Anda di halaman 1dari 37

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 PEKERJAAN KOLOM

Definisi dan Lingkup Pekerjaan

Definisi Pekerjaan

Metoda ini menjelaskan pekerjaan secara umum pekerjaan bekisting dan


pengecoran kolom yang dilaksanakan di proyek Universitas Negeri Malang. Kolom
merupakan salah satu elemen struktur utama pada bangunan gedung yang digunakan
untuk menyalurkan beban-beban diatasnya ke pondasi bangunan. Pada proyek ini,
khususnya pekerjaan bekisting kolom, menggunakan bekisting kolom dari bahan
tripleks dan besi hollow.

Gambar 6. Detail Kolom Lantai 1 K1 dan K1’ Gedung 2 GKB UM

Sumber: Dokumen Proyek

Lingkup Pekerjaan

Lingkup area pekerjaan kolom yang diamati pada proyek pembangunan Gedung
Kuliah Bersama (GKB) Universitas Negeri Malang adalah lantai 1 sampai lantai 8 untuk
Gedung 2 zona 3, adapun tahap metode pelaksanaan kolom tersebut yaitu:

1) Pekerjaan Pembesian Kolom

24
2) Pekerjaan Bekisting Kolom

3) Pekerjaan Pengecoran Kolom

Bahan dan Alat

Bahan-bahan Pekerjaan Kolom

1) Besi beton

Gambar 7. Besi beton

Sumber: Dokumen Proyek

Besi beton adalah besi yang digunakan untuk penulangan konstruksi beton atau
lebih populer disebut sebagai beton bertulang. Besi beton tulangan pada dasarnya
terdiri dari dua bentuk yaitu besi beton polos atau Plain Bar dan besi beton ulir atau
Deformed Bar.

25
2) Beton Ready Mix

Gambar 8. Beton Ready Mix


Sumber: Dokumen Proyek
Pekerjaan kolom di proyek Gedung Kuliah Bersama (GKB) direncanakan
menggunakan beton fc’ 30 MPa yang diproduksi oleh PT. Varia Usaha Beton, PT.
SCG Ready Mix, dan PT. Merak Jaya Beton dengan angka slump untuk kolom
adalah 14±2. Dari angka slump tersebut diharapkan beton ready mix minimal
mendapatkan angka slump 14 cm dan maksimal 16 cm.
3) Kawat bendrat

Gambar 9. Kawat Bendrat


Sumber: Dokumen Proyek
Bahan yang berfungsi sebagai pengikat besi utama pada pekerjaan pembesian.

26
4) Multiplek Phenoli

Gambar 10. Multiplek tebal 18 mm


Sumber: Dokumen Proyek
Salah satu bahan utama bekisting beton adalah plywood atau multipleks yang
merupakan material kayu olahan atau sering disebut dengan kayu lapis. Pada proyek
ini memakai multiplek jenis phenolic yang permukaannya dilapisi dengan lembaran
Phenol Formaldehyde Film (45/125 gsm) pada satu sisi atau dua sisi. Multipleks
film face bisa digunakan berulang sampai 8-10 kali pakai. Umumnya tersedia dalam
ketebalan 12 mm, 15 mm, dan 18 mm dengan ukuran 4’ x 8’ (120x240 cm).
Penggunaan multipleks film face akan memberi hasil permukaan beton yang licin
dan merata karena semen yang menempel pada permukaan multiplek mudah
dibersihkan sehingga dapat digunakan berulang kali.
5) Besi Hollow

Gambar 11. Besi Hollow ukuran 50 x 100


Sumber: google.com
Bekisting yang dipakai termasuk bekisting knock down, karena memakai
material kayu dan besi hollow. Dari segi biaya memang mahal dibandingkan

27
bekisting konvensional, namun bekisting ini lebih awet dan tahan lama. Besi yang
dipakai di Proyek GKB adalah dengan ukuran 50 x 100.

Alat-alat Pekerjaan Pembesian Kolom

1) Meteran

Gambar 12. Meteran

Sumber : alatproyek.com

Meteran digunakan untuk mengukur jarak atau panjang besi yang akan
digunakan pada pekerjaan pembesian kolom.

2) Penanda/ Penggores Tulangan

Gambar 13. Penanda/ Penggores

Sumber : Dokumentasi proyek

Berfungsi sebagai penggores besi atau untu memudahkan dalam pengerjaan


menandai besi yang akan digunakan pada pekerjaan pembesian kolom.

3) Tang

28
Gambar 14. Tang

Sumber : alatproyek.com

Berfungsi untuk mempermudah pengerjaan pembesian pada besi yang


membutuhkan ikatan kawat bendrat.

4) Cutting Wheel Besi

Gambar 15. Cutting Wheel Besi

Sumber : Dokumentasi proyek

Mesin Cutting Wheel Besi merupakan sebuah gergaji kasar, juga dikenal sebagai
gergaji potong atau gergaji adalah alat listrik yang digunakan untuk memotong besi.
Tindakan pemotongan dilakukan dengan cakram abrasif, mirip dengan roda gerinda
tipis.

29
5) Bar Bender

Gambar 16. Bar Bender

Sumber : Dokumentasi proyek

Bar Bender merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan baja


tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan, juga gunakan
untuk menekuk besi ulir / beton dengan diameter yang sesuai dengan kapasitas
mesin.

6) Alat Las

Gambar 17. Alat Las

Sumber : pengelasan.net

Alat Las digunakan untuk menyambungkan besi sehingga menghasilkan


sambungan yang cukup kuat untuk dirangkai sebagai pembesian pekerjaan kolom.

Alat-alat Pekerjaan Bekisting Kolom

30
1) Gergaji

Gambar 18. Gergaji Kayu

Sumber : mitratools.com

Gergaji kayu digunakan untuk memotong kayu bekisting yang akan digunakan
pada pekerjaan bekisting kolom.

2) Paku dan Palu Beton

Gambar 19. Paku dan Palu Beton

Sumber : distributorbangunan.com
Pada pekerjaan bekisting kolom, paku atau martil adalah alat yang gunakan
untuk memaku atau menyatukan kayu bekisting dengan adanya paku beton.

3) Tire-rod dan Wingnut

Gambar 20. Tie rod dan wignut

Sumber : Dokumentasi Proyek

31
Corner Tie Holder / Tierod merupakan penyambung antara panel bekesting kolom
yang ditempatkan pada ujung waller beam atau pada sudut-sudut beeisting kolom
(pertemuaan antar panel bekesting).
4) Push-pull

Gambar 21. Push-pull

Sumber : Dokumentasi Proyek

Push-pull merupakan alat yang berfungsi untuk mempertahankan posisi


bekesting kolom sehingga tidak dapat bergerak.

Gambar 22. Kaki pipe support

Sumber : Dokumentasi Proyek

Kaki pipe support fungsinya sama dengan push-pull yaitu untuk menahan beban
akibat bekisting dan mempertahankan bentuk bekisting.
5) Waterpass

32
Gambar 23. Waterpass

Sumber : Dokumentasi Proyek

Leveling atau Waterpass merupakan alat yang digunakan untuk mengukur atau
menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara
vertikal maupun horizontal. Pada pekerjaan bekisting kolom, digunakan untuk
membantu penggunaan Theodolit dalam menentukan letak bekisting kolom.

6) Theodolit

Gambar 24. Theodolit

Sumber : Dokumentasi Proyek

Theodolite digunakan untuk menentukan titik as bangunan, ketegaklurusan


bangunan, menentukan elevasi bangunan, dan membuat sudut-sudut bangunan.
Theodolite pada pekerjaan bekisting kolom digunakan untuk menentukan as kolom
yang akan diberi bekisting untuk kemudian dicor. Cara kerja alat ini adalah dengan
mengatur unting-unting dibawah Theodolite, Kemudian menetapkan salah satu titik
sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal
yang ditetapkan tadi. Theodolite dapat mengecek kondisi dalam arah vertikal, juga
untuk menentukan ketinggian suatu titik.

7) Unting-unting dan Benang

33
Gambar 25. Unting-unting dan Benang

Sumber : ilmutekniksipil.com

Unting-unting dan benang digunakan sebagai pendukung Theodolite dalam


menentukan/menetapkan titik as bangunan atau titik sebagai acuan.

Alat-alat Pekerjaan Pengecoran Kolom

1) Concrete Mixer

Gambar 26. Concrete Mixer

Sumber : Dokumentasi Proyek

Concrete Mixer berfungsi sebagai alat pengaduk campuran beton yang akan
digunakan pada pekerjaan pengecoran kolom.

2) Tower Crane

34
Gambar 26. Tower Crane

Sumber : Dokumentasi Proyek

Tower Crane digunakan untuk mempermudah pekerjaan pengecoran yaitu


mengangkut material atau bahan maupun konstruksi bangunan dari bawah menuju
bagian yang ada di atas.

3) Bucket Cor

Gambar 27. Bucket Cor

Sumber : Dokumentasi Proyek

Bucket cor merupakan alat yang dipakai untuk mengangkut beton yang berasal
dari Truck Mixer Concrete sampai pada lokasi pengecoran. Setelah dilakukannya
pengetesan dan pengecekan slump sesuai standar mutu yang telah diputuskan, beton
yang masih ada di dalam Truck Mixer Concrete bisa dipindahkan/ dimasukkan ke
dalam Bucket cor. Kemudian material akan diangkut menggunakan Tower Crane.

4) Pipa Tremie

Gambar 28. Pipa Tremie

35
Sumber : kardinanawassa.blogspot.com

Pipa Tremie digunakan untuk menyalurkan material yang terdapat pada Bucket
cor pada lokasi bekisting agar material tepat masuk pada tempat yang telah
ditentukan.

5) Concrete Vibrator

Gambar 29. Concrete Vibrator

Sumber : indimart.com

Concrete vibrator merupakan salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran
dimana alat ini berfungsi untuk pemadatan beton yang dituangkan dalam bekisting,
hal ini ditujukan untuk mengeluarkan kandungan udara yang terjebak dalam air
campuran beton dengan getaran yang dihasilkan oleh vibrator. Sehingga beton yang
dihasilkan mendapatkan kekuatan yang merata dan juga untuk menghindari adanya
keropos pada beton.

Pelaksanaan Pekerjaan

Alur Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Metode pekerjaan ini menjelaskan pekerjaan kolom secara umum mulai dari
pekerjaan pembesian, bekisting dan pengecoran kolom yang dilaksanakan di proyek
Gedung Kuliah Bersama (GKB) Universitas Negeri Malang.

36
Flowchart Pekerjaan Kolom

Start

Persiapan panel - Survey (uitzet) Persiapan


bekisting - Shop Drawing kolom pembesian

Tidak
Cek Engineer Diperbaiki Fabrikasi

Ya Tidak
Ya
Instalasi Pembesian Inspeksi 1 Diperbaiki

Tidak
Inspeksi 2 Diperbaiki

Ya
Instalasi bekisting

Perkuatan

Tidak
Inspeksi 3 Diperbaiki

Ya
Pengecoran

Bongkar Bekisting

Perawatan (Curing)

Selesai

Gambar 30. Flow Chart Pekerjaan Kolom

Tahapan Pekerjaan

1) Pekerjaan Pembesian Kolom

2) Pekerjaan Bekisting Kolom

3) Pekerjaan Pengecoran Kolom

4) Pekerjaan Pembongkaran Bekisting dan Curing Beton

37
5) Pekerjaan Kepala Kolom

Pembahasan Tahapan Pekerjaan

Pekerjaan Pembesian

Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk
menahan gaya tarik, oleh karena itu pada struktur kolom selalu diupayakan agar
tulangan longitudinal (utama) dipasang pada serat-serat beton yang mengalami
tegangan tarik, keadaan ini terjadi pada daerah yang menahan momen lentur
besar sehingga sering mengakibatkan terjadinya retakan beton akibat gaya geser,
agar kolom dapat menahan gaya geser, maka diperlukan tulangan geser yang
dapat berupa tulangan miring/tulangan serong atau berupa sengkang/begel
(Sangga, 2010). Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian kolom
mulai dari tahap fabrikasi hingga pemasangan tulangan:
1) Perencanaan Pre-Fabrikasi Tulangan Kolom

Pada proyek pembangunan Gedung Kuliah Bersama Universitas


Negeri Malang ini, tulangan kolom yang direncanakan berbeda-beda dari
jumlah tulangan, diameter tulangan, dan jarak antar sengkangnya, berikut
salah satu dimensi dan penulangan kolom:

Gambar 31. Rencana Tulangan Kolom

2) Fabrikasi Penulangan Kolom

Penulangan kolom dilaksanakan di area fabrikasi besi dengan


38
bahan-bahan seperti besi tulangan, kawat bendrat. Dan peralatan
penunjangnya yaitu, bar bender, cutting wheel, tang, dll. Berikut tahapan
penulangan kolom:
a. Menentukan jumlah besi dan diameter tulangan yang dibutuhkan,
kemudian ditandai dengan penggores atau kapur dan dipotong dengan
cutting wheel dengan panjang sesuai gambar yang direncanakan seperti
shop drawing.

Gambar 32. Pemotongan Tulangan Kolom

Sumber: Dokumentasi proyek

b. Penekukan tulangan dilakukan dengan bar bender. Pekerjaan


penekukan tulangan utama dan tulangan sengkang dilakukan dengan jarak
sesuai dengan gambar kerja, lalu diikat dengan kawat bendrat sehingga
sengkang kuat dan tidak mengalami pergeseran ketika dicor.

Gambar 33. Penekukan Tulangan Kolom

Sumber : Dokumentasi proyek


c. Pada proyek ini pekerjaan perakitan sengkang dan juga perakitan
39
tulangan utama dilakukan di tempat fabrikasi besi dengan susunan
penulangan berdasarkan gambar perencanaan. Kemudian bendrat harus
diikat dengan kuat agar sengkang tidak berubah posisi dan tetap dalam
jarak yang ditentukan.

Gambar 34. Perakitan Sengkang dan Tulangan Kolom di Area


Fabrikasi Tulangan

Sumber : Dokumentasi proyek

3) Inspeksi 1

Inspeksi 1 mencakup pekerjaan pengecekan (checklist) diameter


tulangan, jumlah tulangan, dan jarak sengkang di area fabrikasi besi.

Gambar 35. Checklist di area fabrikasi

Sumber : Dokumentasi proyek

Setelah pengecekan langkah selanjutnya yaitu pemberian lembar tagging.


Pemberian lembar Tagging dilaksanakan oleh tim Quality Control yaitu
memberi keterangan tipe dan koordinat instalasi tulangan kolom tersebut

40
sebelum diangkat (lifting) menggunakan tower crane (TC).

Gambar 36. Tagging Pada Tulangan Kolom di area Fabrikasi

Sumber : Dokumentasi proyek

4) Pengangkatan Pembesian Kolom (Lifting)

Setelah pembesian kolom telah lolos dari pengecekan dan pemberian


lembar tagging oleh tim Quality Control, kemudian pembesian diangkat
menggunakan tower crane (TC) dan dipasang pada stek kolom yang
tersedia sesuai dengan koordinat.

Gambar 37. Lifting atau Pengangkatan Pembesian Kolom

Sumber : Dokumentasi proyek

5) Pemasangan Tulangan Kolom (Erection)

41
Pada tahap pemasangan tulangan kolom ini bisa juga disebut dengan
erection kolom. Erection kolom adalah menyambungkan pembesian
kolom yang telah diangkat (lifting) menggunakan Tower Crane (TC)
kemudian menempatkan dan menyambungkan ke tulangan overlap,
setelah itu diikat menggunakan kawat bendrat agar tulangan
menyambung dengan kuat. Menurut Fakhli (2014), dalam pemasangan
besi tulangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
(a) Besi atau baja tulangan harus bersih dari kotoran.

(b) Rangkaian tulangan harus dibuat sedemikian rupa sesuai dengan


gambar rencana dan tidak boleh terlalu rapat pada penempatannya.
(c) Ikatan yang dilakukan pada tulangan harus benar-benar kuat.

(d) Apabila diperlukan penyambungan, maka besi atau baja tulangan


harus diberi overlapping sesuai spesifikasi teknis.

Tulangan Lifting dan Erection Penyatuan tulangan


overlap fabrikasi dengan overlap
tulangan kolom
disiapkan

42
Pemberian beton decking

Gambar 38. Erection atau Instalasi Tulangan Kolom

Sumber : Dokumentasi proyek

6) Marking Sepatu Kolom

Sepatu kolom adalah sebuah alat bantu yang dibuat pada bawah
tulangan kolom yang berhubungan dengan pondasi yang sudah dicor,
fungsi dari sepatu adalah sebagai pengaku posisi tulangan kolom agar
tidak berubah posisi pada saat proses pengecoran dan juga berfungsi
sebagai penahan bekisting bagian bawah agar posisi bekisting tidak
berubah sepatu kolom biasanya terbuat dari profil baja siku L 30.30.3
yang dilas ke sengkang kolom (projectmedias.com, 2014).
Pada proyek GKB UM ini menggunakan 2 tulangan ulir yang
ditancapkan di setiap pojokannya sebagai marking sepatu kolom.

Gambar 39. Marking Sepatu Kolom

Sumber : Dokumentasi proyek

7) Inspeksi 2

Pada tahap ini pihak kontraktor (QC) dan konsultan pengawas


(PSC) melakukan checklist atau pengecekan pada diameter tulangan,
jumlah tulangan, jarak sengkang dan panjang overlap, apakah sudah
sesuai dengan gambar shop drawing. Menurut SNI 2847:2013 jarak
tulangan overlap yaitu 40 x diameter tulangan. Ketika pada tahap
43
checklist ini belum sesuai dengan gambar shop drawing pihak kontraktor
akan membenahi kekurangan tersebut.

Gambar 40. Checklist Tulangan Kolom

Sumber : Dokumentasi proyek

Pekerjaan Pemasangan Bekisting

Bekisting atau formwork adalah cetakan sementara yang digunakan untuk


menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang
diinginkan (Stephens, 1985). Pemasangan bekisting dilaksanakan dengan rapih dan
rapat agar bekisting tidak mengalami kebocoran pada saat pengecoran. Berikut langkah-
langkah pekerjaan bekisting:
1) Fabrikasi Bekisting Kolom

Fabrikasi bekisting kolom adalah pembuatan bekisting kolom


yang dilakukan di tempat fabrikasi bekisting. Sebelum fabrikasi dimulai,
disiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan digunakan seperti
multiplek, paku beton, palu, besi hollow, dan lain-lain. Pada proyek ini
multiplek yang digunakan adalah jenis phenolite dengan ketebalan 12
mm yang permukaannya licin dan besi hollow menggunakan ukuran
50x50x3 mm dan 50x100x3 mm. Pembuatan bekisting kolom
disesuaikan dengan dimensi kolom, berikut langkah- langkah fabrikasi
bekisting kolom:

44
1. Mengukur dimensi multiplek sebelum dipotong untuk setiap sisi,
untuk lebar sisi bawah dan atas disesuaikan dengan dimensi
penampang kolom, untuk panjang disesuaikan dengan ketinggian
kolom yaitu 4,5 m.

Gambar 41. Ukuran multiplek

2. Setelah diberi tanda, maka langkah selanjutnya memotong multiplek


tersebut dengan gergaji.
3. Setelah pemotongan multiplek selesai, tahap selanjutnya adalah
pembuatan rangka vertikal bekisting yaitu menggunakan besi hollow
50x50x3 mm. Besi hollow dipotong sesuai dengan ukuran papan
mutliplek yang sudah dipotong menggunakan cutting wheel besi.
4. Setelah besi hollow sudah terpotong sesuai dengan ukuran-
ukurannya, langkah selanjutnya merakit besi hollow tersebut
menggunakan las di setiap ujungnya.

Gambar 42. Rangka Vertikal


Sumber: Dokumentasi di proyek

5. Kemudian memasang papan multiplek di atas besi hollow yang sudah


dirakit dengan menggunakan paku beton.
45
hollow

50x50x3 mm

Gambar 43. Pemasangan hollow ke multiplek

6. Mengulangi langkah 1-5 untuk keempat sisi bekisting.

7. Tahap selanjutnya adalah membuat rangka horizontal bekisting yaitu


menggunakan bahan besi hollow ukuran 50x100x3 mm. Bentuk dari
rangka horizontal ini yaitu double hollow dan disambung dengan plat
kopel diantaranya. Dan di kedua ujung hollow dibengkokkan 45
derajat untuk perkuatan menggunakan tie-rod dan wingnut.

hollow

50x100x3 mm

Gambar 44. Rangka Horizontal

8. Setelah rangka horizontal dibuat, langkah selanjutnya adalah


memasang rangka horizontal (besi hollow 50x100x3 mm) di atas
rangka vertikal (besi hollow 50x50x3 mm) menggunakan las.

46
Gambar 45. Pemasangan Rangka Horizontal dan Vertikal

9. Untuk maksimal penggunaan bekisting yaitu sebanyak tiga kali pakai


setelah itu harus diganti dengan bekisting yang baru agar kualitas
yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.

Gambar 46. Bekisting Kolom yang Sudah Dirakit

Sumber: Dokumentasi di proyek

2) Persiapan Pemasangan Bekisting Kolom

Sebelum bekisting diangkat (lifting) ke lokasi erection,


permukaan bekisting terlebih dahulu diolesi dengan cairan mould oil.
Mould oil bersifat sebagai release agent untuk memudahkan dalam
pelepasan bekisting setelah kolom selesai dicor (situstekniksipil.com,
47
2018). Pemberian mould oil dilakukan di area fabrikasi bekisting dengan
cara melumuri seluruh permukaan bekisting bagian dalam dengan cairan
mould oil.

Gambar 47. Pekerjaan Mould Oil pada Bekisting Kolom

Sumber: Dokumentasi di proyek

3) Pengangkatan Dan Pemasangan Bekisting Kolom

Setelah tahap persiapan bekisting kolom selesai, selanjutnya


adalah tahap pemasangan bekisting kolom. Pada tahap ini bekisting
kolom yang sudah siap akan diangkat atau lifting menggunakan tower
crane (TC). Bekisting diletakkan tepat di area sepatu kolom yang telah di
marking untuk penempatan bekisting kolom tersebut.

Gambar 48. Pengangkatan dan Peletakan Bekisting Kolom

48
Sumber : Dokumentasi di proyek

Setelah bekisting terpasang langkah selanjutnya yaitu penguncian sabuk


bekisting kolom dengan menggunakan tie-rod beserta wing nut sehingga
bekisting tetap kuat dan rapat.

Gambar 49. Pemasangan Tie-rod dan Wingnut


Sumber : Dokumentasi di proyek

4) Pemasangan Penyangga Pada Bekisting Kolom

Cetakan/bekisting kolom harus ditopang pada berbagai arah untuk


menghindari terjadinya perubahan posisi terutama pada saat pengecoran,
material yang dapat digunakan adalah balok kayu, pipa besi, dan pipa-
pipa scaffolding (tekniksipildopp.com, 2018). Pemasangan penyangga
pada bekisting kolom pada proyek GKB UM menggunakan alat yang
disebut push pull. Push pull adalah pipa scaffolding sebagai penahan
bekisting agar tetap kuat pada saat dilakukan pekerjaan pengecoran
kolom. Sehingga hasil pengecoran sesuai dengan yang diharapkan dan
tidak terjadi kemekaran kolom.

49
Gambar 50. Perkuatan Bekisting Kolom

Sumber: Dokumentasi di proyek

5) Inspeksi 3

Cara surveyor mengukur ketegakan bekisting kolom adalah dengan


unting-unting pada dua sisi yang berbeda (Ahadi, 2013). Pada tahap ini
pihak kontraktor (QC) dan konsultan pengawas (PSC) melakukan uji
vertikalisasi bekisting kolom menggunakan benang dan unting-unting.
Kegunaan dari uji vertikalisasi kolom adalah untuk mengetahui apakah
kolom sudah lurus vertikal atau belum, langkah- langkah uji vertikalisasi
bekisting kolom yaitu:
(a) Apabila bekisting kolom masih belum vertikal maka bekisting
didorong menggunakan push pull sampai benar-benar lurus vertikal.
(b) Setelah itu dipasang unting-unting dan benang di besi hollow bagian atas
bekisting.

(c) Setelah itu pada bekisting bagian bawah diukur jarak dari bekisting ke
benang unting-unting. Hal sama dilakukan pada bekisting bagian
atas. Apabila jarak dari bekisting ke benang pada bekisting bagian
atas dan bawah sudah sama, maka bekisting tersebut sudah dikatakan
vertikal.

50
Gambar 51. Uji Vertikalisasi kolom

Sumber: Dokumentasi di proyek

Pekerjaan Pengecoran

Pada proyek Gedung Kuliah Bersama (GKB) di Universitas


Negeri Malang ini, pekerjaan pengecoran kolom dilakukan
menggunakan bucket cor yang diangkat menggunakan tower crane
(TC).
1) Persiapan Pengecoran

Hal-hal yang dilakukan pada tahap persiapan


pengecoran yaitu melakukan workabilitas beton sebelum
dituang, maka prosedur berikut dapat dilakukan:
(a) Cek surat jalan dari mixer truck supplier beton.

(b) Memastikan bahwa beton telah tercampur secara merata di


dalam

mixer truck.

(c) Mengambil contoh bahan uji secukupnya.

(d) Melakukan uji slump pada contoh bahan uji.

54
Gambar 52. Alat Uji Slump (kerucut Abrams)
Sumber: Dokumentasi di proyek

(e) Bilamana hasil memenuhi persyaratan yang ditentukan,


maka muatan diterima. Tetapi jika hasil diluar batas,
maka mengambil kembali contoh bahan uji dari mixer
truck yang sama untuk dilakukan uji slump lagi.
(f) Bila tidak memenuhi persyaratan, maka beton harus ditolak.

Gambar 53. Beton Ready Mix

Sumber: Dokumentasi di proyek

Mutu material harus mencapai karakteristik fc’ = 30


MPa (yang direncanakan saat perhitungan). Dengan
rencana slump untuk pengecoran kolom sebesar 14±2
cm.

55
Gambar 54. Uji Slump Beton Ready Mix
Sumber: Dokumentasi di proyek

2) Pengecoran Kolom

Pengecoran kolom menggunakan tower crane (TC)


dimana tower crane (TC) tersebut mengangkat bucket cor
yang berisi beton ready mix. Untuk mendapatkan hasil
beton yang baik maka cara penuangan harus benar (Hadi,
2018), yaitu:
(a) Beton harus dituang vertikal dan sedekat mungkin
dengan bagian permukaan yang akan dicor.
(b) Untuk meratakan beton, harus diratakan dengan concrete
vibrator

supaya agregat terdistribusi dengan merata.

(c) Beton tidak boleh dituang ke dalam bekisting dengan


jarak yang tinggi (maksimum 2 m) karena akan
mengakibatkan segregasi, maka digunakanlah pipa
tremie.

56
Gambar 55. Pengecoran Kolom menggunakan Bucket Cor

Sumber: Dokumentasi di proyek

Gambar 56. Perataan Mortar Beton menggunakan Concrete


Vibrator
Sumber: Dokumentasi proyek

Pekerjaan Pembongkaran Bekisting dan Curing Kolom

Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah minimal 8


jam dari selesainya pengecoran. Setelah bekisting kolom

57
dibongkar, dapat dilakukan pekerjaan selanjutnya yaitu curing.
Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton yang
bertujuan untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat
kehilangan air yang dapat mengakibatkan retak pada permukaan
beton (Yahya, 2016). Salah satu metode curing yang dipakai yaitu
membasahi permukaan beton secara berkala dengan air.

Gambar 57. Hasil Kolom yang sudah dilakukan


Pengecoran dan Perawatan

Sumber: Dokumentasi proyek

Quality Target hasil pekerjaan kolom yang diinginkan yaitu lurus


pada sudutnya, tidak terjadi kebocoran pada sambungan dan
tidak terjadi keropos atau mekar di kolom tersebut.

Pekerjaan Kepala Kolom

1) Marking Kepala Kolom

Marking kepala kolom menggunakan auto-level atau


theodolit dan kemudian dipasang busa di sekeliling ujung
kolom yang sudah dicor, busa tersebut berfungsi sebagai
penanda batas dan menyumbat celah bekisting bagian bawah
kepala kolom agar tidak terjadi kebocoran saat pengecoran.

58
Gambar 58. Marking Kepala Kolom
Sumber: Dokumentasi proyek

2) Pemasangan Bekisting Kepala Kolom

Proses pemasangan bekisting kepala kolom dilakukan


terlebih dahulu sebelum pemasangan bekisting balok dengan
lifting menggunakan tower crane (TC).

Gambar 59. Pemasangan Bekisting Kepala Kolom


Sumber: Dokumentasi proyek

3) Pengecoran Kepala Kolom

Pengecoran kepala kolom dilaksanakan bersamaan dengan


pengecoran balok dan plat lantai.

59
Gambar 60. Kepala Kolom
Sumber: Dokumentasi proyek

Hasil Pekerjaan Kolom

Gambar 66. Hasil Pekerjaan Kolom 1000 x 1000

Sumber : Dokumen Pribadi

60
Ulasan Pekerjaan Kolom

1) Pekerjaan Pembesian Kolom

Menurut Fakhli (2014), dalam pemasangan besi tulangan ada


beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
(a) Besi atau tulangan harus bersih dari kotoran.

(b) rangkaian tulangan harus dibuat sedemikian rupa sesuai


dengan gambar rencana dan tidak boleh terlalu rapat pada
penempatannya.
(c) Ikatan yang dilakukan pada tulangan harus benar-benar kuat.

(d) Apabila diperlukan penyambungan, maka besi atau baja


tulangan harus diberi overlapping sesuai dengan spesifikasi
teknis.
Pada proyek GKB UM pekerjaan pembesian kolom sudah
sesuai dengan teori yang disebutkan di atas.
2) Pekerjaan Bekisting Kolom

Sebelum bekisting diangkat (lifting) ke lokasi erection.


Permukaan bekisting terlebih dahulu diolesi dengan cairan
mould oil. Mould oil bersifat sebagai release agent untuk
memudahkan dalam pelepasan bekisting setelah kolom selesai
dicor (situstekniksipil.com, 2018). Pada proyek GKB UM
pemberian mould oil pada bekisting menggunakan oli.
Cetakan/bekisting kolom harus ditopang pada berbagai arah
untuk menghindari terjadinya perubahan posisi terutama pada
saat pengecoran, material yang dapat digunakan adalah balok
kayu, pipa besi, dan pipa-pipa scaffolding (tekniksipildopp.com,
2018). Pemasangan penyangga pada bekisting kolom pada
proyek GKB UM menggunakan alat yang disebut push pull.
3) Pekerjaan Curing Kolom

Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton


yang bertujuan untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat

61
kehilangan air yang dapat mengakibatkan retak pada permukaan
beton (Yahya, 2016). Salah satu metode curing beton yang
dipakai pada proyek GKB UM yaitu membasahi permukaan
beton secara berkala dengan air.

Hasil Pekerjaan Kepala Kolom

Gambar 67. Hasil Pekerjaan Kepala Kolom

Sumber : Dokumen Pribadi

Ulasan Pekerjaan Kepala Kolom

Resiko :
1. Kepala kolom ngeplin, keropos.
2. Hasil cor geripis pada sudut balok dan kolom.
3. Hasil dimensi kepala kolom tidak sesuai dengan shop drawing.
4. Kepala kolom benangan tidak lurus
5. Pertemuan balok dan kolom / joint beam column menjadi tidak rapi
dan tidak cacat quality.
6. Pertemuan antara kepala kolom dan badan kolom tidak rapi.
Saran :

62
1. Memastikan metode kerja yang telah disetujui tersedia dan pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan metode kerja, dokumen kontrak dan
vendor dokumen.
2. Metoda kerja harus diketahui oleh setiap orang yang terlibat dalam
pekerjaan.
3. Memberikan Inspection Test Plan (ITP) dan memastikan ceklist
internal persiapan pekerjaan telah dipenuhi sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
4. Melakukan identifikasi semua material, alat, prosedur, sumber daya
dan manajemen agar tercapai pekerjaan baik.

63

Anda mungkin juga menyukai