Anda di halaman 1dari 23

PERAN SEMEN DAN KAPUR DALAM

KONSTRUKSI BANGUNAN

KELOMPOK 3
SEMEN
Semen dalam terminologi umum dapat
digambarkan sebagai:

“bahan yang memiliki sifat perekat yang


mampu mengikat bahan mineral menjadi
suatu kesatuan yang padat”.
Kata cement berasal dari bahasa latin
Cementum yaitu “pengikat atau perekat”

Semen Portland diproduksi untuk pertama


kalinya pada tahun 1824 oleh Joseph Aspdin,
ia mematenkan clay dan limestone
cement/Portland Cement pada 21 Oktober
1824.
Penggunaan nama “Portland” diberikan
diberikan karena kemiripan antara kekerasan
semen tersebut dengan batu alam yang ada di
Portland di Inggris.
• Jerman: Spesifikasi standar untuk PC
disusun pada tahun 1877

• Inggris: spesifikasi standar untuk


semen
pertama kalinya disusun pada tahun
1904.

• Amerika: spesifikasi ASTM (American


Society for Testing and Materials)
pertama kali diterbitkan pada tahun 1904.
Jenis-Jenis Semen (Semen Hidrolis)
1. Semen Pozzolan dengan ( portland pozzolan
cement) (volcanic ash, diperoleh pertama kali dari
daerah sekitar Pozzuoli Italia)
dibuat dari
campuran :
• semen portland dengan fly ash (sisa pembakaran batu
bara)
• semen portland dengan silica fume
atau
• semen portland dengan serbuk
bata.

Keuntungan dari PPC adalah


sebagai berikut:
• Produksi murah karena menggunakan material
pozzolanic (harga murah)
• Memberikan karakteristik ketahanan terutama
dalam struktur hidrolik dan struktur kelautan
• mengurangi panas hidrasi
Berdasarkan perbedaan komposisinya (ASTM C-
150), Semen portland dibagi menjadi lima tipe, yaitu:

1. Semen Tipe I (semen biasa/normal,


Ordinary Portland Cement/OPC),
merupakan semen portland yang digunakan
dalam penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus yang disyaratkan pada jenis
lain.

Contoh : gedung, jalan raya, dan jembatan.


2.Semen Tipe II (semen panas sedang),
merupakan semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang.

Ketahanan terhadap sulfat cukup baik dan


panas hidrasi tidak tinggi

3.Semen Tipe III (semen cepat mengeras),


merupakan semen portland yang dalam
penggunaanya dengan laju pengerasan awal
tinggi

Contoh:
• penggunaan pada jalan layang
• landasan lapangan udara.
4. Semen Tipe IV (semen panas rendah),
merupakan semen portland yang dalm
penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap panas hidrasi rendah

contoh pemakaian : turap penahan tanah,


bendungan besar, bangunan dengan massa besar.

Semen Tipe V (semen tahan sulfat),


merupakan semen portland yang dalam
penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat,

contoh pemakaian :
• bangunan didaerah pantai,
• bangunan diatas tanah berawa.
Jenis-Jenis Semen (Semen Non Hidrolis)
1. Gips:dibuat dari campuran CaSO4.2H2O, semen gips
digunakan sebagai material dekorasi interior dan
plesteran dinding.

2. Lime: dibuat dari kapur alam atau dolomit yang dibakar


sampai 950o-1100oC. Kualitas lime terjaga baik selama
3 minggu sampai dengan 6 bulan
3. Semen magnesium: Kegunaanya untuk interior saja
karena kurang baik terhadap udara lembab.

4. Semen belerang, beton yang dibuat dari semen


belerang ini tahan serangan asam, garam mudah leleh
dan tidak tahan beku.
Penyimpanan
Pemakaian air dan semen terlalu banyak dapat menyebabkan
penyusutan yang luar biasa dengan mengikatnya
kecenderungan untuk terjadinya retak-retak

Semen harus dihidarkan dari kontak terhadap air ataupun uap


air. Meskipun disimpan dalam kondisi baik, semen dalam
bungkusan (40 kg atau 50 kg) dapat kehilangan:
20 persen kekuatannya setelah disimpan 2
bulan,dan 40% setelah disimpan 6 bulan.
Penyimpanan
Pengujian Semen
1. Pengujian di lapangan (dilakukan terhadap pekerjaan kecil)
• Cek kondisi kantung semen, periksa apakah terdapat
gumpalan semen didalamnya. (menggumpal menandakan
semen sudah kerkontaminasi oleh udara)

• Semen harus berwarna abu-abu (kecuali semen putih)

• Ambil semen dalam kantung dengan tangan, semen


tersebut harus dalam kondisi halus tidak kasar seperti
pasir.

• Ambil segenggam semen dan buang ke ember yang penuh


dengan air, partikel semen tersebut harus mengapung
untuk beberapa waktu sebelum semen tersebut
tenggelam.
Pengujian Semen
2. Pengujian di laboratorium:
• Fineness test, suatu cara pengujian untuk menentukan luas
spesifik dari semen yang dinyatakan sebagai jumlah luas
permukaan dalam m2/kg. Kehalusan semen menentukan
pembentukan kekuatan yang lebih cepat.

• Setting time test, setting (Pengakuan pasta semen) adalah


proses dimana pasta berubah dari kondisi basah/cair menjadi
keras.

• Strength test
Pengujian kekuatan semen ditentukan dari pengujian tekan
terhadap
• kubus mortar (campuran antara semen, pasir, dan air
pada
perbandingan tertentu) ataupun
• beton (campuran antara semen, pasir, air dan kerikil
pada perbandingan tertentu)
Pengujian Semen
• Soundness test (keutuhan)
Setelah pasta semen mengalami setting, tidak boleh ada
perubahan volume yang besar.

Semen yang mengalami ekspansi seperti ini


diklasifikasikan
sebagai Unsound.
Kelebihan semen:
1. Harganya relatif murah
2. Biaya perawatan relatif rendah
3. Pengerjaannya lebih mudah karena banyak tukang bangunan
yang bisa menggunakannya (tidak memerlukan keahlian khusus)
4. Mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi
5. Mampu memikul beban berat
6. Tahan terhadap suhu tinggi
7. Kuat terhadap tekanan tinggi
8. Tahan karat atau pembusukan karena kondisi alam
9. Memiliki quality control yang lebih terjamin daripada bahan
alami seperti kapur dan tanah liat. Hal ini karena semen
diproduksi dalam kondisi terkontrol (pabrikan), dikemas, dan
dapat dengan mudah diangkut ke lokasi yang memerlukannya
Kekurangan semen:
1. Mempunyai bobot yang berat
2. Bentuk yang sudah dibuat sulit untuk diubah
3. Lemah terhadap kuat tarik
4. Tidak kedap suara (daya pantul suara besar)
5. Sulit kedap air
Kapur
Kapur merupakan salah satu komponen bahan bangunan
yang berfungsi sebagai perekat. Kemampuan yang dimiliki
kapur ini dapat dimanfaatkan untuk menambah campuran
beton yang sebelumnya hanya menggunakan semen, pasir dan
batu pecah
Penggunaan semen dalam pekerjaan beton dirasa sangat
memerlukan biaya yang cukup besar. Untuk itu diupayakan
penambahan bahan campuran lain dengan mengurangi
prosentase semen dengan menambah kapur pada campuran
beton, agar pengeluaran biaya dapat ditekan seminimal mungkin
dengan tidak mengurangi kekuatan beton yang telah disyaratkan.
Tujuan dalam percobaan ini yaitu untuk mengetahui apakah
dengan adanya penambahan kapur dapat berpengaruh nyata
terhadap kekuatan mutu beton yang diinginkan. Untuk
mengetahui pengaruh penggunaan kapur dalam campuran beton
ini, maka dilakukan pengujian kuat tekan beton
hasilnya dibandingkan dengan beton yang tidak menggunakan
kapur dalam campurannya. Hasil percobaan ini menunjukkan
bahwa penambahan kapur dalam campuran beton dengan
prosentase maksimum 15 % dari berat semen dan me
nggunakan jenis semen type PCI serta diguna kan untuk beton
da!am ruangan yang tahan korosif, nilai kuat tekan betonnya
masih memenuhi standart mutu beton K- 225 yang banyak
dipakai untuk konstruksi pada umumnya. Tetapi nilai kuat tekan
beton dengan penambahan kapur terjadi penurunan sebesar
30.56 % dari nilai kuat tekan normal tanpa penambahan kapur.
Sehingga batu kapur jenis bubuk kapur padam dapat digunakan
sebagai bahan campuran beton yang efisien untuk mengurangi
kadar semen yang digunakan.
Kapur Tohor adalah hasil pembakaran batu kapur alam yang
komposisinya sebagian besar merupakan kalsium karbonat
(CaCO3) pada temperatur 900 derajat Celcius keatas. Saat
pembakaran terjadi proses Kalsinasi dengan pelepasan gas CO2
hingga tersisa padatan CaO atau bisa disebut Quicklime CaCO3
(Batu Kapur) -> CaO (Kapur Tohor) +CO2 Padam adalah hasil
pemadaman kapur tohor dengan air dengan membentuk hidrat
CaO +Air (H2) -> Ca (OH)2 (Kapur Padam) + Panas Hidrolis adalah
kapur padam yang diaduk dengan air yang kemudian campuran
tersebut dapat mengeras.
Kesimpulan :
Daftar Pustaka :

-https://id.wikipedia.org/
-https://www.constructionplusasia.com/
-

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai