Anda di halaman 1dari 54

Nama : Pandu Setiawan Gulo

NIM : 19.B1.0107

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini beton menjadi suatu bahan mendasar dalam suatu konstruksi. Beton memiliki
banyak fungsi dalam suatu bangunan yang terdiri dari balok, kolom, pondasi atau pelat, bahkan
bangunan airpun beton dapat digunakan seperti pembuatan saluran, bendungan, drainase, dan
sebagainya. Bisa dikatakan bahwa secara keseluruhan, infrastruktur bangunan menggunakan
beton dikarenakan karakteristik dari beton itu sendiri.
Oleh karena itu, karakteristik beton perlu dipahami sehingga keefektifannya dapat
maksimal dalam suatu pengerjaannya mulai dari awal hingga akhir prosesnya juga dapat
mengatasi masalah masalah yang dihadapi dalam pembuatannya serta memperluas fungsi dari
beton sehingga dapat digunakan dalam banyak hal terutama dalam pembangunan infrastruktur.

B. Ruang Lingkup Materi


Materi yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi tentang “TEKNOLOGI
BETON “, yang mencakup tentang bahan penyusun beton, proses pembetonan, syarat-
syarat dalam memenuhi pembetonan, pengaruh terhadap beberapa faktor, dan proses akhir
dalam pembetonan.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB II
SEMEN

A. Uraian Umum
Semen, agregat, dan air merupakan bahan utama penyusun beton. Bahan tambahan
(admixture) juga biasa dipakai jika diperlukan.
Reaksi antara air dan semen secara kimiawi akan aktif sehingga fungsi dari semen
dapat digunakan sebagai perekat agregat dan juga sebagai bahan pengisi.
Pada umumnya, rongga udara pada beton sekitar 1% - 2%, pasta semen (semen air)
sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60%
- 75%. Karakteristik, sifat, dan kekuatan dari masing-masing penyusun tersebut sangat
berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan, sehingga perlu dipelajari.

B. Jenis Semen
Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Semen non-hidrolik
Semen non-hidrolik merupakan semen yang hanya dapat mengeras diudara.
Contoh utama adalah kapur.
2. Semen hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras
didalam air. Contoh :
1) Kapur hidrolik, batu gamping menjadi bahan utama penyusun kapur hidrolik (65%-
75%) yang memiliki kandungan kalsium karbonat serta bahan pengikutnya seperti
silika, alumina, magnesia, dan oksida besi.
2) Semen pozollan, bahan yang tidak memiliki sifat penyemenan, materialnya berupa
batu bara serta produk sisa pabrikasi bahan pertanian yang mengandung unsur
silisium atau aluminium yang reaktif. Jika bereaksi dengan kalsium hidroksida
maka akan berfisat semen.
3) Semen terak, semen yang berbahan terak tanur kapur tinggi (60%) dan kapur tohor.
Terak yang dicampur dengan dengan kapur yang terhidrasi dari 20%-30% ditambah
sejumlah kecil gipsum panggang dan natrium sulfat dan terak ditambah 10% dari
gipsum dan sejumlah kecil semen portland, cocok untuk konstruksi air laut dan
konstruksi bawah tanah.
4) Semen alam, terdapat secara alamiah yaitu pembakaran batu kapur yang
mengandung lempung yang kemudian melalui proses pengerasan pada suhu
tertentu kemudian menggilingnya menjadi serbuk halus. Jenis dari semen alam ada
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

2 jenis yaitu: semen alam dicampur dengan portland cement dan semen alam yang
dicampur dengan bahan pembantu (udara). Bahan lempung pada semen ini
memberikan sifat hidrolik pada semen ini.
5) Semen portland, jenis semen yang paling umum digunakan pada pembuatan bahan
dasar konstruksi seperti beton, mortar, plester, dan lain-lain. Ciri khusus dari semen
ini adalah dapat mengeras apabila bersentuhan dengan air dan berubah menjadi
benda padat yang tidak larut dalam air. Semen ini mengandung kalsium oksida,
silikon oksida, aluminium oksida, dan oksida besi.
6) Semen portland pozollan, campuran homogen antara semen portland dengan
pozolan halus yang diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dean
pozolan bersama-sama.
7) Semen putih, semen yang mengandung bahan kapur, silika, dan oksida besi ( kurang
dari 0,5%)
8) Semen alumnia, campurana antara batu kapur (60-70%) dan bauksit (30-40%) yang
dibakar pada suhu 1600oC hingga mencair yang kemudian ditambahkan gips.

C. Syarat Mutu Semen


1. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
a) SNI 15-2049-1994, Semen portland.
b) “Spesifikasi semen blended hidrolis” (ASTM C 595 ), kecuali tipe S dan SA yang
tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
c) "Spesifikasi semen hidrolis ekspansif" (ASTM C 845).

2. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang
digunakan pada perancangan proporsi campuran.

D. Penyimpanan Semen
Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama, cara
penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989:13) yaitu :
1. Semen harus terlindung dari bahan asing yang mudah bereaksi.
2. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang tertutup, terhindar dari basah dan
lembab, dan tidak tercampur dengan bahan lain.
3. Semen harus dikelompokkan sesuai dengan jenis serta mengatur urutan
penyimpanannya untuk menghindari kemungkinan tertukarnya jenis antar semen dan
mengetahui semen mana yang harus digunakan terlebih dahulu
4. Semen curah harus disimpan didalam silo yang terbuat dari baja atau beton dan harus
terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya.
5. Jarak bebas antara bidang dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas
antara lantai dan semen sekitar 30 cm. Tinggi maksimum timbunan zak semen adalah
2 meter atau sekitar 10 zak untuk menghindari pecahnya kantong semen.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB III
AIR

A. Uraian Umum
Air dalam membuat beton memiliki fungsi untuk memicu reaksi kimiawi dari
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Dalam
hal pekerjaan beton, kualitas air yang terkandung akan sangat mempengaruhi kualitas
betonnya oleh karenanya dibutuhkan standar air yang baik untuk menghasilkan beton yang
baik pula. Perbandingan antara campuran air dan semen juga mempengaruhi reaksi kimia
yang terjadi sehingga perbandingan sangat perlu diperhatikan.

B. Sumber-sumber Air
1. Air yang terdapat di udara

2. Air hujan

3. Air tanah

4. Air permukaan

5. Air laut

C. Syarat Umum Air

1. Bahan-bahan perusak seperti oli, alkali, asam, bahan organik, garam, atau bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan jika terkandung dalam air maka
tidak diperbolehkan dalam campuran beton.
2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di dalamnya
tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak
boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
3. Air yang digunakan pada beton harus dapat diminum

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

D. Syarat Mutu Air Menurut British Standard (BS.3148-80)

Kriteria yang harus dipenuhi oleh air yang akan digunakan untuk membuat campuran
beton. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Garam-garam anorganik
Jika konsentrasi garam tersebut hingga 500 ppm dalam campuran beton, maka masih
diperbolehkan.

2. NaCl dan Sulfat


Konsentrasi sebesar 20000 ppm pada NaCl masih diijinkan. Pengaruh garam sulfat
terhadap beton adalah membuat beton tidak awet.

3. Air asam
Penggunaan air harus dengan ph dibawah 3,0, jika air mempunyai nilai asam yang
tinggi (PH>3,0) maka akan menyulitkan pekerjaan beton.

4. Air biasa
Kekuatan beton akan dipengaruhi oleh konsentrasi basa jika lebih tinggi 0,5% dari
berat semen.

5. Air gula
Waktu pengikatan dapat dipercepat dengan cara meningkatkan kadar gula dalam
campuran hingga 0,2% dari berat semen. Jika kadar gula 0,25% maka akan mempengaruhi
kekuatan beton.
6. Minyak
Konsentrasi minyak jika lebih dari 2% berat semen menyebabkan kekuatan beton akan
menurun hingga 20%.

7. Rumput laut
Kekuatan beton dapat berkurang jika air campuran beton tercampur dengan rumput laut.

8. Zat-zat organik, lanau dan bahan-bahan terapung


Air yang banyak mengandung zat organik biasanya keruh, berbau, dan mengandung
butir-butir lumut. Air ini dapat mengganggu dehidrasi semen yang dapat menyebabkan
beton mengembang dan akhirnya retak. Namun jika air yang mengandung lumpur halus
kira-kira 2000 ppm bila digunakan, harus diendapkan terlebih dahulu agar lumpur tidak
mengganggu proses hidrasi semen.

9. Pencemaran limbah industri atau air limbah


Air yang tercemar limbah masih dapat digunakan dalam campuran bila senyawa organik
diencerkan/dinetralisir sampai air hanya mengandung senyawa organik maksimum sebesar
20 ppm.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

E. Penilaian Waktu Pengikatan (Setting Time) dan Uji Kuat Tekan

Air pengaduk dianggap tidak mempunyai pengaruh berarti terhadap waktu pengikatan
dan sifat pengerasan beton jika hasil pengujian menunjukan :
1. Waktu pengikatan awal campuran beton yang menggunakan air yang digunakan
sebanding dengan campuran beton memakai air suling kurang dari 30 menit.

2. Kuat tekan rata-rata kubus beton yang dibuat dengan air yang diragukan lebih dari 90%
kuat tekan beton yang memakai air suling.

F. Analisis Kimia
1. Sulfat (SO4)
Diuji menggunakan metode turbidimetri dengan alat spektrofotometri berdasarkan
BaSO4 yang cenderung membentuk endapan dengan penambahan BaCl2. Selain itu dapat
menggunakan metode gravimetri, titrimetri, dan metode potensiometri.

2. Magnesium (Mg++)
Dintentukan dengan metode complexsimetri dengan BDTA n/28.

3. Amonium (NH4)
Metode pengujian dilakukan dengan alat spektrofotometer secara Nessler .

4. Magnesium (Cl-)
Pengujian dilakukan dengan cara titrasi AgNO4 n/10. Indikator yang digunakan adalah
indikator chormat (cara mohr).

5. pH
Pengujian dengan menggunakan kertas lakmus (PH-meter).

6. Karbondioksida (CO2)
Dapat dilakukan metode titrasi (titrasi asam-basa), Yaitu dengan penambahan indikator.
Selain itu juga dapat menggunakan kapur, semakin tinggi kadar CO2 maka kapur akan
semakin cepat larut.

7. Minyak dan lemak


Dapat diekstraksi dengan pelarut organik dalam corong pisah. Kemudian ekstrak
minyak dipisahkan dari pelarut organik secara distilasi.

8. Zat-zat yang menyusut


Pengujian dengan cara dipanaskan selama 10 menit dengan menambahkan larutan
KMnO4 untuk kemudian di titrasi.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB IV
AGREGAT

A. Uraian Umum
Agregat merupakan material pengisi dalam membentuk serta menentukan sifat motar
suatu beton. Agregat dibedakan menjadi dua yaitu kasar dan halus contohnya kerikil dan pasir.

B. Batuan
Batuan dalam penggunaannya, dibedakan menjadi dua :
1. Geologis : batuan sebagai mineral yaang berasal dari batuan yang sudah melalui proses
terbentuknya batuan.
2. Geoteknik : batuan sebagai mineral yang seluruh bagiannya dapat dibangun berbagai macam
konstruksi.
Batuan sebagai mineral dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan proses terbentuknya :
a. Batuan beku (Magma)
Terdiri atas :
 Batuan beku instrusif (batuan beku yang membeku di bawah permukaan bumi)
 Batuan beku ekstrusif (batuan beku yang membeku di permukaan bumi)
b. Batuan sedimen
Terdiri atas :
 Klastik, yang dibagi menjadi siliklastik, piroklastik, dan kapur
 Kimiawi, yang dibagi menjadi evaporit, kapir, dan lainnya
 Organik, yang dibagi menjadi kapur dan gambut
c. Batuan metamorf
Proses metamorphosis, dimana terjadinya perubahan temperatur dan tekanan
menyebabkan terbentuknya batuan metamorf. Proses ini dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Metamorfosis regional
2. Metamorfosis kontak
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

C. Agregat di Indonesia
1. Geografi, Geologi, dan Iklim
Keadaan geografi, geologi, dan iklim sangat menentukan pelapukan suatu jenis batuan,
sehingga pelapukan batuan yang dihasilkan di Indonesia pasti berbeda dengan negara lain.
Iklim menjadi pengaruh terbesar dari proses pelapukam ini. Suhu iklim akan mempengaruhi
derajat pelapukan yang mengakibatkan dekomposisi dari batuan. produk akhir dari
pelapukan adalah tanah residual.
2. Karakteristik agregat
Agregat dapat berasal dari alam ataupun agregat buatan (artificial aggregates). Pasir
alami dan kerikil merupakan contoh dari agregat alam. Sedangkan agregat buatan berasal
dari stone crusher, hasil residu terak tinggi (blast furnace slag), pecahan genteng, pecahan
beton, fly ash dari residu PLTU, extended shale, expanded slag, dan lainnya.
Batu-batuan (deposits) yang menajdi sumber daya alam dapat dihasilkan dari interaksi
antara iklim setempat dan geologinya yang disebut dengan istilah quarry, yaitu :
a. Quarry batu-batuan dari bedrock
b. Pasir sungai dan batu-batuan yang digali
c. Pasir dari pesisir pantai dan sumur-sumur yang mengandung pasir dan batu-batuan

D. Mengolah Agregat Alam


Mengolah agrerat alam sehingga menjadi agregat dengan mutu tinggi dengan biaya
rendah. Penggalian (excavating), pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing),
dan penentuan ukuran, merupakan cara pengolahan agregat.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

E. Jenis Agregat
1. Jenis agregat berdasarkan berat
Terdiri dari agregat normal, agregat ringan, dan agregat berat.
2. Jenis agregat berdasarkan bentuk
Terdiri dari agregat bulat ( bulat sebagian atau tidak teratur), agregat bersudut, agregat
panjang, agregat piph, dan agregat panjang dan pipih.
3. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaan
Secara umum dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin agak licin, namun sacara
pemeriksaan secara visual dibedakan menjadi sangat halus (glassy), halus, granular, kasar,
berkristal (crystalline), berpori, dan berlubang-lubang.
4. Jenis agregat berdasarkan ukuran butir normal
Terdiri dari :
a. Agregat halus : Ayakan dengan lubang 4.8 mm atau 4.75 mm atau 5.0 mm dapat
ditembus oleh butirnya.
b. Agregat kasar : Ayakan dengan lubang 4.8 mm atau 4.75 mm atau 5.0 mm tidak dapat
ditembus oleh butirnya ( tertinggal di atas ayakan).
5. Jenis agregat berdasarkan gradasi
Gradasi agregat ialah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini bervariasi dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi menerus (continuous
grade), dan gradasi seragam (uniform grade).

F. Kekuatan Agregat
1. Faktor yang mempengaruhi kekuatan agregat
Kekuatan suatu agregat berdasar pada tingkat kekerasan atau kekuatan butir-butirnya
yang dipengaruhi oleh bahannya namun tidak oleh lekatan antar butir.
2. Cara pengujian kekuatan agregat
Bejana rudelloff ataupun Los Angeles Test dapat digunakan untuk menguji kekuatan
agregat.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

G. Sifat-sifat Agregat dalam Campuran Beton


1. Serapan air dan kadar air agregat
Serapan air merupakan persentasi berat air yang mampu diserap oleh agregat,
sedangkan kadar air ialah banyaknya air yang terkandung dalam agregat.
2. Berat jenis dan daya serap agregat
Volume yang diisi agregat ditentukan oleh berat jenis. Berat jenis dari suatu agregat
sangat mempengaruhi banyaknya campuran agregat dalam campuran beton. Hal ini
dikarenakan berat jenis dari suatu beton berasal dari campurannya. Semakin tinggi nilai
berat jenis maka semakin kecil daya serap air agregat tersebut atau sebaliknya.
3. Gradasi agregat
Gradasi agregat yang paling sering digunakan ialah agregat normal yang harus
memenuhi syarat standar, namun untuk keperluan khusus sering digunakan agregat
ringan ataupun agregat berat.
4. Modulus halus butir
Untuk mengukur kehalusan atau kekerasan butir-butir agregat diperlukannya suatu
indek yaitu jemlah persen kumulatif dari butir agregat yang tertinggal diatas satu set
ayakan (38, 19, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15 mm) kemudian nilaiya dibagi seratus
5. Ketahanan kimia
Serangan alkali dan sulfat menjadi serangan kimia yang tidak dapat ditahan oleh
beton.
6. Kekekalan
Dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk memeriksa reaksinya terhadap
agregat
7. Perubahan volume
Reaksi kimi antar semen dan air seiring dengan mengeringnya beton sangat
memengaruhi perubahan volume pada beton.
8. Karakteristik panas (sifat thermal agregat)
Kualitas dan keawetan dari suatu beton juga dapat dipengaruhi oleh panas dari
agregat itu sendiri. Karakteristik dari panas ini adalah koefisien muai, panas jenis, dan
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

penghantar panas.
9. Bahan-bahan lain yang mengganggu
Alkali, sulfat, bahan padat yang menetap, bahan organik dan humus merupakan
bahan pengganggu pada proses pengikatan dan pengerasan beton.

H. Pemeriksaan Mutu Agregat dan Syarat Mutu Agregat


Tujuannya untuk mendapatkan bahan campuran beton yang memnuhi syarat,
sehingga nantinya beton yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.

I. Dasar Perancangan Agregat Sebagai Campuran Beton Normal menurut SK.SNI-T-


15-1990-03
Perancangan beton didasarkan pada agregatnya. Agregat yang digunakan harus
memenuhi syarat dilihat dari sumber yang digunakan maupun berat jenis agregat yang mau
digunakan.

J. Penyimpanan Agregat
1. Kedatangan sampai pengambilan kembali harus diawasi
2. Jika volume < 10 m3 maka agregat harus ditimbun di atas bak-bak lantai. Jika
sebaliknya, maka sebaiknya dibuatkan landasan menggunakan land concrete campuran
1:3:5 agar tidak tercampur saat pengambilan.
3. Agregat sebaiknya disiram menggunakan sprinkle (slang air), jika agregat yang
ditimbun dalam keadaan kering.
4. Dilakukan pengujian berkala sebagai kontrol kualitas bahan.

K. Agregat Jenis Lain dan untuk Hal-hal Khusus


1. Agregat jenis lainnya
Terdiri dari batu pecah, pecahan batu atau genteng, tanah liat bakar, herculite atau
haydite, agregat abu terbang (sintered fly – ash aggregates), dan benda limbah padat
buangan.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

2. Agregat untuk Hal-hal khusus


Untuk bahan yang harus kuat dan awet, agregat yang digunakan adalah corundum
sintetik (Al2O3) dengan berat isi murni 3.1 – 3.2 kg/dm3. Selain itu, basalt, terak tanur
tinggi, jenis – jenis logam yang merupakan jenis agregat keras juga dapat digunakan.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB V
BAHAN TAMBAHAN

A. Uraian Umum
Untuk memenuhi kecocokan suatu beton dalam suatu pekerjaan misalkan dalam
mengubah sifat-sifat, menghemat biaya, waktu yang efisien dan lain-lain, dapat dilakukan
dengan memberikan bahan tambahan pada saat atau selama pencampuran berlangsung.

B. Definisi Bahan Tambah


Jenis bahan tambahan untuk beton dikelompokan dalam lima kelompok yaitu:
accelerating, air-entraining, water reducer, and set-controling, finely devided mineral dan
miscellaneous.

C. Beberapa Alasan Penggunaan Bahan Tambah


1. Memodifikasi beton segar, mortar, dan grouting
a. Memnerikan kemudahan dalam pengerjaan tanpa mengubah sifat pengerjaannya
b. Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal dari campuran beton
c. Mengurangi atau mencegah perubahan volume beton
d. Mengurangi segregasi
e. Meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan beton segar
f. Mengurangi kehilangan nilai slump
2. Memodifikasi beton keras, mortar dan grouting
a. Mengurangi ekolusi panas selama pengerasan awal (beton muda).
b. Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur mud
c. Menambah kekuatan beton (kuat tekan, kuat lentur, atau kuat geser dari beton).
d. Menambah sifat keawetan beton.
e. Mengurangi kapilaritas dari air dan mengurangi sifat permeabilitas
f. Menghasilkan struktur beton yang baik dan menambah kekuatan ikatan beton
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

bertulang.
g. Mencegah korosi yang terjadi pada baja.
h. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.

D. Aspek Ekonomi Penggunaan Bahan Tambah


Bahan tambah merupakan pengganti dari campuran beton itu sendiri, sehingga dalam
penambahannya tidak akan memberikan perubahan besar pada komposisi dari bahan lainnya.
Namun dalam pengadaannya terdapat biaya transportasi, penempatannya di lapangan, dan biaya
penyelesaian akhir beton sehingga ini yang menjadi pertimbangan dan perhatian dalam aspek
ekonominya.

E. Perhatian Penting dalam Penggunaan Bahan Tambah Menurut SNI 2002


1. Bahan tambahan harus mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
2. Konsistensi komposisi dan kinerja yang dihasilkan oleh bahan tambahan harus sama dengan
hasil dari produk yang digunakan dalam menentukan proporsi campuran beton.
3. Pada beton prategang, beton dengan aluminium tertanam, atau beton yang dicor dengan
menggunakan bekisting baja galvanis untuk bahan tambahannya tidak boleh mengandung
klorida.
4. Bahan tambahan pembentuk gelembung udara harus memenuhi SNI 03-2496-
1991,Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.
5. Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton, pemercepat reaksi hidrasi
beton, gabungan pengurang air dan penghambat reaksi hidrasi beton dan gabungan
pengurang air dan pemercepat reaksi hidrasi beton harus memenuhi “Spesifikasi bahan
tambahan kimiawi untuk beton” (ASTM C 494) atau “Spesifikasi untuk bahan tambahan
kimiawi untuk menghasilkan beton dengan kelecakan yang tinggi " (ASTM C 1017).
6. Abu terbang atau bahan pozzolan lainnya yang digunakan sebagai bahan tambahan harus
memenuhi “Spesifikasi untuk abu terbang dan pozzolan alami murni atau terkalsinasi untuk
digunakan sebagai bahan tambahan mineral pada beton semen
portland”(ASTMC618).Kerak tungku pijar yang diperhalus yang digunakan sebagai bahan
tambahan harus memenuhi “Spesifikasi untuk kerak tungku pijar yang diperhalus untuk
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

digunakan pada beton dan mortar”(ASTM C 989).


7. Beton yang mengandung semen ekspansif harus menggunakan bahan tambahan yang cocok
dengan semen yang digunakan sehingga tidak merugikan.
8. Silica fume yang digunakan sebagai bahan tambahan harus sesuai dengan “Spesifikasi untuk
silica fume untuk digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis” (ASTM C 1240).

F. Jenis Bahan Tambah


Secara umum bahan tambah yang digunakan beton dapat dibedakan menjadi dua
yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang
bersifat mineral (additive).
1. Bahan tambah kimia
Dibedakan menjadi tujuh tipe:
a. Tipe A “Water-reducing Admixtures”
Merupakan bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi air pencampur
dengan tidak mengurangi kadar air semen dan nilai slump sehingga menghasilkan
beton dengan konsistensi tertentu dengan rasio faktor air semen (wer) yang rendah
sehingga mengakibatkan terjadinya modifikasi waktu pengikatan beton atau mortar.
Bahan tambah ini dapat berasal dari bahan organik maupun campuran anorganik.
Komposisi dari bahan tambah ini secara umum dibagi menjadi 5 kelas :
1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garam-garamnya.
5. Material lain seperti:
a. Seng, garam-garam, barak, posfat, klorida.
b. Asam amino dan turunannya
c. Korbohidrat, polisakarin, dan gula asam
d. Campuran polimer, seperti eter, melamic, naptan, silicon, hidrokarbon-
sulfat.
Air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding, dan kehilangan air

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

pada saat beton segar, laju pengerasan, kekuatan tekan dan lentur, ketahanan terhadap
perubahan volume, susut pada saat pengeringan, menjadi hal yang yang harus
diperhatikan untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran
terhadap bahan tambah tersebut.

b. Tipe B “Retarding Admixtures”


Berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton dan memperpanjang
waktu pemadatan untuk menghindari cold joints dengan tujuan menghindari dampak
penurunan saat pengecoran beton segar dilaksanakan.

c. Tipe C “Acceleration Admixtures”


Berfungsi untuk mempercpat proses pengikatan dan pengembangan kekuatan
awal beton sehingga waktu pengeringan dan pencapaian kekuatan beton semakin
cepat.
Secara umum dikelompokkan menjadi tiga :
1. Larutan garam organik
2. Larutan campuran organik
3. Material miscellaneous

d. Tipe D “Water Reducing and Retarding Amixtures”


Memiliki fungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur dengan
konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal.

e. Tipe E “Water Reducing and Acceleration Admixtures”


Memiliki fungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pencampur dengan
konsistensi tertentu dan mempercepat pengikatan awal.

f. Tipe F “Water Reducing, High Range Admixtures”


Berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur dengan konsistensi tertentu
dengan jumlah minimal 12%.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

g. Tipe G “Water Reducing, High Range Retarding Admixtures”


Berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur dengan konsistensi tertentu
dengan jumlah minimal 12% serta dapat menghambat pengikatan beton.

2. Bahan tambah mineral (additive)


Bahan tambah yang Memiliki sifat penyemenan dengan fungsi untuk memperbaiki kerja
beton. Pozzolan, fly ash, slag, dan silica fum merupakan contoh dari bahan tambah mineral
ini. Keuntungan dari penggunaan bahan ini adalah :
a. Memperbaiki kinerja warkability
b. Mengurangi panas hidrasi
c. Mengurangi biaya pekerjaan beton
d. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
e. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
f. Mempertinggi usia beton
g. Mempertinggi kekuatan tekan beton
h. Mempertinggi keawetan beton
i. Mengurangi penyusutan
j. Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton

3. Bahan tambah lainnya


a. Air entraining
Berfungsi untuk mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan
menambahkan dan menambahkan ketahanan awal beton dengan membentuk gelembung
udara berdiameter ≤ 1 mm.
b. Beton tanpa slump
Karena memiliki ukuran slump sebesar ≤ 1 inch (25,4 mm) sesaat setelah
pencampuran maka dikatakan beton tanpa slump. Penggunaan bahan tambah ini
dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat beton yang diinginkan seperti sifat
plastisnya, waktu pengikatan dan pencapaian kekuatan, efek beku-cair, kekuatan dan
harga dari beton tersebut.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

c. Polimer
Berfungsi untuk menghasilkan kekuatan beton yang tinggi sebesar ≥ 15.000 psi
(1000 psi = 6,9 Mpa) dan kekuatan belah tariknya sekitar ≥ 1.500 psi. Cara produksi
dengan menggunakan polimer ini yaitu dengan memodifikasi sifat beton dengan
mengurangi air dilapangan atau menjenuhkannya dan memancarkannya pada temperatur
yang sangat tinggi di laboratorium.
d. Bahan pembantu untuk mengeraskan permukaan beton (hardener concrete)
Bebanan yang mengalami pergerakkan pada suatu permukaan beton, misalnya
seperti lantai terhadap alat-alat bengkel yang berat akan menyebabkan pangausan pada
permukaan beton tersebut seiring dengan bertambahnya waktu. Sehingga untuk
menghidari hal tersebut, maka dapat digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan beton
yaitu agregat yang terbuat dari bahan kimia dan agregat metalik yang terdiri dari butiran-
butiran halus.
e. Bahan pembantu kedap air (Water Proofing)
Untuk beton yang terletak di dalam air atau dekat dengan permukaan air tanah
harus memiliki sifat kedap air. Pada saat pencampuran, beton harus menggunakan bahan
yang mempunyai partikel-partikel halus dan gradasi yang menerus sehingga mengurangi
permeabilitas air.
f. Bahan tambah pemberi warna
Pemberian warna pada beton biasanya dilakukan pada beton yang diexpose
permukaannya dengan tujuan untuk keindahan. Cat (coating) merupakan bahan yang
biasanya digunakan untuk memberikan warna dengan cara dilapis setelah pengerjaan
beton selesai. Selain dengan cara dilapis, terdapat juga cara lain yaitu dengan
menambahkan bahan pewarna seperti oker pada saat pencampuran.
g. Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dengan beton baru (bonding agent
for concrete)
Bonding agent merupakan larutan polimer yang menjadi bahan tambahan agar
terjadi ikatan yang menyatu antara permukaan beton lama dengan permukaan beton baru.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

G. Bahan Tambah Kimia menurut Draft Pedoman Beton 1989


1. Syarat umum mutu bahan tambah
a. Beton yang pembuatannya menggunakan jenis-jenis bahan tambah harus memenuhi
ASTM C.494, Standard Spesification for Chemical Admixtures for Concrete.
b. Bahan tambah yang disediakan harus dinyatakan oleh produsen sama dengan bahan yang
diujikan untuk memenuhi persyaratan mutu.
c. Bahan tambah yang digunakan untuk beton pra-tekan, harus dinyatakan secara tertulis
kadar klorida di dalam bahan tambah dan kadar klorida yang sudah ditambahkan selama
pembuatannya oleh produsen.
2. Keseragaman dan kesamaan (komposisi)
a. Pengujian dilakukan terhadap contoh awal dan hasil uji dijadikan referensi
b. Analisi infra red dimana contoh awal dengan contoh dari suatu lot melalui spectra absorbs
harus memiliki hasil yang sama.
c. Berat jenis bahan tambah cair, perbadaan contoh awal dengan air suling dan dengan
contoh dari lot kurang dari 10%.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB VI
BETON

B. Uraian Umum
Pada perkembangan industri konstruksi di Indonesia saat ini, beton (concrete) menjadi
material yang paling banyak digunakan yang biasanya dipadukan dengan baja (composite) yaitu
hampir 60% bagian dari suatu pekerjaan konstruksi.
Terdapat dua aspek kriteria perancangan beton yang harus dipenuhi yaitu memiliki biaya yang
relatif murah (aspek ekonomi) dengan kekuatan struktur yang baik (aspek teknik).

C. Terminologi
Campuran semen portland atau sembarang semen hidrolik yang lain, agregat halus,
agregat kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan merupakan definisi
dari beton menurut Pedoman Beton 1989. Macam dan jenis beton menurut bahan
pembentukannya adalah beton normal, bertulang, pra – tekan, beton ringan, beton tanpa
tulangan, dan beton fiber.

D. Umur Beton
Umur beton sangat mempengaruhi pertambahan kekuatan tekan beton. Selama 28
hari awal, kekuatan beton akan naik secara cepat (linier), namun setelah itu kenaikannya
akan kecil. Pada saat umur 28 hari kekuatan tekan rencana beton dihitung.

E. Kelebihan dan Kekurangan Beton


1. Kelebihan
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi
b. Mampu memikul beban yang berat
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi
d. Biaya pemeliharaan yang kecil

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

2. Kekurangan
a. Bentuk yang telah dibuat tidak dapat diubah
b. Membutuhkan ketelitian yang tinggi pada pelaksanaan pekerjaan
c. Berat
d. Daya pantul suara yang besar

F. Kekuatan Tekan Beton (f’c)


Mutu suatu beton berbanding lurus dengan tingkat kekuatan strukturnya. Kekuatan
beton dinotasikan sebagai berikut.

f’c : kekuatan tekan beton yang disyaratkan (MPa)

fck : kekuatan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji kubus 150 mm atau dari
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm (MPa)

fc : kekuatan tarik dari hasil uji belah silinder beton (MPa)

f’cr : kekuatan tekan beton rata – rata yang dibutuhkan, sebagai dasar pemilihan
perancangan campuran beton (MPa)

S : deviasi standar (s) (MPa)

Kriteria penerimaan beton harus sesuai dengan standar yang berlaku. Menurut
Standar Nasional Indonesia, kuat tekan harus memenuhi 0.85 f’c untuk kuat tekan rata – rata
dua silinder dan memenuhi f’c + 0.82 s untuk rata – rata empat buah benda uji yang
berpasangan.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Tekan Beton


 Bahan-bahan penyusun beton
 Metode pencampuran
 Perawatan
 Keadaan pada saat dilakukan percobaan

H. Campuran Pasta Semen Segar dan Beton


1. Faktor Ait Semen (FAS)
Untuk mendapatkan mutu kekuatan suatu beton nilai FAS harus seimbang dalam arti
tidak tinggi ataupun rendah. Umumnya nilai FAS minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan
maksimum 0,65.

2. Kehalusan Butir Semen


Semakin halus suatu butiran semen, maka kekuatan beton akan lebih cepat
tercapai. Hal ini dikarenakan proses hidrasi semen yang semakin cepat sehingga waktu
yang dibutuhkan semen untuk mengeras semakin cepat.
3. Komposisi Kimia
Sifat semen dapat juga dipengaruhi oleh komposisi kimia yang akan mempengaruhi
naiknya kekuatan dari beton yang dibuat.

I. Sifat dan Karakteristik Campuran Beton


1. Sifat dan Karakteristik bahan penyusun
Sifat dan karakteristik suatu beton dipengaruhi oleh bahan penyusunnya yaitu agregat.
Hal ini didasarkan pada proporsi campuran agregat pada beton sekitar 70-80%. Sehingga
untuk mendapatkan kualitas beton yang baik, maka mutu agregat yang menjadi penyusunnya
juga harus baik.
2. Metode Pencampuran
a. Penentuan proporsi bahan (mix design)
Perancangan beton (mix design) bertujua untuk menetukan proporsi
campuran dari bahan-bahan penyusun beton dengan tujuan agar dapat memnuhi
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

syarat kekuatan serta memnuhi aspek ekonomis. Metode yang dapat digunakan
untuk menentukan proporsi campuran, diantaranya adalah:

1) Metode American Concrete Institute

2) Portland Cement Association

3) Road Note No. 4

4) British Standard, Department of Engineering

5) Departemen Pekerjaan Umum

6) Cara coba-coba
b. Metode Pencampuran (mixing)
Metode pencampuran bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dalam
pengerjaan yaitu kemudahan untuk dikerjakan, dituangkan, dan dipadatkan yang
diindikasikan melalui slump test; semakin tinggi nilai slump maka semakin mudah
untuk dikerjakan. Namun nilai slump yang terlalu tinggi akan membuat beton
kropos setelah mengeras karena air yang terjebak di dalamnya menguap sehingga
nilai dari slump harus dibatasi. Metode pengadukan juga menentukan sifat dari
beton, walaupun rencana dan syarat mutu telah terpenuhi.
c. Pengecoran (placing)
Kekuatan beton terutama pada kekuatan tekan sangat dipengaruhi oleh
metode pengecorannya.
d. Pemadatan
Untuk mencapai mutu suatu beton yang baik maka pemadatan harus
sempurna dalam arti tidak kurang maupun berlebih karena akan menyebabkan tidak
terjadinya pencampuran bahan yang homogeny ataupun bleeding. Untuk
mendapatkan kepadatan yang baik harus dilakukan sesuai dengan syarat mutu
ataupun dengan cara melihat manual pemadat secara efisien dan efektif.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

3. Perawatan
Perawatan dimaksudkan untuk menghindari panas hidrasi yang tidak
diinginkan, terutama disebabkan oleh suhu. Cara, bahan, dan alat yang digunakan untuk
perawatan akan menentukan sifat dari beton keras yang dibuat, terutama dari sisi
kekuatannya. Waktu – waktu yang dibutuhkan umtuk merawat beton pun harus
terjadwal dengan baik.

4. Kondisi pada saat pengerjaan pengecoran


Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain bentuk dan ukuran, kadar air, suhu, keadaan
permukaan landasan, dan cara pembebanan.

J. Sifat dan Karakteristik yang dibutuhkan pada perancangan Beton


1. Kuat Tekan

2. Kemudahan pengerjaan

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

3. Rangkak Susut

Gambar 6.2 Kurva Waktu Regangan


Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak dan susut dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Sifat bahan dasar beton (komposisi, dan kehalusan semen, kualitas adukan, dan
kandungan mineral dalam agregat),
b. Rasio air terhadap jumlah semen,

c. Suhu pada saat pengerasan,


d. Kelembaban nisbi pada saat proses pengunaan,
e. Umur beton pada saat beban bekerja,
f. Nilai slump,
g. Lama pembebanan,
h. Nilai tegangan,
i. Nilai rasio permukaan komponen struktur.

K. Kinerja Beton
Kinerja beton mempunyai sifat dan karakteristik yang dipengaruhi oleh material
penyusun beton itu sendiri sehingga dalam pengerjaannya harus disesuaikan dengan
kategori bangunan yang dibuat. Terdapat tiga kategoru bangunan yaitu rumah tinggal,
perumahan, dan struktur yang menggunakan beton tinggi.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

Penggunaan beton dengan kekuatan tekan tidak melebihi 10 Mpa boleh


menggunakan campuran 1 semen; 2 pasir; 3 batu pecah/ kerikil dengan slump untuk
mengukur kemudahan pengerjaanya tidak lebih dari 100 mm, biasanya digunakan pada
rumah tinggal. Namun untuk kekuatan tekan hingga 20 Mpa boleh menggunakan penakaran
volume, tetapi jika lebih dari 20 Mpa harus menggunakan campuran berat.
Tiga kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah :
1. Mudah dikerjakan dan dibentuk serta mempunyai nilai ekonomis.
2. Kekuatan tekan.
3. Durabilitas atau keawetan.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB VII
KEBUTUHAN PENYELIDIKAN

A. Uraian Umum
Untuk mengetahui sifat dan karakteristik serta menganalisis dampaknya terhadap sifat
dan karakteristik beton yang dihasilkan, baik beton segar, beton muda, ataupun beton yang
sudah mengeras perlu dilakukan penyelidikan.
Penyelidikan bahan ini meliputi penyelidikan bahan semen, air, agregat halus,
agregat kasar ataupun penyelidikan bahan tambah. Beberapa standard dapat diadopsi dari
prosedur standard untuk penyelidikan bahan-bahan tersebut, seperti SNI, ASTM, ACI, dan
sebagainya.

B. Proses Penyelidikan
Tahapan dari proses penyelidikan dalam pekerjaan beton dimulai dari penyelidikan dan
pencarian sumber material, pengambilan contoh uji (sampel), pengujian bahan,
perancangan komposisi, pengadukan, pengambilan contoh uji beton segar, perawatan, dan
pengujian beton keras.

C. Prosedur Standar
1. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Menurut Standar Nasional Indonesia, pengujian bahan tertuang dalam Pedoman
Beton 1989 (draft konsesus) mengenai persyaratan pelaksanaan konstruksi. Ketentuan
yang sudah dibakukan dan menjadi syarat standar, antara lain :
a. Semen, air, dan agregat harus memenuhi ketentuan dalam SK.SNI.S-04-1989-F
spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam) meliputi
spesifikasi tentang perekat hidrolis, air, dan agregat sebagai bahan bangunan.
b. Metode perancangan dalam pembuatan beton harus mengikuti tata cara yang
disyaratkan dalam SK.SNI.T-15-1990-03 untuk perancangan campuran beton

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

normal.
c. Setelah komposisi bahan penyusun beton didapatkan, maka tahapan pengadukan
dan pengecorannya juga harus mengikuti SK.SNI.T-28-1991-03 tentang tata cara
pengadukan dan pengecoran beton.

2. Standar lainnya (ASTM)


Tabel 7.1 Standard ASTM untuk Beton dan Pembuatan Material Beton
Deskripsi ASTM
Standar
Practice for Sampling Feshly Mixed Concrete C.172
Method for Sampling and Testing of Hydraulic Cement C.183
Method for Sampling and Testing Fly Ash for Use as an Admixture in
Portland Cement Concrete C.311
Method for Reducing Field Samples of Aggregate to testing Size C.702
Practice for sampling Aggregate
Method for Sampling and Testing Calcium Chloride for Roads and C.823
Structural Application D.75
Practice for Random Sampling of Consctruction Material
Pratice for Probability Sampling of Material D.345
Practice for Choice of Sample Size to Estimate The Average Quality of a D.3665
Lot or Process E.105
Practice for Acceptance of Evidence Based on the Result of Probability
Sampling E.122

D. Pertimbangan Pengambilan Sampel


Faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan dan perencanaan banyaknya sampel uji, antara
lain:
1. Kecenderungan subjektivitas perencana dalam mengambil keputusan dimana, perencana
melihat material dilapangan hanya dengan kondisi fisiknya saja tanpa melakukan pengujian
awal.
2. Saat ini teknologi yang digunakan sudah otomatis dapat membagi populasi material dalam
kelompok-kelompok tersebut. Namun banyak kasus dimana sampel uji yang telah diambil
jumlahnya tidak sesuai. Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan sampel tidak
memperhatikan kaidah statistik.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

E. Kualitas Pengujian
Kualitas pengujian sudah menjadi standar kontrol yang meliputi kontrol terhadap
kualitas pengambilan sampel, pengujian, dan elevasi penerimaan. Selain itu sistem dalam
laboratorium itu sendiri berpengaruh terhadap kualistanya.

F. Hirarki Penyelidikan Beton


1. Pengambilan material di sumbernya
2. Analisi kelayakan
3. Pengambilan sampel uji untuk kebutuhan laboratorium
4. Menganalisis hasil uji sampel dan diberikan rekomendasi untuk tahap selanjutnya
5. Setelah hasil uji laboratorium didapat, dilakukan tahapan perancangan komposisi,
pengadukan, dan pengambilan sampel uji beton segar serta pengambilan contoh uji
untuk tahap pengujian beton keras.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB VIII
PERANCANGAN CAMPURAN

A. Uraian Umum
Campuran beton merupakan perpaduan dari komposit meterial penyusunnya. Hasil dari
suatu rangcangan sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan sifat bahan. Tujuan perancangan
campuran beton yaitu untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan-bahan penyusun beton.

B. Kriteria Perencanaan
Kekuatan tekan beton yang berhubungan dengan faktor air semen yang digunakan
merupakan kriteria dasar dalam perancangan beton. Abram berpendapat bahwa penggunaan air
dalam campuran beton harus minimum untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi. Namun disisi
lain, penggunaan air yang sedikit akan menimbulkan kesulitan dalam pengerjaan. Selain air,
pemilihan agregat juga sangat berpengaruh.

C. Metode American Concrete Institute


Metode american concrete institute mensyaratkan suatu campuran perancangan
beton dengan mempertimbangkan sisi ekonomisnya dengan memperhatikan ketersediaan
bahan-bahan dilapangan, kemudahan pekerjaan, serta keawaetan dan kekutan pekerjaan
beton.

D. Metode Road Note No. 4


Cara perancangan ini disimpulkan dari hasil penelitian Glanville yang ditekankan
pada pengaruh gradasi agregat terhadap kemudan pekerjaan.

Langkah perancangan

Secara umum langkah perancangan dengan metode ini adalah:


a. Hitung kuat tekan rata-rata rencana

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

b. Tentukan FAS
c. Buat proporsi agregat dari masing – masing fraksi
d. Tentukan proporsi antara agregat dengan semenagregat, berdasarkan tingkat
kemudahan pengerjaan, diameter maksimum bentuk dan FAS.
e. Hitung proporsi antar semen, air, dan agregat dengan dasar FAS dan proporsi antara
agregat semen.
f. Kebutuhan dasar dari beton dihitung dari volume absolut, prinsip hitungannya
adalah volune beton padat sama dengan jumlah absolut volume bahan – bahan
dasarnya.

E. Metode Standar Nasional Indonesia SK.SNI.T-15-1990-03

1. Kuat Tekan Rencana (Mpa)


Hasil uji kuat tekan silinder menjadi persyaratan kuat tekan. Jika menggunakan
kuat tekan dengan hasil uji kubub yang bersisi 150 mm, maka hasilnya dikonversi
denagn persamaan :

F’c = {0,76 + 0,2 log (f’ck/15)} * f’ck

Dimana:

F’c = kuat tekan beton yang disyaratkan, Mpa

F’ck = kuat tekan beton, Mpa, dari uji kubus beton bersisi 150

2. Nilai Tambah atau Margin


Nilai tambah atau margin dihitung menurut rumus m= k * s, dimana m adalah
nilai tambah, k adalah ketetapan statistik yang nilainya tergantung pada persentase hasil
uji yang lebih rendah f’c, dan s adalah standar deviasi.

Rumus diatas dapat ditulis kembali menjadi m = 1,64s. Jadi kuat tekan rencana
yang ditargetkan :

F’cr = f’c +1,64s

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

3. Slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh
beton yang mudah dituangkan dan dipadatkan atau dapat memenuhi syarat workability.

4. Besar Butir Agregat Maksimum


Besar butir agregat maksimum dihitung berdasarkan ketentuan:
 Seperlima jarak terkecil antar bidang-bidang samping cetakan
 Seperlima dari tebal plat
 Tiga per empat dari jarak minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan.

F. Metode Portland Coment Association

Metode desain campuran portland cement association pada dasarnya serupa dengan
metode ACI sehingga secara umum hasilnya akan saling mendekati.

G. Metode Campuran Coba-coba


Langkah percobaan:
a. Tetapkan FAS dengan cara yang dikenal
b. Melakukan pengujian berat satuan hingga didapatkan proporsi campuran antara
agregat halus dan kasar yang akan menghasilkan kepadatan yang maksimum.
c. Cari proporsi antara pasta semen dengan agaregat campuran sehingga didapat
kelecakan yang baik
d. Uji kuat teknnya pada umur 28 hari
e. Jika kuat tekannya tidak sesuai, diulangi lagi dengan koreksi proporsinya

H. Pelaksanaan Campuran Di Laboratorium


Setelah didapatkan proporsi yang sesuai, secara teoritis maka hasil tersebut
dilakukan pencampuran di laboratorium dengan membuat silinder beton atau kubus beton.
Langkah pelaksanaan:
a. Timbang proporsi dari bahan – bahan pencampur dalam satuan berat

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

b. Masukan proporsi tersebut dalam mixer sesuai dengan tata cara pengadukan beton
segar
c. Uji kelecakannya dengan uji slump dan uji –uji lain untuk beton segar
d. Masukan adukan kedalam silinder sesuai SK.SNI.T-16-1991-03
e. Buka cetakan setelah 24 jam. Lakukan perawatan dengan merendam selama 28 hari
f. Lakukan uji tekan pada umur 28 hari. Jika ingin diketahui hasil yang cepat, uji
kuat tekan dapat dilkukan pada umur 3,7,dan 14 hari.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB IX
PENGERJAAN BETON

A. Uraian Umum
Pengerjaan beton dimulai dari suatu rancangan campuran dari bahan-bahan
penyusun beton dengan komposisi yang solid dari bahan-bahan tersebut serta menjaga
konsistensinya sehingga dapat menghasilkan mutu beton yang baik. Tahapan pelaksanaan
dilapangan meliputi persiapan, penakaran, pengadukan, pengecoran, pemadatan,
penyelesaian akhir dan perawatan.

B. Persiapan

Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal pertama yang harus diperhatikan adalah
(PB, 1989:27) :

1. Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih.

2. Ruangan harus bebas dari kotoran – kotoran yang mengganggu.

3. Permukaan dalam acuan boleh dilapisi dengan bahan khusus (lapisan minyak mineral,
lapisan bahan kimia (form release agent), atau lembaran polyurethane.

4. Pasangan dinding beton yang berhubungan langsung dengan beton harus dibasahi air
sampai jenuh.

5. Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang dapat
merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dengan tulangan.

6. Air yang terdapat pada ruang yang akan diisi beton harus dibuang, kecuali apabila
penuangan dilakukan dengan tremi atau telah seijin pengawas ahli.

7. Semua kotoran, serpihan beton, dan material lain yang menempel pada pemukaan
beton yang telah mengeras harus dibuang.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

C. Penakaran
proporsi penakaran yang didasarkan atas penakaran berat dilakukan jika Beton
yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih besar atu sama dengan 20 Mpa. Sedangkan
Proporsi penakaran dengan menggunakan teknik penakaran volume dilakukan jika beton
yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih kecil dari 20 Mpa. Tekniknya harus didasarkan
atas penakaran berat yang dikonversikan kedalam penakaran volume untuk setiap
campuran bahan penyusunnya.

D. Pengadukan (Pencampuran)
Pengadukan dilakukan sampai didapatkan suatu sifat yang plastis dengan indikasi warna
adukan merata, kelecakan yang cukup, dan tidak homogen dengan terus mendata rinci jumlah
batch-aduk yang dihasilkan, proporsi material, perkiraan lokasi dari penuangan akhir, serta
waktu pengadukan dan penuangan.

E. Syarat Pengadukan SK.SNI.T-28-1991-03


Semua jenis bahan yang digunakkan harus memenuhi mutu syarat yang telah dijanjikan
atau juga telah tersetritifikasi dari laboratorium untuk menghasilkan beton yang kuat, awet dan
tahan lama. Juga untuk alat yang digunakkan harus memenuhi syarat standar.

F. Pengangkutan Beton
Pengangkutan beton dari tempat produksi ke tempat pembangunan harus dilakukan
secara sedemikian rupa agar tidak kehilangan material. Alat angkut yang digunakkan juga harus
diperhatikan dan sudah memenuhi syarat.

G. Penuangan Adukan
1. Hal yang perlu diprhatikan
a. Beton yang akan dituangkan harus dekat dekat cetakan
b. Pengecoran harus dilakukan dengan waktu yang seksama mungkin
c. Campuran yang kotor tidak boleh dituangkan ke cetakan
d. Campuran yang hamper mengeras tidak boleh dituangkan, kecuali sudah disetujui oleh
pengawass
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

e. Setelah dimuali pengecoran harus dilakukan secara terus-menerus sampai cetakan


penuh dan tanpa berhenti di tengah jalan
f. Beton yang dituangkan harus rata
g. Beton harus diratakan dengan vibrator atau alat lainnya
2. Penuangan yang tertunda
Batas penundaan antara 2 jama dan pengikatan akhir selama 4 jam. Jika lebih dari itu
makan kuat tekan beton sudah berbeda
3. Penuangan beton dalam air
Apabila beton akan dituangkan ke dalam air makan semen dapat ditambahkan
sebanyak 10% dan dibantu dengan alat bantu lainnya

4. Penuangan beton dengan pemompaan


Penuangan dengan pompa memiliki bayak manfaat diantaranya dapat mengurngi pekerja
dan mempercepat pengecoran. Jenis pimpa yang biasanya digunakkan adalah pompa
torak, pompa pneumatic, dan pompa peras tekan.

H. Pemadatan Beton
Pemadatan dilakukan setelah beton dituang ke cetakan. Beton harus dipadatkan sampai
cetakan terisi rata dan beton tampak homogen.

I. Pekerjaan Akhir
Pekerjaan akhir dilakukan saat beton belom mencapai final setting atau pada saat beton
masih dapat dibentuk.

J. Perawatan
Perawatan beton dilakukan agar beton tidak pecah akibat kekurangan kadar air.
Perawatan ini biasanya dilakukan minimal selama 3 hari serta harus dipertahankan dalam
kondisi lembab.
K. Sifat-sifat Beton Segar

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

Dalam pengerjaan beton segar, tiga sifat yang penting yang harus selalu diperhatukan
adalah kemudahan pengerjaan, segregation (sarang kerikil), dan bleeding (naiknya air).

L. Pengerjaan Beton pada Cuaca Panas


Beton tidak boleh terpapar langsung oleh cahaya matahari, maka dari itu untuk pekerjaan
pada cuaca panas memerlukan perbandingan khusus, seperti kandungan air yang digunakkan
harus lebih banyak.

M. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan dilakukan agar beton dapat memiliki kuat tekan yang diinginkan,
tindakan ini meliputi agregat-agregat dan pelaksanaan beton segar.

N. Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan


1. Pelaksanaan jadwal kerja (time schedule)
a. Jadwal (schedule) pengecoran
b. Data pengecoran
c. Jumlah pengecoran (kapasitas perjam)
d. Alat angkut
e. Tenaga kerja (manpower include with worker)
2. Persiapan awal pengerjaan
a. Kontrol Acuan – Perancah (bekisting), meliputi kekuatan perancah, tangga
inspeksi, mpemberian minyak, dan kerataan acuan.
b. Kontrol tulangan (rebar), meliputi kebersihan tulangan, selimut beton, panjang
penyaluran, sambungan, ikatan, dan jumlah yang harus sesuai dengan gambar
struktur.
c. Kecukupan tenaga pengecoran
d. Alat penerangan
e. Syarat administrasi (ijin pengecoran)

f. Kontrol material, meliputi material finishing, penanggulangan kropos akibat

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

slidding untuk pengecoran dengan slip – form, ketersediaan material (air, PC,
agregat, dan bahan tanbah).

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB X
PENGUJIAN BETON

A. Uraian Umum
Pengujian beton dibagi menajdi tiga bagian pengerjaan yaitu pengujian material,
pengujian beton segar dan pengaruhnya setelah mengeras, dan pengujian beton keras.
Tujuannya agar mengetahui nilai kekuatan struktur sehingga dapat mengambil langkah
perbaikan selanjutnya.

B. Pengambilan Contoh Material


1. Portland Cement
Dilakukan dengan cara mengambil sampel terutama pada zak semen yang telah
disimpan lama.
2. Agregat
Pengambilan contoh dilakukan berdasarkan sumber agregat.
3. Air
Dilakukan dengan cara regular dimana air harus mewakili aspek homogenitas.
4. Bahan Tambah
Diuji sesuai manualnya.

C. Petimbangan Statistik
Mean dan standar deviasi merupakan variabel nilai statistik yang biasa digunakan.
Tujuannya adalah untuk mengontrol karakteristik beton material.

D. Pengujian Material
Pengujian material yang dimaksud adalah material penyusun beton yang dilakukan
dengan metode perancangan yang digunakan.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

E. Pengujian Bahan Penyusun Beton


Pengujian bahan penyusun beton memiliki standar pengujian masing-masing dan
biasanya menggunakan ASTM standar.

F. Pengujian Beton Segar


Meliputi pengujian slump, bleeding, dan berat isi dengan menggunakan standar
pengujian menurut ASTM.

G. Pengujian Beton Keras


Meliputi pembuatan dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan, pengujian modulus
elastisitas, dan kuat lentur dengan menggunakan standar pengujian menurut ASTM.

H. Banyak Contoh Uji


Banyak contoh uji harus diambil tidak kurang dari satu kali dengan benda uji berpasangan
dalam pengujian satu hari.

I. Spesimen Uji yang Dirawat di Laboratorium dan Lapangan


Dilakukan sesuai dengan ketentuan ASTM C.172 atau memenuhi syarat “ Tata Cara
Pembuatan Benda Uji untuk Pengujian Laboratorium Mekanika Batuan”. Jika pada pengujian
menunjukkan kekuatan tekan beton 85% pada umur yang ditetapkan maka prosedur perawatan
harus ditingkatkan.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB XI
EVALUASI PEKERJAAN BETON

A. Uraian Umum
Tujuan pelaksanaan evaluasi adalah untuk melihat hasil (Kualitas bahan-bahan
penyusunnya, kualitas beton segar, dan kualitas beton keras) dan menganalisis pengujian yang
telah dilakukan.

B. Statistik
Evaluasi Statistik dilakukan dengan berdasarkan data pengujian melalui survei sampel
ataupun secara langsung di laboratorium dengan kaidah statistik.

C. Distribusi Data
1. Populasi dan Sampel
Populasi yang dimaksud adalah sifat dan karakteristik data dalam suatu kelompok diduga
sama. Sedangkan sampel adalah data yang berpeluang terpilih dalam suatu kelompok.
2. Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi menggambarkan suatu pola tertentu dari hasil data. Dengan melihat
distribusinya, kita dapat mengatur kumpulan data numerik yang tidak teratur dan kasar yang
diperoleh dari survei sampel atau hasi percobaan lainnya.

D. Pengujian Persyaratan Analisis


Persyaratan yang harus dipenuhi sebelum dianalisis adalah keacakan sampel, kenormalan
distribusi, keberartian model regresi, dan kelinieran garis regresi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penyelidikan bahan, beton segar atau beton keras dapat mengikuti
pengujian non-parametrik yang selanjutnya dianalisis hubungan tersebut dan hubungan
sebab akibatnya dapat berbentuk regresi linear.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

2. Pengujian Keberartian Model


Keberartian suatu model dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi sederhana
yang menghasilkan persamaan regresi sederhana dalam bentuk linier. Persamaan
tersebutlah yang nantinya akan diuji keberartian untuk linieritasnya.

E. Penyelidikan Hasil Uji Kekuatan Rendah


Beton dengan nilai kekuatan yang rendah dapat dipastikan akan membahayakan
kapasitas daya dukung dari struktur sehingga perlu dilakukan pengujian melalui bor inti pada
daerah yang berpotensi membahayakan dengan syarat kekuatan tekan rata-ratanya harus lebih
besar dari 85% dari kekuatan rencana.

F. Evaluasi Kuat Tekan


Elevasi ini meliputi pengaruh suhu, lingkungan setempat, pengaruh dari lokasi
pekerjaan dan hal – hal yang menyebabkan sifat sifat dari beton segar berubah, yang pada
akhirnya menyebabkan pengaruh pada kekuatan struktur.Elevasi dilakukan terhadap hasil
dari:
1. Pengujian silinder dan kubus yang dilakukan di laboratorium
2. Pengujian langsung dengan core drill atau mondesstructive test
3. Pengujian beban langsung

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB XII
PERAWATAN DAN PERBAIKAN STRUKTUR
BETON

A. Uraian Umum
Agar tercapainya usia ekonomi suatu struktur maka perlu dilakukan perawatan pada
beton sedemikian rupa selama usia strukturnya.

B. Kerusakan-kerusakan Pada Beton


1. Kerusakan Akibat Pengaruh Mekanis
Salah satu kerusakan akibat pengaruh mekanis adalah gempa bumi. Kerusakan yang
ditimbulkan akan memberi dampak berupa goresan-goresan, retak, bahkan dalam skala
yang besar dapat menyebabkan kehancuran pada suatu struktur. Sehingga struktur beton
yang direncanakan harus memiliki sifat yang dapat meminimalisir akibat dari pengaruh
mekanis tersebut.
2. Kerusakan Akibat Pengaruh Fisika
Kerusakan ini diakibatkan oleh pengaruh suhu dan waktu yang menimbulkan hilangnya
panas hidrasi dan kebakaran.
3. Kerusakan Akibat Pengaruh Kimia
Kerusakan yang diakibatkan oleh korosi, tingkat keasaman yang tinggi, dan lainnya.

C. Pemeriksaan dan Perawatan Kemudian


Perawatan pada struktur yang sudah jadi dilakukan dengan tindakan pemeriksaan secara
berkala selama lima tahun sekali.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

D. Metode Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Visual
Ditujukan pada tempat-tempat rawan terjadinya korosi seperti balkon, saluran air,
sambungan-sambungan, dan sebagainya.
2. Pemeriksaan detail
a. Pengukuran selimut beton dengan steel detector.

b. Pengukuran karbonat dengan pengujian bor inti (core-drill).

c. Pengukuran kadar klorida dari contoh uji bor inti.

d. Pemeriksaan kekerasan dan permeabilitas (permeability) beton.

E. Perawatan dan Tindakan Perbaikan


1. Perawatan
Dapat dilakukan dengan pengecatan (coating), pemlesteran, dan pemberian lapisan
penutup karet dan baja.
2. Perbaikan
Dapat berupa pengasaran lapis permukaan, penghancuran-penggantian (demolition) dan
membuang sedikit bagian yang rusak (chipping), pengamplasan, coating dengan mutu yang
lebih tinggi dari beton yang diperbaiki.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB XIII
AGREGAT RINGAN

A. Uraian Umum
Dikatakan sebagai agregat ringan dikarenakan kepadatan yang dimiliki hanya sekitar
300-1850kg/m. Agregat ini biasa digunakan atas pertimbangan ekonomis dan struktural.

B. Klasifikasi Agregat Ringan


Menurut ASTM C.330 agregat ini dibedakan menjadi :
1. Agregat yang dihasilkan dari pembekahan, kalsinasi atau hasil sintering
2. Agregat yang dihasilkan melalui pengolahan bahan alam

C. Agregat Alami
Yaitu jenis-jenis agregatt diatomie, pumice, scoria, dan semua batuan asli vulkanik.

D. Agregat Buatan
Yaitu agregat yang berasal dari hasil pemanasan, pendinginan, dan industri cinder.

E. Komposisi Kimia dan Fisika


1. Kandugan oerganik dalam agregat menggunakan NaOH 3% dengan warna yang lebih
terang dari warna sebelumnya.
2. Fe2O3 dalam 200 gram
3. Hilang pijar 5%
4. Kandungan lumpur dalam berat kering 2%
5. Butiran halus maksimal 7%
6. Agregat halus (1120 kg), Agregat kasar (880 kg), dan gabungan (1040 kg)

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

F. Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan Agregat Ringan
Menurut SNI: 03-3449-1994
1. Struktural
Jenis agregat yang digunakan dibuat melalui proses pemanasan dari suatu serpih,
lempung, dan abu terbang.
a. Minimum
 Kuat tekan : 17,24
 Berat isi : 1400
b. Maksimum
 Kuat tekan : 41,36
 Berat isi : 1860
2. Struktural ringan
Jenis agregat yang digunakan ialah scoria atau batu apung.
a. Minimum
 Kuat tekan : 6,89
 Berat isi : 800
b. Maksimum
 Kuat tekan : 17,24
 Berat isi : 400
3. Struktural sangat ringan
Jenis agregat yang digunakan adalah perlit atau vernikulit.
a. Minimum
 Berat isi : 800

G. Persyaratan Agregat Ringan Struktural Menurut ASTM C.330


1. Agregat ringan dikelompokkan menjadi 2 :
a. Dihasilkan melalui pembekahan, kalsinasi, dan sintering seperti tanah liat dan abu
terbang.
b. Dihasilkan melalui pengolahan bahan alam contohnya scoria

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

2. Berat satuan maksimum pada saat kering dan diisi gembur adalah:
a. Agregat halus : 1120 kg/m
b. Agregat kasar : 800 kg/m
c. Agregat gabungan : 1040 kg/m
3. Kandungan bahan yang berpengaruh buruk
a. Kadar gumpalan tanah liat maksimum 3%
b. Warna yang dihasilkan dari kadar organik yang diuji dengan NaOH 3% harus lebih
muda.
c. Karat yang warnanya lebih pekat dari standar uji ASTM C.641, harus diuji secara
kimia.
d. Maksimal bagian yang hilang saat pemijaran adalah 5%

H. Kekuatan Tekan Agregat Ringan


Beton yang menggunakan agregat ringan harus memiliki minimum kekuatan tekan
yang didasarkan pada berat isi kering meksimum.

I. Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural


Dilakukan dengan tujuan untuk menentukan berat isi dari beton ringan struktural
dengan maksimumnya 1900 kg/m untuk penggunaan sebagai komponen struktur.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB XIV
BETON MUTU TINGGI

A. Uraian Umum
Saat ini teknologi berkembang sangat pesat. Perkembangan ini tentunya memiliki
pengaruh terhadap kriteria beton mutu tinggi yang samkin lama tingkat kemajuan mutunya
ikut berkembang.

B. Faktor Yang Harus Diperhatikan


Faktor air semen (FAS), kualitas agregat halus dan kasar, dan penggunaan bahan
tambah baik admixture (kimia) maupun aditif (mineral), merupakan faktor yang harus di
perhatikan dalam menghasilkan mutu beton yang tinggi.

C. Kendala dan Permasalahan yang sering dihadapi


1. Tidak tercapainya terget kuat tekan beton yang biasanya terjadi pada beton cor dengan
syarat kuat tekan melebihi 60 Mpa.
2. Keitdakteraturan dan kelecakan beton yang dihasilkan masih sangat kecil
3. Hilangnya nilai slump antara mulai dari pengadukan sampai penuangan. Hal ini akan
menyebabkan kelecakan beton akan menurun, pengecoran tidak sempurna, terjadinya
segregasi, pemadatan tidak optimal, serta kesulitan dalam pemompaan untuk produksi
yang besar.
Keseragaman menjadi hal yang sangat penting untuk menghasilkan mutu beton yang
tinggi. Keseragaman memiliki batas kontrol dalam deviasi standar sebesar 3,5-5 Mpa.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB XV
JENIS BETON LAINNYA

A. Uraian Umum
Berdasarkan beratnya, beton dibedakan menjadi beton berat, beton sedang, dan beton ringan.
Sedangkan menurut volumenya, dibedakan menjadi beton ringan, berat, dan normal.

B. Beton Ringan
Beton ringan biasanya menggunakan agregat ringan dengan berat jenis berdasarkan
keperluan strukturnya berkisar antara 1440-1850 kg/m3 yang dihasilkan melalui pembakaran
shale, lempung slates, residu slag, residu batu bara, dan hasil pembakaran vulkanik. Beton ini
memilki kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 Mpa.

C. Beton Berat
Yaitu beton yang dihasilkan dari agregat dengan berat isi lebih dari 2400 kg/m3.
Penggunaan beton berat ini untuk suatu keperluan tertentu seperti menahan benturan,
menahan radiasi, dan sebagainya.

D. Beton Massa (mass Concrete)


Beton yang digunakan pada pekerjaan dengan skala yang besar dan massif seperti kanal,
jembatan, bendungan, pondasi, dll, sehingga batuan yang digunakan biasanya berukuran besar
dengan slump rendah yang akan mengurangi jumlah semen.

1. Ferro-cement
Merupakan beton yang dicampur dengan tulangan ayam atau kawat yang di anyam
sehingga memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan dektail.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

Keunggulan ferro cement :


a. Reduksi berat dan lebar hanya 30% dan 15% yang menunjukkan bahwa struktur
ini ringan dan tipis.
b. Mudah untuk dipabrikasi
c. Mudah dalam pengerjaan
d. Hemat dalam bahan cetakan
2. Beton serat (fibre concrete)
Yaitu beton yang dicampur dengan serat berupa batang yang berukuran 5-500 µm
dengan panjang 25 mm. Serat asbesstos, serat plastik atau potongan baja kawat menjadi
bahan serat yang biasa digunakan. Keunggulan beton ini yaitu dektail, tahan benturan, dan
minim terjadinya segregsi, hanya saja sulit dikerjakan.
a. Serat semen
Campuran serat tumbuhan dan semen portland atau sejenis ditambahkan air
akan menghasilkan lembaran serat semen atau eternit.
Syarat mutu yang harus dipenuhi oleh serat semen adalah :
1) Tepi potongannya lurus, rata, tidak mengkerut, sama tebalnya, tidak pecah atau
retak yang ditunjukan dengan suara nyering ketika disentuh benda keras.
2) Tidak terdapat kerutan, retak, atau cacat lainnya pada permukaan lembaran.
3) Menunjukkan campuran yang merata dan tidak berlobang pada bidang
potongnya.
4) Mudah dipotong, digergaji, dan dipalu tanpa adanya keretakan atau cacat.
b. Bahan baku serat semen
Bahan baku yang dipakai adalah campuran serat tumbuh-tumbuhan yang mudah
menyerap air, semen portland dan air yang dalam pengujian mutu bahan beton
sudah memenuhi syarat.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

E. Beton Siklop
Merupakan beton dengan agregat yang besar sampai 20 cm yang batasnya tidak
melebihi dari 20%.

F. Beton Hampa (Vacuum Concrete)


Beton jenis ini menggunakan air sisa dari proses hidrasinya yang disedot keluar setelah
beton mengeras yaitu sekitar 50%. Penyedotan yang dilakukan dinamakan vacuum method.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB XVI
TANYA JAWAB

A. Pertanyaan
1. Irwan
Apa nama alat pengaduk beton dan dengan alat apa untuk mengambil sampel agregat?

2. Siti
Dengan cara apakah pengawasan beton dilakukan selama pengadukan beton?

3. Hilman
Jelaskan keuntungan aditif mengurangi panas hidrasi?

4. Adit
Bagaimana kriteria campuran beton plastis serta ciri-cirinya?

5. Demas
Bagaimana cara pengecoran dalam air dan faktor apa yang membuat beton itu kuat?

B. Jawaban
1. Jawaban untuk pertanyaan Irwan
Pengadukan beton dapat dilakukan dengan cara manual atau mesin. Alat pengaduk yang
digunakan dengan pengadukan manual biasanya dengan menggunakan cangkul.
Sedangkan untuk mesin dilakukan dengan molen atau truk molen yang kapasaitasnya
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Sampel yang diambil cukup beberapa saja dan
dilakukan pengujian.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

2. Jawaban untuk pertanyaan Siti


Pengawasan beton dilakukan dengan melihat adonan beton apakah sudah memenuhi
syarat atau belum dengan melakukan slump test jika beton tersebut dipesan dari pabrik
dan dibawa dengan truk molen sehingga pengawasan dilakukan secara ketat oleh
penanggung jawabnya. Sampel yag akan diuji dilaboratorium menggunakan beton yang
dicetak pada silinder.

3. Jawaban untuk pertanyaan Hilman


Keuntungan aditif dalam mengurangi panas hidrasi adalah beton yang dihasilkan akan
memiliki kekuatan yang baik dikarenakan pada saat proses pembuatannya, beton tidak
cepat kering yang menyebabkan proses pengeringannya stabil.

4. Jawaban untuk petanyaan Adit


Indikasinya adalah warna adukan merata, kelecakan yang cukup, dan tampak homogen.

5. Jawaban untuk pertanyaan Demas


Pengecoran didalam air dilakukan dengan cara membuat bekisting yang dilapisi plastik
sehingga air dari luar tidak dapat masuk yang selanjutnya beton dimasukkan sehingga air
yang didalam bekisting akan keluar semua.
Faktor kekuatan beton dipengaruhi oleh faktor air semennya.

TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107

BAB XVII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penggunaan beton itu sendiri didasarkan pada kerakteristik yang dimilikinya yang harus
dipahami sifat, kekuatan, kelemahan, penanganannya, perawatannya dan sebagainya. Hal ini
tidak terlepas dari kemajuan teknologi saat ini yang menghasilkan inovasi-inovasi baru
sehingga dalam pekerjaan konstruksi harus disesuaikan dengan kondisinya serta efektifitas dan
efisiensi dalam menggunakannya.

B. Saran
Materi teknologi beton ini terbilang cukup luas dan akan selalu ada pembaharuan seiring
dengan kemajuan zaman, sehingga penggalian informasi dan ilmunya dari berbagai sumber
yang terdepan sangat diperlukan serta selalu mengacu pada persyaratan dan ketentuannya.
Sehingga akan mempermudah dalam melakukan pekerjaan konstruksi dengan menggunakan
beberapa metode yang baik serta penggunaan beton yang lebih efektif

TEKNOLOGI BETON

Anda mungkin juga menyukai