PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu semen,
agregat, dan air. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk
mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan.
Semen salah satu bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi
kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah
perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan memperbaiki
keawetan beton yang dihasilkan. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan
karakteristik dari masing-masing bahan penyusun perlu dipelajari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa mutu semen dan air yang memenuhi syarat?
2. Apa syarat umum dan syarat mutu air?
C. Tujuan
1. Menjelaskan mutu semen dan air yang memenuhi syarat.
2. Menjelaskan syarat umu dan syarat mutu air.
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sejarah Semen
B. Jenis Semen
1. Semen Non-Hidrolik
Semen non-hodrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah
kapur. Kapur telah digunakan selama berabad-abad lamanya sebagai adukan dan
plasteran untuk bangunan. Kapur juga digunakan sebagai bahan pengikat .
Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsiu
oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan
dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah
berhubungan dengan air. Kapur tersebut dihasilan dengan membakar batu kapur
atau kalsium karbonat bersama bahan-bahan seperti belerang. Jika digunakan
sabagai bahan campuran beton, kapur putih akan menambah kekenyalan dan
2
memperbaiki sifat penegerjaan beton. Dengan menggunakan campuran 1:3, kapur
putih dapat memperbaiki permukaan beton yang tidak mengandung pori-pori.
Kapur putih merupakan komponen utama dari bata yang terbuat dari pasir dan
kapur. Kekuatan kapur sebagai bahan pengikat hanya dapat mencapai sepertiga
kekuaran semen portland.
2. Semen Hidrolik
4
2. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang
digunakan pada perancangan proporsi campuran.
3. Semen Portland yang digunakan untuk konstruksi sipil harus memenuhi syarat
mutu yang telah ditetapkan. Di Indonesia, syarat mutu yang dipergunakan adalah
SII. 0013-81, “ Mutu dan Cara Uji Semen Portland”. Syarat mutu yang ditetapkan
oleh SII ini diadopsi dari syarat mutu ASTM C-150.
D. Penyimpanan Semen
Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama,
cara penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989:13), yaitu:
1. Semen harus terbebas dari bahan kotoran dari luar.
2. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gedung tertutup, terhindar dari basah
dan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan lain.
3. Semen dari jenis berbeda harus dikelompokkan sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya. Urutan penyimpanan harus diatur
sehingga semen yang lebih dahulu masuk gudang terpakai terlebih dahulu.
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat
merusak beton atau tulangan. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang
berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila
dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat
mengubah sifat sifat beton yang dihasilkan.
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air,
maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting,
tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut sebagai faktor
air semen ( water cement ratio). Air yang berlebihan akan menyebabkan
Banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu
5
sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, Sehingga akan
mempengaruhi kekuatan beton. Air yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan
beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika
dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling (PB
1989: 9).
Berikut adalah kriteria yang harus dipenuhi air yang kan digunakan sebagai
campuran beton menurut British Standard (BS.3148-80). Jika ketentuan-ketentuan
ini tidak terpenuhi, sebaiknya air tidak digunakan untuk membuat campuran beton.
a) Garam-garam anorganik, ion-ion yang biasa terdapat di dalam air tidak boleh
lebih besar dari 2000 mg/liter. Karena garam-garam anorganik ini akan
memperlambat waktu pengikatan beton dan menyebabkan menurunnya
kekuatan beton.
b) Minyak, air yang mengandung minyak tanah lebih dari 2% berat semen dapat
mengurangi kekuatan beton hingga 20%. Karena itu pengguanaan air yang
tercemar minyak sebaiknya dihindari penggunaannya.
c) Rumput laut, rumput laut yang tercampur dalam air campuran beton dapat
menyebabkan berkurangnya kekutan beton. Bercampurnya rumput laut dengan
semen akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat dan menimbulkan
terjadinya sangat banyak gelembung-gelembung udara dalam beton. Beton
menjadi keropos dan akhirnya kekuatannya akan berkurang.
d) Zat-zat organik, lanau, dan bahan-bahan terapung, dapat mempengaruhi waktu
pengikatan semen dan kekuatan beton. Air yang berwarna tua, berbau tidak
sedap dan mengandung butir-butir lumut harus diuji sebelum dipakai.
e) Air yang tercemar limbah industri sebelum dipakai dianalisis kandungan
pengotornya dan diuji serta disaring dan diencerkan.
f) Air asam, air yang mempunyai nilai asam tinggi (PH>3.0) menyulitkan
pekerjaan beton.
g) Air basa, air dengan kandungan Natrium Hidroksida kurang dari 0.5 % dari
berat semen tidak mempengaruhi kekuatan beton.
6
F. Penilaian Waktu Pengikatan (Setting Time) dan Uji Kuat Tekan
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Semen ialah bahan pengikat yang digunakan sebagai bahan pengikat butiran
agregat halus dan kasar menjadi massa padat dan untuk mengisi rongga butiran
agregat (halus dan kasar).
2. syarat mutu air yakni: bersih dan terbebas dari minyak, dan zat-zat lain yang
bersifat menghambat waktu pemadatan beton.
3. Penyimpanan semen dilakukan dengan semen terbebas dari kotoran dari luar,
terhindar dari basah dan lembab, disimpan daolam gudang tertutup, dan tidak
tercampur dengan material lain sebelum pelaksanaan pencampuran.
8
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, Tri, 2004. Teknologi Beton.Yogyakarta:C.V. ANDI OFFSET
Wang, Kia, Chu, dkk.1993.DISAIN BETON BERTULANG.Jakarta:Penerbit Erlangga
Setyowati, Wahjuni, Edhi,2020.Teknologi Beton I.Malang:Media Nusa Creative