Anda di halaman 1dari 98

Dimas Bambang

Tanah Longsor Sumatra


Dalam Catatan

CV. Graha Media


Tanah Longsor Sumatra Dalam Catatan

Oleh: Dimas Bambang

ISBN: 987-602-61734-2-3

Penyunting Naskah : Dwi

Desain Sampul : Dyah

Penerbit

Graha Media

Redaksi:

Jl Bringin Indah No 5 Surabaya

Grahamedia2016.blogspot.com

Cvgrahamedia@gmai.com

Copyright © 2017 by Dimas Bambang

2
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku
dengan Judul Tanah Longsor Sumatra Dalam Catatan,
Tanah Longsor merupakan salah satu bencana
yang paling mematikan diseluruh dunia, yang dapat
mengubur korban hidup hidup dan bisa menjangkau
wilayah yang cukup luas, proses evakuasi juga tidak kalah
berbahaya mengingat tanah yang dipijak bisa bergerak dan
terjadi longsor susulan yang sangat berbahaya untuk Tim
Sar dan tim evakuasi korban, dan disumatra ternyata
banyak sekali ditemukan adanya bencana tanah longsor
Penulis menyadari akan kekurangan dalam
penyusunan buku ini, oleh karena saran dan kritik dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk yang lebih
baik. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada
Graha Media, yang membantu dalam menerbitkan buku
ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis umumnya bagi pembaca

3
Ucapan Terimakasih:

Penulis ucapkan segala terima kasih atas tersusunnya dan


terbitnya buku ini, terutama Pimpinan Redaksi Graha
Media yang bersedia menerbitkan buku ini, dan kepala
Stasiun Pengamatan Geofisika Ternate, Bapak Kustoro
Hariyatmoko, S.Si atas dukungannya hingga terbitnya
buku yang berjudul “Tanah Longsor Sumatra Dalam
Catatan ” tak lupa bagi sosok Ibu Dwi Budi Utami dan
alm ayah Bambang Soeksmo Baroto tercinta serta Istriku
tercinta Dr.Aisyah Yuniarti, S.SosI, M.S.I yang senantiasa
membantu dalam tersusunnya buku ini. Tak lupa kawan
kawan kerja di Stasiun Geofisika Ternate, Pak Ramly, Bu
Oty, Lutfi, Mas Heri, Rizal, Andryani, Ajeng, Warsita,
Sahwi, Ratna, Basri, indah, asyer, Taufan dan tio. Tak
lupa saya sampaikan rasa hormat saya kepada blogger
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu mengenai
refrensinya yang kemudian saya cuplik dalam buku ini

Penulis

4
DAFTAR ISI

Pengertian Tanah Longsor


Jenis Tanah Longsor
Gejala Umum Tanah Longsor
Penyebab Umum Tanah Longsor
Penyebab Tanah Longsor
Mitigasi Bencana Longsor
Kegiatan Selama dan Setelah Tanah Longsor
Bencana Gerakan Tanah di Sumatra
Nangroe Aceh Darussalam
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Lampung
Sumatra Selatan
Bangka Belitung
Jambi dan Bengkulu

5
Pengertian Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk


lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau
material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat
diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam
tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai
bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng.

II. Jenis Tanah Longsor

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi,


longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu,
rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis
longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di
Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak
memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan
rombakan.

6
1. Longsoran Translasi

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa


tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk
rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah


dan batuan pada bidang gelincir berbentuk
cekung.

7
3. Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang


bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata.
Longsoran ini disebut juga longsoran translasi
blok batu.

4. Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar


batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada
lereng yang terjal hingga meng- gantung terutama

8
di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah

5. Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang


bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran
kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir
tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup
lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan
tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke
bawah.

9
6. Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah


bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran
tergantung pada kemiringan lereng, volume dan
tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya
terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa
sampai ribuan meter seperti di daerah aliran
sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat
menelan korban cukup banyak

III. Gejala Umum Tanah Longsor

o Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar


dengan arah tebing.
o Biasanya terjadi setelah hujan.
o Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.

10
o Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

IV. Penyebab Umum Tanah Longsor

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya


pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya
penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya
pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air,
beban serta berat jenis tanah batuan.

V. Faktor Penyebab Tanah Longsor

1. Hujan

Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan


November karena meningkatnya intensitas curah
hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di
permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu
mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga
tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya
tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup
ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat
mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi,

11
sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh
dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim
dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah
yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di
bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral. Bila ada pepohonan di
permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena
air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga
akan berfungsi mengikat tanah.

2. Lereng Terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar


gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena
pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan
longsor adalah 18° apabila ujung lerengnya terjal
dan bidang longsorannya mendatar

3. Tanah Yang Kurang Padat dan Tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung


atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m
dan sudut lereng lebih dari 22°. Tanah jenis ini
memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor
terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini

12
sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena
menjadi lembek terkena air dan pecah ketika udara
terlalu panas.

4. Batuan yang Kurang Kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen


berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir,
dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut
akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses
pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah
longsor bila terdapat pada lereng yang terjal

5. Jenis Tata Lahan

Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan


persawahan, perladangan, dan adanya genangan air
di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya
kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan
membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan
air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan
untuk daerah perladangan penyebabnya adalah
karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang
longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di
daerah longsoran lama.

13
6. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh


gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran
lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya
adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.

7.Susut Muka Air Atau Bendung

Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka


gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut
kemiringan waduk 22° mudah terjadi longsoran dan
penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

8.Adanya Beban Tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban bangunan


pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya
pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar
tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah
sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang
arahnya kearah lembah

9.Pengikisan

14
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah
tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di
sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal

10.Adanya Material Timbunan Pada Tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan


pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing
dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada
lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti
tanah asliyang berada di bawahnya. Sehingga apabila
hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.

11.Bekas Longsoran Lama

Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah


terjadi pengendapan material gunung api pada lereng
yang relatif terjal ataupada saat atau sesudah terjadi
patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki
ciri:
o Adanya tebing terjal yang panjang
melengkung membentuk tapal kuda

15
o Umumnya dijumpai mata air, pepohonan
yang relatif tebal karena tanahnya gembur
dan subur.
o Daerah badan longsor bagian atas umumnya
relatif landai.
o Dijumpai longsoran kecil terutama pada
tebing lembah.
o Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang
merupakan bekas longsoran kecil pada
longsoran lama. Dijumpai alur lembah dan
pada tebingnya dijumpai retakan
danlongsoran kecil.
o Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya Bidang Diskontinuitas

Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:

o Bidang perlapisan batuan


o Bidang kontak antara tanah penutup dengan
batuan dasar
o Bidang kontak antara batuan yang retak-retak
dengan batuan yang kuat.

16
o Bidang kontak antara batuan yang dapat
melewatkan air dengan

13. Penggundulan Hutan

Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah


yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah
sangat kurang.

14. Daerah Pembuangan Sampah

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk


pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat
mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah
dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi.
Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih
meninggal.

17
VI. Mitigasi Bencana Longsor

o Pemetaan Menyajikan informasi visual tentang


tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu
wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan
atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi
sebagai data dasar untuk melakukan
pembangunan wilayah agar terhindar dari
bencana.
o Penyelidikan Mempelajari penyebab dan dampak
dari suatu bencana sehingga dapat digunakan
dalam perencanaan penanggulangan bencana dan
rencana pengembangan wilayah.
o Pemeriksaan Melakukan penyelidikan pada saat
dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
o Pemantauan Pemantauan dilakukan di daerah
rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini
tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah tersebut.

18
o Sosialisasi Memberikan pemahaman kepada
Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah
longsor dan akibat yang ditimbulkannnya.
Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara
lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau
dapat juga secara langsung kepada masyarakat
dan aparat pemerintah.
o Pemeriksaan bencana longsor

VII. Kegiatan Selama dan Sesudah Bencana Longsor

1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat
adalah penyelamatan dan pertolongan korban
secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
o Kondisi medan
o Kondisi bencana
o Peralatan
o Informasi bencana

2. Rehabilitasi

19
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi
kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain
itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak
berkembang dan penentuan relokasi korban tanah
longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.

3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah
rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama
untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah
longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan
yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

20
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan
yang bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara
lain:
o Perbaikan drainase tanah (menambah materi-
materi yang bisa menyerap).
o Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng
sebelum pembangunan).
o Vegetasi kembali lereng-lereng.
o Beton-beton yang menahan tembok mungkin
bisa menstabilkan lokasi hunian.

VIII. Pencegahan Bencana Tanah Longsor

Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada


lereng bagian atas di dekat pemukiman (gb Kiri).
Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal
bila membangun permukiman (gb.kanan)

21
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air
tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan.(gb.kiri)
Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
(gb.kanan)

Jangan menebang pohon di lereng (gb.kiri). Jangan


membangun rumah di bawah tebing. (gb. kanan)

Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang


Terjal (gb.kiri). Pembangunan rumah yang benar di
lereng bukit. (gb.kanan)

22
Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang
terjal. (gb.kiri). Pembangunan rumah yang salah di
lereng bukit. (gb.kanan)

Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak. (gb.kiri).


Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan
erosi. (gb.kanan)

23
Indonesia merupakan negara yang sering dilanda
bencana gerakan tanah. Beberapa kejadian gerakan tanah
tersebut mengakibatkan kerugian yang besar, baik korban
jiwa, harta, sosial, dan kerusakan lingkungan. Gerakan
tanah ini dapat disebabkan karena beberapa hal, yaitu :

 Geologi
 Struktur Geologi.
 Sifat bawaan batuan.
 Hilangnya perekat tanah.
 Gempa.

 Keairan

Curah hujan akan menyebabkan kandungan


air pada lapisan tanah meningkat dan jenuh
air, yang mengakibatkan :

24
 Tekanan air pori bertambah besar dan
mengakibatkan kuat geser menurun.
 Kandungan air tanah naik dan terjadi
pembuburan tanah atau pengembangan
lempung, mengakibatkan kuat geser tanah
akan menurun atau bahkan
hilang,disamping itu masa tanah
bertambah yang akan mengurangi
tegangan geser.
 Lapisan tanah jenuh air.

 Vegetasi.

Peranan vegetasi dalam gerakan tanah


merupakan masalah kompleks, karena
vegetasi merupakan fungsi dari beberapa
faktor termasuk iklim, topografi dan sejarah
kebakaran hutan yang semuanya
mempengaruhi kemantapan lereng.

 Perbuatan Manusia.

Gerakan tanah dapat diakibatkan oleh


kegiatan manusia, umumnya gerakan tanah

25
yang diakibatkan oleh kegiatan manusia
terjadi karena mengubah/ berubahnya bentuk
lereng dan atau berubahnya tata guna lahan,
kegiatan ini mengakibatkan air masuk ke
dalam tanah yang mempengaruhi bobot masa
tanah yang berdampak pada
kestabilan/kemantapan lereng.

26
Salah satu daerah yang sering ditimpa bencana
gerakan tanah adalah pulau Sumatera dimana pulau ini
terletak di daerah penunjaman dimana Lempeng India
Australia menunjam Lempeng Eurasia, hingga wilayah ini
memiliki kegempaan yang sangat aktif dan gunung api
aktif. Hal ini memicu risiko bencana gerakan tanah yang
ada di Pulau Sumatera seperti yang terlihat pada gambar 1
di atas. Dimana di bagian selatan Pulau Sumatera
memiliki tingkat risiko bencana gerakan tanah dengan
indeks tinggi (ditandai dengan warna merah).

27
Peta indeks risiko bencana gerakan tanah di Sumatera

BENCANA GERAKAN TANAH DI SUMATERA

A. Nangroe Aceh Darussalam


1. Gerakan Tanah Di Kec. Kabanyakan, Kab. Aceh
Tengah, Provinsi Aceh (1 April 2014)
a. Lokasi dan waktu kejadian:

Gerakan tanah terjadi di jalur jalan yang


menghubungkan Kecamatan Kabayakan dengan Kota
Bintang, tepatnya berada di Desa Retak Kelitu,
Kecamatan Kabayakan, Kabupaten Aceh Tengah,
secara geografis terletak pada 96 o 56’ 11” BT dan 04o
38’ 05.8” LS. Gerakan tanah ini terjadi pada hari
Senin, 31 Maret 2014 sekitar pukul 17.00 WIB.

b. Jenis gerakan tanah:

28
Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran
bahan rombakan dan runtuhan batu pada tebing di sisi
jalan, sepanjang 20 meter dengan lebar 50 meter.

c. Akibat yang ditimbulkan:

 2 (dua) orang meninggal dunia.

 1 (satu) orang luka-luka.

 Badan jalan tertutup material longsoran.

d. Kondisi daerah bencana :

 Secara umum topografi di sekitar lokasi gerakan


tanah berupa perbukitan dengan ketinggian lebih
dari 1500 meter.

 Berdasarkan Peta Geologi Lembar Takengon,


Sumatra (Cameron dkk., 1983) batuan penyusun
daerah bencana terdiri dari berupa perubahan
batugamping metamorf atau marmer dari sedimen
ke pejal (MPh)

 Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi


Terjadi Gerakan Tanah di Provinsi Aceh bulan
Maret 2014 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi

29
dan Mitigasi Bencana Geologi), Kecamatan
Kabayakan termasuk zona potensi terjadi gerakan
tanah menengah sampai tinggi artinya pada daerah
ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di
atas normal, terutama pada daerah yang
berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing
jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan
gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

e. Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah


diperkirakan antara lain :

 Curah hujan yang tinggi dan lama pada saat dan


sebelum terjadi bencana gerakan tanah.

 Batuan penyusun yang bersifat sarang, mudah


meloloskan air, dan luruh jika terkena air.

 Kemiringan lereng yang terjal, menyebabkan


material mudah bergerak.

f. Rekomendasi dan Upaya Penanggulangannya :   

 Untuk mengantisipasi terjadinya longsor susulan


maka masyarakat pengguna jalan di daerah

30
tersebut agar waspada terutama saat terjadi hujan
lebat.

 Perbaikan saluran drainase untuk memperlancar


aliran air permukaan.

 Dibuat tembok penahan tebing di bagian atas dan


bawah lereng dengan pondasi harus dalam sampai
batuan dasar yang stabil.

 Membuat rambu lalu lintas peringatan rawan


longsor, agar pengguna jalan waspada bila melalui
jalan ini, terutama di musim hujan.

 Apabila terjadi gerakan tanah susulan masyarakat


diharapkan segera melaporkan dan berkoordinasi
dengan dinas setempat.

31
Gambar 3. Longsor akibat gempa di Takengon, Aceh
Tengah

32
Peta prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah pada
bulan April 2014, Propinsi Aceh

Sumatera Utara

Gerakan Tanah Di Kec. Sibolga Selatan, Kota Sibolga,


Sumatera Utara, 3 April 2014

a. Lokasi bencana dan waktu kejadian:


Bencana gerakan tanah terjadi di sekitar
permukiman yang terletak di Gang Walet,  Kelurahan Aek
Parombunan, Kec. Sibolga Selatan, Kota Sibolga. Secara
geografis lokasi gerakan tanah terletak pada koordinat 98°
48' 18.9" BT dan 1° 43' 51.3012" LU. Menurut keterangan
aparat pemerintah dan penduduk setempat gerakan tanah

33
di lokasi ini terjadi pada hari Kamis tanggal 3 April 2014
sekitar pukul 18.30 WIB setelah turun hujan dengan
intensitas tinggi dan lama.

b. Jenis gerakan tanah


Gerakan tanah yang terjadi merupakan longsoran aliran
bahan rombakan.
 
c.   Kondisi daerah bencana:
 Morfologi:
Gerakan tanah terjadi pada perbukitan dengan
kemiringan lereng lebih dari 75º yang berada di atas
lembah atau pedataran yang dimanfaatkan sebagai
permukiman.

 Geologi:
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Padangsidempuan
dan Sibolga (Aspden, dkk. 1982), secara regional daerah
ini disusun oleh formasi Aluvium Muda (Qh) yang
merupakan batuan sedimen yang tergolong Kuarter
berumur Pleistosen sampai Holosen. Batuan yang berumur
tersier di sekitar lokasi gerakan tanah berasal Kelompok
Gadis dari formasi Barus (Tmba). Batuan lebih tua yang

34
berumur Pretersier berasal dari Formasi Kluet (Puk) dan
formasi Pretersier tidak dibedakan yang berasal dari
Formasi Woyla bersusunan batuan volkanik, skis hijau,
metatuf, batugamping, batusabak, dan pirit. Struktur
geologi yang berkembang adalah sesar-sesar dengan arah
utara-selatan di sebelah timur dan barat laut lokasi gerakan
tanah dan sesar dengan arah barat laut – tenggara di
sebelah utara lokasi gerakan tanah dengan jarak sekitar
sekitar 1 kilometer.
Tanah pelapukan yang menyusun lokasi gerakan
tanah disusun oleh batupasir lempungan berwarna coklat
terang. Batupasir berbutir sangat halus sampai kasar dan
terdapat tuf yang lapuk dan telah melunak. Ketebalan
tanah pelapukan bervariasi antara 1 meter hingga lebih
dari 3 meter. Karakter tanah penyusun mudah terbentuk
retakan pada saat musim kemarau, sehingga tingkat
peresapan air tinggi ketika terjadi hujan melalui retakan-
retakan tersebut.

 Keairan:
Lokasi gerakan tanah berada pada wilayah dengan
kondisi keairan yang dipengaruhi oleh sumber air di
bagian perbukitan yang dimanfaatkan juga untuk

35
kebutuhan sehari-hari. Sungai - sungai yang bersumber
dari pegunungan berair sepanjang tahun.

 Tata guna lahan:
Lahan di sekitar  lokasi gerakan tanah dimanfaatkan
sebagai tegalan dengan vegetasi yang kurang baik pada
bagian perbukitan. Di perbukitan sedikit sekali dijumpai
vegetasi dengan akar besar dan dalam. Permukiman
terdapat pada pedataran yang terletak di bagian lembah.

 Kerentanan gerakan tanah


Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi
Gerakan Tanah pada Bulan April 2014 di Sumatera Utara
(Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi) daerah bencana di Kecamatan Sibolga Selatan
terletak pada zona potensi terjadi gerakan tanah
menengah, artinya pada zona ini dapat terjadi gerakan
tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada
daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,
tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.
 d.  Kondisi gerakan tanah dan akibat yang
ditimbulkan

36
Gerakan tanah yang terjadi adalah longsoran bahan
rombakan pada tebing setinggi sekitar 50 meter, lebar
mahkota 30 meter dengan lebar tubuh longsoran 70 meter.
Panjang longsoran mencapai 50 meter ke arah
permukiman yang berada di bawah bukit yang longsor
dengan arah N 220º E. Longsoran berada pada lokasi
pekerjaan galian yang  dilakukan pada lahan yang akan
dijadikan permukiman. Di lokasi ini masih terdapat
potensi longsor susulan berupa material bahan rombakan
yang masih tertahan di bagian kaki longsoran yang berada
di atas areal permukiman. Gerakan tanah ini
mangakibatkan:

 3 (tiga) orang penduduk meninggal dunia tertimpa


material longsoran,
 3 (tiga)  orang luka-luka,
 4 (empat) rumah rusak terlanda material
longsoran,
 12 rumah terancam terlanda material longsoran
jika terjadi longsor susulan.
  Pada saat dilakukan pemeriksaan sedang
dilaksanakan upaya pembersihan material longsoran oleh

37
Pemerintah Kota Sibolga dengan menggunakan sebuah
alat berat.

 e.  Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah :  

Gerakan tanah disebabkan oleh faktor-faktor sebagai


berikut:

 Sifat tanah pelapukan yang sarang dan mudah


luruh jika terkena air.
 Genangan air pada bekas galian di bagian atas
bukit yang mengakibatkan penjenuhan dan
peningkatan bobot massa tanah.
 Kemiringan lereng yang sangat terjal sehingga
tanah mudah bergerak.
 Kurangnya vegetasi yang berakar besar, kuat, dan
dalam yang dapat meningkatkan daya ikat terhadap
tanah.

38
 Curah Hujan yang tinggi semakin memicu tanah
untuk bergerak.
f.  Mekanisme terjadi gerakan tanah
Gerakan tanah di lokasi ini terjadi akibat interaksi
kondisi geologi, morfologi, keairan, tata guna lahan, dan
aktivitas manusia. Gerakan tanah  di lokasi yang tersusun
oleh materal yang bersifat sarang dan mudah lunak jika
terkena air ini, terjadi akibat penjenuhan dan penambahan
bobot massa tanah yang dipengaruhi akumulasi air yang
tergenang pada bagian atas lereng yang sebelumnya digali.
Penjenuhan juga mengakibatkan tanah mengalami
pelunakan. Kemiringan lereng yang terjal dan kurangnya
vegetasi yang dapat meningkatkan daya ikat tanah serta
gangguan pada lereng mengakibatkan penurunan
kestabilan lereng dan mengakibatkan tanah semakin
mudah untuk bergerak. Kondisi-kondisi di atas dan hujan
yang turun dengan intensitas tinggi dan lama memicu
tanah bergerak keluar lereng dengan kontak antara tanah
pelapukan dengan batuan di bawahnya sebagai bidang
gelincir.

g. Kesimpulan dan Rekomendasi teknis


penanggulangan

39
Gerakan tanah di Kelurahan Aek Parombunan,
Kecamatan Sibolga Selatan adalah longsoran aliran bahan
rombakan. Longsoran ini terjadi akibat interaksi kondisi
geologi, morfologi, kondisi keairan, tataguna lahan, dan
aktivitas manusia. Gerakan tanah ini mengakibatkan
jatuhnya korban jiwa dan kerugian harta benda.
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan masih terdapat
potensi longsoran susulan.

Mengingat curah hujan yang diperkirakan masih


tinggi dan terdapatnya potensi longsoran susulan yang
mengancam permukiman, untuk menghindari korban jiwa
dan kerugian yang lebih besar disarankan:

Jangka Pendek:
 Segera membersihkan material longsoran dan
melakukan pelandaian lereng dengan
mempertimbangkan kondisi alam dan
memperhatikan keselamatan kerja.
 Mengarahkan aliran air permukaan menjauh dari
material longsoran yang belum bergerak.
 Segera mengalirkan air jika dijumpai genangan
pada bagian atas bukit.

40
 Selalu meningkatkan kewaspadaan terutama pada
saat dan setelah turun hujan lebat dan mengungsi jika
terjadi gejala longsoran susulan.
 Tidak beraktivitas di sekitar lokasi longsor dan
dekat dengan alur lembah sungai/alur curah anak
sungai yang berpotensi menjadi jalan mengalirnya
material longsoran dan tebing yang curam pada saat
atau setelah turun hujan dengan intensitas tinggi.
 Masyarakat agar selalu mengikuti arahan yang
disampaikan pemerintah setempat dalam penangan
bencana.

Jangka Menengah dan Panjang:


 Dilakukan penataan vegetasi seperti penanaman
pohon besar dengan akar yang kuat dan dalam
sehingga dapat meningkatkan daya ikat tanah.
 Tidak mendirikan bangunan pada jarak yang
terlalu dekat dengan tebing dan alur lembah atau
aliran sungai yang berpotensi menjadi jalan
mengalirnya material longsoran.
 Tidak melakukan aktivitas yang dapat
mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan

41
lereng tanpa memperhatikan kaidah kestabilan
lereng,  sehingga memicu terjadinya gerakan tanah.

 Agar dilakukan sosialisasi bahaya tanah longsor


dan upaya menghindari serta mengurangi risiko
akibat tanah longsor.

42
Peta lokasi gerakan tanah di Kec. Sibolga Selatan,
Sumatera Utara

43
Peta situasi gerakan tanah di Kec. Sibolga Selatan,
Sumatera Utara

Foto atas memperlihatkan bukit yang mengalami longsor.


Bawah : permukaan yang berada di bawah bukit yang
longsor. Tanda panah pada foto bawah memperlihatkan
lokasi rumah yang rusak terlanda material longsoran.
Garis putus- putus menunjukkan mahkota longsor

44
Rumah yang rusak terlanda material longsoran dan 3 (tiga)
orang penghuninya meninggal dunia (kiri). Foto kanan
memperlihatkan beberapa beberapa rumah yang terancam
jika terjadi longsor susulan.

Memperlihatkan tanah yang bersifat sarang dan telah


mengalami penjenuhan serta pelunakan (kiri). Kanan :
memperlihatkan upaya pembersihan dengan menggunakan
alat berat.

45
46
Peta prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah pada
bulan April 2014, Propinsi Sumatera Utara

47
Gerakan Tanah Kabupaten Labuhan Batu Utara,
Sumatera Utara,
27 November 2013

a. Lokasi dan waktu kejadian :


Gerakan tanah terjadi diarea perbukitan di Dusun
Jarinjing, Kelurahan Bandar Durian, Kecamatan Aek
Natas, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera
Utara. Bencana tersebut terjadi pada hari Selasa, 26
November 2013 malam hari.

b. Jenis gerakan tanah :


Gerakan tanah yang terjadi merupakan longsoran bahan
rombakan.

c. Dampak gerakan tanah:


 1 (satu) orang meninggal dunia.
 5 (lima) orang dinyatakan hilang.
 1 (satu) pondok hanyut terbawa material
longsoran.

d. Kondisi daerah bencana :

48
 Morfologi sekitar lokasi bencana merupakan
lereng perbukitan dengan kemiringan agak terjal
sampai terjal.
 Batuan penyusun berdasarkan Peta Geologi
Lembar Pematang Siantar, Sumatra (Clarke dkk,
1982) berupa Tufa enpadan Toba yang terdiri dari
batuan tuff.
 Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi
Terjadi Gerakan Tanah pada Bulan November
2013di Provinsi Sumatera Utara(Badan Geologi,
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi),
daerah bencana termasuk zona potensi gerakan tanah
menengah – tinggi artinya pada daerah ini dapat
terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal,
terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai,gawir, tebing jalan atau jika lereng
mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat
aktif kembali.

e. Faktor penyebab terjadinya tanah longsor


diperkirakan karena :
 Curah hujan yang tinggi pada saat dan sebelum
kejadian gerakan tanah.

49
 Kemiringan lereng yang terjal.
 Tanah pelapukan yang bersifat sarang dengan
kemampuan meloloskan air tinggi.
Foto dokumentasi dan peta potensi kejadian longsor

Foto 1. Sejumlah warga dan anggota Tni berada di


lokasi longsor untuk mencari korban yang tertimbun
material longsoran. (http://www.riau24.com/ )

50
Peta prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah pada
bulan November 2013, Propinsi Sumatera Utara

51
Gerakan Tanah Di Kec. Sibolga Selatan, Kab. Sibolga,
Sumatera Utara,
4 April 2014

a. Lokasi dan waktu kejadian:


Gerakan tanah berupa longsoran terjadi di
Kelurahan Aek Parombunan, Kecamatan Sibolga Selatan,
Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Gerakan tanah ini
terjadi pada hari Kamis, 3 April 2014 pukul 18.30 WIB.

b. Jenis gerakan tanah:

Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran pada bukit


setinggi 15 meter.

c. Akibat yang ditimbulkan:

 3 (Tiga) orang meninggal dunia.


 3 (Tiga) orang luka-luka.
 1 (Satu) rumah rusak.

d. Kondisi daerah bencana :

52
 Secara umum topografi di sekitar lokasi gerakan
tanah berupa perbukitan dengan ketinggian lebih dari
400 meter.
 Lembar Sidikalang (Aldiss, DT. dkk,
1993).  Formasi Sibolga terdiri dari batupasir,
batulanau, batulumpur dan konglomerat (Tlsb).

 Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi
Terjadi Gerakan Tanah di Provinsi Sumatera Utara
bulan April 2014 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi), Kecamatan Sibolga
Selatan termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah
menengah artinya pada daerah ini dapat terjadi
gerakan tanah jika curah hujan di atas normal,
terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng
mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat
aktif kembali.

e. Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah


diperkirakan antara lain :
 Curah hujan yang tinggi dan lama pada saat
terjadi gerakan tanah.

53
 Kemiringan lereng yang terjal.
 Tanah pelapukan yang bersifat sarang dengan
kemampuan meloloskan air tinggi.

. Foto dokumentasi dan peta potensi kejadian longsor

Menunjukkan Tanah longsor yang menimpa


bangunan di Sibolga (http://daerah.sindonews.com/)

54
Menunjukkan longsor yang menimbun rumah warga
yang berada di lereng bukit , di Jalan Sudirman,
Gang Walet, Kelurahan Aek Parombunan,
Kecamatan Sibolga Selatan (
http://daerah.sindonews.com/ )

55
Peta prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah pada
bulan April 2014, Propinsi Sumatera Utara

56
B. Sumatera Barat
1. Gerakan Tanah Jorong Datar Kampung Dadok,
Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya,
Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat

a) Lokasi dan waktu kejadian :


Gerakan tanah terjadi di Jorong Datar Kampung
Dadok, nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya,
Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Dari Lubuk
Basung dapat ditempuh dengan jarak sekitar 40 km ke
arah tenggara selama 1 jam perjalanan atau 30 km sebelah
barat daya Kota Bukit Tinggi selama 45 menit perjalanan.

57
Peta lokasi longsoran Jorong Datar Kampung
Dadok, Nagari Sungai Batang Kecamatan Tanjung Raya,
Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat

Jenis gerakan tanah :


Pengamatan pada morfologi longsor menunjukkan
bahwa sebelum terjadi longsor terlebih dahulu terjadi
terban pada tanah di daerah tersebut kemudian
menggelincir mengikuti bidang yang relative melengkung
di bawah permukaan tanah. Fakta ini dibuktikan dengan
tersisanya vegetasi permukaan di atas kepala longsor,
kemudian pada kaki lereng yang longsor terdapat
gelembung tumpukan material yang menandakan bahwa
sebagian material juga terhamburkan ke atas saat

58
meluncur baru kemudian menyebar ke bagian yang lebih
rendah di daerah terebut, material longsor juga menumpuk
di kaki lereng dis eberang lembah yang berhadapan
langsung dengan longsor.

Fakta ini mengindikasikan tingginya curah hujan


meningkatkan infiltrasi pada tanah yang poros dan tidak
stabil, semetara itu vegatasi yang ada di lapangan tidak
cukup kuat untuk menahan deformasi di bawah
permukaan. Sifat tanah yang poros dan mudah terurai
menjadi bubur saja tanah jenuh air sehingga dengan
mudah meluncur menuruni lereng dan membawa apa saja
yang ada diatasnya.

59
b) Dampak gerakan tanah:
 20 orang meninggal dunia.
 12 rumah rata bersama longsoran
 Menghancurkan sekurang-kurangnya 4,5 Ha lahan
yang terdapat beberapa jenis tanaman masyarakat
seperti tanamajan kakao, jagung, padi sawah, dan
kacang tanah.

c) Kondisi daerah bencana :


a. Topografi
daerah longsor berada di sisi tenggara Danau
Maninjau, pada lembah perbukitan di kaki
pegunungan bekas kaldera Maninjau bertopografi
miring < 20 % hingga terjal >50% namun meningkat
tajam kea rah timur sangat terjal hingga tegak > 56%
b. Geologi
berdasarkan geologi regional, daerah tersebut disusun
atas batuan andesit kaldera maninjau yang juga
ditutupi oleh tuf batu apung. Kenampakan di
lapangan menunjukkan bahwa daerah tersebut
merupakan daerah labil bagian atas tersusun oleh
lapukan lapilli tuf pasiran, lapukan berwarna kuning

60
kecoklatan, tidak kompak dan bersifat poros.
Ditemukan bongkah-bongkah andesit tertanam dalam
tanah berwarna kuning kecoklatan (lapukan lapilli tuf
pasiran).

d) Faktor penyebab terjadinya tanah longsor


diperkirakan karena :
 Curah hujan yang tinggi pada saat dan sebelum
kejadian gerakan tanah.
 Pada daerah lereng telah dibuat tiga saluran irigasi
yang memotong lereng. Saluran-saluran irigasi
tersebut dibuat dengan cara menggali tanah tanpa
penguatan di sisi dan dasar saluran.

61
Saluran irigasi beresiko, posisi pada lereng miring –
terjal tanpa perkuatan pada dasar dinding saluran

Tanah dasar saluran irigasi lunak dan mudah terurai

Gerakan Tanah Jorong Landai, Kecamatan Harau,


Kabupaten Limapuluh Koto, Sumatera Barat

a) Lokasi dan waktu kejadian:


 Bencana gerakan tanah terjadi di ruas jalan yang
menghubungkan Kelok Sembilan, Jorong Landai,
Kecamatan Harau, Kabuapaten Limapuluh Koto,

62
Provinsi Sumatera Barat pada hari Minggu, 21
Oktober 2013 malam.

 Bencana gerakan tanah di lokasi ini pernah terjadi


pada tanggal 1 Desember 2012 dan telah
disampaikan rekomendasi dengan surat tanggapan
bencana gerakan tanah Nomor :
2856/45/BGL.V/2013, tanggal 4 Desember 2012.

b) Jenis gerakan tanah:


    Gerakan tanah yang terjadi diperkirakan berupa
runtuhan batu dari tebing yang menimpa badan jalan.

63
c) Dampak gerakan tanah:
 1 (satu) jembatan permanen rusak.
 Ruas jalan tertimbun material longsoran
sepanjang 30 meter.
 Saluran irigasi rusak berat.

d) Kondisi daerah bencana :


 Secara umum daerah bencana dan sekitarnya
berupa kawasan perbukitan dengan elevasi sekitar
200 mdpl.
 Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pakanbaru
Sumatera (Clarke, dkk., P3G, 1982) batuan penyusun
di daerah bencana secara regional adalah batupasir
konglomerat (conglomeratic sandstone) dan
batulanau (Tms).

 Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi


Terjadi Gerakan Tanah pada Bulan Oktober 2013 di
Sumatera Barat (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi), daerah bencana
termasuk zona potensi gerakan tanah menengah
sampai tinggi artinya daerah ini dapat terjadi gerakan
tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada

64
daerah yang berbatasan dengan lembah sungai,
gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami
gangguan.
e) Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah
diperkirakan :
A. Curah hujan yang tinggi pada saat dan sebelum
terjadi bencana.
B. Kemiringan lereng yang terjal, menyebabkan
masa tanah dan batuan mudah bergerak.
C. Adanya bidang lemah yang berupa kontak antara
tanah pelapukan dengan batuan dasar yang dapat
bertindak sebagai bidang gelincir.

f) Rekomendasi:
 Agar masyarakat yang tinggal dan beraktifitas di
sekitar daerah bencana lebih waspada, terutama saat
maupun setelah hujan deras yang berlangsung lama,
karena daerah tersebut masih berpotensi untuk
terjadinya longsor susulan.
 Material longsoran di ruas jalan dan di saluran
irigasi segera dibersihkan.
 Perbaikan saluran drainase untuk memperlancar
aliran air permukaan.

65
 Dibuat tembok penahan tebing di bagian atas dan
bawah lereng dengan pondasi harus dalam sampai
batuan dasar yang stabil.
 Membuat rambu-rambu lalu lintas peringatan
rawan longsor, agar pengguna jalan waspada bila
melalui jalur jalan ini, terutama di musim hujan.

66
Peta petunjuk lokasi gerakan tanah

67
Peta prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah

68
Historis Longsor Sumatera Barat :

- Tahun 1979 Longsor terjadi di Sungai Sariak


Baso Kabupaten Agam dan Pasia Lewah
Kabupaten Tanah Datar dengan korban jiwa 50
orang tewas.
- Tahun 1987 Longsor terjadi di Bukit Tui Padang
Panjang 136 korban
- Tahun 2000 Terjadi longsor di Calau, Talawi
Pesisir Selatan 27 korban tewas 10 diantaranya
dinyatakan hilang, di Malalo Kabupaten Tanah
Datar, 31 orang tewas 8 diantaranya hilang, di
desa Gantiang kabupaten Pasaman 37 korban
tewas
- Tahun 2004 di Panti Pasaman 56 korban tewas
- Tahun 2005 Di Bukik Lantiak Padang 67 korban
tewas, di Gaung Gates Padang 25 korban tewas
- Tahun 2006 Di Koto baru Nagari aia dingin
Kabupaten Solok 18 orang tewas
- Tahun 2007 Di Kolam Janiah Kecamatan V Koto
timur Padang pariaman13 korban tewas

69
- Tahun 2009 Di Gunuang Tigo kabupaten Padang
Pariaman 300 korban tewas
- 25 Desember 2012 Terjadi longsor di Jorong
Sungai Ipuh, Nagari Pakan Rabaa Tengah,
Kabupaten Solok Selatan. Korban jiwa 3 orang
- 13 januari 2014 (Solok) Wilayah Solok
mengalami curah hujan yang cukup tinggi
sehingga menyebabkan wilayah perbukitan sekitar
daerah tersebut rentan terhadap pergerakan tanah
hingga mengakibatkan longsor. Longsor terjadi
pagi hari sekitar pukul 08.00 wib yang menutup
keseluruhan badan jalan jalur Solok menuju
Muara Labuh Solok Selatan di nagari air dingin
kecamatan Lembah Gumanti yang mengakibatkan
jalan provinsi yang menghubungkan antara Solok
dan Solok selatan terputus atau tertutup material
longsoran sekitar 25 meter dengan jarak panjang
sekitar 50 meter.
- 14 Januari 2014 (Padang Pariaman)
Curah hujan yang tinggi sejak sore 14 januari
2014 melanda hampir seluruh wilayah Sumatera
barat. Sekitar pukul 18.00 wib saat hujan melanda,

70
longsor menerjang salah satu rumah penduduk
daerah Korong Bukik Kaliak Nagari Campago
Kecamatan V Koto kampong dalam Kabupaten
Padang Pariaman/ rumah yang dihuni oleh Burhan
70 tahun beserta istri dan anaknya tersebut terkena
hantaman material longsoran hingga 1 anaknya
bernama Weni jenis kelamin perempuan umur 12
tahun.
- 26 Januari 2013 Longsor di Kampung Data,
Jorong Dadok, Nagari Sungai Batang, Kecamatan
Tanjung Raya, Agam, Sumatera barat, menelan
korban puluhan dan 12 orang korban, dan 13
orang masih hilang.

71
Provinsi Lampung

1. Gerakan Tanah Kabupaten Lampung Barat,


Tanggamus dan Lampung Utara
a) Lokasi dan waktu kejadian :

Daerah rawan longsor di Provinsi Lampung


diperkirakan terdapat pada kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Tanggamus dan sebagian kecil daerah
Kabupten Lampung Utara.

b) Jenis gerakan tanah :


Daerah rawan longsor di Provinsi Lampung
diperkirakan terdapat pada kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Tanggamus dan sebagian kecil daerah
Kabupten Lampung Utara. Hal ini disebebkan daerah ini
memiliki kelerengan yang relatif curan sekitar 16-30 %
sampai kurang dari 75% yang merupakan parameter
utama syarat terjadinya longsor, walaupun pada
umumnya penggunaan lahan (hutan, perkebunan, kebun
campur) dan jenis tanah (entisol dan enseptisol)
mempunyai resiko yang cukup kecil sehingga dapat
dikatakan tidak begitu membahayakan. Kabupaten lainnya

72
seperti Kabupaten Lampung Timur, Lampung Selatan,
Lampung Tengah, Kodya Metro, Kodya Lampung, dan
Kabupaten Tulangbawang mempunyai tingkat kerawanan
longsor kurang sampai rendah. Pada daerah- daerah
tersebut umumnya mempunyai kelerengan yang landai
sampai bergelombang yaitu 0-3 % sampai 9-15 % dan
jenis tanah yang relatif masih muda, walaupun parameter
yang lain mempunyai tingkat kerawanan yang cukup
besar.

73
c) Dampak gerakan tanah:

JENIS
TANGGAL DAERAH KORBAN KERUSAKAN
LONSOR
4 Pekon Labuhan tidak ada akses jalan longsoran
November Mandi, terputus rotasi
2013 Kecamatan
Waykrui ,jalan
dari Liwa
(Kabupaten
Lampung
Barat) hingga
Krui
(Kabupaten
Pesisir Barat)
13 Oktober Kelurahan tidak ada tanggul jebol, Longsoran
2013 Bumi Raya 6 rumah rusak translasi
Kecamatan berat, 9 rumah
Bumi Waras rusak ringan
Kota

74
Bandarlampung
3 Maret  Jl. Lintas Liwa tidak ada tertutupnya Runtuhan
2013 Krui Pekon ruas jalan batu
Kubu Perahu
STA Way
Sinda
Kecamatan
Balik Bukit
Kabupaten
Lampung Barat
3 Desember jalan dari Liwa tidak ada akses jalan Longsoran
2012 (Kabupaten terputus translasi
Lampung
Barat) hingga
Krui
(Kabupaten
Pesisir Barat)
18 Bukit Lungsir, Tidak ada  60 rumah
Desember Bandar terendam
2008 Lampung lumpur
setinggi
setengah meter

75
d) Kondisi daerah bencana :
jenis tanah yang terdapat di Provinsi cukup bervariasi.
Berdasarkan pengelompokan fisiografi yang terbentuk,
maka unit-unit lahan yang ada meliputi aluvial (A), marin
(B), volkan (V), perbukitan (H) dan pegunungan (M).
Sedangkan tanah yang terbentuk dalam tingkat order tanah
dapat dikelompokkan dalam entisol, inceptisol, dan
ultisol. Gambaran order tanah adalah sebagai berikut:
a. Entisol
Order tanah entisol tergolong sebagai tanah yang belum
berkembang yang dicirikan belum adanya perkembangan
profil. Pada daerah aluvial dan dataran belum adanya
perkembangan tanah tersebut disebabkan oleh adanya
penambahan endapan yang terus-menerus, sedangkan
pada daerah perbukitan, pegunungan dan volkan,
terhambatnya perkembangan profil karena adanya erosi
yang berlangsung setiap saat. Great Group tanah yang
termasuk ordo Entisol di daerah perbukitan dan
pegunungan Kabupaten Lampung Barat adalah :
trophorthents. Pada daerah aluvial yang berupa dataran

76
pantai, great group tanah yang dijumpai meliputi :
troposamments, hyraquents, dan sulfaquents. Pada daerah
aluvial yang berupa daerah pengendapan sungai, great
group tanah yang dijumpai meliputi : tropaquents,
fluvaquents, dan tropofluents.
b. Inceptisol
Order tanah inceptisol tergolong tanah muda yang
mengalami tahap perkembangan lebih lanjut, jenis
inceptisol dicirikan oleh adanya perkembangan pencucian
hara dan liat pada lapisan atas dan penimbunan bahan-
bahan tersebut pada lapisan bawah yang belum intensif,
sehingga tanah-tanah ini tergolong relatif subur. Sebaran
inceptisol merupakan yang terlrluas dibandingkan order-
order tanah yang lain. Terbentuknya tanah ini cenderung
lebih mudah pada daerah dataran tanah mineral.
c. Ultisol
Order tanah ultisol merupakan tanah yang telah
mengalami perkembangan lanjut, jenis tanah ini dicirikan
oleh adanya penimbunan liat dan pencucian unsur hara
dari lapisan atas ke lapisan bawah. Berhubungan
pencucian yang terjadi berlangsung secara intensif, maka
kejenuhan basa di lapisan bawah tergolong rendah yaitu
30 persen serta kemasaman tinggi.

77
Jenis tanah di provinsi ini terdiri dari dari 13 jenis dan
podsolik merah kuning (PMK) merupakan jenis dominan
sekitar 1.522.336 ha kemudian latosol dan andosol.

No. Jenis Tanah Luas (Ha)


1. Aluvial hidromorf 163.444
2. Aluvial 52.386
3. Assosiasi alluvial humus 290.218
4. Hidromorf kelabu 79.627
5. Regosol 80.674
6. Andosol 09.544
7. Renzina 8.328
8. Podsolik coklat 31.432
9. Latesit air tanah 8.328
10. Latosol 719.793
11. latosol dan podsolik 97.438
12. Podsolik merah kuning 1.522.336
13. podsolik, latosol dan litosol 67.054

Kawasan hutan di Provinsi Lampung masih


daerah dominan, meskipun tingkat penurunan terus-
menerus yang disebabkan oleh perambah hutan.

78
Penggunaan kawasan hutan sebagai hutan lindung, cagar
alam hutan, hutan produksi terbatas, hutan produksi, hutan
produksi yang dapat di konversi dan wilayah penggunaan
lainnya. Di daerah Lampung Barat juga terdapat Taman
Nasional Bukit Barisan dan timur tempat perlindungan
satwa liar ada di Way Kambas Kabupaten Sukadana. Dari
utara, penggunaan lahan dan pengembangan wilayah yang
digunakan untuk perkebunaan Provinsi Lampung,
pertanian dan transmigrasi lebih luas Kabupaten Lampung
Utara, Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung
Selatan. Selain itu, ada juga penggunaan lahan untuk
perkebunan dan tegalan/ladang.

79
 13 oktober 2013

Lokasi : Kelurahan Bumi Raya


Kecamatan Bumi Waras
Kota Bandar Lampung
Kerusakan : tanggul jebol, 6 rumah rusak berat, 9
rumah rusak ringan
Jenis : Longsoran translasi

80
 3 Desember 2012

Lokasi : jalan dari Liwa (Kabupaten Lampung


Barat) hingga Krui (Kabupaten Pesisir Barat)
Kerusakan : akses jalan terputus
Jenis : Longsoran translasi

 4 november 2013

81
Lokasi : Pekon Labuhan Mandi, Kecamatan
Waykrui ,jalan dari Liwa (Kabupaten
Lampung Barat) hingga Krui
(Kabupaten Pesisir Barat)
Kerusakan : akses jalan terputus
Jenis : longsoran rotasi

82
Provinsi Sumatera Selatan

1. Desa Kembahang Lama, Kecamatan Talang


Padang, Kabupaten Empat Lawang, Provinsi
Sumatera Selatan tanggal 29 Juli 2011
a) Lokasi dan Waktu Kejadian :
29 Juli 2011, pukul 14.00 WIB telah terjadi
longsor di Desa Kembahang Lama, Kecamatan
Talang Padang, Kabupaten Empat Lawang,
Provinsi Sumatera Selatan.
b) Akibat yang ditimbulkan :
 4 orang anak meninggal dunia karena
tertimbun tanah longsor
 2 orang menderita luka ringan
c) Penyebab longsor

83
 Ditengarai oleh curah hujan yang tinggi,
sehingga membuat tebing runtuh dan
mengenai korban
 Minimnya kayu penyangga kemudian
banyaknya Daerah Aliran Sungai (DAS)
menjadi kawasan pemukiman
2. Desa Tanjung Baru Kec. Warkuk Ranau
Selatan Kab. Ogan Komering Ulu Selatan
tanggal 5 April 2013
a) Lokasi dan Waktu Kejadian :
Tanggal 5 April 2013 bencana tanah longsor
terjadi di Desa Tanjung Baru Kec. Warkuk
Ranau Selatan Kab. Ogan Komering Ulu Selatan
pukul 23.00 WIB. Lokasi longsor adalah
kawasan bukit tempat penambangan batu.

84
Sumber : www.antaranews.com

b) Akibat yang ditimbulkan :


 6 korban tertimbun
 1 tewas
c) Penyebab Longsor :
Bukit penambangan batu yang dibuat
terowongan dan ketika terjadi hujan maka
lonsoran terjadi.

3. Pasar Ulu, Muaradua (OKU Selatan), Kamis


6 September 2013 
a) Lokasi dan Waktu :

85
kawasan Pasar Ulu, Muaradua (OKU Selatan)
pada hari Kamis tanggal 6 September 2013 
b) Akibat yang ditimbulkan :
 menghancurkan 17 rumah
 empat penghuni rumah menderita luka
karena tertimpa bangunan rumah.
c) Penyebab Longsor
Guyuran hujan deras selama 12 jam membuat
tanah di perbukitan longsor.

4. Kecamatan Dempo Utara, Selasa tanggal 11


Februari 2014

a. Lokasi dan Waktu


Longsor yang terjadi tanggal 11 Februari 2014
menimpa tujuh desa yang berada dikawasan
Kecamatan Dempo. Pasalnya sejumlah desa
tersebut berada dikawasan perbukitan.
b. Akibat yang ditimbulkan
Tidak ada korban jiwa
c. Penyebab Longsor

86
 Kondisi cuaca di Kota Pagaralam yang
ekstrim
 Banyaknya kawasan perbukitan yang
gundul akibat beralih fungsi
Sebanyak tujuh desa yang ayang
dikawasan Kecamatan Dempo Utara
rawan terkena bencana tanah longsor.
Pasalnya sejumlah desa tersebut berada
dikawasan perbukitan.

5. Pagaralam-Sumsel hari Sabtu , 5 April 2014


a. Lokasi dan Waktu :
Peristiwa ini terjadi dua malam berturut-turut
yakni pada Jumat (4/4/2014) malam dan Sabtu
(5/4/2014) malam, sekitar pukul 19.30. daerah
yang terkena longsor, yaitu Dusun Gunung Agung
Tengah RT/RW 08/03 Kelurahan Agung
Lawangan Kecamatan Dempo Utara, Dusun
Dempo Rejo RT/RW 09/03 Kelurahan Dempo
Makmur Kecamatan PagaralamUtara, dan di RT
02 / RW 03 Kelurahan Gunung
Dempo PagaralamSelatan.

87
b. Akibat yang ditimbulkan :
 Tidak ada korban jiwa,

 longsor juga membuat jebolnya


drainase dan tembok penahan jalan
negara Pagaralam-Tanjung Sakti.
Akibatnya, arus lalu lintas (Lalin) dari
arah Pagaralam menuju Tanjung Sakti
maupun sebaliknya menjadi padat
merayap.
c. Penyebab Longsor :
 Curah hujan yang cukup tinggi.

88
Gambar Longsor di Pagaralam (Sumber :
Sripoku.com)

89
Provinsi BANGKA BELITUNG

1. Kecamatan Damar, Belitung Timur (Beltim),


Sabtu 9 Februari 2013.
a) Lokasi dan Waktu :
Terjadi longsoran di lokasi izin usaha
pertambangan (IUP) PT Timah, di sekitar Travo
Mayang, Desa Sukamandi, Kecamatan Damar,
Belitung Timur (Beltim), Sabtu 9 Februari 2013
sore.
b) Akibat yang ditimbulkan :
 Lima pekerja tambang terkubur hidup-
hidup
c) Penyebab Longsor :
 Longsoran tambang.

90
2. Desa Selingsing Kecamatan Gantung,
Belitung Timur, Sabtu 14 Nopember 2013.
a. Lokasi dan Waktu :
Lokasi IUP PT Timah, Desa Selingsing
Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Kamis 14
November 2013.
b. Akibat yang ditimbulkan :
Tiga pekerja tambang
c. Penyebab Longsor :
 Runtuhan Tambang.

Gambar alat berat eksavator dikerahkan dalam upaya


pencarian tiga petambang timah yang tertimbun

91
longsor, di lokasi IUP PT Timah disekitar Desa
Selingsing Kecamatan Gantung, Kamis (14/11/2013).

Peta Indeks Risiko Bencana Gerakan Tanah Bangka


Belitung (Sumber : Geospasial.bnpb.go.id)

92
Provinsi Jambi dan Bengkulu

1. Tanah Kayu Aru, Kec. Sekernan, Kab.


Muaro Jambi, Prov. Jambi
a) Lokasi dan waktu kejadian
Gerakan Tanah terjadi di Kayu Aru, Kec.
Sekernan, Kab. Muaro Jambi, Prov. Jambi
(103.384 -1.52761) pada 20 Juli 2012 pukul
17:00:00 WIB
b) Dampak
1 orang meninggal dunia
2 orang luka,
48 KK mengungsi
2 rumah rusak berat, 1 rumah rusak ringan, 90
rumah terancam longsor
c) Faktor penyebab
Longsor terjadi karena abrasi sungai
batanghari - Semakin hari tanah longsor dan
abrasi makin meluas. - Terjadi Longsor
susulan pada tanggal 21/08/2012 dan
25/08/12

93
2. Desa Koto Agung Kec. Keliling Danau, Desa
Muara Hemat Kec. Batang Merangin, Desa
Hilang Karya Kec. Sitinjau Laut, Desa
Pungut Hilir dan Sungai Tutung Kec. Air
Hangat Timur, serta Desa Sungai Betung
Hilir Kec. Gunung Kerinci, Kab. Kerinci,
Prov. Jambi

a) Lokasi dan waktu kejadian


Gerakan tanah terjadi di Desa Koto Agung
Kec. Keliling Danau, Desa Muara Hemat
Kec. Batang Merangin, Desa Hilang Karya
Kec. Sitinjau Laut, Desa Pungut Hilir dan
Sungai Tutung Kec. Air Hangat Timur, serta
Desa Sungai Betung Hilir Kec. Gunung
Kerinci, Kab. Kerinci, Prov. Jambi (101.451 -
2.16448) pada 9 Februari 2013
b) Dampak
Kec. Gunung Kerinci : 1 jalan kabupaten
tertimbun longsoran sepanjang 25m Kec.
Air hangat timur : 1 jalan kabupaten tertibun
longsor sepanjang 120m dan 5 desa yg
terisolir.
Kec. Sitinjau laut : 1 jalan kabupaten terputus
sepanjang 120m dan 1 desa terisolir
Kec. Batang merangin : 1 jalan provinsi
tertimbun longsor sepanjang 40m
Kec. Keliling Danau : 1 jalan kabupaten
tertimbun longsor sepanjang 200m
c) Faktor penyebab

94
Hujan dengan intensitas sedang sampai lebat
sejak hari Jumat tgl 08/02/13 pkl. 14.00 wib
hingga hari sabtu tgl. 09/02/13 pkl. 03.00 wib
mengakibatkan tanah longsor di beberapa titik
di Kab. Kerinci.

3. Gerakan tanah Desa Dusun Tua Kec. Lembah


Mesurai Kab. Merangin Prov. Jambi
a) Lokasi dan waktu kejadian
Gerakan tanah terjadi di Desa Dsn Tua Kec.
Lembah Mesurai Kab. Merangin Prov. Jambi
(101.878 -2.37877) 4 Nopember 2013 pukul
06.00 WIB
b) Dampak
Jalan antara Kec. Jangkar ke Kota Kabupaten
Terputus
c) Faktor penyebab
Longsor disebabkan hujan lebat dan
merupakan daerah tebing

4. Gerakan tanah Desa Gunung Mesuri Kec.


Semidang Alas Maras Kab. Seluma Prov.
Bengkulu
a) Lokasi dan waktu kejadian
Gerakan tanah terjadi Desa Gunung Mesuri Kec.
Semidang Alas Maras Kab. Seluma Prov.
Bengkulu (102.782 -4.30913) 19 Oktober 2013
pukul 02.00 WIB
b) Dampak

95
Jalan antar provinsi terputus sepanjang 200 m
c) Faktor penyebab
Tanah labil dan curah hujan yang cukup tinggi

5. Gerakan tanah Desa Sinar Gunung Kec.


Sindang Beliti Ulu Kab. Rejang Lebong Prov.
Bengkulu
a) Lokasi dan waktu kejadian
Gerakan tanah terjadi di Desa Sinar Gunung
Kec. Sindang Beliti Ulu Kab. Rejang Lebong
Prov. Bengkulu (102.754 -3.52771) 4 April
2014 pukul 23.00 WIB
b) Dampak
1 Orang Meninggal Dunia a.n. Yenti/P/40 thn
1 Unit rumah Rusak Berat
c) Faktor penyebab
Hujan disertai kondisi tanah yang labil

96
Daftar Pustaka

http://pusdalopspbsumbar.blogspot.com/
2013/02/tinjauan-longsor-jorong-datar-
kampung.html
http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/28/
jejak-longsor-di-sumatera-barat-529300.html
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/
gerakan-tanah/kejadian-gerakan-tanah/250-
tanggapan-gerakan-tanah-kec-harau-kab-
limapuluh-koto-sumatera-barat-22-10-2013
http://geospasial.bnpb.go.id/pantauanbencana/
data/datalongsorall.php

97
Tentang Penulis

Penulis yang lahir di Surabaya, 13


Mei 1988 bernama Asli Dimas
Bambang Sukmana Putra atau biasa
dipanggil Mas Dim, menghabiskan
saat kecil dan sekolah mulai SD
hingga SMA di Surabaya, hingga
saat kuliah diterima di NIIT Jur DII
Informatika di bandung, STT
Telkom Jur DIII teknik
Telekomunikasi Bandung, Universitas Negeri Jember Jur
S1 Akuntansi, dan Akhirnya mas dim memutuskan untuk
ambil Kuliah Gratis di AMG (sekarang STMKG)
Akademi Meteorologi dan Geofisika yaitu sekolah
Kedinasaan dibawah BMG (Sekarang BMKG) dengan
Jurusan Geofisika yang akhirtnya menuntun takdirnya
untuk Selalu berkutat dengan dunia bencana kebumian
Saat lulus dari Sekolah kedinasaan tersebut
dengan biasa aja. Kemudian di tempatkan Di PGS (Pusat
Gempa Sebenarnya) di Ternate Maluku Utara dari tahun
2009. Dan seringkali Mengisi rubrik Opini pada media
masa di Ternate, dan ini merupakan buku ke 4 yang telah
diterbitkan, buku pertama “ 5 Mitos Bencana Alam Yang
Terbantahkan” buku kedua “Mengurai Kerumitan
Tektonik Maluku” buku ketiga “ Menelisik Tektonik
Sulawesi” mohon saran dan kritik sangat diharapkan

98

Anda mungkin juga menyukai