dan Fungsinya. Semen memiliki beberapa jenis dan setiap jenis mempunyai fungsinya masing-masing,
berikut adalah beberapa jenis semen dan fungsinya
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya.
Semen termasuk bahan bangunan structural karena semen merupakan bangian yang berperan dalam
kekokohan/kekuatan bangunan menahan aksi mekanika dari gaya-gaya yang mungkin terjadi pada
bangunan tersebut
kandungan kimia
Trikalsium silikat
Dikalsium silikat
Trikalsium aluminat
Tetrakalsium aluminofe
Gipsum
Produksi semen
Langkah utama proses produksi semen
1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang
pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous
materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau
material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan
tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur.
3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk
menentukan komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan
yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan
disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan
yang diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata
diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian
siklon ketika terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas
dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre‐heater ini dan berlanjut dalam
kiln, ketika bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang
bersuhu 1350-1400 °C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal
dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, tempat udara pendingin akan
menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 °C.
6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan
dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap
bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin
penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker,
gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup dalam penggiling
akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa
menuju silo semen.
Jenis semen
Jenis semen
No.SNI Nama
SNI 15-0129-2004 Semen portland putih
SNI 15-0302-2004 Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)
SNI 15-2049-2004 Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)
SNI 15-3500-2004 Semen portland campur
SNI 15-3758-2004 Semen masonry
SNI 15-7064-2004 Semen portland komposit
Kehalusan Butir
Kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan (setting time) menjadi
semakin lama jika butir semen lebih kasar. Kehalusan penggilingan butir semen dinamakan
penampang spesifik, yaitu luas butir permukaan semen. Jika permukaan penampang semen lebih
besar, semen akan memperbesar bidang kontak dengan air. Semakin halus butiran semen, proses
hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang.
Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke
permukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan
mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen yang lewat ayakan No.200
harus lebih dari 78%. Untuk mengukur kehalusan butir semen digunakan "Turbidimeter" dari
Wagner atau "Air Permeability" dari Blaine.
Sifat Semen :
1. Kehalusan
1. Luas permukaan spesifik partikel semen., Nilai ini diperoleh dengan metode permeabilitas
udara (Blaine). Semen semakin tinggi Blaine, semakin tinggi kehalusan
2. Residu pada saringan mesh 200 dan 325 mesh . Partikel> 45 memiliki reaktivitas rendah dan
tidak memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan kekuatan semen. Partikel>
75 mungkin tidak bereaksi sama sekali
2. Panas Hidrasi
Panas hidrasi dari komponen semen bersifat eksotermis, sehingga pada saat proses hidrasi
berlangsung, akan melepaskan sejumlah panas.
4. Pengeluaran panas
3. Kuat Tekan
Kuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen penyusun semen, terutama oleh
kalsium silikat. Pada pengembangan kuat tekan awal (misalnya sampai umur 28 hari),
didominasi oleh hidrasi C3S yang didukung oleh C3A. Untuk C2S dan C4AF akan memberikan
kontribusi terhadap kuat tekan untuk umur yang lebih lama. Selain itu yang mempengaruhi
pengembangan kuat tekan adalah kehalusan semen (fineness) dan kandungan gypsum dalam
semen.
4. Setting Time
Campuran semen dengan air akan membentuk adonan yang bersifat kenyal dan dapat dibentuk
(workable). Beberapa saat, pasta tidak berubah. Periode ini dikenal dengan periode tidak aktif
(dormant periode). Pada tahap selanjutnya, pasta yang terbentuk menjadi semakin kaku hingga
mencapai tingkat dimana pasta tetap lunak , tetapi sudah tidak dapat dibentuk lagi.
Periode ini disebut initial set, Sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini
disebut initial setting time (waktu pengikatan awal).
Selanjutnya pasta menjadi semakin kaku menjadi padatan yang keras dan getas (rigid). Tahap ini
disebut final set dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini disebut final setting
time (waktu pengikatan akhir).
Proses ini berlanjut terus hingga pasta semen menjadi semakin keras dan kuat yang disebut
dengan pengerasan atau hardening.
5. Soundsness
6. Konsistensi
Konsistensi di definisikan sebagai kemampuan pasta semen untuk mengalir. Pada pengujian,
konsistensi normal ditunjukan dengan penetrasi jarum vicat sebesar 10±1 mm. Sifat ini
digunakan untuk mengatur perbandingan antara jumlah air dengan semen pada pembuatan pasta
semen
Salah satu hal penting dalam peggunaan semen dalam struktur beton adalah ketahanan terhadap
sulfat. Komponen penyusun semen yang mempengaruhi terhadap ketahanan terhadap sulfat
adalah C3A.
Pada saat terjadi proses hidrasi semen, C3A akan bereaksi dengan sulfat dan air membentuk
ettringite. Ettringite ini mempunyai volume yang lebih besar dibandingkan volume komponen
penyusunya sehingga bila berlebihan mengakibatkan terjadinya ekspansi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada struktur beton.
Kepadatan (density)
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 Mg/m3. Pada kenyataannya, berat
jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3.05 Mg/m3 sampai 3.25 Mg/m3. Variasi ini akan
berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam campuran. Pengujian berat jenis dapat
dilakukan menggunakan Le Cliatelier Flask menurut standar ASTM C-188.
Konsistensi
Konsistensi semen portland lebih banyak pengaruhnya pada saat pencampuran awal, yaitu pada
saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada
rasio antara semen dan air serta aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi.
Konsistensi mortar bergantung pada konsistensi semen dan agregate pencampurya.
Waktu Pengikatan
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung dari mulai bereaksi
dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan.
Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua: 1). waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu
dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat keplastisan, 2).
waktu ikatan akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen hingga beton
mengeras. Pada semen portland initial setting time berkisar 1.0 - 2.0 jam, tetapi tidak boleh kurang
dan 1.0 jam, sedangkan final setting time tidak boleh lebih dari 8.0 jam.
Waktu ikatan awal sangat penting pada kontrol pekerjaan beton. Untuk kasus-kasus tertentu,
diperlukan initial setting time lebih dan 2.0 jam agar waktu terjadinya ikatan awal lebih panjang.
Waktu yang panjang ini diperlukan untuk transportasi (hauling), penuangan (dumping/pouring),
pemadatan (vibrating) dan penyelesaiannya (finishing). Proses ikatan ini disertai perubahan
temperatur yang dimulai terjadi sejak ikatan awal dan mencapai puncaknya pada waktu
berakhimya ikatan akhir. Waktu ikatan akan memendek karena naiknya temperatur sebesar 30 0C
atau lebih. Waktu ikatan ini sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang dipakai dan oleh lingkungan
sekitamya.
Pengikatan semu diukur dengan alat "Vicat" atau "Gillmore". Pengikatan semu untuk prosentase
penetrasi akhir minimum pada semua jenis semen adalah 50%.
Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air, dinyatakan dalam
kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk antara lain bergantung pada jenis semen yang dipakai
dan kehalusan butir semen. Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan
masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton, terutama
pada struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat pelaksanaan.
Panas hidrasi naik sesuai dengan nilai temperatur pada saat hidrasi terjadi. Untuk semen biasa,
panas hidrasi bervariasi mulai 37 kalori/gram pada temperatur sekitar 5 0C hingga 80 kalori/gram
pada temperatur 40 0C. Semua jenis semen umumnya telah membebaskan sekitar 50% panas
totalnya pada satu hingga tiga hari pertama 70% pada hari ketujuh, serta 83-91% setelah 6 bulan.
Laju perubahan panas ini bergantung pada komposisi semen.
JENIS SEMEN
Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan
yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi duka kelompok yaitu : 1). Semen non-
hidrolik dan 2). Semen hidrolik.
Semen non-hidrolik
Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat
mengeras diudara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.
Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis dialam. Kapur telah digunakan selama
berabad-abad lamanya sebagai bahan adukan dan plesteran untuk bangunan. Hal tersebut terlihat
pada piramida-piramida di Mesir yang dibangun 4500 tahun sebelum masehi. Kapur digunakan
sebagai bahan pengikat selama zaman Romawi dan Yunani.
Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium oksida yang
tinggi ketika maish berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan
mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air.
Semen hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras didalam air.
Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozollan,semen terak, semen alam,
semen portland, semen portland-pozollan, semen portland terak tanur tinggi, semen alumina dan
semen expansif.
Kapur hidrolik
a) Bahan
Sebagian besar (65%-75%) bahan kapur hidrolik terbuat dari batu gamping, yaitu kalsium
karbonat beserta bahan pengikutnya berupa silika,alumina,magnesia dan oksida besi.
b) Cara pembuatan
Kapur Hidrolik dibuat dengan cara membakar batu kapur yang mengandung silika dan lempung
sampai menjadi klinker dan mengadung cukup kapur dan silikat untuk menghasilkan kapur
hidrolik. Klinker yang dihasilkan harus mengandung cukup kapur bebas sehingga massa klinker
itu dapat menghasilkan kapur tohor setelah berhunbungan dengan air.
c) Produksi Kapur di Indonesia
Bahan mentah yang biasa dugunakan sebagai pozollan yang terdapat di Indonesia umumnya
berupa teras bahan, misalnya batu apung yang dihasilkan dari magma gunung berapi yang mati.
d) Sifat-sifat Kapur Hidrolik
Kapur hidrolik memperlihatkan sifat hidroliknya, namu tidak cocok untuk bangunan-bangunan
didalam air, karena membutuhkan udara yang cukup untuk mengeras. Sifat umum dari kapur
adalah sebagai berikut :
Kekuatannya rendah
Berat jenis rata-rata 1000kg/m3
Bersifat hidrolik
Tidak menunjukan pelapukan
Dapat terbawa arus
Semen Pozollan
Pozollan adalah sejenis bahan yang mengandung silisium atau aluminium yang tidak
mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida
pada suhu ruang serta membentuk senyawa-senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen.
Semen pozollan adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf, yang apabila dicampur
dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras. Bahan yang mengandung pozolla adalah
teras, semen merah, abu terbang, dan bubukan terak tanur tinggi.
Semen Terak
Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu campuran
seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor. Semen terak dibuat melalui
proses tertentu yakni penggilingan yang menyebabkan terak itu bersifat hidrolik, sekaligus
berkurang jumlah sulfatnya yang dapat merusak. Terak tersebut kemudian dikeringkan dan
ditambahi kapur tohor dengan perbandingan tertentu. Seluruh bahan kemudian dicampur dan
dihaluskan kembali menjadi butiran yang halus.
Semen Alam
Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang mengandung lempung pada
suhu lebih rendah dari suhu pengerasan. Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk
halus. Kadar silika alumina dan oksida besi pada serbuk cukup untuk membuatnya bergabung
dengan kalsium oksida sehingga membentuk senyawa kalsium silikat dan aluminat yang dapat
dianggap mempunyai sifat hidrolik.
Semen Portland
Semen portland adalah semen yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton.
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau standar
Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
standar tersebut.
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan
fisik di sektor konstruksi sipil. jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika
ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat
kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras
(concrete).
Pembuatan semen portland dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu :
Penambangan di quarry
Pemecahan di crushing plant
Penggilingan (blending)
Pencampuran bahan-bahan
Pembakaran (ciln)
Penggilingan kembali hasil pembakaran
Penambahan bahan tambah (gypsum)
Pengikatan (packing plant)
Proses pembuatan semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses basah dan
proses kering.
SEMEN
SEMEN PUTIH