Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN HASIL PRAKTEK

PRAKTEK BANGUNAN JALAN

Disusun oleh:
Ardiansyah Setia Anugrah
2 KBG 1 / 03
1631310019

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini dibuat sebagai bukti telah menyelesaikan Praktek Beton yang meliputi
latihan dasar (pembengkokan dan pembuatan sengkang), pembesian balok, pembesian kolom,
pembesian plat lantai, pembesian pondasi, pengecoran (pembetonan). Penerapan berlokasi di
bengkel Praktek Beton Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang.

1. Judul Laporan : LAPORAN PRAKTEK BANGUNAN JALAN


2. Pelaksana Kegiatan
a. Nama : Ardiansyah Setia Anugrah
b. Kelas : 2 KBG 1
c. Jurusan : Teknik Sipil
d. Program Studi : D-III Teknik Sipil
3. Laporan ini disetujui :
Oleh : Marjono, ST., MT
Tanggal : 28 Mei 2018 s/d 4 Juni 2018

Malang, 25 Juni 2018

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Penyusun

Marjono, ST., MT Ardiansyah Setia Anugrah

NIP. 196109111990031002 NIM. 1631310019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga Laporan Praktek Bangunan Jalan dapat terselesaikan sesuai rencana.
Dalam penyusunannya, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing dan atau instruktur yang telah memberikan bimbingan, serta dukungannya.
Meskipun kami berharap isi dari laporan praktikum ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun kesempurnaan itu sepertinya hal yang mustahil. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas laporan praktikum ini dapat lebih
baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga hasil laporan praktikum kami ini
bermanfaat.

Malang, 25 Juni 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan khusus
adalah jalan yang dibangun oleh instasi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok
masyarakat untuk kepentingan sendiri. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan
bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan
membayar tol. Jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebanding serta
dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan.
Pembangunan jalan adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi
berbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan
jembatan dan terowongan, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin
melibatkan penebasan hutan). Pelbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan
untuk proses ini. Dalam proses pembuatan jalan itu sendiri disebut dengan perkerasan
jalan.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yangdigunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang biasanya dipakai dalam perkerasan jalan
adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja. Sedangkan
bahan ikat yang dipakai antara lain semen, aspal dan tanah liat.
Muka bumi harus diuji untuk melihat kemampuannya untuk menampung beban
kendaraan. Berikutnya, jika perlu tanah yang lembut akan diganti dengan tanah yang
lebih keras. Lapisan tanah ini akan menjadi lapisan dasar. Seterusnya diatas lapisan dasar
ini akan dilapisi dengan satu lapisan lagi yang disebut lapisan permukaan. Biasanya
lapisan permukaan dibuat dengan aspal ataupun semen.
Perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis bertujuan untuk menerima beban
kendaraan yang melaluinya dan meneruskan ke lapisan dibawahnya. Biasanya material
yang digunakan pada lapisan-lapisan perkerasan jalan semakin ke bawah akan semakin
berkurang kualitasnya. Karena lapisan yang berada dibawah lebih sedikit menahan beban
atau menahan beban lebih ringan.
Sebagai mahasiswa sipil hendaknya kita mengetahui dan memahami lebih dalam
tentang bangunan jalan. Oleh karena itu, dilakukanlah praktek bangunan jalan, yang akan
dibahas lebih lanjut pada makalah ini.

1.2 Manfaat
Dengan dilaksanakannya praktek ini, diharapkan:
1.2.1 Mahasiswa dapat mengetahui teori-teori tentang bangunan jalan
1.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui tahapan atau proses membangun jalan raya, khususnya
tentang perkerasan jalan lentur dan perkerasan jalan kaku
1.2.3 Menciptakan mahasiswa yang mempunyai keterampilan dalam pengaplikasian
bangunan jalan dalam bidang konstruksi

1.3 Tujuan
Dengan dilaksanakannya praktek bangunan jalan, mahasiswa diharapkan :
1.3.1 Dapat lebih mengetahui tentang proses pembangunan jalan dalam konstruksi, entah
itu perkerasan lentur maupun kaku.
1.3.2 Memiliki pengalaman dalam melaksanakan bangunan jalan sebagai bekal untuk
pekerjaan yang sesungguhnya di masa yang akan datang.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Jenis Konstruksi Jalan


2.1.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konvensional
1. Konstruksi Sistem Mac. Adam

Jalan Mac. Adam adalah jalan yang dikeraskan dengan susunan batu dan
kerikil, sedemikian rupa sehingga jalan menjadi keras dan baik untuk
transportasi desa. Sistem konstruksi jalan Mac. Adam hampir sama dengan
telford prinsipnya sistem Mac. Adam menggunakan batu pecah yang disusun
tegak untuk menjadi pondasi selanjutnya diisi dengan batu pecah ukuran lebih
kecil sehinnga ketika diberi beban batu pecah lapisan teratas mendesak mengisi
celah batu yang dibawahnya agar saling mengunci. Materialnya terdiri dari
pasir urug dan batu pecah untuk pondasi serta batu pecah untuk pengisi pada
lapidan atas.
2. Konstruksi Sistem Telford

Lapisan telford merupakan lapisan pondasi bawah yang terdiri atas batu
belah yang beralaskan hamparan pasir di atas lapisan tanah dasar. Rongga
diantara batu belah diisi dengan batu pengunci yang ukurannya lenih kecil agar
lapisan permukaannya rata dengan batu. Lapisan telford memiliki fungsi yaitu
meneruskan beban di atas dan memindahkan gaya bebansebagian kesamping.
Sifat dari lapisan telford sendiri yaitu kedap air dan memunyai nilai struktural
sesuai dengan tebal batu belah.
Penggunaan sistem telford biasanya dipakai di jalan-jalan pedesaan
dimana untuk pelaksanaan sistem tersebut memiliki biaya peralatan cukup
mahal dan sulit sehingga digunakan material menggunakan bahan dari batu dan
peralatan untuk pemasangan sederhana.Untuk material itu sendiri terdiri dari
pasir/pasir urug, batu pinggir, batu belah dan batu pengunci. Pasir yang
digunakan untuk bantalan adalah pasir bersih karena digunakan untuk dasar
meletakkan batu belah agar tegak, Batu pinggir atau batu penyangga
dimaksudkan untuk menjaga supaya pinggiran lapisan batu yang dihampar
sebagai Lapisan Telford dapat tertahan dengan baik, Batu belah di gunakan
untuk material pokok paling sedikit dua bidang pecah berasal dari batu besar
yang di belah-belah, dan Batu Pengunci terdiri atas batu pecah yang mengisi
ronggaantara batu belah (pokok) dan mempunyai kualitas yang sama dengan
batu pelah (pokok).Pelaksanaannya meliputi : 1. Penyiapan lapis pondasi. 2.
Penghamparan yang meliputi : pemasangan bantalan pasir, batu tepi, batu
belah, lalu penguncian batuan pengunci. Selanjutnya yaitu proses pemadatan
dan disambung pengujian.

2.1.2 Konstruksi Perkerasan Lentur

Konstruksi perkerasan lentur adalah konstruksi perkerasan yang umumnya


menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan, serta bahan
berbutir sebagai lapisan dibawahnya.
Contoh pelaksanaan perkerasan lentur adalah jalan beraspal yang biasa kita
ketahui.
2.1.3 Konstruksi Perkerasan Kaku

Konstruksi perkerasan yang terdiri dari plat beton yang bersambung atau
menerus, tanpa/ dengan tulangan, terletak diatas lapis pondasi bawah, tanpa/
dengan penambahan campuran aspal pada lapis permukaannya.
Contoh konstruksi perkerasan kaku adalah pelaksanaan konstruksi perkerasan
RCC (Roller Compacted Concrete).
2.1.4 Konstruksi Komposit
Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid
pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana
kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas. Untuk
ini maka perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai
kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton di
bawahnya.
Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi
pengendara dibandingkan dengan konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis
permukaan tanpa aspal.

2.2 Struktur Konstruksi Jalan

Lapisan-lapisan pembentuk jalan raya adalah:

1. Lapisan Permukaan (Surface Course)


Berada pada lapisan paling atas. Lapisan ini berfungsi sebagai penahan beban
roda. Memiliki stabilitas yang tinggi, kedap air untuk melindungi lapisan bawahnya,
tahan terhadap keausan akibat gesekan rem kendaraan, dan diperuntukkan meneruskan
beban kendaraan ke lapisan bawahnya.
2. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Terletak dibawah lapisan permukaan. Berfungsi untuk menahan gaya lintang
akibat roda beban dan meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, sebagai bantalan
untuk lapisan permukaan dan lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. Material
yang digunakan untuk lapisan ini harus material berkualitas tinggi yang kuat menahan
beban yang direncanakan.
3. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Berada dibawah lapisan pondasi atas dan diatas lapisan tanah dasar. Lapisan ini
berfungsi untuk mnyebarkan beban dari lapisan pondasi bawah ke lapisan tanah dasar.
Selain itu, juga berfungsi untuk mencegah partikel halus masuk ke dalam material
perkerasan jalan dan melindungi agar air tidak masuk ke lapisan dibawahnya.
4. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan yang berada paling bawah. Berfungsi sebagai tempat perletakan jalan
raya.

2.3 Jenis-jenis Lapisan Permukaan (Surface Course)


Lapisan permukaan terdapat bermacam-macam jenisnya, yaitu:
1. Lapis Aspal Beton (LASTON)
Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada
konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal keras,
yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
2.  Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN)
Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan suatu lapis perkerasan
yang terdiri dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka dan
seragam yang diikat oleh aspal keras dengan cara disemprotkan diatasnya dan
dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan digunakan sebagai lapis permukaan perlu
diberi laburan aspal dengan batu penutup.
3. Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG)
Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang terdiri
dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila diperlukan)
yang dicampur, dihampar dan dipadatkan secara dingin.
4. Hot Rolled Asphalt (HRA)
Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu
tertentu.
5. Laburan Aspal (BURAS)
Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri dengan
ukuran butir maksimum dari lapisan aspal taburan pasir 9,6 mm atau 3/8 inch.
6. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU)
Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam.
Tebal maksimum 20 mm.
7. Laburan Batu Dua Lapis
Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan.
Tebal maksimum 35 mm.
8. Lapis Tipis Aspal Beton
Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu
tertentu. Tebal padat antara 25 sampai 30 mm.
9. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR)
Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari campuran pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan
dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
10. Aspal Makadam
Aspal Makadam adalah merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat
pokok dan/atau agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam yang dicampur
dengan aspal cair, diperam dan dipadatkan secara dingin.
2.4 Konstruksi Perkerasan Kaku : RCC
2.4.1 Pengertian
Roller Compacted Concrete adalah nama bahan bangunan yang diambil dari
proses pemadatan pada pekerjaan jalan yang menggunakan alat berat jenis Heavy
vibratory steel drum and rubber tired rollers.
2.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan sama dengan beton normal, yaitu terdiri dari agregat
kasar, agregat halus, semen, dan air. Namun komposisi air pad RCC lebih sedikit
dibanding dengan beton normal/ konvensional.
2.4.3 Sifat dan Penggunaan
Memiliki kekuatan dan sifat yang sama dengan beton normal/ konvensional.
Namun yang membedakan adalah komposisi campurannya, yaitu kadar agregat
halus lebih banyak dibandingkan dengan agregat halus untuk campuran beton
normal/ konvesional.
Perkerasan kaku menggunakan RCC biasa digunakan pada jalan yang dilalui
kendaraan-kendaraan berat.
2.4.4 Keuntungan
1. Kuat lentur RCC dapat direncanakan mencapai 7 MPa
2. Kuat tekan RCC dapat direncanakan mencapai 69 MPa
3. Kuat geser tinggi
4. Penyerapan air rendah
5. Rasio air terhadap semen rendah
6. Untuk perkerasan jalan tidak memerlukan tulangan/ dowel
7. Proses pengerjaannya mudah, dan dapat menghemat biaya
8. Tidak membutuhkan tambahan lapis permukaan

2.5 Konstruksi Perkerasan Lentur : LATASTON


2.5.1 Pengertian
Merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat, filler dan
aspal, dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan
panas dengan tebal antara 2,5 sampai 3 cm.
2.5.2 Fungsi
Sebagai lapis penutup untuk mencegah masuknya air dari permukaan ke dalam
konstruksi perkerasan, sehingga dapat mempertahankan kekuatan konstruksi
sampai tingkat tertentu.
2.5.3 Sifat dan Penggunaan
Lataston memiliki sifat :
1. Kedap air
2. Awet
3. Non-struktural
Penggunaan Lataston pada jalan yang sudah beraspal dengan ketentuan:
1. Jalan stabil dan rata atau dibuat rata
2. Jalan mulai retak-retak
2.5.4 Bahan Lataston
1. Agregar Kasar (Kerikil / Batu Pecah)
Ukuran Saringan % Lolos
(mm)
3/4” (19,10) 100
1/2” (12,70) 85 – 100
3/8” (9,52) 0 – 95
No. 3 (6,35) 0 – 60

2. Agregat Halus (Pasir)


Ukuran Saringan % Lolos
(mm)
4 (4,76) 100
8 (2,38) 95 – 100
30 (0,59) 75 – 100
80 (0,177) 13 – 50
200 (0,074) 0–5

3. Bahan Pengisi (Filler)


Bahan pengisi dapat berupa abu kapur, semen Portland atau abu terbang.
4. Aspal
Aspal yang digunakan dapat berupa aspal keras yang memenuhi syarat uji
penetrasi, titik lembek, titik nyala, daktilitas dsb.
2.5.5 Perencanaan Campuran
Untuk mendapatkan campuran yang baik, diperlukan data :
1. Jenis agregat, gradasi
2. Jenis aspal
3. Bahan pengisi / Filler
4. Rencana tebal lapisan
2.5.6 Perhitungan Campuran
Terdapat 2 cara untuk menentukan komposisi campuran Lataston, yaitu:
1. Cara Marshall
Dengan percobaan marshall, akan didapatkan kadar aspal optimum yang
memenuhi syarat stabilitas (450-750 kg), prosentase rongga (4-8%), nilai MQ
(Marshall Quotient) sebesar 150-300 kg.
2. Cara Resep
Komposisi campuran Lataston didasarkan pada:
1) Tebal lapisan
2) Jenis dan prosentase agregat kasar
Jenis Tebal % Terhadap Berat Total Campuran
Agregat Padat Ag. Kasar Ag. Halus Filler Aspal
25 0 76,7 13 10,3
Batu pecah 30 15 64,9 11 9,1
30 30 53,2 8,9 7,9
25 0 76,7 13 10,3
Kerikil 30 15 65,7 10,3 9
>30 30 53,7 8,7 7,6
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK

3.1 PEKERJAAN PERSIAPAN


Sebelum melakukan pekerjaan bangun jalan, langkah pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan tempat pelaksanaannya dengan cara membersihkan lahan dari
kotoran-kotoran yang dapat mengganggu pelaksanaan praktek ke depannya. Kemudian
meratakan lahan agar memudahkan pelaksanaan pengaspalan.
Selain itu, perlu membuat pelindung dari terpal untuk menutupi jalan agar tidak
terkena air hujan saat proses pengerjaan aspal.

3.2 PEKERJAAN PEMBUATAN LAPISAN PONDASI BAWAH (SUBBASE


COURSE)
3.2.1 Tujuan
Untuk mengetahui proses pengerjaan bangunan jalan, khususnya dalam
pengerjaan lapisan pondasi bawah.
3.2.2 Dasar Teori
Lapisan pondasi bawah berada dibawah lapisan pondasi atas dan diatas
lapisan tanah dasar. Lapisan ini berfungsi untuk mnyebarkan beban dari lapisan
pondasi bawah ke lapisan tanah dasar. Selain itu, juga berfungsi untuk
mencegah partikel halus masuk ke dalam material perkerasan jalan dan
melindungi agar air tidak masuk ke lapisan dibawahnya.
3.2.3 Alat
1. Gerobak dorong
2. Sekop
3. Cangkul
4. Waterpass selang
5. Palu
6. Meteran
7. Serok
8. Saringan
9. Vibratory plate compactor
3.2.4 Bahan
1. Agregat kasar (batu pecah) Ø19mm
2. Tali
3.2.5 Gambar Kerja

3.2.6 Metode Pelaksanaan


1. Menyiapkan bahan, yaitu berupa batu pecah.
2. Mengukur elevasi timbunan batu pecah sesuai gambar kerja menggunakan
meteran, dan ditandai dengan tali dan paku.
3. Menghamparkan batu pecah tersebut ke wilayah kerja menggunakan sekop,
kemudian diratakan dengan serok.
4. Kemudian agar lebih rata digunakan alat vibratory plate compactor hingga
seluruh permukaan seluruh jalan rata.
5. Permukaan jalan siap dilapisi lapisan berikutnya.
3.3 PEKERJAAN RCC (ROLLER COMPACTED CONCRETE)
3.3.1 Tujuan
Untuk mengetahui proses pengerjaan bangunan jalan, khususnya dalam
pengerjaan lapisan pondasi atas, dalam praktek ini menggunakan RCC.
3.3.2 Dasar Teori
Roller Compacted Concrete adalah nama bahan bangunan yang diambil
dari proses pemadatan pada pekerjaan jalan yang menggunakan alat berat jenis
Heavy vibratory steel drum and rubber tired rollers.
Bahan untuk RCC hampir sama dengan beton normal, namun
perbedaannya pada komposisi agregat halus dan air dimana agregat halus yang
digunakan pada RCC lebih banyak dibanding beton normal, serta komposisi air
untuk RCC yang lebih sedikit dibanding beton normal.
3.3.3 Alat
1. Sekop
2. Cangkul
3. Sapu lidi
4. Baby roller
5. Gerobak dorong
6. Molen mini
7. Serok
8. Timbangan
9. Meteran
3.3.4 Bahan
1. Agregat kasar (batu pecah)
2. Agregat halus (pasir)
3. Semen
4. Air
5. Tali
6. Paku
3.3.5 Gambar Kerja

3.3.6 Metode Pelaksanaan


1. Mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan, dengan komposisi
sebagai berikut :
Berat
Bahan
(kg)
Agregat Kasar 41
Agregat Halus 35
Air 13
Semen 10
Total 100
2. Membersihkan permukaan jalan dari kotoran.
3. Mengukur elevasi timbunan RCC sesuai gambar kerja menggunakan
meteran, dan ditandai dengan tali dan paku.
4. Mencampur semua bahan ke dalam molen mini, bahan-bahan tersebut
dicampur hingga menjadi campuran yang homogen.
5. Kemudian menuangkan campuran RCC ke jalan, dan meratakannya dengan
serok ke seluruh permukaan jalan.
6. Memadatkannya dengan baby roller.
7. Mengulangi kegiatan 4-6 sebanyak 7 kali. Hal ini dikarenakan dalam sekali
proses pencampuran hanya dapat mencampur sebanyak 100 kg total bahan,
dan dibutuhkan setidaknya dibutuhkan 7 porsi (100kg/porsi) untuk
menutup seluruh permukaan jalan dengan ketebalan 5 cm.
3.4 PEKERJAAN LATASTON (LAPISAN TIPIS ASPAL BETON)
3.4.1 Tujuan
Untuk mengetahui proses pengerjaan bangunan jalan, khususnya dalam
pengerjaan lapisan permukaan (surface course), dalam praktek ini
menggunakan Lataston.
3.4.2 Dasar Teori
Lapisan Tipis Aspal Beton merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat, filler dan aspal, dengan perbandingan tertentu, yang
dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas dengan tebal antara 2,5 sampai
3 cm.
Sebagai lapis penutup untuk mencegah masuknya air dari permukaan ke
dalam konstruksi perkerasan, sehingga dapat mempertahankan kekuatan
konstruksi sampai tingkat tertentu.
Dalam praktek ini, perencanaan bahan campuran menggunakan cara
resep. Dalam produksi campuran, agregat dipanaskan maksimal 175˚C,
sedangkan temperatur aspal pen. 60 antara 130 - 165˚C. Perbedaan suhu antara
aspal dan agregat harus sebesar 15˚C, dimana temperatur aspal harus kurang
dari temperatur agregat. Kemudian dalam penghamparannya, suhu maksimal
campuran minimal 124˚C, dan dalam pemadatan suhu awal minimum 120˚C
sedangkan suhu akhir minimum 60˚C. Jika suhu kurang dari suhu yang
disyaratkan, maka kemungkinan aspal dapat mengalami retak-retak.
3.4.3 Alat
1. Sekop
2. Cangkul
3. Gerobak dorong
4. Baby roller
5. Asphalt Mixing Plant (+bensin)
6. Nampan
7. Drum
8. Pematik api
9. Sapu lidi
10. Termometer
11. Sarung tangan
12. Timbangan
13. penyiram
3.4.4 Bahan
1. Agregat kasar (batu pecah)
2. Agregat halus (pasir)
3. Aspal
4. Semen
5. Minyak tanah
6. Kayu bakar
7. Tali
8. Paku
3.4.5 Gambar Kerja

LATASTON 3

3.4.6 Metode Pelaksanaan


1. Menyiapkan bahan, dengan komposisi sebagai berikut :
Berat
Bahan
(kg)
Agregat kasar (batu pecah) 30
Agregat halus (pasir) 53,2
Filler (semen) 8,9
Aspal 7,9
Total 100
Ket. : 100 kg = 1 porsi
2. Mengukur elevasi timbunan campuran Lataston setinggi ±4,5 cm (tinggi
yang disyaratkan 3 cm, dilebihkan 1,5 cm) dan ditandai dengan tali dan
paku. Pada saat penghamparan dilebihkan 1,5 cm dari yang disyaratkan
karena tinggi akan menurun saat pemadatan.
3. Memanaskan aspal dengan drum diatas api berbahan kayu bakar, hingga
mencapai suhu ±135˚C.
4. Memanaskan agregat kasar, agregat halus, dan semen dalam AMP, hingga
mencapai suhu ±150˚C.
5. Jika semua bahan telah mencapai suhu yang disyaratkan masing-masing,
kemudian mencampur semua bahan menjadi satu dalam AMP, hingga
campuran Lataston mencapai suhu ±100˚C.
6. Sebelum campuran dihamparkan ke jalan, permukaan jalan diberi lapisan
tack coat atau lapis pengikat yang terbuat dari campuran minyak tanah dan
aspal sebanyak 0,35 – 0,55 ltr/m2, dengan perbandingan antara aspal
dengan minyak 1 : 5.
7. Jika campuran lataston sudah mencapai suhu ±100˚C, kemudian
menuangkannya ke dalam nampan, yang kemudian dihamparkan ke jalan.
8. Kemudian meratakannya ke seluruh permukaan jalan menggunakan serok.
9. Memadatkannya dengan baby roller sebanyak 24 kali.
10. Dalam pembuatan lataston ini, diperlukan kurang lebih 9 porsi total bahan
untuk menutup seluruh permukaan jalan dengan ketebalan ±3 cm.
3.5 PENGAMBILAN SAMPEL ASPAL
3.5.1 Tujuan
Untuk mengetahui kuantitas dan kualitas aspal, apakah aspal sesuai
dengan yang disyaratkan.
3.5.2 Dasar Teori
Boring test adalah proses pengambilan sampel aspal dengan cara dibor
dengan menggunakan alat Core Drill ketika aspal sudah dalam keadaan dingin.
Pengambilan sampel ini untuk menguji ketebalan aspal. Sampel yang diperoleh
juga bisa digunakan untuk pengujian penetrasi aspal dan ekstrasi aspal.
3.5.3 Alat
1. Core drill
2. Ember
3. Palu karet
4. Selang
5. Jirigen
6. Penjapit

3.5.4 Bahan
1. Air

3.5.5 Metode Pelaksanaan


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Alat diletakkan pada lapisan perkerasan aspal yang akan diuji dengan
posisi datar.
3. Setelah itu menyediakan air dengan alat yang ada sistem pompa (ember
dan selang).
4. Kemudian air dimasukkan ke alat core drill dengan selang kecil pada
tempat yang sudah disediakan pada alat tersebut, sehingga alat tidak
mengalami kerusakan terutama mata bor yang berbentuk silinder selama
proses pengujian.
5. Setelah semua siap, kemudian alat dihidupkan dengan menggunakan tali
yang dililitkan pada starter alat dan ditarik.
6. Setelah alat hidup mata bor diturunkan secara perlahan-lahan pada titik
yang telah kita tentukan sampai kedalaman tertentu, kemudian setelah
kedalaman tertentu alat dimatikan dan mata bor dinaikkan.
7. Kemudian hasil dari pengeboran tersebut diambil dengan menggunakan
penjapit, setelah itu diukur tebal dan dimensinya dan diamati sampel
tersebut apakah perkerasan tersebut layak pakai atau tidak.
3.5.6 Hasil Data

Sampel Diameter Tebal


(cm) (cm)
I 2,53
10
II 3,93
III 2,10
Rata-rata 2,86

3.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil sampel yang telah diukur, dari ketiga sampel yang
didapat ketebalan aspal hasil praktek tidak sesuai dengan ketebalan yang
direncanakan, yaitu setebal 3 cm. Hal ini dikarenakan, saat pelaksanaan
praktek baik itu pengerjaan RCC dan Lataston, permukaannya tidak rata,
sehingga mempengaruhi ketebalan aspal.
BAB IV
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan intuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau
batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai
adalah aspal, semen ataupun tanah liat. Perkerasan jalan umumnya terbagi menjadi 2
jenis, yaitu perkerasan lentur dan perkerasan kaku.
Konstruksi perkerasan lentur adalah konstruksi perkerasan yang umumnya
menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan, serta bahan berbutir
sebagai lapisan dibawahnya.
Konstruksi perkerasan yang terdiri dari plat beton yang bersambung atau menerus,
tanpa/ dengan tulangan, terletak diatas lapis pondasi bawah, tanpa/ dengan penambahan
campuran aspal pada lapis permukaannya.Contoh konstruksi perkerasan kaku adalah
pelaksanaan konstruksi perkerasan RCC (Roller Compacted Concrete).

7.2 Saran
Dalam melakukan kerja Praktek Bangunan Jalan dibutuhkan kerjasama yang baik
untuk mencapai hasil maksimal, dengan memperhatikan efisiensi dalam bekerja, baik dalam
efisiensi tenaga dan waktu.
Kecermatan dan ketepatan juga diperlukan dalam praktek ini, dalam penimbangan
bahan-bahan RCC dan Lataston dan pengoperasian alat. Proporsi setiap bahan dalam satu
campuran harus sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu, juga harus memakai alat K3
seperti helm, sepatu safety, dan sarung tangan anti panas, untuk menghindari dan atau
mencegah kecelakaan kerja.
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.ilmusipil.com/jenis-dan-fungsi-lapisan-perkerasan-jalan-raya
 Materi Praktek Bangunan Jalan 2017
 http://dpupr.grobogan.go.id/info/artikel/29-konstruksi-perkerasan-lentur-flexible-pavement

Anda mungkin juga menyukai