Struktur adalah satu kesatuan dan rangkaian dari beberapa elemen yang
direncanakan agar mampu menerima beban dari luar maupun berat sendiri tanpa
mengalami perubahan bentuk yang melampaui batas persyaratan.
21
Ada 2 Struktur pendukung, yaitu :
1. Struktur bangunan atas
Sanggup mewujudkan perencanaan arsitektur dan harus sanggup
menjamin segi keamanan dan kenyamanan. Untuk itu bahan yang digunakan
untuk bangunan dengan kriteria perencanaan antara lain :
a. Tahan api
b. Kuat dan kokoh, Setiap bangunan yang direncanakan harus kuat
menahan beban dan tahan terhadap goyangan yang diakibatkan oleh
gempa, beban angin dan sebagainya.
c. Awet, untuk jangka waktu yang lama.
d. Ekomonis, setiap konstruksi yang dibangun harus seekonomis mungkin
dan disesuaikan dengan biaya yang ada tanpa mengurangi mutu dan
kekuatan bangunan.
e. Aman dan nyaman, Setiap bangunan yang dibangun harus
memperhatikan aspek-aspek kenyamanan serta orang-orang yang
menghuni merasa dan nyaman.
Perhitungan Perencanaan bangunan atas meliputi :
1. Perhitungan atap
2. Perhitungan pelat
3. Perhitungan tangga
4. Perhitungan balok anak
5. Perhitungan portal
6. Perhitungan balok
7. Perhitungan kolom
22
Dalam tinjauan Kp diambil 2 macam tinjauan yaitu :
1. Kolom
2. Balok
1. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok dan meneruskannya ke konstruksi pondasi.
Adapun urutan-urutan dalam menganalisis kolom :
Tulangan untuk kolom dibuat penulangan simetris berdasarkan kombinasi
Pu dan Mu. Untuk satu batang kolom dan dua kombinasi pembebanan yaitu pada
ujung atas dan ujung bawah pada setiap freebody, masing-masing dihitung
tulangannya dan diambil yang terbesar.
2. Balok
Balok merupakan batang horizontal dari rangka struktur yang memikul
beban tegak lurus sepanjang batang tersebut biasanya terdiri dari dinding, pelat
atau atap bangunan dan menyalurkannya pada tumpuan atau struktur
dibawahnya.
Perencanaan balok ini dilakukan untuk menentukan balok anak dan balok
induk yang akan digunakan dalam suatu struktur gedung. Sistem struktur yang
menggunakan balok anak dan balok induk ini bertujuan untuk memperoleh
bentangan sepanjang mungkin dengan beban mati sekecil mungkin untuk pelat
atap maupun lantai, dimana pelat akan bertumpu pada balok induk serta kolom
sebagai penopang struktur keseluruhan
24
Gambar 3.2 vibrator
(Sumber :kondisi lapangan 2017)
5. Concrete Pump
Alat ini digunakan untuk pengecoran yang membutuhkan volume
beton yang besar, seperti pengecoran yang sulit di jangkau. Campuran
beton yang sudah siap pakai yang berasal dari truk mixer dituangkan
dalam bak concrate pump kemudian dipompakan kelokasi pengecoran
melalui pompa besi. Pemakaian alat ini dimaksudkan untuk mempercepat
dan mempermudah serta menjaga kontinuitas pekerjaan pengecoran.
26
6. Bar Cutter
Bar Cutter adalah alat pemotong baja tulangan sesuai ukuran yang
diinginkan. Alat ini dapat memotong semua dimensi tulangan. Cara kerja
dari alat ini yaitu baja yang akan di potong dimasukan kecela yang
didalamnya terdapat pisau pemotong.
7. Bar Bender
Bar Bender adalah alat untuk pembengkok besi, karena diamter besi
yang digunakan berukuran besar dan sangat susah bila dibengkokkan
secara manual maka digunakan alat ini, cara kerja alat ini dengan
memasukan besi kedalam celah yang ada didalam celah yang ada lalu alat
dengan otomatis akan membengkokkan besi sesuai dengan apa yang
direncanakan.
9. Alat Bantu
Alat bantu berupa alat-alat yang umum digunakan setiap harinya seperti
palu, cangkul, selang air, bor, tang kawat, katrol dan lain sebagainya.
28
Gambar 3.9 Besi tulangan
(Sumber :kondisi lapangan 2017)
2. Kawat bendrat
Kawat bendrat digunakan untuk mengikat sengkang pada tulangan pokok
agar baja tulangan tidak bergerak / berpindah pada saat pengecoran.
29
Gambar 3.11 Kayu
(Sumber :kondisi lapangan 2017)
5. Agregat Halus
Agregat Halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 4.75mm.
Agregat ini tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5% dari berat
kering dan jika kadar lumpurnya lebih dari 5% maka pasir tersebut dicuci
terlebih dahulu. Pasir mempunyai susunan butir antara 0-5 mm.
30
Gambar 3.13 Agregat Halus
(Sumber :kondisi lapangan 2017)
6. Agregat Kasar
Agregat Kasar merupakan aggregat yang besarnya lebih dari 4.75mm.
agregat ini memiliki permukaan yang padat dan tidak berpori. Agregat
kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% jika kadar lumpur
lebih dari 1% maka agregat tersebut terlebih dahulu dicuci sebelum
digunakan dalam adukan beton.
7. Multiplek
Multiplek adalah alat yang berfungi sebagai cetakan dalam proses
pengecoran memakai multiplex berukuran standar 125 cm x 340 cm
dengan ketebalan 9 mm.
31
Gambar 3.15 Multiplek
(Sumber :kondisi lapangan 2017)
32
b. Langkah-langkah pembesian kolom:
1. Pemasangan sengkang untuk pengikat tulangan utama yang diikat dengan
kawat bendrat untuk menahan gaya geser yang terjadi. Kait pada
sengkang harus membentuk sudut 135°, agar tidak mudah lepas akibat
gaya geser (gempa). Sengkang menggunakan besi D10 dengan mutu
BJTD 40 (fy = 400 Mpa).
2. Posisi sambungan tulangan utama tidak boleh pada daerah tumpuan,
harus pada daerah tengah bentang. Penyambungan kolom pada tumpuan
(diatas balok) berpotensi menyebebkan terjadinya sendi plastis pada
kolom.
3. Posisi penyambungan tulangan utama harus dipasang selang seling.
Tidak boleh pada posisi yang sama, untuk menghindari terjadinya crack
pada sambungan. Panjang penyaluran (lap spilices) pada sambungan
tulangan harus sesuai dengan panjang penyaluran minimum yang
diisyaratkan.
4. Pada setiap sengkang untuk kolom diberi sepihak/ sengkang dalam agar
tidak terjadinya puntir tulangan.Selain itu yang harus benar-benar dicek
dari pekerjaan pembesian adalah jumlah tulangan, dimensi tulangan
utama maupun tulangan sengkang, jarak antar tulangan utama dan jarak
sengkang, kesemuanya harus sesuai dengan syarat teknis yang telah
ditetapkan. Yang tidak kalah penting adalah letak dan posisi besi kolom
terhadap as-as bangunan harus sesuai dengan gambar kerja.
Untuk menjaga agar ketebalan selimut beton sesuai dengan ketebalan minimum
yang diisyaratkan, maka pada space antara besi tulangan dengan bekesting kolom, harus
diberi tahu beton sesuai standar sebagaimana gambar berikut:
33
Gambar 3.16 Pembesian Kolom
(Sumber :kondisi lapangan 2017)
34
7. Papan bekisting yang telah dipasang di sangga dengan bantuan kaki
scaffolding atau jakbes.
35
8. Beton ready mix dicampur bahan kimia yaitu SIKA yang bertujuan untuk
memperelat beton yang lama dengan beton yang akan dicor baru serta
mempercepat pengerasan beton.
9. Congcrete bucket siap dituangkan kedalam papan bekisting dengan jarak 1-
1.5 m dari bawah ke atas dan dituangkan secara perlahan agar tidak terjadinya
bahan kerikil yang banyak jatuh kedalam bekisting.
10. Selama pengecoran pekerja melakukan penggetaran dengan vibrator agar
beton ready mix merata dalam bekisting kolom.
36
3.4.5 Pekerjaan Perawatan Kolom ( curing )
Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap
terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan
menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu.
37
d. Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci dengan siku yang
dipasang di atas suri-suri.
38
d. Setelah pemasangan tulangan untuk balok selesai, maka diberi beton decking
yang akan menjadi acuan untuk selimut beton dengan ukuran ketebalan 3 cm.
39
3. Selanjutnya pekerjaan pengecoran biasa dilaksanakaan, pada saat pengecoran
harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhir untuk menghindari terjadinya
jsegregasi akibat penanganan kembali atau segregasi akibat pengaliran.
4. Pengecoran harus dilakukan dengan cepat sehingga selama pengecoran beton
tersebut masih dalam keadaan plastis dan pengecoran harus menggunakan
alat vibrator agar dapat mengisi ruang diantara tulangan.
5. Permukaan atas cetakan secara umum harus datar.
40
waktu penyelesaian proyek tersebut sangat berpengaruh terhadap biaya proyek itu
sendiri, maka pihak pelaksana yaitu kontraktor harus membuat jadwal pelaksanaan
pekerjaan (Time Schedule).
Pada proyek ini time schedule berbentuk kurva S, yang dimaksud dengan time
schedule disini adalah mengatur rencana kerja dari satu unit pekerjaan, maka akan dapat
gambaran berapa lama pekerjaan itu dapat diselesaikan serta bagian-bagian kerja yang
saling terikat antara satu dengan yang lainnya. Sebelum menyusun time schedule harus
diperhatikan bagian-bagian pekerjaan yang terkait satu sama lainnya tersebut, serta
pekerjaan yang dapat dimulai tanpa menunggu pekerjaan lain selesai. Pengendalian
waktu pelaksanaan dapat dilakukan dengan point-point berikut :
1. Mulai melaksanakan pekerjaan sejak berita acara serah terima lapangan.
Waktu pelaksanaan adalah 390 hari kalender, durasi waktu dihitung dari
tanggal 1 April 2016.
2. Membuat kurva S yang disepakati bersama, berupa rencana kerja proyek
secara keseluruhan.
3. Membuat schedule material dan man power secara keseluruhan.
4. Membuat rencana kerja bulanan didetailkan ke rencana mingguan.
5. Mentaati rencana kerja yang telah dibuat, dan segera mengambil langkah-
langkah yang diperlukan apabila terdapat kendala dalam pelaksanaan / terjadi
keterlambatan
41
B. Proses pelaksanaan
Proses pelaksanaan adalah proses pelaksanaan yang mengacu pada
gambar kerja dan spesifikasi yang ada. Dengan begitu konstruksi yang dibuat
memeliki kekuatan yang tinggi, sehingga umur rencana dari bangunan dapat
tercapai.Setiap bahan-bahan yang digunakan pada proyek ini harus disertakan
dengan laporan lengkap pengujian bahan dan pengujian beton untuk
pemeriksaan selama pekerjaan berlangsung.
42
e. Setelah kerucut terisi penuh, lalu ratakan permukaan kerucut,
kemudian diamkan selama 30 detik, setelah itu kerucut diangkat
keatas searah vertikal secara perlahan.
f. Kemudian setelah itu ditentukan nilai slump kerucut menurut
penurunan puncak adukan beton terhadap tinggi kerucut hasil
pengukuran inilah yang disebut angka slump.