Anda di halaman 1dari 43

SEMEN

FUNGSI SEMEN

The cement and water form a paste that


hardens and bonds the aggregates
together

2
Semen Hidrolis vs Non Hidrolis

 Semen Non Hidrolis yang tidak dapat mengikat atau


mengeras di dalam air, contohnya kapur.
 Semen Hidrolis yang mempunyai kemampuan untuk mengikat
dan mengeras di dalam air, contohnya kapur hidrolik,
semen portland, dll.
 Semen Hidrolis yang paling penting adalah Portland Semen

3
SEMEN PORTLAND

4
I. Komponen
 Komponen utama : Oksida silika
 Dengan penambahan air mampu
mengikat bahan lain
 Campuran terpenting :
1. Tricalcium silicat 3CaO.SiO2 atau C3S
2. Dicalcium silicat 2CaO.SiO2 atau C2S
3. Tricalcium alumina 3CaO.Al2O3 atau C3A
4. Tetracalcium alumina ferrit 4CaO.Al2O3.Fe2O3
atau C4AF
5. MgO
II. Bahan Baku

Reaksi

CaCO3 + Al2O3.2SiO2.xH2O + Fe2O3 + SiO2


3CaO.SiO2 + 2CaO.SiO2 + 3CaO.Al2O3 +
4CaO.Al2O3.Fe2O3

C3S C2S C3A C4AF


III. Penggunaan

1. Bahan bangunan :
 Mortar (campuran semen, kapur, pasir)
 Beton (campuran semen, pasir, kerikil)
 Beton bertulang (beton + besi)
2. Bahan bangunan setengah jadi
 Eternit (campuran asbes & semen)
 Tegel (campuran semen & pasir)
IV. Proses Pembuatan

 Dapat dilakukan dengan proses kering atau proses basah


 Proses kering lebih hemat bahan bakar
PROSES BASAH DAN PROSES KERING

 Pembuatan Semen Portland dengan proses basah 


Pencampuran dan penghalusan bahan baku dilakukan
dalam kondisi basah

 Pembuatan Semen Portland dengan proses kering 


pemcampuran dan penghalusan bahan baku dilakukan
tanpa menambahkan air.

9
Proses Kering
Lime Crusher Raw sand
stone (penghancuran) Material
storage
Roller Mill
clay Crusher
Clay dryer
(penghancuran)

Kiln silo Suspension Rotary Clinker/ gypsum


Preheater kiln Gypsum
Feed
cooler Silo

Clinker Cement
Grinding silos
Proses Basah
sand
clay
Lime Crusher Grinding Clay Clay
stone (giling) tank washer

Slurry Slurry
feed blending
tank tank

gypsum

Rotary Clinker/ Clinker Cement


Kiln gypsum grinding silos
storage
Proses Utama pada Rotary Kiln (T :
1643oK)
 Drying : penguapan air
 Calcination : disosiasi CaCO3 CaO + CO2
Al2O3.2SiO2.xH2O Al2O3 + SiO2 + H2O
(Tanah liat)
 Sintering : mulai melelehnya bahan baku
 Reaksi utama : terbentuk C3S, C2S, C3A, C4AF
Gypsum (4 – 5 %)

Hasil : klinker semen


Fungsi gypsum : untuk memperlambat pengerasan
Pembuatan Semen
V. Penggolongan semen
berdasarkan kadar Ca
silikat/aluminat
 Semen Portland Tipe I :
 Regular type
 C3S (40 – 60 %), C2S (10 – 30 %), C3A (7 – 13 %)
 28 hari keras
 Semen Portland Tipe II
 Moderate heat & hardening
 C2S > tipe I
 Semen Portland Tipe III
 High early strength
 Partikel lebih halus
 C3S > tipe I
 3 hari keras
 Semen Portland Tipe IV
 Low heat
 Untuk struktur yang masif
 Semen Portland Tipe V
 Sulfate resistant
 C3A rendah & C4AF agak tinggi
VI. Peran tiap komponen
 C3S :
 memberi kekuatan pada saat permulaan
 Penambahan kekuatan secara kontinyu
 C2S :
 Memberi kekuatan sedikit sampai 28 hari
 Memberi efek kekuatan yang besar
 C3A :
 memberi efek kekuatan yang besar selama 28 hari
& berangsur-angsur hilang
 C4AF :
 memberi efek kekuatan sedikit pada permulaan &
selanjutnya
HIDRASI

Persenyawaan Air dengan semen tidak terjadi pada


waktu yang singkat. Derajat pengerasan tersebut
dipengaruhi oleh
- Susunan senyawa semen
- Kehalusan Butir Semen
- Jumlah Air yang dicampur
Persenyawaan air dan semen akan mengeluarkan panas

17
TIPE-TIPE SEMEN
Tipe I semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-
persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.

Tipe II semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahananterhadap


sulfat atau kalor hidrasi sedang.

Tipe III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada
tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.

Tipe IV semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah

Tipe V semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi


terhadap sulfat

18
TIPE-TIPE SEMEN
Tipe I bangunan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan
pacu dan jalan raya

Tipe II bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton
massa dan bendungan

Tipe III pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi dan bandar udara

Tipe IV bendungan

Tipe V pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan


pembangkit tenaga nuklir

19
KOMPOSISI SEMEN

20
PANAS HIDRASI

21
FAKTOR AIR SEMEN

 Banyaknya air yang digunakan selama proses hidrasi akan


mempengaruhi kekuatan beton
 JIka air terlalu banyak, maka air akan membuat rongga-
rongga di beton
 Jika air terlalu sedikit, maka akan mneyebabkan kelecakan
atau kemudahan pelaksanaan tidak tercapai
 Faktor Air Semen (FAS) adalah berat air dibagi dengan
berat semen

22
FAKTOR AIR SEMEN

23
PENGUJIAN
PENGIKATAN AWAL PASTA SEMEN

• Pengujian dilakukan untuk mengetahui kapan


pengikatan awal terjadi. Waktu ikat awal
(innitial setting time) yaitu waktu dari
pencampuran semen dengan air sampai menjadi pasta
• Alat yang digunakan adalah Alat VICAT

24
WAKTU IKAT AWAL

• Pada PC innitial setting time berkisar antara 1 s/d 2


jam
• Untuk kasus tertentu diperlukan initial setting time
yang lebih panjang untuk transportasi/ hauling,
penuangan/ dumping/ pouring, pemadatan/ vibrating dan
penyelesaian akhir/ finishing

25
PENGUJIAN
PENGIKATAN AKHIR PASTA SEMEN

• Pengujian dilakukan untuk mengetahui kapan


pengikatan akhir terjadi. Waktu ikat akhir ( final
setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta
semen hingga beton mengeras/bisa menerima tekanan
• Alat yang digunakan adalah Alat VICAT
• Final setting time beton tidak boleh lebih dari 8
jam

26
Alat Pengujian Waktu Pengikatan Pasta Semen

Manual Vicat Apparatus Automatic Vicat Apparatus


27
PENGUJIAN
KEHALUSAN SEMEN / FINENESS

• Untuk mengetahui kehalusan semen.


• Makin halus suatu semen, maka makin cepat berekasi
dengan air dan kekuatan pasta semen akan makin
bertambah.
• Makin halus suatu semen makin banyak air yang
dibutuhkan.
• Metode yang digunakan adalah dengan ayakan no 170
ASTM (paling sederhana) atau dengan alat Blaine Air
Permeability
28
Blaine Air Permeability Apparatus

29
PENGUJIAN BERAT JENIS

• Berat jenis dari bubuk Semen Portland berkisar


antara 3.1 sampai dengan 3.3.
• Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat
jenis semen yang digunakan.
• Jika menyimpang dari angka diatas, kemungkinan
semen tersebut bercampur dengan material lain, atau
bahan bakunya tidak bagus.
• Alat yang digunakan adalah Botol Le Chatelier

30
Cara pengujian berat jenis semen

a. Peralatan
(1) Labu Le-chateleir
(2) Corong gelas bertangkai pendek
(3) Wadah berisi air
(4) Kuas
(5) Termometer
(6) Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g, dengan kapasitas
tidak lebih dari 200 g

b. Bahan.
 Kerosin bebas air atau naptha yang mempunyai berat jenis ≥ 62
31
Cara pengujian berat jenis semen
c. Cara kerja
(1) Isi labu Le-chateleir dengan salah satu cairan seperti tercantum pada
sampai tanda 0 mL – 1 mL pada leher labu.
(2) Keringkan leher labu sebelah dalam yang berada diatas permukaan cairan
dengan kertas isap.
(3) Masukkan sedikit demi sedikit kedalam labu Le-chateleir semen seberat 64
g ± 0,05 g, suhu semen harus sama dengan suhu cairan yang ada dalam
labu Le-chateleir.
(4) Catat pembacaan pertama setelah labu dicelupkan kedalam wadah berisi
air yang bersuhu tetap. Jaga cairan jangan sampai memercik dan jangan
ada semen yang menempel pada bagian leher sebelah dalam yang terletak
diatas cairan.
(5) Alat penggetar dapat digunakan untuk mempercepat penurunan semen.
Setelah semua semen diisikan, tutup labu, putar-putar labu dalam posisi
miring, atau guncangkan pelan-pelan dalam gerak melingkar horizontal,
sehingga tidak terbentuk lagi gelembung udara. Jika jumlah semen yang
ditambahkan tepat jumlahnya, maka permukaan cairan akan berada pada
skala bagian atas.
(6) Celupkan labu kedalam wadah berisi air yang bersuhu tetap untuk selang
waktu tertentu, sehingga perbedaan suhu labu pada pembacaan awal dan
akhir tidak lebih besar dari 0,2oC.
32 Catat pembacaan akhir.
(7)
Cara pengujian berat jenis semen

d) Perhitungan
 Perbedaan antara pembacaan pertama dan
pembacaan akhir menunjukkan volume cairan
yang ditempati oleh berat contoh semen.

Berat jenis semen = A/B


dengan:
A adalah berat semen, g;
B adalah volume cairan yang dipindahkan, cm3

33
JENIS SEMEN BERDASARKAN KEGUNAAN
(ASTM) Specification C-150

34
JENIS SEMEN KHUSUS
a. Semen Putih untuk pekerjaan-pekerjaan Arsitektur
b. Semen untuk sumur minyak (Oil Well Cement)
c. Semen Kedap Air (Waterproff Portland Cement)
d. Semen Plastik (Plastic Cement)
e. Semen Ekspansif (Expansive Cement)

35
PERSYARATAN KIMIA SEMEN

36
PERSYARATAN FISIKA SEMEN

37
SPESIFIKASI TEKNIS - SEMEN DIVISI 7

STRUKTUR

SEKSI 7.1

BETON

7.1.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan seluruh
struktur beton, termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit, sesuai dengan
Spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang
ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh Direksi
Pekerjaan.

b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan atau tindakan
lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.

c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
dalam Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau Seksi lain
yang berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Beton yang digunakan dalam Kontrak ini umumnya adalah
mutu beton berikut ini :

K600 : digunakan untuk tiang pancang beton pratekan bulat


K500 : digunakan untuk beton pratekan pada gelagar jembatan dan tiang
pancang beton pratekan persegi.
K400 : digunakan untuk beton pratekan pada balok berongga (hollow
beam) dan tiang pancang pracetak beton bertulang.
K350 : digunakan untuk diafragma, lantai jembatan, gelagar beton bertu-
lang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
K300 : digunakan untuk gorong-gorong pipa beton bertulang dan kerb
beton pacetak.
K250 : digunakan untuk struktur beton bertulang seperti gorong-gorong
38 persegi, gorong-gorong pelat, struktur bangunan bawah.
K175 : digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti trotoar dan
pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.
Beton Siklop K175 : sebagai pengisi pondasi sumuran.
K125 : digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton.
c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
dalam Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau Seksi lain
yang berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Beton yang digunakan dalam Kontrak ini umumnya adalah
SPESIFIKASI TEKNIS - SEMEN
mutu beton berikut ini :

K600 : digunakan untuk tiang pancang beton pratekan bulat


K500 : digunakan untuk beton pratekan pada gelagar jembatan dan tiang
pancang beton pratekan persegi.
K400 : digunakan untuk beton pratekan pada balok berongga (hollow
beam) dan tiang pancang pracetak beton bertulang.
K350 : digunakan untuk diafragma, lantai jembatan, gelagar beton bertu-
lang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
K300 : digunakan untuk gorong-gorong pipa beton bertulang dan kerb
beton pacetak.
K250 : digunakan untuk struktur beton bertulang seperti gorong-gorong
persegi, gorong-gorong pelat, struktur bangunan bawah.
K175 : digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti trotoar dan
pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.
Beton Siklop K175 : sebagai pengisi pondasi sumuran.
K125 : digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton.

d) Syarat dari PBI NI-2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan
beton yang dilaksanakan dalam Kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan
39 dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam Spesi-
fikasi ini yang harus dipakai.
SPESIFIKASI TEKNIS - SEMEN

9) Kondisi Tempat Kerja

Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar, dengan
temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar selalu di bawah
30oC sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan, Kontraktor tidak boleh melaku-
kan pengecoran bilamana :

a) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg / m2 / jam.

b) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.

c) Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila udara penuh
debu atau tercemar.

40
Inovasi Semen

Anda mungkin juga menyukai