TINJAUAN PUSTAKA
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat.
Secara sederhana, definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa
merekatkan bahan-bahan material lain seperti batu bata dan batu koral hingga
bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan dalam pengertian secara
umum semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat
(Pangaribuan, 2013).
Dalam pengertian umum, semen dapat diartikan sebagai bahan yang
dipergunakan sebagai bahan pengikat (bonding material) terhadap material
lainnya seperti pasir dan batu kerikil. Bahan pengikat pertama kali adalah
Quick Lime yang merupakan hasil pembakaran batu kapur yang agak murni.
Bahan pengikat ini tidak hidrolis, sehingga tidak dapat mengeras dalam air.
Kemudian dikenal Hydraulic Lime yang dihasilkan dari pembakaran batu
kapur yang tidak murni yang mengandung silika, aluminium, dan oksida besi.
Bahan pengikat jenis ini akan mengeras dalam air karena gaya
higroskopisnya. (Yulianto, 1995). Secara garis besar, semen digolongkan
menjadi dua, yaitu :
2. Semen Hidraulis
10
Semen hidrolis adalah semen yang dapat mengeras dalam air dan
menghasilkan padatan yang stabil dalam air (Yulianto, 1995). Sifat
semen hidrolis antata lain: dapat mengeras bila dicampur dengan air,
tidak larut dalam air dan dapat mengeras meskipun di dalam air, contoh :
Semen Portland, Semen Campur, dan Semen Khusus.
Semen terdiri dari empat jenis oksida utama, yaitu CaCO 3, SiO2, Fe2O3,
dan Al2O3. Oksida-oksida tersebut mempunyai daya rekat dan dapat
mengeras serta tetap stabil bila di dalam air maupun di alam terbuka.
Gabungan oksida-oksida tersebut menghasilkan clinker atau semen.
Reaksi pembentukan clinker dapat berlangsung dengan baik jika adanya
mineral-mineral yang reaktif, luas permukaan mineral yang besar,
terjadinya kontak yang efektif antar partikel, komposisi kimia campuran
yang tepat, dan tercapainya tingkat temperatur yang diinginkan, yaitu
1450 ºC (Yulianto, 1995).
lain:
1. Semen Portland
Semen Portland didefinisikan sebagai produk yang didapatkan dari
penggilingan halus clinker terutama yang terdiri dari kalsium silikat
hidraulik, dan mengandung satu atau dua bentuk kalsium silikat sebagai
tambahan antar giling. Kalsium silikat hidraulik mempunyai
kemampuan mengeras tanpa pengeringan atau reaksi dengan karbon
dioksida udara, dan karena itu berbeda dengan perekat anorganik seperti
Plaster Paris. Reaksi yang berlangsung pada pengerasan semen adalah
hidrasi dan hidrolisis (Austin,1996).
c. Semen Masonry
3. Semen Khusus
Semen portland yang berwarna putih, dibuat dari bahan baku yang
mengandung oksida mangan sangat rendah (mendekati nol persen).
Oksida mangan dapat mempengaruhi warna semen. Semen putih
digunakan untuk luluhan traso, bangunan arsitektur, dekorasi, dan
lain-lain.
Semen sudah dikenal sejak zaman dahulu kala, dan mengenai penemuannya
kita hanya dapat mereka-reka saja. Orang Mesir sudah menggunakan
semacam semen untuk konstruksi Pyramid mereka sedangkan orang Yunani
dan orang Roma menggunakan tuf vulkanik yang dicampur dengan gamping
sebagai semen.
Pada tahun 1824, John Aspdin, seorang pengukir batu dari Inggris
mendapatkan paten untuk suatu semen buatan yang dibuat dengan
mengkalsinasi batu gamping argilaseo. Pada akhirnya semen yang dihasilkan
tersebut diberi nama Portland Cement, karena bentuk dari semen yang telah
mengeras mirip dengan Portland Stone yang merupakan bahan bangunan
pada saat itu yang terdapat di Pulau Portland. Pada tahun 1850, David O
taylor menemukan semen yang dihasilkan dengan membakar Cement Rock
yang sifatnya lebih hidraulis lime, namun mutunya lebih rendah dari Semen
Portland. Semen ini dikenal dengan nama Natural Cement.
Pada tahun 1906, Carel Christopher Lau, seorang ahli teknik pemerintah
belanda, menemukan deposit batu kapur dan batu silika di sekitar Indarung,
Padang. Hal ini mengundang minat pihak swasta Belanda untuk
mengolahnya, sehingga pada tanggal 18 Maret 1910 mereka mendirikan
suatu perusahaan dengan nama NV. Nederlands Indische Portland Cement
Maatscappij (NV.NICPM). Pabrik semen pertama di Indonesia ini mulai
beroperasi pada tahun 1911 dengan kapasitas 22.900 ton per tahun.
Kemudian berganti nama menjadi PT. Semen Padang. Beberapa pabrik
lainnya berdiri setelah Indonesia merdeka, seperti PT. Semen Gresik pada
tahun 1957 di Jawa Timur, PT. Semen Tonasa 1968 di Sulawesi, PT. Semen
Baturaja 1974 di Baturaja, PT. Semen Cibinong 1975 di Jawa Barat, dan PT.
Semen Nusantara 1977 di Cilacap.
17
Setiap bahan baku mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda satu
dengan yang lainnya.
a. Batu Kapur
Warna : Putih, abu-abu, kuning tua, jingga dan hitam.
Berat jenis : 2,6 – 3,3Kg/m3
Kekerasan : berkisar antara 1,8 – 3 skala mosh, tergantung
umur, semakin tua maka kekerasan akan
semakin besar.
Bentuk : kristal yang halus
b. Pasir Besi
d. Tanah Liat
e. Gypsum
Warna : putih
Bentuk : mirip bubuk kasar
18
Semua senyawa utama untuk semen terdapat dalam batu kapur dan
tanah liat, tetapi tidak semua batu kapur dan tanah liat memiliki
proporsi kimia yang memenuhi untuk membuat semen dengan kualitas
semen yang diinginkan. Oleh karena itu, pada proses pembuatan
semen, bahan baku utama tersebut biasanya ditambah bahan lain
sebagai koreksi bahan kimia yang kurang, yaitu berupa pasir besi dan
pasir silika. Senyawa kimia yang terdapat dalam bahan baku dan yang
diperlukan adalah Oksida Kalsium (CaO), Oksida Silisium (SiO 2),
Oksida Aluminium (Al2O3) dan Oksida Besi (Fe2O3). Pengaruh dari
oksida utama ini dapat dilihat pada Table 2.2 berikut ini:
1. Kehalusan:
- Sisa di atas ayakan 45 mm 24
(No. 325) % max
4. Kekuatan tekan:
100
- 3 hari, kg.cm-2, min
150
- 7 hari, kg.cm-2, min
5.
Pengikat semu Penetrasi, % min 50
Sumber : Laboratorium Proses dan Kimia PT. Semen Baturaja (Persero), 2010
21
1. Kehalusan Semen
Kehalusan semen disyaratkan karena menentukan luas permukaan
partikel-partikel setiap satu gram semen. Kehalusan semen sangat
berpengaruh pada proses hidrasi saat semen digunakan.
3. Kekekalan (Soundness)
digunakan untuk mengontrol agar beton tidak mengalami
pemuaian dan penyusutan yang dapat merusak konstruksi.
Penyusutan yaitu pengecilan volume beton karena adanya air yang
menguap dalam adonan semen. Semen yang baik adalah jika
penyusutannya sekecil mungkin.
LIMESTONE
SILICA SAND
CLAY
IRON SAND WATER
CEMENT SEMEN
FUEL MILL
PREPARATION
1. Grinding
2. Mixing
1. Drying 3. Cooling
RAW FUEL 2. Grinding GYPSUM
3. Compressing
4. Heating
Alat-alat yang digunakan adalah Ball Mill dan Slurry Blending Tank.
Tahap firing dalam rotary kiln mencakup proses :
2. Hidrasi C3A
3H2O(l) (2.7)
Calcium Sulfuric Aluminate Hydrate
3. Hidrasi C4AF