Anda di halaman 1dari 42

Materi#4_2

PERBAIKAN TANAH
Cahyo Purnomo Prasetyo, ST, MMT
PERBAIKAN TANAH DENGAN SEMEN
Ketika menemui kondisi konstruksi yang tidak sesuai, kontraktor memiliki
empat pilihan:
1) Menemukan lokasi konstruksi baru
2) Mendesain ulang struktur sehingga dapat dibangun di atas tanah yang
buruk
3) Mengganti tanah yang buruk dengan tanah yang baik
4) Meningkatkan sifat tanah dengan rekayasa di lokasi
Keuntungan stabilisasi tanah
▪ Membuat tanah tahan air
▪ Meningkatkan kekuatan tanah
▪ Membantu mengurangi volume tanah karena suhu atau kelembaban
▪ Meningkatkan kemampuan kerja tanah
▪ Mengurangi debu di lingkungan kerja
▪ Meningkatkan kemampuan bahan marjinal
▪ Mengeringkan tanah basah
▪ Menghemat bahan agregat
▪ Mengurangi biaya
▪ Menghemat energi
Mengapa stabilisasi tanah dibutuhkan?
1) Meningkatkan kekakuan dan kekuatan tarik material
2) Mengurangi ketebalan perkerasan
3) Meningkatkan daya tahan dan ketahanan terhadap efek air
4) Mereduksi potensi pembengkakan
Manfaat lingkungan stabilisasi tanah
1) Umur timbunan tanah diperpanjang, karena material disimpan di lokasi
2) Sumber daya alam diperluas, dengan menghilangkan penggunaan batu
3) Emisi yang terkait dengan transportasi berkurang secara radikal
4) Jarak tempuh alat transportasi dihilangkan, sehingga mengurangi
keausan di jalan
Stabilisasi Tanah Dengan Semen
Klasifikasi stabilisasi tanah dengan semen dibagi kedalam 5 tipe
(kezdi,1979:108) yaitu:
1) Soil-Cement. Tipe stabilisasi tanah-semen ini merupakan tipe yang
umum, dimana pencampuran tanah dan semen biasa digunakan untuk
pondasi bangunan, perlindungan tanah terhadap erosi dan pembekuan
tanah.
2) Cement Improved Granuler-Soil Mix. Stabilisasi tipe ini digunakan untuk
mengurangi sifat kembang-susut dan plastisitas tanah yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan daya dukung tanah, dengan
menambahkan semen sesuai yang diperlukan.
3) Cement Improved Silt-Clay Mix. Penambahan kadar semen dilakukan
secara bertahap dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan
tipe 2 untuk mengurangi sifat kembang-susut tanah dan meningkatkan
daya dukung tanah sesuai dengan kadar air yang ada di lapangan.
4) Plastic Soil-Cement. Tipe stabilisasi ini digunakan untuk tanah dengan
kadar air yang lebih tinggi misalnya untuk aliran irigasi, parit dan
bangunan pengairan lainnya. Hasil stabilitas dapat memberikan
perlindungan terhadap tanah dari erosi.
5) Cement-Treated Soil Pastes and Mortars. Tipe ini digunakan untuk
kondisi tanah dengan kadar yang sangat tinggi dengan cara
menginjeksi campuran tanah-semen ke dalam tanah sebagai
perkuatan. Pada umumnya ditambahkan beberapa bahan kimia
pembantu.
Bahan dasar perkerasan dengan semen
Bahan dasar semen dasar/sub-base untuk perkerasan jalan :
1) Stabiliser tradisional : kapur terhidrasi, semen Portland, dan abu
terbang (fly ash)
2) Stabiliser produk sampingan (by-product) : debu tungku semen (cement
kiln dust), debu tungku pembakaran kapur (lime kiln dust) dan produk
sampingan kapur yang lain
3) Stabiliser non tradisional : tanah tersulfonasi, senyawa kalium,
amonium klorida, enzim, polimer
Persyaratan uji laboratorium
a) CBR pada 98% MDD (AASTHTO T-193)
b) Batas Atterberg LL, PL, PI (AASHTO T-89 & 90)
c) Kepadatan kering maksimum, OMS (AASHTO T-180)
d) Distribusi Ukuran Partikel (TRRL RD-31)
e) Loss of Ignition (LOI) tidak lebih dari 3% berat kering tanah sesuai
dengan AASHTO T 267
f) Karbonat tidak lebih dari 3% berat kering tanah, jika diperlukan
g) sebagai kandungan air/kelembaban yang diterima sesuai dengan
AASHTO T 265.2

American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)


STABILISASI TANAH DENGAN SEMEN
▪ Istilah tanah-semen (soil-cement), menunjukkan suatu campuran dari tanah
alami dengan semen portland.
▪ Umumnya disarankan untuk melakukan stabilisasi tanah dasar, jika tanah
dasar mempunyai CBR < 2%
▪ Stabilisasi tanah dengan semen untuk aplikasi jalan raya umumnya digunakan
untuk material lapis pondasi (base) atau lapis pondasi bawah (subbase)
▪ Maksud utama pencampuran tanah-semen adalah untuk menghasilkan
kenaikan kekuatan tanah asli.
▪ Untuk tercapainya maksud tersebut, maka penggunaan bahan-bahan tanah,
semen, dan air yang akan digunakan dalam stabilisasi harus diperhatikan
TANAH
Umumnya direkomendasikan untuk stabilisasi tanah-semen :
▪ Banyaknya kadar semen adalah sekitar 5% untuk kerikil
▪ Banyaknya kadar semen adalah sekitar 12% untuk lanau
▪ Banyaknya kadar semen adalah sekitar 20% untuk Lempung
Walaupun kadar semen sudah ditinggikan dalam tanah lempung, namun
kekuatan campuran lempung –semen sangat lebih kecil dibandingkan dengan
tanah berpasir atau kerikil berpasir
Portland Cement Association (1979) mensyaratkan tanah yang akan distabilisasi
dengan semen sebaiknya tanah-tanah berpasir dan berkerikil dengan :
▪ 10-35% lolos saringan no.200 (0,075mm)
▪ 55% atau lebih, lolos saringan no.4
▪ 37% atau lebih, lolos saringan no.10
▪ Tidak ada material lebih besar dari 2” (50 mm)
TANAH MENGANDUNG BAHAN ORGANIK
▪ SNI 03-3438-1994 mensyaratkan tanah yang digunakan untuk stabilisasi
semen adalah : Tanah Laterit, tanah kepasiran dan Sirtu
▪ Pada umumnya bahan organik cenderung mereduksi kekuatan
campuran tanah-semen
▪ Bahan organik dan kadar garam tinggi khususnya sulfat, dapat
menghambat atau mencegah hidrasi semen dalam campuran tanah-
semen.
▪ Umumnya disarankan tanah yang distabilisasi sebaiknya tidak
mengandung bahan organik, atau kadar organiknya harus rendah agar
hasilnya baik
SEMEN
Umumnya terdapat 5 tipe semen :
a) Tipe I
Semen Portland biasa, digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya,
dimana tidak ada persyaratan khusus.
b) Tipe II
Semen tahan sulfat sedang, digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya,
terutama bila disyaratkan agak tanah terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang
c) Tipe III
Semen kekuatan cepat tinggi, digunakan pada bangunan-bangunan yang menuntut
persyaratan kekuatan awal yang tinggi
d) Tipe IV
Semen hidrasi panas rendah, digunakan pada bangunan yang mensyaratkan panas
hidrasinya rendah
e) Tipe V
Semen tahan sulfat tinggi, digunakan untuk bangunan-bangunan yang mensyaratkan
sangat tahan terhadap sulfat
Air
▪ Pada umunya semua jenis air dapat digunakan untuk stabilisasi semen,
dan air minum termasuk yang paling baik.
▪ Akan tetapi, air dengan kandungan organik tinggi dapat menyebabkan
masalah, sehingga penggunaanya harus dihindari.
▪ SNI 03-3438-1994 mensyaratkan air yang digunakan untuk stabilisasi
semen harus bersih, tidak mengandung asam, alkali, bahan organik,
minyak, sulfat dan klorida.
Keuntungan stabilisasi semen
Sementara beberapa reagen dapat digunakan untuk stabilisasi tanah,
semen Portland memiliki keunggulan yang membuatnya lebih ekonomis
dan mudah digunakan daripada yang lain :
▪ Semen diproduksi di bawah standar ASTM yang ketat, memastikan
kualitas dan kinerja yang seragam
▪ Keberhasilan semen dalam stabilisasi tanah didukung oleh penggunaan
lebih dari 50 tahun di berbagai proyek
▪ Semen memiliki catatan kinerja jangka panjang
▪ Menggunakan semen dapat meminimalkan peningkatan volume
dibandingkan dengan reagen lainnya
▪ Semen adalah produk manufaktur non-eksklusif, sehingga tersedia
dimana saja
Desain campuran
1) Atterberg limit
2) California Bearing Ratio (CBR)
3) Potensi pengembangan, kekuatan tekan bebas (UCS) dari campuran
yang diawetkan atau tidak diawetkan, uji beku-cair dan basah-kering,
dll
4) Prosedur desain campuran mencakup pengujian kekuatan dan daya
tahan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sifat-sifat
Campuran Tanah-Semen
1) Macam Tanah
2) Kadar Semen
3) Pemadatan
4) Waktu Pemeraman
5) Cara Pencampuran
Proses Stabilisasi Semen
1) Penggalian (excavation) dan penyebaran (spreading) material ke ketebalan
lapisan yang diperlukan untuk stabilisasi
2) Kapur atau semen menyebar (spreading) , dengan pemeriksaan rutin untuk
mengontrol dosis
3) Pencampuran (mixing), hingga kedalaman tergantung pada tanah dan
persyaratan desain
4) Penyegelan (sealing) bahan, mencegah karbonisasi kapur saat bereaksi
dengan kelembaban di tanah. Pemangkasan lapisan yang diperbaiki dengan
buldoser dan pemadatan dengan roller halus
5) Periode pematangan (maturation) untuk memberikan waktu bagi reaksi kimia
eksotermis berlangsung antara kapur dan tanah liat
6) Pemadatan (compacting) lapisan yang diberi perlakuan dengan roller hingga
tercapai kepadatan yang diperlukan
7) Waktu perawatan (curing) minimal 7 hari
Studi Kasus
Proyek Rehabilitasi Area Terdampak Tsunami (TAARP)

Jalan yang dilakukan rehabilitasi


1. Trincomalee – Pulmoddai Road, Srilangka
(7,0 km – 27,00 dan 27,00 – 47,5 km)
2. Bhogahawatte – Pulmoddai Road, Srilangka
(12,00 km – 27,55 km)
Kondisi jalan sebelum rehabilitasi
▪ Trincomalee – Pulmoddai Road ▪ Bhogahawatte – Pulmoddai Road
(7,0 km – 27,00 dan 27,00 – 47,5 km) (12,00 km – 27,55 km)
Proses stabilisasi tanah permukaan
Proses stabilisasi tanah permukaan dilakukan sebelum dilakukan proses
stabilisasi dengan semen.
1) Mengumpulkan kerikil dari borrow pit
2) Kerikil yang telah disaring diproses di pug mill
3) Kerikil yang telah diproses dikirim ke lokasi stabilisasi
4) Proses stabilisasi dengan kerikil
5) Kerikil yang telah stabil untuk pekerjaan jalan (road work)
Proses stabilisasi tanah permukaan (2)

Pengumpulan dan penyaringan kerikil


Proses stabilisasi tanah permukaan (3)

Pemrosesan kerikil di pug mill


Proses stabilisasi tanah permukaan (4)

Persiapan tanah permukaan


Proses stabilisasi tanah permukaan (5)

Tanah permukaan sub base dalam persiapan untuk penambahan CSB


* Cement-stabilized base (CSB)
Proses stabilisasi tanah permukaan (6)

Proses stabilisasi dengan kerikil


Proses stabilisasi tanah permukaan (7)

Meratakan kerikil yang telah distabilisasi


Stabilisasi tanah dengan semen

Perataan dan pemadatan bahan semen


Stabilisasi tanah dengan semen (2)

Permukaan CSB diratakan dan dipadatkan


Stabilisasi tanah dengan semen (3)

Perataan dan pemadatan permukaan CSB telah selesai


Stabilisasi tanah dengan semen (4)

Pasir digunakan pada CSB untuk menjaga kelembaban selama proses curing
Stabilisasi tanah dengan semen (5)

Tekstil geo diletakkan pada CSB untuk menjaga kelembapan selama proses curing
Stabilisasi tanah dengan semen (6)

Permukaan utama setelah curing


Stabilisasi tanah dengan semen (7)

Jalan dengan stabilisasi semen setelah surfacing selesai


Macam Tanah
Pengaruh Kadar Semen
Pemadatan
Waktu Pemeraman
Cara Pencampuran
Cara Pencampuran (2)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai