Anda di halaman 1dari 22

Perencanaan Gedung BPS Prov.

Jawa Barat

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Struktur Atas


Struktur atas atau upper structure adalah elemen bangunan yang berada di atas
permukaan tanah. Dalam proses perencanaan ulang (redisain) Gedung Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat meliputi : atap, plat lantai, kolom, balok, portal dan
tangga.

2.2 Konstruksi Atap Baja


Atap adalah elemen struktur yang berfungsi melindungi bangunan beserta apa yang ada
di dalamnya dari pengaruh panas dan hujan. Bentuk atap tergantung dari beberapa faktor,
misalnya: iklim, arsitektur, modelitas bangunan dan sebagainya dan menyerasikannya
dengan rangka bangunan atau bentuk daerah agar dapat menambah indah dan anggun serta
menambah nilai dari harga bangunan itu.
Baja adalah bahan komoditas tinggi terdiri dari Fe dalam bentuk kristal dan karbon.
Besarnya unsur karbon adalah 1,6%. Pembuatan baja dilakukan dengan pembersihan
dalam temperatur tinggi. Besi mentah tidak dapat ditempa. Dimana pembuatan baja
dengan menggunakan proses dapur tinggi dengan bahan mentahnya biji besi (Fe) dengan
oksigen (O) dan bahan-bahan lainnya.
Konstruksi rangka baja adalah suatu konstruksi yang dibuat dari susunan batang-
batang baja yang membentuk kumpulan segitiga, dimana setriap pertemuan beberapa
batang disambung pada alat pertemuan/simpul dengan menggunakan alat penyambung
(bout,paku keeling dan las lumer).
Berdasarkan pertimbangan ekonomi, kekuatan, dan sifat baja, pemakaian baja sebagai
bahan struktur sering dijumpai pada berbagai bangunan seperti gedung bertingkat,
bangunan air, dan jembatan. Keuntungan yang diperoleh dari baja sebagai bahan struktur
adalah:
a. Baja mempunyai kekuatan cukup tinggi dan merata. Kekuatan yang tinggi ini
mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja, umumnya mempunyai ukuran tampang
relatif kecil, sehingga struktur cukup ringan sekalipun berat jenis baja tinggi.
b. Baja adalah hasil produksi pabrik dengan peralatan mesin-mesin yang cukup canggih
dengan jumlah tenaga manusia relatif sedikit, sehingga pengawasan mudah
dilaksanakan dengan seksama dan mutu dapat dipertanggungjawabkan.
c. Struktur baja mudah dibongkar pasang, sehingga elemen struktur baja dapat dipakai
berulang-ulang dalam berbagai bentuk struktur.
d. Struktur dari baja dapat bertahan cukup lama.

3
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Baja sebagai bahan struktur mempunyai beberapa kelemahan/kekurangan, antara lain:


a. Pemeliharaan memerlukan biaya yang banyak.
b. Kekuatan baja dipengaruhi temperatur.
c. Bahaya tekuk ( buckling ) mudah terjadi

2.3 Sifat-Sifat Baja


Sifat yang dimiliki baja yaitu kekakuanya dalam berbagai macam keadaan
pembebanan atau muatan. Terutama tergantung dari :

 Cara peleburannya
 Jenis dan banyaknya logam campuran
 Proses yang digunakan dalam pembuatan.

Dalam praktek terdapat satu hal yang sangat penting bahwa sifai-sifat konstruksi dapat
berarti runtuhnya seluruh konstruksi, oleh karena itu :
a. Penentuan syarat minimum harus dimuat didalam deluruh kontrak pemesanan,
pembelian, atau penyerahan bahan.
b. Garansi tentang meratanya sifat-sifat itu harus didapatkan dengan dilakukanya
pengujian pada waktu penyerahan bahan.
c. Tuntutan yang tinggi tetapi tidak perlu benar, sebab beban tidak bernilai tinggi itu
lebih mahal atau ekonomis.
d. Sifat –sifat ynag kita kehendaki harus ada, bukan saja pada waktu sudah
dikerjakan, yaitu setelah dipotong, digergaji, di bor, ditempa, dibengkokan , dan
lain-lain.
e. Sifat-sifat yang kita kehendaki harus ada bukan saja merugikan dengan cara-cara
yang tidak dapat dipertanggung jawabkan .
f. Bentuk-bentuk dari bagian-bagian bangunan dan sambungannya harus di terapkan.

2.4 Bentuk Profil Baja


Baja struktur diproduksi dalam berbagai bentuk profil. Bentuk profil yang sering
dijumpai seperti : siku-siku, kanal, I atau H, jeruji, sheet piles, pipa, rel, plat, dan kabel.
Disamping itu, ada profil yang bentuknya serupa dengan profil I tetapi sayapnya lebar,
sehingga disebut profil sayap lebar (wide flange). Beberapa kelebihan dari wide flange,
yaitu:
o Kekuatan lenturnya cukup besar
o Mudah dilakukan penyambungan

Adanya kelebihan menjadikan wide flange sering digunakan sebagai kolom dan balok
pada bangunan gedung, gelagar dan rangka jembatan, dan bangunan struktur lainnya.

4
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Khusus untuk wide flange dengan perbandingan lebar sayap dan tinggi profil (b/h) sama
dengan satu atau disebut juga profil H. Profil H ini, sangat cocok digunakan untuk struktur
pondasi tiang pancang.
2.5 Penggunaan Konstruksi Rangka Baja
Penggunaan konstruksi rangka baja untuk bangunan sangat luas sekali, antara lain:

 Kuda-kuda ( kap spant )


 Ikatan angina
 Jembatan rangka
 Tiang transmisi ( untuk jaringan listrik tegangan tinggi )
 Menara air

Penggunaan rangka baja sebagai bahan konstruksi memiliki kelebihan dan kekurangan.
Keuntungan:
a. Bila dibandingkan dengan beton maka baja lebih ringan.
b. Apabila suatu saat konstruksi harus diubah,maka bahan baja akan lebih mudah untuk
dipindahkan.
c. Bila konstruksi harus dibongkar, baja akan dapt dipergunakan lagi sedangkan
konstruksi dengan beton tidak dapt digunakan lagi.
d. Pekerjaan konstruksi baja dapat dilakukan di bengkel sehingga pelaksanaannya tidak
membutuhkan waktu lama.
e. Bahan baja sudah mempunyai ukuran dan mutu tertentu dari pabrik.

Kerugian:
a. Bila konstruksi terbakar, maka kekuatannya akan berkurang, pada batas yang besar
juga dapat merubah konstruksi.
b. Bahan baja dapat terkena karat, sehingga memerlukan perawatan.
c. Karena memiliki berat yang cukup besar, dalam melakukan pengangkutan memerlukan
biaya yang besar.
d. Dalam pelaksanaan konstruksi diperlikan tenaga ahli dan berpengalaman dalam hal
konstruksi baja.

2.6 Dasar-dasar Perhitungan


Berdasarkan pembagian fungsi dari masing-masing bagian konstruksi kuda-kuda,
dalam penyelesaian perencanaan perhitungan dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu :
a) Perhitungan dimensi gording
b) Perhitungan dimensi batang tarik ( trackstang )

5
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

c) Perhitungan dimensi ikatan angin


d) Perhitungan dimensi kuda-kuda
e) Perhitungan kontruksi perletakan
f) Penggambaran
Pembebanan yang digunakan pada konstruksi rangka baja (pembebanan pada kuda-
kuda), terdiri dari :
a. Beban Mati
 Beban penutup atap dan gording ( tanpa tekanan angin )
 Beban berguna P = 100 kg
 Berat sendiri kuda-kuda
b. Beban Angin
 Beban angin kanan
 Beban angin kiri
c. Beban Plafond
d. Beban air hujan

2.7 Perhitungan Dimensi Gording


Gording diletakan diatas beberapa kuda-kuda dengan fungsinya menahan beban atap
dan perkayuannya,yang kemudian beban tersebut disalurkan pada kuda-kuda. Pembebanan
pada gording berat sendiri gording dan penutup atap
Dimana:
a = jarak gording
L = jarak kuda-kuda
G = ( ½ a + ½ a) x L meter x berat per m² penutup atap per m² gording
= a x berat penutup atap per m²
Catatan: Berat penutup atap tergantung dari jenis penutup atap
Berat jenis gording diperoleh dengan menaksirkan terlebih dahulu dimensi gording,
biasanya gording menggunakan profil I, C, dan setelah ditaksir dimensi gording dari tabel
profil di dapat berat per m, gording
Berat sendiri gording = g2 kg/m
Berat mati = b.s penutup atap + b.s gording
= (g1 + g2) kg/m
Gording di letakkan tegak lurus bidang penutup atap, beban mati (g) bekerja
vertikal.
gx = g cos α
gy = g sin α

6
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Gording diletakkan diatas beberapa kuda-kuda, jadi merupakan balik penerus diatas
beberapa balok tumpuan (continuous beam). Untuk memudahkan perhitungan dapat
dianggap sebagai balok diatas dua tumpuan statis tertentu dengan mereduksi momen
lentur.
1 2
Mmax = ( g.l )
8
1 2
Ambil M = 20 % ( g .l )
8
1 2
Mmax = 80 % ( g .l )
8
1 2
Mmax = 0.80( g . l )
8
1
Dmax = ( g .l)
2

1 2
akibat gx  Mgl = 0.80( gx .l )
8
1 2
= 0.80( sin α . l )
8
1 2
akibat gy  Myl = 0.80( gy . l )
8
1 2
= 0.80( cos α . l )
8

a. Beban Berguna
Beban berguna P = 100 kg bekerja di tengah-tengah gording
Mmax = 80 % ( ¼ PL)
Akibat Px  Mx2 = 0,80 ( ¼ P x L )
= 0,80 ( ¼ P sin α L )
Akibat Py  My2 = 0,80 ( ¼ Py L )
= 0,80 ( ¼ P cos α L )
b. Beban angin

7
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal/aksial tarik saja. Cara kerjanya,
apabila yang satu bekerja sebagai batang tarik maka yang lainnya tidak menahan apa-
apa dan sebaliknya. Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap
Beban angin yang di tahan gording
W = a x tekanan angin per meter (kg/m2)
Mmax = 80% ( 1/8 WL2 )
= 0,80 ( 1/8 WL2 )
Akibat Wx  Mx3 =0
Akibat Wy  My3 = 0,80 ( 1/8 WyL2 )
= 0,80 ( 1/8 W L2 )

c. Kombinasi Pembebanan
I. Mx total = Mx1 + Mx2
My total = My1 + My2
II. Beban mati + Beban berguna + Beban angin
Mx total = Mx1 + Mx2
My total = My1 + My2 + My3

d. Kontrol Tegangan
Kombinasi I

Mxtotal Mytotal
σ= + ≤σ :σ=1600 kg/cm 2
Wy Wx
catatan: jika , maka dimensi gording diperbesar
Kombinasi II

Mxtotal Mytotal
σ= + +¿ σ :≤1 ,25 σ
Wy Wx
catatan : jika , maka di mensi gording di perbesar

e. Kontrol Lendutan
Akibat beban mati

8
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

5 qx L
4
5 q y L4
F xl= cm F= cm
384 EI y 384 EI x

Akibat beban berguna

P L
3
5W y L3
F x 2 = x cm F y 2= cm
48 EI x 48 EI y

Akibat beban angin

5W y L4
F y 3= cm
Fx 3  0 cm 384 EI x
Fx total = (Fx1+Fx2) ≤ F
Fy total = (Fy1+Fy2+Fy3) ≤ F

F1 =√ f 2x + f 2y≤f
catatan : jika F > F maka dimensi gording di perbesar

2.8 Perhitungan Dimensi Trackstang (Batang Tarik)


Batang tarik berfungsi untuk mengurangi lendutan gording pada arah sumbu x
(kemiringan atap dan sekaligus untuk mengurangi tegangan lentur pada arah sumbu x
Batang tarik menahan gaya tarik Gx dan Px, maka :
Gx = berat sendiri gording + penutup atap arah sumbu x
Px = beban berguna arah sumbu x
Pbs = Gx + Px
Karena batang tarik di pasang dua buah, per batang tarik :

Gx+ Px
Pts =
2
Gx+ Px Gx+Px
=σ ⇒ Fn=
F 2 2
σ= ≤σ ⇒ ambil σ
Fn → Fn σ
Fbr = 125 % . Fn
1
Fbr = π d2
4
Dimana : Fn = luas netto
Fbr = luas brutto
A = diameter batang tarik (diper oleh dari tabel baja )

9
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

a. Batang Tarik
p
Fn = σ Dimana: Fn = Luas penampang netto
Fbr = Fn + ∆ F → Fbr = 125% P = Gaya batang
σ = Tegangan yang diijinkan

b. Batang tekan
Imin = 1,69 P.Lk² Dimana: Imin = momen inersia minimum (cm4)
P = gaya batang tekan (Kg)
Lk = panjang tekuk (cm)

Setelah diperoleh Imin lihat tabel profil maka diperoleh dimensi atau ukuran profil
Kontrol: - terhadap sumbu bahan
- terhadap sumbu bebas bahan
Untuk profil rangkap dipasang kopel plat atau plat kopling

Catatan:
a. Konstruksi rangka baja kuda-kuda biasanya dipakai prfil C
b. Pada batang tarik yang menggunakan profil rangkap perlu dipasang kopel plat satu
buah ditengah-tengah bentang
c. Pada batang tekan pemasangan kopel plat mulai mulai dari ujung batang tengah ke
tengah bentang dengan jumlah ganjil.

2.9 Perhitungan Sambungan


Dalam kontruksi baja ada beberapa sambungan yang biasanya digunakan. Pada
perhitungan disini yang dipergunakan adalah sambungan baut. Karena pada baut terdapat
ulir yang menahan geser dan tumpu, maka hanya diperhitungkan bagian galinya (kran).
Akibat pembebanan (tarik/tekan), pada baut bekerja gaya dalam berupa gaya geser dan
gaya normal. Gaya normal menimbulkan tegangan tumpu pada baut, sedangkan gaya geser
menimbulkan tegangan geser pada baut. Untuk perhitungan sambungan dengan baut perlu
diketahui besarnya daya pikul 1 baut terhadap geser dan tumpu.

10
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

1
Fgs = π d2
4

Ftp = d. Smin
Dimana : Fgs = Luas bidang geser
Ftp = Luas bidang tumpu
Smin = Tebal plat minimum
d = diameter baut

Catatan:

 Untuk sambungan tunggal (single skear)

Ngs = 1/4 π d^2

 Untuk sambungan ganda (double skear)

Ngs = 1/4 π d^2 C Ntp = d. Smin . σtp


Jika tumpu menunjukkan tegangan tumpu yang diijinkan, maka harus diperhitungkan
harga terkecil antara Pmaks tumpu dan Pmaks geser. Jadi banyaknya baut adalah :

2.10 Struktur Beton Bertulang


Beton diminati karena banyak memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan
bahan lainnya. Beberapa diantaranya adalah harganya relatif murah, mempunyai kekuatan
tekan yang besar, tahan lama, tahan terhadap api, bahan baku mudah didapat dan tidak
mengalami pembusukan. Hal lain yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton
sebagai bahan konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum
bahan pengisis (filler) beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah
diolah (workability) dan mempunyai keawetan (durability) serta kekuatan (strenght) yang
sangat diperlukan dalam pembangunan suatu konstruksi. Beton yang digunakan biasanya
dikombinasikan dengan tulangan dari baja dalam struktur beton, yang disebut beton
bertulang.
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan. Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan bangunan yang
mempunyai sifat-sifat yang baik dari masing-masing bahan bangunan tersebut. Ini dapat
dijabarkan sebagai berikut. Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunyai
kapasitas tekan yang tinggi. Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu
lebah jika dibebani tarik. Sedangkan baja tulangan mempunyai kapasitas yang tinggi

11
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

terhadap beban tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya
yang langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan
menempatkan tulangan dibagian beton yang mengalami tegangan tarik akan
mengeliminasi kekurangan dari beton terhadap beban tarik. Demikian juga bila baja
tulangan ditaruh dibagian beton yang mengalami tekan, beton disekeliling tulangan
bersama-sama tulangan sengkan akan mencegah tulangan mengalami tekuk

2.11 Pembebanan
Beban-beban yang bekerja pada struktur, pada umumnya dapat digolongkan menjadi 5
(lima) macam (PPIUG, 1983)
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk
segala unsur tambahan, penyelesaian- penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah sesuai beban yang terjadi akibat penghunian/penggunaan suatu
gedung dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang yang
dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian gedung yang tidak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga
mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap
kedalam beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat
genangan maupun akibat tekan jatuh (energi kinetik) butiran air. Kedalam beban hidup
tidak termasuk beban angin, beban gempa dan beban khusus.
3. Beban Angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
4. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang meneruskan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal
pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka
yang diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut
yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
5. Beban Khusus

12
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Beban khusus adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya-
gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari crane,
gaya sentripetal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin serta pengaruh-pengaruh
khusus lainnya.

Kombinasi Pembebanan
Keamanan yang disyaratkan dalam SNI-1726-2002 dapat dibagi dalam dua bagian
yaitu : provisi faktor beban dan provisi faktor reduksi kekuatan. Kuat perlu (U) adalah
kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban
terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu
kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tata cara ini
Faktor Reduksi Kekuatan
Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan dianggap sebagai factor reduksi
kekuatan menurut SNI-T15-1991-03, faktor reduksi ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Faktor Reduksi Kekuatan

No Gaya yang bekerja Nilai Φ


1 Lentur tanpa beban aksial 0.8
2 Aksial tarik dan aksial dengan lentur 0.8
3 Aksial tekan dan aksial tekan dengan
lentur :
Dengan tulangan spiral 0.7
Dengan tulangan sengkang ikat 0.65
4 Geser dan torsi 0.6
5 Tumpuan pada beton 0.7

2.12 Pelat
Pelat merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin tulangannya dua arah
atau satu arah saja, tergantung sistem strukturnya. Kontinuitas penulangan pelat diteruskan
ke dalam balok-balok dan diteruskan ke dalam kolom. Dengan demikian sistem pelat
secara keseluruhan menjadi satu-kesatuan membentuk rangka struktur bangunan kaku
statis tak tentu yang sangat kompleks. Perilaku masing-masing komponen struktur
dipengaruhi oleh hubungan kaku dengan komponen lainnya. Beban tidak hanya
mengakibatkan timbulnya momen, gaya geser, dan lendutan langsung pada komponen
struktur yang menahannya, tetapi komponen-komponen struktur lain yang berhubungan
juga ikut berinteraksi karena hubungan kaku antar komponen. (Dipohusodo, 1994:207)
Berdasarkan perbandingan antara bentang panjang dan bentang pendek pelat
dibedakan menjadi dua, yaitu pelat satu arah dan pelat dua arah.

13
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Pelat satu arah


Pelat satu arah adalah pelat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan saja sehingga
lendutan yang timbul hanya satu arah saja yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap arah
dukungan tepi. Dengan kata lain pelat satu arah adalah pelat yang mempunyai
perbandingan antara sisi panjang terhadap sisi pendek yang saling tegak lurus lebih besar
dari dua dengan lendutan utama pada sisi yang lebih pendek (Dipohusodo, 1994:45).

Pelat dua arah


Pelat dua arah adalah pelat yang didukung sepanjang keempat sisinya dengan lendutan
yang akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus atau perbandingan antara sisi
panjang dan sisi pendek yang saling tegak lurus yang tidal lebih dari dua (Dipohusodo,
1994:45).

2.13 Perencanaan Pelat


Dalam perencanaan struktur Perkantoran ini menggunakan metode perhitungan 2 Arah.
Dengan ketentuan ly/lx ≤ 2 ( pelat 2 arah)

Menentukan Tebal Minimum Pelat ( h )


Menurut SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 butir 3.3 memberikan pendekatan empiris
mengenai batasan defleksi dilakukan dengan tebal pelat minimum sebagai berikut :

fy
h≥
(
ln 0.8+
1500 )
[
36+ 5 β αm−0.12 1+ ( 1β )]
Menurut SKSNI tebal pelat tidak boleh kurang dari

fy
h≥
(
ln 0.8+
1500 )
36+ 9 β
Dan tak perlu lebih dari:

fy
h≥
(
ln 0.8+
1500 )
36
Dengan :

14
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Ln = Bentang bersih terkecil pada pelat dihitung dari muka kolom (mm)
β = Rasio panjang terhadap lebar pelat

Menentukan Momen Lentur Pelat yang Terjadi


Berdasarkan momen yang timbul akibat beban penyaluran beban berdasarkan
metode amplop (buku grafik dan table perhitungan beton bertulang, W.C. Vis, Gideon H.
Kusuma, 1995. 26) pada table ini menunjukan momen lentur yang bekerja pada jalur satu
meter, masing-masing pada arah-x dan arah-y, yaitu :

lx

ly
Gambar 2.1. Skema Plat Lantai Sisi lx dan ly
ly = panjang bentang terpanjang, lx = panjang bentang terpendek

Menentukan momen plat two way slab tersebut adalah :


Mlx = 0,001. Wu. lx2 . x
Mly = 0,001. Wu. lx2 . x
Mtx = - 0,001. Wu. lx2 . x
Mty = - 0,001. Wu. lx2 . x
Dimana :
Mlx = momen lapangan maksimum per meter lebar di arah x
Mly = momen lapangan maksimum per meter lebar di arah y
Mtx = momen tumpuan maksimun per meter lebar di arah x
Mty = momen tumpuan maksimum per meter lebar di arah y
Wu = beban yang bekerja
lx = panjang bentang terpendek

15
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

x = koefisien yang di dapat dengan metode amplop


berdasarkan table 4.2.b buku grafik dan perhitungan beton bertulang oleh W.C. Vis dan
Gideon H. Kusuma )

Gambar 2.2 Konfigurasi beban

16
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Menentukan momen plat one way slab tersebut adalah :


Momen Tumpuan Ujung
MTU = 1/6. Wu. lx2
Momen Tumpuan Tengah
MTT = 1/10. Wu. lx2
Momen Lapangan
Mlap = 1/14. Wu. lx2

Menentukan Tinggi Manfaat (d) arah x dan y


Menurut SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 butir 3.3 adalah sebagai berikut :

0 ,85 . β 1 . fc 600
ρb = fy ( 600+fy )
ρmaks = 0,75 . ρbalance

1,4
ρmin = fy
Dengan :
ρ max :Perbandingan tulangan pada keadaan regangan maksimum
ρ min :Perbandingan tulangan pada keadaan regangan minimum
ρb :Perbadingan tulangan pada keadaan regangan berimbang
Pada pelat dua arah, tulangan momen positif untuk kedua arah dipasang saling tegak lurus.
Karena momen positif arah bentang pendek (x) lebih besar dari bentang panjang (y)
dx = h-ρb-1/2.Dtul x ………………………….. (3.16)
dy = h-ρb-Dtulx-1/2.Dtuly ...………………………… (3.17)
dy untuk tulangan tumpuan arah y (ty) sama dengan dx.

Menentukan Luas Tulangan (As) arah x dan y

17
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Berdasarkan penurunan dari SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 butir 3.3

0,85 .fc 2 . Mn
Maka dapat dilakukan dengan cara :
ρ perlu =
fy ( √
1− 1−
0 ,85 .fc . b .d 2 )
Kontrol Kapasitas Lentur Pelat yang Terjadi
Kontrol kapasitas pelat dengan mengkuti acuan dari SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5
butir 3.3

A s .f y
a = 0,85.f c ' .b
1
Mn = As . fy (d - 2 a)
φ Mn = 0,8 . Mn
Dengan , Mn : Kuat momen nominal pada suatu penampang
a : Tinggi balok tegangan regangan
d : Jarak dari serat tekan terluar kepusat tulangan tarik
C : gaya tekan beton

2.14 Perencanaan Balok


Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban vertikal dan
horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang diterima plat lantai,
berat sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban
horizontal berupa beban angin dan gempa.
Balok merupakan bagian struktur bangunan yang penting dan bertujuan untuk memikul
beban tranversal yang dapat berupa beban lentur, geser maupun torsi. Oleh karena itu
perencanaan balok yang efisien, ekonomis dan aman sangat penting untuk suatu struktur
bangunan terutama struktur bertingkat tinggi atau struktur berskala besar (Sudarmoko,
1996).

2.15 Perencanaan Kolom


Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian tinggi yang tidak
ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal
dari rangka (frame) struktur yang memikul beban dari balok induk maupun balok anak.
Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya
sampai ke tanah melalui pondasi. Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis

18
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh
total (total collapse) seluruh struktur.
Kolom adalah struktur yang mendukung beban dari atap, balok dan berat sendiri yang
diteruskan ke pondasi. Secara struktur kolom menerima beban vertikal yang besar, selain
itu harus mampu menahan beban-beban horizontal bahkan momen atau puntir/torsi akibat
pengaruh terjadinya eksentrisitas pembebanan. hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi
kolom perencanaan, mutu beton dan baja yang digunakan dan eksentrisitas pembebanan
yang terjadi.

2.16 Perencanaan Portal


Portal merupakam suatu rangka struktur pada bangunan yang harus mampu menahan
beban-beban yang bekerja, baik beban mati, beban hidup, maupun beban sementara.

Portal tak bergoyang ( braced frame )


Portal tak bergoyang didefinisikan sebagai portal dimana tekuk goyangan dicegah oleh
elemen-elemen topangan struktur tersebut dan bukan oleh portal itu sendiri ( salamon &
Jhonson, 1996 ). Portal tak bergoyang mempunyai sifat :
1.Portal tersebut simetris dan bekerja beban simetris
2. Portal yang mempunyai kaitan dengan kontruksi lain yang tidak dapat bergoyang

Portal Bergoyang
Suatu portal dikatakan begoyang, jika :
1. Beban yang tidak simetris yang bekerja pada portal yang simetris atau tidak simetris
2. beban simetris yang bekerja pada portal yang simetris tau tidak simetris

2.17 Struktur Bawah


Yang dimaksud dengan struktur bawah (sub structure) adalah bagian bangunan yang
berada di bawah permukaan. Dalam proses perencanaan ulang (redesign) Gedung Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat ini hanya meliputi perencanaan pondasi.

2.18 Pondasi
Pondasi adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk meneruskan beban-beban bangunan
atas ke tanah yang mampu mendukungnya.(Sidharta dkk,1999 : 347)

19
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Pondasi umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung bangunan yang


terbawah dan telapak pondasi berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban
ke tanah, sehingga telapak pondasi harus memenuhi persyaratan untuk mampu dengan
aman menyebarkan beban-beban yang diteruskan sedemikian rupa sehingga kapasitas atau
daya dukung tanah tidak terlampaui. Perlu diperhatikan bahwa dalam merencanakan
pondasi harus memperhitungkan keadaan yang berhubungan dengan sifat-sifat mekanika
tanah. Dasar pondasi harus diletakkan di atas tanah kuat pada keadaan cukup tertentu
(Dipohusodo, 1994 : 342)
a. Menentukan lapisan tanah dilapangan
Dalam menentukan lapisan tanah, jika digunakan data bor, maka kriteria lapisan
tanah dapat mengacu pada persyaratan berikut:
Tabel 2.2 Kepadatan tanah pasir
Kepadatan N-SPT Value qt (MPa)
Very loose N<4 qt < 2
Loose 4 < N < 10 2 < qt < 4
Compact 10 < N < 30 4 < qt < 12
Dense 30 < N < 50 12 < qt < 20
Very dense N > 50 qt > 20
*) Sumber : Mayerhoff (1965)

Tabel 2.3 Konsistensi tanah lempung


Konsistensi N-SPT Value qt (MPa)
Very soft N<2 qt < 0,25
Soft 2<N<4 0,25 < qt < 0,5
Medium stiff 4 < N < 8 0,5 < qt < 1
Stiff 8 < N < 15 1 < qt < 2
Very stiff 15 < N < 30 2 < qt < 4
Hard N > 30 qt > 4
*) Sumber : Terzaghi & Peck (1948)
b. Menggunakan data-data laboratorium jika ada, dan bila tidak ada dilakukan
korelasi untuk mencari data yang diperlukan
c. Menentukan parameter tanah statik
Dalam analisis perancangan pondasi mesin digunakan beberapa parameter tanah
statik sebagai berikut :
Berat Isi Tanah Normal (γn)
Berat isi tanah normal merupakan …. Berat isi tanah tersebut dihitung menggunakan
korelasi empirik karena minimnya data lapangan,

Lempung  untuk N = 1 n = 1.5 t/m3


untuk N = 30 n = 1.75 t/m3
Pasir  untuk N = 1 n = 1.5 t/m3
untuk N = 50 n = 1.9 t/m3

Sumber : Correlation of Soil Properties, M Charter and Stephen PB. 1991

20
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Berat Isi Tanah Jenuh (γsat)


Berat jenis tanah jenuh merupakan perbandingan antara berat tanah jenuh air dengan
satuan volume. Dalam analisis ini untuk menentukan berat jenis tanah jenuh didapat
dari korelasi terhadap konsistensi tanah.

Tabel 2.4 Korelasi berat isi tanah jenuh

Jenis Tanah Deskripsi Tanah sat (t/m3)


Kohesif Lunak 1.6
Kaku 1.8
Keras 2.0
Pasir non kohesif Sangat lepas 1.7
Lepas 1.8
Sedang 2.0
Padat 2.1
Sangat Padat 2.2
Sumber : Handbook of Geotechnical Investigation and Desigh Tables, 2007

Kohesi Tanah (Cu)


Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah. Bersama dengan sudut geser
dalam, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang menentukan ketahanan tanah
terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah dalam hal ini berupa
gerakan lateral tanah. Deformasi ini terjadi akibat kombinasi keadaan kritis pada
tegangan normal dan tegangan geser yang tidak sesuai dengan faktor aman dari yang
direncanakan.
Dalam analisis ini untuk mendapatkan nilai kohesi (Cu) didapatkan dari korelasi
empiris yang dibandingkan dengan nilai tipikalnya. Nilai Cu korelasi menggunakan
hasil plotting pada grafik Terzaghi & Peck (1967).

Gambar 2.3 Grafik Terzaghi and Peck, 1967

21
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Tabel 2.5 Konsistensi tanah Lempung dan perkiraan korelasi Su terhadap nilai SPT

Konsistensi Tanah Su (t/m2)


Sangat Lunak <1.2
Lunak 1.2 – 2.5
Sedang 2.5 – 5
Kaku 5 – 10
Sangat Kaku 10 – 20
Keras > 20
Sumber : Handbook of Geotechnical Investigation and Design Tables, 2007.

Sudut Geser Dalam (ϕ)


Kekuatan geser dalam mempunyai variabel kohesi dan sudut geser dalam. Sudut geser
dalam bersamaan dengan kohesi menentukan ketahanan tanah akibat tegangan yang
bekerja berupa tekanan lateral tanah. Untuk parameter ϕ sama halnya dengan penentuan
nilai Cu, nilai ϕ diambil berdasarkan korelasi empiris dan dibandingkan dengan nilai
tipikalnya. Korelasi niai ϕ yang digunakan adalah
(1) Hatanaka & Uchida (1966)
0.5
ϕ ' =[ 15.4(N 1 )60 ] + 20o
(2) Peck, dkk (1953)
0.5
ϕ ' =[ 0.3 N ] +27 o
(3) Japan Road Association (1990)
0.5
ϕ ' =[ 15 N ] +15o ≤ 45o

(4) Ohsaki, dkk (1959)


0.5
ϕ ' =[ 20 N ] +15 o
Tabel 2.6 Rentang nilai tipikal parameter ϕ
Kepadatan Koreksi SPT – N (blows/300 mm)
Deskripsi Kekuatan
Relatif, Dr Pasir Halus Sedang Pasir Kasar
Sangat lepas <15% (No)60 ≤ 3 (No)60 ≤ 3 (No)60 ≤ 3 ϕ < 28°
Lepas 15-35% (No) 60 = 3-7 (No) 60 = 3-8 (No) 60 = 3-8 ϕ = 28-30°
35-65% (No)60 = 7-23 (No)60 = 8-25 (No)60 = 8-27 ϕ = 30-40°
Sedang
65-85% (No)60 = 23-40 (No)60 = 25-43 (No)60 = 27-47 ϕ = 40-45°
Padat
>85% (No)60 > 40 (No)60 > 43 (No)60 > 47 ϕ = 45-50°
Sangat Padat 100% (No)60 = 55 (No)60 = 60 (No)60 = 65 ϕ = 50°
Sumber : Srength from corrected SPT value on clean fine and coarse size sand, Handbook of Geotechnical
Investigation and Design Tables, 2007

Parameter Konsolidasi (E, mv, Cc, Cr, e)

22
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Nilai E (Modulus Elastisitas) tanah kohesif dapat ditentukan dengan rumus


E = K . Cu
Atau dapat pula ditentukan berdasarkan hasil ploting pada grafik Duncan &
Buchignani.

Gambar 2.4 Grafik Duncan & Buchignani


Sumber : An Engineering Manual for Settement Studies, J.M Duncan & A.L Buchignani, hal : 35

Untuk nilai E pada tanah non-kohesif digunakan rentang tipikal berikut:


Tabel 2.7 Korelasi nilai Modulus Elastisitas untuk tanah non-kohesif
Jenis Tanah Konsistensi Modulus Elastisitas, E (t/m2)
Tanah Jangka Pendek Jangka Panjang
Kerikil Lepas 2500-5000
Sedang 5000-10000
Padat 10000-20000
Pasir Sedang Sangat Lepas <500
hingga Kasar Lepas 300-1000
Sedang 800-3000
Padat 2500-5000
Sangat Padat 4000-10000
Pasir Halus Lepas 500-1000
Sedang 1000-2500
Padat 2500-5000
Lanau Lunak <1000 <800
Kaku 1000-2000 800-1500
Keras >2000 >1500
Lempung Sangat Lunak <300 <200
Lunak 200-700 100-500
Sedang 500-1200 400-800
Kaku 1000-2500 700-2000

23
Perencanaan Gedung BPS Prov. Jawa Barat

Sangat Kaku 2000-5000 1500-3500


Keras 4000-8000 3000-6000
Sumber : Handbook of Geotechnical Investigation and Design Tables, 2007

mv (koefisien perubahan volume) nilai mv ditentukan dengan rumus;


1
mv=
E
Sumber : Advanced Soil Mechanics, Braja M Das. 2007
Cc (Compression Index) ditentukan berdasarkan hasil dari pengujian konsolidasi
di laboratorium dan korelasi nilai NSPT lalu nilai Cc tersebut dibandingkan dengan
Cc tipikal. Nilai Cc yang digunakan adalah nilai Cc yang masuk pada rentang Cc
tipikal.
Tabel 2.8 Korelasi Nilai Cc Tipikal

Konsistensi Tanah NSPT Cc


Sangat Kaku 15 – 30 to >
0.00 – 0.05
Hingga Keras 30
Kaku 8 – 15 0.05 – 0.10
Sedang 4–8 0.10 – 0.20
Lunak 2–4 0.20 – 0.35
Sangat Lunak <2 > 0.35
Sumber : Azzouz et.al 1978, Al-Khafaji and Andersland 1992

Cr (Compression Index) diambil sekitar 5 – 10% dari nilai Cc yang digunakan


atau dapat diambil pada range 0.015 – 0.035 (Leonard, 1976).
e (Void Ratio) diperoleh berdasarkan korelasi terhadap parameter Cc, yaitu

Cc
e= ( 1.15 )+0.27
Sumber : Fundamental of Geotechnical Engineering, Braja M Das

Cv ditentukan pada tanah lempung dengan ketentuan

Cv=0.00004−0.0003 c m2 / s
Sumber : Correlation of Soil Properties, M. Charter dan Stephen PB 1991

24

Anda mungkin juga menyukai