Anda di halaman 1dari 46

STABILISASI TANAH DENGAN

PENAMBAHAN KAPUR

Nama Kelompok :
Daniel Feliks Marbun 190404044
Marudut Sidabukke 190404055
STABILISASI TANAH DENGAN VARIASI PENAMBAHAN KAPUR DAN
WAKTU PEMERAMAN

Abstrak
• Kondisi Tanah mempunyai peranan penting dalam sebuah kontruksi,
namun kenyataan dilapangan banyak ditemukan tanah yang memiliki
daya dukung yang rendah.
• Genangan air merupakan masalah yang harus diatasi dimana air dapat
mempengaruhi kembang susut tanah sehingga menurunkan daya
dukung tanah dasar.
• sifat kembang susut tidak seragam begitu juga nilai kohesi dan kuat
tanah yang tidak baik, mengakibatkan tidak stabilnya tanah sehingga
sangat mempengaruhi daya dukung tanah dan kemampuan kekuatan
melawan gaya geser
• Sementara untuk struktur konstruksi bangunan maupun konstruksi
jalan membutuhkan daya dukung tanah dasar yang cukup kuat
Tujuan Penelitian
• Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh sifat - sifat
fisis tanah lempung dan menentukan persentase yang efektif
dalam penambahan kapur dan pengaruh waktu pemeraman
terhadap peningkatan nilai CBR dengan melakukan pengujian
sifat-sifat fisis tanah lempung dan kuat dukung tanah (CBR)
dengan variasi penambahan kapur 0%, 5%, 10% dan 15%
dengan lama pemeraman 0, 4, 7, 14 hari.

Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium
Kapur
Kapur dihasilkan dari pembakaran
Kalsium Karbonat (CaCO3) atau batu
kapur alam (natural limestone) dengan
pemanasan 9800C sehingga
menghasilkan CaO (kalsium oksida)
atau disebut dengan quicklime atau
kapur tohor.
Metode Penelitian
1. Pengumpulan data
• Data sekunder
• Data Primer
2. Melakukan pengujian analisa saringan, berat jenis, batas
konsistensi tanah (Atterberg Limit), nilai kadar air optimum dan
berat isi kering.
3. Melakukan pengujian kuat dukung tanah dengan menggunakan
sampel tanah dengan penambahan kapur 0%, 5%, 10% dan 15%
dengan lama waktu pemeraman 0, 4, 7, dan 14 hari terhadap
benda uji.
Pengujian mengunakan alat analisa saringan, piknometer, mesin
penetrasi, dan alat pemadat standar.
Kesimpulan
dari hasil pengujian konsitensi tanah didapat nilai batas cair
yang tinggi yaitu sebesar 66,08 %, Batas Plastis 32.84%, dan
Indeks Plastisitas 33,96 %, sehingga tanah ini termasuk jenis
tanah lunak.
Peningkatan nilai batas plastis terjadi pada penambahan kapur 15%
yaitu sebesar 38,05 %. Dan penurunan Indeks plastisitas terbesar
terjadi pada penambahan kapur 15% yaitu sebesar 9,67%. Serta
Penurun terbesar terjadi pada penambahan 15% kapur yaitu
sebesar 50.07 % untuk nilai batas cair. Semakin lama waktu
pemeraman maka akan membuat semakin besar pula nilai CBR yang
terjadi, nilai CBR terbesar terjadi pada variasi penambahan kapur 15
% dengan lama waktu pemeraman 14 Hari yaitu sebesar 79.27%.
Gambar 3. Grafik hasil pengujian California Bearing Ratio (CBR)
Gambar 1. Hubungan antara nilai batas konsitensi tanah
terhadap variasi penambahan kapur.
STABILISASI TANAH DENGAN
PENAMBAHAN KAPUR

Nama Kelompok :
Daniel Feliks Marbun 190404044
Marudut Sidabukke 190404055
PENGARUH DURABILITAS TERHADAP DAYA DUKUNG STABILISASI TANAH
MENGGUNAKAN LEMPUNG PLASTISITAS RENDAH DENGAN KAPUR

Abstrak
• Suatu struktur perkerasan jalan yang menggunakan metoda stabilisasi tanah
sebagai lapis pondasi, maka genangan air merupakan masalah yang harus diatasi.
Kapur merupakan salah satu material alam yang dapat digunakan sebagai bahan
additive pada metoda stabilisasi tanah.. Kapur dapat berfungsi untuk merubah sifat
plastis, meningkatkan kekuatan dan durabilitas, mengurangi resapan air dan
pengembangan tanah. Untuk mendapatkan stabilisasi tanah kapur sebagai lapis
pondasi, maka digunakan material tanah lempung plastisitas rendah. Pengujian
terhadap pengaruh durabilitas akibat genangan air, dilaksanakan menggunakan
periode siklus. Berdasarkan pengujian, ternyata bahwa nilai CBR laboratorium lapis
pondasi tanah kapur, pada siklus keempat didapat nilai CBR sebesar 96 % (< 100 %).
Hal ini berarti. bahwa bila konstruksi lapis pondasi tanah kapur akan tergenang air
setiap tahun pada saat musim hujan, maka pada tahun keempat konstruksi lapis
pondasi tanah kapur tersebut, tidak lagi memenuhi spesifikasi teknis, yaitu minimal
nilai CBR sebesar 100 %. Genangan air tidak hanya menurunkan daya dukung lapis
pondasi tanah kapur, tetapi akan meningkatkan sifat plastisitas tanah.
Kesimpulan
1. Material tanah berbutir halus yang digunakan termasuk jenis tanah
lempung plastisitas rendah, termasuk kelompok A-7-6, sesuai dengan
klasifikasi tanah menurut AASTHO dan kelompok CL sesuai dengan
klasifikasi tanah menurut USCS.
2. Kadar kapur optimum yang digunakan dalam proses campuran tanah
lempung plastisitas rendah dengan kapur untuk pengujian laboratorium
adalah sebesar 9 % dari berat tanah.
3. Terhadap periode siklus pada mekanisme durabilitas, ternyata bahwa pada
periode siklus keempat, nilai CBR laboratorium campuran tanah plastisitas
tanah dengan kapur, hanya mencapai 96 %, sehingga tidak memenuhi
spesifikasi teknis minimal dengan nilai CBR sebesar 100 %.
4. Bila material tanah yang digunakan merupakan tanah dengan klasfikasi
baik, maka stabilisasi tanah dengan semen atau kapur akan dapat
berfungsi sebagai lapis pondasi pada struktur konstruksi jalan
Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif Menggunakan Kapur
Tohor

Abstrak
• Tanah merupakan elemen penting dari dari sebuah struktur bawah sebuah
konstruksi, sehingga tanah harus mempunyai daya dukung yang baik.

• Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat
yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan
organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai zat cair juga gas yang
mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Braja M.
Das, 1995).
Pendahuluan
• Tanah (soil) terdiri dari berbagai material, yang sebagian besar tidak
mengembang pada saat lembab. Namun, ada beberapa mineral
lempung yang bersifat mengembang (ekspansif/expand). Sifat
ekspansif ini disebabkan oleh proses basah dan pengeringan yang
silih berganti dan merupakan hasil perubahan dalam sistem tanah
yang menggangu keseimbangan tegangan – tegangan dalam (Braja
M. Das. 1995)
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
• Mendapatkan nilai CBR desain tanah lempung
ekspansif yang distabilisasi dengan kapur
tohor 6 %, 7 %, dan 8 %.
• Mendapatkan perbandingan nilai CBR desain
( 95 % MDD ) pada campuran 6 %, 7 %, dan
8 %.
Metode Penelitian
1. Persiapan dan pemeriksaan material

2. Pengujian di laboratorium
Penentuan Kadar Air Tanah, Pengujian Berat Jenis Tanah , Pengujian Batas Plastis
Tanah, Penentuan Batas Cair Tanah , Plastis Index , Gradasi Butir Tanah ,
Pemadatan Standar (Standart Proctor) , Pengujian Uji CBR (California Bearing
Ratio)
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif

Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat dilihat bahwa nilai PI di


dapat 38,61 % dan nilai LL 76,64 % adalah termasuk tanah dengan
pengembangan tinggi.
Berat Jenis Campuran Tanah Dan Kapur Tohor

Dari hasil pemeriksaan berat jenis tanah yang dicampur


dengan kapur tohor dengan persentase 6%. 7%, dan 8% yang
dilakukan di Laboratorium berdasarkan SNI 03 – 1964 – 2008.
Hasil Pemeriksaan dirangkum dalam tabel dibawah ini:
Batas – Batas Konsistensi (Atterberg Limits) Campuran Tanah Dan Kapur Tohor

Hasil dari pengujian Atterberg Limits yang dicampur dengan


kapur 0%, 6%, 7%, dan 8% yang dilakukan di Laboratorium
berdasarkan SNI 1966 – 2008 dan SNI 1967 – 2008 dari berat
kering tanah dengan pemeraman 1 x 24 jam.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian di Laboratorium maka tanah dari Quarry Anggun Repsol Bayung
Lencir adalah tanah lempung ekspansif dengan plastisitas tinggi PI = 38,61 % dan LL =
76,64 % ). Menurut klasifikasi AASHTO tanah dari Quarry Anggun Repsol Bayung
Lencir termasuk dalam golongan A – 7 – 5 yakni tanah sebagai bahan dasar yang
jelek. Stabilisasi tanah dengan kapur tohor dihasilkan sebagai berikut :
1. Stabilisasi mengubah berat jenis tanah dari semula 0 % ( S0 ) = 2,52, 6 % ( S6 ) =
2,53, 7 % ( S7 ) = 2,54 menjadi 8 % ( S8 ) = 2,55.
2. Penambahan kapur sebagai bahan stabilisasi menurunkan kadar air batas cair dari
semula 76,64 % ( S0 ), 70,57 % ( S6 ), 60,05 % ( S7 ), dan 38,30 % ( S8 ).
3. Penambahan kapura tohor sebagai bahan stabilisasi menurunkan indeks plastisitas
tanah dari semula 38,61 % ( S0 ), 33,10 % ( S6 ), 24,52 % ( S7 ), dan 17,97 % ( S8 ).
4. Stabilisasi tanah dengan kapur tohor tersebut merubah jenis klasifikasi tanah, jenis
klasifikasi tanah dapat dilihat pada tabel AASHTO untuk tanah 0 % ( S0 ) = A – 7 – 5, 6
% ( S6 ) = A – 7 – 5, 7 % ( S7 ) = A – 7 – 5, 8 % ( S8 ) = A – 6.
5. Stabilisasi tanah dengan kapur tohor 6 % ( S6 ) meningkatkan nilai CBR desain
dengan umur pemeraman 0 hari = 6,66 % dan meningkat menjadi 7,30 % setelah
pemeraman 3 hari, dan menjadi 8,50 % setelah pemeraman 24 hari.
6. Stabilisasi tanah dengan kapur tohor 7 % ( S7 ) meningkatkan nilai CBR desain
dengan umur pemeraman 0 hari = 7,65 % dan meningkat menjadi 10,90 %
setelah pemeraman 3 hari, dan menjadi 17,40 % setelah pemeraman 24 hari.
7. Stabilisasi tanah dengan kapur tohor 8 % ( S8 ) meningkatkan nilai CBR desain
dengan umur pemeraman 0 hari = 7,70 % dan meningkat menjadi 14,30 %
setelah pemeraman 3 hari, dan menjadi 27,95 % setelah pemeraman 24 hari.
8. Pada spesifikasi Bina Marga Devisi 3 syarat CBR untuk tanah timbunan pilihan
adalah 10 %, jadi pada stabilisasi tanah dengan kapur tohor maka didapat CBR
desain yang memenuhi syarat pada campuran 7 % ( S7 ) yaitu pada umur
pemeraman 3 hari dengan nilai CBR 10,90 %.
STABILISASI TANAH LATERIT DENGAN PENAMBAHAN
KAPUR TERHADAP KUAT GESER TANAH

Abstak

Dalam perkembangan konstruksi bangunan, kondisi Tanah


merupakan awal dari perencanaan pembangunan suatu
pekerjaan dalam Teknik Sipil.
Dilapangan sering dijumpai jenis tanah yang memiliki sifat
kembang susut tidak seragam begitu juga nilai kohesi dan kuat
tanah yang tidak baik, mengakibatkan tidak stabilnya tanah
sehingga sangat mempengaruhi daya dukung tanah serta dan
kemampuan kekuatan melawan gaya geser. Dalam hal ini maka
harus dilakukan perbaikan dan perkuatannya.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
karakteristik tanah dari uji properties tanah
dengan pengujian Sieve Analysis, kadar air
tanah, berat jenis tanah dan atterberg limit
dan bagaimana pengaruh penambahan kapur
dan waktu pemeraman terhadap kuat geser
tanah.
Metode Penelitian
1. Pengambilaln sampel
2. Batas atterberg (batas cair (liquid limit), batas
plastis (plastic limit) dan batas susut
(shrinkage limit)).
3. Pemadatan
4. Pengujian geser tanah (bertujuan untuk
mengetahui nilai kohesi dan sudut geser
dalam )
Hasil Penelitian
Pengujian yang
dilakukan meliputi
pengujian analisa
saringan, kadar air
tanah, berat jenis
tanah, dan batas-
batas atterberg.
Kesimpulan
1. Dari tanah asli didapatkan nilai kadar air tanah = 31,68%, berat jenis
tanah 24,5%, Batas-batas Atterberg dimana batas cair tanah = 63,27%,
batas plastis tanah = 32,16%, batas susut tanah = 52,97%, indeks
plastisitas = 31,11%.
2. Klasifikasi tanah berdasarkan AASTHO dan USCS dimana tanah sampel
dalam AASTHO masuk kedalam jenis tanah A-7-5 atau dapat
dinamakan tanah kategori “tanah berbutir halus dan berlempung
bersifat plastis”, sedangkan berdasarkan USCS tanah ini termasuk
kedalam jenis tanah CH atau dapat dikatakan tanah dengan kategori “
High plastic inorganic clays”.
3. Dengan pengujian compaction atau pemadatan dengan metode
standard proctor test, didapatkan nilai kadar air optimum (OMC) tanah
sampel sebesar 22,80% (421,8 ml) dan MDD sebesar 1,41 gr/cm3
STABILISASI TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN
MENGGUNAKAN KAPUR TOHOR DAN MATOS DITINJAU DARI
NILAI CBR LABORATORIUM

Abstak

Tanah merupakan pondasi pendukung suatu bangunan atau


tempat berpijaknya suatu bangunan untuk berbagai macam
bangunan seperti pondasi jalan, jembatan, bangunan
bendung, tanggul
gedung dan lain sebagainya. Daya dukung tanah pada tanah
dasar (subgrade) berbeda-beda antara beberapa wilayah,
daerah tempat yang satu dengan yang lainnya, jadi bila ada
tanah sub grade yang tidak mendukung untuk dilakukan
perkerasan maka perlu dilakukan penstabilan terlebih dahulu.
Metode Penelitian
Adapun tahapan penelitian sebagai berikut
• persiapan tanah untuk benda uji,
• pengujian sifat fisik dan sifat mekanik,
• penentuan variasi kapur tohor dan matos,
serta jumlah benda uji,
• Metode pencampuran,
• pengujian dan perendaman.
Hasil Penelitian
• Berdasarkan hasil pengujian di Laboratorium
diperoleh bahwa pengaruh kapur tohor terhadap
kadar air tanah asli adalah meningkatkan nilai
kadar airnya, terlihat pada kondisi tanah asli yang
nilai kadar air optimumnya adalah 37,27%
selanjutnya setelah dicampur kapur tohor sampai
penambahan 30%, nilai kadar air optimumnya
meningkat menjadi 40,38%.
Berdasarkan hasil pengujian dilaboratorium diperoleh:
a. Pengaruh kapur tohor yang dicampur tanah lempung
menghasilkan peningkatan nilai CBR Desain, hal ini dapat dilihat
pada kondisi tanah asli yang nilai awal CBR Desain adalah 3,82%
selanjutnya setelah dicampur dengan kapur tohor sampai
penambahan 30%, nilai CBR Desain meningkat menjadi 24,8%.
b. Pengaruh matos setelah dicampur dengan tanah lempung dan
kapur tohor 30% menghasilkan peningkatan nilai CBR Desain, hal
ini dapat dilihat pada kondisi tanah asli ditambah kapur tohor
30% dimana nilai CBR Desainya adalah 24,8% kemudian
meningkat menjadi 39,8% setelah ditambah dengan matos
2,847gr.
STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN CAMPURAN
KAPUR UNTUK LAPISAN TANAH DASAR KONSTRUKSI

Abstrak

Tanah sebagai lapisan dasar perletakan suatu struktur konstruksi


harus mempunyai sifat dan daya dukung yang baik, karena kekuatan
suatu struktur secara langsung akan dipengaruhi oleh kemampuan
tanah dasar dalam menerima dan meneruskan beban yang bekerja.
Tidak semua jenis tanah mempunyai sifat dan daya dukung yang
baik, karena tanah pada umumnya bersifat heterogen, dan
anisotropis. Untuk mengurangi kelemahan pada tanah lempung,
agar menjadi
lebih kuat digunakanlah campuran tanah lempung dengan bahan
tertentu.
tujuan

Tujuan Penelitian

penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk


mengetahui apakah tanah yang telah diberikan
bahan campuran seperti kapur akan
meningkatkan kualitas tanah lempung untuk
lapisan dasar konstruksi.
Metode Penelitian
Adapun tahapan penelitian sebagai berikut
• Pengujian indeks properties (kadar air, berat
jenis, analisa saringan, atterberg, dan anailisa
hidrometer)
• pengujian pemadatan standar
• Uji California Bearing Ratio (CBR)
• Pembuatan Benda Uji
Hasil Penelitian
• Dari hasil uji sifat fisis tanah (indeks
properties) didapat w = 10,227%, LL = 68,31%,
PL = 29,98%, IP = 38,32%, GS = 2,656, dan
Butiran lolos saringan No. 200 = 72,90%
Pengujian Pencampuran Kapur
Pencampuran dilakukan dengan penambahan
variasi persentase Kapur yang berbeda yaitu 0%,
2%, 5%, 7%. Pengujian yang dilakukan terhadap
campuran tanah dengan kapur terdiri dari uji sifat
fisis dan sifat mekanis tanah. Hasil uji sifat fisis dan
sifat mekanis ini dapat dilihat dalam bentuk tabel
dan grafik. Dari hasil pemadatan yang dilakukan
didapatkan nilai γd maks yaitu 1,472 gr/cm3
dengan kadar air optimum (Woptimum) = 22,85%.
Kesimpulan
1. Dari hasil pengujian, dan pembahasan yang dilakukan pada tanah lempung asli dan tanah lempung dengan
campuran bahan Kapur sebesar 0%, 2%, 5%, dan 7%, maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan
2. Dari pengujian tanah asli didapat nilai berat isi kering maksimum = 1,472 gr/cm3 ; Kadar air optimum (Wopt)
= 22,85% ; LL = 68,31 % ; PL = 29,98 % ; SL = 27,10 % ; IP = 38,32 %, mengandung fraksi halus 72,90%, dengan
Specific Gravity = 2,656. Menurut Unifed Soil Classification System (USCS) tanah tersebut termasuk dalam
kelompok OH, sedangkan menurut American Association of State Highway an Transportation Officials
(AASHTO) tanah tersebut termasuk dalam kelompok A-7-5.
3. Hasil uji batas konsistensi (Atterberg Limits) campuran tanah dengan penambahan Kapur dibandingkan
tanah asli menunjukkan bahwa batas cair (LL) dan batas plastis (PL) mengalami penurunan dikarenakan
terjadi pengikatan antara Kapur dengan butiran tanah lempung mengikat saat uji batas cair dan batas plastis,
yang berarti Indeks Plastisnya (IP) cenderung menurun.
4. Nilai CBR tanpa perendaman (unsoaked) pada persentase 7% didapat nilai CBR
38,0415 % mencapai titik puncak peningkatan disebabkan karena adanya
penggumpalan tanah sehingga meningkatnya daya ikat antar butiran, maka kemampuan
kuat dukung tanah meningkat. Dengan penambahan Kapur pada persentase 7%
didapat nilai 5,064% mencapai titik puncak peningkatan karena tanah yang telah
direndam selama 96 jam dapat menyelimuti butiran tanah dan bekerja efektif sehingga
kekuatannya meningkat dan pengembangannya (swelling) menurun.

Anda mungkin juga menyukai