Jawa Barat
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
Cara peleburannya
Jenis dan banyaknya logam campuran
Proses yang digunakan dalam pembuatan.
Dalam praktek terdapat satu hal yang sangat penting bahwa sifai-sifat konstruksi dapat
berarti runtuhnya seluruh konstruksi, oleh karena itu :
a. Penentuan syarat minimum harus dimuat didalam deluruh kontrak pemesanan,
pembelian, atau penyerahan bahan.
b. Garansi tentang meratanya sifat-sifat itu harus didapatkan dengan dilakukanya
pengujian pada waktu penyerahan bahan.
c. Tuntutan yang tinggi tetapi tidak perlu benar, sebab beban tidak bernilai tinggi itu
lebih mahal atau ekonomis.
d. Sifat –sifat ynag kita kehendaki harus ada, bukan saja pada waktu sudah
dikerjakan, yaitu setelah dipotong, digergaji, di bor, ditempa, dibengkokan , dan
lain-lain.
e. Sifat-sifat yang kita kehendaki harus ada bukan saja merugikan dengan cara-cara
yang tidak dapat dipertanggung jawabkan .
f. Bentuk-bentuk dari bagian-bagian bangunan dan sambungannya harus di terapkan.
Adanya kelebihan menjadikan wide flange sering digunakan sebagai kolom dan balok
pada bangunan gedung, gelagar dan rangka jembatan, dan bangunan struktur lainnya.
4
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
Khusus untuk wide flange dengan perbandingan lebar sayap dan tinggi profil (b/h) sama
dengan satu atau disebut juga profil H. Profil H ini, sangat cocok digunakan untuk struktur
pondasi tiang pancang.
2.5 Penggunaan Konstruksi Rangka Baja
Penggunaan konstruksi rangka baja untuk bangunan sangat luas sekali, antara lain:
Penggunaan rangka baja sebagai bahan konstruksi memiliki kelebihan dan kekurangan.
Keuntungan:
a. Bila dibandingkan dengan beton maka baja lebih ringan.
b. Apabila suatu saat konstruksi harus diubah,maka bahan baja akan lebih mudah untuk
dipindahkan.
c. Bila konstruksi harus dibongkar, baja akan dapt dipergunakan lagi sedangkan
konstruksi dengan beton tidak dapt digunakan lagi.
d. Pekerjaan konstruksi baja dapat dilakukan di bengkel sehingga pelaksanaannya tidak
membutuhkan waktu lama.
e. Bahan baja sudah mempunyai ukuran dan mutu tertentu dari pabrik.
Kerugian:
a. Bila konstruksi terbakar, maka kekuatannya akan berkurang, pada batas yang besar
juga dapat merubah konstruksi.
b. Bahan baja dapat terkena karat, sehingga memerlukan perawatan.
c. Karena memiliki berat yang cukup besar, dalam melakukan pengangkutan memerlukan
biaya yang besar.
d. Dalam pelaksanaan konstruksi diperlikan tenaga ahli dan berpengalaman dalam hal
konstruksi baja.
5
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
6
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
Gording diletakkan diatas beberapa kuda-kuda, jadi merupakan balik penerus diatas
beberapa balok tumpuan (continuous beam). Untuk memudahkan perhitungan dapat
dianggap sebagai balok diatas dua tumpuan statis tertentu dengan mereduksi momen
lentur.
1 2
Mmax = ( g.l )
8
1 2
Ambil M = 20 % ( g .l )
8
1 2
Mmax = 80 % ( g .l )
8
1 2
Mmax = 0.80( g . l )
8
1
Dmax = ( g .l)
2
1 2
akibat gx Mgl = 0.80( gx .l )
8
1 2
= 0.80( sin α . l )
8
1 2
akibat gy Myl = 0.80( gy . l )
8
1 2
= 0.80( cos α . l )
8
a. Beban Berguna
Beban berguna P = 100 kg bekerja di tengah-tengah gording
Mmax = 80 % ( ¼ PL)
Akibat Px Mx2 = 0,80 ( ¼ P x L )
= 0,80 ( ¼ P sin α L )
Akibat Py My2 = 0,80 ( ¼ Py L )
= 0,80 ( ¼ P cos α L )
b. Beban angin
7
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal/aksial tarik saja. Cara kerjanya,
apabila yang satu bekerja sebagai batang tarik maka yang lainnya tidak menahan apa-
apa dan sebaliknya. Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap
Beban angin yang di tahan gording
W = a x tekanan angin per meter (kg/m2)
Mmax = 80% ( 1/8 WL2 )
= 0,80 ( 1/8 WL2 )
Akibat Wx Mx3 =0
Akibat Wy My3 = 0,80 ( 1/8 WyL2 )
= 0,80 ( 1/8 W L2 )
c. Kombinasi Pembebanan
I. Mx total = Mx1 + Mx2
My total = My1 + My2
II. Beban mati + Beban berguna + Beban angin
Mx total = Mx1 + Mx2
My total = My1 + My2 + My3
d. Kontrol Tegangan
Kombinasi I
Mxtotal Mytotal
σ= + ≤σ :σ=1600 kg/cm 2
Wy Wx
catatan: jika , maka dimensi gording diperbesar
Kombinasi II
Mxtotal Mytotal
σ= + +¿ σ :≤1 ,25 σ
Wy Wx
catatan : jika , maka di mensi gording di perbesar
e. Kontrol Lendutan
Akibat beban mati
8
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
5 qx L
4
5 q y L4
F xl= cm F= cm
384 EI y 384 EI x
P L
3
5W y L3
F x 2 = x cm F y 2= cm
48 EI x 48 EI y
5W y L4
F y 3= cm
Fx 3 0 cm 384 EI x
Fx total = (Fx1+Fx2) ≤ F
Fy total = (Fy1+Fy2+Fy3) ≤ F
F1 =√ f 2x + f 2y≤f
catatan : jika F > F maka dimensi gording di perbesar
Gx+ Px
Pts =
2
Gx+ Px Gx+Px
=σ ⇒ Fn=
F 2 2
σ= ≤σ ⇒ ambil σ
Fn → Fn σ
Fbr = 125 % . Fn
1
Fbr = π d2
4
Dimana : Fn = luas netto
Fbr = luas brutto
A = diameter batang tarik (diper oleh dari tabel baja )
9
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
a. Batang Tarik
p
Fn = σ Dimana: Fn = Luas penampang netto
Fbr = Fn + ∆ F → Fbr = 125% P = Gaya batang
σ = Tegangan yang diijinkan
b. Batang tekan
Imin = 1,69 P.Lk² Dimana: Imin = momen inersia minimum (cm4)
P = gaya batang tekan (Kg)
Lk = panjang tekuk (cm)
Setelah diperoleh Imin lihat tabel profil maka diperoleh dimensi atau ukuran profil
Kontrol: - terhadap sumbu bahan
- terhadap sumbu bebas bahan
Untuk profil rangkap dipasang kopel plat atau plat kopling
Catatan:
a. Konstruksi rangka baja kuda-kuda biasanya dipakai prfil C
b. Pada batang tarik yang menggunakan profil rangkap perlu dipasang kopel plat satu
buah ditengah-tengah bentang
c. Pada batang tekan pemasangan kopel plat mulai mulai dari ujung batang tengah ke
tengah bentang dengan jumlah ganjil.
10
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
1
Fgs = π d2
4
Ftp = d. Smin
Dimana : Fgs = Luas bidang geser
Ftp = Luas bidang tumpu
Smin = Tebal plat minimum
d = diameter baut
Catatan:
11
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
terhadap beban tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya
yang langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan
menempatkan tulangan dibagian beton yang mengalami tegangan tarik akan
mengeliminasi kekurangan dari beton terhadap beban tarik. Demikian juga bila baja
tulangan ditaruh dibagian beton yang mengalami tekan, beton disekeliling tulangan
bersama-sama tulangan sengkan akan mencegah tulangan mengalami tekuk
2.11 Pembebanan
Beban-beban yang bekerja pada struktur, pada umumnya dapat digolongkan menjadi 5
(lima) macam (PPIUG, 1983)
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk
segala unsur tambahan, penyelesaian- penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah sesuai beban yang terjadi akibat penghunian/penggunaan suatu
gedung dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang yang
dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian gedung yang tidak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga
mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap
kedalam beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat
genangan maupun akibat tekan jatuh (energi kinetik) butiran air. Kedalam beban hidup
tidak termasuk beban angin, beban gempa dan beban khusus.
3. Beban Angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
4. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang meneruskan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal
pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka
yang diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut
yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
5. Beban Khusus
12
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
Beban khusus adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya-
gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari crane,
gaya sentripetal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin serta pengaruh-pengaruh
khusus lainnya.
Kombinasi Pembebanan
Keamanan yang disyaratkan dalam SNI-1726-2002 dapat dibagi dalam dua bagian
yaitu : provisi faktor beban dan provisi faktor reduksi kekuatan. Kuat perlu (U) adalah
kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban
terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu
kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tata cara ini
Faktor Reduksi Kekuatan
Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan dianggap sebagai factor reduksi
kekuatan menurut SNI-T15-1991-03, faktor reduksi ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Faktor Reduksi Kekuatan
2.12 Pelat
Pelat merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin tulangannya dua arah
atau satu arah saja, tergantung sistem strukturnya. Kontinuitas penulangan pelat diteruskan
ke dalam balok-balok dan diteruskan ke dalam kolom. Dengan demikian sistem pelat
secara keseluruhan menjadi satu-kesatuan membentuk rangka struktur bangunan kaku
statis tak tentu yang sangat kompleks. Perilaku masing-masing komponen struktur
dipengaruhi oleh hubungan kaku dengan komponen lainnya. Beban tidak hanya
mengakibatkan timbulnya momen, gaya geser, dan lendutan langsung pada komponen
struktur yang menahannya, tetapi komponen-komponen struktur lain yang berhubungan
juga ikut berinteraksi karena hubungan kaku antar komponen. (Dipohusodo, 1994:207)
Berdasarkan perbandingan antara bentang panjang dan bentang pendek pelat
dibedakan menjadi dua, yaitu pelat satu arah dan pelat dua arah.
13
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
fy
h≥
(
ln 0.8+
1500 )
[
36+ 5 β αm−0.12 1+ ( 1β )]
Menurut SKSNI tebal pelat tidak boleh kurang dari
fy
h≥
(
ln 0.8+
1500 )
36+ 9 β
Dan tak perlu lebih dari:
fy
h≥
(
ln 0.8+
1500 )
36
Dengan :
14
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
Ln = Bentang bersih terkecil pada pelat dihitung dari muka kolom (mm)
β = Rasio panjang terhadap lebar pelat
lx
ly
Gambar 2.1. Skema Plat Lantai Sisi lx dan ly
ly = panjang bentang terpanjang, lx = panjang bentang terpendek
15
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
16
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
0 ,85 . β 1 . fc 600
ρb = fy ( 600+fy )
ρmaks = 0,75 . ρbalance
1,4
ρmin = fy
Dengan :
ρ max :Perbandingan tulangan pada keadaan regangan maksimum
ρ min :Perbandingan tulangan pada keadaan regangan minimum
ρb :Perbadingan tulangan pada keadaan regangan berimbang
Pada pelat dua arah, tulangan momen positif untuk kedua arah dipasang saling tegak lurus.
Karena momen positif arah bentang pendek (x) lebih besar dari bentang panjang (y)
dx = h-ρb-1/2.Dtul x ………………………….. (3.16)
dy = h-ρb-Dtulx-1/2.Dtuly ...………………………… (3.17)
dy untuk tulangan tumpuan arah y (ty) sama dengan dx.
17
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
0,85 .fc 2 . Mn
Maka dapat dilakukan dengan cara :
ρ perlu =
fy ( √
1− 1−
0 ,85 .fc . b .d 2 )
Kontrol Kapasitas Lentur Pelat yang Terjadi
Kontrol kapasitas pelat dengan mengkuti acuan dari SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5
butir 3.3
A s .f y
a = 0,85.f c ' .b
1
Mn = As . fy (d - 2 a)
φ Mn = 0,8 . Mn
Dengan , Mn : Kuat momen nominal pada suatu penampang
a : Tinggi balok tegangan regangan
d : Jarak dari serat tekan terluar kepusat tulangan tarik
C : gaya tekan beton
18
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh
total (total collapse) seluruh struktur.
Kolom adalah struktur yang mendukung beban dari atap, balok dan berat sendiri yang
diteruskan ke pondasi. Secara struktur kolom menerima beban vertikal yang besar, selain
itu harus mampu menahan beban-beban horizontal bahkan momen atau puntir/torsi akibat
pengaruh terjadinya eksentrisitas pembebanan. hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi
kolom perencanaan, mutu beton dan baja yang digunakan dan eksentrisitas pembebanan
yang terjadi.
Portal Bergoyang
Suatu portal dikatakan begoyang, jika :
1. Beban yang tidak simetris yang bekerja pada portal yang simetris atau tidak simetris
2. beban simetris yang bekerja pada portal yang simetris tau tidak simetris
2.18 Pondasi
Pondasi adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk meneruskan beban-beban bangunan
atas ke tanah yang mampu mendukungnya.(Sidharta dkk,1999 : 347)
19
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
20
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
21
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
Tabel 2.5 Konsistensi tanah Lempung dan perkiraan korelasi Su terhadap nilai SPT
22
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
23
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat
Cc
e= ( 1.15 )+0.27
Sumber : Fundamental of Geotechnical Engineering, Braja M Das
Cv=0.00004−0.0003 c m2 / s
Sumber : Correlation of Soil Properties, M. Charter dan Stephen PB 1991
24