MIX - 01
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT
1. Tujuan
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum karakteristik campuran aspal dan agregat adalah:
• Mahasiswa mampu memahami prosedur pelakasanaan pengujian campuran
aspal dengan agregat dengan baik dan benar.
• Mahasiswa dapat menggunakan alat penumbuk (manual) campuran aspal dan
agregat dengan baik dan benar.
• Mahasiswa mengerti cara menggunakan alat uji Marshall.
• Mahasiswa dapat membuat Design Mix Formula (DMF) campuran aspal dan
agregat.
1.2 Tujuan Mix Design
Mendapatkan Design Mix Formula ( DMF ) campuran aspal dan agregat yang
meliputi :
• Proporsi agregat dalam campuran yang memenuhi spesifikasi gradasi
campuran,
• Kadar Aspal Optimum ( KAO ) dalam campuran,
• Persentase aspal terhadap agregat dan persentase aspal terhadap campuran.
2. Terminologi
a. Stabilitas
Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi
kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
b. Flow / Kelelehan
Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban
sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
c. VIM (Voids in Mixture/Rongga didalam Campuran)Volume rongga yang berisi
udara di dalam campuran aspal, dinyatakan dalam % volume.
d. VMA (Voids in Mineral Aggregate/Rongga didalam Agregat)
Volume rongga yang terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran
aspal yang telah dipadatkan, termasuk didalamnya adalah rongga udara dan
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
3. Teori Dasar
3.1 Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang
paling umum adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang
lebih dikenal dengan AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt
(HRA). Perbedaan mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi
agregat pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi
menerus (continuous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan
agregat bergradasi senjang (gap graded).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan
agregat diantaranya :
a. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat
diperoleh dari adanya sifat interlocking agregat dalam campuran ataupun
dengan menggunakan aspal berpenetrasi rendah.
b. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak
pada campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang
pada daya dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang
akibat beban lalu lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan
suhu. Fleksibilitas suatu campuran dapat diperoleh dengan cara
meninggikan kadar aspal dalam campuran, menggunakan aspal
berpenetrasi tinggi, dan juga dengan menggunakan agregat bergradasi
terbuka (open graded).
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
c. Durabilitas
Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban
lalu lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan
perubahan sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat
ditingkatkan dengan cara membuat campuran yang padat dan kedap air,
yang dapat diperoleh dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense
graded) dan kadar aspal yang tinggi.
d. Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan
dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini
dapat tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan
pemadatan cukup rendah.
e. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan
stabilitas, flexibilitas, durabilitas dan workabilitas.
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk suatu kadar aspal tertentu
adalah tiga buah, agar hasil pengujian terjamin secara statistik. Umumnya
kadar aspal divariasikan dengan kenaikan 0,5% atau 1%. Banyaknya kadar
aspal yang divariasikan tergantung dari jenis campurannya, umumnya pada
setiap pengujian cukup dibuat lima kadar aspal.
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Keterangan :
Vma : Volume rongga didalam agregat (VMA)
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
4. Prosedur Praktikum
Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan
agregat dengan menggunakan Metoda Marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut
ini.
Mulai
Pengambilan Material
Aspal Agregat
Tidak Memenuhi
Spesifikasi
Ya
Spesifikasi Tidak
Gradasi
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Pembuatan benda
uji PRD
Penentuan KAO
Selesai
Design Mix Formula ( DMF)
Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh
pemadatan. Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal, dan untuk setiap
kadar aspal tersebut dibuat 3 benda uji. Pemadatan benda uji, dalam hal ini
menggunakan Metoda Marshall, dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang
dikenakan pada benda uji tersebut. Jumlah tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu
lintas rencana (dapat dilihat pada Kriteria Perencanaan).
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi
dan berat jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga didalam campuran.
Setelah semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.
4.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. Cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62
cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Pemegang cetakan
benda uji
Alat
penumbuk
Landasan
penumbuk
3. Alat untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Gambar 8. Oven
(Sumber: Dok. Praktikum Jalan Raya Tahun 2019)
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
d. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan atau masker.
e. Kantong plastik kapasitas 2 kg
f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah
Fraksi 3/8
Fraksi 3/4
Fraksi pasir
Fraksi
abu batu
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Kinematik 280
170 20 170 20 C.ST 280 30 C.ST
Viscosimeter 30
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
(Sumber : SNI-06-2489-1991)
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Gambar 17. Proses Memasukkan Campuran Aspal dan Agregat Kedalam Cetakan
(Sumber: Dokumentasi Lab. Transportasi dan Jalan Raya 2019)
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
f. Plat alas dan leher sambung dilepaskan dari cetakan benda uji, kemudian
cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas dan
leher sambung pada cetakan yang telah dibalikkan.
g. Dilakukan tumbukkan dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai butir
4.4.e terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini.
h. keping alas dilepaskan dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada
permukaan ujung ini.
i. benda uji dikeluarkan dengan hati-hati dan diletakkan di atas permukaan
yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
j. Benda uji didinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan
yang lebih cepat.
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
b. Benda uji dikeluarkan dari bak perendam atau dari oven dan
letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan dengan catatan
bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari
bak perendaman atau oven sampai tercapainya beban maksimum
tidak boleh melebihi 30 detik.
c. Segmen dipasang di atas benda uji dan letakkan keseluruhannya
dalam mesin penguji.
d. Arloji dipasang untuk mengukur pelelehan (flow) pada
kedudukannya di atas salah satu batang penuntun dan atur
kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung
tangkai arloji (sleeve) dpegang teguh terhadap segmen atas kepala
penekan.
e. Kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga menyentuh
alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
f. Jarum arloji tekan diatur pada kedudukan angka nol.
g. Pembebanan diberikan pada benda uji dengan kecepatan tetap
sekitar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai,
atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum
arloji tekan dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas
(stability) yang dicapai, koreksilah bebannya dengan menggunakan
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Gambar 23. Pengujian Stabilitas & Flow sampel briket menggunakan alat
Marshall
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Tabel 3. Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran dan Pemadatan
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
2. Agregat 3/8”
Tabel 6.Analisa Saringan untuk Agregat 3/8”
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.1 0 0 0 100
1/2 " 12.70 30.80 30.80 0.88 99.12
3/8 " 9.52 52.60 83.40 2.39 97.61
#4 4.760 1990.10 2073.50 59.33 40.67
#8 2.38 1149.50 3223.00 92.21 7.79
#16 1.160 55.80 3278.80 93.81 6.19
#30 0.590 54.80 3333.60 95.38 4.62
#50 0.279 16.00 3349.60 95.84 4.16
#100 0.150 81.20 3430.80 98.16 1.84
#200 0.074 56.60 3487.40 99.78 0.22
PAN 7.70 3495.10 100.00 0.00
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
3. Pasir
Tabel 7.Analisa Saringan untuk Pasir
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.1 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.70 205.80 205.80 10.53 89.47
3/8 " 9.52 160.70 366.50 18.75 81.25
#4 4.760 260.20 626.70 32.06 67.94
#8 2.38 243.00 869.70 44.49 55.51
#16 1.160 295.00 1164.70 59.58 40.42
#30 0.590 321.70 1486.40 76.03 23.97
#50 0.279 218.40 1704.80 87.20 12.80
#100 0.150 177.40 1882.20 96.28 3.72
#200 0.074 48.90 1931.10 98.78 1.22
PAN 23.9 1955 100.000 0.00
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
4. Abu Batu
Tabel 8.AnalisaSaringanuntuk Abu Batu
Berat Kumulatif
Sieve No. Bukaan (mm) % Tertahan % Lolos
Tertahan (gr) Tertahan (gr)
3/4 " 19.1 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2 " 12.70 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 " 9.52 0.00 0.00 0.00 100.00
#4 4.760 17.20 17.20 0.58 99.42
#8 2.38 589.80 607.00 20.33 79.67
#16 1.160 743.30 1350.30 45.23 54.77
#30 0.590 600.00 1950.30 65.33 34.67
#50 0.279 182.30 2132.60 71.43 28.57
#100 0.150 260.00 2392.60 80.14 19.86
#200 0.074 153.00 2545.60 85.27 14.73
PAN 439.90 2985.50 100.00 0.00
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
➢ Gradasi Gabungan
Tabel 9. GradasiGabungan
Fraksi 3/4" Fraksi 3/8" Pasir Abu Batu Gradasi
Sieve No. Bukaan (mm) Spesifikasi
% lolos 12% % lolos 25% % lolos 13% % lolos 50% Gabungan
3/4 " 19.0 100 12 100 25.00 100.000 13.00 100.00 50.00 100.00 100
1/2 " 12.50 40.48 4.86 99.12 24.78 89.47 11.63 100.00 50.00 91.27 90-100
3/8 " 9.50 19.17 2.30 97.61 24.40 81.25 10.56 100.00 50.00 87.27 77-90
#4 4.750 3.22 0.39 40.67 10.17 67.94 8.83 99.42 49.71 69.10 53-69
#8 2.36 0.84 0.10 7.79 1.95 55.51 7.22 79.67 39.83 49.10 33-53
#16 1.180 0.67 0.08 6.19 1.55 40.42 5.26 54.77 27.39 34.27 21-40
#30 0.600 0.58 0.07 4.62 1.16 23.97 3.12 34.67 17.34 21.68 14-30
#50 0.300 0.56 0.07 4.16 1.04 12.80 1.66 28.57 14.28 17.06 9-22
#100 0.150 0.42 0.05 1.84 0.46 3.72 0.48 19.86 9.93 10.92 6-15
#200 0.075 0.26 0.03 0.22 0.06 1.22 0.16 14.73 7.37 7.61 4-9
PAN - 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
100
90
80
70
60
50
% Lolos
40
30
20
10
0
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00
Ukuran Butir (mm)
Batas Atas Gradasi Gabungan Batas Bawah
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
(diambil 1 untuk memenuhi nilai PKAO yang dicari yaitu 2 ke bawah dan 3 ke
atas dari 6 %)
➢ PKAO = 0,035CA+0,045FA+0,18FF+K
=0,035 (50,90%) + 0,045 (41,49%) + 0,18 (7,61%) + 1
= 6,053 % ≈ 6 %
= 1272,9 gr – 723,9 gr
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
2.30
2.20
5 5.5 6 6.5 7 7.5
Kadar aspal (%)
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
VFB (%)
75
70
y = -3.8423x2 + 56.54x - 121.76
65
60
55
50
5.0 5,03 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
Kadar Aspal (%)
4.00
3.50
Flow (mm)
3.00
2.00
1.50
5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
19.00
18.00
VMA (%)
17.00
14.00
5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
400
300
250
200
150
5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
7,32
Kadar Aspal (%)
Gambar 16. Grafik Hubungan Kadar Aspal vs MQ
Diketahui persamaan garis adalah y = -52,332x2 + 649,84x -1688,9
𝑑𝑦
Dengan menggunakan rumus turunan 𝑑𝑥 = 0
f(x) = -52,332x2 + 649,84x -1688,9
f’(x) = -104,664x + 649,84
x = -649,84 / -104,664
x = 6,2%
ymax = -52,332(6,2)2 + 502,4(6,2) – 1688,9= 328,46 kg/
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
Stabilitas (kg)
1100.00
700.00
5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
KELOMPOK 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
VIM (%)
6
5
4
3
2
1
5.0 5,3 5.5 6.0 6.5 7.0 7,07 7.5
2
Kadar aspal (%)
−𝑏 ± √𝑏 2 − 4𝑎𝑐
𝑥=
2𝑎
10,823 ± √(−10,823)2 − 4(0,7585)(38,161)
𝑥=
2(0,7585)
𝑥1 = 7,9 , 𝑥2 = 6,3
• Untuk VIM = 5%
Kelompok 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
5,32%+7,07%
Maka nilai KAO = = 6,20%
2
6. Diskusi
Kelompok 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
• Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Kepadatan campuran diketahui bahwa
nilai kepadatan meningkat seiring bertambahnya kadar aspal sampai mencapai
kepadatan maksimum 3,318 gr/cm3 pada kadar aspal 6,39%, kemudian kepadatan akan
menurun kembali bila kadar aspal terus bertambah (>6,39%)
• Pada kurva hubungan kadar aspal dengan VIM, diketahui bahwa kandungan rongga
dalam campuran akan menurun dengan bertambahnya aspal. Hal ini karena rongga
dalam campuran telah terisi oleh aspal.
• Pada kurva hubungan kadar aspal dengan VFB diketahui bahwa rongga yang terisi
aspal akan meningkat seiring dengan bertambahnya kadar aspal.
• Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Stabilitas diketahui bahwa nilai stabilitas
meningkat seiring bertambahnya kadar aspal sampai mencapai stabilitas maksimum
1151 kg, pada kadar aspal 6,22 %, kemudian stabilitas akan menurun kembali bila
kadar aspal terus bertambah (>6,22 %)
• Pada kurva hubungan kadar aspal dengan Flow diketahui bahwa seiring dengan
bertambahnya kadar aspal, akan meningkatkan kelebihan aspal pada campuran
sehingga campuran menjadi lembek.
• Pada kurva hubungan kadar aspal dengan MQ diketahui bahwa nilai MQ meningkat
seiring bertambahnya kadar aspal sampai mencapai MQ maksimum 329 kg/mm pada
kadar aspal 6,29 %, kemudian MQ akan menurun kembali bila kadar aspal terus
bertambah (>6,29%)
• Berdasarkan grafik hubungan Kadar Aspal dengan VMA, diketahui bahwa nilai
VMA akan menurun seiring bertambahnya kadar aspal hingga mencapai kadar VMA
minimum 16,90 pada kadar aspal 5,12 %, kemudian naik kembali jika melebihi kadar
aspal 6% (> 5,12%).
• Bar Chart untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) campuran menunjukkan
bahwa kadar aspal yang memenuhi spesifikasi keseluruhan dimulai dari kadar aspal
5,32% hingga 7,07 %. Dengan mencari nilai rata-ratanya, diperoleh KAO 6,20 %.
Kelompok 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
19.00
= VMA Optimum
= Batas AtasVMA
18.00
= Batas Bawah VMA
VMA (%)
17.00
14.00
5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
Dengan menggunakan rumus turunan dapat dicari nilai VMA optimum yaitu:
f(x) = 0,6537x2 – 7,2849x + 37.218
f’(x) = 1,307x – 7,2849
1,307x = 7,2849
x = 7,2849 / 1,307
x = 5,57 %
Batas Bawah KA terhadap kurva VMA = 5,57% - ( 5,57% x 0,03%) = 5,402% = 5,40%
Batas Atas KA terhadap kurva VMA = 5,57% + (5,57% x 0,03%) = 5,73% = 5,70%
Dari grafik hubung antara VMA dan kadar aspal diatas, diperoleh nilai VMA
optimum yaitu sebesar 5,57 % dengan rentang kadar aspal terhadap VMA berkisar antara
5,4 % sampai dengan 5,7 %. Sedangkan hasi ldari Bar Chart (Gambar 19) diperoleh nilai
kadar aspal optimum yaitu 6,20 %. Adapun jika nilai kadar aspal berada kurang dari batas
bawah kadar aspal terhadap VMA akan membuat campuran menjadi kering sehingga jalan
mudah mengalami retak sedangkan nilai kadar aspal yang melebihi nilai batas atas kadar
aspal terhadap VMA akan membuat campuran menjadi lembek sehingga jalan mudah
mengalami bleeding dan deformasi plastis. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui
bahwa kadar aspal optimum yang diperoleh dari hasil bar chart tidak berada pada rentang
nilai kadar aspal terhadap VMA sehingga digunakan kadar aspal mendekati 5,57% untuk
menghindari campuran yang terlalu kering dan tidak terlalu basah.
Kelompok 26
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY
7.2 Saran
1. Pada waktu memanaskan dan mencampur aspal jangan terlalu panas atau suhu
terlalu tinggi karena kandungan aspal dapat berkurang sehingga dapat
berpengaruh pada daya ikat terhadap agregatnya.
2. Pada waktu penumbukkan sebaiknya menurunkan suhu campuran aspal setelah
dipanaskan agar saat menumbuk campuran dapat saling mengikat atau
mempermudah dalam proses pemadatan.
3. Suhu jangan terlalu dingin sebelum penumbukkan karena kekakuan bitumen
menjadi besar sehingga sulit untuk dipadatkan atau sulit menyatu.
Kelompok 26