Anda di halaman 1dari 41

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Umum Beton

Beton adalah campuran antara semen portland, agregat, air, dan

terkadang ditambahi dengan menggunakan bahan tambah yang bervariasi mulai

dari bahan tambah kimia, serta sampai dengan bahan bangunan non-kimia pada

perbandingan tertentu (Tjokrodimuljo, 2007).

Menurut Mulyono (2004), beton adalah sekumpulan interaksi mekanis

dan kimiawi dari material pembentukannya seperti semen hidrolik (Portland

Cement), agregat halus, agregat kasar, air dan bahan tambah. Beton segar yang

baik adalah beton segar yang dapat diaduk, diangkat, dituang, dan dipadatkan,

tidak ada kecenderungan terjadi pemisahan agregat dari adukan (segregation)

maupun pemisahan air dan semen dari adukan (bleeding). Hal ini karena

segregation atupun bleeding mengakibatkan beton keras yang diperoleh akan

berkualitas buruk (Tjokrodimuljo, 2007).

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

semen hidrolik (Portland cemen), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan

tambah (admixture atau additive). Untuk mengetahui dan menpelajari perilaku

elemen gabungan (bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukam pengetahuan

mengenai karakteristik masing-masing komponen Nawy (1985:5) mendefinisikan

beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material

pembentuknya, dengan demikian masing-masing komponen tersebut perlu

dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Perencenaan


10

(engineer) dapat mengembangkan pemilihan material yang layak komposisinya

sehingga diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan batas yang

disyaratkan oleh perencanaan dan memenuhi persyaratan serviceability yang

dapat diartikan juga sebagai pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria

yang ekonomis.

B. Sifat-Sifat Beton Segar

1. Kekuatan beton

Sifat utama yang harus dimiliki oleh beton adalah kekuatan, semen,

secara umum kekuatan beton dipengaruhi oleh faktor air semen, semakin kecil

faktor air semen, semakin besar kekuatan beton yang diharapkan, demikian

juga sebaliknya. Faktor air semen mengindikasi tingkatan kecelakan campuran

dan workability. Untuk mencapai kepadatan dan hidrasi yang sempurna maka

perlu diperhatiakan, antara lain:

a. Keadaan selama terjadi pengerasan, semen yang mengeras haeus selalu

cukup air agar tidak terjadi penguapan.

b. Semen memerlukan waktu 4 (empat) minggu untuk melakukan penguapan.

2. Kemudahan pekerjaan

Yang dimaksud dengan workability adalah kemampuan adukan material

sehingga mudah diangkut, dituang, dicetak, dan lain-lain. Faktor-faktor yang

menentukan kemudahan dalam melakukan pekerjaan adukan beton adalah:

a. Gradasi agregat.

b. Bentuk butiran.

c. Pengaruh kombinasi dari gradasi.


11

d. Kadar air

e. Pengaruh proporsi campuran.

3. Pengerasan

Setelah pencampuran bahan-bahan material beton, maka proses

selanjutnya, adalah pengerasan beton segar. Proses ini terjadi setelah adanya

penyerapan dan pengikatan hidrolis antara material pembentuk beton yaitu

agregat, semen, dan air secara kristalisasi.

4. Penyusutan

Penyusutan beton dalam fase pengerasan dapt terjadi akibat 2 hal:

a. Desikasi yaitu keluarnya uap air dari pori-pori yang ada dalam beton

b. Auto dedikasi, yaitu terhidarasinya air oleh semen dalam pori yang ada

pada beton. Guna menghindari penyusutan beton saat proses pengerasan

berlangsung maka permukaan beton dilindungi dari penguapan dengan

jalan selalu mengadakan penyiraman atau pembasahan pada prmukaan

beton sampai berakhir masa pengersan.

5. Rangkak

Rangkak adalah sifat dimana beton mengalami perubahan bentuk

(deformasi) permanen akibat beban tetap yang bekerja padanya. Rangkak

timbul dengan intesitas yang semakin berkurang untuk selang waktu tertentu

dan kemungkinan berakhir setelah beberapa tahun berjalan. Pada umumnya

beton dengan mutu tinggi mempunyai tingkat nilai rangkak yang lebih kecil

dibandingkan dengan mutu beton lebih rendah. Besarnya deformasi rangkak

sebanding dengan besarnya beban yang ditahan dan juga jangka waktu
12

pembebanan. Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung

terhadap kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistribusi

tegangan pada beban kerja dan keudian mengakibatkan terjadinya

peningkatan lendutan (defleksi).

Pada umunya proses rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena

keduanya terjadi bersamaan dan sering kali memberikan pengaruh sama, ialah

deformasi yang bertambah sesuai dengan jalanya waktu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya rangkak adalah:

a. Sifat bahasa dasar, seperti komposisi dan kehalusan semen, kualitas

adukan, dan kandungan mineral dan agregat.

b. Rasio air terhadap jumlah semen, atau kadar air.

c. Suhu pada waktu proses pengerasan.

d. Umur beton pada saat beban bekerja.

e. Lama pembebanan.

f. Nilai tegangan.

g. Nilai banding luas permukaan dan volume komponen struktur.

h. Nilai slump

6. Keawetan

Sifat keawetan adalah panjangnya waktu pada material untuk dapat

melanjutkan pemakaian seperti yang telah direncanakan, walaupun terjadi

serangan dari luar baik fisik, mekanik dan kimia. Oleh karena itu, adanya

pengontrolan mutu dan proporsi campuran untuk mendapatkan beton yang

tahan lama perlu dilakukan.


13

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat tahan lama dari beton dibagi

menjadi dua bagian, yaitu:

a. Faktor lingkungan terdiri dari:

1. Temperature dan kelembaan.

2. Garam sulfat dalam air tanah atau laut.

3. Bakteri.

4. Tekanan, vibrasi, dan gesekan mekanis.

b. Faktor komposisi terdiri dari:

1. Tipe semen dan jenis agregat.

2. Interaksi antara semen dan agregat.

3. Kedap air.

4. Derajat homogenitas semen

5. Tebal lapis penutup tulangan.

7. Sifat kedap air

Ditinjau secara umum beton tidak dapat digunakan secara sempurna

kedap air. Hal ini dipengaruhi beberapa hal misalnya: kurang pemadatan pada

saat pelaksanaan yang mengakibatkan gelembung-gelembung udara.

Kekedapan dari beton sangat erat hubungannya dengan sifat tahan lama dari

beton. Beton yang tidak kedap air akan mudah rusak oleh zat peusak dari luar.

Hal-hal yang mempengaruhi sifat kedap iar beton adalah:

a. Perbandingan semen dalam campuran beton.

b. Kepadatan (hasil penggetaran manual maupun dengan vibrator).

c. Selulu cukup air pada saat pemeliharan beton segar.


14

d. Waktu yang cukup (28 hari), umur beton bertambah, maka kedap air

menurun.

e. Gradasi agregat diusahakan dalam memenuhi spesifikasi yang

disyaratkan.

C. Kelebihan dan kekuranga beton

Secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah

a. Kelebihan

1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk konstruksi

2. Mampu memikul beban yang berat

3. Tahan terhadap temperatur yang tinggi

4. Biaya pemeliharaan yang kecil

b. Kekurangan

1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah

2. Pelaksaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi

3. Berat

4. Daya pantul suara yang keras

D. Material Penyusun Beton

Untuk memahami dan mempelajari seluruh perilaku elemen gabungan

diperlukan pengetahuan tentang katakteristik masing-masing komponen. Beton

yang dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi sejumlah

material pembentukannya. Fungsi dari masing-masing komponen yaitu:


15

1. Semen Portland

Semen merupakan bagian terpenting untuk membuat beton, dapat

dikatakan semen merupakan tulang-punggung beton, karena semen menjadi

bahan yang mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil menjadi satu. Semen

Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan

klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis

dengan gips sebagai bahan tambahan. Sebagai bahan pengikat semen berfungsi

untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang

kompak/padat dan agar dapat mengisi rongga-rongga diantara butiran-butiran

agregat. Semen merupakan bahan yang mempunyai pengaruh besar terhadap

kualitas beton yang dihasilkannya.

Nama Portland Cemen diusulkan oleh (Joseph Aspidin pada tahun 1824)

Semen Portland dibuat dengan melalui beberapa langkah, sehingga sangat

halus dan memiliki sifat adesive maupun kohesif. Semen diperoleh dengan

cara membakar bersamaan suatu campuran, dari cacareus (yang mengandung

kalsium karbonat atau batu gamping) dan argilaceous (yang mengandung

alumina) dengan perbandingan tertentu. Kandungan semen Portland terdiri

dari: kapur, silika, alumina. Ketiga bahan dasar tersebut dicampur dan dibakar

dengan suhu 1550°C dan menjadi klinker yang kemudian dihaluskan menjadi

bubuk. Biasanya ditambahkan gips atau kalsium sulfat (CaSO4) antara 2-4 %

sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan.


16

a. Sifat-sifat Semen

Perbedaan sifat jenis semen dapat terjadi karena perbedaan susunan

kimia maupun kehalusan butiran-butiran.

1) Susunan Kimia

Bahan-bahan yang menjadi unsur pokok semen adalah: kapur,

silica, alumina dan oksida besi. Sebagai hasil susunan kimia yang terjadi

diperoleh susunan kimia yang kompleks. Susunan unsur kimia pada

semen dapat dilihat pada Tabel 1 berikut sesuai dengan Sumber

Teknologi Beton (Kardiyono Tjokrodimulyo,2009)

Tabel 1 Susunan Unsur Semen Biasa


No. Oksida Persen %
1. Kapur ,CaO 60-65
2. Silika,SiO2 18-25
3. Alumina, Al2O3 2-8
4. Besi, Fe2O3 0,5-6
5. Magnesia, MgO 0,5-4
6. Sulfur, SO2 1-2
7. Soda/potas, Na2 + K2O 0,5-1

2) Hidrasi Semen

Bilamana semen bersentuhan dengan air maka proses hidrasi

berlangsung dalam arah ke luar dan kedalam. Hasil hidrasi mengendap

dibagian luar dan inti semen yang belum terhidrasi di bagian dalam

secara bertahap terhidrasi sehingga volumenya mengecil. Reaksi

berlangsung antara 2-5 jam (yang disebut periode induksi atau tak aktif)

sebelum mengalami percepatan setelah permukaan kulit pecah.

3) Kekuatan pasta semen dan faktor air semen


17

Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air

yang dipakai pada proses hidrasi hanya sekitar 25% dari berat semennya,

penambahan jumlah air akan mengurangi kekuatan setelah mengeras. Air

kelebihan dari yang diperlukan dari proses hidrasi pada umumnya

memang diperlukan pada pembuatan beton

Agar adukan beton dapat dicampur dengan baik, diangkut dengan

mudah, dan dicetak tanpa rongga-rongga yang besar (tidak keropos).

Akan tetapi diusahkan agar jumlah air sedikit mungkin, agar kekuatan

beton tidak terlalu rendah. Kelebihan air akan mengakibatkan pasta

semen berpori lebih banyak sehingga hasilnya kurang kuat.

4) Sifat Fisik Semen

Kehalusan butir reaksi antara semen dan air dimulai dari

permukaan butir semen, sehingga makin luas permukaan butir semen

(dari berat semen yang sama) makin cepat proses hidrasinya. Waktu

ikatan semen jika dengan air membentuk bubur yang secara bertahap

menjadi kurang plastis, dan akhirnya menjadi keras.

Pada proses ini, tahapan pertama dicapai ketika pasta semen cukup

kaku untuk menahan suatu tekanan. Waktu untuk mencapai suatu

tahapan ini disebut sebagai waktu ikatan. Waktu tersebut seka air

dicampur dengan semen. Waktu ikatan dibagi menjasi dua bagian, yaitu

waktu ikatan awal dan waktu ikatan akhir. Waktu dari pencampuran air

sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu ikatan awal

(initial time) dan waktu sampai pasta menjadi massa yang keras disebut
18

waktu ikatan akhir (final setting time). Panas hidrasi silikat dan aluminat

pada semen bereaksi dengan air menjadi media perekat yang memadat

lalu membentuk massa yang keras. Berat jenis semen berkisar pada 3,15.

Berat jenis digunakan pada hitungan perbandingan campuran.

b. Jenis-jenis Semen

Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan mengubah

persentase empat komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa

jenis semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland di Indonesia

dibagi menjadi 5 jenis yaitu:

Jenis I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

memerlukan persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan jenis-

jenis lain.

Jenis II : Semen portland yang dalam penggunaan memerlukan ketahanan

terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Jenis III : Semen portland yang dalam penggunaan menuntut persyaratan

kekuatan awal yang tinggi.

Jenis IV : Semen portland yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang

rendah.

Jenis V : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut

persyaratan sangat tahan terhadap sulfat

c. Penyimpanan Semen
19

Penyimpanan semen kadang-kadang diperlukan dalam waktu lama,

terutama jika distribusi semen tidak teratur. Walaupun semen dapat dijaga

mutunya dalam jangka waktu yang tidak terbatas asalkan uap air dijauhkan

dari tempat penyimpanan tersebut, namun butir-butir semen yang

berhubungan dengan udara akan menyerap air dengan perlahan-perlahan,

dan ini kan menyebabkan kerusakan. Penyerapan air sekitar 1-2% air tidak

cukup mempengaruhi proses pengerasan semen dan mengurangi kekuatan.

Jika semen ditaruh diatas tanah, semen akan lebih relative lagi dan

akibatnya lebih cepat menyerap kadar air dari kelembaban disekililingnya.

Semen yang telah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat, atau semen

dalam kantong-kantong di penyimpanan lokal (dipenyalur) lebih dari 3

bulan, perlu diuji sebelum digunakan.

2. Agregat

a. Pengertian Umum Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami, sebagai bahan pengisi

campuran beton. Menurut Teknologi Beton (Ir. Tri Mulyono. MT., 2003)

beton memiliki kandunga agregat yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara

60%-70% dari volume beton.

Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir

dan lain sebagainya) adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap

benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen.

b. Jenis Agregat
20

Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan

agregat buatan. Agregat di kelompokan menjadi dua golongan, yaitu agregat

kasar dan agregat halus.

1) Agregat Halus

Agregat halus (pasir) merupakan bahan tambahan, jadi tidak

bekerja aktif didalam proses menjadi batu. Tekanan hancur dari bahan

pasir tidak boleh kurang dari pada tekanan hancur semen yang telah

menjadi keras (Roosseno, 1954). Agregat halus (pasir) berfungsi sebagai

pengisi rongga-rongga yang tak dapat diisi oleh agregat kasar, memiliki

ukuran 4.80 mm (British Standar) dan 4.75 mm (Standar ASTM) atau

tidak tertahan pada saringan No. 4 dan tertahan pada saringan No. 200.

Gradasi agregat halus berdasarkan lubang ayakan dan persentase berat

butiran dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel Gradasi Agregat

Halus (SNI 03-2834-2000 dan ASTM C-33).

Tabel 2. Gradasi Pasir


Lubang Persentase Berat Butir yang Lewat Ayakan
Ayakan
Zona I Zona II Zona III Zona IV
(mm)
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15

Keterangan:

Zona I = Pasir Kasar


21

Zona II = Pasir Agak Kasar

Zona III = Pasir Agak Halus

Zona IV = Pasir Halus

Persyaratan mengenai proporsi agregat dengan gradasi ideal yang

direkomendasikan terdapat dalam standar ASTM C 33/ 03 “Standard

Spesification for Concrete Aggregates”.

Gradasi saringan ideal untuk agregat halus dilihat pada Tabel 3,

Sesuai Dengan Sumber: ASTM C-33/03.

Tabel 3. Gradasi Saringan Ideal Agregat Halus


Saringan (Spesifikasi E11) Persen Lolos
(mm) (%)
9,5 mm (3/8-in) 100
4,75 mm (N0. 4) 90 - 100
2,36 mm (No. 8) 80 - 100
1,18 mm (No. 16) 50 – 85
600 mm (No. 30) 25 – 60
300 μm (No. 50) 5 – 30
150 μm (No. 100) 0 – 10
75μm (No 200) 0 – 3.0A,B

2) Agregat Kasar

Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil

sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang

diperoleh dari industri pemecah batu, dengan butiran agregat kasar yang

berukuran antara 4,76 mm-150 mm.. Ketentuan agregat kasar yang

memenuhi spesifikasi antara lain:


22

a) Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori.

Aggregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah

butir-butir pipihnya tidak melampaui 20% berat agregat seluruhnya.

b) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam

berat keringnya. Bila melampaui harus dicuci.

c) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.

d) Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji

Rudeloff dengan beban uji 20 ton.

Jenis agregat kasar yang umum adalah:

a) Batu pecah batu alami, bahan ini diperoleh dari batu gunung yang di

pecahkan hingga ukuran tertentu.

b) Kerikil alami, kerikil didapat dari pengikisan oleh air sungai atau laut.

c) Agregat kasar buatan, terutama berupa slag atau shale yang biasa

digunakan untuk beton berbobot ringan.

Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus

memenuhi persyaratan-persyaratan:

a) Susunan Butiran Gradasi

Agregat harus memiliki gradasi yang beragam, sehingga dapat

mengisi rongga-rongga karena ukurannya yang bervariasi.

Agregat kasar memiliki susunan butiran, yang ditunjukan pada

Tabel 4. sesuai dengan sumber: ASTM C-33/03


23
24

b) Persyaratan Agregat

Modulus halus butir (Fineness Modulus) adalah suatu indeks

yang dipakai untuk ukuran kehalusan atau kekasaran butiran agregat.

Modulus halus butir (FM) didefinisikan sebagai jumlah persen

komulatif dari butiran agregat yang tertinggal di atas ayakan.

Selain itu FM (Fineness Modulus) juga dapat dipakai untuk

mencari nilai perbandingan berat antara pasir dan kerikil, dalam

pembuatan campuran beton. Modulus halus butir agregat dari

campuran pasir dan batu pecah untuk pembuat beton berkisar antara

5,0 sampai 6,5. Persamaan modulus halus butir agregat dapat dilihat

pada persamaan 1 :
Jumlah % butiran diatas ayakan 0,15
FM = (1)
100
Persyaratan agregat normal menurut SNI.0052-80 terbagi atas dua

yaitu agregat halus dan agregat kasar.

a) Agregat halus

1) Modulus halus butir 1,5 sampai 3,8.

2) Kadar lumpur atau partikel yang lebih kecil dari 70 mikron

(0,074 mm) maksimum 5%.

3) Kadar zat organik yang terkandung ditentukan dengan mencampur

agregat halus dengan natrium sulfat (NaSO4) 3%, jika

dibandingkan dengan warna standar tidak lebih tua dari pada warna

standar.
25

4) Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir

pembanding yang berasal dari pasir silika Bangka memberikan

angka tidak lebih dari 2.20.

5) Kekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur

maksimum 10%, jika di pakai magnesium sulfat, maksimum 15%)

b) Agregat Kasar

1) Modulus halus butir 6,0 sampai 7,1.

2) Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron

(0,074 mm) maksimum 1%.

3) Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang

tembagamaksimum 5%.

4) Kekalan diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur

maksimum 12%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang

hancur maksimum 18%. Tidak mengandung butiran yang panjang

dan pipih lebih dari 20%.

c) Kadar Air Agregat

Kadar air pada agregat perlu diketahui untuk menghitung

jumlah air yang diperlukan dalam campuran beton dan untuk

mengetahui berat agregat. Keadaan kandungan air di dalam agregat

dibedakan menjadi beberapa tingkat, yaitu :

1) Kering oven adalah kondisi

agregat setelah dikeringkan dalam oven dan dalam keadaan ini

mampu menyerap air secara maksimal.


26

2) Kering udara adalah kondis

permukaan agregat kering tetapi mengandung air di dalam pori,

sehinga agregat masih dapat menyerap air.

3) Jenuh kering permukaan adalah

kondisi ini tidak ada air di permukaan. Namun butiran agregat

telah terisi air pada bagian dalamnya sehingga agregat tak dapat

lagi menyerap air.

4) Basah adalah kondisi dimana

agregat mengandung banyak air, baik di permukaan maupun di

dalam butiran, sehingga bila dipakai dalam campuran adukan

beton akan menambah air.

Dari keempat keadaan agregat di atas, ada dua keadaan yang

sering gunakan sebagai dasar hitungan yaitu, kering oven dan jenuh

kering permukaan karena konstant untuk agregat tertentu.

Keadaan jenuh kering permukaan (saturated surface dry, SSD)

sering digunakan sebagai standar, karena kandungan air pada agregat

yang hampir sama dengan agregat dalam beton, sehingga agregat

tidak mempengaruhi jumlah air pasta semen. Kadar air di lapangan

lebih banyak dalam keadaan SSD dibandingkan kering oven.

Dalam hal ini hitungan kebutuhan air pada pembuatan beton,

biasanya agregat dianggap dalam keadaan jenuh kering muka,

sehingga jika keadaan di lapangan kering udara maka dalam adukan


27

beton akan kekurangan air, namun jika agregat dalam keadaan basah

maka akan kelebihan air.

3. Air

Air didalam alam yang tidak mengandung kotoran dapat dipakai untuk

beton. Kotoran-kotoran berupa lempung, kotoran organis, garam dan asam. Air

laut misalnya tak dapat dipakai untuk membuat beton. Air didalam campuran

beton berfungsi membantu semen untuk melakukan hidrasi dan sangat

menentukan workability dari pekerjaan semen. Kental atau encernya suatu

campuran ditentukan oleh banyaknya air yang terdapat dalam campuran beton

yang baru diaduk. Kandungan air dalam beton segar harus sesuai dengan yang

ditetapkan dalam mix design dan kondisi lapangan sewaktu pembuatan beton.

Kadar air yang tinggi akan campuran beton menjadi encer sedangkan kadar air

yang rendah akan menyebabkan daya rekat campuran beton berkurang.

Nilai banding berat air dan semen untuk suatu adukan beton dinamakan

water cement ratio (w.r.c), agar terjadi proses hidrasi yang sempurna dalam

adukan beton, pada umumnya dipakai w.r.c 0,40-0,60 tergantung mutu beton

yang diinginkan, umumnya menggunakan nilai w.r.c rendah, sedangkan dalam

kemudahan pengerjaan (workability) diperlukan nilai w.r.c yang lebih tinggi.

Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat :

1) Tidak mengandung lumpur (benda melayang atau terapug lainnya) lebih

dari 2 gram/liter.
28

2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat

organik dan sebagainya).

3) Tidak mengandung klorida (Cl).

4) Tidak mengandung senyawa sulfat.

Air memiliki beberapa pengaruh terhadap kekuatan beton antara lain:

1) Air merupakan media pencampuran pada pembuatan pasta.

2) Kekuatan dari pasta pengerasan semen ditentukan oleh perbandingan berat

antara air dan faktor semen.

3) Penggunaan air yang banyak menghalangi proses pengikatan, dan

penggunaan air yang sedikit reaksi tidak selesai.

E. Ampas Kopi Sebagai Bahan Tambah

Ampas kopi merupakan limbah industri pangan yang banyak ditemukan

di Kota Baubau terutama di Kaongkeongkea, limbah resebut dihasilkan dari

pengelolaan biji kopi. Kurang lebih 500 gram bubuk kopi yang digunakan

menghasilkan sekitar 340 gram ampas kopi. Sama seperti limbah pangan lainnya,

limbah ampas kopi mempunyai potensi dan dapat dimanfaatkan, salah satunya

sebagai campuran beton. Penggunaan abu ampas kopi sebagai bahan substitusi

terhadap semen, pada campuran beton sangat berpengaruh terhadap nilai kuat

tekan yang dihasilkan. Karena, bentuk fisik dari abu ampas kopi yang dihasilkan

berupa material-material halus yang tersaring pada ayakan No. 200, yang dapat

mengisi pori-pori pada pembentukan beton. Selain itu, ampas kopi mengandung

kalium dan kalsium, seperti yang diketahui unsur-unsur tersebut merupakan

merupakan unsur penyusun semen, sehingga memungkinkannya adanya kaitan


29

reaksi aktif antara abu ampas kopi pada campuran beton. Ketiadaan kandungan

silika pada abu ampas kopi yang merupakan senyawa penting dalam pengikatan

beton, sehingga penggunaan abu ampas koi dalam jumlah yang banyak tidak

dapat menggantikan sifat pengikat yang dimiliki semen. Oleh karena itu abu

ampas kopi tidak memiliki banyak keuntungan apabila dalam penggunaan dalam

jumlah yang banyak. Akan tetapi, penggunaan abu ampas kopi dalam jumlah yang

kecil dapat memungkinkanya, dikarenakan kuat tekan dalam dari presentase abu

ampas kopi dalam jumlah yang kecil meningkat dari beton normal.

Semen merupakan bahan pengikat agregat dalam pembuatan beton.

Semen yang bereaksi dengan air, selain menghasilkan Calsium Silikat Hydrite

(CSH) juga menghasilkan senyawa sampingan yaitu kalsium hidroksida. Senyawa

Ca(OH)2 memberikan dampak buruk terhadap kualitas beton. Untuk

mengatasinya, dalam adukan beton ditambah bahan pozolan (pozzolane material)

yang mengandung silika (SiO2) yang akan bereaksi dengan Ca(OH)2 untuk

menghasilkan CHS sekunder. Material pozolanik organik dapat berupa limbah

industri pangan (agrowaste). Salah satu limbah agrowaste yang belum

termanfaatkan dengan baik adalah ampas kopi. Didalam ampas kopi mengandung

2,28% nitrogen, fosfor 0,06% dan 0,06% kalsium. Kandungan hidrokarbon dalam

biji kopi cukup tinggi yaitu 19.9% (wriggle, G., 1998)

Bahan tambahan mineral merupakan bahan tambah yang dimaksudkan

untuk memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini, bahan tambah mineral cenderung

bersifat penyemenan. Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah mineral

antara lain (Cain, 1994:500-508):


30

a. Memperbaiki kinerja workability

b. Mengurangi panas hidrasi

c. Mengurangi biaya pekerjaan beton

d. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat

e. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan alkali-silika

f. Mempertinggi usia dan kekuatan tekan beton

g. Mempertinggi keawetan beton dan pengurang penyusutan

h. Mengurangi porositas dan daya serat air dalam beton

pH ampas kopi sedikit asam, berkisar 6,2 pada skala pH. Selain itu,

ampas kopi mengandung sulfur dan kalsium. Persentase ampas kopi sebagai

pengganti sebagian semen berkisar 2,5%, 5% dan 7,5% yang diharapkan dapat

meningkatkan kuat tekan beton pada umur 28 hari.

F. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Beton

Berikut ini faktor yang menentukan terhadap kualitas beton. Pertama,

kualitas beton, cara menakar dan mencampur, dan cara pelaksanaan pekerjaan.

1. Kualitas Bahan

Untuk mengetahui kualitas bahan, guna menghasilkan mutu beton yang

direncanakan perlu diadakan pengujian terhadap masing-masing bahan.

Disamping mutu bahan diketahui, dapat pula diketahui kondisi bahan dalam

arti persyaratan tergantung pada SK. SNI 7656:2012.

Berikut ini penjelasan tentang bahan-bahan penyusunan beton serta

pegaruhnya terhadap kualitas beton yang dihasilkan :


31

a. Semen mempengaruhi kualitas

dan kecepatan pengerasan.

b. Agregat halus mempengaruhi :

1) Gradasi mempengaruhi kemudahan pengerjaannya

2) Kadar air, mempengaruhi air semen

3) Kadar lumpur, mempengaruhi air semen

4) Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan sifat awet beton

c. Agregat kasar mempengaruhi :

1) Gradasi, mempengaruhi kekuatan

2) Kadar air, mempengaruhi

perbandingan air/semen

3) Kebersihan, mempengaruhi

kekuatan dan keawetan

d. Air kualitasnya mempengaruhi

hampir semua sifatnya, kualitasnya mempengaruhi pengerasan, kekuatan

sifat awet, dan lain.

2. Cara Menakar dan Mencampur

Penakaran yang cermat dari bahan penyusun beton, pasir, semen, kerikil

dan air adalah langkah yang paling awal untuk menghasilkan beton baik.

a. Menakar Bahan Dengan Dasar Volume

Menakar bahan dengan dasar volume biasanya dilakukan pada

pekerjaan yang nilai kontraknya kecil, hal ini disebabkan untuk penyesuaian

dengan kondisi. Sebagai dasar pernyataan tersebut lebih lanjut yaitu


32

1) Tidak ada dua orang mengisi sekop dengan jumlah yang sama.

2) Jumlah sekop terisi penuh banyak dilakukan dan orang jarang

menghitung kecuali di bawah suatu pengawasan.

3) Jumlah sukar diperiksa kecuali dengan menempati orang-orang untuk

mengisi volume yang telah diatur.

b. Menakar Bahan Dengan Dasar Berat

Takaran menurut berat menghilangkan kesalahan yang disebabkan

variasi rongga dalam proporsi yang berisi suatu volume tertentu, hal khusus

yang penting adalah hubungan dengan takaran pasir.

Oleh karena itu pengukuran adalah logis dan alat penimbang

memberikan ketelitian di lapangan, kesalahan dalam proporsi khusus

diabaikan.

3. Cara Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan beton pada prinsipnya diperlukan penggunaan

suatu campuran yang mempunyai daya kemudahan pengerjaannya sehingga

memungkinkan operator untuk mengecor pada posisinya tanpa kesukaran.

Pengangkutan dilakukan sedemikian rupa supaya tidak dapat terjadi segregasi

dan ketidak seragaman beton. Perawatan dilaksanakan untuk menjaga kondisi

beton pada keadaan konstan yang dapat dijelaskan :

a. Penuangan Adukan Beton

Saat adukan beton segar dituangkan harus segera dipadatkan sebelum

semen berhidrasi. Hal-hal yang harus diperhatikan saar proses pengerjaan

beton berlangsung adalah:


33

1) Adukan beton dituang secara terus menerus (tidak terputus) agar

diperoleh beton yang seragam, padat dan tidak terjadi garis batas.

2) Menuangkan pelumas pada Permukaan cetakan agar beton yang

terjadi tidak melekat pada cetakan.

3) Selama penuangan dan pemadatan selalu diperhatikan agar posisi

cetakan maupun tulangan tidak berubah.

4) Saat penuangan adukan beton jangan di tuang dari ketinggian

1meter agar tak terjadi pemisahan agregat.

5) Pengerjaan beton tidak boleh dilakukan saat terjadi jujan.

6) Penuangan adukat beton dilakukan secara berkala, untuk beton

masa setiap ketebalan 45 cm harus dipadatkan dan pada beton bertulang

setiap ketebalan 30 cm harus dipadatkan.

b. Pemadatan Rongga

Tujuan pemadatan rongga adalah menghilangkan rongga-rongga udara

dan untuk mencapai kepadatan maksimal pemadatan adukan beton dapat

dilakukan secara manual atau dengan mesin. Pemadatan manual dapat

dilakukan dengan alat berupa tongkat baja atau tongkat kayu sedangkan

pemadatan dengan mesin dilakukan dengan alat getar (vibrator).

c. Pengangkutan

Pada prinsipnya pengangkutan adukan beton dilakukan agar tidak

sampai terjadi pemisahan bahan dan kehilangan bahan atau mungkin adukan

kering sebelum dituangkan ke dalam cetakan memberikan syarat-syarat:


34

1) Pengangkutan harus sedemikian cepat sehingga beton tidak kering atau

kehilangan plastisitasnya selama waktu yang digunakan untuk

mencampur dan mencetak.

2) Pengangkutan harus diorganisir sedemikian` agar selama percetakan pada

bagian atau angkutan tertentu tidak terjadi keterlambatan.

G. Perencanaan Campuran Beton ( Mix Desain )

Unsur-unsur penyusun beton (semen, pasir, kerikil dan air) harus dipilih

dengan baik, sehingga menghasilkan beton dengan kualitas yang baik yaitu:

Nilai kekentalan tertentu dapat memudahkan adukan beton menempati seluruh

permukaan bekisting (sifat kemudahan dalam mengerjakan) dan memberikan

kehalusan permukaan beton segar, kekenyalan ditentukan dari :

a. Volume pasta adukan

b. Keenceran pasta adukan

c. Perbandingan campuran agregat halus dan kasar

d. Kekuatan rencana beton.

e. Penggunaan semen yang sesuai.

Terdapat beberapa metode dalam perencanaan campuran beton, antara

lain menururut SK SNI 03-2834-2000.

1. Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)

Tahapan yang dilakukan dalam perencanaan campuran beton yaitu:

a. Penetapan Kuat Tekan Beton

Penentuan kuat tekan beton berdasarkan kekuatan beton pada umur 28

hari. Pada percobaan ini direncanakan kuat tekan beton f’c 20 MPa.
35

b. Penetapan Nilai Standar Deviasi (S) berdasaran sumber: SNI 03-2834-2000.

Tabel 5. Nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian mutu


pekerjaan
Tingkat pengendalian mutu
Sd (MPa)
pekerjaan
Memuaskan 2,8
Sangat baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa kendali 8,4

Deviasi standar dihitung berdasarkan volume pembetonan yang akan

dibuat dan mutu pekerjaan. Nilai deviasi standar yang digunakan dalam

perencanaan campuran ini sebesar 7 MPa yaitu tingkat pengendalian mutu

pekerjaan jelek karena belum mempunyai pengalaman sebelumnya.

c. Menghitung nilai tambah

Nilai tambah dapat dihutung menggunakan persamaan 3.3 adapun hasilnya:

M = 1,64X7

= 11,48 MPa

=12MPa

d. Menghitung nilai kuat tekan beton rata- rata yang ditargetkan (f’cr)

menggunakan persamaan 3.4 maka

F’cr = f’c +M

= 20 + 12

F’cr = 32 MPa
36

e. Jenis semen yang ditetapkan adalah semen Portland komposit yang

penggunaanya tidak memakai persyaratan khusus, jadi sama seperti semen

tipe 1.

f. Jenis agregat halus yang digunakan yaitu alami

g. Jenis agregat kasar yang digunakan yaitu batu pecah

h. Menentukan nilai faktor air semen dengan cara menggunakan grafik

“hubungan antara kuat tekan rata-rata dan faktor air semen berdasarkan

umur benda uji dan jenis semen. Langkah penetapannya dapat dilakukan

sebagai berikut ini :

1)Lihat tabel perkiraan kuat tekan beton dibawah, dengan data jenis semen,

agregat kasar, dan umur beton yang dikehendaki. Pada grafik dibawah,

buatlah titik A dengan nilai fas yang sudah ditentukan, dan kuat tekan rata-

rata perlu yang diperoleh dari tabel. Pada titik A tersebut dibuat grafik baru,

selanjutnya ditarik garis mendatar dari sumbu tegak dikiri pada kuat tekan

rata-rata perlu memotong grafik baru tersebut. Dari titik potong itu ditarik

garis ke bawah sampai memotong sumbu mendatar dan dapat dibaca nilai

faktor air semenyang dicari. Sesuai sumber: SNI 03-2834-2000.

Tabel 6 Perkiraan Pencapaian Kekuatan Tekan Beton (MPa) Dengan FAS


Kekuatan Tekan
Jenis Bentuk
(MPa) Pada Umur
Jenis Semen Agregat Benda Uji
Kasar (Hari)
3 7 28 91
Semen Portland Batu alami 17 23 33 40
Silinder
Tipe I atau
Batu pecah 19 27 37 45
Semen tahan Sulfat Batu alami 20 28 40 48 Kubus
Batu pecah 23 32 45 54
37

tipe II, V
Semen Portland Batu alam 21 28 38 44
Silinder
tipe III Batu pecah 25 33 44 48

Kuat Tekan (MPa)

Gambar 1. Grafik hubungan Faktor Air Semen (FAS) dan kuat tekan beton

2. Penentuan Nilai Slump

Nilai slump adalah nilai kekentalan adukan beton yang diperoleh dari

hasil uji. Cara mengetahui nilai slump dengan cara beton segar diisikan ke

dalam suatu corong baja berupa kerucut terpancung, kemudian bejana ditarik

ke atas sehingga beton segar meleleh ke bawah.


38

Besar penurunan permukaan beton segera diukur pada tiga titik dan

disebut nilai slump rata-rata. Nilai slump berdasarkan pemakaian beton jenis

kontruksi tertentu dilihat pada Tabel 7 bersumber dari SNI 03-2834-2000.

Tabel 7. Penetapan Nilai Slump


Mak Mi
No Pemakaian Beton
s n
1 Dinding, plat pondasi, dan pondasi telapak tulang 12,5 5
Pondasi telapak tidak bertulang kaison, dan
2 9 2,5
struktur dibawah tanah
3 Pelat, balok, kolom, dan dinding 15 7,5
4 Pengeras jalan 7,5 5,2
5 Pembetonan massal 7,5 2,5

3. Penentuan Nilai Kadar Air Bebas

Kadar air bebas dapat membantu terjadinya proses kerusakan bahan

pangan, seperti proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik, bahkan oleh aktifitas

serangga perusak Hubungan kadar air dan air bebas atau Aw ditunjukan

dengan kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar air semakin tinggi pula

nilai Aw. Penentuan nilai kadar air bebas dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut,

bersumber dari SNI 03-2834-2000.

Tabel 8. Penentuan Nilai Kadar Air Bebas


Besar Ukuran Slump (mm)
Kerikil Maks. Jenis Batuan
0 - 10 10 - 30 30 – 60 60 – 180
(mm)
Alami 150 180 205 225
10
Batu Pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20
Batu Pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40
Batu Pecah 155 175 190 205
39

4. Perhitungan Jumlah Semen Minimum

Perhitungan jumlah semen minimum dan faktor air semen (FAS) yang

dibutuhkan dalam pencampuran beton dapat dilihat pada Tabel 9 berikut,

Sesuai Sumber: SNI 03-2834-2000

Tabel 9. Jumlah Semen Minimum Dan Nilai Faktor Air Semen (FAS)
Maksimum

Jumlah Semen Nilai Faktor


Uraian Minimum/m3 Air Semen
Beton (kg) Maksimum

Beton didalam ruang bangunan:    


a. Keadaan keliling non korosif 275 0,52
b. Keadaan keliling korosif 325 0,6
Beton diluar ruang bangunan:    
a. Tidak terlindung dari hujan dan
325 0,6
terik matahari
b. Terlindung dari hujan dan terik
275 0,6
matahari
Beton yang masuk kedalam tanah:    
a. Mengalami keadan basah dan
325 0,55
kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali
375 0,52
dari tanah atau air tanah
Beton yang berhubungan dengan air:    
a. Air tawar 275 0,27
b. Air laut 375 0,52

Kadar atau jumlah semen dapat dihitung dengan persamaan 2 :


Kadar air bebas
Kadar Semen= (2)
FAS
Hasil yang diperoleh dari rumus tersebut dibandingkan dengan nilai yang

didapat dari Tabel 9. kemudian diambil nilai tertinggi.


40

5. Penentuan Persentase Jumlah Agregat Halus dan kasar

Komposisi agregat halus dan kasar ditentukan dengan metode

penggabunganagregat dengan menggunakan persamaan 3 sebagai berikut :


xa 100−xa
Y=
1,00
× ya+ ¿ {1000
} (3)

× yb
Keterangan :

Y = Perkiraan persentase kumulatif lolos # 9.6 dan # 0.6 menurut BS

(British standard) – 882, persentase kumulatif lolos # 9.6 dan # 0.6

bisa menggunakan Spec – Ideal 135 – 882, dimana :

perkiraan persentase lolos ayakan # 9.6 = 50%

perkiraan persentase lolos ayakan # 0.6 = 18.5%

Yb = Persentase kumulatif pasir lolos ayakan # 9.6 dan # 0.6

Ya = Persentase kumulatif split lolos ayakan # 9.6 dan # 0.6

xa = Konstanta yang dicari baik dari agregat halus

x 1+ x 2 (4)
X rata−rata= persentase dariagregat halus
2
Presentase dari agregat kasar ( Xb) = 100% - Xa

6. Menentukan Berat Jenis Gabungan

Berat jenis gabungan dapat dihitung pada persamaan 5 :

(5)
xa xb
BJgab= × BJxa+ × BJxb
100 100
7. Menentukan Berat Beton Segar

Menentukan berat beton segar dapat dilakukan dengan menggunakan


41

Gambar 2 berdasarkan Grafik 16 berdasarkan berat jenis gabungan dan

kebutuhan air pencampur untuk setiap meter kubik, Sesuai Sumber: SNI 03-

2834-2000.

Berat Jenis Beton Dalam Keadaan


Basah (MPa)

2700
Berat Jenis relatf agragat kombinasi
2600 (kondisi jenuh permukaan kering)

2500
2,9
alam
³)

2400
m

2,8
g/C
etonD
asah(K

2,7
eratJenisB

2300 2,6
eadaanB

2,5
K
B

2200
2,4

2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280

Gambar 2. Perkiraan Berat Jenis Beton Basah

Cara pembuatan Grafik 16 pada Gambar 2 dapat diterangkan:

1. Tariklah garis vertikal melalui titik harga kadar air bebas yang ditentukan.

Jika agregat kasar dan halus berbeda maka perkiraan kadar air dihitung

melalui persamaan 6 :
2 1
Jumlah Air Pengaduk= ×WF + …….……
× Wc (6)
3 3
Keterangan :

Wf = Kadar air bebas agregat halus


42

Wc = Kadar air bebas agregat kasar

2. Ikuti kurva yang sesuai dengan harga berat jenis gabungan sehingga

memotong garis vertikal pada point pertama.

3. Jika dalam grafis belum ada harga berat jenis gabungan yang telah

ditentukan, buat kurva yang baru yang sesuai dengan harga berat jenis

gabungan yang telah ditentukan, yang sesuai dengan garis kurva terdekat.

Kurva itu akan memotong vertikal harga kadar air bebas.

4. Tarik garis mendatar melalui titik potong itu. Nilai itu menunjukkan nilai

berat beton segar.

H. Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton adalah besarnya pembebanan dalam batas yang

ditentukan hingga terjadi kehancuran (SNI 03- 1974-2011). Pengujian kekuatan

tekan beton dilakukan dengan menggunakan mesin tekan. Hasil massa beban

maksimum akan terbaca dalam satuan ton. Kuat tekan beton dari masing-masing

benda uji dapat dihitung dengan Persamaan 7:

σ’b = P/A (7)

Keterangan :

σ’b = Kuat tekan beton dari masing-masing benda uji (kg/cm2)

P = Beban Maksimum (kg).

A = Luas bidang tekan beton atau luas permukaan (cm2)

Standar deviasi sangat menentukan berdasarkan tingkat mutu pekerjaan

beton. Makin baik peralatan yang digunakan, pengawasan dan pelaksanaannya

maka standar deviasi yang ditentukan makin kecil, begitu pula sebaliknya.
43

Standar deviasi dapat mempengaruhi dalam perhitungan mencari nilai

kuat tekan rata-rata.

Standar deviasi dapat dihitung dengan persamaan 8:

∑(σ ' b−σ ' bm) ²


S=
√ n−1
(

8)

Sedangkan untuk mengetahui kekuatan tekan beton karakteristik dapat dihutung

dengan persamaan 9:

(9)
' '
σ bk=σ bm−(k × s)
Keterangan :

𝛔’bm = Kuat tekan beton masing-masing benda uji (kg/cm2).

𝛔’bk = Kuat tekan beton karakteristik (kg/cm2).

n = Jumlah benda uji.

S = Standar deviasi.

K = 1,64.

Bentuk dan ukuran benda uji sangat mempengaruhi kuat tekan beton

yang dihasilkan.

Adapun bentuk standar benda uji menurut Standar Nasional Indonesia

Tata Cara Perhitungan Stuktur Beton untuk Bangunan Gedung yaitu (SNI-03-

2847-2019) Bab 1 pasal 1.3 ayat 14 adalah silinder berdiameter 150 mm dan

tinggi 300 mm, namun apabila karena alasan tertentu tidak dapat membuat

silinder, maka boleh digunakan kubus sisi 150 mm. Apabila digunakan kubus sisi

150 mm, maka hasil uji kuat tekannya perlu dikalikan faktor koreksi sebesar 0,83.
44

Faktor koreksi untuk berbagai benda uji dapat dilihat pada Tabel 10, sesuai

sumber; SNI 03-2847-2002.

Tabel 10. Perbandingan Kekuatan Beton Pada Berbagai Benda Uji.


Benda Uji Perbandingan Kekuatan Tekan
Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95
Silinder 15 x 30 cm 0,83

Data kuat tekan sebagai dasar perancangan, dapat menggunakan hasil uji

kurang dari 28 hari berdasarkan data rekaman yang lalu untuk kondisi pekerjaan

yang sama dengan karakteristik lingkungan dan kondisi yang sama. Apabila tidak

ditentukan dengan percobaan-percobaan, maka untuk mengetahui kuat tekana dan

pemeriksaan mutu beton. Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur

terhadap beton yang berumur 28 hari, dapat diambil menurut Tabel 11 yang

bersumber dari Tjokrodimulyo, 2007

Tabel 11. Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai Umur.


Semen Portland Biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00
Semen Portland
Dengan Kekuatan 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00
Awal Yang Tinggi

Mutu Beton untuk berbagai tingkatan dapat dilihat pada Tabel 12, yang

bersumber dari SNI 03-6468-2000.

Tabel 12. Mutu Beton


Jenis Beton Mpa Kg/cm2
Mutu Tinggi ≥ 41 ≥ 418
Mutu Sedang 21 - <40 214 – 408
Mutu Rendah ≤ 20 ≤ 203

I. Penelitian Terdahulu

Telah ada penelitian yang dilakukan tentang penggunaan abu ampas kopi
pada beton yaitu:
45

1. Kuat tekan beton yang mengandung abu ampas kopi dengan bahan tambah

superplasticizre (Alkhaly & ya’qub, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui nilai kuat tekan dari beton yang mengandung abu ampas kopi

(AAK) sebesar 5% dengan bahan tambah superplasticizer pada variasi 0,5%,

1%, dan 2% dari berat semen. Abu ampas kopi didapat dengan cara dibakar

pada suhu 7000C, kemudian dihaluskan hingga lolos saringan no. 200 (75μm).

Benda uji yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter 150 mm x 300

mm sebanyak 40 buah. Mutu beton yang direncanakan adalah 35 MPa dengan

fas 0,385. Hasil pengujian kuat tekan beton normal pada umur 28 hari (BN)

sebesar 35,98 MPa. Pada pengurangan air adukan 10% dan penambhan

superplasticizer 0,5%, 1%, dan 2% didapat nilai kuat tekan sebesar 42,43 MPa,

43,33 MPa, dan 47,83 MPa, meningkat sebesar 17% sampai 33% dari kuat

tekan tekan beton normal. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa substitusi

abu ampas kopi 5% terhadap berat semen tanpa superplasticizer memberi

peningkatan kuat tekan sebesar 3,78% dari beton normal. Pada substitusi AAK

sebesar 5% dan dengan bahan tambah superplasticizer sebesar 0,5%, 1%, dan

2%, dihasilkan kuat tekan masing-masing sebesar 44,71 MPa,45,90 MPa dan

49,74 MPa. Ketiga mutu beton ini dapat dikategorikan dalam beton mutu

tinggi.

2. Penggunaan abu sekam padi sebagai pengganti semen pada beton geopolimer

(Yoga Sandya & Prihantono, 2019). Beton geopolimer adalah beton yang

material utamanya mengandung bahan yang bersifat pozzolan. Pozzolan adalah

bahan yang mengandung senyawa silica dan alumina. Dengan bentuknya yang
46

halus, pozzolan dapat direaksikan dengan alkali activator. Prekursor atau

material alternatif pengganti semen sebagai bahan pengikat dalam beton

geopolimer biasanya menggunakan abu terbang (fly ash), abu sekam padi

( RHA), ampas tebu,cangkang telur, dan lain-lain, yang banyak mengandung

silikon dan aluminium. Sebagai aktifator pada umumnya digunakan natrium

hidroksida (NaOH) dan sodium silikat (Na2SO3). Material alterntif pengganti

semen yang digunakan dalam penelitian iniadalah abu sekam padi. Abu sekam

padi dapat digunakan sebagai alternatif pengganti semen dikarenakan abu

sekam padi bersifat pozzolan dan mengandung silika sekitar 87-97%. Zat kimia

tersebut adalah zat yang terdapat pada semen. Abu sekam padi pada penelitian

ini akan dibakar hingga suhu 8000C. Alkali activator yang digunakan adalah

natrium hidrodsida (NaOH) dan sodium silikat (Na2SO3) dengan perbandingan

65%, 35%, 70%, 30% dan 75%, 25% dari berat precursor. Penelitian ini

bertujuan untuk menghitung kebutuhan mix design dari beton geopolimer

menggunakan SNI 03-2834-2000 tata cara pembuatan rencana campuran beton

normal.

3. Fly ash sebagai bahan pengganti semen pada beton (Mira setiawati, 2018).

Pemanfaatan fly ash sebagai material bembentuk beton merupakan dampak

positif jika ditinjau dari segi lingkungan. Fly ash merupakan sisa pembakaran

abu batu bara yang sangat halus. Kehalusan butiran fly ash berpotensi terhdap

pencemaran udara. Penanganan fly ash pada saat ini masih terbatas pada

penimbunan di lahan kosong. Pada penelitian ini, akan mengidentifikasi

manfaat fly ash sebagai material pengganti semen pada beton. Identifikasi
47

material fly ash menitik beratkan pada pengaruh penggunaan material ini

terhadap kuat tekan beton khususnya pada awal umur beton.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan

fly ash sebagai bahan pengganti semen terhadap kuat tekan beton. Persentase

fly ash yang digunkan berfariasi, mulai dari 5% sampai 12,5%, dengan

interval penggunaan fly ash sebesar 2,5%. Beton akan di uji pada ukur 3, 7,

14, dan 28 hari setelah terlebih dahulu dilakukan curing.

Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk kubus sebanyak 96

benda uji dimana untuk setiap variasi sebanyak 12 benda uji. Dari penelitian

ini diperoleh bahwa nilai kuat tekan tertinggi pada penggunaan 12,5% fly ash,

yaitu 404,03 kg/cm2 pada umur 28 hari dengan persentase peningkatan

27,95%. Pada awal umur betonnilai kuat tertinggi pada penggunaan fly ash

12.5%, sebesar 231,04 kg/cm2 dengan persentse peningkatan sebesar 60%

terhadap beto normal. Dapat disimpulkan bahwa pada awal umur beton,

penggunaan fly ash mempengaruhi kekuatan beton. Persentase penggunaan

fly ash 12,5% pada beton, akan menghasilkan beton dengan kuat tekan

maksimum.

4. Pengaruh abu ampas tebu sebagai bahan pengganti sebagian semen terhadap

kuat tekan beton dengan fas 0.6 (Ridwansyah, 2020). Abu ampas tebu adalah

sisa dari pembakaran ampas tebu yang dimanfaatkan dari limbah yang dibuang

dari penjualan minuman air tebu. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh abu ampas tebu sebagai bahan pengganti sebagian semen

terhadap kuat tekan beton dengan faktor air semen 0.6, dengan substitusi
48

variasi 5%, 7.5%, dan 7,5% dari berat semen, menggunakan benda uji silinder

berukuran dimeter 10 cm x tinggi 20 cm. hasil kuat

5. Penggunaan abu sekam padi sebgai material pengganti semen dan limbah

serbuk marmer sebagai pengisi pada campuran beton (Rofiqi, M, Ainur 2016).

Keberadaan beton yang semakin meningkat guna pertumbuhan atau

perkembangan industry konstruksi di dunia, tanpa disadari ketersediaan

komponen campuran beton di alam secara potensial dapat dimanfaatkan

manusia tetapi tidak bertambah jumlahnya atau tidak dapat diperbaharui, dalam

penelitian ini memfokuskan peran penambahan limbah sebagai pengganti

semen.secara garis besar, semen merupakan salah satu komponen beton yang

60-65% berasak dari oksida kapur, yang berfungsi sebagai perekat agregat dan

pengisi rongga pada beton. Penggunaan abu sekam padi sebagai pengganti

semen dan limbah serbuk marmer sebagai pengisi atau filler pada campuran

beton bertujuan untuk mengetahui pengaruh besarnya penggunaan kedua bahan

tersebut terhadap kuat tekan beton jika dilihat dari presentase perbedaannya.

Melalui metode eksperimental laboratorium dengan penggunaan komposisi

penggunaan bahan yang dipakai dalam campuran beton yaitu: ASP 0%, LSM

0%, ASP 10%, LSM 0%, ASP 10%, LSM 20%, ASP 15%, LSM 0%, dan ASP

15%, LSM 20% dari berat semen.pengujian yang dilakukan dalam pengujian

kuat tekan beton pada benda uji umur 7,14,28 hari. Metode perancangan

campuran yang digunakan adalah Doe (British Department Of Environment)

dengn kuat tekan rencanabeton normal sebesar 18.7 MPa. Hasil pengujian kuat

tekan beton menunjukan bahwa penggunaan abu sekam padi (ASP) dan limbah
49

serbuk marmer (LSM) pada campuran beton dapat mempengaruhi nilai kuat

tekan beton. Pengaruh yang terjadi adalah semakin meningkatnya nilai kuat

tekan beton jika dibandingkan dengan kuat tekan beton normal. Pengunaan

ASP sampai kadar 0-15% dengan penambahan 0% LSM dapat meningkatkan

nilai kuat tekan. Penambahan 20% LSM sebagai filler pada campuran beton

ASP 10% dapat meningkatkan kuat tekan. Sedangkan penambahan 20% LSM

sebagai filler pada campuran beton ASP 15% dapat menurunkan nilai kuat

tekan, namun lebih tingi dari beton normal.

Anda mungkin juga menyukai