Sumber:
Kementerian PU RI-Ditjen Bina Marga, 2010, Dokumen Pelelangan Nasional Penyediaan
Pekerjaan Konstruksi (Pemborongan) Untuk Kontrak Harga satuan, BAB VII Spesifikasi Umum ,
Edisi 2010 (Revisi 3).
1. Agregat
Umum
Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.
Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2.
1
Tabel 2 Ketentuan Agregat Halus
1.3 Filler
Bahan pengisi yang ditambahkan (pada agregat hasil pemecahan yang mengandung filler),
bisa terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau
mineral yang berasal dari Asbuton yang sumbernya disetujui oleh direksi pekerjaan.
Jika digunakan Aspal Modifikasi dari jenis Asbuton yang diproses maka bahan pengisi
ditambahkan (filler added) sudah memperhitungkan kadar filler yang terkandung dalam
Asbuton tersebut.
Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila
diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos
ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya kecuali untuk mineral
Asbuton.
Mineral Asbuton harus mengandung bahan yang lolos ayakan No. 100 (150 Micron) tidak
kurang dari 95% terhadap beratnya.
Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, tidak digunakan sebagai bahan
pengisi. Kapur yang seluruhnya terhidrasi yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui dan
semen yang memenuhi persyaratan, dapat digunakan maksimum 2% terhadap berat total
agregat.
Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang ditambahkan (filler added)
min. 1% dari berat total agregat.
2. Gradasi Agregat Gabungan
Gradasi agregat untuk campuran Asphalt Concrete (AC) seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4.
2
Tabel 4 Contoh Batas-batas Bahan Bergradasi Senjang.
3. Aspal
Catatan :
3
1. Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat (bitumen) yang diektraksi dengan menggunakan metode SNI 2490:2008.
Kecuali untuk pengujian kelarutan dan gradasi mineral dilaksanakan pada seluruh bahan pengikat termasuk kadar
mineralnya.
2. Untuk pengujian residu aspal Tipe II dapat mengajukan metode pengujian alternatif untuk viskositas bilamana sifat-sifat
elastometrik atau lainnya didapati berpengaruh terhadap akurasi pengujian penetrasi atau standar lainnya.
3. Viscositas diuji juga pada temperatur 100oC dan 160 oC untuk tipe I, untuk tipe II pada temperatur 100oC dan 170 oC.
4. Jika untuk pengujian viskositas tidak dilakukan sesuai dengan AASHTO T201-03 maka hasil pengujian harus
dikonversikan ke satuan cSt.
5. Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan caa SNI 03-3640-1994 (metode soklet) atau SNI 03-
6894-2002 (metode sentrifus) atau AASHTO T 164-06 (metode tungku pengapian). Jika metode sentrifus digunakan,
setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan
ke dalam suatu alat sentrifugal. Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh
kembali tidak melebihi 1% (dengan pengapian). Jika bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka bahan itu
harus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-6894-2002.
6. Aspal Tipe I dan Tipe II harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan ke tangki penyimpanan AMP untuk
penetrasi pada 25oC (SNI 06-2456-1991) Tipe II juga harus diuji untuk stabilitas penyimpanan sesuai dengan ASTM
D5976 part 6.1 dan dapat ditempatkan dalam tangki sementara sampai hasil pengujian tersebut diketahui. Tidak ada aspal
yang boleh digunakan sampai aspal tersebut telah diuji dan disetujui.
Catatan:
1) Modifikasi prosedur pengujian tentang persiapan benda uji meliputi ukuran dan jenis agregat, kadar aspal, dan temperatur
pencampuran antara aspal, agregat, dan bahan anti pengelupasan.
2) Perbedaan nilai Titik Lembek (SNI 2434:2011)
4
3) Persyaratan berlaku untuk pengujian menggunakan agregat silika.
5
Tabel 9 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Lataston
6
Tabel 11 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi (AC Mod), dengan
mempergunakan Aspal Modifikasi.
7
5. Temperatur Pembuatan dan Penghamparan Campuran
Tabel 12 Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran & Pemadatan
8
PROSEDUR PENGUJIAN ANGULARITITAS AGREGAT KASAR
1) Umum :
Sifat-sifat agregat dengan kriteria angularitas adalah untuk menjamin gesekan antar agregat dan
ketahanan terhadap alur (rutting).
Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen berat butiran agregat yang lebih besar
dari 4,75 mm (No.4) dengan satu bidang pecah atau lebih.
Suatu pecahan didefinisikan sebagai suatu yang bersudut, kasar atau permukaan pecah pada
butiran agregat yang dihasilkan dari pemecahan batu, dengan cara buatan lainnya, atau dengan cara
alami.
Kriteria angularitas mempunyai suatu nilai minimum dan tergantung dari jumlah lalu lintas serta
posisi penempatan agregat dari permukaan perkerasan jalan.
Suatu muka dipandang pecah hanya bila muka tersebut mempunyai proyeksi luas paling sedikit
seluas seperempat proyeksi luas maksimum (luas penampang melintang maksimum) dari butiran
dan juga harus mempunyai tepi-tepi yang tajam dan jelas.
2) Prosedur:
a) Ambillah agregat kasar tertahan yang sudah dicuci dan dikeringkan sekitar 500 gram.
b) Pisahkan bahan yang tertahan ayakan No.4 (4,75 mm) dan buanglah bahan yang lolos No.4
(4,75 mm), kemudian timbanglah sisanya (B).
c) Pilihlah semua fraksi pecah dalam contoh dan tentukan beratnya dalam gram terdekat (A).
3) Perhitungan :
Dimana :
A = berat fraksi pecah.
B = berat total contoh yang tertahan ayakan No.4 (4,75 mm).
4) Pelaporan :
9
PROSEDUR PENGUJIAN ANGULARITAS AGREGAT HALUS
(AASHTO TP-33, ASTM Standard Method of Test C1252, Metode Pengujian untuk menentukan
Rongga Udara dalam Agregat Halus yang tidak dipadatkan)
1) Umum :
Sifat-sifat agregat dengan kriteria angularitas adalah untuk menjamin gesekan antar agregat dan
ketahanan terhadap alur (rutting).
Angularitas agregat halus didefinisikan sebagai persen rongga udara pada agregat lolos ayakan
No.4 (4.75mm) yang dipadatkan dengan berat sendiri.
Angularitas agregat halus diukur pada agregat halus yang terkandung dalam agregat campuran,
diuji dengan AASHTO TP-33, ASTM Standard Method of Test C1252, Metode Pengujian untuk
menentukan Rongga Udara dalam Agregat Halus yang tidak dipadatkan (sebagaimana dipengaruhi
oleh Bentuk Butiran, Tekstur permukaan dan Gradasi). Semakin tinggi rongga udara berarti
semakin tinggi persentase bidang pecah dalam agregat halus.
2) Prosedur :
a) Ambillah agregat halus lolos ayakan No.4 (4.75mm) yang sudah dicuci dan dikeringkan,
kemudian tuangkan kedalam silinder kecil yang sudah diukur dan dikalibrasi volumenya (V)
melalui corong standar yang dipasang diatas silinder dengan suatu kerangka dan mempunyai
jarak tertentu.
b) Hitung dan timbang berat agregat halus (W) yang diisi ke dalam silinder yang sudah diukur
volumenya.
c) Ukurlah Berat Jenis Kering Oven agregat halus (Gsb)
d) Hitung volume agregat halus dengan menggunakan Berat Jenis Kering Oven agregat halus
(W/Gsb).
3) Perhitungan :
V (W/Gsb)
Hitung rongga udara dengan rumus berikut ini : ----------------- x 100%
V
10