Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

Topik Modified Sistim Lapisan Perkerasan Jalan

Oleh:

ZULFIKAR AHMAD

001109202020

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah sebagai pondasi suatu bangunan yang berdiri di atasnya harus memenuhi
syarat daya dukung yang dimiliki sehingga mampu mendukung beban bangunan di
atasnya. Daya dukung yang dimiliki tanah tergantung dari pada jenis tanah dan sifat-
sifat tanah. Pada jenis tanah tertentu misalnya tanah lunak, daya dukung yang
diberikan relatif kecil terhadap beban bangunan yang akan didirikan di atas lapisan
tanah ini. Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar. Jika pondasi jalan
raya tidak memenuhi standar yang ditetapkan, pasti akan berdampak buruk bagi
kekuatan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada jaan raya. Oleh karena itu,
perlu adanya perencanaan yang baik terhadap pondasi jalan raya. Lapis pondasi
adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan lapis
pondasi bawah. Fungsi lapis ini adalah lapis pendukung bagi lapis permukaan,
bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan dibawahnya dan lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain memenuhi spesifikasi standar dari
binamarga atau (SNI). Tujuan stabilisasi yaitu adalah suatu usaha untuk merubah
atau memperbaiki sifat –sifat teknis tanah agar memenuhi syarat teknis tertentu. Ada
beberapa cara stabilisasi tanah yang dapat dilakukan salah satunya menambahkan
bahan kimia, diantaranya adalah dengan menambahkan kapur. kapur mengandung
zat yang mampu menetralisir sifat kembang susut serta meningkatkan kekuatan dan
daya dukung tanah terutama pada tanah
1.2 Rumusan Masalah
Tanah Memiliki sifat kembang susut, maka perlu di stabilisasi dengan pemberian
bahan kimia yaitu kapur. Bahan ini dapat mengisi rongga – rongga tanah dan akan
meningkatkan kekuatan dan daya dukung tanah. Pada kasus ini lapisan diatasnya
telah mengalami settlement akibat penurunan pada lapisan tanah asli yang
kepadatannya tidak maksimal, sehingga diberikan perlakuan stabilisasi dengan
kapur.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pemberian kapur kepada tanah asli yang mengalami settlement untuk
stabilisasi pada tanah yang mengalami penurunan akibar kurangnya sifat kohesi (C).
1.4 Manfaat Penulisan
Sebagai referensi bagi pembaca untuk pengembangan kasus kasus pada tanah asli
yang memilki penurunan dan perkuatan pada tanah dengan metode stabilisasi
kapur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modified sistim lapisan perkerasan jalan


Mengacu pada standar standar (SNI)
2.1 Definisi Tanah
Tanah didefisinikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-
mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari
bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan
zat cair dan udara yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat
tersebut.
2.2 Sifat - Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yaitu sifat tanah dalam keadaan asli tanah yang digunakan untuk
menentukan jenis tanah. Sifat-sifat fisik tanah Tanah terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian padat dan bagian rongga. Bagian padat terdiri dari partikel-partikel padat
(solids) sedangkan bagian berongga (pori) terisi air atau udara. Bila tanah kering
maka ruang pori berisi udara, bila tanah basah maka ruang pori berisi air dan udara,
dan bila tanah kenyang atau jenuh air maka ruang pori berisi air. Untuk
mendapatkan hubungan antara berat isi, kadar air dan angka pori, maka massa
tanah dianggap dalam sistem 3 (tiga) tingkat, yaitu: udara, air dan butiran padat
seperti yang terlihat dalam diagram fase yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram fase tanah


Keterangan :
Ws = berat butir (Weight of Soil)
Ww = berat air (Weight of Water)
Wa = berat udara (Weight of Air)
W = berat (Weight)
Vs = isi butiran (Volume of Solid)
Vw = isi air (Volume of Air)
Va = isi udara (Volume of Air)
V = isi (Volume)
2.2 Stabilisasi Tanah
Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna
memperbaiki sifat- sifat teknis tanah. Stabilisasi tanah dapat dibagi menjadi 2
klasifikasi utama yaitu berdasarkan sifat teknisnya dan berdasarkan pada tujuannya,
dimana beberapa variasi dapat digunakan. Dari sifat teknisnya, stabilisasi dapat
dibagi menjadi 3 jenis yaitu : stabilisasi mekanis, stabilisasi fisik dan stabilisasi
kimiawi. (Ingles dan Metcalf, 1972). Stabilitas tanah lempung yang murah dan efektif
adalah dengan menambahkan bahan kimia tertentu, dengan penambahan bahan
kimia dapat mengikat mineral lempung menjadi padat, sehingga mengurangi
kembang susut tanah lempung, bahan kimia yang digunakan yaitu semen dan
kapur. Penambahan kapur dan semen pada tanah akan menghasilkan kepadatan
maksimum yang lebih rendah dan kadar optimum yang lebih tinggi dari pada tanah
yang tidak diperbaiki, selain itu kapur dapat menurunkan index plastisitas.

2.3 Kapur
Kapur merupakan material yang mengandung ion-ion Ca, Mg dan sebagian kecil Na.
Adanya tambahan kation Ca, Mg dan Na menyebabkan bertambahnya ikatan antara
partikel-partikel mineral lempung sehingga mengurangi kecenderungan sifat
mengembang dari lempung.
Disamping itu kapur dapat menimbulkan sementasi antara kapur dengan lempung.
Daya dukung tanah menjadi lebih besar serta mengurangi plastisitas tanah. Kapur
tidak banyak berpengaruh dalam tanah berorganik tinggi dan juga pada tanah
dengan sedikit atau tidak ada kandungan lempungnya.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Umum
Dalam kasus ini, setelah di ketahui titik titik lokasi yang mengalami settlement, maka
dilakukan pengerukan pada lapisan lapisan tanah seluas dengan area kerusakan
tersebut dan di cek secara visual dan dilakukan pengambilan sample untuk
pengecekan kembali di laboratorium.

Gambar 3.1 Pengerukan badan jalan yang mengalami settlement

3.2 Pengujian Laboratorium dan Penentuan Kadar Kapur


Setelah sampel diambil, maka tahapan berikutnya pengujian kembali pada
laboratorium untuk mengetahui karakteristik tanah tersebut dan mendapatkan nilai
nilai parameter untuk pengembangan lanjut di lokasi.
Pengujian dasar tanah:
1. Kadar air
2. Berat jenis
3. Berat volume
4. Atterberg limit test
5. Kompaksi
6. California Bearing Ratio (CBR)
Setelah di lakukan pengujian dasar untuk karakteristik, maka dilakukan
pencampuran dengan bahan kapur sebagai bahan stabilisasi dan komposis
campuran yang mendekati atau mencapai kepadatan maksimum sebagai standar
acuan di lapangan.
3.3 Penghamparan
Setelah melewati pengujian laboratorium, maka di dapatkan kadar kapur yang dapat
memenuhi kepadatan maksimum.
Sebelum dilakukan penghamparan, hal hal yang perlu di perhatikan sebagai berikut:
1. Tanah dasar yang akan di stabilisasi harus dibersihkan dari kotoran dan
bahan organik yang tidak di kehendaki serta dijaga kelembapannya
2. Sebelum diberi kapur untuk di campur, tanah dipecah dan di gemburkan
terlebih dahuludengan alat yang sesuai dengann jenis tanah yang akan di
gemburkan.
3. Air yang digunakan harus bersih tidak mengandung asam, alkali, bahan
organik, minyak, sulfat dan klorida di atas nilai yang diijinkan sesuai SK SNI
T 14-1992-03 tentang tata cara oembuatan rencana stabilisasi tanah dengan
kapur.
Berikutnya dilakukan penghamparan dan pencampuran kapur pada tanah gembur
yang mengalami settlement sebelumnya.penghamparan ini tetap mengacu pada
kadar kapur yang telah di keluarkan oleh laboratorium dengan konfersi volume /
kubikasi di lapangan, sehingga kapur dan tanah yang tercampur tetap berpedoman
pada hasil laboratorium dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan.
Proses pengadukan tanah dengan kapur di lakukan hingga merata agar hasilnya
maksimal. Jika telah tercampur dengan rata, maka di lanjutkan dengan
penghamparan pada lokasi yang telah di tentukan.

Gambar 3.2 Pengamparan kapur


3.4 Pemadatan
Tebal padat pada setiap lapisan adalah 15 – 20 cm, jumlah lintasan untuk tebal
lapisan padat disesuaikan dengan ruas percobaan. Panjang maksimum sesuai
dengan kapasitas produksi dan kemampuan peralatan pemadatan. Pemadatan
harus mencapai 95% kepadatan laboratorium. Selama melaksanakan
penghamparan stabilisasi tanah dengan kapu, sebaiknya dilakukan pada cuaca
hangat.

3.5 Perawatan dan perlindungan


Ketentuan perawatan dan perlindungan sebagai berikut:
1. Lapisan stabilisasi tanah dengan kapur harus di tutup selama 4 hari untuk
mencegah agar tidak kehilangan kadar air akibar hidrasi.
2. Selama masa perawata, area yang tela distabilisasi tidak boleh dilewati lalu
lintas atau alat alat berat.
3.6 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu meliputi:

1. Pemeriksaan pencampuran
2. Pemeriksaan kepadatan
3. Pemeriksaan ketebalan
4. Perawatan
Berdasarkan 4 faktor diatas, diharapkan pengerjaan berjalan dengan baik dan
selamat, agat tidak terjadi hal hal yang tidak di inginkan.
BAB IV
KAJIAN ANALISIS

Berdasarkan hasil Analisa dari sifat fisis terhadap tanah, ada beberapa hal yang
dapat di bahas antara lain:
4.1 Hasil Analisa Sifat Fisik
Tabel Hasil 4.1 Analisa dengan berbagai persentase kapur

Persentase Kapur
No. Jenis Kegiatan Sat
0% 5% 10% 15%
1 Kadar Air % 45,000 43,062 42,424 41,266
2 Berat Volume gr/cm³ 1,5 1,5 1,5 1,5
3 Berat Volume gr/cm³ 1,037 1,048 1,053 1,062
Kering
4 Cohesi kg/cm² 0,067 0,350 0,490 0,900
Berdasarkan tabel di atas, dapat diamati peningkatan sifat fisik dari kadar 0%
sampai persentase tertinggi yaitu 15% mengalami perubahan sifat pada berat
volume kering yang menandakan berkurangnya void pada volume tanah yang telah
di stabilisasi, dan meningkatnya nilai Cohesi . Perubahan tersebtu dapat dilihat
dengan grafik di bawah ini:

Gambar 4.1 Hubungan cohesi dengan persentase kapur


Pada gambar 4.1 telah terjadi perubahan kohesi pada tanah sebelum dan sesudah
diberi kapur yang mengalami peningkatan seiring bertambahnya persentase kapur
hal ini menggambarkan kemampuan mengikat antara kapur dan tanah yang baik
dan masih mampu mempertahankan kondisi plastisnya.
4.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analisa dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Tanah yang diuji mengalami peningkatan berat volume kering dari kadar 0% 1,037
gr/cm3 hingga kadar 15% yaitu 1.062 gr/cm3. Dengan adanya pemberian kapur,
kohesi tanah pada kadar 0% yaitu 0.067 kg/cm 2 meningkat pada kadar 15% yaitu
0,900 kg/cm2.
DAFTAR PUSTAKA

Afrin, H. (2017). A Review on Different Types Soil Stabilization Techniques.


International Journal of Transportation Engineering and Technology,
3(2), 19. https://doi.org/10.11648/j.ijtet.20170302.12

ARIIZUMI, A. (1967). Reaction of Hydrated Lime with Clay Minerals in Soil


Stabilization. Nendo Kagaku, 6(2), 74–80.
https://doi.org/10.11362/jcssjnendokagaku1961.6.2-3_74

BRANDL, H. (1981). ALTERATION OF SOIL PARAMETERS BY


STABILIZATION WITH LIME. https://trid.trb.org/view/187515

Cuisinier, O., Le Borgne, T., & Deneele, D. (2011). Quantification of the


effects of nitrates, phosphates and chlorides on soil stabilization with lime
and cement. Transportation, 117(Transportation (Amst).).
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S00137952100023
34

Ingles, O. G., & Metcalf, J. B. (1972). SOIL STABILIZATION PRINCIPLES


AND PRACTICE. Transportation. https://trid.trb.org/view/137528

Matwear, F. N., & Rokhman, R. (2019). Perencanaan Campuran Material


Sebagai Lapis Pondasi Atas Jalan. 27.
https://doi.org/10.31227/osf.io/syuh7

Melisa Haras, Arens Emilie Turangan, R. R. I. L. (2017). PENGARUH


PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG.
15.

Negi, A. S., Faizan, M., & Siddharth, D. P. (2013). Soil stabilization using
lime. 2(2), 448–453.

Nuri, B. C., Nasrul, & Yudha, H. (2012). Perbaikan Tanah Dasar Jalan Raya
dengan Penambahan Kapur. Jurnal Rancang Sipil, 1(1), 57–68.
https://www.academia.edu/download/49870841/7._Perbaikan_Tanah_Da
sar_Jalan_Raya_Dengan_Penambahan_Kapur.pdf

Widhiarto, H., Andriawan, A. H., & Matulessy, A. (2015). Stabilisasi Tanah


Lempung Ekspansif Dengan Menggunakan Campuran Abu-Sekam Dan
Kapur. Jurnal Pengabdian LPPM UNTAG Surabaya, 01(02), 135–140.

Anda mungkin juga menyukai