DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
yang diberikan kepada kita semua sehingga penulisan makalah ini kami selesaikan
tepat pada waktu yang diberikan dengan judul Metode Perbaikan Tanah. Sholawat
serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita, Penutup para Nabi sekaligus satu
satunya Uswatun Hasanah kita sebagai Umat muslim, yakni Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada ibuk Roza Mildawati, St., Mt. dosen
mata kuliah Metode dan Teknologi Inovasi Perbaikan Tanah.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari banyak terdapat kesalahan serta
kekeliruan dalam pembuatan makalahini, baik itu berkenaan dengan materi
pembahasan maupun dengan Teknik penulisan. Walaupun demikian, kami sudah
berusaha semaksimal mungkin dalam membuat makalh ini.
Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT semata. Untuk itu, sangat kami harapkan kritik dan saran
bagi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat serta dapat
menambah wawasan ilmu pengeahuan bagi para pembaca.
Penulis
PENDAHULUAN
Perbaikan tanah lunak, atau soil improvement, menjadi hal penting yang
diperhatikan oleh para ahli geoteknik. Kehadiran perhatian ini dipicu oleh kebutuhan
akan lahan yang harus memenuhi standar teknis, keamanan, dan menjaga lingkungan.
Sebagian besar lahan yang tersedia sering kali berupa tanah lunak, bahkan rawa, yang
jika tidak diolah dengan benar, akan menyebabkan kerusakan pada bangunan yang
dibangun di atasnya, mempersingkat usia bangunan tersebut.
PENGERTIAN KAPUR
Batuan kapur atau gamping merupakan salah satu bahan tambang industri yang
terdiri dari komposisi kalsium karbonat dengan berbagai warna seperti putih, abu-abu,
kuning tua, abu kebiruan, dan jingga hitam. Bentuknya bervariasi, ada yang berupa
pegunungan kapur/gamping yang mengandung kalsit (Kristal kapur) dan ada yang
sudah mulai mengalami pelapukan. Berat jenisnya berkisar antara 2,6 – 2,8.
DEFINISI PEMADATAN
Teknik pemadatan merupakan cara perbaikan tanah yang relatif mudah dan
sederhana. Dengan pemadatan yang kuat, kekuatan geser tanah akan meningkat
sehingga meningkatkan daya dukung fondasi. Pada pemadatan tanah, tanah yang
semula memiliki pori-pori akan diberikan energi mekanis yang dinamis secara berulang-
ulang sehingga volume tanah berkurang yang kemudian meningkatkan berat volume
tanahnya. Pengurangan volume tanah terjadi karena pori-pori udara tertampatkan.
Contoh yang banyak dijumpai adalah penggunaan rol (stum) pada pekerjaan
pemadatan tanah jalan.
Pemadatan tanah yang baik tidak hanya dilakukan sekali tetapi biasanya
dilakukan hingga 3 kali. Dalam pemadatan tanah di lapangan, spesifikasi yang
diberlakukan adalah 90-95% dari berat volume maksimum yang telah ditentukan pada
uji proctor. Untuk mengetahui berat volume di lapangan, perlu dilakukan pengujian
dengan beberapa prosedur standar, antara lain:
Metode Kerucut Pasir (Sand Cone)
Metode Balon Karet (Rubber Balloon)
Metode Nuklir (Nuclear)
Kepadatan Tanah Relatif
Lapisan Tanah Dasar
Pada umumnya, lapisan tanah lunak terdiri dari lempung atau lanau yang memiliki
nilai standar uji penetrasi (Nspt=4) atau tanah organik seperti gambut (peat) yang
memiliki kadar air alami yang sangat tinggi, serta tanah pasir berbutir lepas.
Metoda tiang pasir padat dan vibroflotasi sering digunakan untuk stabilisasi tanah
berpasir lepas, terutama dalam menghadapi risiko liquifaksi.
3. Lapisan Dangkal
Lempung diklasifikasikan sebagai lempung mengembang jika ll > 40 dan ip > 15.
Proses stabilisasi melibatkan pencampuran dengan kapur, penyesuaian kadar air, dan
kontrol perubahan kadar air untuk memperoleh kepadatan kering yang optimal.
Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik yang tepat, stabilisasi tanah dalam
konstruksi pondasi dapat dilakukan secara efektif untuk mengurangi risiko kerusakan
dan memastikan keberhasilan proyek konstruksi.
2. Plastisitas:
- Material berbatu dan bongkah (dengan ukuran lebih besar dari 75 mm) yang
diuji harus dipisahkan dari sampel tanah, namun persentase material tersebut
dicatat.
Untuk mengklasifikasikan tanah sesuai dengan tabel yang tersedia, data uji
diterapkan mulai dari kiri ke kanan. Dengan proses eliminasi, tanah dikelompokkan
pertama dari kiri lalu menuju ke kriteria yang sesuai.
JENIS-JENIS KAPUR
Kapur merupakan bahan yang sering digunakan dalam stabilisasi tanah. Beberapa jenis
kapur antara lain:
- Kapur Tipe I: Mengandung kalsium hidrat tinggi dengan kadar Magnesium Oksida
(MgO) maksimum 4% berat.
- Kapur Tipe II: Kapur magnesium atau dolomit dengan kadar Magnesium Oksida lebih
dari 4% dan maksimum 36% berat.
- Kapur Tohor (CaO): Hasil pembakaran batu kapur pada suhu sekitar 90°C, dengan
komposisi sebagian besar Kalsium Karbonat (CaCO3).
- Kapur Padam: Hasil pemadaman kapur tohor dengan air, membentuk hidrat
[Ca(OH)2].
1. Ikatan ion Ca, Mg, dan Na meningkatkan ikatan antara partikel tanah.
2. Proses sementasi antara kapur dan tanah meningkatkan kekuatan geser dan daya
dukung tanah.
3. Stabilitas tanah dengan campuran kapur efektif digunakan untuk tanah lempung,
namun tidak efektif untuk tanah pasir.
1. Kapur: Sesuai dengan standar SNI 03-4147-1996, kapur yang digunakan adalah
kapur padam dan kapur tohor.
1. Kandungan Calcium Oxide (CaO) dan Magnesium Oxide (MgO) harus lebih dari
92%.
2. Kadar CO2 (oven) dan CO2 (lap) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Sifat-sifat Kapur:
- Mengurangi sifat mengembang dari tanah dan meningkatkan daya dukung tanah.
2. Kapur yang digunakan di lapangan harus sama dengan yang diuji coba di
laboratorium.
Alat pencampur, alat penghampar, tangki air, alat pemadat, dan alat bantu lainnya
harus memenuhi standar yang ditetapkan.
Persiapan di Lapangan:
Cara Perawatan:
Lapisan stabilisasi tanah harus dirawat untuk mencegah kehilangan kadar air yang
diperlukan untuk berhidrasi. Selama masa perawatan, permukaan stabilisasi tanah tidak
boleh dilewati oleh lalu lintas atau alat berat.
Pengendalian Mutu:
Cara Pengerjaan:
Dengan pemahaman yang baik tentang klasifikasi tanah dan proses stabilisasi dengan
kapur, konstruksi infrastruktur dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
PERBAIKAN TANAH
Tanah yang menjadi tempat pondasi terdiri dari berbagai lapisan, termasuk
lapisan yang keras dan lapisan yang lunak. Lapisan lunak ini umumnya terdiri dari
tanah dengan butir-butir sangat halus seperti lempung atau lanau. Akibatnya, lapisan ini
cenderung memiliki akumulasi air tanah yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan lapisan
tersebut kurang mampu menahan beban, karena sifat mekanismenya yang buruk dan
kekurangan daya dukung.
Sifat lapisan tanah lunak mencakup gaya geser kecil, kemampatan tinggi,
koefisien permeabilitas rendah, dan risiko liquefaction saat terpapar air. Jika beban
konstruksi melebihi daya dukung batas, dapat menyebabkan kerusakan pada tanah
dasar pondasi. Bahkan jika intensitas beban kurang dari batas kritis, penurunan tanah
dapat meningkat seiring waktu, mengakibatkan keruntuhan.
Gejala kerusakan atau penurunan tambahan pada tanah pondasi tidak hanya
memengaruhi fungsi konstruksi, tetapi juga dapat menyebabkan perubahan permukaan
tanah sekitarnya atau perubahan muka air tanah. Hal ini dapat merusak seluruh
bangunan karena terjadi konsolidasi besar pada tanah pondasi, yang tidak dapat
dihindari dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
METODE TEKNOLOGI
Pada tahap awal penelitian, karakteristik tanah diuraikan melalui analisis sintesis.
Data yang diperoleh dari literatur dibandingkan satu sama lain, dan dari perbandingan
tersebut dapat dibuat kategori dan indikator khusus untuk perbaikan tanah.
HASIL PEMBAHASAN
4. Metode Pembebanan:
Analisis dari tabel menunjukkan bahwa metode tiang pasir padat (6) dan
pencampuran lapisan dalam (8) memiliki tiga hasil utama masing-masing, yaitu jumlah
total pengurangan penurunan, pemberian ketahanan gelincir, serta pencegahan
terhadap liquefaction untuk tiang pasir padat (6) dan batasan deformasi geser untuk
pencampuran lapisan dalam (8). Sedangkan metode tiang kapur (7) memiliki dua hasil
utama, dan metode lainnya hanya memiliki satu hasil utama.
Begitu juga dengan hasil sampingan, di mana tiang pasir padat (6) memiliki dua
hasil sampingan, dua hasil sampingan untuk metode perpindahan (2), dan dua hasil
sampingan untuk drainase vertikal (5). Metode perbaikan permukaan (1) memiliki hasil
sampingan yang paling banyak, termasuk batasan pengurangan kekuatan, timbulnya
kenaikan, pemberian ketahanan gelincir, dan pencegahan terhadap liquefaction.
Sedangkan metode timbunan berat (3) dan metode pembebanan (4) hanya memiliki
satu hasil sampingan masing-masing.
Berdasarkan analisis pengaruh metode yang dihasilkan dari setiap metode pada
tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap metode memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Namun, metode yang paling optimal adalah metode tiang pasir padat
karena menghasilkan tiga hasil utama dan dua hasil sampingan, mencakup jumlah total
pengurangan penurunan, pemberian ketahanan gelincir, pencegahan terhadap
liquefaction, dan timbulnya penurunan karena konsolidasi dan batasan deformasi geser.
KESIMPULAN
SARAN
Seed, H. B., & Chan, C. K. (1966). Liquefaction of Saturated Sands during Cyclic
Loading. University of California, Berkeley.
Lambe, T. W., & Whitman, R. V. (1979). Soil Mechanics. John Wiley & Sons.