NIM : 19.B1.0107
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini beton menjadi suatu bahan mendasar dalam suatu konstruksi. Beton memiliki
banyak fungsi dalam suatu bangunan yang terdiri dari balok, kolom, pondasi atau pelat, bahkan
bangunan airpun beton dapat digunakan seperti pembuatan saluran, bendungan, drainase, dan
sebagainya. Bisa dikatakan bahwa secara keseluruhan, infrastruktur bangunan menggunakan
beton dikarenakan karakteristik dari beton itu sendiri.
Oleh karena itu, karakteristik beton perlu dipahami sehingga keefektifannya dapat
maksimal dalam suatu pengerjaannya mulai dari awal hingga akhir prosesnya juga dapat
mengatasi masalah masalah yang dihadapi dalam pembuatannya serta memperluas fungsi dari
beton sehingga dapat digunakan dalam banyak hal terutama dalam pembangunan infrastruktur.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB II
SEMEN
A. Uraian Umum
Semen, agregat, dan air merupakan bahan utama penyusun beton. Bahan tambahan
(admixture) juga biasa dipakai jika diperlukan.
Reaksi antara air dan semen secara kimiawi akan aktif sehingga fungsi dari semen
dapat digunakan sebagai perekat agregat dan juga sebagai bahan pengisi.
Pada umumnya, rongga udara pada beton sekitar 1% - 2%, pasta semen (semen air)
sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60%
- 75%. Karakteristik, sifat, dan kekuatan dari masing-masing penyusun tersebut sangat
berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan, sehingga perlu dipelajari.
B. Jenis Semen
Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Semen non-hidrolik
Semen non-hidrolik merupakan semen yang hanya dapat mengeras diudara.
Contoh utama adalah kapur.
2. Semen hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras
didalam air. Contoh :
1) Kapur hidrolik, batu gamping menjadi bahan utama penyusun kapur hidrolik (65%-
75%) yang memiliki kandungan kalsium karbonat serta bahan pengikutnya seperti
silika, alumina, magnesia, dan oksida besi.
2) Semen pozollan, bahan yang tidak memiliki sifat penyemenan, materialnya berupa
batu bara serta produk sisa pabrikasi bahan pertanian yang mengandung unsur
silisium atau aluminium yang reaktif. Jika bereaksi dengan kalsium hidroksida
maka akan berfisat semen.
3) Semen terak, semen yang berbahan terak tanur kapur tinggi (60%) dan kapur tohor.
Terak yang dicampur dengan dengan kapur yang terhidrasi dari 20%-30% ditambah
sejumlah kecil gipsum panggang dan natrium sulfat dan terak ditambah 10% dari
gipsum dan sejumlah kecil semen portland, cocok untuk konstruksi air laut dan
konstruksi bawah tanah.
4) Semen alam, terdapat secara alamiah yaitu pembakaran batu kapur yang
mengandung lempung yang kemudian melalui proses pengerasan pada suhu
tertentu kemudian menggilingnya menjadi serbuk halus. Jenis dari semen alam ada
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
2 jenis yaitu: semen alam dicampur dengan portland cement dan semen alam yang
dicampur dengan bahan pembantu (udara). Bahan lempung pada semen ini
memberikan sifat hidrolik pada semen ini.
5) Semen portland, jenis semen yang paling umum digunakan pada pembuatan bahan
dasar konstruksi seperti beton, mortar, plester, dan lain-lain. Ciri khusus dari semen
ini adalah dapat mengeras apabila bersentuhan dengan air dan berubah menjadi
benda padat yang tidak larut dalam air. Semen ini mengandung kalsium oksida,
silikon oksida, aluminium oksida, dan oksida besi.
6) Semen portland pozollan, campuran homogen antara semen portland dengan
pozolan halus yang diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dean
pozolan bersama-sama.
7) Semen putih, semen yang mengandung bahan kapur, silika, dan oksida besi ( kurang
dari 0,5%)
8) Semen alumnia, campurana antara batu kapur (60-70%) dan bauksit (30-40%) yang
dibakar pada suhu 1600oC hingga mencair yang kemudian ditambahkan gips.
2. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang
digunakan pada perancangan proporsi campuran.
D. Penyimpanan Semen
Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama, cara
penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989:13) yaitu :
1. Semen harus terlindung dari bahan asing yang mudah bereaksi.
2. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang tertutup, terhindar dari basah dan
lembab, dan tidak tercampur dengan bahan lain.
3. Semen harus dikelompokkan sesuai dengan jenis serta mengatur urutan
penyimpanannya untuk menghindari kemungkinan tertukarnya jenis antar semen dan
mengetahui semen mana yang harus digunakan terlebih dahulu
4. Semen curah harus disimpan didalam silo yang terbuat dari baja atau beton dan harus
terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya.
5. Jarak bebas antara bidang dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas
antara lantai dan semen sekitar 30 cm. Tinggi maksimum timbunan zak semen adalah
2 meter atau sekitar 10 zak untuk menghindari pecahnya kantong semen.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB III
AIR
A. Uraian Umum
Air dalam membuat beton memiliki fungsi untuk memicu reaksi kimiawi dari
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Dalam
hal pekerjaan beton, kualitas air yang terkandung akan sangat mempengaruhi kualitas
betonnya oleh karenanya dibutuhkan standar air yang baik untuk menghasilkan beton yang
baik pula. Perbandingan antara campuran air dan semen juga mempengaruhi reaksi kimia
yang terjadi sehingga perbandingan sangat perlu diperhatikan.
B. Sumber-sumber Air
1. Air yang terdapat di udara
2. Air hujan
3. Air tanah
4. Air permukaan
5. Air laut
1. Bahan-bahan perusak seperti oli, alkali, asam, bahan organik, garam, atau bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan jika terkandung dalam air maka
tidak diperbolehkan dalam campuran beton.
2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di dalamnya
tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak
boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
3. Air yang digunakan pada beton harus dapat diminum
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
Kriteria yang harus dipenuhi oleh air yang akan digunakan untuk membuat campuran
beton. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Garam-garam anorganik
Jika konsentrasi garam tersebut hingga 500 ppm dalam campuran beton, maka masih
diperbolehkan.
3. Air asam
Penggunaan air harus dengan ph dibawah 3,0, jika air mempunyai nilai asam yang
tinggi (PH>3,0) maka akan menyulitkan pekerjaan beton.
4. Air biasa
Kekuatan beton akan dipengaruhi oleh konsentrasi basa jika lebih tinggi 0,5% dari
berat semen.
5. Air gula
Waktu pengikatan dapat dipercepat dengan cara meningkatkan kadar gula dalam
campuran hingga 0,2% dari berat semen. Jika kadar gula 0,25% maka akan mempengaruhi
kekuatan beton.
6. Minyak
Konsentrasi minyak jika lebih dari 2% berat semen menyebabkan kekuatan beton akan
menurun hingga 20%.
7. Rumput laut
Kekuatan beton dapat berkurang jika air campuran beton tercampur dengan rumput laut.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
Air pengaduk dianggap tidak mempunyai pengaruh berarti terhadap waktu pengikatan
dan sifat pengerasan beton jika hasil pengujian menunjukan :
1. Waktu pengikatan awal campuran beton yang menggunakan air yang digunakan
sebanding dengan campuran beton memakai air suling kurang dari 30 menit.
2. Kuat tekan rata-rata kubus beton yang dibuat dengan air yang diragukan lebih dari 90%
kuat tekan beton yang memakai air suling.
F. Analisis Kimia
1. Sulfat (SO4)
Diuji menggunakan metode turbidimetri dengan alat spektrofotometri berdasarkan
BaSO4 yang cenderung membentuk endapan dengan penambahan BaCl2. Selain itu dapat
menggunakan metode gravimetri, titrimetri, dan metode potensiometri.
2. Magnesium (Mg++)
Dintentukan dengan metode complexsimetri dengan BDTA n/28.
3. Amonium (NH4)
Metode pengujian dilakukan dengan alat spektrofotometer secara Nessler .
4. Magnesium (Cl-)
Pengujian dilakukan dengan cara titrasi AgNO4 n/10. Indikator yang digunakan adalah
indikator chormat (cara mohr).
5. pH
Pengujian dengan menggunakan kertas lakmus (PH-meter).
6. Karbondioksida (CO2)
Dapat dilakukan metode titrasi (titrasi asam-basa), Yaitu dengan penambahan indikator.
Selain itu juga dapat menggunakan kapur, semakin tinggi kadar CO2 maka kapur akan
semakin cepat larut.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB IV
AGREGAT
A. Uraian Umum
Agregat merupakan material pengisi dalam membentuk serta menentukan sifat motar
suatu beton. Agregat dibedakan menjadi dua yaitu kasar dan halus contohnya kerikil dan pasir.
B. Batuan
Batuan dalam penggunaannya, dibedakan menjadi dua :
1. Geologis : batuan sebagai mineral yaang berasal dari batuan yang sudah melalui proses
terbentuknya batuan.
2. Geoteknik : batuan sebagai mineral yang seluruh bagiannya dapat dibangun berbagai macam
konstruksi.
Batuan sebagai mineral dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan proses terbentuknya :
a. Batuan beku (Magma)
Terdiri atas :
Batuan beku instrusif (batuan beku yang membeku di bawah permukaan bumi)
Batuan beku ekstrusif (batuan beku yang membeku di permukaan bumi)
b. Batuan sedimen
Terdiri atas :
Klastik, yang dibagi menjadi siliklastik, piroklastik, dan kapur
Kimiawi, yang dibagi menjadi evaporit, kapir, dan lainnya
Organik, yang dibagi menjadi kapur dan gambut
c. Batuan metamorf
Proses metamorphosis, dimana terjadinya perubahan temperatur dan tekanan
menyebabkan terbentuknya batuan metamorf. Proses ini dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Metamorfosis regional
2. Metamorfosis kontak
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
C. Agregat di Indonesia
1. Geografi, Geologi, dan Iklim
Keadaan geografi, geologi, dan iklim sangat menentukan pelapukan suatu jenis batuan,
sehingga pelapukan batuan yang dihasilkan di Indonesia pasti berbeda dengan negara lain.
Iklim menjadi pengaruh terbesar dari proses pelapukam ini. Suhu iklim akan mempengaruhi
derajat pelapukan yang mengakibatkan dekomposisi dari batuan. produk akhir dari
pelapukan adalah tanah residual.
2. Karakteristik agregat
Agregat dapat berasal dari alam ataupun agregat buatan (artificial aggregates). Pasir
alami dan kerikil merupakan contoh dari agregat alam. Sedangkan agregat buatan berasal
dari stone crusher, hasil residu terak tinggi (blast furnace slag), pecahan genteng, pecahan
beton, fly ash dari residu PLTU, extended shale, expanded slag, dan lainnya.
Batu-batuan (deposits) yang menajdi sumber daya alam dapat dihasilkan dari interaksi
antara iklim setempat dan geologinya yang disebut dengan istilah quarry, yaitu :
a. Quarry batu-batuan dari bedrock
b. Pasir sungai dan batu-batuan yang digali
c. Pasir dari pesisir pantai dan sumur-sumur yang mengandung pasir dan batu-batuan
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
E. Jenis Agregat
1. Jenis agregat berdasarkan berat
Terdiri dari agregat normal, agregat ringan, dan agregat berat.
2. Jenis agregat berdasarkan bentuk
Terdiri dari agregat bulat ( bulat sebagian atau tidak teratur), agregat bersudut, agregat
panjang, agregat piph, dan agregat panjang dan pipih.
3. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaan
Secara umum dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin agak licin, namun sacara
pemeriksaan secara visual dibedakan menjadi sangat halus (glassy), halus, granular, kasar,
berkristal (crystalline), berpori, dan berlubang-lubang.
4. Jenis agregat berdasarkan ukuran butir normal
Terdiri dari :
a. Agregat halus : Ayakan dengan lubang 4.8 mm atau 4.75 mm atau 5.0 mm dapat
ditembus oleh butirnya.
b. Agregat kasar : Ayakan dengan lubang 4.8 mm atau 4.75 mm atau 5.0 mm tidak dapat
ditembus oleh butirnya ( tertinggal di atas ayakan).
5. Jenis agregat berdasarkan gradasi
Gradasi agregat ialah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini bervariasi dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi menerus (continuous
grade), dan gradasi seragam (uniform grade).
F. Kekuatan Agregat
1. Faktor yang mempengaruhi kekuatan agregat
Kekuatan suatu agregat berdasar pada tingkat kekerasan atau kekuatan butir-butirnya
yang dipengaruhi oleh bahannya namun tidak oleh lekatan antar butir.
2. Cara pengujian kekuatan agregat
Bejana rudelloff ataupun Los Angeles Test dapat digunakan untuk menguji kekuatan
agregat.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
penghantar panas.
9. Bahan-bahan lain yang mengganggu
Alkali, sulfat, bahan padat yang menetap, bahan organik dan humus merupakan
bahan pengganggu pada proses pengikatan dan pengerasan beton.
J. Penyimpanan Agregat
1. Kedatangan sampai pengambilan kembali harus diawasi
2. Jika volume < 10 m3 maka agregat harus ditimbun di atas bak-bak lantai. Jika
sebaliknya, maka sebaiknya dibuatkan landasan menggunakan land concrete campuran
1:3:5 agar tidak tercampur saat pengambilan.
3. Agregat sebaiknya disiram menggunakan sprinkle (slang air), jika agregat yang
ditimbun dalam keadaan kering.
4. Dilakukan pengujian berkala sebagai kontrol kualitas bahan.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB V
BAHAN TAMBAHAN
A. Uraian Umum
Untuk memenuhi kecocokan suatu beton dalam suatu pekerjaan misalkan dalam
mengubah sifat-sifat, menghemat biaya, waktu yang efisien dan lain-lain, dapat dilakukan
dengan memberikan bahan tambahan pada saat atau selama pencampuran berlangsung.
bertulang.
g. Mencegah korosi yang terjadi pada baja.
h. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
pada saat beton segar, laju pengerasan, kekuatan tekan dan lentur, ketahanan terhadap
perubahan volume, susut pada saat pengeringan, menjadi hal yang yang harus
diperhatikan untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran
terhadap bahan tambah tersebut.
c. Polimer
Berfungsi untuk menghasilkan kekuatan beton yang tinggi sebesar ≥ 15.000 psi
(1000 psi = 6,9 Mpa) dan kekuatan belah tariknya sekitar ≥ 1.500 psi. Cara produksi
dengan menggunakan polimer ini yaitu dengan memodifikasi sifat beton dengan
mengurangi air dilapangan atau menjenuhkannya dan memancarkannya pada temperatur
yang sangat tinggi di laboratorium.
d. Bahan pembantu untuk mengeraskan permukaan beton (hardener concrete)
Bebanan yang mengalami pergerakkan pada suatu permukaan beton, misalnya
seperti lantai terhadap alat-alat bengkel yang berat akan menyebabkan pangausan pada
permukaan beton tersebut seiring dengan bertambahnya waktu. Sehingga untuk
menghidari hal tersebut, maka dapat digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan beton
yaitu agregat yang terbuat dari bahan kimia dan agregat metalik yang terdiri dari butiran-
butiran halus.
e. Bahan pembantu kedap air (Water Proofing)
Untuk beton yang terletak di dalam air atau dekat dengan permukaan air tanah
harus memiliki sifat kedap air. Pada saat pencampuran, beton harus menggunakan bahan
yang mempunyai partikel-partikel halus dan gradasi yang menerus sehingga mengurangi
permeabilitas air.
f. Bahan tambah pemberi warna
Pemberian warna pada beton biasanya dilakukan pada beton yang diexpose
permukaannya dengan tujuan untuk keindahan. Cat (coating) merupakan bahan yang
biasanya digunakan untuk memberikan warna dengan cara dilapis setelah pengerjaan
beton selesai. Selain dengan cara dilapis, terdapat juga cara lain yaitu dengan
menambahkan bahan pewarna seperti oker pada saat pencampuran.
g. Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dengan beton baru (bonding agent
for concrete)
Bonding agent merupakan larutan polimer yang menjadi bahan tambahan agar
terjadi ikatan yang menyatu antara permukaan beton lama dengan permukaan beton baru.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB VI
BETON
B. Uraian Umum
Pada perkembangan industri konstruksi di Indonesia saat ini, beton (concrete) menjadi
material yang paling banyak digunakan yang biasanya dipadukan dengan baja (composite) yaitu
hampir 60% bagian dari suatu pekerjaan konstruksi.
Terdapat dua aspek kriteria perancangan beton yang harus dipenuhi yaitu memiliki biaya yang
relatif murah (aspek ekonomi) dengan kekuatan struktur yang baik (aspek teknik).
C. Terminologi
Campuran semen portland atau sembarang semen hidrolik yang lain, agregat halus,
agregat kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan merupakan definisi
dari beton menurut Pedoman Beton 1989. Macam dan jenis beton menurut bahan
pembentukannya adalah beton normal, bertulang, pra – tekan, beton ringan, beton tanpa
tulangan, dan beton fiber.
D. Umur Beton
Umur beton sangat mempengaruhi pertambahan kekuatan tekan beton. Selama 28
hari awal, kekuatan beton akan naik secara cepat (linier), namun setelah itu kenaikannya
akan kecil. Pada saat umur 28 hari kekuatan tekan rencana beton dihitung.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
2. Kekurangan
a. Bentuk yang telah dibuat tidak dapat diubah
b. Membutuhkan ketelitian yang tinggi pada pelaksanaan pekerjaan
c. Berat
d. Daya pantul suara yang besar
fck : kekuatan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji kubus 150 mm atau dari
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm (MPa)
f’cr : kekuatan tekan beton rata – rata yang dibutuhkan, sebagai dasar pemilihan
perancangan campuran beton (MPa)
Kriteria penerimaan beton harus sesuai dengan standar yang berlaku. Menurut
Standar Nasional Indonesia, kuat tekan harus memenuhi 0.85 f’c untuk kuat tekan rata – rata
dua silinder dan memenuhi f’c + 0.82 s untuk rata – rata empat buah benda uji yang
berpasangan.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
syarat kekuatan serta memnuhi aspek ekonomis. Metode yang dapat digunakan
untuk menentukan proporsi campuran, diantaranya adalah:
6) Cara coba-coba
b. Metode Pencampuran (mixing)
Metode pencampuran bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dalam
pengerjaan yaitu kemudahan untuk dikerjakan, dituangkan, dan dipadatkan yang
diindikasikan melalui slump test; semakin tinggi nilai slump maka semakin mudah
untuk dikerjakan. Namun nilai slump yang terlalu tinggi akan membuat beton
kropos setelah mengeras karena air yang terjebak di dalamnya menguap sehingga
nilai dari slump harus dibatasi. Metode pengadukan juga menentukan sifat dari
beton, walaupun rencana dan syarat mutu telah terpenuhi.
c. Pengecoran (placing)
Kekuatan beton terutama pada kekuatan tekan sangat dipengaruhi oleh
metode pengecorannya.
d. Pemadatan
Untuk mencapai mutu suatu beton yang baik maka pemadatan harus
sempurna dalam arti tidak kurang maupun berlebih karena akan menyebabkan tidak
terjadinya pencampuran bahan yang homogeny ataupun bleeding. Untuk
mendapatkan kepadatan yang baik harus dilakukan sesuai dengan syarat mutu
ataupun dengan cara melihat manual pemadat secara efisien dan efektif.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
3. Perawatan
Perawatan dimaksudkan untuk menghindari panas hidrasi yang tidak
diinginkan, terutama disebabkan oleh suhu. Cara, bahan, dan alat yang digunakan untuk
perawatan akan menentukan sifat dari beton keras yang dibuat, terutama dari sisi
kekuatannya. Waktu – waktu yang dibutuhkan umtuk merawat beton pun harus
terjadwal dengan baik.
2. Kemudahan pengerjaan
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
3. Rangkak Susut
K. Kinerja Beton
Kinerja beton mempunyai sifat dan karakteristik yang dipengaruhi oleh material
penyusun beton itu sendiri sehingga dalam pengerjaannya harus disesuaikan dengan
kategori bangunan yang dibuat. Terdapat tiga kategoru bangunan yaitu rumah tinggal,
perumahan, dan struktur yang menggunakan beton tinggi.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB VII
KEBUTUHAN PENYELIDIKAN
A. Uraian Umum
Untuk mengetahui sifat dan karakteristik serta menganalisis dampaknya terhadap sifat
dan karakteristik beton yang dihasilkan, baik beton segar, beton muda, ataupun beton yang
sudah mengeras perlu dilakukan penyelidikan.
Penyelidikan bahan ini meliputi penyelidikan bahan semen, air, agregat halus,
agregat kasar ataupun penyelidikan bahan tambah. Beberapa standard dapat diadopsi dari
prosedur standard untuk penyelidikan bahan-bahan tersebut, seperti SNI, ASTM, ACI, dan
sebagainya.
B. Proses Penyelidikan
Tahapan dari proses penyelidikan dalam pekerjaan beton dimulai dari penyelidikan dan
pencarian sumber material, pengambilan contoh uji (sampel), pengujian bahan,
perancangan komposisi, pengadukan, pengambilan contoh uji beton segar, perawatan, dan
pengujian beton keras.
C. Prosedur Standar
1. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Menurut Standar Nasional Indonesia, pengujian bahan tertuang dalam Pedoman
Beton 1989 (draft konsesus) mengenai persyaratan pelaksanaan konstruksi. Ketentuan
yang sudah dibakukan dan menjadi syarat standar, antara lain :
a. Semen, air, dan agregat harus memenuhi ketentuan dalam SK.SNI.S-04-1989-F
spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam) meliputi
spesifikasi tentang perekat hidrolis, air, dan agregat sebagai bahan bangunan.
b. Metode perancangan dalam pembuatan beton harus mengikuti tata cara yang
disyaratkan dalam SK.SNI.T-15-1990-03 untuk perancangan campuran beton
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
normal.
c. Setelah komposisi bahan penyusun beton didapatkan, maka tahapan pengadukan
dan pengecorannya juga harus mengikuti SK.SNI.T-28-1991-03 tentang tata cara
pengadukan dan pengecoran beton.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
E. Kualitas Pengujian
Kualitas pengujian sudah menjadi standar kontrol yang meliputi kontrol terhadap
kualitas pengambilan sampel, pengujian, dan elevasi penerimaan. Selain itu sistem dalam
laboratorium itu sendiri berpengaruh terhadap kualistanya.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB VIII
PERANCANGAN CAMPURAN
A. Uraian Umum
Campuran beton merupakan perpaduan dari komposit meterial penyusunnya. Hasil dari
suatu rangcangan sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan sifat bahan. Tujuan perancangan
campuran beton yaitu untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan-bahan penyusun beton.
B. Kriteria Perencanaan
Kekuatan tekan beton yang berhubungan dengan faktor air semen yang digunakan
merupakan kriteria dasar dalam perancangan beton. Abram berpendapat bahwa penggunaan air
dalam campuran beton harus minimum untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi. Namun disisi
lain, penggunaan air yang sedikit akan menimbulkan kesulitan dalam pengerjaan. Selain air,
pemilihan agregat juga sangat berpengaruh.
Langkah perancangan
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
b. Tentukan FAS
c. Buat proporsi agregat dari masing – masing fraksi
d. Tentukan proporsi antara agregat dengan semenagregat, berdasarkan tingkat
kemudahan pengerjaan, diameter maksimum bentuk dan FAS.
e. Hitung proporsi antar semen, air, dan agregat dengan dasar FAS dan proporsi antara
agregat semen.
f. Kebutuhan dasar dari beton dihitung dari volume absolut, prinsip hitungannya
adalah volune beton padat sama dengan jumlah absolut volume bahan – bahan
dasarnya.
Dimana:
F’ck = kuat tekan beton, Mpa, dari uji kubus beton bersisi 150
Rumus diatas dapat ditulis kembali menjadi m = 1,64s. Jadi kuat tekan rencana
yang ditargetkan :
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
3. Slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh
beton yang mudah dituangkan dan dipadatkan atau dapat memenuhi syarat workability.
Metode desain campuran portland cement association pada dasarnya serupa dengan
metode ACI sehingga secara umum hasilnya akan saling mendekati.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
b. Masukan proporsi tersebut dalam mixer sesuai dengan tata cara pengadukan beton
segar
c. Uji kelecakannya dengan uji slump dan uji –uji lain untuk beton segar
d. Masukan adukan kedalam silinder sesuai SK.SNI.T-16-1991-03
e. Buka cetakan setelah 24 jam. Lakukan perawatan dengan merendam selama 28 hari
f. Lakukan uji tekan pada umur 28 hari. Jika ingin diketahui hasil yang cepat, uji
kuat tekan dapat dilkukan pada umur 3,7,dan 14 hari.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB IX
PENGERJAAN BETON
A. Uraian Umum
Pengerjaan beton dimulai dari suatu rancangan campuran dari bahan-bahan
penyusun beton dengan komposisi yang solid dari bahan-bahan tersebut serta menjaga
konsistensinya sehingga dapat menghasilkan mutu beton yang baik. Tahapan pelaksanaan
dilapangan meliputi persiapan, penakaran, pengadukan, pengecoran, pemadatan,
penyelesaian akhir dan perawatan.
B. Persiapan
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal pertama yang harus diperhatikan adalah
(PB, 1989:27) :
3. Permukaan dalam acuan boleh dilapisi dengan bahan khusus (lapisan minyak mineral,
lapisan bahan kimia (form release agent), atau lembaran polyurethane.
4. Pasangan dinding beton yang berhubungan langsung dengan beton harus dibasahi air
sampai jenuh.
5. Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang dapat
merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dengan tulangan.
6. Air yang terdapat pada ruang yang akan diisi beton harus dibuang, kecuali apabila
penuangan dilakukan dengan tremi atau telah seijin pengawas ahli.
7. Semua kotoran, serpihan beton, dan material lain yang menempel pada pemukaan
beton yang telah mengeras harus dibuang.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
C. Penakaran
proporsi penakaran yang didasarkan atas penakaran berat dilakukan jika Beton
yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih besar atu sama dengan 20 Mpa. Sedangkan
Proporsi penakaran dengan menggunakan teknik penakaran volume dilakukan jika beton
yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih kecil dari 20 Mpa. Tekniknya harus didasarkan
atas penakaran berat yang dikonversikan kedalam penakaran volume untuk setiap
campuran bahan penyusunnya.
D. Pengadukan (Pencampuran)
Pengadukan dilakukan sampai didapatkan suatu sifat yang plastis dengan indikasi warna
adukan merata, kelecakan yang cukup, dan tidak homogen dengan terus mendata rinci jumlah
batch-aduk yang dihasilkan, proporsi material, perkiraan lokasi dari penuangan akhir, serta
waktu pengadukan dan penuangan.
F. Pengangkutan Beton
Pengangkutan beton dari tempat produksi ke tempat pembangunan harus dilakukan
secara sedemikian rupa agar tidak kehilangan material. Alat angkut yang digunakkan juga harus
diperhatikan dan sudah memenuhi syarat.
G. Penuangan Adukan
1. Hal yang perlu diprhatikan
a. Beton yang akan dituangkan harus dekat dekat cetakan
b. Pengecoran harus dilakukan dengan waktu yang seksama mungkin
c. Campuran yang kotor tidak boleh dituangkan ke cetakan
d. Campuran yang hamper mengeras tidak boleh dituangkan, kecuali sudah disetujui oleh
pengawass
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
H. Pemadatan Beton
Pemadatan dilakukan setelah beton dituang ke cetakan. Beton harus dipadatkan sampai
cetakan terisi rata dan beton tampak homogen.
I. Pekerjaan Akhir
Pekerjaan akhir dilakukan saat beton belom mencapai final setting atau pada saat beton
masih dapat dibentuk.
J. Perawatan
Perawatan beton dilakukan agar beton tidak pecah akibat kekurangan kadar air.
Perawatan ini biasanya dilakukan minimal selama 3 hari serta harus dipertahankan dalam
kondisi lembab.
K. Sifat-sifat Beton Segar
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
Dalam pengerjaan beton segar, tiga sifat yang penting yang harus selalu diperhatukan
adalah kemudahan pengerjaan, segregation (sarang kerikil), dan bleeding (naiknya air).
M. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan dilakukan agar beton dapat memiliki kuat tekan yang diinginkan,
tindakan ini meliputi agregat-agregat dan pelaksanaan beton segar.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
slidding untuk pengecoran dengan slip – form, ketersediaan material (air, PC,
agregat, dan bahan tanbah).
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB X
PENGUJIAN BETON
A. Uraian Umum
Pengujian beton dibagi menajdi tiga bagian pengerjaan yaitu pengujian material,
pengujian beton segar dan pengaruhnya setelah mengeras, dan pengujian beton keras.
Tujuannya agar mengetahui nilai kekuatan struktur sehingga dapat mengambil langkah
perbaikan selanjutnya.
C. Petimbangan Statistik
Mean dan standar deviasi merupakan variabel nilai statistik yang biasa digunakan.
Tujuannya adalah untuk mengontrol karakteristik beton material.
D. Pengujian Material
Pengujian material yang dimaksud adalah material penyusun beton yang dilakukan
dengan metode perancangan yang digunakan.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB XI
EVALUASI PEKERJAAN BETON
A. Uraian Umum
Tujuan pelaksanaan evaluasi adalah untuk melihat hasil (Kualitas bahan-bahan
penyusunnya, kualitas beton segar, dan kualitas beton keras) dan menganalisis pengujian yang
telah dilakukan.
B. Statistik
Evaluasi Statistik dilakukan dengan berdasarkan data pengujian melalui survei sampel
ataupun secara langsung di laboratorium dengan kaidah statistik.
C. Distribusi Data
1. Populasi dan Sampel
Populasi yang dimaksud adalah sifat dan karakteristik data dalam suatu kelompok diduga
sama. Sedangkan sampel adalah data yang berpeluang terpilih dalam suatu kelompok.
2. Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi menggambarkan suatu pola tertentu dari hasil data. Dengan melihat
distribusinya, kita dapat mengatur kumpulan data numerik yang tidak teratur dan kasar yang
diperoleh dari survei sampel atau hasi percobaan lainnya.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB XII
PERAWATAN DAN PERBAIKAN STRUKTUR
BETON
A. Uraian Umum
Agar tercapainya usia ekonomi suatu struktur maka perlu dilakukan perawatan pada
beton sedemikian rupa selama usia strukturnya.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
D. Metode Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Visual
Ditujukan pada tempat-tempat rawan terjadinya korosi seperti balkon, saluran air,
sambungan-sambungan, dan sebagainya.
2. Pemeriksaan detail
a. Pengukuran selimut beton dengan steel detector.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB XIII
AGREGAT RINGAN
A. Uraian Umum
Dikatakan sebagai agregat ringan dikarenakan kepadatan yang dimiliki hanya sekitar
300-1850kg/m. Agregat ini biasa digunakan atas pertimbangan ekonomis dan struktural.
C. Agregat Alami
Yaitu jenis-jenis agregatt diatomie, pumice, scoria, dan semua batuan asli vulkanik.
D. Agregat Buatan
Yaitu agregat yang berasal dari hasil pemanasan, pendinginan, dan industri cinder.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
F. Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan Agregat Ringan
Menurut SNI: 03-3449-1994
1. Struktural
Jenis agregat yang digunakan dibuat melalui proses pemanasan dari suatu serpih,
lempung, dan abu terbang.
a. Minimum
Kuat tekan : 17,24
Berat isi : 1400
b. Maksimum
Kuat tekan : 41,36
Berat isi : 1860
2. Struktural ringan
Jenis agregat yang digunakan ialah scoria atau batu apung.
a. Minimum
Kuat tekan : 6,89
Berat isi : 800
b. Maksimum
Kuat tekan : 17,24
Berat isi : 400
3. Struktural sangat ringan
Jenis agregat yang digunakan adalah perlit atau vernikulit.
a. Minimum
Berat isi : 800
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
2. Berat satuan maksimum pada saat kering dan diisi gembur adalah:
a. Agregat halus : 1120 kg/m
b. Agregat kasar : 800 kg/m
c. Agregat gabungan : 1040 kg/m
3. Kandungan bahan yang berpengaruh buruk
a. Kadar gumpalan tanah liat maksimum 3%
b. Warna yang dihasilkan dari kadar organik yang diuji dengan NaOH 3% harus lebih
muda.
c. Karat yang warnanya lebih pekat dari standar uji ASTM C.641, harus diuji secara
kimia.
d. Maksimal bagian yang hilang saat pemijaran adalah 5%
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB XIV
BETON MUTU TINGGI
A. Uraian Umum
Saat ini teknologi berkembang sangat pesat. Perkembangan ini tentunya memiliki
pengaruh terhadap kriteria beton mutu tinggi yang samkin lama tingkat kemajuan mutunya
ikut berkembang.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB XV
JENIS BETON LAINNYA
A. Uraian Umum
Berdasarkan beratnya, beton dibedakan menjadi beton berat, beton sedang, dan beton ringan.
Sedangkan menurut volumenya, dibedakan menjadi beton ringan, berat, dan normal.
B. Beton Ringan
Beton ringan biasanya menggunakan agregat ringan dengan berat jenis berdasarkan
keperluan strukturnya berkisar antara 1440-1850 kg/m3 yang dihasilkan melalui pembakaran
shale, lempung slates, residu slag, residu batu bara, dan hasil pembakaran vulkanik. Beton ini
memilki kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 Mpa.
C. Beton Berat
Yaitu beton yang dihasilkan dari agregat dengan berat isi lebih dari 2400 kg/m3.
Penggunaan beton berat ini untuk suatu keperluan tertentu seperti menahan benturan,
menahan radiasi, dan sebagainya.
1. Ferro-cement
Merupakan beton yang dicampur dengan tulangan ayam atau kawat yang di anyam
sehingga memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan dektail.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
E. Beton Siklop
Merupakan beton dengan agregat yang besar sampai 20 cm yang batasnya tidak
melebihi dari 20%.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB XVI
TANYA JAWAB
A. Pertanyaan
1. Irwan
Apa nama alat pengaduk beton dan dengan alat apa untuk mengambil sampel agregat?
2. Siti
Dengan cara apakah pengawasan beton dilakukan selama pengadukan beton?
3. Hilman
Jelaskan keuntungan aditif mengurangi panas hidrasi?
4. Adit
Bagaimana kriteria campuran beton plastis serta ciri-cirinya?
5. Demas
Bagaimana cara pengecoran dalam air dan faktor apa yang membuat beton itu kuat?
B. Jawaban
1. Jawaban untuk pertanyaan Irwan
Pengadukan beton dapat dilakukan dengan cara manual atau mesin. Alat pengaduk yang
digunakan dengan pengadukan manual biasanya dengan menggunakan cangkul.
Sedangkan untuk mesin dilakukan dengan molen atau truk molen yang kapasaitasnya
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Sampel yang diambil cukup beberapa saja dan
dilakukan pengujian.
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
TEKNOLOGI BETON
Nama : Pandu Setiawan Gulo
NIM : 19.B1.0107
BAB XVII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penggunaan beton itu sendiri didasarkan pada kerakteristik yang dimilikinya yang harus
dipahami sifat, kekuatan, kelemahan, penanganannya, perawatannya dan sebagainya. Hal ini
tidak terlepas dari kemajuan teknologi saat ini yang menghasilkan inovasi-inovasi baru
sehingga dalam pekerjaan konstruksi harus disesuaikan dengan kondisinya serta efektifitas dan
efisiensi dalam menggunakannya.
B. Saran
Materi teknologi beton ini terbilang cukup luas dan akan selalu ada pembaharuan seiring
dengan kemajuan zaman, sehingga penggalian informasi dan ilmunya dari berbagai sumber
yang terdepan sangat diperlukan serta selalu mengacu pada persyaratan dan ketentuannya.
Sehingga akan mempermudah dalam melakukan pekerjaan konstruksi dengan menggunakan
beberapa metode yang baik serta penggunaan beton yang lebih efektif
TEKNOLOGI BETON