Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Laporan Praktek Bangunan Jalan sesuai waktu yang telah ditentukan.

Dalam proses pembuatan laporan ini tentu saja atas bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Bapak Johannes Asdhi Poerwanto,ST.,MMT

Penyusunan Laporan ini bertujuan untuk memenuhi syarat Mata Kuliah


Praktek Bangunan Jalan pada khususnya dan sebagai referensi bagi para
pembaca pada umumnya.

Penulisan Laporan Praktek Bangunan Jalan ini tentunya masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini mulai awal sampai akhir. Penulis
berharap semoga laporan ini dapat diterima benar adanya.

Malang, 2 November 2018

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini dibuat sebagai bukti telah menyelesaikan Praktek Bangunan


Jalan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang

Yang bertandatangan dibawah ini telah menyetujui laporan praktek kerja


bengkel yang berjudul “LAPORAN PRAKTEK BANGUNAN JALAN” yang
disusun oleh :

Nama : MUHAMMAD ICHANDRA GAYU ALKAHFI

NIM : 1741320084

Kelas : 2 MRK 7

Jurusan : TEKNIK SIPIL

Prodi : D4-MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI

Malang, 2 November 2018

Diperiksa,

Dosen,

Johannes Asdhi Poerwanto,ST.,MMT


NIP. 195712201985031001
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air. Sedangkan jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan
satu kawasan dengan kawasan yang lain.
Jalan mempunyai peranan yang penting dalam bidang sosial, ekonomi,
politik, strategi/militer dan kebudayaan. Sehingga keadaan jalan dan jaringan-
jaringan jalan bisa dijadikan barometer tentang tingginya kebudayaan dan
kemajuan ekonomi suatu bangsa. Sebuah pepatah mengatakan: “Bagaimana
jalannya demikian pula bangsanya”, dan hanya bangsa yang ingin maju saja
mengerti akan arti pentingnya jalan pada khususnya dan perhubungan pada
umumnya.
Dengan demikian mahasiswa Politeknik Negeri Malang melaksanakan
praktek bangunan jalan agar mengerti dan jelas bagaimana membangun jalan
yang baik dan benar.

1.2 TUJUAN
Dengan adanya praktek bangunan jalan, diperoleh tujuan sebagai berikut :
1.2.1 Untuk mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat-alat yang dipakai
dalam praktek bangunan jalan

1.2.2 Untuk mengetahui pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku (roller


compacted concrete/ RCC)

1.2.3 Untuk mengetahui pelaksanaan konstruksi perkerasan lentur (lapis tipis


aspal beton/ LATASTON)
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Bahan Pengisi (filler)


Bahan pengisi (filler) berfungsi sebagai pengisi rongga udara pada
material sehingga memperkaku lapisan aspal. Apabila campuran agregat kasar dan
agregat halus masih belum masuk dalam spesifikasi yang telah ditentukan, maka
pada campuran Lataston perlu ditambah dengan filler. Sebagai filler dapat
digunakan serbuk kulit kerang, abu ampas tebu, serbuk batubara dan semen.
Filler yang baik adalah yang tidak tercampur dengan kotoran atau bahan lain yang
tidak dikehendaki dan dalam keadaan kering.

Bina Marga (1987) menyatakan bahan pengisi (filler) adalah bahan


berbutir halus yang lolos saringan no.30 di mana persentase berat butir yang lolos
saringan no.200 minimum 65% yang berfungsi untuk mengisi rongga antar
partikel agregat kasar dan agregat halus untuk mengurangi besarnya rongga dan
meningkatkan kerapatan dan stabilitas dari massa campuran tersebut.

Walaupun demikian komposisi filler dalam campuran tetap harus dibatasi


karena kadar filler yang terlalu tinggi akan mengakibatkan campuran menjadi
getas (briittle) dan retak (crack) ketika menerima beban lalu lintas, dan kadar
filler yang terlalu rendah menyebabkan campuran terlalu lunak pada saat cuaca
panas.

Fungsi filler dalam campuran adalah :

1. Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat


dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang.
2. Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang akan
membalut dan mengikat agregat halus untuk membentuk mortar.
3. Mengisi ruang antar agregat halus dan kasar serta meningkatkan kepadatan
dan kestabilan.
2.2 Agregat
Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras
dan padat yang terdiri dari bahan-bahan berbutir yang mempunyai komposisi
mineral seperti pasir, kerikil, batu kapur, terak, (slag) atau batu pecah yang
digunakan sebagai base jalan, bantalan kereta api, campuran beton dan lain-lain.

Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan


jalan untuk memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Oleh karena
itu perlu pemeriksaan yang teliti sebelum diputuskan suatu agregat yang
digunakan sebagai material perkerasan jalan. Sifat agregat yang menentukan
kualitasnya sebagai material perkerasan jalan adalah gradasi, kebersihan,
kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas,
kemampuan untuk menyerap air, berat jenis dan daya pelekat dengan aspal.
Gradasi agregat merupakan sifat yang sangat luas pengaruhnya terhadap kualitas
perkerasan secara keseluruhan.

2.3 Aspal
Menurut Oemar Bakrie,(2001), aspal didefinisikan sebagai material
berwarna hitam atau coklat tua, pada suhu ruang berbentuk padat sampai agak
padat. Jika dipanaskan sampai suhu tertentu aspal akan mencair sehingga dapat
membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau masuk
dalam pori-pori yang ada pada waktu penyiraman pada perkerasan macadam atau
pelaburan. Jika suhu mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada
tempatnya (sifat thermoplastis).

2.4 Jenis dan fungsi lapisan perkerasan


Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar
2.5 Komponen Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) terdiri atas:

1) Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)


Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan
jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu
yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya
baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang
distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :

 Lapisan tanah dasar, tanah galian.


 Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
 Lapisan tanah dasar, tanah asli.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari


sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut
tanah dasar adalah sebagai berikut :

 Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.


 Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
 Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat
tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan
misalnya kepadatan yang kurang baik.

2) Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas


lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini
berfungsi sebagai :

 Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke


tanah dasar.
 Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke
lapis pondasi atas.
 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan
pekerjaan.
 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

3) Lapisan pondasi atas (base course)


Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis
pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :

 Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
 Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet
sehingga dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi
ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat,
harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
4) Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban
roda kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :

 Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.


 Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).
 Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke
lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
 Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat
dipikul oleh lapisan di bawahnya.

Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus
(wearing course) di atas lapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah
sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air
dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus
tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

2.6 PERKERASAN RCC (ROLLED COMPACTED CONCRETE)

RCC adalah nama bahan bangunan yang diambil dari proses pemadatan
pada pekerjaan jalan yang menggunakan alat berat jenis “Heavy Vibratory
steel drum and rubber – tired rollers”. Perkerasan kaku adalah konstruksi
perkerasan yang terdiri dari plat beton yang tersambung atau menerus,
tanpa/dengan tulangan, terletak diatas lapis pondasi bawah, tanpa/dengan
penambahan campuran aspal pada lapis permukaannya. Pada pekerjaan –
pekerjaan besar dan khusus seperti jalan berbahan beton dan bendungan,
pemadatan beton harus dilakukan dengan menggunakan roller vibrator. Untuk
pemadatan dengan roller, campuran beton harus cukup kering agar roller tidak
teggelam tatapi tetap harus memiliki sifat basah agar distribusi bahan perekat
(semen) ke seluruh permukaan agregat menjadi merata.
Sejarah perkembangan beton pada masa lampau juga tak kalah
pentingnya untuk dibahas, beton pada zaman dahulu sudah digunakan hanya
saja material pembentuk serta kekuatannya belum seperti sekarang, pada 2500
SM bangsa Mesir sudah menggunakan mortar untuk membangun pyramid,
lalu pada 300 SM bangsa Romawi telah menggunakan Beton yang
berdasarkan mortar pada segala jenis bangunan, kata semen (cement) dan
beton (concrete) berasal dari bahasa romawi, yaitu “caementum” yang berarti
butiran batu dan “concretus” yang berarti tumbuh bersama-sama.
Dan masih banyak lagi contoh-contoh bangunan masa lampau lainnya
yang telah menggunakan teknologi beton diantaranya colloseum, tembok
besar China, hingga saat ini beton masih terus dikembangkan dan digunakan
pada bangunan-bangunan teknik sipil.
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan
kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis
pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi
perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena
dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi
sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang
tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas
sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat
beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan
perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis
permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan
tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya
beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil
terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena
beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya
pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut
yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working
platform) untuk pekerjaan konstruksi.

Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :

 Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.


 Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade
reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite
reaction).
 Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
 Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
 Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah
bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban
lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.

Perkembangan perkerasan kaku

Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun
langsung di atas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar
dan kondisi drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch.
Dengan bertambahnya beban lalu-lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II,
mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja
perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada
perkerasan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi
pumping sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.

Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan


penebalan di bagian ujung / pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural
yang sangat tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir
perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan
jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih
tebal yaitu antara 9 – 10 inch.

Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku,


pada tahun 1949 di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji
dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan
mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja
perkerasan kaku.

Keuntungan RCC :

1. Kuat lentur RCC dapat direncanakan mencapai 7 MPa


2. Kuat tekan RCC dapat direncanakan mencapai 69 MPa
3. Kuat geser tinggi
4. Penyerapan air rendah
5. Ratio air terhadap semen rendah
6. Untuk perkerasan jalan tidak memerlukan tulangan/dowel
7. Proses pengerjaannya mudah, dan dapat menghemat biaya
8. Tidak membutuhkan tambahan lapis permukaan
2.7 LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton)
Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON)/HRS merupakan lapisan penutup
yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi, filler dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas (tebal
padat 2,5 cm atau 3 cm). Campuran ini menggunakan agregat bergradasi senjang
dengan aspal dan ditambah filler. Suhu pencampuran tergantung pen. Suhu aspal
pada saat pemadatan minimal 60oC.
Lataston terdiri dari dua macam campuran, Lataston Lapis Pondasi (HRS-
Base) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course) dan ukuran
maksimum agregat masing – masing campuran adalah 19 mm. Lataston Lapis
Pondasi (HRS-Base) mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar
daripada Lataston Lapis Permukaan (HRS - Wearing Course). Adapun fungsi dari
HRS adalah sebagai lapisan penutup untuk mencegah masuknya air dari
permukaan jalan kedalam konstruksi perkerasan, sehingga dapat dipertahankan
kekuatan konstruksi sampai tingkat tertentu.
BAB III
OBSERVASI PROYEK

Observasi Pembangun Jalan Jalur Lintas Selatan (Lanjutan) sebagai berikut :

1. Nama Proyek : Jalur Lintas Selatan (Lanjutan)


2. Panjang : 295,90 Km
3. Lebar : 7-8 m
4. Investasi Total : Rp. 3,73 triliun
5. Skema Pendanaan : APBN dan Pinjaman Lunak dari IDB
(Islamic Development Bank)
6. Penanggung Jawab Proyek : Bina Marga
7. Mulai Konstruksi : Januari 2018

Proyek ini dimulai tahun 2018 dan diperkirakan akan selesai pada tahun
2024. Tujuan pembangunan lanjutan Jalur Lintas Selatan adalah untuk
mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah selatan Provinsi
Jatim dan mengurangi bahkan menghilangkan kesenjangan dengan wilayah
utara. Pembangunan jalan baru untuk membuka lokasi-lokasi terpencil dengan
tujuan membuka isolasi daerah yang selanjutnya akan diikuti dengan adanya
pertumbuhan ekonomi lokal serta peningkatan SDM masyarakat setempat.
Proyek ini membentang sepanjang 290,90 Km di daerah Selatan. Dari 295,90
km yang belum tertangani, akan didanai oleh pinjaman lunak atau loan IDB
sepanjang 130,05 km dengan biaya Rp 1,42 triliun dalam kurun waktu tiga
tahun serta dana pinjaman IDB lanjutan sepanjang 21,83 km sejumlah Rp
272,03 miliar. Sedangkan, sisanya 136,10 km dibiayai APBN sejumlah Rp 2,04
triliun. Saat kami melakukan observasi ini, kami dapat melihat proses
pembebasan lahan dengan metode cut and fill pada jalan yang terletak didekat
pantai Teluk Asmara.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam praktek perkerasan jalan raya ini banyak manfaat yang dapat kita
ambil. Praktek perkerasan jalan raya merupakan kegiatan yang sangat penting.
Diharapkan dari praktek dan laporan perkerasan jalan raya ini, mahasiswa
dapat memahami pekerjaan yang dilakukan dalam pembangunan jalan. Dan
tidak menutup kemungkinan bahwa semua yang telah tertera dalam laporan ini
menjadi panduan dan dapat diaplikasikan dalam lingkungan masyarakat dan
lingkungan kampus.
Data-data yang tertera di dalam laporan ini adalah data-data yang
diperoleh murni dari hasil percobaan yang telah dilakukan.
Dan diharapkan dari praktek dan laporan ini bisa menjadi contoh bagi
yang membacanya. Selain itu mahasiswa diharapkan paham, mengerti, dan
tahu semua peralatan yang digunakan dan fungsinya.

4.2 Saran
1. Dalam bekerja harus mengutamakan keselamatan kerja.
2. Dalam bekerja hendaknya mengikuti petunjuk yang telah diberikan
Instruktur.
3. Bekerjalah dengan memanfaatkan waktu seefisien mungkin.
4. Mempergunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya.
5. Hasil pekerjaan harus rapi dan teliti
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai