Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semen merupakan material perekat untuk krikil,pasir, batubara, dan material
sejenis lainnya. Begitu pentingnya semen, sehingga nyaris tidak ada bangunan
yang bebas dari penggunaan semen. Bahkan semen telah telah digunakan sejak
zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya bangunan bersejarah yang sampai saat
ini masihh bias kita lihat. Awalnya semen terbentuk dari penggilingan beberapa
material seperti batu kapur, tanah liat pasir slika, pasir besi, sehingga membentuk
klinker. Ditambah sejumlah gypsumdan mineral lainnya, maka terbentuklah
semen. Semen tersebut dapat bekerja sebagai perekat jika ditambah air.
Meskipun semen telah banyak dikenal dan masuk kehampir semua segmen
aplikasi pekerjaan konstruksi, tetapi di lapangan masih sering dijumpai keslahan,
terutama masalah aplikasi dan inefisiensi penggunaannya. Pemahaman mengenai
karakteristik material bahan bangunan, termasuk semen, sangatlah penting untuk
mendapatkan hasil yang optimal baik dari segi kualitas dan daya tahan, maupun
biaya. Dewasa ini, industry semen telah memproduksi tipe-tipe semen yang
berbeda, tetapi yang paling banyak dijumpai dipasar dalam kemasaan kantong
adalah semen untuk keperluan aplikasi umu, yaitu semen tipel dan Portland
Cement Composite (PCC).
Perbedaan masing-masing tipe semen dapat memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap karakteristik campuran, baik dalam keadaan segar maupun
setelah terjadi pengerasan. Karakteristik campuran beton atau mortal misalnya,
sangat bergantung pada komposisi dan karakteristing masing-masing bahan
penyusunnya. Selain itu, factor-faktor lapangan, seperti persiapan beton atau
adukan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kualitas campuran yang
dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan semen dan pengaplikasiannya?
2. Apa saja jenis-jenis semen dan pengaplikasiannya?
3. Bagaimana pengaplikasian penyimpanan energi termal dari mortal semen?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memenuhi tugas pada mata kuliah teknologi semen
2. Dapat memahami pengaplikasian semen
3. Dapat mengetahui jenis-jenis semen dan pengaplikasiannya
4. Dapat memahami pengaplikasian penyimpanan energi termal dari mortal
semen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Semen
Semen merupakan bahan yang bersifat hirolis yang bila dicampur air akan
berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain
meliputi beton, adukan mortar, plesteran, bahan penambal, adukan encer (grout) dan
sebagainya. Pada umumnya terdapat beberapa jenis semen dan tipe semen yang
berada dipasaran. Beberapa jenis semen diatur dalam SNI, diantaranya : SNI 15-
2049-2004 mengenai semen portland (OPC = Ordinary Portland Cement) yang
dibedakan menjadi 5 tipe.
Selain itu, SNI 15-0302-2004 mengenai semen portland pozolan (PPC =
Portland pozzoland cement). Semen portland pozolan adalah semen yang dibuat dari
campuran homogen semen portland bersamaan dengan bahan yang mempunyai sifat
pozolan. Campuran beton dan mortar menggunakan PPC mempunyai sifat pengerjaan
yang mudah, namun akan terjadi perpanjangan waktu pengikatan. Kekuatan tekan
beton dengan semen pozolan pada umur awal lebih rendah tetapi pada umur lama
akan semakin tinggi karena masih terjadi reaksi antara silika aktif pozolan dengan
Ca(OH)2mengenai semen portland komposit (PCC = Portland Composite Cement)
yakni semen yang dibuat dari hasil penggilingan terak semen portland dan gips
dengan bahan anorganik. Jenis semen lainnya diatur dalam SNI 15-7064-2004.

2.2 Jenis-jenis semen dan aplikasinya


Selain semen Portland masih ada banyak jenis semen lainnya. Penetupan jenis
semen lainnya. Penentuan jenis ini dapat ditentukan berdasarkan fungsi
pengaplikasian semen itu sendiri.
2.2.1 Semen Portland (OPC = Ordinary Portland Cement)
Semen Portland terbagi menjadi 5 tipe
1. Tipe 1 : untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-
persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain semen tipe
ini paling banyak digunakan masyarakat jenis ini digunakan untuk konstruksi
bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus untuk hidrasi
panas dan kekuatan tekan awal. Kegunaan semen Portland tipe1 diantaranya
konstruksi bangunan untuk rumah pemukiman, Gedung bertingkat, dan jalan
raya. Karakteristik semen Portland tipe1 ini cocok digunakan dilokasi
pembangunan dikawasan yang jauh dari pantai dan memiliki kadar sulfat
rendah
2. Tipe II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang. Kondisi letak georafis
ternyata menyebabkan perbedaan kadar asam sulfat dalam air dan tanah dan
juga tingkat hidrasi, oleh karena itu, keadaan tersebut mempengaruhi
kebutuhan semen yang berbeda. Kegunaan semen Portland tipe II pada
umumnya sebagai material bangunan yang letaknya dipinggir laut, tanah
rawa, dermaga, saluran irigasi dan bendungan. Karakteristik semen Portland
tipe II yaitu tahan terhadap asam sulfa tantara 0,10 hingga 0,20 persen dari
hidrasi panas yang bersifat sedang.
3. Tipe III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Kegunaan smen
Portland tipe III diantaranya adalah memiliki daya tekan awal yang tinggi
pada permulaan setelah proses pengikatan terjadi lalu segera dilakukan
penyelesaian secepatnya. Jenis semen Portland tipe III digunakan untuk
membuat bangunan tingkat tinggi, jalan tola tau jalan raya bebas hambatan,
hingga bandar udara dan bangunan dalam air yang tidak memerlukan
ketahanan asam sulfat. Ketahanan portlan tipe III menyamai kekuatan umur
28 hari beton yang menggunakan Portland tipe I.
4. Tipe IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah. Jenis semen Portland tipe IV diminimalkan pada fase
pengerasan sehingga tidak terjadi keretakan. Kegunaan semen Portland tipe
IV digunakan untuk dam hingga lapanagan udara.
5. Tipe V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat tingkat tinggi lebih dari 0,20 persen.
Kegunaan semen Portland tipeV dirancang untuk memenuhi kebutuhan
wilayah dengan kadar asam sulfat tinggi seperti misalnya rawa-rawa, air laut
atau pantai, serta kawasa terbang. Jenis bangunan yang membutuhkan jenis ini
diantaranya bendungan, pelabuhan, konstruksi dalam air hingga pembakit
tenaga nuklir

2.2.2 Portland Composite Cement (PCC)


Kegunaan Portland composite cement ini secara luas adalah bahan pengikat
untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata, beton pra cetak, beton pra tekan,
paving block, plasteran dan acian dan sebagainya. Karakteristik Portland composite
cement lebih mudah dikerjakan, kedap air, tahan sulfat, dan tidak mudah retak.
Material ini terdiri dari beberapa unsur diantaranya terak, gypsum, dan bahan
anorganik. Semen ini digunakan untuk:
1. Konstruksi beton umum
2. Pasangan batu dan batu bata
3. Selokan
4. Jalan
5. Pagar dinding
6. Pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan,
panel beton, bata beton, paving block.

2.2.3 Super Portland Pozzolan Cement (PPC)


Kegunaan super Portland pozzolan cement adalah sebagai konstruksi betan
massa, konstruksi ditepi pantai dan tanah rawa yang harus memiliki ketahanan
terhadap sulfat, tanah hidrasi panas sedang, pekerjaan pasangan dan plasteran.
Beberapa jenis bangunan yang menggunakan produk ini diantaranya perumahan,
jalan raya, deramaga dan irigasi, dan sebagainya. Semen ini merupakan pengikat
hidrolisis seperti halnya PPC namun terdiri dari campuran terak, gypsum dan
pozzolan. Adapun kegunaanya sebagai berikut:
1. Bangunan bertingkat (2-3 lantai)
2. Konstrusksi Beton umum
3. Konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan
4. Konstruksi bangunan didaerah pantai, tanah berair (rawa)
5. Bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif
6. Konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan
sanitasi, bangunan perairan dan penampungan air

2.2.4 Special Blended Cemeny (SBC)


Special blended cemeny (SBC) atau semen campur karena khusus dirancang
dalam pembangunan jembatan terbesar yaitu jembatan suramadu . karakeristik special
blended cement tentu memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan pada air laut seperti
hal nya jembatan suramadu.

2.2.5 Super Masonry Cement (SMC)


Kegunaan super mansory cement (SMC) diantaranya sebagai bahan baku
genteng beton,, tegel, hollow brinck dan paving block. Selain itu, digunakan hanya
pada kisaran konstruksi bangunan rumah atau irigasi dengan struktur beton paling
besar K225. Tipe ini pertama kali diperkenalkan di USA.

2.2.6 Oil Well Cement (OWC)


Karakteristik oil well cement yang tahan terhadap sulfat tinggi ini merupakan
jenis yang dibuat untuk kegunaan khusus di kedalaman dan temperature tertentu yang
bias disesuaikan dan kecepatan pengerasan dikurangi. Diantara proyek yang
menggunakan material ini yaitu sumur minyak bumi dibawah permukaan bumi dan
laut.

2.2.7 Semen Thang Long PCB40


Karakteristik semen ini yang memiliki daya tahan terhadap sulfat sesuai untuk
konstruksi bangunan bawah tanah dan air. Takk hanya itu, semen ini juga memiliki
daya tahan terhadap penyerapan air erosi lingkungan dan tahan lama. Jenis ini juga
hemat digunakan karena kekuatannya. Iklim Vietnam sangat pas untuk penggunaan
jenis semen ini.
2.2.8 Semen Thang Long PC50
Kegunaan semen ini yang banayak digunakan untuk proyek-proyek besar dan
rumit sehingga membutuhkan jenis semen dengan spesifikasi yang tinggi.
Standarisasi yang setara asia, eropa bahkan amerika ini diaplikasikan untuk jembatan
hingga pembangkit listrik. Karakteristik semen ini diantaranya memiliki ketahanan
tinggi terhadap sulfat sehingga bias pula digunakan dibawah tanah dan air.

2.2.9 Semen Putih (White Portland Cement)

Kegunaan semen putih diaplikasikan untuk lapisan kramik hingga dekorasi


interior dan eksterior bangunan dapat berfungsi sebagai komponen dalam
pembuatan campuran finishing kering.Warna yang terang dari semen putih
diperoleh karena komposisi dan teknologi khusus dari produksinya. Ini diproduksi
atas dasar klinker rendah-besi, dengan campuran aditif mineral, batu kapur,
gypsum, garam klorin, yang memberikan warna keputihan. Penembakan dengan
pendinginan yang tajam memberikan kekuatan. Semen putih diproduksi atas dasar
klinker rendah-besi, di mana kandungan mangan dan kromium diminimalkan. Ini
juga termasuk aditif mineral, batu kapur, gypsum, garam klorin, yang memberikan
warna keputihan. Diproses dengan Penghancuran bahan baku dan penggilingan
klinker terjadi di penggiling / pabrik yang dilengkapi dengan lapisan khusus. Di
sini, batu api, basalt, lempengan porselen digunakan. Pada saat yang sama,
permukaan spesifik (kehalusan grinding) secara signifikan lebih tinggi daripada
semen konvensional
2.2.10 Semen Acian Putih/ Mortar TR30
Karakteristik semen acian putih atau mortar ialah memiliki daya rekat yang
tinggi dan dapat menghasilkan permukaan acian yang lebih halus. Oleh karena itu,
tidak mudah retak dan terkelupas. Waktu pengerjaannya juga cenderung lebih cepat.
Kegunaan cemen Asian putih adalah untuk finishing seperti diantaranya plasteran,
Asian, pasangan keramik.

2.3 Peningkatan penyimpanan energi termal dari mortar semen ringan


dengan aplikasi bahan ganti fase

Salah satu cara yang mungkin untuk meningkatkan kapasitas panas adalah
dengan memperkenalkan elemen penyimpanan panas laten yang mengalami
perubahan fase dalam kisaran suhu yang nyaman. Phase change material (PCM)
menyimpan energi termal dengan mengubah padatan menjadi cair ketika suhu bahan
meningkat di atas suhu transisi fase. Demikian pula, bahan melepaskan panas dan
menjadi memadat ketika suhu berkurang di bawah suhu transisi fase. Proses ini dapat
dioperasikan dalam setiap hari untuk waktu yang lama. Teknik enkapsulasi seperti
PCM mikroenkapsulasi dan komposit PCM granular dapat secara efektif menahan
PCM dalam jumlah besar dengan laju transfer panas yang unggul. Micronal tersedia
®

secara komersial PCM mikroenkapsulasi yang dapat dimasukkan ke dalam beton,


mortar dan eternit. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa PCM mikroenkapsulasi
dapat memiliki efek positif pada kinerja termal ketika dibuat dengan berbasis semen
komposit penyimpanan energi termal.
Mortar semen yang dibuat dengan mencampur semen, pasir dan air telah
mendapat banyak aplikasi dalam industri dan penggabungan PCM ke dalam mortar
semen tidak hanya menyediakan kapasitas penyimpanan energi termal, tetapi juga
memfasilitasi konservasi energi dan penghematan energi. Terlebih lagi, PCM yang
stabil bentuk parafin / hidrofobik adalah suatu kandidat yang sangat baik untuk
digunakan sebagai PCM komposit dengan jumlah besar penyerapan PCM dan tidak
ada tanda PCM kebocoran. Dalam pengaplikasian mengembangkan semen mortar
penyimpanan energi panas (TESC) dengan penggabungan parafin / PCM komposit
EP hidrofobik menjadi mortar semen biasa. Pertama, komposit EP parafin /
hidrofobik PCM diintegrasikan ke dalam mortar semen biasa dengan metode
penggantian volume absolut. Kemudian fisik, sifat mekanik dan termal dari sampel
TESC diselidiki. Ini diikuti dengan mengevaluasi termal kinerja penyimpanan energi
TESC yang mengandung tingkat massa berbeda PCM komposit.

2.3.1 Semen Hijau


Semen telah terbukti sebagai penghasil karbondioksida terbesar kedua setelah
pembangkit listrik. Dampak negatif karbondioksida sendiri salah satunya adalah
meningkatnya suhu bumi. Untuk mengatasinya, terdapat beberapa alternative, yaitu
dengan menggunakan semen hijau. Semen ini merupakan campuran dari hasil limbah
bekas pembakaran semen sebelumnya. Limbah yang bias dicampurkan ini antara lain
debu sisa pembakaran batubara. Dengan mencampur limbah penggunaan semen tidak
lagi harus seratus persen. Material ini biasa menyerupai semen konvensional tanpa
harus memakan banyak energi fosil saat diproduksi.
Dari segi kualitas, semen hijau tentu tidak sekuat semen konvesional dan
penggunaan semen hijau tidak bisa tanpa semen konvensional tapi setidaknya cukup
membantu mengurangi penggunaan energi fosil. Selain membantu mengurangi emisi
karbondioksida, semen hijau juga lebih murah dibandingkan semen konvesional
karena semen hijau menggunakan limbah atau sisa pembakaran.
Semen hijau juga banyak digunakan untuk Gedung-gedung. Semen hijau juga
bermanfaat pada proses pembangunan, semen yang digunakan dalam konstruksi
beton akan mengakibatkan kenaikan suhu awal pada beton yang dapat menyebabkan
terjjadi retak. Dengan tambahan semen hijau maka panas hidrasi semen dapat
berkurang.

2.4 Kesalahan Penggunaan Pada Aplikasi Material Bahan Bangunan Semen


1. Penyimpanan semen
Pada dasarnya salah-satu sifat semen adalah sangat mudah menyerap air / uap
air / kelembaban udara di sekitarnya. Sedikit saja pada lingkungan berair, maka
semen akan menyerapnya dan membuatnya menjadi mengeras dan tak dapat
digunakan, Oleh karenanya, semen tidak boleh diletakkan langsung di atas
permukaan tanah/lantai, sebaiknya diberi alas plastik, karton atau palet kayu.
2. Jenis semen yang tidak sesuai dengan peruntukan
Ada beberapa jenis semen yang diproduksi oleh pabrikan. Ada semen yang
khusus dibuat agar tahan terhadap sulfat, contohnya semen yang digunakan untuk
pembuatan saluran irigasi, dam, bendungan, bangunan tepi pantai, dsb.
4. Perbandingan komposisi yang tidak tepat
Adukan atau campuran antara semen dan pasir dibedakan menurut
penggunaannya (lihat tabel Petunjuk Praktis Penggunaan Semen PCC). Sebagai
contoh, perbandingan semen dan pasir untuk plesteran dindingadalah 1 : 7 s/d 8 dan
untuk kamar mandi 1 : 3 s/d 5.
5. Pengerjaan yang tergesa-gesa
Dalam proses pengerjaan plesteran, dinding bata atau batako seharusnya
dibasahi terlebih dahulu untuk menghindari timbulnya retak-retak akibat suhu panas
dari bata atau batako yang diplester, karena suhu panas tersebut mencari celah keluar.
Namun, proses ini sering diabaikan karena dianggap membuang waktu, memakan
biaya dan boros air.
6. Pencampuran semen dan pasir tidak sempurna
Pada dasarnya campuran semen dan pasir harus merata terlebih duhulu
sebelum ditambah air, namun sering dijumpai bahwa tukang menuang air sebelum
campuran merata. Akibatnya, semen dan pasir tidak tercampur secara merata,
sehingga ketika diaplikasikan ada bagian yang baik dan ada bagian yang tidak baik
(lembek / mudah rontok).
7. Kualitas pasir tidak baik
Pasir yang mengandung tanah / tanah liat / lumpur menyebabkan pemakaian
semen lebih boros dibandingkan dengan pasir yang bersih / bebas dari kandungan
tanah / tanah liat / lumpur, misalnya pasir dari gunung berapi atau dari pantai yang
sudah dicuci. Selain itu, adukan dengan pasir yang kurang baik dapat mengakibatkan
daya rekat berkurang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Semen merupakan bahan yang bersifat hirolis yang bila dicampur air akan
berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat.
2. Semen Portland (OPC = Ordinary Portland Cement) terbagi menjadi 5 tipe
3. Semen terbagi menjadi: OPC, PPC, PCC, SBC, SMC, OWC, WPC dan
lainnya.
4. Aplikasi semen banyak digunakan untuk bangunan, Gedung bertingkat, jalan
tol, lapangan terbang dan sebagainya.
5. Aplikasi limbah semen bias digunakan menjadi semen hijau dan dikembalikan
sebagai bahan bakar kiln.

3.2 Saran
Dalam pengaplikasian semen yang terpenting ketika mengunakan semen
harus sesuai dengan fungsi masing-masing produk agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan seperti mudahnya bangunan retak.
DAFTAR PUSTAKA

Dayang Safua Daulay. 2018. Analisa kinerja Separator pada Semen mill 4Z1
Indarung IV PT Semen Padang. Unimal: Lhokseumawe
DW. Hawes, Penyimpanan panas laten dalam beton. Tesis PhD, Universitas
Concordia 1991.
H. Li, H. Chen, X. Li, JG Sanjayan. Pengembangan komposit penyimpanan energi
termal dan pencegahan kebocoran PCM. Energi Terapan. 135 (2014) 225-33.
S. Ramakrishnan, J. Sanjayan, X. Wang, M. Alam, J. Wilson. Bahan ganti fase
komposit komposit parafin / diperluas untuk pencegahan kebocoran PCM
dalam komposit semen. Energi Terapan. 157 (2015) 85-94.
Xu, Z. Li. Material perubahan fase komposit parafin / diatomite menggabungkan
komposit berbasis semen untuk penyimpanan energi termal. Terapan
Energi. 105 (2013) 229-37.
R. Baetens, BP Jelle, A. Gustavsen, Bahan-bahan perubahan fasa untuk membangun
aplikasi: Tinjauan mutakhir. Energi dan Bangunan. 42-9 (2010) 1361-8.
SD Sharma, K. Sagara. Bahan dan Sistem Penyimpanan Panas Laten: Suatu
Tinjauan. Jurnal Internasional Energi Hijau. 2-1 (2005) 1-56.
Xu, Z. Li. Material perubahan fase komposit parafin / diatomite menggabungkan
komposit berbasis semen untuk penyimpanan energi termal. Terapan
Energi. 105 (2013) 229-37.
Syarif Hidayat. 2009. Semen jenis dan aplikasinya. Jakarta
http://arcrev.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-semen-dan-aplikasinya.html
http://mahardika-duniaku.blogspot.com/2011/07/limbah-industri-semen.html
http://civilkitau.blogspot.com/2014/03/jenis-jenis-semen-dan-fungsinya.html

Anda mungkin juga menyukai