Anda di halaman 1dari 23

Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

SPESIFIKASI BAHAN
P. CAMPURAN-CAMPURAN ASPAL PANAS
1. UMUM
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan lapus perata padat yang awet, pondasi atas
atau lapisan atas pelindung aspal beton yang terdiri dari agregat dan material
aspal yang dicampur dipusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan
campuran tersebut diatas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan yang
sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai gambar dalam hal
ketinggian, penampang memanjang dan melintangnya atau sesuai yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(b) Beberapa campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan


didalam Spesifikasi ini, untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan
dengan kadar bitumen efektif minimum, rongga udara, stabilitas, leksibilitas dan
ketebalan film aspal benar-benar terpenuhi. Dalam hal ini penting diingat bahwa,
dalam pembuatan campuran lataston (HRS) dan ATB, metoda konvensional dalam
merancang aspal beton, yang dimulai dari mendapatkan kepadatan agregat
maksimum yang paling mungkin, tidak boleh digunakan karena pendekatan cara ini
umumnya tidak akan menghasilkan campuran yang memenuhi Spesifikasi ini.

(2) Jenis – Jenis Campuran Beraspal


Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada gambar
rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(a) Lataston (HRS)

Hot Rollet Sheet setara dengan Lataston (Spesifikasi Bina Marga


12/PT/B/1983) dan ditujukan untuk digunakan pada jalan-jalan yang memikul
lalu lintas ringan atau sedang. Hal-hal karakteristik yang paling penting adalah
keawetan, fleksibilitas dan ketahanan kelelahan yang tinggi, sedangkan
pertimbangan kekuatan hanya kepentingan kedua, asalkan batas-batas terendah
dari Spesifikasi ini dilampaui

(b) Laston (AC)

1
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

Laston yang direncanakan menurut Spesifikasi ini setara dengan Laston


(Spesifikasi Bina Marga 13/PT/B/1983) dan digunakan untuk jalan-jalan
dengan lalu lintas berat , tanjakan, pertenuan jalan dan daerah-daerah lainnya
dimana permukaan menanggung beban roda yang berat.

(c) Asphalt treated base (ATB)

Asphalt treated base (ATB) adalah khusus diformulisi untuk meningkatkan dan
keawetan dan ketahanan kelelahan. Penting diketahui bahwa setiap
penyimpangan dari Spesifikasi ini, khususnya pengurangan dalamkadar
bitumen memungkinkan tidak berlakunya rancangan perkerasan proyek dan
memerlukan pelapisan ulang yang lebih tebal, kecuali penggunaan dari Asphalt
treated base dengan kadar aspal rendah dikehendaki seperti yang ditunjukan
pada Gambar Rencana.

(3) Tabel Lapisan Dan Toleransi

(a) Tabel dari “Campuran Aspal” yang dihampar harus diamati harus dengan benda
uji “inti" (cores) perkerasan yang diambil oleh Kontraktor dibawa pengawasan
Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan benda uji harus
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik tetapi paling sedikit dua
buah diambil arah melintang dari masing-masing setengah lebar penampang
yang diselidiki dan selang antara potongan melintang ke arah memanjang yang
di selidiki tidak boleh lebih dari 200 m.

(b) Tebal Campuran Aspal kecuali untuk lapisan perata,yang sesungguhnya


dipasang di atas setiap bagian dari pekerjaan didifinisikan sebagai tebal rata-
rata dari benda-benda uji inti yang diambil dari bagian tersebut.

(c) Tebal Campuran Aspal yang sesungguhnya dipasang, sebagaimana ditetapkan


di atas, harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan nominal pada tabel 1(2)
untuk lapis permukaan dan lapisan permukaan yang bersifat sebagai lapis
perata, dan harus sama dengan atau lebih besar dari tebal yang ditentukan dalam
gambar rencana dari Dokumen Kontrak dalam hal lapisan pondasi atau lapis
pondasi perata.

2
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

Tabel. 1(2) Tabel Rancangan Nominal Campuran Aspal

JENIS CAMPURAN SIMBOL TEBAL


RANCANGAN
NOMINAL
(CM)
Lataston HRS 3
Aspal Beton AC 4
Aspal Treated Base ATB 4

Dalam beberapa ini, Direksi Teknik. Atas dasar kerataan perkerasan atau ukuran
maksimum agregat kasar atau data rancangan yang lain boleh menyetujui atau
menerima tebal rata-rata yang kurang dari tebal rancangan nominal asalkan
campuran aspal yang dipasang pada ketebalan tersebut baik dalam segala hal
lainnya, meskipun begitu, sama sekali tidak ada bagian dari campuran aspal
beton yang dipadatkan yang kekurangan ketebalannya melebihi 5 mm ( ½ cm)
dari ketebalan nominal rancangannya.
(d) Untuk semua jenis campuran, yang dibayarkan menurut Luas atau Volume dan
bukannya berat sesungguhnya dari material yang dihamparkan, berat campuran
aspal yang benar-benar dipakai harus dipantau oleh Kontraktor dengan
menimbang setiap muatan truk pengangkut material yang meninggalkan pusat
pencampur.

Dalam hal bagian yang manapun yang sedang diukur untuk menentukan
pembayarannya, berat material yang benar-benar dihamparkan yang dihitung
dari timbangan muatan truk adalah kurang dari ataupun lebih dari lima persen
lebih besar dari berat yang dihitung dari ketebalan dan rata-rata kepadatan contoh
lapisan (cores), Direksi Teknik harus mengambil tindakan untuk menyelidikinya
agar bisa memastikan sebab terjadinya selisih berat tersebut sebelum menyetujui
pembayaran material yang telah dihamparkan itu. Penyelidikan Direksi Teknik
bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada hal-hal berikut ini :

(i) Memerintahkan Kontraktor untuk lebih sering atau lebih banyak atau
mencari lokasi-lokasi cores yang lain;
(ii) Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan peralatan
percobaan laboratorium;

3
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

(iii)Memperoleh hasil-hasil pemeriksaan lapangan dan laboratorium yang


independen tentang kepadatan dan campuran aspal yang dicapai setelah
dihamparkan.
(iv) Menetapkan suatu sistim penghitungan dan pencatatan truk secara terinci.

Penyelidikan detail belum tentu menghasilkan nilai-nilai baru untuk dimensi


geometris yang memastikan jumlah material yang harus dibayar. Meskipun
begitu, dalam segala kasus, tak perduli tenggang beratnya dilampaui atau
tidak, pembayaran harus didasarkan atas ukuran-ukuran nominal dari lapisan
campuran aspal dan bukan atas berat material itu. Biaya untuk segala
penambahan atau lebih seringnya mengambil coring, untuk tambahan survei
geometris ataupun pengujian laboratorium, penerapan sistim pencatatan
muatan truk, ataupun tindakan lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi
Teknik untuk memastikan alasan kelebihan toleransi beratnya harus
ditanggung oleh Kontraktor sendiri.

(e) Variasi kerataan permukaan campuran lapisan pelindung ( Lataston, Aspal


Beton & ATB ) yang telah selesai ditangani diukur dengan mistar penyipat yang
panjangnya 3 m harus tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik variasi
kerataan permukaan campuran aspal yang telah selesai digunakan sebagai
lapisan pondasi atas dari tepi mistar yang panjangnya 3 m tidak boleh lebih dari
1 cm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat untuk masing-masing kasus
terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan perubahan rancangan
punggung perkerasan dan lengkung vertikal pada profil memanjang.

(f) Pada keadaan dimana Tebal lapisan Campuran aspal digunakan sebagai lapisan
perata atau lapisan penguat dan bukan sebagai lapisan permukaan, maka tebal
lapisan, tidak boleh lebih dari 2,5 kali tebal Rancangan Nominal yang diberikan
pada Tabel 1(2).

(4) Pelaporan

Kontraktor harus melengkapi Direksi Teknik dengan :

4
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

(a) Contoh dari seluruh material-material yang disetujui untuk digunakan, yang akan
disimpan oleh Direksi Teknik selama periode kontrak untuk keperluan rujukan ;
(b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh material.
(c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya.
(d) Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratkan dalam bentuk laporan
tertulis;
(e) Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran-campuran yang
dihampar.
(f) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam untuk
pengendalian harian dari takaran campuran dan kwalitas campuran, dalam bentuk
laporan tertulis.
(g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat penimbang.
(h) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan-lapisan dan dimensi perkerasan
seperti yang dipersyaratkan.
(i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan, pernyataan
asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan sifat-siftanya, baik
sebelum maupun sesudah pengujian lapusan tipis dalam oven (Thin Film Oven Test)
(AASHTO T 179), meliputi :
(i) Penetrasi padfa 25˚C
(ii) Penetrasi pada 35˚C
(iii)“Ring and Ball Softening Point”
(iv) Kekentalan pada 60˚C
(v) Kekentalan pada 135˚C

(5) Pembatasan oleh cuaca

Campuran hanya bisa dihampar bila permukaanya kering, bila tidak akan hujan dan
bila dasar jalan yang sudah disiapkan dalam kondisi memuaskan.

(6) Perbaikan dari campuran aspal yang tidak memuaskan

Lokasi-lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang dipersyaratkan
atau angka-angka yang disetujui, juga lokasi-lokasi yang tidak memuaskan dalam hal
lainnya, tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Teknik. Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan penggantian,
penambahan lapisan “Campuran Aspal” dan/atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh
Direksi Teknik. Bila perbaikan telah diperintahkan maka sejumlah Volume yang diukur

5
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

untuk pembayaran haruslah Volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya
dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan
atau Volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

(7) Pengembalian bentuk perkerasan setelah pengujian

Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti ( core drill ) atau
lainnya harus ditutup kembali dengan material campuran aspal oleh Kontraktor segera
dan dipadatkan sehingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi
yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam pasal ini.

(8) Lapisan Perata

Tiap jenis campuran dapat digunakan sebagai lapisan perata.


Semua persyaratan dari Spesifikasi ini harus berlaku kecuali :

(a) Material harus disebut ATBL.


(b) Menggunakan ukuran agregat maksimum yang lebih kecil.
(c) Ketebalan yang digunakan untuk pembayaran bukanlah tebal rancangan
nominal seperti yang diberikan dalam tabel 1(2) diatas atau dalam gambar
rencana, tapi harus dihitung berdasarkan kerapatan, luas dan berat sebenarnya
campuran yang dihampar.

2. MATERIAL
(1) Agregat_Umum

(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus campuran
kerja, akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75 % bila diuji
untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai dengan AASHTO T 165 –
77 dan T 245 – 78.
(b) Agregat tidak boleh digunaka sebelum disetujui terlebih dahullu oleh Direksi
Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan.
(c) Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit
40% dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran aspal dan
selanjutnya timbunan persediaan harus dipertahankan paling sedikit 40% dari
sisa kebutuhannya.

6
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

(d) Direksi Teknik dapat menyetujui, atau memerintahkan penggunaan agregat


yang tidak memenuhi kebutuhan gradasi partikel asalkan dapat ditunjukkan
sampai memuaskan Direksi Teknik bahwa campuran aspal yang dihasilkannya
dapat memenuhi persyaratan-persyaratan sifat campuran yang diberikan dalam
pasal dibawah.
(e) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat Cold bin yang
terpisah. Pencampuran lebih dulu agregat dari jenis atau sumber agregat yang
berbeda, tidak diperbolehkan.

(2) Agregat kasar untuk “Campuran Aspal”


(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan seperti
dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah atau campuran
yang memadai dari batu pecah dengan kerikil besi. Agregat kasar yang
digunakan untuk setiap jenis campuran dapat diterima oleh Direksi Teknik
hanya bila bahan tersebut diperagakan dengan pengujian laboratorium dan
semua ketentuan sifat campuran dalam Tabel 6.3.3 dapat dipenuhi.

UKURAN SARINGAN PERSEN BERAT YANG LOLOS


(mm) (ASTM) Campuran Normal Campuran Lapisan
Perata
20 3/4 100 100
12,7 ½ 30 - 100 95 - 100
9,5 3/8 0 -55 50 - 100
4,75 #4 0 - 10 0 - 50
0,075 # 200 0-1 0-5

Dalam keadaan apapun, Agregat kasar yang kotor dan berdebu dan mengandung
partikel halus lolos ayakan No.200 lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan Bahan-
bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi persyaratan bila dilakukan pencucian
dengan alat pencuci yang memadai.

(b) Agregat kasar harus terdiri dari material bersih, keras, awet yang bebas dari
kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki persentase
keausan yang tidak lebih dari 40 pada 500 putaran seperti yang ditetapkan oleh
AASHTO T 96. Bila diuji sebanyak 5 putaran dengan pengujian keausan
dengan Sodium Sulfat menurut AASHTO T 104, kehilangan berat pada agregat
kasar tidak boleh besar dari 12 %.

7
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

(c) Bila diuji dengan pengujian-pengujian penyelaputan dan pengelupasan


(Coating and Stripping Tests). AASHTO T 182, agregat tersebut harus memiliki
luas yang terselaput tidak kurang dari 95 %.

(3) Agregat halus untuk Campuran aspal

(a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah (“crusher
dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi
persyaratan campuran yang dinyatakan dalam tabel 3.3. Abu batu harus
diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan tidak mengandung
lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah dari pasir alam yang
akan digunakan dalam campuran. Pemuatan komponen abu batu dan pasir alam
kedalam mesin pencampur harus dipisahkan melalui “Cold-bin feed” yang
terpisah sehingga perbandingan pasir terhadap abu batu dapat dikendalikan.

UKURAN SARINGAN
JENIS CAMPURAN
(mm) (ASTM) HRS, AC & ATB

9.5 3/8 100


4.75 #4 90 - 100
2.36 #8 80 - 100
600 micron # 30 25 - 100
75 micron # 200 3 - 11

(b) Dalam keadaaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan mengandung
partikel halus lolos ayakan No.200 lebih besar dari 8 % dan atau mempunyai
nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut AASHTO T 176, tidak boleh
digunakan dalam campuran.

(4) Bahan pengisi untuk campuran Aspal (AASHTO M17)

(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu kapur (limestone dust), Semen
Portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis lainnya
dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut harus bebas
dari bahan lain yang tidadk dikehendaki.
(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75 micron
tidak kurang dari 75 % beratnya.

8
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

(c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan
campuran, membantu penyelimutan dari partikel agregat dan membantu
mencegah pengelupasan. Akan tetapi banyaknya variasi kwalitas dari sumber-
sumber kapur dan kecenderungan dari kapur tersebut untuk membentuk
gumpalan-gumpalan terbukti dapat menimbulkan masalah sewaktu
penakaran. Pengembangan kapur karena hidrasi dapat menyebabkan
keretakan campuran apabila kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Apabila kapur
yang dipergunakan maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1.0% dari
berat keseluruhan campuran aspal.

(5) Material aspal untuk campuran aspal

Material aspal harus jenis AC-10 atau AC-20 aspal semen yang memenuhi
persyaratan-persyaratan dalam AASHTO M 226-78. Untuk mencapai kekuatan
campuran yang ditetapkan, lebih disukai penggunaan aspal yang lebih lunak AC-10.

(6) Bahan tambahan untuk aspal

Direksi teknik dapat menetapkan atau menyetujui penggunaan suatu bahan


tambahan untuk mencapai stabilitas yang ditetapkan, stabilitas sisa atau syarat-
syarat sifat lainnya, atau untuk meningkatkan keawetan, ketahanan terhadap
deformasi atau sifat kelelahan. Bahan tambahan tersebut harus dari jenis yang telah
disetujui oleh Direksi Teknik. Takaran bahan tambahan dan metode pencampuran
dengan bahan tambahan lainnya, harus sesuai dengan petunjuk pabrik dan petunjuk
Direksi Teknik. Bila diperlukan oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus mengirimkan
contoh bahan tambahan tersebut disertai data teknis dan data kimiawinya.

(7) Sumber pasokan

(a) Persetujuan awal sumber-sumber pengadaan agregat dan bahan pengisi mineral
harus diperoleh dari Direksi Teknik sebelum pengiriman material. Contoh-
contohnya harus diserahkan seperti yang diperintahkan.

(b) Dalam pemilihan sumber-sumber agregat, Kontraktor harus memperhitungkan


aspal yang akan hilang karena absorbsi (penyerapan) kedalam agregat, untuk
memastikan penggunaan agregat setempat yanng mempunyai daya penyerapan
yang paling kecil.

9
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

Variasi kadar aspal dari akibat tingkat absorbsi aspal yang berbeda-beda dari agregat, tidak
akan dapat diterima sebagai dasar untuk merundingkan (negosiasi) kembali harga satuan dari
campuran aspal.

3. PERSYARATAN SIFAT CAMPURAN

(a) Campuran aspal harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam tabel 3.

Tabel 3. Persyaratan sifat campuran.

SIFAT CAMPURAN HRS AC ATB

Kadar aspal efektif Minimum 6,8 --- 5,5


Kadar penyerapan aspal Maximum 1,7 1,7 1,7
Kadar aspal total minimum Maximum 7,3 4,3 - 7,0 6,0
(Terhadap berat total)

Kadar rongga udara dari Minimum 4 3 4


campuran padat (% terhadap
Volume total campuran) Maximum 6 6 8

Marshall Quotient (1) Minimum --- 1,8 1,8


(AASHTO T 245-78)
(KN/mm) Maximum 4,0 5,0 5,0

Stabilitas Marshall tersisa


setelah perendaman selama 24
jam pada 60 ˚ (% terhadap Minimum 75 75 75
stabilitas semula)

(b) Jenis campuran yang ditetapkan dalam gambar rencana berdasarkan asumsi
kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai ) dan kondisi lalu lintas jalan
antar kota. Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada setiap bagian
jalan, harus sesuai dengan instruksi Direksi Teknik, untuk memenuhi kondisi
lalu lintas dan kelandaian jalan.

(c) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi aspal
sebelum campuran dan nilai Duktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila diperiksa
masing-masing dengan AASHTO T 49 dan T 51.

10
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

(d) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO T
164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu sentrifugal.

4. PERSYARATAN PERALATAN PELAKSANAAN

(1) Timbangan dan rumah timbang.

Timbangan dan rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk yang bermuatan
material yang siap untuk dikirim ketempat pekerjaan. Timbangan tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai timbangan seperti yang dijelaskan diatas.

(2) Peralatan pengangkut.

(a) Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak dari logam yang
rapat, bersih dan rata yang telah disemprot dengan sedikit air sabun, mencegah
melekatnya campuran ke bak. Jika ada genangan minyak pada bak Truk setelah
penyemprotan harus dibuang sebelum campuran dimasukkan dalam Truk. Tiap
muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya yang cocok
dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap
cuaca.

(b) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat sistem pegasnya atau
faktor lain, atau yang menunjukkan kebocoran oli yang nyata, atau yang
menyebabkan kelambatan yang tidak perlu, atas perintah Direksi Teknik harus
dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.
(c) Bila dianggap perlu, agar campuran yang dikirim ketempat pekerjaan pada
temperatur yang dipersyaratkan, bak truk hendaknya diisolasi untuk
memperoleh temperatur dimana campuran mudah dikerjakan, dan seluruh
penutup harus diikat kencang.

(3) Peralatan Penghampar dan Pembentuk.

(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang telah
disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan membentuk

11
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

campuran sampai sesuai dengan garis, permukaan serta penampang melintang


yang diperlukan.
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi dari
tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata dimuka
“screed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi dengan
perangkat kemudi yang cepat dan efisien dan harus dapat bergerak mundur dan
maju.
(c) Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti
penyeimbang (equalizing runners), pisau (straight edge runners), lengan perata
(evener arms), atau perlengkapan lainnya untuk mempertahankan kelurusan
permukaan dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan
pembentuk tepi yang tetap.
(d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang dengan
tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas “screed” pada
temperatur yang diperlukan untuk penghampar campuran tanpa menggusur atau
merusak permukaan.
(e) Istilah “screed” meliputi pemangkasan, penutupan, atau tindakan praktis
lainnya yang efektif untuk menghasilkan permukaan akhir dengan kerataan atau
tekstur yang dipersyaratkan, tanpa terbelah, tergeser atau beralur.
(f) Jika selama pelaksanaan, diketahui bahwa perlengkapan penghampar dan
pembentuk dalam operasinya meninggalkan bekas pada permukaan atau cacat
atau ketidak rataan permukaan lainnya yang tidak diperbaiki dengan
memuaskan dengan pelaksanaan yang dijadwalkan, maka penggunaan peralatan
tersebut harus dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya
yang memuaskan harus disediakan oleh Kontraktor.

(4) Peralatan Pemadat.

(a) Setiap mesin penghampar harus disertai dua mesin gilas baja (steel wheel roller)
dan satu mesin gilas ban beertekanan. Semua mesin gilas harus mempunyai
tenaga penggerak sendiri.

(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda dengan ban halus dengan
ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan 8.5

12
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

kg/cm² (120 psi). Roda-roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua
garis sumbu dan diatur sedemikian rupa sehingga roda pada sumbu yang satu
jatuhdiantara tanda roda yang lainnya (tumpang-tindih). Masing-masing ban
harus dipertahankan tekanannya pada tekanan operasi yang dipersyaratkan
sehingga selisih diantara dua ban harus tidak melebihi 350 gram/cm² (5 psi).
Suatu alat harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban
dilapangan setiap saat.
Untuk setiap ukuran dan tipe ban yang digunakan, Kontraktor harus memberikan
kepada Direksi Teknik grafik atau tabel yanng menunjukkan hubungan antara
beban roda, tekanan ban, dan tekanan ban pada bidang yang menyentuh, lebar
dan luas. Masing-masing mesin gilas harus dilengkapi dengan suatu cara
penyetelan berat keseluruhannya dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga
beban perlebar roda dapat dirubah dari 1500 sampai 2500 kg. Dalam operasi,
tekanan ban dan beban roda
harus disetel sesuai dengan permintaan Direksi Teknik, untuk memenuhi
kebutuhan pemadatan tertentu. Pada umumnya pemadatan dari setiap lapisan
dengan mesin gilas ban bertekanan harus dengan tekanan yang setinggi
mungkinyang dapat dipikul material.

(c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :
- Mesin gilas tiga roda
- Mesin gilas dua roda, tandem
- Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu
Mesin gilas harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda belakang tidak
kurang dari 400 kg per 0.1 m selebar minimum roda 0.5 m. Paling sedikit satu dari
mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas sebesar 600 kg per 0.1 m lebar.
Mesin gilas harus bebas dari permukaan yang datar (flat), penyok, robek-robek
atau tonjolan yang akan merusak permukaan perkerasaan.

5. PENGHAMPARAN CAMPURAN

(1) Menyiapkan Permukaan yang akan dilapisi.

13
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

(a) Sesaat sebelum penghamparan campuran aspal, permukaan yang ada harus
dibersihkan dari material yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu
mesin, dan dibantu dengan cara manual (dengan tangan) jika diperlukan. Lapis
aspal perekat (tack coat) atau lapis aspal resap pengikat (prime coat) harus
digunakan sesuai dengan ketentuan.

(b) Bila permukaan yang akan dilapis, terdapat ketidak rataan tiu rusak, atau
menunjukkan ketidak stabilan, atau mengandung material permukaan lama
yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik keperkerasan
dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu sebagaimana diperintahkan,
seluruh material yang lepas atau lunak harus dibuang, dan permukaannya
dibersihkan dan/atau doiperbaiki dengan campuran aspal atau material lain yang
disetujui oelh Direksi Teknik dan kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan
setelah diperbaiki harus sama dengan yang diperlukan untuk konstruksi pondasi
agregat.

(2) Sepatu (screed) tepi

Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis
serta ketinggian yang diperlukan pada tepi-tepi dari tempat dimana campuran aspal
panas akan dihampar.

(3) Penghamparan dan pembentukan

(a) Sebelum memulai operaasi pelapisan, sepatu (screed) dari mesin penghampar
harus dipanaskan. Campuran harus dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk melintang yang disyaratkan.

(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak akan
menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak teraturan lainnya
pada dipermukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi
Teknik dan ditaati.

(c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin penghampar
harus dihentikandan tidak dijalankan lagi sampai penyebabnya telah
diketemukan dan diperbaiki. Tempat-tempat yang kasar atau tersegregasi dapat

14
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

diperbaiki dengan menaburkan bahan yang halus (fine) dan peerlahan-lahan


diratakan. Peralatan (raking) kembali sebaiknya dihindari sedapat mungkin.
Butir-butir kasar tidak boleh ditaburkan diatas peermukaan yang dihampar
dengan rapi.

(d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-
tepi penadah atau tempat lainnya dimesin.

(e) Dimana jalan akan diaspal hanya separuh dari lebarnya untuk setiap operasi,
urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga panjang
pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap hari kerja dibuat sependek
mungkin.

(4) Pemadatan

(a) Segera setelah campuran dihampar dan diratakan, permukaannya harus


diperiksa dan setiap ketidak rataan diperbaiki. Temperatur campuran yang
terhampar dalam keadaan lepas harus dimonitor dan penggilasan harus dimulai
dalam batas viskositas aspal yang ditentukan.
(b) Penggilasan campuran harus terdiri dari tiga operasi yang berbeda sebagai
berikut :

Waktu setelah penghamparan


1. Penggilasan awal atau pemecahan 0 - 10 menit
2. Penggilasan sekunder atau antara 10 - 20 menit
3. Penggilasan akhir atau penyelesaian 20 - 45 menit

(c) Penggilasan awal atau pemecahan dan penggilasan akhir atau penyelesaian
harus seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan sekunder
atau antara harus dilakukan dengan mesin gilas ban angin. Mesin gilas pemecah
harus beroperasi dengan roda penggerak berada didaerah mesin penghampar.
(d) Penggilasan sekunder atau antara harus mengikuti sedekat mungkin penggilasan
pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih berada pada temperatur
yang akan menghasilkan pemadatan maksimum. Pemadatan akhir harus

15
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

dilakukan sewaktu material masih berada dalam kondisi yang masih dapat
dikerjakan untuk menghilangkan bekas tanda-tana penggilasan.
(e) Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam penggilasan awal
harus digilas kearah melintang dengan menggunakan papan (ditepi perkerasan)
yang mempunyai ketebalan yang diperlukan untuk menyediakan ruang gerak
mesin gilas diluar batas perkerasan. Bila sambungan memanjang tersebut akan
dibuat disebelah jalur yang telah diaspal, gilasan pertama harus dilakukan
sepanjang sambungan memanjang tersebut untuk suatu jarak yang pendek.
(f) Pada sambungan penggilasan harus dimulai kearah memanjang dan selanjutnya
pada tepi luar dan sejajar dengan sumbu jalan kearah tengah jalan, kecuali pada
superelevasi pada tikungan harus dimulai pada bagian yang rendah dan
bergeerak kearah bagian yang tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling
menutupi dengan paling sedikit setengah dari lebar roda dan lintasan-lintasan
harus tidak berakhir pada titik yang berjarak kurang dari satu meter dari lintasan
sebelumnya. Usaha penggilasan harus diutamakan pada tepi luar dari lebar
yang dihampar.
(g) Ketika menggilas sambungan memanjang, Mesin gilas pemecah harus terlebih
dahulu pindah jalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari
15 cm dari roda penggerak akan menggilas tepi yang belum dipadatkan. Mesin
gilas harus meneruskannya sepanjang jalur ini, dengan mengeser posisinya
sedikit demi sedikit melewat sambungan dengan beberapa lintasan, sampai
tercapai sambungan yang terpadatkan dengan rapi.
(h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan
15 km/jam untuk ban angin dan kecepatannya harus selalu cukup rendah
sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas tersebut. Arah dari
penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba begitu pula arah dari
penggilasan harus tidak berbalik secara tiba-tiba, yang akan menyebabkan
tersorongnya campuran.
(i) Penggilasan harus berlangsung secara menerus sebagaimana diperlukan untuk
memperoleh pemadatan yang merata sewaktu campuran masih dalam kondisi
yang dapat dikerjakan dan hingga seluruh bekas tanda gilasan dan ketidak rataan
hilang.
(j) Untuk mecegah pelekatan campuran ke roda mesin gilas, roda-roda tersebut
harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan tidak diijinkan.

16
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

(k) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan yang
baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah mendingin dan
mengeras.
(l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tiap bagian perkerasan
yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran dan penggantian
dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Kontraktor).
(m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus llicin dan sesuai dengan bentuk
dan ketinggian permukaanya yang masih dalam batas-batas toleransi yang
dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak, tercampur
dengan tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti
dengan campuran panas yang baru, yang harus dipadatkan secepatnya agar sama
dengan daerah sekitarnya. Campuran yang dipasang pada daerah seluas 1000
cm² atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan material aspal
beton harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan sambungan,
lekukan, dan permukaan yang kasar (cacat) harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(n) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus
memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap material yang
berelebihan harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang
oleh Kontraktor diluar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan.

(5) Sambungan - sambungan

(a) Baik sambungan memanjang maupun melintang dalam lapisan yang berurutan
harus diatur sedemikian rupa agar tidak berada satu diatas yang lainnya.
Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan yang
berada dilapisan paling atas akan berlokasi dipemisah jalur lalu lintas.
Sambungan melintang harus dipasang secara bertahap dengan minimum jarak
antaranya 25 cm dan harus lurus.

(b) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas kecuali
kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal untuk
melekatkan kedua lapisan permukaan harus diberikan sesaat sebelum campuran
tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya digilas.

17
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

6. PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN MUTU DILAPANGAN

(1) Pengujian permukaan dari perkerasan

(a) Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya 3m, yang
disediakan oleh Kontraktor, diletakkan masing-masing secara tegak lurus dan
sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan beberapa
pegawainya untuk menggunakan mistar tersebut dibawah petunjuk Direksi
Teknik untuk memeriksa seluruh permukaan.

(b) Pengujian-pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan telah


memenuhi ketinggian yang dipersyaratkan harus dilakukan segera setelah
pemadatan awal, dan perbedaan harus diperbaiki dengan membuang atau
menambah material sebagaimana diperlukan. Selanjutnya penggilasan harus
diteruskan sebagaimana disyaratkan. Setelah penggilasan akhir, kehalusan dari
lapisan harus diperiksa kembali dan setiap ketidak rataan dari permukaan yang
melewati batas toleransi yang disebutkan diatas, serta lokasi-lokasi yang
mempunyai kerusakan tekstur, kepadatan atau komposisi harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(2) Persyaratan Kepadatan


(a) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam
AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98% untuk jenis campuran lainnya
dari kerapatan benda uji yang dipadatkan di laboratorium dari material dan
dengan proporsi yang sama.
(b) Cara pengambilan contoh material dan pemadatan dari benda uji harus masing-
masing sesuai dengan AASHTO T 168 dan AASHTO T 245.

(3) Pengambilan contoh untuk pengendalian mutu campuran

(a) Contoh-contoh dibawah ini harus diambil untuk pengujian harian :


(i) Agregat dari Hot Bin untuk gradasi-gradasi hasil pencucian.
(ii) Gabungan agregat panas untuk gradasi-gradasi hasil pencucian.
(iii) Campuran aspal untuk ekstraksi dan stabilitas Marshall.

18
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

(b) Sebagai tambahan, bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-waktu
sebagaimana dipeerintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan untuk (i),
(ii), (iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan bulk specific grafity
untuk agregat dari Hot Bin dan kerapatan teoritis maksimum dari campuran apal
(AASHTO T 209 - 74).

(4) Pengujian pengendalian mutu campuran

(a) Kontraktor harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-catatan
ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.

(b) Kontraktor harus menyampaikan kepada Direksi Teknik hasil-hasil dan catatan-
catatan pengujian yang berikut, yang dilaksanakan pada tiap hari produksi
bersama dengan lokasi yang tepat dimana produksi tersebut dihampar.
(i) Analisa saringan (metoda pencucian) untuk paling sedikit dua contoh dari
setiap Hot Bin.
(ii) Analisa saringan (metoda pencucian) untuk paling sedikit dua contoh dari
gabungan agregat panas.
(iii) Temperatur dari campuran sewaktu pengambilan contoh dipusat
pencampur dan diatas jalan (setiap satu jam).
(iv) Kerapatan dari campuran yang dipadatkan dilaboratorium (kerapatan
Marshall) untuk paling sedikit dua contoh.
(v) Kerapatan dari pemadatan dan persentasi pemadatan dari campuran
dibandingkan dengan kerapatan Marshall dilaboratorium untuk paling
sedikit dua contoh.
(vi) Stabilitas Marshall serta leleh (flow) nya dan Hasil Angka Perbandingan
Marshall, untuk paling sedikit dua contoh.
(vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang ditetapkan dari
pengujian ekstraksi aspal untuk paling sedikit dua contoh. Jika memakai
metoda ekstraksi centrifuge, koreksi abu harus dilakukan sesuai ketentuan
AASHTO T 164 C1 8.6.
(viii) Rongga udara dalam campuran, dihitung menurut Maksimum Specific
Gravity of Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209-74).

19
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

(ix) Aspal yang diabsorbsi oleh agregat, sebagaimana dihitung atas dasar
Maksimum Specific Grafity of Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T
209-74).

(5) Pengendalian Mutu dengan menimbang campuran

(a) Untuk pengecekan dan pengukuran kuantitas untuk pembayaran, berat


campuran yang dihampar harus selalu dimonitor dengan tiket pengiriman
muatan dari tempat-tempat penimbangan truk.

(b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) dilaboratorium harus
dilaksanakan paling sedikit satu kali per hari produksi dan paling sedikit satu
contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi. Pengambilan contoh dari
campuran kerja harus diakukan dibawah pengawasan Direksi Teknik.

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

(1) Pengukuran pekerjaan


(a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran Campuran aspal haruslah didasarkan
pada beberapa pengaturan dibawah ini :
(i) Untuk bahan lapisan permukaan (misalnya LATASTON, AC) Jumlah
meter persegi dari material yang telah dihampar dan diterima, yang dihitung
sebagai hasil perkalian dari panjang penampang yang diukur panjang dan
lebar yang diterima. Untuk pengadaan material yang terkirim dalam jumlah
ton yang di hitung dari panjang, lebar, tebal dan berat jenis aspal.
(ii) Untuk bahan lapisan perkuatan (misalnya ATB) Jumlah meter kubik dari
material yang telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil
perkalian dari panjang penampang yang diukur dan tebal nominal
rancangan.
(b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-lokasi
dimana tebal dari campuran Aspal kurang dari tebal minimum yang dapat
diterima atau setiap bagian yang terkelupas, belah, retak atau menyempit
(tapered) disepanjang tepi perkerasan atau ditempat lainnya. Lokasi-lokasi

20
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

yanng materialnya memiliki kadar aspal dibawah kebutuhan yang disetujui


tidak akan diterima untuk pembayaran.
(c) Campuran aspal yang dibayar atas dasar meter persegi yang dihampar langsung
diatas permukaan jalan lama dimana pembuatan lapis permukaan jalan lama
tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang sama, dan menurut pendapat Direksi
Teknik memerlukan koreksi bentuk yang cukup besar, harus dibayar atas dasar
tebal nominal yang diterima yang dihitung atas dasar kerapatan laboratorium
dari campuran aspal padat menurut AASHTO T 245-78, luas bagian yang
diukur dan berat dari campuran yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan
untuk pekerjaan permanen.
Jika menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata campuran aspal yang
digunakan, melebihi dari yang sesungguhnya dibutuhkan (diperlukan untuk
perbaikan bentuk), tebal nominal yang dikurangi dan diterima harus ditentukan
berdasarkan atas suatu perhitungan yang tidak berat sebelah dari tebal rata-rata
yang dibutukan.
(d) Kecuali sebagaiman ditentukan dalam (c) diatas tebal Campuran Aspal yang
diukur untuk pembayaran umumnya harus tidak lebih besar dari tebal rancangan
nominal yang ditunjukkan atau tebal rancangan yang ditetapkan dalam Gambar
Rencana. Dalam hal Direksi Teknik telah menyetujui atau menerima tebal yang
kurang itu atas dasar pertimbangan teknis sebagai cukup atau ketebalan lebih
yang diijinkan maka pembayaran untuk campuran aspal akan dilakukan dengan
menggunakan luas hamparan yang disesuaikan atau Volume yang dihitung
menurut paragraph dibawah dengan menggunakan faktor koreksi berikut :

tebal sebenarnya yang diterima


Ct x ————————————————————
tebal rancangan nominal

Tidak ada penyesuaian luas hamparan atau Volume seperti diatas yang dapat
diterapkan untuk ketebalan yang melebihi tebal rancangan bila bahan tersebut
dihampar diatas permukaan yanng sedang dikerjakan dalam kontrak yang sama.

(e) Lebar hamparan campuran aspal yang akan dibayar harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi Teknik
dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang dilakukan Kontraktor
dibawah pengawasan Direksi Teknik. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus

21
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

dengan sumbu jalan dan harus tidak termasuk tiap bagian hamparan material
yang tipis atau tidak memuaskan sepanjang tepi dari hamparan campuran aspal.
Selang jarak pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 20 meter.
Lebar yang akan digunakan dalam hitungan luas untuk keperluan pembayaran
untuk setiap bagian perkerasan yang diukur, harus merupakan angka rata-rata
dari ukuran lebar yang diukur dan disetujui.

(f) Panjang jalan (arah memanjang), yang menggunakan lapisan perkerasan


Campuran aspal harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan,
dengan menggunakan prosedur pengukuran teknik standar.

(g) Kadar aspal rata-rata dari Campuran Kerja, seperti yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan ekstraksi dari laboratorium, harus sama dengan atau lebih besar
dari kadar aspal yang ditetapkan dalam formula campuran kerja dari Direksi
Teknik untuk semua campuran aspal yang akan diperhitungkan dalam
pengukuran untuk pembayaran.
Meskipun demikian, dalam hal Direksi Teknik menerima setiap Campuran Aspal
dengan kadar aspal rata-rata lebih rendah dari aspal tersebut dilakukan dengan
penyesuaian luas yang diukur atau Volume yang diatur dalam paragraph (h)
dibawah dengan menggunakan faktor koreksi berikut :

Kadar aspal rata-rata yang dihitung


Cb = ————————————————————
Kadar aspal yang ditentukan dalam
formula campuran kerja

(h) Luas atau Volume yang digunakan untuk pembayaran adalah :

( Luas atau Volume hasil pengukuran ) x Ct x Cb

(i) Bila perbaikan Campuran Aspal yang tidak memuaskan telah diperintahkan
oleh Direksi Teknik, kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah
kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan semula (awal) dapat diterima. Tidak
ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau tambahan kuantitas
yang diperlukan untuk perbaikan.

(2) Dasar Pembayaran

Kuantitas - kuantitas yang ditetapkan dari perhitungan diatas, akan dibayar dengan
harga Kontrak per satuan ukuran, untuk Mata-mata Pembayaran yang ditunjukkan

22
Rencana Pengadaan - Bahan Konstruksi

dibawah dan dalam Daftar Penawaran, dimana harga-harga dan pembayaran-


pembayarannya harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan,
memproduksi, mencampur, menghampar, melakukan pengujian semua material,
termasuk semua buruh, peralatan, pengujian-pengujian kualitas maupun pengujian
core drill, perkakas dan pelengkap-pelengkap lainnya yang diperlukan untuk
menyelesaikan Pekerjaan.

No. Uraian Unit Pengukuran

1. Hot Rolled Sheet ( HRS ) tebal = 3 cm Meter persegi


2. Hot Rolled Sheet ( HRS Terkirim ) Ton
3. Asphalt Concrete ( AC ) tebal = 4 cm Meter persegi
4. Aspal Concrete ( AC ) tebal = 5 cm Meter persegi
5. Asphalt treated base ( ATB ) Meter kubik

Q. LAIN-LAIN

1. Semua bahan yang akan dipergunakan dan didatangkan harus sesuai dengan Bestek serta
harus mendapatkan ijin Direksi Teknis.
2. Penggunaan bahan - bahan yang tidak sesuai dengan syarat - syarat yang tercantum
dalam dokumen ini akan ditolak atau dikeluarkan dari lokasi atas perintah Direksi
Teknis.
3. Apabila terjadi keraguan akan mutu bahan yang didatangkan kemudian Pengawas
Lapangan minta pemeriksaan pada Laboratorium bahan bangunan, maka biaya yang
timbul menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
4. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang belum diuraikan dalam dokumen ini maka akan
dibetulkan dalam Berita Acara Aanwijzing (Aanvoeling).
5. Apabila ada perbedaan antara Spesifikasi teknis, antara skala kecil dengan skala besar
maka akan diselesaikan bersama dalam rapat berkala.
6. Apabila ada kekurangan atau kelengkapan maka diselesaikan bersama dalam rapat
berkala.

23

Anda mungkin juga menyukai