Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton terbentuk dari campuran agregat halus, agregat kasar, semen dan air
dengan perbandingan tertentu. Beton merupakan suatu bahan konstruksi yang
banyak digunakan pada pekerjaan struktur bangunan di Indonesia karena banyak
keuntungan yang diberikan diantaranya adalah bahan-bahan pembentukannya
mudah diperoleh, mudah dibentuk, mampu memikul beban yang berat, tahan
terhadap temperatur yang tinggi, biaya pemeliharaan kecil.
Yang perlu disadari benar dalam pembuatan beton disini ialah perencangan
komposisi bahan pembentukan beton, yang merupakan penentu kualitas beton,
yang berarti pula kualitas sistem stuktur total.
Untuk memahami dan mempelajari seluruh perilaku elemen gabungan
pembentuk beton diperlukan pengetahuan tentang karakteristik masing-masing
komponen pembentuk beton yaitu semen, agregat halus, agregat kasar, dan air.
Kekuatan beton pada umur tertentu tergantung pada perbandingan berat air dan
berat semen dalam campuran beton.
Pada dasarnya beton memiliki sifat dasar, yaitu kuat terhadap tegangan
tekan dan lemah terhadap tegangan tarik. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh jenis
bahan penyusunnya, jika bahan penyusunnya bagus, solid maka nantinya akan
menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan tinggi.
Kelompokan dan kerjasama susunan bahan beton sangat bepengaruh untuk
memenuhi kuat tekannya. Salah satu faktor kekompakan beton adalah agregat
kasar. Dalam penelitian ini agregat kasar ditinjau dari :
1. Bentuk
2. Ukuran (diteliti pengaruh variasi ukuran agregat1/1, ½, 2/3, 2/3, 3/5)
3. Ketajaman / kekerasan
4. Kekerasan
Dengan mengacu pada berbagai referensi beton dan penelitian yang telah
dilakukan sebelumya, maka penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat

1
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pendahuluan

menambah informasi mengenai pengaruh variasi dimensi agregat kasar pada mutu
beton.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum beton ini adalah :
1. Mengaplikasikan teori dari kuliah beton yang diterima dari kampus
untuk keperluan pelaksanaan di lapangan atau dunia kerja.
2. Mencari dan mengikuti materi yang diberikan pembimbing dalam
praktikum beton yang nantinya akan diterapkan dalam pelaksanaan di
lapangan.
3. Mengetahui berbagai macam uji atau tes beton guna menentukan sifat
dan karakteristik beton tersebut sehingga dapat dijadikan referensi
untuk pekerjaan sipil.
4. Menyusun laporan tentang hal-hal yang diterima selama mengikuti
praktikum laboratorium beton yang mencakup semua materi yang
diikuti.
1.3 Landasan Teori

1.3.1 Pengertian Beton


Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau
semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan tambahan(admixture). Seiring dengan penambahan umur, beton akan
semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.
Beton memiliki daya kuat tekan yang baik oelh karena itu beton banyak dipakai
atau dipergunakan untuk pemilihan jenis struktur terutama struktur bangunan,
jembatan dan jalan.
Beton terdiri dari ± 15 % semen, ± 8 % air, ± 3 % udara, selebihnya pasir
dan kerikil. Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai sifat yang berbeda-
beda, tergantung dengan cara pembuatannya. Perbandingan campuran, cara
pencampuran, cara mengangkut, cara mencetak, cara memadatkan, dan sebainya
akan mempengaruhi sifat-sifat beton. (Wuryati, 2001).

AlhaYobi – M1C119007 2
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pendahuluan

1.3.2 Bahan Pembentuk Beton


Beton terdiri dari empat bahan pokok yaitu semen, air, agregat halus,
agregat kasar, dan dapat juga ditambah dengan bahan tambah atau "additive"
untuk tujuan tertentu.
1. Semen Portland
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan dan memanaskan bahan dengan suhu yang cukup tinggi dari
bahan dasar yang berupa kapur, silikat, alumina dan besi oksida. Sifat-sifat
kimia dari bahan pembentuk ini mempengaruhi kualitas semen yang
dihasilkan. Sebagai hasil perubahan susunan kimia yang terjadi, diperoleh
susunan kimia yang komplek. Walaupun demikian pada dasarnya dapat
disebutkan 4 unsur yang paling penting pembentuk semen, yaitu :
a. Tricalsium Silikat ( C3S )
b. Dicalsium Silikat (C2S )
c. Tricalsium Aluminat ( C3A )
d. Tetracalsium Aluminoferrite ( C4AF )
Kehalusan diwaktu menggiling dari bahan-bahan pembentuk juga
mempengaruhi kualitas semen. Semakin halus penggilingan, semakin cepat
ikatan yang teijadi dan juga mengurangi "bleeding" pada betonnya. Akan
tetapi semakin cepat ikatan awal akan menyebabkan beton cenderung retak,
akibat dari suhu yang tinggi selama proses kimia yang teijadi antara semen
dan air. (Murdock, 1986)
Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara
mengubah persentase 4 komponen utama semen dapat menghasilkan
beberapa jenis semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland di Indonesia
(PUBI1982) dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
a. Tipe I (Normal Portland Cement)
semen yang dipakai untuk penggunaan umum dan tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada
jenis-jenis lain.
b. Tipe II (Modified Portland Cement)

AlhaYobi – M1C119007 3
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pendahuluan

semen portland dalam penggunaanya memerlukan ketahanan


terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Tipe III (High Early Strength Portland Cement)
semen portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi.
d. Tipe IV (Low Heat Portland Cement)
semen portland yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan panas hidrasi yang rendah.
e. Tipe V (Sulfat Resisting Portland Cement)
semen portland yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.
Adapun faktor-faktoryang berpengaruhdalam pengikatan semen adalah:
a. Kehalusan semen, semakin halus butiran akan semakin cepat
waktu pengikatan.
b. Jumlah air, pengikatan semen akan makin cepat bila jumlah air
berkurang.
c. Temperatur, waktu pengikatan akan semakin cepat jika
temperatur makin tinggi.
d. Penambahan zat kimia.
2. Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun
harganya paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta
untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar mudah dapat
dikerjakan dan dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air dibutuhkan
sekitar 30% berat semen saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air
semen yang dipakai sulit kurang dari 35%. Kelebihan air ini yang dipakai
sebagai pelumas. Tetapi perlu dicatat bahwa tambahan air untuk pelumas ini
tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton menjadi rendah serta
betonnya porous.
Kekuatan beton dan daya tahannya berkurang jika air yang digunakan
mengandung kotoran. Pengaruh pada beton antara lain pada lamanya waktu
ikatan awal adukan beton, serta kekuatan betonnya setelah mengeras.

AlhaYobi – M1C119007 4
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pendahuluan

Adanya butiran melayang atau lumpur dalam air diatas 2 gram perliter dapat
mengurangi kekuatan beton. Air yang berlumpur terlalu banyak dapat
diendapkan dulu dalam kolam pengendap sebelum dipakai .Dalam
pemakaian air untuk beton, sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari
2 gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garaman yang dapat merusak beton
(asam, zat orgaik lainnya) lebih dari 15 gram/liter
c. Tidak mengandung klorida (CI) lebih dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk
pengadukan, tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang
dapat merusak warna permukaan hingga tidak sedap dipandang. Besi dan
zat organis dalam air umumnya sebagai penyebab utama pengotoran atau
perubahan warna, terutama jika perawatan cukup lama.
3. Agregat
Umumnya kandungan agregat (kasar dan halus) meliputi 60% - 70%
volume beton. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga
seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen dan
rapat, dimana agregat berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah
diantara agregat berukuran besar. Penilaian agregat ditentukan oleh bentuk
butir dan permukaan, kemulusan, kekerasan, kebersihan dan ukuran serta
gradasinya.
Karena agregat merupakan bahan yang terbanyak di dalam beton,
maka semakin banyak persentase agregat dalam campuran akan semakin
murah harga beton, dengan syarat campurannya masih cukup mudah
dikerjakan untuk elemen struktur yang memakai beton tersebut.
Dalam perancangan campuran beton, faktor kelembaban agregat
memegang peranan yang cukup penting, dan hal ini berkaitan dengan fas
yang terjadi. Kondisi kelembaban suatu agregat dapat dibagi antara lain
sebagai berikut :

AlhaYobi – M1C119007 5
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pendahuluan

a. Kering oven ("oven dry"), kondisi ini biasanya dapat dicapai


melalui proses pemanasan hingga agregat mencapai kekeringan
total.
b. Kering udara ("air dry"), agregat masih mengandung air
sebagian (tidak jenuh).
c. Jenuh kering permukaan ("saturated surface dry), agregat jenuh
air tetapi permukaannya kering. Pada kondisi ini agregat tidak
menyerap air dan juga tidak menambah kandungan air pada
campuran yang ada. Keadaan ini disebut dengan SSD. Pada
umumnnya rancangan campuran didasarkan pada keadaan SSD.
d. Lembabfoasah ("damp/wet"), pada kondisi ini agregat sudah
melampaui keadaan jenuhnya, sehingga pada permukaan agregat
kelihatan basah.

1.3.3 Sifat dan Karakteristik


Sifat dan karakteristik beton yaitu
1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang
tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang
memikul momen lengkung atau tarikan
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi
retak yang semakin lama semakin besar
4. .Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan
dikenal dengan proses hidrasi.
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar
butiran sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah.
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran
semen berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan
berkurang.
7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk
memeriksa dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan
kekuatan beton yang tinggi.

AlhaYobi – M1C119007 6
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pendahuluan

8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus


dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.
9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen
konstruksi akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya
10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang
balok, maka dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarikada
beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima
gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.
11. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang
relative rendah.
12. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya
mencapai 50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai
kekakuan tinggi serta aman terhadap bahaya kebakaran.
13. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri
konstruksi.Dengan massa jenis γc sekitar 2400 kg/m3 bahan ini
memiliki berat jenis 23,54 kN/m3 ( 1000g kg setara dengan 1 kN, di
mana gravitasi dalam cm/dt2 ), mengakibatkan bangunan beton sangat
berat
14. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu
berupa susut dan rangkak.

1.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton


Secara umum kelebihan beton yaitu
1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar yang
umumnya tersedia di dekat lokasi pembangunan, kecuali semen
portlad. Hanya untuk daerah tertentu yang sulit mendapatkan pasir
atau kerikil harga beton menjadi agak mahal
2. Termasuk bahan awet, tahan aus, tahan kebakaran, tahan terhadap
pengkaratanatau pembusukan, sehingga biaya perawatan murah
3. Kuat tekannya cukup tinggi, sehinnga jika dikombinasikan dengan
baja tulangan yang kuat tariknya akan mampu digunakan untuk
struktur berat. Baja tulangan boleh dikatakan mempunyai koefisien

AlhaYobi – M1C119007 7
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pendahuluan

muai yang hampir sama. Saat ini beton bertulang banyak dipakai
untuk pondasi, kolom, balok, dinding, jalan raya, landasan pesawat
udara, gedung, penampung air, pelabuhan, bendungan, jembatan dan
sebagainya.
4. Beton segar dapat dengan mudah diangkat maupun dicetak dalam
bentuk maupun ukuran sesuai keinginan. Cetakan dapat pula dipakai
beberapa kali sehingga secara ekonomi menjadi murah.
Walaupun beton mempunyai beberapa kelebihan, namun beton juga
memiliki beberapa kekurangan. Menurut Tjokrodimuljo (2007), kekurangan beton
dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Bahan dasar penyusun beton agregat halus maupun agregat kasar
bermacan-macam sesuai dengan lokasi pengambilannya, sehingga
cara perencanaan dan cara pembuatannya bermacam-macam pula.
2. Beton keras mempunyai beberapa kelas kekuatan sehingga harus
disesuaikan dengan bagian bangunan yang akan dibuat, sehingga cara
perencanaan dan cara pelaksanaan bermacam-macam pula.
3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau rapuh
dan mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan cara-cara
mengatasinya, misalnya dengan memberikan baja tulangan, serat dan
sebagainya
Yang sering dijumpai di lapangan adalah agregat yang kering udara atau
yang lembab/basah, sehingga dalam melakukan rancangan campuran beton perlu
diadakan koreksi terhadapagregat yangakan digunakan. Secara umum agregat
yang baik untuk pembuatan beton harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Harus bersifat kekal.
2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5% untuk agregat halus dan 1%
untuk agregat kasar.
3. Tidak mengandung bahan-bahan organis dan zat-zatyang reaktif
alkali.
4. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat terdiri dari dua jenis, yaitu :

AlhaYobi – M1C119007 8
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pendahuluan

1. Agregat kasar (misalnya kerikil, batu pecah dan pecah-pecahan dari


balst-furnace).
2. Agregat halus (misalnya pasir alami dan pasir buatan).

AlhaYobi – M1C119007 9
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pendahuluan

AlhaYobi – M1C119007 10
BAB II
PEMERIKSAAN VOLUME AGREGAT

2.1. Tujuan
Pemeriksaan berat volume agregat digunakan umtuk menentukan proporsi
agregat yang digunakan dalam campuran (berat volume agregat halus, kasar
ataupun campuran).

2.2. Landasan Teori


Agregat adalah material batuan yang didefinisikan secara umum sebagai
formasi kulit bumi yang keras dan kenyal (solid). (ASTM, 1995) mendefinisikan
batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa massa
berukuran besar atau berupa fragmen-fragmen.
Selain itu agregat juga dibagi berdasarkan ukuran butirannya, yaitu :
1. Agregat kasar, yakni yang tertahan saringan no.4 atau berukuran >
4,75mm menurut ASTM atau > 2mm menurut AASHTO.
2. Agregat halus, yakni yang lolos saringan no.4 atau berukuran <
4,75mm menurut ASTM atau < 2mm dan > 0,075mm menurut
AASHTO.
3. Bahan pengisi atau filler, termasuk agregat halus yang sebagian besar
lolos saringan no.200.
Agregat merupakan komponen utama dari konstruksi perkerasan jalan yang
berfungsi sebagai kerangka atau tulangan yang memikul beban yakni beban
kendaraan yang melewati jalan tersebut. Jumlah agregat dalam suatu campuran
lapis perkerasan jalan adalah berkisar 90% dari total berat campuran atau sebesar
75-85% dari total volume campuran sisanya adalah aspal dan mineral pengisi
(filler).
Ada dua tugas pokok yang harus dipenuhi oleh suatu campuran perkerasan
jalan yaitu :
1. Kemampuan memikul
a. Tahan terhadap perubahan akibat pembebanan
b. Tahan terhahap gesekan
c. Mendistribusikan beban kepada lapisan di bawahnya
1
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pemeriksaan Volume Agregat

2. Kemampuan terhadap keausan (non struktural)


a. Karena adanya beban lalu-lintas
b. Karena adanya pelapukan II-5
c. Kerena adanya erosi
Untuk memenuhi tugas pokok di atas, kualitas dari campuran
perkerasan jalan sangat tergantung pada :
1. Kualitas bahan pokok pembentuk campuran perkerasan yakni agregat
dan aspal
2. Gradasi, bentuk butiran dan keadaan permukaan butiran agregat Vol
Menurut Bukhari (2004) Agregat adalah sekumpul butir-butir batu
pecah, kerikil, pasir, abu batu atau mineral lainnya berupa hasil alam atau
buatan. Agregat juga dapat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit
bumi yang keras dan kenyal (solid). Agregat juga didefinisikan sebagai
batuan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun
berukuran kecil. Berdasarkan besar kecilnya butiran agregat dibagi atas
agregat halus dan agregat kasar.

2.3. Peralatan (Peralatan dan Bahan)


1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
2. Talam dengan kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh
agregat.
3. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm, yang ujungya
bulat, terbuat dari baja tahan karat.
4. Mistar perata
5. Sekop
6. wadah baja yang cukup kaku berbentuk kaku terbentuk slinder dengan
alat pemegang.

2.4. Prosedur Kerja


Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas
wadah, yaitu 2,826 liter. Keringkan dengan oven dengan suhu (110 + 5)0 C
sampai agregat mencapai berat tetap untuk digunakan sebagai benda uji.

AlhaYobi – M1C119007 2
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pemeriksaan Volume Agregat

1. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,10 mm (1,5”) dengan


cara berat isi lepas :
a. Timbang dan catat berat wadah (W1).
b. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan
butir-butir, dari ketingggian 5 cm diatas wadah dengan
menggunakan sendok atau skop sampai penuh.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2).
e. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).
2. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,10 mm (1,5”) dengan
cara Penusukan (rodding methods):
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan
sebanyak 25 kali secara merata.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata.
d. Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji (W2).
e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).

2.5. Perhitungan

2.6. Hasil dan Analisis Data

2.7. Kesimpulan

2.8. Saran

AlhaYobi – M1C119007 3
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Pemeriksaan Volume Agregat

AlhaYobi – M1C119007 4
BAB III
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR DAN HALUS

3.1 Tujuan
Menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran yang didefenisikan
sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volume agregat kering
itu sendiri.

3.2 Landasan Teori


Hasil pemeriksaan bahan campuran beton, beton sebagian besar volumenya
terdiri dari agregat kasar dan agregat halus. Karena kualitas atau mutu dari beton
sangat dipengaruhi oleh kualitas material yang digunakan, maka perlu sekali
diadakan pemeriksaan atau pengujian material dilaboratorium. Agar material yang
digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan sehingga beton yang
dihasilkan akan awet, kuat,dan ekonomis. Hasil pemeriksaan kadar air agregat
halus (Pasir). Pemeriksaan kadar air agregat halus dimaksudkan untuk
menentukan besaran nilai kadar air agregat halus dalam keadaan asli dan dalam
keadaan kering jenuh permukaan (Saturated Surface Dry). Nilai kadar air
digunakanuntuk menentukan koreksi proporsi campuran beton. Hasil pengujian di
dapat kadar air rata-rata agregat halus (pasir) dalam kondisi kering oven sebesar
4,61% dan berat jenis dalam kondisi SSD lapangan serta data dari laporan
terdahulu sehingga akhirnya diperoleh suatu kesimpulan untuk
merekomendasikan.
sebesar 2,42%. Hasil pengujian berat isi agregat halus cara gembur 1,29,
cara padat 1,48.Hasil pemeriksaan gradasi pasir lewat saringan No.200. Pencucian
pasir lewat saringan no.200 dimaksudkan untuk menentukan kadar lumpur yang
dikandung agregat halus (pasir) sehingga diketahui apakah agregat tersebut layak
untuk dipakai pada campuran beton. Hasil perhitungan didapatkan kadar lumpur
yang terkandung dalam agregat halus (pasir) sebesar 5,77 %, hasil perhitungan ini
menunjukan kadar lumpur agregat halus lebih besar dari atandar yaitu 5%,
sehingga agregat halus harus dicuci dulu sebelum digunakan. Hasil pemeriksaan
analisa saringan agregat halus. Pemeriksaan analisa saringan agregat halus
dimaksudkan untuk mengetahui ukuran butir dan gradasi agregat halus, untuk
1
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Anilisis agregat kasar dan Halus

keperluan campuran beton. Hasil perhitungan diatas dapat digambarkan grafik


daerah dradasiagregat halus sebagai berikut :

Sumber:https://publikasi,unitri.ac.id/index.php/teknik/article/download/1164/849

Sumber:https://publikasi,unitri.ac.id/index.php/teknik/article/download/1164/849

Penyerapan (absorbsi) adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering. Berat jenis dan nilai absorbsi agregat halus
digunakan dalam penentuan proporsi campuran mix desain beton. Pemeriksaan
dari absorbsi 4,63%. Ini berguna sebagai perencanaan campuran beton, saat
pembuatan sampel benda uji. Pemeriksaan dari berat jenis agregat kasar
didapatkan 2,19 gr/cm3 dan penyerapan (absorbsi ) 4,64 %. Hasil pemeriksaan
kadar air agregat kasar Pemeriksaan ini untuk menentukan kadar air agregat kasar
dalam keadaan sebenarnya dilapangan dengan cara pengeringan. Kadar air adalah
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dalam keadaan
kering lapangan. Nilai kadar air ini digunakan sebagai koreksi proporsi takaran air
untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat dilapangan. Dari
hasil perhitungan diperoleh kadar air agregat kasar adalah 1,35 % pemeriksaan

AlhaYobi – M1C119007 2
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Anilisis agregat kasar dan Halus

absorbsi adalah 4,64 %. Berat atau bobot isi adalah untuk cara gembur 1.33
gram/cm3 dan cara padat 1,57 gram/cm3

Sumber:https://publikasi,unitri.ac.id/index.php/teknik/article/download/1164/849

Sumber:https://publikasi,unitri.ac.id/index.php/teknik/article/download/1164/849

Hasil pemeriksaan slump beton. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk


menentukan nilai slump beton yang merupakan ukuran kelecakan dan kekentalan
serta tingkat kemudahan dalam pengecoran adukan beton. Dari hasil pemeriksaan
slump diketahui bahwa nilai slump tersebut dibawah nilai slump standar yaitu 10-
12 cm, hal ini disebabkan karena campuran beton yang terlalu kurus (kurang
semen). Kekurangan semen berarti kekurangan air, karena jumlah semenakan
digunakan sebagai acuan untuk menentukan kebutuhan air (FAS). Nilai slump
yang rendah mengakibatkan pemadatan lebih sulit dilakukan. hasil dari pengujian
Slump adalah

AlhaYobi – M1C119007 3
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Anilisis agregat kasar dan Halus

Sumber:https://publikasi,unitri.ac.id/index.php/teknik/article/download/1164/849

Pada umumnya beton tidak tahan terhadap serangan kimia. Biasa dijumpai
yang menyerang terhadap beton yaitu serangan alkali dan serangan sulfat. Pada
penelitian ini tidak dilakukan pengujian terhadap faktor kimia untuk material pasir
dari Handel dan krikil dari kali Wae Longge.

3.3 Peralatan
1. Alat
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
b. Talam dengan kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh
agregat. 3. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm, yang
ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat.
c. Mistar perata
d. Sekop
e. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat
pemegang
2. Bahan
a. Agregat, terdiri dari :
1) Agregat kasar (split)
a) Agregat Ø 5 – 10 mm
b) Agregat Ø 10 – 20 mm
2) Agregat halus

3.4 Prosedur Kerja


Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas
wadah, yaitu 2,826 liter. Keringkan dengan oven dengan suhu (110 + 5)0 C
sampai agregat mencapai berat tetap untuk digunakan sebagai benda uji.

AlhaYobi – M1C119007 4
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Anilisis agregat kasar dan Halus

1. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,10 mm (1,5”) dengan


cara berat isi lepas :

a. Timbang dan catat berat wadah (W1).

b. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan


butir-butir, dari ketingggian 5 cm diatas wadah dengan
menggunakan sendok atau skop sampai penuh.

c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.

d. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2).

e. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).

2. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,10 mm (1,5”) dengan


cara Penusukan (rodding methods):

a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1).

b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan
sebanyak 25 kali secara merata.

c. Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata.

d. Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji (W2).

e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).

3.5 Perhitungan
3.6 Hasil dan Analisi Data
3.7 Kesimpulan
3.8 Saran

AlhaYobi – M1C119007 5
LAPORAN PRAKTIKUM BETON (PTS.173) Anilisis agregat kasar dan Halus

AlhaYobi – M1C119007 6

Anda mungkin juga menyukai