran.
xx
ABSTRACT
Some of the Sarwo Edi Wibowo Road Drainage Sub-System are not able to
accommodate the flood discharges that occur with certain times. The purpose
arrangeing of this skripsi are to: 1). Evaluate the maximum capacity of the
existing drainage channel on Sarwo Edi Wibowo Road. 2). Knowing the ratio of
the maximum capacity of existing drainage channels between As Built Drawing
and Existing data based on the planned flood discharge of 2, 5, 10, 20 and 50
years. 3). Provides an alternative re-design for channels that are not able to drain
their maximum discharge.
This study evaluates the drainage channel capacity by comparing the
values of Qp and Qc. Drainage Channel of JSarwo Edi Wibowo Road is divided
into 6 (six) drainage sub-systems. The value of Flood Discharge (Qp in return) is
obtained from rainfall data, flow coefficient, rainfall intensity and catchment area
or calculated using the rational method. The value of the capacity of each channel
(Qc) is obtained by multiplying the channel cross section data from the Asbuilt
Drawing and Existing with the flow velocity.
The analysis showed that the maximum capacity of the Sarwo Edi Wibowo
Road Channel, which was divided into 6 (six) drainage sub-systems, was
generally able to drain its maximum flood discharge with a 2, 5, 10, 20 and 50
recurrence except for the Elo Stream 1 Drainage Sub-System, while the Elo
Stream 2 Drainage System and Sekaran Stream 1 Drainage System are only able
to drain the maximum flood discharge with a 2 year return period. The analysis
also shows the difference in the maximum capacity of the channel if calculated
using data as built drawings with existing data caused by sedimentation and
channel damage.
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
Banjir adalah aliran air yang tingginya melebihi muka air normal, sehingga
lahan di sisi sungai atau saluran. Aliran air limpasan tersebut semakin
banjir/genangan di daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan banjir yang
terjadi akibat saluran atau sungai tidak mampu mengalirkan debit yang ada.
dipengaruhi oleh besar debit air yang mengalir melebihi daya tampung daerah
pengaliran, selain debit aliran permukaan banjir juga dipengaruhi oleh kondisi
daerah pengaliran dan iklim (curah hujan) setempat (Bakornas PB, 2007).
sebagai rangkaian bangunan air dari suatu kawasan atau lahan. Drainase yaitu
suatu cara pembuangan kelebihan air yang melimpas pada suatu daerah, serta
2013).
1
Permasalahan genangan khususnya di perkotaan merupakan salah satu
masih terdapat beberapa lokasi yang belum bisa terselesaikan. Salah satu lokasi
mencakup wilayah 2 (dua) desa yaitu Desa Banyurojo dan Desa Bulurejo, area
ini merupakan Jalan Provinsi dengan nama Jl. Sarwo Edi Wibowo.
suatu sistem yang mengatur air limpasan air hujan dari awal saluran (tributary)
langsung, salah satu penyebab terjadinya masalah genangan dan banjir di Jl.
Sarwo Edi Wibowo adalah karena ketidak seimbangan antara supply dan
penanganan secara terarah dan terpadu dalam jangka menengah dan jangka
2
Tahun 2012, Pemerintah kabupaten Magelang telah mengalokasikan dana
tuntas dan dapat berfungsi baik sesuai sasaran pembangunan yang hendak di
capai. Namun, dengan alokasi pendanaan dan upaya penanganan yang telah
tersebut. Kondisi genangan air di Jalan Sarwo Edi Wibowo salah satunya di
Pertigaan Saragan dan Depan Pemkot Magelang yang dapat dilihat pada
Gambar 1.1 Genangan air di Pertigaan Saragan dan Gambar 1.2 Genangan air di
3
Gambar 1.2. Genangan air di depan Pemkot Magelang
Kapasitas Saluran Drainase Jalan Sarwo Edi Wibowo Desa Banyurojo Kecamatan
Edi Wibowo ?
4
di daerah sekitar lokasi, dan mengabaikan pengaruh kondisi inlet saluran serta
2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari DPUPR
Kabupaten Magelang.
Edi Wibowo.
5
4. Bagi warga masyarakat dapat mengetahui pentingnya sistem saluran drainase
demi kenyamanan, keamanan, dan sebagai salah satu acuan dalam usulan
Tabel 1.1.
6
Tabel 1.1 Lanjutan
7
Tabel 1.1 Lanjutan
8
Tabel 1.1 Lanjutan
9
Tabel 1.1 Lanjutan
lingkungan
10
Tabel 1.1 Lanjutan
11
Tabel 1.1 Lanjutan
periodik
12
Tabel 1.1 Lanjutan
13
Tabel 1.1 Lanjutan
14
Tabel 1.1 Lanjutan
15
Tabel 1.1 Lanjutan
16
Tabel 1.1 Lanjutan
17
Tabel 1.1 Lanjutan
penelitian yang dilakukan terletak pada lokasi dan catchment area yang ditinjau.
18
1.7. Hipotesis Penelitian
19
BAB II
1. Definisi Wilayah
Tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan Wilayah adalah ruang yang
merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
fungsional.
2. Definisi Kawasan
yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. Kawasan lindung adalah
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan budi daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk budidaya atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber
20
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
ekonomi.
2.1.2. Drainase
Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau
untuk mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan dan sebuah sistem
yang dibuat untuk menangani persoalan kelebihan air baik air yang berada diatas
permukaan tanah maupun air yang berada di bawah permukaan tanah, kelebihan
air dapat disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi atau akibat dari durasi hujan
kebutuhan rumah tangga menghasilkan air kotor yang perlu dialirkan dan dengan
mengeluarkan limbah yang perlu dialirkan. Pada musim hujan terjadi kelebihan
manusia mulai berpikir akan kebutuhan sistem saluran yang dapat mengalirkan air
teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan,
21
maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal.
adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu kawasan
kondisi lingkungan sosial budaya yang ada di kaw'asan kota. Drainase perkotaan
merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan. Sistem
drainase perkotaan adalah satu kesatuan sistem teknis dan non teknis dari
22
Sistem jaringan terpisah adalah sistem dimana air buangan disalurkan
tersendiri dalam jaringan roil tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan
tersendiri dalam saluraan rainase khusus untuk air yang tidak tercemar. Air kotor
dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing secara terpisah.
b. Kualitas yang jauh berbeda antara air buangan dan air hujan.
c. Air buangan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air hujan tidak
perlu dan harus secepatnya dibuang ke sungai yang terdapat pada daerah yang
ditinjau.
Keuntungan :
c. Pada instalansi pengolahan air buangan tidak ada tambahan beban kapasitas,
d. Pada sistem ini untuk saluran air buangan bisa direncanakan pembilasan
Kerugian :
23
Gambar 2.1. Sistem Jaringan Terpisah
Sumber: Hasmar, 2012
2. Sistem Tercampur (Pseudo Sepairate Sistem)
Air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama.Saluran
antara lain:
Keuntungan :
lebih ekonomis.
b. Terjadi pengeceran air buangan oleh air hujan sehingga konsentrasi air buang
menurun.
Kerugian :
24
Merupakan perpaduan antara saluran air buang dan saluran air hujan
dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam
saluran air buangan. Sedangkan air hujan berfungsi sebagai pengecer dan
pengelontor. Kedua saluran ini tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem
a. Perbedaan yang besar antara kuantitas air buangan yang akan disalurkan
melalui jaringan penyalur air buangan dan kuantitas curah hujan pada daerah
pelayanan.
c. Periode musim kemarau dan musim hujan yang lama dan fluktuasi air hujan
antara air buangan rumah tangga dengan air buangan yang berasal dari air hujan.
Jadi air buangan yang akan diolah dalam bangunan pengelohan air bungan hanya
bagian, yaitu :
dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area).
25
Pada umumnya sistem drainase makro ini disebut juga sebagai sistem saluran
pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini
menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer,
dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan.
Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di
sepanjang sisi jalan, saluran/ selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-
gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat
ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan
untuk hujan dengan masa ulang 2. 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan
yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai
Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase
1. Saluran Primer
Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah
2. Saluran Sekunder
26
Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun
3. Saluran Tersier
4. Saluran Kwarter
Herarki susuan saluran drainase perkotaan dapat dilihat pada Gambar 2.2
27
Drainase alamiah adalah drainase yang terbentuk secara alami dan tidak
batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air
yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang
Drainase buatan adalah darainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan
chanel flow.
tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah
a. Single Purpose
28
Saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air
hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah
b. Multy Purpose
4. Menurut konstruksi
a. Saluran terbuka
Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah
yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang
b. Saluran tertutup
Saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor atau untuk
dalam kota.
a. Siku
Pola jaringan siku dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit
lebih tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai badan air penerima biasanya berada
di tengah kota. Gambar Pola Jaringan Drainase Siku dapat di lihat pada Gambar
2.3.
b. Pararel
29
Pola jaringan drainase paralel adalah saluran utama terletak sejajar dengan
saluran cabang. Dengan saluran cabang sekunder yang cukup banyak dan pendek-
menyesuaikan diri. Pola ini banyak digunakan di kota-kota atau daerah padat
penduduk. Gambar Pola Jaringan Drainase Paralel dapat dilihat pada gambar 2.4.
c. Grid Iron
Pola jaringan grid iron dapat diterapkan untuk daerah dimana sungainya
d. Alamiah
Pola jaringan drainase alamiah secara umum seperti pola siku, hanya
beban sungai sebagai badan air penerima pada pola alamiah lebih besar. Gambar
e. Radial
sehingga pola saluran memencar ke segala arah. Gambar Pola Jaringan Drainase
f. Jaring-jaring
pembuang yang mengikuti arah jalan raya, dan cocok untuk daerah dengan
topografi datar. Gambar Pola Jaringan Drainase Jaring-Jaring dapat dilihat pada
Gambar 2.8.
30
Gambar 2.3. Pola Jaringan Drainase Siku.
Sumber: Hasmar, 2012
31
Gambar 2.6. Pola Jaringan Drainase Alamiah
Sumber: Hasmar, 2012
32
2.2.3. Dasar - Dasar Kriteria Perencanaan Drainase
keekonomisannya
lahan dan bahan, biaya, serta operasi dan pemeliharaan setelah pembangunan
selesai. Seluruh item-item pekerjaan yang disebutkan di atas tidak berdiri sendiri-
33
1. Debit rencana
perencanaan saluran drainase dapat dipakai standar yang telah ditetapkan, baik
debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan,
struktur saluran, dan lain-lain. Tabel 2.1 Kriteria desain hidrologi sistem drainase
perkotaan.
Periode ulang
Luas DAS (Ha) Metode perhitungan debit banjir
(Tahun)
< 10 2 Rasional
10 – 100 2-5 Rasional
101 – 500 5-20 Rasional
> 500 20-25 Hidograf Satuan
Sumber : (Suripin : 2004)
2. Jalur saluran
Jalur saluran sedapat mungkin mengikuti pola jaringan yang telah ada,
kecuali untuk saluran tambahan, dan/atau daerah perluasan kota. Penentuan jalur
misalnya rencana jalan, pipa air minum, jaringan kabel bawah tanah, dll.
3. Profil memanjang
34
a. Tinggi muka air di muara (outlet) dan tinggi muka air di hilir saluran harus
didesain berdasarkan pada tinggi muka air rencana di saluran buangan, dalam
hal ini bisa berupa saluran induk, kolam penampungan, atau langsung ke laut.
Dalam hal yang terakhir perlu memperhatikan fluktuasi air laut akibat adanya
pasang surut.
b. Profil memanjang rencana muka air tertinggi harus direncanakan kira- kira
sama dengan kemiringan tanah sepanjang saluran sehingga air hujan dari
c. Kemiringan dasar saluran didesain sama dengan kemiringan muka air tertinggi
kecuali pada saluran yang terpengaruh oleh aliran balik. Elevasi dasar saluran
aliran seragam, kecuali pada bagian saluran yang terpengaruh aliran balik
kondisi dan kemiringan dasar saluran, dinding saluran, dan pemeliharaan saluran.
35
diperlukan perkuatan untuk menjamin supaya dinding tidaklongsor. Perkuatan
dinding saluran dapat berupa pasangan batu kali, atau lapisan beton.
Siklus Hidrologi menurut (Suripin, 2004) adalah sirkulasi air yang tidak
kita tidak tahu kapan dan dari mana berawalnya dan kapan pula akan berakhirnya.
Air berevaporasi. kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,
hujan batu, hujan es dan salju, hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju
bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinyu dalam tiga cara
yang berbeda:
a. Evaporasi / transpirasi.
awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik- bintik air yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju dan es.
36
Air bergerak ke dalam tanah melalui celah- celah dan pori-pori tanah dan
batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air
dapat bergerak secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan tanah hingga
c. Air Permukaan.
Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau, makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran
permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada
daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai
utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai
menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,
waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air dapat dilihat pada
37
Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis,
dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama
satu hari. Dalam analisa digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang
dimaksud adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung
diperlukan data hujan harian. Hal ini akan membawa konsekuen dalam pemilihan
data, dan dianjurkan untuk menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat
instansi, antara lain Dinas Pengairan/ DPU, Dinas Pertanian, dan Badan
Metereologi dan Geofisika. Jenis dan tipe alat penakar hujan yang digunakan
juga berbeda-beda. Hujan yang ada di suatu daerah diukur melalui titik yang telah
mewakili satu luasan daerah yang berada disekitarnya dan dinyatakan kedalaman
hujan jatuh pada suatu interval waktu tertentu.Secara umum alat penakar hujan
dibagi menjadi dua, yaitu alat penakar hujan manual dan penakar hujan
otomatis.
Air hujan yang turun dari atmosfer jika tidak ditangkap oleh vegetasi
kedap air lainnya, maka akan jatuh ke permukaan bumi dan sebagian akan
38
kehilangan seperti cara-cara tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan
akan langsung mengalir diatas permukaan tanah menuju alur aliran terdekat.
(subsurfaceflow).
a. Faktor Meteorologi
1. Intensitas hujan
tergantung pada laju infiltrasi. Jika intensitas hujan melebihi laju infiltrasi,
curah hujan. Intensitas hujan berpengaruh pada debit maupun volume limpasan.
2. Durasi hujan
hujan dengan intensitas tertentu. Jika hujan yang terjadi lamanya kurang dari
39
3. Distribusi curah hujan
hujan di seluruh DAS. Secara umum, laju dan volume limpasan maksimum
terjadi jika seluruh DAS telah memberi kontribusi aliran. Namun demikian,
limpasan yang lebih besar dibandingkan dengan hujan biasa yang meliputi
seluruh DAS.
untuk jumlah hujan yang sama maka curah hujan yang distribusinya
b. Karakteristik DAS
meliputi :
dinyatakan sebagai jumlah total dari DAS, melainkan sebagai laju dan
volume per satuan luas, besarnya akan berkurang dengan bertambahnya luas
DAS. Ini berkaitan dengan waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik
40
2. Topografi
lainnya mempunyai pengaruh pada laju dan volume aliran permukaan. DAS
dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit yang jarang dan adanya
Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk
41
Pengukuran yang diperoleh dari masing-masing pengukur hujan adalah data yang
merupakan data hujan lokal (point rainfall), sedangkan untuk keperluan analisis,
yang diperlukan adalah data hujan daerah aliran (areal rainfall atau catchment
Mulai
Kalibrasi
Cek T Revisi
Apabila dalam suatu wilayah administrasi kota terdapat lebih dari 1(satu)
maksimum tahunan dapat ditentukan dengan tiga metode yang tergantung pada
jumlah dan sebaran stasiun hujan yang ada, serta karateristik DAS, yaitu :
Data hujan daerah aliran yang paling riil dihitung dengan menggunakan
cara poligon Thiessen. Cara ini memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh
42
untuk membentuk poligon. Metode ini cocok untuk menentukan tinggi hujan rata-
rata apabila pos hujan tidak banyak, dan hujan yang terjadi tidak merata.
R= ..................................................................................... (2.1)
di mana: R = curah hujan daerah, R1,R2,Rn = curah hujan tiap pos pengamatan,
a. Semua stasiun yang terdapat di dalam atau di luar daerah tangkapan air
b. Setiap segitiga ditarik garis sumbunya, dan semua garis sumbu tersebut
membentuk poligon.
43
c. Luas daerah yang hujannya dianggap diwakili oleh salah satu setasiun yang
bersangkutan adalah daerah yang dibatasi oleh garis-garis poligon tersebut atau
d. Luas relatif daerah ini dengan luas daerah aliran sungai merupakan faktor
koreksinya.
dengan jumlah stasiu. Cara menghitung hujan rerata metode Aritmatik Aljabar
3. Metode Isohyet
R= ................................................................................... (2.3)
di mana: R = curah hujan daerah, R1, R2, Rn = curah hujan rata-rata pada area
44
Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran
curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi
frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi
menghitung hujan rencana dengan berbagai kala ulang (1, 2, 5, 10, 20, dan 50
normal (LN), atau Log Pearson tipe III (LN3). Untuk pengecekan data hujan,
lazimnya digunakan metode kurva masa ganda atau analisis statistik untuk
1. Distribusi Normal
faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe
45
di mana p dan a adalah parameter statistik, yang masing-masing adalah nilai rata-
rata dan standar deviasi dari variasi. Untuk mempermudah perhitungan, nilai
faktor frekuensi KT didapat dari Tabel 2.2 Nilai Variabel Reduksi Gauss.
Periode ulang.T
No. Peluang KT
(tahun)
46
dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Untuk distribusi Log Normal
tahun, = nilai rata-rata hitung variat. S = deviasi standar nilai variat. dan KT =
faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe
Fungsi kerapatan probabilitas Log Normal seperti Persamaan 2.7 s.d 2.10
sebagai berikut:
CV = ........................................................................................................ (2.9)
S
log x = . ...................................................... (2.10)
di mana: XTR - besarnya curah hujan dengan periode ulang t, n = jumlah data, log
frekuensi dari Log Normal 2 Parameter, (sebagai fungsi dari koefisien variasi, Cv;
dan periode ulang t), Slogx = Standard deviasi dari rangkaian data dalam harga
47
Secara sederhana fungsi kerapatan peluang distribusi Pearson Type III
Secara sederhana fungsi kerapatan peluang distribusi Pearson Type III ini
X= ............................................................................................... (2.13)
5. Distribusi Gumbel
hujan yang mempunyai rumus seperti terlihat dalam Persamaan 2.16 s.d 2.18 :
48
di mana: Rt - curah hujan untuk periode ulang t tahun (mm), R = curah hujan
faktor pengurangan deviasi standar rata-rata sebagai fungsi dari jumlah data.
frekuensi dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang di perkirakan
pengujian para meter dapat dilakukan dengan Uji Chi-kuadrat atau Uji Smirnov-
seperti terlihat pada Tabel. 2.3 Nilai kritis Do untuk Uji Smirnov- Kolmogorov.
α
N
0.20 0.10 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.3 0.34 0.40
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.20 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.20 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
0,5
n>50 1.07/n 1.22/n0,5 1.36/n0,5 1.63/n0,5
Sumber: (Suripin, 2004)
lapangan dan distribusi kumulatif fungsi yang ditinjau. Sampel yang berukuran n,
49
diatur dengan urutan yang meningkat. Dari data yang diatur akan membentuk
1. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya
3. Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih terbesar antara peluang
(Do). Apabila nilai D lebih kecil dari nilai Do maka distribusi teoritis yang
apabila nilai D lebih besar dari nilai Do maka distribusi teoritis yang digunakan
Mononobe atau yang sesuai. Rumus Intensitas curah hujan digunakan Persamaan
Mononobe:
I= ................................................................................................. (2.19)
Dimana:
50
I = intensitas curah hujan dalam mm/jam.
R24 = curah hujan harian maksimum tahunan untuk kala ulang t tahun (mm).
off) dengan jumlah curah hujan. Sehingga dapat di tulis seperti Persamaan 2.20
berikut ini:
C= ........................................................................................... (2.20)
tataguna lahan dikemudian hari karena dalam hal ini pengaruh koefisien
pengaliran sangat besar dalam menentukan besarnya aliran disuatu tempat daerah
mengalirkan lebih sedikit air hujan dibandingkan dengan daerah yang tidak
memiliki cekungan sama sekali. Efek tampungan oleh cekungan ini terhadap debit
Cs = ....................................................................................................... (2.21)
aliran air mengalir di dalam saluran dari hulu hingga ke tempat pengukuran (jam).
51
2.2.4.10. Waktu Konsentrasi
air untuk mengalir dari daerah yang terjauh ke suatu pembuang (outlet) tertentu,
yang diasumsikan bahwa lamanya hujan sama dengan waktu konsentrasi pada
semua bagian daerah pengaliran dimana air hujan berkumpul bersama-sama untuk
mendapatkan suatu debit yang maksimum pada outlet. Waktu konsentasi terdiri
a. Waktu pemasukan (inlet time) atau time of entry yaitu waktu yang dibutuhkan
b. Waktu pengaliran (conduit time) yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk
Dalam hal ini untuk curah hujan yang berasal dari atap, perkerasan
tidak lebih dari 5 menit. Pada daerah komersial yang relatif datar, waktu
52
pemukiman penduduk yang relatif datar waktu yang dibutuhkan sekitar 20 sampai
30 menit.
saluran dan kecepatan aliran. Menurut rumus empiris dari Kirpich yang
diasumsikan dari rumus Manning untuk koefisien kekasaran rata-rata dan jari-jari
hidraulis yang berlaku umum adalah seperti Persamaan 2.22 sebagai berikut:
di mana: tof = waktu pengaliran (menit), L = panjang saluran yang ditinjau dari
daerah pengaliran).
dengan metode Rasional. Metode Rasional adalah salah satu metode untuk
menentukan debit aliran permukaan yang diakibatkan oleh curah hujan, yang
Adapun asumsi dari Metode Rasional adalah pengaliran maksimum terjadi kalau
lama waktu curah hujan sama dengan lama waktu konsentrasi daerah alirannya.
53
di mana: Q - debit dalam m3/ det. A - luasan daerah aliran dalam IIa. I = intensitas
Rumus diatas berlaku untuk daerah yang luas pengalirannya tidak lebih
dari 80 Ha, sedangkan untuk daerah yang luas pengalirannya lebih besar dari 80
Ha maka rumus rasional diatas harus dirubah menjadi seperti Persamaan 2.25 dan
Persamaan 2.26.
di mana: Q - debit dalam m3/ det. A - luasan daerah aliran dalam Ha. I =
tampungan.
Cs = ....................................................................................................... (2.26)
aliran air mengalir did lam saluran dari hulu hingga ke tempat pengukuran (jam).
Debit banjir rencana dengan periode ulang dapat di lihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Periode Ulang Banjir Rencana untuk Berbagai Klasifikasi Kota
Hidrograf Satuan
Metode Analisis Banjir Rasional
Sintetik
54
2.2.5. Analisis Hidrolika
2.2.5.1. Definisi
Zat cair dapat diangkut dari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa
alamiah maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun
tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran
tertutup (closed conduits), sedangkan yang terbuka bagian atasnya disebut saluran
terbuka terdapat permukaan air yang bebas (free surface) di mana permukaan
bebas ini dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung, saluran terbuka
pejalan kakinya relatif jarang, beban kiri dan kanan saluran relatif ringan.
b. Saluran non prismatik (non prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
Contoh : sungai.
Aliran pada saluran terbuka terdiri dari saluran alam (natural channel),
55
muara, dan saluran buatan (artificial channel), seperti saluran drainase tepi jalan,
membawa air ke pembangkit listrik tenaga air, saluran untuk supply air minum,
dan saluran banjir. Saluran buatan dapat berbentuk segitiga. trapesium, segi
empat, bulat, setengah lingkaran, dan bentuk tersusun, seperti dapat di lihat pada
Jika kecepatan aliran pada suatu titik tidak berubah terhadap waktu, maka
alirannya disebut aliran permanen atau tunak (steady flow), jika kecepatan pada
suatu lokasi tertentu berubah tarhadap waktu, maka alirannya disebut aliran tidak
Jika kecepatan aliran pada suatu waktu tertentu tidak berubah sepanjang
saluran yang ditinjau, maka alirannya disebut aliran seragam (uniform flow).
Namun, jika kecepatan aliran pada saat tertentu berubah terhadap jarak, maka
alirannya disebut aliran tidak seragam atau aliran berubah (nonuniform flow or
56
varied flow). Berdasarkan laju perubahaan kecepatan terhadap jarak, maka aliran
dapat diklasifikasikan menjadi aliran berubah lambat laun (gradually varied flow)
Jika partikel zat cair yang bergerak mengikuti alur tertentu dan aliran
tampak seperti grakan serat-serat atau lapisan-lapisan tipis yang paralel, maka
alirannya disebut laminer. Sebaliknya, jika pertikel zat cair bergerak mengikuti
alur yang tidak beraturan, baik ditinjau terhadap ruang maupun waktu, maka
alirannya disebut aliran turbulen. Faktor yang menentukan keadaan aliran adalah
pengaruh relatif antara gaya kekentalan (viskositas) dan gaya inersia. Jika gaya
viskositas yang dominan, maka alirannya laminer, sedangkan jika gaya inersia
lebih kecil daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis dinyatakan
dengan Fr < 1. sedanglkan jika kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan
Kecepatan aliran dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke
titik lainnya. Dalam hal ini disebabkan adanya tegangan geser di dasar dan
dinding saluran dan keberadaan adanya tegangan geser di dasar dan di dinding
57
saluran dan keberadaan permukaan bebas. Kecepatan aliran mempunyai tiga
komponen arah menurut koordinat kartesius. Namun, komponen arah vertikal dan
arah rateral biasanya kecil dan diabaikan. Sehingga , hanya kecepatan aliran yang
58
Dalam mencari kecepatan aliran dapat dipakai beberapa rumus yang dapat
hidrolik, I - kemiringan dari permukaan air atau dari gradient energi atau dari
b. Manning
hidrolik, I = kemiringan dari permukaan air atau dari gradient energi atau dari
c. Strickler
ks = 26 ........................................................................................... (2.30)
diameter yang berhubungan dengan 35% berat material dengan diameter yang
lebih besar, R = jari-jari hidrolik, 1 = kemiringan dari permukaan air atau dari
gradient energi atau dari dasar saluran, garis-garisnya sejajar untuk aliran
teknis saluran drainase untuk air hujan dan air limbah perlu di perhatikan agar
59
saluran drainase tersebut dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, kriteria teknis
1. Muka air rencana lebih rendah dari muka tanah yang akan dilayani.
tampung oleh saluran tersebut. Didalam penelitian ini hubungan debit dengan
Q = A. V .......................................................................................................... (2.31)
tampang trapesium.
60
Didalam menggunakan rumus Manning harga dari koefisien kekasaran n
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Analisis Data
Tidak Qc > Qp
Re Desain
Saluran Ya
Selesai
62
3.2. Lokasi Wilayah Penelitian
Drawing yang didapat dari DPUPR Kabupaten Magelang dan pengamatan oleh
peneliti di lapangan. Kondisi eksisting lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar
3.3.
63
2
Keterangan :
64
3.3. Data Yang Dicari
Pada penelitian ini digunakan data sekunder yang didapat dari DPUPR
1. Dimensi drainase eksisting berupa ukuran penampang drainase dari tinggi dan
5. Data curah hujan dari stasiun hujan yang berpengaruh pada aliran di sistem
drainase yang diteliti dengan rentang data minimal 10 tahun dari minimal 1
7. Data-data terkait lainnya yang mendukung penelitian ini, seperti Master Plan
dan sebagainya.
(hardware) dan perangkat lunak (software) mulai dari pemasukan data (input)
mencakup perangkat keras yang terdiri dari: (a) komputer, (b) printer dan (c) alat
65
tulis. Perangkat lunak yang terdiri dari: (a) Microsoft office 2007. (b) Google
meliputi :
1. Penelitian Pustaka
2. Observasi Lapangan
penelitian ini.
66
2. As Built Drawing, pola jaringan, arah aliran, data material yang digunakan
saluran Jalan Sarwo Edi Wibowo didapat dari DPUPR Kabupaten Magelang.
rumus yang sesuai. Hasil dari suatu pengolahan data digunakan kembali sebagai
atas, sehingga sampai dengan hasil akhir perhitungan tinggi permukaan air yang
67
Menganalisa pola arah aliran eksisting yaitu menganalisa aliran air dari sistem
hilir dan titik berkumpul aliran air tersebut dari aliran jaringan drainase
tersebut.
tahun.
10. Menganalisis kapasitas eksisting jika lebih besar dari debit banjir rencana
sebagai berikut :
68
Analisa frekuensi ini terdiri atas beberapa distribusi, yaitu distribusi
normal, distribusi log normal, distribusi gumbel, dan distribusi log person
III.
2.25
luas daerah pengaliran relatif kecil maka diperlukan peta dalam skala yang
lebih besar. Dalam prakteknya sering terjadi adalah tidak tersedia peta
69
BAB IV
4.1 Hasil
buah sungai yang melintasi Kecamatan Mertoyudan yaitu Sungai Pace, Sungai
Gending, Sungai Gayam, Sungai Bening, Sungai Progo, dan Sungai Elo.
ketika turun hujan berintensitas tinggi terjadi di beberapa titik, salah satunya Jalan
Sarwo Edi Wibowo. Masalah ini tidak hanya dirasakan oleh warga yang tinggal
dialami oleh banyak pengguna jalan yang melintasi jalan tersebut sebagai jalur
lain: 1). memicu kendaraan bermotor untuk terendam bagian mesinnya yang
lalu lintas. Kejadian genangan tersebut merupakan bukti yang tidak dapat
70
dipungkiri lagi bahwa kapasitas saluran drainase di wilayah kajian sudah tidak
lokasi yaitu:
penampang saluran tidak sesuai dengan volume air yang dialirkan. Dilokasi
tersebut sering terjadi genangan yang cukup tinggi hampir setinggi 40 cm.
71
2. Di samping pagar sebelah timur Akmil terjadi limpasan air hujan (run off) yang
cukup besar ketika hujan deras. Volume run off ini bersumber dari dalam
lingkungan Akmil. Sudah ada saluran penangkap limpasan air ini di depan
Akmil yang berupa saluran terbuka dengan penutup grill. Kondisi penutup
grill/ inlet dapat di lihat pada Gambar 4.2. Inlet di depan Akademi Militer.
3. Di pertigaan Saragan, juga masih terjadi limpasan air yang mengalir dari badan
Jalan Saragan. Kondisinya dapat dilihat pada Gambar. 4.3. Kondisi Pertigaan
72
4. Di depan RM. Ayam Goreng Bu Tatik, berdasarkan pengamatan lapangan
juga masih terjadi genangan. Genangan yang terjadi bersumber dari limpasan
air yang mengalir dari badan Jalan Saragan. Kondisi genangan air dapat
dan memiliki sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian,
(DAS) Progo. DAS Progo bagian hulu terdapat sungai yang cukup besar, yaitu
Sungai Progo dan Sungai Elo. DAS Progo inilah yang melintasi Kecamatan
baik sungai besar maupun sungai kecil. Sungai yang melintas di Kecamatan
Mertoyudan dapat dilihat pada Tabel 4.1 Sungai yang Melintas di Kecamatan
Mertoyudan.
73
Tabel 4.1. Sungai yang Melintas di Kecamatan Mertoyudan
Debit (m3/detik)
No Sungai
Maksimum Minimum
mm/th, dengan rata-rata hari hujan 121 hari, dan kecepatan angin 1,8 knot.
Curah hujan merupakan salah satu sumber daya air yang juga mempengaruhi
besaran debit mata air. Berdasarkan data BPS Kabupaten Magelang Tahun 2019
untuk data curah hujan tahun 2018, rata-rata curah hujan di Kecamatan
Kecamatan Mertoyudan mempunyai curah hujan yang tinggi. Data Jumlah Curah
(dpl)
Mertoyudan 343 B I B2
74
4.1.3. As Built Drawing dan Dimensi Saluran Eksisting
Data gambar didapat dari As Built Drawing yang dimiliki oleh DPUPR
Kabupaten Magelang, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.5 sampai dengan
Keramik 30X30
Ubin Motif bulat/ Dolar 20X20
Mortar 1Cmn:4ps t=3cm
Beton Tumbuk 1:3:5 t=5cm
Pasir Urug t=5cm
Plesteran 1:2 (Siar Benam)
Kanstin Beton K 225 (Pracetak)
Urugan Tnh. Pilihan 18 140 18
Beton 1:2:3
100
Padas dipadatkan
Kanstin Tertanam 5cm 2% Site Entrypit tiap jarak 10m
35
2%
5 12
30 60 30
120
Gambar 4.5. Detail Saluran As Build Drawing Sub Sistem Drainase Kali Elo
(Sisi Kiri P: 1.150 m)
+402.00m
+401.00m
TROTOAR
TROTOAR CL
+400.00m
+399.00m
+398.00m
400.04
399.98
399.91
399.69
400.02
399.73
400.03
400.33
400.37
Elevation (m)
STA 0+000
1 : 15
75
b. Sub Sistem Drainase Kali Elo (Sisi Kanan P: 825 m)
Keramik 30X30
Ubin Motif bulat/ Dolar 20X20
Mortar 1Cmn:4ps t=3cm
Beton Tumbuk 1:3:5 t=5cm
Pasir Urug t=5cm
Plesteran 1:2 (Siar Benam)
Kanstin Beton K 225 (Pracetak)
Urugan Tnh. Pilihan 18 140 18
Beton 1:2:3
100
Padas dipadatkan
Kanstin Tertanam 5cm 2% Site Entrypit tiap jarak 10m
35
2%
5 12
30 60 30
120
Gambar 4.7. Detail Saluran As Build Drawing Sub Sistem Drainase Kali Elo
(Sisi Kanan P: 825 m)
PAGAR
PAGAR
+402.00m
CL TROTOAR
+401.00m
MA
+400.00m
+399.00m
+398.00m
400.80
400.76
401.36
401.19
401.19
401.19
399.76
401.19
400.84
400.86
401.03
401.01
401.24
401.24
400.07
400.07
401.30
401.30
401.49
401.22
401.35
Elevation (m)
0.20
Distance (m) 3.40 0.30 0.40 0.60 1.20 5.25 5.25 0.00 1.40 0.30 3.40 0.30 2.00 0.30 10.00
0.20 0.30 0.30
STA 0+225
1 : 15
76
c. Sub Sistem Drainase Kali Progo –Manggis (sisi Kanan P: 285,00)
Keramik 30X30
Ubin Motif bulat/ Dolar 20X20
Mortar 1Cmn:4ps t=3cm
Beton Tumbuk 1:3:5 t=5cm
Pasir Urug t=5cm
Plesteran 1:2 (Siar Benam)
20 45 20 80 18 Kanstin Beton K - 225 ( Pracetak)
Plester 1 Cmn:4 ps + Aci
Bahu Jalan 2% Kanstin Tertanam 5cm
10
2% 35
10 5
20 45 20
85
Gambar 4.9. Detail Saluran As Build Drawing Sub Sistem Drainase Progo -
Manggis (Sisi Kanan P: 285 m)
Pagar
+416.00m CL
+415.00m
+414.00m
+413.00m
+412.00m
414.91
414.86
413.37
413.37
415.12
415.14
414.26
413.60
413.60
414.21
415.35
415.35
415.44
415.42
415.40
414.78
415.80
415.70
415.71
415.71
415.38
416.13
415.30
415.27
Elevation (m)
77
d. Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 (Kanan P: 505 m)
5
10
5
20 Pasir Urug
30 60 30
120
Gambar 4.11. Detail Saluran As Build Drawing Sub Sistem Drainase Kali
Sekaran 1 (Kanan P: 505 m)
RUKO
CL
1cm
2 cm
MA
+398.00m
400.31
400.31
399.97
399.97
399.38
398.79
398.79
399.56
400.18
400.73
400.73
400.73
400.38
400.40
400.28
400.28
400.26
399.03
400.71
400.61
400.62
400.62
400.50
Elevation (m)
Distance (m) 0.50 0.50 1.20 1.20 0.30 1.60 0.30 1.30 6.10 0.20 1.40 0.20 1.50 4.65 4.65 0.60
1.02 0.30 0.30 1.00 5.20
0.20
STA 2+125
1 : 15
78
e. Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 (Kanan P: 215 m)
Site Entrypit
Bahu Jalan
2%
12
30 60 30
120
Gambar 4.13. Detail Saluran As Build Drawing Sub Sistem Drainase Kali
Sekaran 2 (Kanan P: 215 m)
+403.00m
+402.00m CL
+401.00m
+400.00m
+399.00m
401.11
401.11
401.72
401.81
401.81
401.08
401.08
401.96
401.96
402.17
402.17
402.17
402.17
401.79
401.81
401.58
401.46
401.44
401.79
400.36
401.79
401.79
401.79
401.88
Elevation (m)
0.30 0.50
0.90 0.30
Distance (m) 0.60 3.00 0.50 1.30 0.30 0.20 1.40 4.50 4.50 0.80 0.300.60 0.30 0.20 7.10
0.20 0.50
0.50 0.40
STA 2+025
1 : 15
79
f. Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 (Kiri P: 183 m)
20 80 20
MA
Variable (Lihat Tabel)
Pas. Batu Kali 1Cmn : 4Ps
Cor Beton 1:2:3 t= 5cm,
Permukaan dihaluskan 20
Pasir Urug 5
30 60 30
120
Gambar 4.15. Detail Saluran As Build Drawing Sub Sistem Drainase Kali
Sekaran 3 (Kiri P: 183 m)
Bengkel
CL Las
MA
+399.00m
402.23
402.07
401.74
400.76
401.74
401.76
401.89
401.75
401.83
401.83
401.69
Elevation (m)
0.30
Distance (m) 7.00 2..80 0.30 1.00 4.50 4.50 1.20 0.75 1.60
0.60
STA 2+275
1 : 15
Gambar 4.16. Potongan Melintang As Build Drawing Sub Sistem Drainase Kali
Sekaran 3 (Kiri P: 183 m)
80
4.1.4. Hasil pengukuran penampang melintang saluran eksisting
didapat data penampang saluran drainase yang dapat dilihat pada Gambar
Gambar 4.17. Detail Saluran Eksisting Sub Sistem Drainase Kali Elo (Sisi Kiri
P: 1.150 m), Gambar 4.18. Detail Saluran Eksisting Sub Sistem Drainase Kali
Elo (Sisi Kanan P: 825 m), Gambar 4.19. Detail Saluran Eksisting Sub Sistem
Drainase Kali Sekaran 1 (Kanan P: 505 m), Gambar 4.20. Detail Saluran
Eksisting Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 (Kanan P: 215 m), Gambar 4.21.
Detail Saluran Eksisting Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 (Kiri P: 183 m),
Gambar 4.22. Detail Saluran Eksisting Sub Sistem Drainase Progo -Manggis
10 5
30 60 30
120
Gambar 4.17. Detail Saluran Eksisting Sub Sistem Drainase Kali Elo
(Sisi Kiri P: 1.150 m)
81
Keramik 30X30
Ubin Motif bulat/ Dolar 20X20
Mortar 1Cmn:4ps t=3cm
Beton Tumbuk 1:3:5 t=5cm
Pasir Urug t=5cm
Plesteran 1:2 (Siar Benam)
Kanstin Beton K 225 (Pracetak)
Urugan Tnh. Pilihan 18 140 20 90 20
10
Beton Tumbuk 1:3:5 t=5cm 20
MA
100
Pas. Batu Kali 1Cmn : 4Ps
Cor Beton 1:2:3 t= 5cm, rusak
Pasir Urug 20
5
30 70 30
130
Gambar 4.18. Detail Saluran Eksisting Sub Sistem Drainase Kali Elo
(Sisi Kanan P: 825 m)
Bahu Jalan 10
2% Kanstin Tertanam 5cm
2% 35
5
10
5
20 Pasir Urug
30 60 30
120
Gambar 4.19. Detail Saluran Eksisting Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1
(Kanan P: 505 m)
82
20 80 20
30 60 30
120
Gambar 4.20. Detail Saluran Eksisting Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2
(Kanan P: 215 m)
20 80 20
30 60 30
120
Gambar 4.21. Detail Saluran Eksisting Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3
(Kiri P: 183 m)
83
Keramik 20X20
Ubin Motif bulat/ Dolar 20X20
Mortar 1Cmn:4ps t=3cm
Beton Tumbuk 1:3:5 t=5cm
Pasir Urug t=5cm
Plesteran 1:2 (Siar Benam)
Kanstin Beton K - 225 ( Pracetak)
20 45 20 60 18
Plester 1 Cmn:4 ps + Aci
Bahu Jalan 2% Kanstin Tertanam 5cm
10
2% 35
10 5
20
Sedimen saluran T : 5cm MA
Urugan Tnh. Pilihan Padas dipadatkan
60
Pas. Batu Kali 1Cmn : 4Ps
Cor Beton 1:2:3 t= 5cm, rusak
5
20 Pasir Urug
20 45 20
85
Gambar 4.22. Detail Saluran Eksisting Sub Sistem Drainase Progo -Manggis
(Sisi Kanan P: 285 m)
Sedangkan data dimensi saluran eksisting As Built Drawing Jalan Sarwo
Edi Wibowo, seperti terlihat dalam Tabel 4.3 Tabel Dimensi Eksisting Saluran
Panjang Eksisting
84
Pg-M
Ka 285,00 0,45 0,53 0 0,37 0,90 0,029
1
tentang kejadian beserta penyebab air alamiah di bumi. Analisis hidrologi yang
sumber publikasi hasil pengukuran data hujan disekitar lokasi penelitian, data
tahun terakhir. Data curah hujan didapatkan dari publikasi Data Curah Hujan oleh
BPS Kabupaten Magelang, yaitu data curah hujan 10 tahun terakhir mulai tahun
2009 sampai 2019. Dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 4.4. Data
85
Tabel. 4.4. Data Curah Hujan Tahunan Kec. Mertoyudan
Total
No Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des
(mm)
1 2009 519 270 207 313 119 111 0 0 0 96 268 158 2061
2 2010 394 320 228 85 471 211 135 122 512 336 195 372 3381
3 2011 410 268 366 215 156 12 16 0 0 108 324 308 2183
5 2013 493 346 237 376 281 221 129 55 4 73 133 433 2781
6 2014 215 325 308 316 102 97 146 34 0 43 418 553 2557
8 2016 244 341 414 274 251 229 116 75 396 364 501 300 3505
9 2017 479 512 462 557 233 128 34 0 68 289 350 329 3441
Total 26761
Rata-rata 2676,1
Sumber : Publikasi BPS Kabupaten Magelang Tahun 2010-2019
untuk menghitung debit banjir rancangan baik secara empiris maupun model
diperoleh dari BPS kabupaten Magelang mulai tahun 2009 sampai dengan tahun
2018. Data hujan harian rata-rata maksimum dapat dilihat pada Tabel 4.5 Data
86
Tabel. 4.5. Data Curah Hujan Maksimum Kec. Mertoyudan
1. Distribusi Normal
sebagai berikut :
2230,083
= 223,008 mm
10
87
b. Menghitung Standar Deviasi (Sd)
16,36
menggunakan nilai variabel reduksi gauss yang dapat dilihat pada Tabel 2.2. pada
BAB II.
No Xi (Xi-Xr) (Xi-Xr)2
X 2230,083 21678,784
Xr 223,008 21,67784
88
Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Distribusi Normal
No Periode Ulang KT XT
1 2 0 223,008
2 5 0,84 234,552
3 10 1,21 246,961
4 20 1,64 267,009
5 25 1,98 287,145
6 50 2,05 291,760
perhitungan curah hujan rencana menggunakan distribusi log normal dapat dilihat
Cv (coef variety) yang kemudian hasilnya disesuaikan dengan Tabel 4.9 Faktor
XT = Xr + KT2 .Sd
89
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Distribusi Log Normal
Periode
No Xr Sd KT XT
Ulang
0,05 - 1,601 - 1,264 -0,848 -0,025 0,833 1,296 1,686 2,134 2,437
0,1 -1,555 -1,244 -0,851 -0,050 0,822 1,307 1,725 2,213 2,549
person III dimulai dari menghitung standar deviasi (Sd) terlebih dahulu. Hasil
perhitungan standar deviasi (Sd) distribusi log person III dapat sebagai berikut :
= 0,094
90
Nilai Sd diatas didapat dari pembagian nilai X dibagi n – 1. Sedangkan hasil
perhitungan distribusi Log Person III dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Log
No Xi Xr (Log X-Xr) (Log X-Xr)² (Log X-Xr)3
Xi
Nilai KT diketahui dari Tabel 2.3. Nilai variabel reduksi gaus di BAB II,
Y(t=n) = Xr + KTn . Sd
91
Tabel 4.11. Nilai y Distribusi Log Person III
Kala ulang
No Xr KT Sd y
(tahun)
Periode
No Xr Sd KT y XT
Ulang
92
4. Distribusi Gumbel
menggunakan distribusi gumbel dapat dilihat pada Tabel 4.15. nilai Yt didapat
dari Tabel 4.13 sedangkan nilai Yn dan Sn dapat dilihat pada Tabel 4.14.
16, 36
T yt F (X)
2 0,4475 0,5
5 1,4999 0,8
10 2,2504 0,9
20 2,9702 0,95
25 3,199 0,96
50 3,9019 0,98
Sumber : Suripin, 2004
T yn sn
8 0,4843 0,9043
9 0,4902 0,9288
10 0,4952 0,9497
11 0,4996 0,9697
12 0,5053 0,9833
13 0,507 0,9972
93
Setelah itu dapat dihitung hasil perhitungan curah hujan rencana
No Xi (Xi-Xr) (Xi-Xr)²
X 2230,083 21678,784
Xr 223,008 2167,878
94
Tabel 4.16 Nilai XT Distribusi Gumbel
Periode Ulang
yt K = (yt-yn)/sn Xr Sd XT
(tahun)
Metode yang digunakan untuk menguji suatu sebaran data curah hujan
adalah metode Uji Chi Kuadrat (Chi Square Test). Adapun proses perhitungan uji
1. Menghitung nilai K
K = 1 + 3.322 log n
K = 1 + 3.322 log 10
K = 4,322 ≈ 4
berikut.
DK = K - (P+1)
95
dengan :
Maka :
DK = K - (P+1)
DK = 4 - (1+1)
DK = 2
3. Mencari harga X²Cr yang dapat dilihat dari derajat kebebasan (DK) dan taraf
DK (derajat kebebasan) = 2
Signifikasi = 5 %
Maka didapat nilai X²Cr dari tabel Chi Square Test sebagai berikut.
EF = n/K
Ef = 10/4 = 2,5
Dengan :
Distribusi X2 Cr
DK
0,99 0,95 0,9 0,8 0,7 0,5 0,3 0,2 0,1 0,05 0,01 0,001
1 0,000 0,004 0,016 0,064 0,0148 0,455 1,074 1,642 2,706 3,841 6,635 10,827
2 0,020 0,103 0,211 0,446 0,713 1,386 2,408 3,219 4,605 5,991 9,21 13,815
3 0,115 0,352 0,584 1,005 1,424 2,366 3,665 4,642 6,251 7,815 11,345 16,268
4 0,297 0,711 1,064 1,649 2,195 3,357 4,878 5,989 7,779 9,488 13,277 18,465
5 0,554 1,145 1,61 2,343 3,000 4,351 6,064 7,289 9,236 11,07 15,086 20,517
96
4. Menghitung nilai yang diharapkan (EF)
Nilai EF = n/K
= 625-410 = 71,667
4-1
X awal = X min - (0.5 x Dx)
Selanjutnya penentuan jenis sebaran hujan dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Xr 518,90
5. Menghitung nilai X2 Cr
97
Tabel 4.19. Harga X2 Cr Hitungan
Berdasarkan hasil perhitungan ditas dan melihat data tabel dapat diketahui
yang harus dipenuhi adalah X2 Cr Hitungan < X2 Cr Tabel atau 4,40 < 5,991.
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa data-data curah hujan
Menurut Suwarno, 1995 nilai koefisien Skewness (Cs) dapat dihitung dengan
rumus :
perhitungan statistik penentuan sebaran yang dapat dilihat pada Tabel 4.20
98
Tabel 4.20. Hasil Perhitungan Statistik Sebaran Hujan
sebagai berikut.
= 2230,083 = 223,008
10
= 16,36
= 2894746,14 = 9,182
315251,634
rumus :
223,008 = 0,0734
99
9. Menghitung nilai koefisien kurtosis (Ck)
Menurut Suwarno, 1995 nilai koefisien kurtosis (Ck) dapat dihitung dengan
rumus :
801178053,92 = 22,19
36101923,06
harus di analisis dengan syarat-syarat jenis sebaran yang dapat dilihat pada Tabel
Cs ≠ 0 Cs = 9,182 Memenuhi
3 Log Person III
dari tabel diatas disimpulkan bahwa yang memenuhi syarat adalah Distribusi Log
Person III. Data curah hujan yang dipakai dalam penelitian ini adalah hasil
perhitungan log person III yang dapat dilihat pada Tabel 4.22.
100
Tabel 4.22. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan
pembagian DPSal nya menjadi 6 Sub DPSal sesuai data dari DPUPR kabupaten
Magelang. Hal ini dilakukan karena Saluran Jalan Sarwo Edi Wibowo mempunyai
3 output menuju badan air penerima dengan daerah tangkapan yang berbeda,
101
Berdasarkan data sekunder saluran drainase Jalan Sarwo Edi Wibowo,
untuk saluran drainase Jalan Sarwo Edi Wibowo yaitu Pasangan Batu Belah,
dengan melihat Tabel 2.5 di dapat Angka Kekasaran Manning (n) = 0,017.
102
3. Mengetahui dan menghitung kemiringan saluran (S)
Panjang
No Nama Saluran t1 t2 Slope
Saluran L (m)
Sub Sistem Drainase
1 +412,69 +399,78 1350,00 0,010
Kali Elo 1
Sub Sistem Drainase
2 +415,93 +406,28 825,00 0,012
Kali Elo 2
Sub Sistem Drainase
3 +409,74 +399,98 505,00 0,019
Kali Sekaran 1
Sub Sistem Drainase
4 +405,16 +399,98 215,00 0,024
Kali Sekaran 2
Sub Sistem Drainase
5 +405,04 +400,62 183,00 0,024
Kali Sekaran 3
Sub Sistem Drainase
6 +415,42 +410,36 285,00 0,018
Kali Progo Manggis 1
560,50 0,02
Sumber : DPUPR Kab. Magelang
103
5. Menghitung Kecepatan Aliran (V)
V = 1/n R2/3 I1/2 . Hasil perhitungan kecepatan aliran (V) dapat dilihat pada
Tabel. 4.27.
saluran pada lokasi penampang yang ditentukan. Kapasitas saluran diukur pada
kecepatan (V). Hasil dari perhitungan dapat dilihat dalam Tabel 4.28 Kapasitas
104
Tabel 4.28. Kapasitas Maksimum masing-masing Saluran (Qc)
yaitu perhitungan waktu aliran diatas permukaan sepanjang ujung saluran (td),
Hasil perhitungan waktu aliran air di atas permukaan tanah (td) dihitung
105
Tabel 4.29 . Nilai Td tiap saluran
serta kemiringan dasar saluran. Terdapat 6 saluran utama yang juga mewakili
output dari ketiga Sub DPSal Jl. Sarwo Edi Wibowo. Penentuan Tc
tof = 0,0195
di mana: tof = waktu pengaliran (menit), L = panjang saluran yang ditinjau dari
pengaliran atau tc = toe + tof . Hasil perhitungan nilai tc dapat dilihat pada Tabel
106
Tabel.4.30. Nilai tc tiap saluran
Panjang
Slope Tc
No Nama Saluran t1 t2 Saluran L
(m) (Menit)
(m)
3. Perhitungan koefisien Cs
2x 56.791
= (2x 56.791) + 3.72 = 0,96829
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
(Persamaan 2.19).
Hasil perhitungan intensitas curah hujan dapat dilihat pada Tabel 4.31
107
Tabel 4.31. Hasil Perhitungan Intensitas Hujan Maksimum
Kala I (mm/jam)
ulang R24 R24/24 Tc
(T) (mm) (mm) (Menit) (24/tc)^2/3 mm/jam m/dt
tahun
2 218,217 9,0924 0,9465 8,6309 78,4749 0,0000218
5 262,438 10,9349 0,9465 8,6309 94,3777 0,0000262
10 284,660 11,8608 0,9465 8,6309 102,3690 0,0000284
20 312,860 13,0358 0,9465 8,6309 112,5102 0,0000313
25 337,121 14,0467 0,9465 8,6309 121,2353 0,0000337
50 342,346 14,2644 0,9465 8,6309 123,1139 0,0000342
X 632,0811120 0,0001756
Xr 105,3468520 0,0000293
Luas tangkapan air pada daerah saluran drainase Jalan Sarwo Edi
Wibowo, diperoleh dari perangkat google earth yang dapat dilihat pada Tabel
1
Ruas Pg-M 1 Kanan 24.186 285,00
108
6. Koefisien Limpasan (C)
Sebagaimana telah diuraikan dalam siklus hidrologi, bahwa air hujan yang
turun dari atmosfir jika tidak ditangkap oleh vegetasi atau oleh permukaan -
permukaan buatan seperti atap bangunan atau lapisan kedap air lainnya, maka
akan jatuh ke perrnukaan bumi dan sebagian akan rnenguap, berinfiltrasi, atau
telah terpenuhi, maka sisa air hujan akan mengalir langsung di atas permukaan
tanah menuju alur aliran terdekat. Dalam perencanaan drainase, bagian air hujan
untuk pengendalian banjir tidak hanya aliran permukaan, tetapi limpasan (runoff).
109
Daerah Rumah Apartemen 0,20 – 0,70
4 Industri Daerah Ringan 0,60 – 0,80
Daerah Berat 0,60 – 0,90
5 Pertamanan, Kuburan 0,10 – 0,25
6 Tempat Bermain 0,20 – 0,35
7 Halaman Kereta Api 0,20 – 0,40
8 Daerah Yang Tidak 0,10 – 0,30
Dikerjakan
9 Jalan Beraspal 0,70 – 0,95
Beton 0,80 – 0,95
Batu 0,70 – 0,95
10 Untuk Berjalan dan Naik 0,75 – 0,85
Kuda
11 Atap 0,75 – 0,95
Sumber : Iman Subarkah. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air.
pada setiap Sub Drainase Saluran Jalan Sarwo Edi Wibowo dapat diketahui.
limpasan diambil Daerah Pengaliran Bisnis Kondisi daerah Pinggiran dengan nilai
periode ulang penelitian yaitu menurut Kala Ulang 2, 5, 10, 20, dan 50. Rumus
Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.34 sampai dengan Tabel 4.38.
110
111
111
112
Qp Selisih Selisih
No Saluran Cs C I A Qc Qp (T-2) Qc
(T-2) Kapasitas Kesimpulan Kapasitas Kesimpulan
m3/s m3/s m3/s m3/s m3/s m3/s
Sub Sistem
Tidak Dapat Tidak Dapat
1 Drainase Kali Elo 0,96829 0,65 0,0000262 301402,00 4,97 1,66 -3,31 4,97 1,92 -3,05
Menampung Menampung
1
Sub Sistem
Tidak Dapat Dapat
2 Drainase Kali Elo 0,96829 0,65 0,0000262 110651,00 1,83 1,56 -0,26 1,83 2,19 0,37
Menampung Menampung
2
Sub Sistem
Tidak Dapat Tidak Dapat
3 Drainase Kali 0,96829 0,65 0,0000262 76663,00 1,26 1,20 -0,07 1,26 1,25 -0,02
Menampung Menampung
Sekaran 1
Sub Sistem
Dapat Dapat
4 Drainase Kali 0,96829 0,65 0,0000262 41426,00 0,68 0,90 0,22 0,68 0,86 0,18
Menampung Menampung
Sekaran 2
Sub Sistem
Dapat Dapat
5 Drainase Kali 0,96829 0,65 0,0000262 24295,00 0,40 0,86 0,46 0,40 0,77 0,37
Menampung Menampung
Sekaran 3
Sub Sistem Drainase
Dapat Dapat
6 Kali Progo Manggis 0,96829 0,65 0,0000262 24186,00 0,40 0,65 0,25 0,40 0,68 0,28
Menampung Menampung
1
112
113
113
114
114
115
115
116
4.2 PEMBAHASAN
dimana akan ketahui saluran mana yang mampu menampung debit banjir, dan
saluran mana yang tidak mampu. Hasil dari perhitungan dan analisis komparasi
sesuai debit banjir pada kala ulang yang direncanakan adalah sebagai berikut :
4.2.1. Hasil analisis Qp dibandingkan dengan nilai Qc untuk Kala Ulang 2 Tahun.
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp sebesar 4,14 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,66 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 4,14 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,92 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,52 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,56 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
116
117
Sub Sistem Drainase Kali Elo 2 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,52 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 2,19 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 2 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,05 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,20 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,05 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,25 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,57 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,90 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
117
118
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,57 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,86 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,33 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,86 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,33 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,77 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,33 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,65 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
118
119
Sub Sistem Drainase Kali Progo Manggis 1 mampu menampung debit banjir
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,33 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,68 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Progo Manggis 1 mampu menampung debit banjir
4.2.1. Hasil analisis Qp dibandingkan dengan nilai Qc untuk Kala Ulang 5 Tahun.
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 4,97 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,66 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 4,97 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,92 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,83 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,56 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
119
120
Sub Sistem Drainase Kali Elo 2 tidak mampu menampung debit banjir pada
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,83 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 2,19 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 2 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,26 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,20 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 tidak mampu menampung debit banjir
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,26 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,25 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 tidak mampu menampung debit banjir
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,68 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,90 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
120
121
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,68 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,86 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,40 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,86 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,40 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,77 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,40 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,65 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
121
122
Sub Sistem Drainase Kali Progo Manggis 1 mampu menampung debit banjir
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,40 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,68 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Progo Manggis 1 mampu menampung debit banjir
Tahun.
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 5,39 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,66 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 5,39 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,92 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
a. As built drawing
122
123
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,98 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,56 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 2 tidak mampu menampung debit banjir pada
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,98 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 2,19 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 2 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,37 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,20 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 tidak mampu menampung debit banjir
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,37 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,25 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 tidak mampu menampung debit banjir
a. As built drawing
123
124
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,74 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,90 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,74 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,86 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
sebesar 0,86 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
sebesar 0,77 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
124
125
sebesar 0,65 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Progo Manggis 1 mampu menampung debit banjir
b. Eksisting
sebesar 0,68 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Progo Manggis 1 mampu menampung debit banjir
Tahun.
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 5,93 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,66 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 5,93 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,92 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
125
126
a. As built drawing
sebesar 1,56 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 2 tidak mampu menampung debit banjir pada
b. Eksisting
sebesar 2,19 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 2 tidak mampu menampung debit banjir pada
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,51 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,20 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 tidak mampu menampung debit banjir
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,51 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,25 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 tidak mampu menampung debit banjir
a. As built drawing
126
127
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,81 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,90 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,81 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,86 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,48 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,86 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,48 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,77 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
127
128
Debit banjir maksimum (Qp) pada sebesar 0,48 m3/s sedangkan nilai Qc
adalah sebesar 0,65 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran
drainase pada Sub Sistem Drainase Kali Progo Manggis 1 mampu menampung
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) pada sebesar 0,48 m3/s sedangkan nilai Qc
adalah sebesar 0,68 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran
drainase pada Sub Sistem Drainase Kali Progo Manggis 1 mampu menampung
Tahun.
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 6,49 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,66 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 6,49 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,92 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
128
129
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 2,38 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,56 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 2,38 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 2,19 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tidak mampu menampung debit banjir pada
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,65 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,20 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 tidak mampu menampung debit banjir
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 1,65 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 1,25 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 1 tidak mampu menampung debit banjir
129
130
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) pada sebesar 0,89 m3/s sedangkan nilai Qc
adalah sebesar 0,90 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran
drainase pada Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 mampu menampung debit
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) pada sebesar 0,89 m3/s sedangkan nilai Qc
adalah sebesar 0,86 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran
drainase pada Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 2 tidak mampu menampung
a. As built drawing
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,52 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,86 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 mampu menampung debit banjir pada kala
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,52 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,77 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Sekaran 3 mampu menampung debit banjir pada kala
a. As built drawing
130
131
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,52 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,65 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Progo Manggis 1 mampu menampung debit banjir
b. Eksisting
Debit banjir maksimum (Qp) sebesar 0,52 m3/s sedangkan nilai Qc adalah
sebesar 0,68 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas saluran drainase pada
Sub Sistem Drainase Kali Progo Manggis 1 mampu menampung debit banjir
data As Built Drawing dengan kala ulang 2, 5, 10, 20 dan 50 tahun, dapat dilihat
131
132
4
3
2
1
0
Sub Sub Sub Sub
Sub Sub
Drainase Drainase Drainase Drainase
Drainase Drainase
Kali Kali Kali Progo
Kali Elo 1 Kali Elo 2
Sekaran 1 Sekaran 2 Sekaran 2 Manggis
Qp 4,97 1,83 1,26 0,68 0,4 0,4
Qc (As Built Drawing) 1,66 1,56 1,2 0,9 0,86 0,65
Qc ( Eksisting) 1,92 2,19 1,25 0,86 0,77 0,68
Hasil Perhitungan
4
3
2
1
0
Sub Sub Sub
Sub Sub Sub
Drainase Drainase Drainase
Drainase Drainase Drainase
Kali Kali Kali
Kali Elo Kali Elo Progo
Sekaran Sekaran Sekaran
1 2 Manggis
1 2 2
Qp 5,39 1,98 1,37 0,74 0,43 0,43
Qc (As Built Drawing) 1,66 1,56 1,2 0,9 0,86 0,65
Qc ( Eksisting) 1,92 2,19 1,25 0,86 0,77 0,68
Hasil Perhitungan
132
133
4
3
2
1
0
Sub Sub Sub
Sub Sub Sub
Drainase Drainase Drainase
Drainase Drainase Drainase
Kali Kali Kali
Kali Elo Kali Elo Progo
Sekaran Sekaran Sekaran
1 2 Manggis
1 2 2
Qp 5,93 2,18 1,51 0,81 0,48 0,48
Qc (As Built Drawing) 1,66 1,56 1,2 0,9 0,86 0,65
Qc ( Eksisting) 1,92 2,19 1,25 0,86 0,77 0,68
Hasil Perhitungan
4
3
2
1
0
Sub Sub Sub
Sub Sub Sub
Drainase Drainase Drainase
Drainase Drainase Drainase
Kali Kali Kali
Kali Elo Kali Elo Progo
Sekaran Sekaran Sekaran
1 2 Manggis
1 2 2
Qp 6,49 2,38 1,65 0,89 0,52 0,52
Qc (As Built Drawing) 1,66 1,56 1,2 0,9 0,86 0,65
Qc ( Eksisting) 1,92 2,19 1,25 0,86 0,77 0,68
Hasil Perhitungan
133
134
bahwa terjadi genangan air pada Jalan Sarwo Edi Wibowo, khususnya di Sub
Sistem Kali Elo 1. Menurut informasi dari penduduk sekitar yang sering terjadi
genangan adalah Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 tepatnya mulai Depan Bapas 69
dengan pertimbangan perhitungan parameter hujan, kondisi dan fungsi lahan pada
seiring dengan waktu. Kondisi saat perencanaan dahulu sangat mungkin berbeda
dengan kondisi saat ini. Signifikasi dari evaluasi kapasitas saluran drainase perlu
intensif.
alternatif solusi teknis bagi permasalahan yang timbul akibat adanya limpasan
permukaan atau run-off di Sub Sistem Drainase yang tidak mampu menampung
debit banjir rencana dengan kala ulang tahun tertentu. Salah satu solusi yang
drainase yang ada menyesuaikan dengan data hujan yang ada atau melakukan
……………………………….…….(2.33)
134
135
.................................................................................. …….(2.34)
……………………………………………………… (2.35)
1. Hasil perhitungan rencana dimensi atau normalisasi saluran dengan Kala Ulang
2. Hasil perhitungan rencana dimensi atau normalisasi saluran dengan Kala Ulang
135
136
Qp Dimensi Saluran
No Sub Sistem Drainase
(m3/s) h (m) b (m) w (m)
Sub Sistem Drainase Kali
1 5,39 1,10 1,30 0,50
Elo 1
Sub Sistem Drainase Kali
2 1,98 0,80 1,00 0,40
Elo 2
Sub Sistem Drainase Kali
3 1,37 0,70 0,90 0,30
Sekaran 1
Sub Sistem Drainase Kali
4 0,74 0,50 0,60 0,20
Sekaran 2
Sub Sistem Drainase Kali
5 0,43 0,50 0,60 0,20
Sekaran 3
Sub Sistem Drainase Kali
6 0,43 0,50 0,60 0,20
Progo Manggis 1
3. Hasil perhitungan rencana dimensi atau normalisasi saluran dengan Kala Ulang
Qp Dimensi Saluran
No Sub Sistem Drainase
(m3/s) h (m) b (m) w (m)
Sub Sistem Drainase Kali
1 5,39 1,10 1,30 0,50
Elo 1
Sub Sistem Drainase Kali
2 1,98 0,80 1,00 0,40
Elo 2
Sub Sistem Drainase Kali
3 1,37 0,70 0,90 0,30
Sekaran 1
Sub Sistem Drainase Kali
4 0,74 0,50 0,60 0,20
Sekaran 2
Sub Sistem Drainase Kali
5 0,43 0,50 0,60 0,20
Sekaran 3
Sub Sistem Drainase Kali
6 0,43 0,50 0,60 0,20
Progo Manggis 1
136
137
4. Hasil perhitungan rencana dimensi atau normalisasi saluran dengan Kala Ulang
Dimensi Saluran
Qp
No Sub Sistem Drainase
(m3/s) h (m) b (m) w (m)
1 Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 5,93 1,10 1,30 0,50
2 Sub Sistem Drainase Kali Elo 2 2,18 0,80 1,00 0,40
Sub Sistem Drainase Kali
3 1,51 0,70 0,90 0,30
Sekaran 1
Sub Sistem Drainase Kali
4 0,81 0,60 0,70 0,30
Sekaran 2
Sub Sistem Drainase Kali
5 0,48 0,50 0,60 0,20
Sekaran 3
Sub Sistem Drainase Kali
6 0,48 0,50 0,60 0,20
Progo Manggis 1
5. Hasil perhitungan rencana dimensi atau normalisasi saluran dengan Kala Ulang
Dimensi Saluran
Qp
No Sub Sistem Drainase
(m3/s) h (m) b (m) w (m)
1 Sub Sistem Drainase Kali Elo 1 6,49 1,20 1,40 0,50
2 Sub Sistem Drainase Kali Elo 2 2,38 0,80 1,00 0,40
Sub Sistem Drainase Kali
3 1,65 0,70 0,90 0,30
Sekaran 1
Sub Sistem Drainase Kali
4 0,89 0,60 0,70 0,30
Sekaran 2
Sub Sistem Drainase Kali
5 0,52 0,50 0,60 0,20
Sekaran 3
Sub Sistem Drainase Kali
6 0,52 0,50 0,60 0,20
Progo Manggis 1
137
138
BAB V
5. 1. Kesimpulan
Wibowo yang terbagi dalam 6 (enam) Sub Sistem Drainase, dapat diambil
a. Debit banjir maksimum (Qp) pada Sub Drainase Kali Elo 1 berkisar antara
4,14 m3/s hingga 6,49 m3/s sedangkan kapasitas maksimum saluran (Qc)
berkisar antara 1,66 m3/s hingga 1,92 m3/s, hal ini menunjukkan bahwa
kapasitas saluran drainase pada Sub Drainase Kali Elo 1 tidak menampung
b. Debit banjir maksimum (Qp) pada Sub Drainase Kali Elo 2 berkisar antara
1,52 m3/s hingga 2,38 m3/s sedangkan kapasitas maksimum saluran (Qc)
berkisar antara 1,56 m3/s hingga 2,19 m3/s, hal ini menunjukkan bahwa
kapasitas saluran drainase pada Sub Drainase Kali Elo 2 tidak menampung
debit banjir pada kala ulang 5, 10, 20 dan 50 tahun dengan menggunakan
mampu menampung debit banjir pada kala ulang 5, 10, 20 dan 50 tahun.
c. Debit banjir maksimum (Qp) pada Sub Drainase Kali Sekaran 1 berkisar
antara 1,05 m3/s hingga 1,65 m3/s sedangkan kapasitas maksimum saluran
138
139
(Qc) berkisar antara 1,20 m3/s hingga 1,25 m3/s, hal ini menunjukkan
bahwa kapasitas saluran drainase pada Sub Drainase Kali Sekaran 1 hanya
mampu menampung debit banjir pada kala ulang 2 tahun dan tidak
d. Debit banjir maksimum (Qp) pada Sub Drainase Kali Sekaran 2 berkisar
antara 0,57 m3/s hingga 0,89 m3/s sedangkan kapasitas maksimum saluran
(Qc) berkisar antara 0,86 m3/s hingga 0,90 m3/s, hal ini menunjukkan
e. Debit banjir maksimum (Qp) pada Sub Drainase Kali Sekaran 3 berkisar
antara 0,33 m3/s hingga 0,52 m3/s sedangkan kapasitas maksimum saluran
(Qc) berkisar antara 0,77 m3/s hingga 0,86 m3/s, hal ini menunjukkan
f. Debit banjir maksimum (Qp) pada Sub Drainase Progo Manggis berkisar
antara 0,33 m3/s hingga 0,52 m3/s sedangkan kapasitas maksimum saluran
(Qc) berkisar antara 0,65 m3/s hingga 0,68 m3/s, hal ini menunjukkan
dalam mengalirkan debit banjir maksimum (Qp), hal ini dikarenakan faktor
139
140
3. Sub sistem drainase yang tidak mampu menampung debit banjir maksimum
5. 2. Saran
1. Dimensi saluran Sub Drainase Kali Elo 1 yang tidak mampu mengalirkan debit
banjir maksimum, perlu re desain menyesuaikan dengan data hujan yang ada.
saluran.
140
141
DAFTAR PUSTAKA
141
142
142