TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Beton menurut Standar Satuan Indonesia adalah campuran antara semen
Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan
atau tampa bahan tambah membentuk massa padat sedangkan beton normal adalah
beton yang mempunyai berat isi (2200 2500) kg/m3 menggunakan agregat alam
yang dipecah.
Beton didefinisikan sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari
material pembentuknya (Nawy, 1990). Murdock dan Brook (1986) secara jelas
menyebutkan bahwa beton adalah suatu bahan bangunan dan bahan konstruksi, yang
sifat-sifatnya dapat ditentukan lebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan
pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih. Bahan-bahan pilihan itu
adalah ikatan keras, yang ditimbulkan oleh reaksi kimia antar semen dan air, serta
agregat, dimana semen yang mengeras itu ber-adhesi dengan baik maupun kurang
baik. Agregat boleh berupa kerikil, batu pecah, sisa bahan mentah tambang, agregat
ringan buatan, pasir, atau bahan sejenis lainnya.
Untuk memperoleh kekuatan desak beton yang tinggi ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan selain faktor air semen dan kepadatan semen. Menurut
Mulyono (2004) faktor-faktor tersebut diantaranya:
a. kualitas semen,
b. proporsi semen terhadap air dalam campuran,
c. kekuatan dan kebersihan agregat,
d. interaksi adhesi antara pasta semen dengan agregat,
e. pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton,
f. penempatan yang benar, penyelesaian dan kompaksi beton segar,
g. perawatan pada temperatur yang tidak lebih rendah dari 50F pada saat
beton hendak mencapai kekuatan,
h. kandungan klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton yang diekspos
dan 1% bagi beton yang tidak diekspos.
Jika ingin membuat beton yang baik, dalam arti memenuhi persyaratan
yang lebih ketat karena tuntutan yang lebih tinggi, maka harus diperhitungkan
dengan seksama cara cara memperoleh adukan beton (beton segar/fresh
concrete) yang baik dan beton (beton keras/hardened concrete) yang dihasilkan
juga baik. Beton yang baik ialah beton yang kuat, tahan lama/awet, kedap air,
tahan aus, dan sedikit mengalami perubahan volum (kembang susutnya kecil).
Faktor faktor yang membuat beton banyak digunakan karena memiliki
keunggulan keunggulan antara lain:
Sehingga untuk menjaga beton memiliki mutu yang baik maka bleeding
dilakukan dengan cara sebagai berikut,
dimana,
= kekuatan beton pada umur tertentu
X = perbandungan berat antara air dan semen
A dan B = konstanta
(Suryadi HS, 2008)
Gambar 2.2 Hubungan antara umur dan kuat tekan pada beton
2.7 Semen
Semen dibagi menjadi semen portland dan semen pozollan yang biasa
digunakan pada beton sebagai perekat bahan bahan beton.
2.7.1 Semen Portland
Semen Portland adalah bahan kontruksi yang paling banyak digunakan
dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen Portland didefinisikan
sebagai hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium
silkat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat
sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Semen
Portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SSI.0013-81 atau
Standar Uji Bahan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang di tetapkan
dalam standar tersebut (PB.1989:3.2-8).
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sector kontruksi sipil. Jika tambah air, semen akan menjadi
pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika
digabungkan dengan agregat kasar akan menjadicampuran beton segar yang setelah
mengeras akan menjadi beton keras (concrete). Semen yang digunakan untuk
pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik
yang diberikan. Pemilihan tipe semen ini kelihatannya mudah dilakukan karena
semen dapat langsung diambil dari sumbernya (pabrik). Hal ini hanya benar jika
standar devisi yang ditemui kecil, sehingga semen yang berasal beberapa sumber
langsung dapat digunakan. Akan tetapi, jika standar deviasi hasil uji kekuatan semen
besar, hal tersebut akan menjadi masalah. Saat ini banyak tipr semen yang ada di
pasaran sehingga kemungkinan variasi kekuatan semennya pun besar (ACI 318-89:2-
1).
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik juga dipengaruhi dari mutu
agregat yang baik, FAS, serta dengan pemeliharaan yang baik pula. Penentuan berat
jenis pasir serta daya serap pasir tersebut didalam air dilakukan dalam dua tahap:
Bulk spesific gravity= (2.2)
+
Perbandingan berat pasir dalam keadaan SSD dengan volume pasir total:
Bulk spesific gravity SSD = + (2.3)
Absorption = x 100% (2.5)
Keterangan :
2.10 Air
Syarat air menurut SK SNI 03-2847-2002 adalah air yang dapat digunakan
dalam proses pencampuran beton adalah harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.Air pencampur yang digunakan
pada beton prategang atau pada beton yang didalamnya tertanam logam aluminium,
termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion
klorida dalam jumlah yang membahayakan.
Bahan kimia tambahan adalah material selain semen, air danagregat yang
digunakan dalam campuran beton dan ditambahkan secepatnya kedalam bak
pengaduk sebelum atau selama pengadukan. Berdasarkan ASTM 1993 bahan tambah
ini adalah termasuk bahan tambah kimia (chemical admixture), sejalan dengan ASTM
C494 yaitu bahan tambah yang berupa cairan kimia yang berfungsi mengendalikan
waktu pengerasan (mempercepat atau memperlambat), mereduksi kebutuhan air, serta
meningkatkan kemudahan pengerjaan beton (workability).
1. Type A
Water-reducing Admixture, adalah bahan tambahan yang bersifat
mengurangi jumlah air pencampuran beton untuk menghasilkan beton
pada konsistensi tertentu.
2. Type B
Retarding Admixture, adalah bahan tambahan yang berfungsi
menghambat pengikatan beton. Banyak dipakai pada saat pengangkutan
readymix dari pabrik kelokasi proyek untuk menunda pengerasan beton.
3. Type C
Accelerating Admixture, adalah bahan tambahan yang berfungsi
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.
Banyak digunakan pada perbaikan konstruksi beton maupun pada
bangunan konstruksi.
4. Type D
Water Reducing dan Retarding Admixture, adalah bahan tambahan yang
berfungsi ganda mengurangi jumlah air pencampuran yang dibutuhkan
untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan menghambat
pengikatan beton.
5. Type E
Water Reducing dan Accelerating Admixture, adalah bahan tambahan
berfungsi ganda mengurangi jumlah air pencampuran yang dibutuhkan
untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat
pengikatan beton.
6. Type F
Water Reducing , High Range Admixture, adalah bahan tambahan yang
berfungsi mengurangi jumlah air pencampuran air pencampuran yang
diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu lebih
dari 12%.
7. Type G
Water Reducing High Range dan Retarding Admixture, adalah bahan
tambahan yang berfungsi mengurangi jumlah air pencampuran yang
diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu, lebih
dari 12 % atau lebih dan juga menghambat pengikatan beton.