Anda di halaman 1dari 4

Perencanaan Dimensi Saluran Drainase

Perencanaan dimensi Saluran Drainase dilakukan dengan studi kasus di Jakarta. Adapun data
yang tersedia adalah:
1. Data hujan harian dari beberapa stasiun hujan selama 15 tahun.
2. Data peta topografi serta penggunaan lahan.
Perhitungan saluran drainase dilakukan dengan dua analisis yaitu analisis hidrologi dan analisis
hidrolika.
1. Analisis hidrologi dengan mencari debit yang ditimbulkan dari hujan rencana. Adapun
langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut:
a. Menguji kepanggahan data hujan masing-masing stasiun hujan.
Uji kepanggahan dapat dilakukan dengan metode kurva massa. Analisis massa ganda
(double mass analysis) menguji konsistensi hasil hasil pengukuran pada suatu stasiun
dan membandingkan akumulasi hujan tahunan atau musimannya dengan nilai
akumulasi rata- rata yang bersamaan untuk suatu kumpulan stasiun di sekitarnya.
Konsistensi catatan bagi masing-masing stasiun dasar harus diuji, dan yang tak
konsisten harus disesuaikan (Ray K. Linsley, dkk, 1986; Bambang Triatmodjo, 2006).
Data dapat dikatakan konsisten apabila memiliki regresi linier atau R2~1. Nilai tersebut
dapat dicari secara langsung dengan program MS.Excel.

b. Mencari hujan wilayah harian.


Perhitungan hujan wilayah harian dapat dilakukan dengan Polygon Thiessen. Metode
poligon Thiessen memperhitungkan bobot dari masing-masing setasiun yang mewakili
luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah
sama dengan yang terjadi di setasiun yang terdekat sehingga hujan yang tercacat pada
suatu setasiun mewakili luasan tersebut (C. D. Soemarto, 1999; Suripin, 2004;
Bambang Triatmodjo, 2006; Chay Asdak, 1995).
Hujan rata-rata DAS diformulasikan dalam persamaan berikut:
. . ... . .
= ...
=
Keterangan :
P1, P2, ....., Pn : curah yang tercatat di pos penakar hujan 1, 2, ....., n (mm),
A1, A2, ..., An : luar areal poligon 1, 2, ....., n (km2),
n : banyaknya pos penakar hujan.

c. Mencari R24 maksimal tahunan


Dicari R24 maksimal tahunan karena perhitungan dilakukan guna mencari dimensi
saluran drainase dengan hujan rancangan periode ulang 5 tahunan. Hujan rancangan
adalah curah hujan terbesar tahunan dengan peluang tertentu yang mungkin terjadi di
suatu daerah (Suripin, 2004). R24 tiap tahun selama 15 tahun diurutkan dari besar ke
kecil kemudian dicari probabilitasnya. Probabilitas dapat dilakukan dengan analisis
frekuensi hujan disamai dan dilampaui. Data diurutkan dari yang terbesar ke yang
terkecil. Kemudian dicari probabilitasnya dengan rumus berikut:
= 100%
Keterangan :
P : probabilitas disamai dan dilebihi,
m : nomor urut data,
n : banyaknya data.

Destiana Wahyu P (16/404765/PTK/11182)


Perencanaan Dimensi Saluran Drainase
d. Mencari R24 rencana.
Mencari R24 rancangan periode ulang 5 tahunan berarti mencari R24 yang mempunyai
probabilitas dilebihi dan dilampaui sebesar 1/T = 1/5 = 20%. Dari hasil perhitungan
poin (c) kemudian diinterpolasi untuk mendapatkan R24 tersebut.

e. Mencari waktu konsentrasi


Ada beberapa hal yang menentukan lamanya waktu konsentrasi daintaranya panjang
jarak terjauh yang harus ditempuh oleh titik air hujan sebelum mencapai saluran dan
kemiringan daerah aliran (Suripin, 2004).

Waktu konsentrasi metode Hasper (1951) diformulasikan dalam persamaan berikut:


t c = 0.1L0.8 S 0.3 jam
Keterangan :
t : waktu konsentrasi (jam),
L : panjang saluran (km),
S : kemiringan saluran.

f. Mencari intensitas hujan.


Intensitas hujan dicari dengan menggunakan metode Hasper (1951). Metode Hasper
dipilih karena analisisnya menggunakan data dari Jakarta. (Sunjoto, 2016)
1) Bila durasi hujan < 2 jam
120 "
= 0,06 + 60 0,0008 260 "#
60

2) Bila durasi hujan 2 < T < 19 jam


= 0,06 $ + 60%

Keterangan :
R24 : curah hujan terbesar dalam 24 jam (mm/hari),
I : intensitas hujan (m3/s/km2),
T : durasi hujan (menit).

Sedangkan dimensi Intensitas hujan harus juga diadakan konversi sebagai berikut
(Sunjoto, 2016):
I (m3/s/km2) = 10.000/36 I (m/jam)

g. Mencari debit rencana.


Air yang masuk ke dalam saluran drainase hanyalah dari air hujan. Air hujan tersebut
diasumsikan berasal dari atap dan perkersan lainnya dengan koefisien C = 0,95. Debit
air yang masuk dari atap dihitung dengan formula Rational sebagai berikut : (Sunjoto,
2016).
Q=CIA
Keterangan :
Q : debit air yang masuk (m3/jam),
C : koefisien aliran permukaan atap atau perkerasan, diambil C=0,95 ,
I : intensitas hujan (m/jam),
A : luas atap dikukur luas datar dan luas perkerasan lainnya juga harus dihitung.

Destiana Wahyu P (16/404765/PTK/11182)


Perencanaan Dimensi Saluran Drainase
2. Analisis hidrolika dengan melakukan asumsi dimensi saluran agar debit saluran = debit
rencana.
a. Saluran diasumsikan berbentuk persegi karena di Jakarta sulit untuk dilakukan
pembebasan lahan.

Saluran Dimensi Segi Empat


A
R= (m)
P

A = bh (m 2 ) h

P = b + 2h ( m)

b
Keterangan :
A : Luas potongan melintang aliran (m2),
P : Keliling basah saluran (m),
R : Jari-jari hidrolis (m),
b : Lebar dasar saluran (m),
h : Kedalaman air (m).

b. Saluran diasumsikan terbuat dari beton dengan koefisien Chezy sebesar 0,85.
Kecepatan aliran pada saluran drainase dicari dengan persamaan Chezy sebagai
berikut:
& = ' )
Keterangan :
v : kecepatan aliran (m/dt),
C : koefisien Chezy,
R : Jari-jari hidrolis (m),
i : kemiringan saluran.

c. Debit saluran drainase dihitung dengan formulasi berikut :


Q = A. v
Keterangan :
Q : Debit saluran drainase (m3/dt),
A : Luas potongan melintang aliran (m2),
v : kecepatan aliran (m/dt).

d. Perhitungan dimensi saluran selesai setelah Qrencana = Qsaluran . kemudian, tinggi saluran
drainase diberi tinggi jagaan 0,9 cm, sehingga ukuran kedalam saluran = h + 0,9 m.

Destiana Wahyu P (16/404765/PTK/11182)


Perencanaan Dimensi Saluran Drainase
REFERENSI
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengeolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Jr, Ray K. Linsley, dkk. 1989. Hidrologi untuk Insinyur. Penerjemah Yandi Hermawan.
Erlangga, Jakarta.
LW 01 006.
Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta.
Sunjoto. 2016. Teknik Drainase Pro-Air. DCEE-UGM. Yogyakarta
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi Offset. Yogyakarta.
Tiatmodjo, Bambang. Hidrologi Terapan. 2006. Beta Offset. Yogyakarta

Destiana Wahyu P (16/404765/PTK/11182)


'LJLWDOO\VLJQHGE\':3
'1FQ ':3JQ ':3

':3
F ,QGRQHVLDO ,'
5HDVRQ,DPWKHDXWKRURI
WKLVGRFXPHQW
/RFDWLRQ
'DWH


Anda mungkin juga menyukai