Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 2

MANAJEMEN INFRASTRUKTUR (SI-5161)

Analisis Prosedur IBMS untuk Perawatan Infrastruktur Jembatan

Oleh :
KELOMPOK 2
Daniel Dixon Octora 25016066
Ricky Fajri Sofyan 25016067
Nurlaela Fitria 25017023
Bagus Satrio Utomo 25017088

Dosen :
Eliza Rosmaya Puri, S.T., M.T., Ph.D.

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
A. Latar Belakang
Sebagai bagian dari jaringan infrastruktur transportasi jalan, jembatan di Indonesia
umumnya dikelola oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Pada pelaksanaannya, Bina Marga
bertanggung jawab atas perawatan dan aktivitas lainnya berhubungan dengan jembatan
yang ia kelola. Dalam hal ini, Bina Marga menyusun Sistem Manajemen Jembatan (SMJ)
sebagai panduan yang mencakup perencanaan, pemantauan, dan pelaksanaan perawatan
jembatan secara umum.
Selain menjelaskan prosedur perawatan jembatan, SMJ juga digunakan untuk membuat
skala prioritas pengerjaan perawatan jembatan. Hal ini berfungsi sebagai pendataan Bina
Marga agar dapat dilihat jembatan mana yang lebih membutuhkan perawatan darurat dan
dibandingkan rancangan pekerjaannya dengan kebutuhan jembatan-jembatan lainnya.

Panduan SMJ ini diterapkan pada seluruh jalan-jalan Nasional dan Propinsi yang
jembatannya berbentang lebih dari 2 m.

Pada umumnya, SMJ mencakup inventarisasi jembatan, kondisi lalu lintas dan penilaian
daya beban, identifikasi jembatan untuk penanganan, peringkat prioritas penanganan
jembatan, alokasi dana, dan prosedur standar pelaksanaan. Pada tugas ini akan dibahas
metode perawatan jembatan berdasarkan SMJ, secara spesifik pada jembatan antar wilayah
(IBMS). IBMS akan dipantau metode identifikasi dan analisis perawatannya, dan akan
dilihat kelebihan dan kekurangan yang mungkin ada pada metode ini.

Pada pembahasan ini, IBMS akan dianalisis berdasarkan pemodelan Pavement


Management System (PMS) dengan model sebagai berikut.
Model ini akan menjadi acuan analisis dalam mengamati prosedur IBMS. Dalam kata lain,
prosedur IBMS akan dikategorikan dalam enam kategori sesuai bagan diatas. Inventory
data merupakan pengumpulan data awal jembatan. Data ini berisi hal-hal seperti geometrik
jalan, lokasi jalan, dan detil konstruksi jalan. Condition data adalah data yang diambil dari
pengamatan jembatan selama berkala. Data ini bisa berbentuk pengamatan visual atau hasil
uji lapangan. Kedua jenis data tersebut disatukan dalam database yang kemudian dianalisis.
Hasil analisis akan dicek kembali sesuai data eksisting dan disusun solusi perawatannya.

Untuk perbandingan, prosedur kerja IBMS tertera pada bagan berikut.

Perlu diperhatikan bahwa bagan bagian kiri menjelaskan mengenai prosedur pengamatan
dan pemeriksaan, dan bagian kanan menjelaskan mengenai aktifitas perawatan. Pada
dasarnya kegiatan pemeriksaan jembatan berdasarkan IBMS terpusat pada bagian
pemeriksaan. Terdapat empat jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan inventarisasi,
pemeriksaan detail, pemeriksaan rutin, dan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan ini
merupakan bagian inventory data dan condition data. Berikut penjabaran detil keempat
pemeriksaan yang tercantum pada bagan.
Sesuai prosedur kerja, setelah data diambil maka akan dikumpulkan dalam BMS MIS
database jembatan dan dianalisis sesuai proses pada bagan bagian kanan.

B. Inventory Data
Pemeriksaan Inventarisasi SMJ (Sistem Manajemen Jembatan) dilaksanakan pada awal
SMJ untuk mencatat data-data dari suatu jembatan dalam SMJ dengan data berikut :
1. Data administrasi berupa identitas jembatan (nama, nomor, lokasi, status wewenang
jembatan, dll)
2. Data geometri jembatan berupa tipe dan dimensi jembatan
3. Data bahan jembatan berupa bahan/material yang digunakan pada konstruksi jembatan

C. Condition Data :
1. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin dilaksanakan tahunan secara visual pada tiap jembatan dengan tujuan
untuk memeriksa bahwa Pemeliharaan Rutin sedang dilaksanakan dan melaporkan
setiap Tindakan Darurat yang diperlukan, khususnya berkenaan dengan aliran air.
Data yang diperoleh berupa jenis pemeliharaan yang sedang/telah dilaksanakan dan
data kondisi umum jembatan.
2. Pemeriksaan Mendetail
Pemeriksaan mendetail jembatan merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara visual
untuk menilai kondisi detail jembatan dan semua elemennya yang dilakukan pada jarak
waktu maksimum 5 tahun.
Tujuan dari pemeriksaan detail ini adalah untuk mengetahui kondisi jembatan agar
dapat mempersiapkan strategi penanganan jembatan dan membuat urutan prioritas.
Kriteria untuk memilih jembatan-jembatan yang akan di inspeksi mendetail adalah
sebagai berikut:
a. Jembatan dengan NK > 3 dan Inspeksi Detail terakhir lebih dari 2 tahun yang lalu
b. Inspeksi Detail terakhir lebih dari 4 tahun yang lalu
c. Pekerjaan jembatan telah selesai namun belum dilanjutkan dengan Inspeksi
Mendetail
Jembatan berikut yang tidak masuk ke dalam Inspeksi Mendetail :
a. Jembatan dengan bentang kurang dari 6 meter
b. Jembatan dengan lintasan basah
c. Jembatan yang sedang ditangani atau masuk ke dalam program penanganan
d. Inspeksi Detail terakhir kurang dari 2 tahun yang lalu
Jembatan-jembatan yang tidak masuk ke dalam Inspeksi Mendetail agar dimasukkan
ke dalam Inspeksi Rutin setiap tahunnya kecuali jembatan-jembatan tersebut telah
masuk ke dalam program penanganan atau sedang ditangani
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan detail ini berupa kerusakan elemen,
kerusakan kelompok elemen, dan komponen utama jembatan

Selama suatu pemeriksaan detail, inspektur jembatan memeriksa data inventarisasi dan
ia dapaat membuat rekomendasi untuk penanganan dan pemeriksaan khusus.

3. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan untuk melengkapi data kondisi yang diperoleh dari hasil
Pemeriksaan Mendetail, hal ini dilakukan untuk meyakinkan data kondisi yang
diperoleh.
Adapun beberapa contoh pemeriksaan khusus yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Khusus Mutu Beton (Uji Beton/Hammer test)
Hammer test yaitu pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Pengujian ini
dengan memberiakn beban tumbukan pada permukaan beton dengan menggunakan
suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energy yang besarnya tertentu.
Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan
permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah
dikalibrasi.
b. Pemeriksaan Tulangan (Cover Meter)
Cover meter atau Rebar scan adalah uji untuk mengukur tebal selimut beton, jarak
antar tulangan dan besar diameter tulangan. Metode ini didasarkan pada induksi
gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi baja tulangan.
c. Pemeriksaan Karbonasi beton
Uji tingkat karbonasi adalah untuk mengetahui apakah selimut beton masih
melindungi tulangan baja didalamnya. Cara kerja dengan menyemprotkan cairan
1% phenolthaelin ke dalam lubang, bagian beton yang masih baik (bersifat basa)
akan berwarna pink/ungu, sedangkan bagian yang sudah terkarbonasi tidak akan
berubah warna. Selanjutnya ukur ketebalan lapisan yang terkarbonasi dari
pemrukaan beton sampai dengan lokasi yang berubah warna.

D. Database
Database jembatan merupakan semua kumpulan data jembatan yang disimpan dalam suatu
computer untuk semua jembatan yang ada di setiap provinsi di Indonesia.
Database jembatan ini terdiri dari:
1. Kumpulan data administrasi jembatan (nama dan nomor jembatan, dll) dan geometric
jembatan
2. Data kondisi jembatan yang diperoleh dari pemeriksaan rutin, detail, dan khusus yang
telah dilakukan. Data kondisi tersebut mencakup datail nilai kondisi setiap bagian
jembatan yaitu bangunan atas (BA), lantai (LNT), bangunan bawah (BB), daerah aliran
sungai (DAS), dan kondisi keseluruhan jembatan (JBT).
3. Arsip jembatan yang terdiri dari data yang dapat dimasukkan kedalam computer, seperti
bentuk pemeriksaan asli, foto, gambar dan sebagainya.
4. Data lalu lintas (AADT)
Semua data tersebut dimasukkan ke dalam komputerisasi database jembatan (contoh
databse jembatan untuk Prov. Jabar tahun 2016 terlampir).

E. Data Analysis
Analisis data dilakukan terhadap database jembatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi
dan mengetahui kebutuhan prioritas penanganan jembatan, memprediksi nilai kondisi
jembatan di masa yang akan datang.
Hasil dari analisis data yang telah dilakukan bertujuan untuk memilih strategi manajemen
yang efektif/rencana pengananan yang didasarkan pada data yang ada.
F. Feedback Loop
Hasil dari analisis data yang telah dilakukan, jika ditemukan kejanggalan atau
ketidaksesuaian pada database jembatan, maka dapat dilakukan cross check sebagai
control/validasi terhadap database jembatan tersebut.
Contoh: Pada jembatan yang baru dibangun (masih dalam masa pemeliharaan), namun
pada database jembatan terdapat NK jembatan > 3 (tidak mantap) ataupun sebaliknya.

G. Sistem Output
Output yang dihasilkan dari SMJ ini berupa laporan yang isinya terdiri dari:
1. Database NK jembatan
2. Rencana penanganan pemeliharaan jembatan
3. Rencana anggaran pemeliharaan yang dibutuhkan
Secara umum konsep preservasi jembatan dituangkan pada gambar di bawah ini:
H. Evaluasi IBMS
Kelebihan IBMS adalah memiliki sistem permeriksaan yang lengkap dan sistematis. IBMS
memiliki sistem output yang beragam. Namun, tidak ada feedback loop yang terencana
pada sistem ini. Sebaiknya, hasil analisis dilihat kembali oleh inspektor, untuk diperiksa
apakah hasil analisis cocok diterapkan pada database. Ini dikarenakan kemungkinan tim
analisis kondisi existing, mungkin tidak cocok karena kesalahan database dan lain-lain.

Jadi, sistem IBMS sebaiknya mencantumkan harga satuan yang update, karna hasil output
biasanya membutuhkan biaya yang tidak sesuai dengan biaya lapangan. Untuk ini, perlu
diperhatikan perlu diperhatikan lebih banyak mengenai detail biaya atas output yang
bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai