Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ METODE PERBAIKAN TANAH ”

DOSEN PENGAMPU : ROZA MILDAWATI, ST., MT.

MATA KULIAH : METODE DAN TEKNOLOGI INOVASI PERBAIKAN TANAH

DISUSUN OLEH :

FIGO AFRIANDO REZA FAHLEVI M. ARIF MAULANA


( 213110644 ) ( 213110071 ) ( 213110719 )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
yang diberikan kepada kita semua sehingga penulisan makalah ini kami selesaikan
tepat pada waktu yang diberikan dengan judul Metode Perbaikan Tanah. Sholawat
serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita, Penutup para Nabi sekaligus satu
satunya Uswatun Hasanah kita sebagai Umat muslim, yakni Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada ibuk Roza Mildawati, St., Mt. dosen
mata kuliah Metode dan Teknologi Inovasi Perbaikan Tanah.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari banyak terdapat kesalahan serta
kekeliruan dalam pembuatan makalahini, baik itu berkenaan dengan materi
pembahasan maupun dengan Teknik penulisan. Walaupun demikian, kami sudah
berusaha semaksimal mungkin dalam membuat makalh ini.

Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT semata. Untuk itu, sangat kami harapkan kritik dan saran
bagi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat serta dapat
menambah wawasan ilmu pengeahuan bagi para pembaca.

Pekanbaru, 11 Maret 2024

Penulis
PENDAHULUAN

Untuk membangun struktur seperti gedung, jembatan, jalan raya, pelabuhan,


dibutuhkan pondasi yang kokoh. Agar pondasi tersebut stabil, lokasinya harus dipilih
dengan bijak, memastikan tanahnya mampu menopang beban yang akan diterimanya.
Namun, tidak semua tanah di lapangan memiliki kemampuan tersebut. Misalnya, tanah
lunak seringkali tidak cukup kuat untuk menopang beban, sehingga perlu diperbaiki
sebelum konstruksi dimulai.

Perbaikan tanah lunak, atau soil improvement, menjadi hal penting yang
diperhatikan oleh para ahli geoteknik. Kehadiran perhatian ini dipicu oleh kebutuhan
akan lahan yang harus memenuhi standar teknis, keamanan, dan menjaga lingkungan.
Sebagian besar lahan yang tersedia sering kali berupa tanah lunak, bahkan rawa, yang
jika tidak diolah dengan benar, akan menyebabkan kerusakan pada bangunan yang
dibangun di atasnya, mempersingkat usia bangunan tersebut.

Dengan alasan-alasan tersebut, para ahli melakukan penelitian tentang


perbaikan tanah lunak, yang menghasilkan beberapa metode untuk mengatasinya.
Metode perbaikan tanah meliputi peningkatan pondasi yang berada di tanah berpasir,
perbaikan lapisan tanah dasar yang lembut dan kohesif, serta stabilitas lapisan dangkal.
Dalam penelitian ini, dilakukan studi literatur tentang berbagai metode perbaikan tanah
lunak.

PENGERTIAN KAPUR

Batuan kapur atau gamping merupakan salah satu bahan tambang industri yang
terdiri dari komposisi kalsium karbonat dengan berbagai warna seperti putih, abu-abu,
kuning tua, abu kebiruan, dan jingga hitam. Bentuknya bervariasi, ada yang berupa
pegunungan kapur/gamping yang mengandung kalsit (Kristal kapur) dan ada yang
sudah mulai mengalami pelapukan. Berat jenisnya berkisar antara 2,6 – 2,8.

DEFINISI PEMADATAN

Teknik pemadatan merupakan cara perbaikan tanah yang relatif mudah dan
sederhana. Dengan pemadatan yang kuat, kekuatan geser tanah akan meningkat
sehingga meningkatkan daya dukung fondasi. Pada pemadatan tanah, tanah yang
semula memiliki pori-pori akan diberikan energi mekanis yang dinamis secara berulang-
ulang sehingga volume tanah berkurang yang kemudian meningkatkan berat volume
tanahnya. Pengurangan volume tanah terjadi karena pori-pori udara tertampatkan.
Contoh yang banyak dijumpai adalah penggunaan rol (stum) pada pekerjaan
pemadatan tanah jalan.

METODOLOGI PEMADATAN TANAH

Pemadatan tanah yang baik tidak hanya dilakukan sekali tetapi biasanya
dilakukan hingga 3 kali. Dalam pemadatan tanah di lapangan, spesifikasi yang
diberlakukan adalah 90-95% dari berat volume maksimum yang telah ditentukan pada
uji proctor. Untuk mengetahui berat volume di lapangan, perlu dilakukan pengujian
dengan beberapa prosedur standar, antara lain:
 Metode Kerucut Pasir (Sand Cone)
 Metode Balon Karet (Rubber Balloon)
 Metode Nuklir (Nuclear)
 Kepadatan Tanah Relatif
 Lapisan Tanah Dasar

Kepadatan Tanah Relatif :

Pada umumnya, lapisan tanah lunak terdiri dari lempung atau lanau yang memiliki
nilai standar uji penetrasi (Nspt=4) atau tanah organik seperti gambut (peat) yang
memiliki kadar air alami yang sangat tinggi, serta tanah pasir berbutir lepas.

Tujuan perbaikan karakteristik geseran adalah untuk menghindari kerusakan tanah,


deformasi geseran, dan pengurangan tekanan tanah.

Tujuan perbaikan kemampatan adalah untuk memperpendek waktu penurunan


karena konsolidasi dan menghindari penurunan residual.

Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik liquifaksi tanah berpasir lepas antara


lain intensitas dan durasi gempa bumi, kerapatan pasir, distribusi gradasi pasir, dan
beban pada pasir atau tekanan bebas pasir.

1. Lapisan Tanah Dasar yang Lunak dan Kohesif

Penggalian untuk pondasi bangunan seringkali sulit dilakukan karena karakteristik


mekanis tanah yang sulit, meskipun telah dilakukan tindakan pengamanan.
Metoda perbaikan permukaan, perpindahan, timbunan imbangan berat, pembebanan
perlahan-lahan, pembebanan, drainase vertikal, tiang pasir padat, tiang kapur, dan
pencampuran lapisan dalam adalah beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi
tanah lunak dan kohesif.

2. Lapisan Tanah Dasar Berpasir Lepas

Metoda tiang pasir padat dan vibroflotasi sering digunakan untuk stabilisasi tanah
berpasir lepas, terutama dalam menghadapi risiko liquifaksi.

3. Lapisan Dangkal

Metoda pemadatan, penyesuaian gradasi, stabilisasi dengan kapur atau semen,


grouting, dan pembekuan adalah beberapa metode yang digunakan untuk
meningkatkan stabilitas lapisan dangkal.

4. Stabilisasi Lapisan Lempung Mengembang

Lempung diklasifikasikan sebagai lempung mengembang jika ll > 40 dan ip > 15.

Proses stabilisasi melibatkan pencampuran dengan kapur, penyesuaian kadar air, dan
kontrol perubahan kadar air untuk memperoleh kepadatan kering yang optimal.

Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik yang tepat, stabilisasi tanah dalam
konstruksi pondasi dapat dilakukan secara efektif untuk mengurangi risiko kerusakan
dan memastikan keberhasilan proyek konstruksi.

KLASIFIKASI TANAH MENURUT SISTEM AASHTO

Tanah merupakan salah satu komponen penting dalam konstruksi infrastruktur.


Untuk memahami karakteristik tanah, diperlukan sistem klasifikasi yang jelas. Salah
satu sistem klasifikasi yang umum digunakan adalah sistem yang dikembangkan oleh
American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).

Sistem klasifikasi AASHTO mempertimbangkan beberapa kriteria utama, yaitu:

1. Ukuran Butir Tanah:

- Kerikil: Fraksi melewati saringan 75 mm (3 inch) dan tertahan pada saringan


no 10 (2 mm).

- Pasir: Fraksi melewati saringan no 10 (2 mm) dan tertahan pada saringan no


200 (0,075 mm).

- Lumpur dan lanau: Fraksi melewati saringan no 200.

2. Plastisitas:

- Tanah berlumpur (silty) memiliki indeks plastisitas 10 atau kurang.

- Tanah liat (clay) memiliki indeks plastisitas 11 atau lebih.

3. Pengujian Berbatu dan Bongkah:

- Material berbatu dan bongkah (dengan ukuran lebih besar dari 75 mm) yang
diuji harus dipisahkan dari sampel tanah, namun persentase material tersebut
dicatat.

Untuk mengklasifikasikan tanah sesuai dengan tabel yang tersedia, data uji
diterapkan mulai dari kiri ke kanan. Dengan proses eliminasi, tanah dikelompokkan
pertama dari kiri lalu menuju ke kriteria yang sesuai.
JENIS-JENIS KAPUR

Kapur merupakan bahan yang sering digunakan dalam stabilisasi tanah. Beberapa jenis
kapur antara lain:

- Kapur Tipe I: Mengandung kalsium hidrat tinggi dengan kadar Magnesium Oksida
(MgO) maksimum 4% berat.

- Kapur Tipe II: Kapur magnesium atau dolomit dengan kadar Magnesium Oksida lebih
dari 4% dan maksimum 36% berat.

- Kapur Tohor (CaO): Hasil pembakaran batu kapur pada suhu sekitar 90°C, dengan
komposisi sebagian besar Kalsium Karbonat (CaCO3).

- Kapur Padam: Hasil pemadaman kapur tohor dengan air, membentuk hidrat
[Ca(OH)2].

 Mekanisme Stabilisasi Tanah dengan Kapur:

1. Ikatan ion Ca, Mg, dan Na meningkatkan ikatan antara partikel tanah.

2. Proses sementasi antara kapur dan tanah meningkatkan kekuatan geser dan daya
dukung tanah.

3. Stabilitas tanah dengan campuran kapur efektif digunakan untuk tanah lempung,
namun tidak efektif untuk tanah pasir.

 Material yang Diperlukan untuk Stabilisasi Tanah dengan Kapur:

1. Kapur: Sesuai dengan standar SNI 03-4147-1996, kapur yang digunakan adalah
kapur padam dan kapur tohor.

2. Tanah: Efektif digunakan pada tanah lempung yang plastisitasnya tinggi.


 Spesifikasi Persyaratan untuk Kapur:

1. Kandungan Calcium Oxide (CaO) dan Magnesium Oxide (MgO) harus lebih dari
92%.

2. Kadar CO2 (oven) dan CO2 (lap) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

 Sifat-sifat Kapur:

- Mempunyai sifat plastis yang baik.

- Sebagai mortel, memberi kekuatan pada struktur.

- Dapat mengeras dengan cepat dan mudah diolah.

- Mempunyai ikatan yang baik dengan batu atau bata.

- Mengurangi sifat mengembang dari tanah dan meningkatkan daya dukung tanah.

 Persyaratan Bahan yang Digunakan:

1. Tanah yang akan distabilisasi harus sesuai dengan standar SNI.

2. Kapur yang digunakan di lapangan harus sama dengan yang diuji coba di
laboratorium.

 Peralatan yang Digunakan:

Alat pencampur, alat penghampar, tangki air, alat pemadat, dan alat bantu lainnya
harus memenuhi standar yang ditetapkan.

 Persiapan di Lapangan:

Tanah dasar harus dibersihkan dan dijaga kelembabannya sebelum distabilisasi.


Sebelum dicampur dengan kapur, tanah harus digemburkan terlebih dahulu.
 Percobaan Lapangan:

Dilakukan dengan membuat jalur percobaan minimum sepanjang 200 meter.


Selama percobaan, dilakukan pengamatan terhadap kegemburan tanah, faktor
efisiensi, dan derajat kepadatan yang dicapai oleh alat pemadat.

 Cara Perawatan:

Lapisan stabilisasi tanah harus dirawat untuk mencegah kehilangan kadar air yang
diperlukan untuk berhidrasi. Selama masa perawatan, permukaan stabilisasi tanah tidak
boleh dilewati oleh lalu lintas atau alat berat.

 Pengendalian Mutu:

Meliputi pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu stabilisasi


tanah dengan kapur.

 Cara Pengerjaan:

Termasuk langkah-langkah seperti persiapan tanah, pencampuran, pemadatan, dan


perawatan.

Dengan pemahaman yang baik tentang klasifikasi tanah dan proses stabilisasi dengan
kapur, konstruksi infrastruktur dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.

PERBAIKAN TANAH

Tanah yang menjadi tempat pondasi terdiri dari berbagai lapisan, termasuk
lapisan yang keras dan lapisan yang lunak. Lapisan lunak ini umumnya terdiri dari
tanah dengan butir-butir sangat halus seperti lempung atau lanau. Akibatnya, lapisan ini
cenderung memiliki akumulasi air tanah yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan lapisan
tersebut kurang mampu menahan beban, karena sifat mekanismenya yang buruk dan
kekurangan daya dukung.

Sifat lapisan tanah lunak mencakup gaya geser kecil, kemampatan tinggi,
koefisien permeabilitas rendah, dan risiko liquefaction saat terpapar air. Jika beban
konstruksi melebihi daya dukung batas, dapat menyebabkan kerusakan pada tanah
dasar pondasi. Bahkan jika intensitas beban kurang dari batas kritis, penurunan tanah
dapat meningkat seiring waktu, mengakibatkan keruntuhan.

Gejala kerusakan atau penurunan tambahan pada tanah pondasi tidak hanya
memengaruhi fungsi konstruksi, tetapi juga dapat menyebabkan perubahan permukaan
tanah sekitarnya atau perubahan muka air tanah. Hal ini dapat merusak seluruh
bangunan karena terjadi konsolidasi besar pada tanah pondasi, yang tidak dapat
dihindari dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Untuk mencegah kerusakan tersebut, perbaikan tanah lunak diperlukan dengan


menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik tanah.
Perbaikan ini mencakup berbagai masalah seperti penurunan, daya dukung,
kepadatan, dan pekerjaan galian. Metode perbaikan mencakup:

1. Perbaikan Karakteristik Geseran: Bertujuan untuk mencegah kerusakan tanah


pondasi dan deformasi geseran.
2. Perbaikan Kemampatan: Bertujuan untuk mengurangi waktu penurunan akibat
konsolidasi.
3. Pengurangan Permeabilitas: Bertujuan untuk mencegah kebocoran.
4. Perbaikan Karakteristik Liquefaction: Bertujuan untuk mengurangi risiko
liquefaction saat gempa bumi terjadi.
Peningkatan kekuatan geser tanah dapat dicapai dengan meningkatkan kohesi
antar butir tanah. Drainase dapat meningkatkan kerapatan tanah lunak kohesif,
sementara pemadatan dapat meningkatkan tahanan geser tanah pasir.

Perbaikan kemampatan tanah dapat dicapai dengan memperkuat kerangka butir


atau mengurangi volume pori untuk mengurangi deformasi tanah. Penggunaan bahan
tambahan atau injeksi dapat memperkuat kaitan antar butir tanah.

Prinsip dasar perbaikan tanah pondasi adalah memperbaiki karakteristik mekanis


tanah melalui pemadatan atau konsolidasi. Meskipun metode yang digunakan berbeda
tergantung pada kedalaman lapisan tanah, tujuannya tetap sama: stabilisasi tanah.

Selain metode perbaikan karakteristik mekanis, terdapat juga metode pergantian


tanah yang kurang baik dengan tanah yang lebih baik atau penguatan timbunan tanah
sebagai counterweight. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan karakteristik
tanah, jenis bangunan, dan metode pelaksanaan.

Tindakan perbaikan biasanya menghasilkan beberapa hasil perbaikan sekunder


selain tujuan utamanya. Misalnya, drainase vertikal tidak hanya mempercepat
penurunan konsolidasi, tetapi juga meningkatkan kekuatan tanah.

METODE TEKNOLOGI

Dalam pembahasan ini, kerangka pemikiran telah diajukan untuk mengeksplorasi


hubungan antara variabel, terutama variabel bebas yang berupa metode perbaikan
tanah, dan variabel terikat yang merupakan karakteristik tanah. Sebagai langkah awal
penelitian, dilakukan pembahasan literatur terkait karakteristik tanah.

Pada tahap awal penelitian, karakteristik tanah diuraikan melalui analisis sintesis.
Data yang diperoleh dari literatur dibandingkan satu sama lain, dan dari perbandingan
tersebut dapat dibuat kategori dan indikator khusus untuk perbaikan tanah.

Meskipun tahap-tahap penelitian dapat dipisahkan secara konseptual, namun


menurut Glaser dan Strauss, proses pengambilan kesimpulan atau pengembangan
teori adalah proses yang terus berkembang dengan analisis yang berlangsung maju
mundur.

HASIL PEMBAHASAN

Berdasarkan studi literatur mengenai perbaikan tanah lunak dan kohesif,


ditemukan pengaruh dari berbagai metode yang telah ditinjau:

1. Metode Perbaikan Permukaan:

Meliputi metode drainasi permukaan, betasan deformasi geser, dan hasil


sampingan seperti batasan pengurangan kekuatan, timbulnya kenaikan tekanan,
pemberian ketahanan gelincir, dan pencegahan terhadap liquefaction.
2. Metode Perpindahan:

Menyebabkan perubahan sifat tanah dengan memberikan ketahanan geser yang


lebih baik, hasil utamanya adalah pemberian ketahan gelincir dan hasil sampingan
berupa jumlah total penurunan yang berkurang dan batasan deformasi geser.

3. Metode Timbunan Imbangan Berat:

Berfokus pada mencegah timbunan terhadap gelincir dengan membuat


imbangan berat pada sisi timbunan, menghasilkan pemberian ketahanan gelincir
sebagai hasil utama dan batasan deformasi geser sebagai hasil sampingan.

4. Metode Pembebanan:

Meningkatkan tekanan efektif tanah dan tekanan atmosfir, menyebabkan


penurunan karena konsolidasi dan peningkatan tekanan efektif sebagai hasil utama.

5. Metode Drainasi Vertikal:

Pengurangan drainasi konsolidasi dan penurunan akibat konsolidasi adalah


pengaruh utama, bersama dengan peningkatan tekanan efektif dan batasan deformasi
sebagai hasil sampingan.

6. Tiang Pasir Padat:

Mempengaruhi pemadatan lapisan lunak tanah pondasi, mengurangi penurunan,


memberikan ketahanan gelincir, dan mencegah liquefaction sebagai hasil utama,
dengan timbulnya penurunan karena konsolidasi dan batasan deformasi geser sebagai
hasil sampingan.
7. Metode Tiang Kapur:

Penyerapan air oleh tiang kapur meningkatkan kemantapan dan mengurangi


penurunan, menghasilkan jumlah total pengurangan penurunan dan pemberian
ketahanan gelincir sebagai hasil utama, tanpa ada hasil sampingan.

8. Metode Pencampuran Lapisan Dalam:

Stabilisator semen yang dicampur dengan tanah kohesif akan


mengkonsolidasikan lapisan tanah pondasi, menghasilkan jumlah total pengurangan
penurunan, batasan deformasi geser, dan pemberian ketahanan gelincir sebagai hasil
utama, tanpa ada hasil sampingan.
ANALISIS SINTESIS

Analisis dari tabel menunjukkan bahwa metode tiang pasir padat (6) dan
pencampuran lapisan dalam (8) memiliki tiga hasil utama masing-masing, yaitu jumlah
total pengurangan penurunan, pemberian ketahanan gelincir, serta pencegahan
terhadap liquefaction untuk tiang pasir padat (6) dan batasan deformasi geser untuk
pencampuran lapisan dalam (8). Sedangkan metode tiang kapur (7) memiliki dua hasil
utama, dan metode lainnya hanya memiliki satu hasil utama.

Begitu juga dengan hasil sampingan, di mana tiang pasir padat (6) memiliki dua
hasil sampingan, dua hasil sampingan untuk metode perpindahan (2), dan dua hasil
sampingan untuk drainase vertikal (5). Metode perbaikan permukaan (1) memiliki hasil
sampingan yang paling banyak, termasuk batasan pengurangan kekuatan, timbulnya
kenaikan, pemberian ketahanan gelincir, dan pencegahan terhadap liquefaction.
Sedangkan metode timbunan berat (3) dan metode pembebanan (4) hanya memiliki
satu hasil sampingan masing-masing.

Berdasarkan analisis pengaruh metode yang dihasilkan dari setiap metode pada
tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap metode memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Namun, metode yang paling optimal adalah metode tiang pasir padat
karena menghasilkan tiga hasil utama dan dua hasil sampingan, mencakup jumlah total
pengurangan penurunan, pemberian ketahanan gelincir, pencegahan terhadap
liquefaction, dan timbulnya penurunan karena konsolidasi dan batasan deformasi geser.

KESIMPULAN

Pentingnya Perbaikan Tanah Lunak: Dalam membangun struktur seperti gedung,


jembatan, jalan raya, dan pelabuhan, pondasi yang kokoh sangat penting. Namun, tidak
semua tanah di lapangan memiliki kemampuan untuk menopang beban tersebut,
terutama tanah lunak. Oleh karena itu, perbaikan tanah lunak menjadi hal yang sangat
penting untuk memastikan stabilitas konstruksi.
Metode Perbaikan Tanah: Terdapat berbagai metode perbaikan tanah lunak
yang dapat digunakan, termasuk peningkatan pondasi di tanah berpasir, perbaikan
lapisan tanah dasar yang lembut dan kohesif, serta stabilitas lapisan dangkal. Setiap
metode memiliki tujuan dan efek yang berbeda tergantung pada karakteristik tanah dan
kondisi lingkungan.

Analisis Pengaruh Metode: Melalui studi literatur, ditemukan bahwa setiap


metode perbaikan tanah memiliki efek yang berbeda-beda. Dari berbagai metode yang
ditinjau, metode tiang pasir padat menonjol karena menghasilkan beberapa hasil utama
dan sampingan yang penting untuk menjaga stabilitas tanah dan konstruksi di atasnya.

SARAN

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian lapangan untuk


menguji efektivitas berbagai metode perbaikan tanah dalam berbagai kondisi tanah dan
lingkungan. Selain itu, penting untuk terus mengembangkan teknologi dan metode
perbaikan tanah guna meningkatkan keamanan dan ketahanan infrastruktur yang
dibangun di atasnya.
DAFTAR PUSTAKA

 Terzaghi, K. (1943). Theoretical Soil Mechanics. John Wiley & Sons.

 Bowles, J. E. (1996). Foundation Analysis and Design. McGraw-Hill Education.

 Craig, R.F., 1991, Mekanika Tanah, Terjemahan, Erlangga, Jakarta

 Seed, H. B., & Chan, C. K. (1966). Liquefaction of Saturated Sands during Cyclic
Loading. University of California, Berkeley.

 Lambe, T. W., & Whitman, R. V. (1979). Soil Mechanics. John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai