Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu semen,
agregat, dan air. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk
mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan.

Semen salah satu bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi
kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah
perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan memperbaiki
keawetan beton yang dihasilkan. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan
karakteristik dari masing-masing bahan penyusun perlu dipelajari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa mutu semen dan air yang memenuhi syarat?
2. Apa syarat umum dan syarat mutu air?

C. Tujuan
1. Menjelaskan mutu semen dan air yang memenuhi syarat.
2. Menjelaskan syarat umu dan syarat mutu air.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sejarah Semen

Beton mulai ditinggalkan orang seiring dengan mundurnya kerajaan Romawi.


Baru sekitar tahun 1790, J. Smeaton dari Inggris menemukan bahwa kapur yang
mengandung lempung dan dibakar akan mengeras di dalam air. Bahan ini mirip
dengan semen yang dibuat oleh bangsa Romawi.

Peyelidikan lebih lanjut yang mengarah pada kepentingan komersial dilakukan


oleh J. Parker pada masa yang sama. Bahan tersebut mulai digunkan sekitar awal abad
ke -19 di Inggris dan kemudian di Perancis. Nama semen Portland (Cement Portland)
diusulkan oleh Joseph Aspadin pada tahun 1824 karena campuran air, pasir, dan batu-
batuan yang bersifat pozzolan dan berbentuk bubuk ini pertama kali diolah di Pulau
Portland, dekat pantai Dorset, Inggris. Semen Portland pertama kali diproduksi di
pabrik oleh David Saylor di Coplay Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun1875.
Sejak saat itu semen Portland berkembang dan terus dibuat sesuai dengan kebutuhan.

B. Jenis Semen

Semen merupakan hasil industri yang kompleks, dengan campuran serta


susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
semen non-hidrolik dan semen hidrolik

1. Semen Non-Hidrolik

Semen non-hodrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah
kapur. Kapur telah digunakan selama berabad-abad lamanya sebagai adukan dan
plasteran untuk bangunan. Kapur juga digunakan sebagai bahan pengikat .

Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsiu
oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan
dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah
berhubungan dengan air. Kapur tersebut dihasilan dengan membakar batu kapur
atau kalsium karbonat bersama bahan-bahan seperti belerang. Jika digunakan
sabagai bahan campuran beton, kapur putih akan menambah kekenyalan dan

2
memperbaiki sifat penegerjaan beton. Dengan menggunakan campuran 1:3, kapur
putih dapat memperbaiki permukaan beton yang tidak mengandung pori-pori.
Kapur putih merupakan komponen utama dari bata yang terbuat dari pasir dan
kapur. Kekuatan kapur sebagai bahan pengikat hanya dapat mencapai sepertiga
kekuaran semen portland.

2. Semen Hidrolik

Semen hidrolik mempunyai kemampuan mengikat dan mengeras di dalam


air. Contoh semen hidrolik anatar lain kapur hidrolik, semen pozzolan, semen
terak, semen alam, semen portland, semen Portland-pozzolan, semen portland
tanur tinggi, semen putih.
1) Kapur Hidrolik, sebagian besar (65%-75%) bahan kapur hidrolik terbuat dari
batu gamping, yaitu kalsium karobonat, beserta bahan pengikatnya berupa
silika, alumina, magnesia dan oksida besi. Kapur hidrolik memperlihatkan sifat
hidroliknya, namun tidak cocok untuk bangunan bangunan di dalam air, karena
membutuhkan udara yang cukup untuk mengeras. Sifat umum dari kapur
adalah:
a) Kekuatannya rendah
b) Berat jenis rata-rata 1000 kg/m3
c) Bersifat hidrolik
d) Tidak menunjukkan pelapukan
e) Dapat terbawa arus
2) Semen Pozzolan, sejenis bahan yang mengandung silisium atau aluminium,
yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat beraksi
dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa-
senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen. Semen pozzolan bahan ikat yang
mengandung silila amfort, yang apabila dicampur dengan kapur akan
membentuk benda padat yang keras.
3) Semen Terak, semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu campuran
seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor. Sekitar 60%
beratnya berasal terak tanur tinggi. Campuran ini biasanya tidak dibakar. Jenis
semen terak ada dua, yaitu:
a) Bahan yang dapat digunakan sebagai kombinasi portland cement dalam
pembuatan beton dan sebagai kombinasi kapur dalam pembuatan adukan
tembok.
3
b) Bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang digunakan
seperti halnya jenis pertama.
4) Semen Alam, dihasilakan melalui pembakaran batu kapur yang mengandung
lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan. Semen alam dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Semen alam yang dapat digunakan bersama-sama dengan portland
cement dalam suatu konstruksi.
b) Semen alam yang telah dibubuhi bahan pembantu, yaitu udara, yang
fungsinya sama dengan jenis pertama.
5) Semen Portland, bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan
sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri
dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih
kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama bahan
utamanya. Semen jika ditambah air, akan mejadi pasta semen. Jika ditambah
agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar, yang jika digabungkan
dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah
mengeras menjadi beton keras (concrete).
Jenis-jenis semen Portland:
a)
6) Semen Portland Pozzolan, campuran semen Portland dan bahan-bahan yang
bersifat pozzolan seperti terak tanur tinggi dan hasil residu.
7) Semen alumnia, dihasilkan melalui pembakaran batu kapur dan bauksit yang
telah digiling halus pada temperature 1600 0C. hasil pembakaran tersebut
berbentuk klinker dan selanjutnya dihaluskan hingga menyerupai bubuk.
Jadilah semen yang berwarna abu-abu.

C. Syarat Mutu Semen

1. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut :


a) SNI 15-2049-1994, Semen Portland.
b) “Spesifikasi semen blended hidrolis”(ASTM C 595). Kecuali tipe S dan SA
yang tidak diperuntukan sebagai unsur pengikat utama beton.
c) “Spesifikasi semen hidrolis ekspansi” ( ASTM C 845 ).

4
2. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang
digunakan pada perancangan proporsi campuran.
3. Semen Portland yang digunakan untuk konstruksi sipil harus memenuhi syarat
mutu yang telah ditetapkan. Di Indonesia, syarat mutu yang dipergunakan adalah
SII. 0013-81, “ Mutu dan Cara Uji Semen Portland”. Syarat mutu yang ditetapkan
oleh SII ini diadopsi dari syarat mutu ASTM C-150.

D. Penyimpanan Semen

Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama,
cara penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989:13), yaitu:
1. Semen harus terbebas dari bahan kotoran dari luar.
2. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gedung tertutup, terhindar dari basah
dan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan lain.
3. Semen dari jenis berbeda harus dikelompokkan sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya. Urutan penyimpanan harus diatur
sehingga semen yang lebih dahulu masuk gudang terpakai terlebih dahulu.

E. Syarat Mutu Air


1. Syarat Umum Air

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi


semen, agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton.

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat
merusak beton atau tulangan. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang
berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila
dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat
mengubah sifat sifat beton yang dihasilkan.

Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air,
maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting,
tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut sebagai faktor
air semen ( water cement ratio). Air yang berlebihan akan menyebabkan
Banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu

5
sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, Sehingga akan
mempengaruhi kekuatan beton. Air yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan
beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika
dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling (PB
1989: 9).

2. Syarat Mutu Air Menurut British Standard (BS.3148-80)

Berikut adalah kriteria yang harus dipenuhi air yang kan digunakan sebagai
campuran beton menurut British Standard (BS.3148-80). Jika ketentuan-ketentuan
ini tidak terpenuhi, sebaiknya air tidak digunakan untuk membuat campuran beton.

a) Garam-garam anorganik, ion-ion yang biasa terdapat di dalam air tidak boleh
lebih besar dari 2000 mg/liter. Karena garam-garam anorganik ini akan
memperlambat waktu pengikatan beton dan menyebabkan menurunnya
kekuatan beton.
b) Minyak, air yang mengandung minyak tanah lebih dari 2% berat semen dapat
mengurangi kekuatan beton hingga 20%. Karena itu pengguanaan air yang
tercemar minyak sebaiknya dihindari penggunaannya.
c) Rumput laut, rumput laut yang tercampur dalam air campuran beton dapat
menyebabkan berkurangnya kekutan beton. Bercampurnya rumput laut dengan
semen akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat dan menimbulkan
terjadinya sangat banyak gelembung-gelembung udara dalam beton. Beton
menjadi keropos dan akhirnya kekuatannya akan berkurang.
d) Zat-zat organik, lanau, dan bahan-bahan terapung, dapat mempengaruhi waktu
pengikatan semen dan kekuatan beton. Air yang berwarna tua, berbau tidak
sedap dan mengandung butir-butir lumut harus diuji sebelum dipakai.
e) Air yang tercemar limbah industri sebelum dipakai dianalisis kandungan
pengotornya dan diuji serta disaring dan diencerkan.
f) Air asam, air yang mempunyai nilai asam tinggi (PH>3.0) menyulitkan
pekerjaan beton.
g) Air basa, air dengan kandungan Natrium Hidroksida kurang dari 0.5 % dari
berat semen tidak mempengaruhi kekuatan beton.

6
F. Penilaian Waktu Pengikatan (Setting Time) dan Uji Kuat Tekan

Air pengaduk dianggap tidak mempunyai pengaruh berarti terhadap waktu


pengikatan dan sifat pengerasan beton jika hasil pengujian menunjukkan:
1. Perbedaan waktu pengikatan awal campuran beton yang menggunakan air yang
diragukan disbanding dengan caampuran beton memakai air suling tidak lebih
besar dari 30 menit.
2. Kuat tekan rata-rata kubus beton yang dibuat dengan air yang diragukan tidak
kurang dari 90% kuat tekan beton yang memakai air suling.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Semen ialah bahan pengikat yang digunakan sebagai bahan pengikat butiran
agregat halus dan kasar menjadi massa padat dan untuk mengisi rongga butiran
agregat (halus dan kasar).
2. syarat mutu air yakni: bersih dan terbebas dari minyak, dan zat-zat lain yang
bersifat menghambat waktu pemadatan beton.
3. Penyimpanan semen dilakukan dengan semen terbebas dari kotoran dari luar,
terhindar dari basah dan lembab, disimpan daolam gudang tertutup, dan tidak
tercampur dengan material lain sebelum pelaksanaan pencampuran.

8
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, Tri, 2004. Teknologi Beton.Yogyakarta:C.V. ANDI OFFSET
Wang, Kia, Chu, dkk.1993.DISAIN BETON BERTULANG.Jakarta:Penerbit Erlangga
Setyowati, Wahjuni, Edhi,2020.Teknologi Beton I.Malang:Media Nusa Creative

Anda mungkin juga menyukai