PENDAHULUAN
1
Laporan Praktikum Beton Pendahuluan
(polymer concrete), latex modified concrete, gap-graded concrete, no-fines
concrete, no-fines concrete, dan lain-lain.
Dalam praktikum beton ini direncanakan membuat benda uji kubus dengan
ukuran sisi 15 cm serta dengan rencana mutu beton K300 atau 24,9 MPa.
1.2 Tujuan
Pelaksanaan praktikum beton memiliki beberapa tujuan diantaranya
sebagai berikut:
1. Mampu melakukan pengujian agregat kasar dan halus untuk menentukan
berat volume, analisis saringan, kadar air yang terkandung, specific
gravity, zat organik yang terkandung, dan kadar lumpur yang terkandung.
2. Mendapatkan data untuk mix design sebagai komposisi bahan dalam
pembuatan beton.
3. Mampu melakukan pembuatan campuran adukan beton dalam mesin
pengaduk.
4. Mampu melakukan pengujian slump beton untuk menentukan workability.
5. Mampu melaksanakan pembuatan benda uji beton.
6. Melakukan perawatan dan pemeriksaan kuat tekan beton pada hari ke-7,
ke-14, dan hari ke-28 dengan mesin compression testing machine.
7. Mendapatkan analisis data dari uji kuat tekan.
8. Mendapatkan hasil dan kesimpulan dari analisis kekuatan tekan beton
karakteristik.
2. Proporsi campuran
Yang dimaksud adalah proporsi volume dari bermacam macam bahan
pilihan dari campuran beton yang mempengaruhi workabilitas.
3. Kadar air
2) Agregat kasar
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu
dan mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm (SNI 03-2847-2002).
PBI (1971) menyatakan ketentuan mengenai penggunaan agregat
kasar untuk beton harus memenuhi syarat, antara lain:
a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecahan yang
diperoleh dari pemecahan batu. Pada umumnya pneggolongan agregat
kasar dimulai dari butir yang berukuran 5 mm.
b. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%.
d. Tidak boleh mengandung zat-zat yang merusak beton seperti zat-zat
relatif alkali.
e. Terdiri dari berbagai macam butir yang besarnya berbeda-beda.
2. Semen portland
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat.
Secara umum, semen didefinisikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat
mampu mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan
kuat (Pangaribuan.2012).
Ada dua macam semen yaitu semen hidrolis dan non hidrolis. Semen
portland termasuk semen hidrolis, yang dimaksud semen hidrolis adalah semen
yang akan mengeras bila bereaksi dengan air, tahan terhadap air, dan stabil
didalam air setelah mengeras. Sedangkan semen non hidrolis adalah semen yang
dapat mengeras diudara tapi tidak stabil dalam air.
Berdasarkan SNI 15-2049-2002, semen portland adalah semen hidrolis
yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (clinker) portland terutama yang
terdiri dari kalsium silikat (xCaO.SiO2) yang bersifat hidrolis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat (CaSO4.xH2O) dan boleh ditambah dengan bahan
tambahan lain (Mineral in component).
Campuran semen dan air disebut pasta semen, jika ditambahkan agregat
halus disebut mortar, jika ditambahkan lagi dengan agregat kasar akan terbentuk
adukan yang biasa disebut beton segar. Senyawa kimia utama penyusun semen
portland antara lain Trikalsium silikat (C3S), Dikalsium silikat (C2S), Trikalsium
aluminat (C3A), Tetrakalsium aluminoferit (CaAF).
Berdasarkan SK-SNI-S-04-1989-F, semen portland dibagi menjadi lima
jenis kategori sesuai dengan tujuan pemakaiannya, yaitu:
1) Tipe I
Semen portland untuk konstruksi umum yang tidak memerlukan
syarat khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. Semen tipe ini
cocok digunakan di lokasi yang memiliki kadar sulfur rendah dan jauh dari
pantai. Biasanya semen tipe ini digunakan dirumah permukiman, gedung,
bertingkat dan jalan raya.
2) Tipe II
Semen portland untuk konstruksi yang agak tahan terhadap sulfa
tantara 0,1% hingga 0,2% dan panas hidrasi yang sedang. Umumnya
semen tipe ini banyak dijadikan bahan material bangunan yang letaknya
dipinggir laut, bendungan, dermaga, saluran irigasi dan tanah rawa.
3) Tipe III
Semen portland untuk konstruksi dengan syarat kekuatan awal yang
tinggi. Semen tipe ini memiliki daya tekan awal yang tinggi pada
permulaan setelah proses pengikatan terjadi, lalu kemudian segera
dilakukan penyelesaiannya. Ketahanan semen tipe ini memiliki daya tekan
awal dan dapat menyamai kekuatan umur 28 hari beton yang
menggunakan portland tipe I. Umumnya semen tipe ini banyak digunakan
untuk pembuatan bangunan tingkat tinggi, bandar udara, jalan bebas
hambatan dan bangunan air.
4) Tipe IV
Semen portland untuk konstruksi dengan syarat panas hidrasi yang
rendah. Semen tipe ini digunakan untuk pembuatan dam dan lapangan di
udara.
5) Tipe V
Semen portland untuk konstruksi dengan syarat sangat tahan terhadap
sulfat lebih dari 0,2%. Jenis bangunan yang membutuhkan semen tipe ini
diantaranya bendungan, pelabuhan, konstruksi dalam air hingga
pembangkit listrik tenaga nuklir.
Bahan dasar semen ada tiga macam yaitu klinker atau terak (70%-95%
merupakan hasil olahan pembakaran untuk batu kapur, batu silika, pasir besi, dan
1. Pemilihan slump
Bila slump tidak disyaratkan, gunakan tabel 1.3 dibawah ini. Rentang nilai
slump tersebut berlaku bila beton dipadatkan dengan digetar.
Tabel 1.3 Nilai Slump yang Dianjurkan untuk Berbagai Pekerjaan Konstruksi
Slump
Tipe konstruksi (mm)
Maksimum Minimum
Pondasi beton betulang (dinding dan pondasi telapak) 75 25
Pondasi telapak tanpa tulangan, pondasi tiang pancan, 75 25
dinding bawah tanah.
Balok dan dinding bertulang 100 25
Kolom bangunan 100 25
Perkerasaan dan pelat lantai 75 25
Beton massa 50 25
Sumber: SNI 7656:2012
Banyaknya air untuk tiap satuan isi beton yang dibutuhkan agar
menghasilkan slump tertentu tergantung pada ukuran nominal maksimum,
bentuk partikel dan gradasi agregat, temperatur beton, perkiraan kadar
udara, dan penggunaan bahan tambahan kimia. Slump tidak terlalu
dipengaruhi oleh jumlah semen atau bahan bersifat semen lainnya dalam
tingkat pemakaian yang normal, penggunaan sedikit bahan tambahan
mineral yang halus dapat mengurangi kebutuhan air, perkiraan kebutuhan
air untuk beberapa ukuran agregat dan target slump yang diinginkan lihat
tabel 1.4.
Tabel 1.4 Perkiraan Kebutuhan Air Pencampur dan Kadar Udara
Air (kg/m3) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah
Slump 9,5 12,7 19 25 37,5 50 75 150
(mm) mm mm mm mm mm mm mm Mm
Beton tanpa tambahan udara
25-50 207 199 190 179 166 154 130 113
75-100 228 216 205 193 181 169 145 124
150-175 243 228 216 202 190 178 160 -
>175 - - - - - - - -
Banyaknya udara dalam
3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3 0,2
beton (%)
Beton dengan tambahan udara
25-50 181 175 168 160 150 142 122 107
75-100 202 193 184 175 165 157 133 119
150-175 216 205 197 184 174 166 154 -
>175 - - - - - - - -
Jumlah kadar udara yang
disarankan untuk tingkat
pemaparan sebagai berikut 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0
:
Ringan (%)
Sedang (%) 6,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 3,5 3,0
Berat (%) 7,5 7,0 6,0 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0
Sumber: SNI 7656:2012
Rasio w/c atau w/(c+p) yang diperlukan tidak hanya ditentukan oleh syarat
Untuk tingkat pemaparan yang sangat buruk, w/c atau w/(c+p) harus
dipertahankan tetap rendah sekalipun persyaratan kekuatan mungkin
dicapai dengan nilai lebih tinggi. tabel 1.6 memberikan batasan nilai-
nilainya.
Tabel 1.6 Maksimum Rasio Air-Semen Untuk Beton Tingkat Pemaparan Berat
Struktur selalu atau Struktur yang
Tipe struktur seringkali basah dan dipengaruhi air laut
terpapar pembekuan atau sulfat
serta pencairan
Bagian tipis (pegangan tangga, gili-gili,
silis, talang, ornamental work) dan
bagian selimut beton kurang dari 25
mm 0,45
Struktur lain 0,50 0,40
Agregat dengan ukuran nominal maksimum dan gradasi yang sama akan
menghasilkan beton dengan sifat pengerjaan yang memuaskan bila
sejumlah tertentu volume agregat (kondisi kering oven) dipakai untuk tiap
satuan volume beton. Volume agregat kasar per satuan volume beton dapat
dilihat pada tabel 1.7 atau dilakukan perhitungan secara analitis atau
grafis. Untuk beton dengan tingkat kemudahan pengerjaan yang lebih baik
bila pengecoran dilakukan memakai pompa, atau bila beton harus
ditempatkan ke dalam cetakan dengan rapatnya tulangan baja, dapat
mengurangi kadar agregat kasar sebesar 10% dari nilai yang ada dalam
tabel 1.7. Tetap harus berhati-hati untuk meyakinkan agar hasil-hasil uji
slump, rasio air-semen atau rasio air-(semen+bahan bersifat semen), dan
sifat-sifat kekuatan dari beton tetap memenuhi rekomendasi dalam langkah
1 dan langkah 4 serta memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang
bersangkutan. Volume ini dipilih dari hubungan empiris untuk
menghasilkan beton dengan sifat pengerjaan untuk pekerjaan konstruksi
secara umum. Untuk beton yang lebih kental (kelecakan rendah), seperti
Bila berat per satuan volume beton dapat dianggap atau diperkirakan dari
pengalaman, maka berat agregat halus yang dibutuhkan adalah perbedaan
dari berat beton segar dan berat total dari bahan-bahan lainnya. Umumnya,
berat satuan dari beton telah diketahui dengan ketelitian cukup dari
pengalaman sebelumnya yang memakai bahan-bahan yang sama. Hal
informasi semacam ini tidak diperoleh, tabel 1.8 dapat digunakan untuk
perkiraan awal, sekalipun bila perkiraan berat beton per m3 tadi adalah
perkiraan cukup kasar, proporsi campuran akan cukup tepat untuk
memungkinkan penyesuaian secara mudah berdasarkan campuran
percobaan seperti yang akan ditunjukkan dalam contoh-contoh.