Anda di halaman 1dari 19

Struktur, Konstruksi, dan Finishing dalam Lingkup Kos-Kosan

Mata Kuliah: Material Arsitektur

Dosen Pengampu: Mohammad Sahid Indraswara, S. T., M. T.

Disusun Oleh:

Nama: Pirena Djati Arga Wibisono

NIM: 21020122140123
Pendahuluan

Pertama-tama dalam makalah ini saya sebagai penulis ingin mengucapkan puji syukur
ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkatnya yang melimpah dalam kehidupan saya
sehingga saya masih diberi kesempatan untuk dapat 2ystem2n makalah ini. Makalah ini
termasuk dalam salah satu penugasan mata kuliah Material Arsitektur yang diampu oleh
Bapak Mohammad Sahid Indraswara, S. T., M. T. sebagai dosen, penugasan yang diberikan
adalah menganalisis struktur, konstruksi, dan finishing dari bangunan kos tempat saya
tinggal. Material pembangun sebuah bangunan merupakan hal yang penting untuk diketahui
seorang arsitek, sebuah bangunan dapat berdiri jika terdapat suatu sistem yang jelas dalam
pembangunannya. Sistem yang dimaksud ada 3 yaitu struktur, konstruksi, dan finishing.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menginformasikan mengenai bagian-bagian


mana saja yang digolongkan menjadi struktur, konstruksi, dan juga finishing bangunan kos
saya. Selain menginformasikan, makalah ini juga bertujuan untuk memberi pengetahuan
mengenai perbedaan dari struktur, konstruksi, dan finishing disertai dengan penjabaran
mengenai material-material arsitektur apa saja yang mendukung struktur, konstruksi, dan
finishing dalam pembangunan bangunan kos saya. Sebelum melangkah lebih jauh ke intisari
pembahasan, saya akan menjelaskan mengenai bangunan kos saya secara umum, bangunan
kos saya terletak di Jl. Timoho No. 37C, Bulusan, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah.
Bangunan kos saya masuk kedalam sebuah gang kecil sehingga akses untuk keluar masuk
kendaraan hanya diperuntukkan bagi motor saja sehingga dalam pembangunan bangunan kos
saya tentu tidak membawa alat berat yang diperuntukkan untuk pembangunan bangunan
dengan material yang dalam pemasangannya dibutuhkan alat-alat berat yang membutuhkan
banyak ruang.

Mengenai bangunan kos saya sendiri memiliki 2 lantai dan terdiri dari 6 kamar mandi
luar (4 kamar mandi terletak di bawah dan 2 kamar mandi lainnya terletak di atas) dan 15
kamar tidur (9 kamar tidur terletak di bawah dan 6 kamar tidur terletak di atas). Untuk
tarifnya sendiri satu kamar disini bernilai Rp500.000,- per bulannya, jadi kos saya merupakan
kos yang tidak termasuk golongan kos eksklusif dan tentunya memiliki perbedaan material
dengan kos yang tergolong kos eksklusif. Mengenai sumber saya ambil dari Ibu kos saya
sendiri dan beberapa buku dan jurnal untuk menganalisis mengenai struktur, konstruksi, dan
finshing bangunan kos saya. Baik setelah latar belakang disusunnya makalah sudah
dipaparkan selanjutnya kita dapat menuju ke topik utama.
Pustaka

A. Struktur
Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem
struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding geser
membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal. Sistem
struktur yang tidak dibedakan unsur elemennya, seperti pelat, cangkang, atau
tangki dinamakan sistem struktur kontinum. Setiap elemen-elemen struktur
mempunyai fungsi dan karakteristik yang berbeda. Pada suatu sistem struktur,
elemen-elemen struktur mempunyai suatu mekanisme penyaluran beban dari atas
ke tanah (sistem Fondasi) (Nasution, 2009). Berdasarkan SNI 1726: 2012, struktur
bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah. Struktur atas adalah bagian
dari struktur gedung yang berada di atas muka tanah. Struktur bawah adalah
bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak di bawah muka tanah, yang
dapat terdiri dari struktur besmen, dan/atau struktur fondasinya
B. Konstruksi
Konstruksi adalah susunan (model, tata letak) suatu bangunan, misalnya
konstruksi gedung, konstruksi jalan raya, konstruksi jembatan, konstruksi waduk,
konstruksi terowongan, konstruksi bandara, konstruksi pelabuhan, konstruksi
stadion dan lain-lain. Dalam bahasa Belanda istilah constructie artinya struktur
atau konstruksi. Construction juga dalam bahasa Inggris artinya pembangunan
.(Kamus Besar Bahasa Indonesia).
C. Finishing
Pekerjaan finishing merupakan pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan
pembangunan gedung, jalan, jembatan, maupun kegiatan yang lainnya. Pekerjaan
finishing adalah pekerjaan yang berkaitan dengan penutupan dan pelapisan
sehingga upaya untuk menghaluskan dan merapikan sebuah bangunan menjadi
lebih indah.
Kasus

A. Struktur
a. Pondasi Beton Bertulang
Pondasi yang digunakan oleh bangunan kos-kosan saya adalah pondasi beton
bertulang. Pondasi ini digunakan pada bangunan bertingkat dengan kedalaman
tanah yang tidak begitu dalam. Menurut narasumber yaitu Ibu Kusuma sebagai
pemilik bangunan kos-kosan saya, pemilihan pondasi beton bertulang atau biasa
disebut telapak (foot plat) disebabkan karena kedalaman tanah yang tidak cukup
dalam dan termasuk tanah lembek. Kedalaman tanah untuk pondasi ini adalah 1
hingga 2 meter saja, dan tanah untuk bangunan kos-kosan saya hanya memiliki
kedalaman 2 meter saja dan pondasi yang tepat untuk digunakan karena
kedalaman tanahnya dan fungsinya yang akan digunakan sebagai pondasi
bangunan bertingkat adalah pondasi dangkal, maka dari itu pondasi beton
bertulang yang digunakan oleh kontraktor, selain itu faktor ekonomis, meskipun
pondasi memiliki lebar yang agak lebar tetapi tinggi (kedalaman) pondasi tidak
seberapa. Faktor lain pemilihan pondasi beton bertulang adalah faktor lingkungan,
bangunan kos saya berada di gang yang sempit dan jalan sekitar cukup sempit
untuk dilalui 2 mobil, pemasangan pondasi beton bertulang tidak memerlukan alat
berat seperti pondasi tiang pancang yang memerlukan alat berat dan dalam
pemasangannya dapat mengganggu dan waktu pengerjaanya cukup lama sehingga
dapat mengganggu sekitar. Berikut tahapan-tahapan pemasangan pondasi beton
bertulang:
1. Penggalian tanah pondasi bangunan. Penggalian tanah untuk pondasi setempat
dilakukan secara hati-hati serta harus mengetahui ukuran panjang, lebar, dan
kedalaman pondasi. Hal teknis yang harus diperhatikan, galian tanah pondasi
hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran pondasi agar tukang lebih leluasa
bekerja. Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari
pekerjaan penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan.
2. Penulangan pondasi Bangunan. Perakitan tulangan dilakukan di luar tempat
pengecoran di lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan
proses pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat. Berikut hal yang harus
dierhatikan pada tahap ini:
– Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak turus
permukaan tanah dengan bantuan waterpass.

– Tulangan diberikan jarak dengan dasar tanah 40 mm dengan menggunakan


pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung sisi atau tepi.

– Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung


melakukan pengecoran

3. Pemasangannya:

1). Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk
penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengancetok
(sendok spesi).
2). Supaya pondasi beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu.
3). Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor.
4). Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus
tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
5). Papan cetakan tidak boleh bocor.
6). Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit.
7). Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi
retak.

4. Pengecoran.

1). Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu membuat Job Mix Formula
untuk menentukan komposisi campuran yang diperlukan sehingga didapatkan mutu
beton yang sesuai dengan yang diharapkan. Job Mix Formula yang telah dibuat
kontraktor diserahkan kepada direksi maupun pengawas lapangan untuk disetujui.
Pada proyek ini untuk pekerjaan struktur menggunakan beton readymix mutu K-200.

2). Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen,


pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.

3). Pengecoran beton dimulai setelah konsultan/direksi menyetujui untuk pengecoran


beton yang dinyatakan dalam permohonan pelaksanaan kerja.
4). Periksa kekuatan acuan yang sudah dipasang /difabrikasi, semua ukuran dan
perkuatan acuan diperiksa benar dan disahkan oleh konsultan/direksi untuk pekerjaan
selanjutnya.

5). Pasang sparing pipa-pipa mekanikal dan elektrikal yang melintas area
pengecoran.

6). Bersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran dan sampah.

7). Tuang beton readymix ke dalam area pengecoran, pada saat pengecoran adukan
beton diratakan dan dipadatkan dengan vibrator sehingga beton dapat padat dan tidak
ada sarang tawon.

8). Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut dibiarkan


mengering dan setelah mengering pondasi diurug dengan tanah urugan serta disisakan
beberapa cm untuk sambungan kolom.

b. Sloof Beton Bertulang


Sloof yang digunakan menggunakan material beton dan besi atau disebut juga
beton bertulang. Berikut merupakan tahapan pemasangan dan pengecoran sloof
pada bangunan kos-kosan saya:
1. Setelah pondasi beton bertulang selesai dicor, Kemudian membuat anyaman
sloof diatas pondasi karena besi sloof harus masuk kepada tiang kolom sehingga
membentuk anyaman
2. Setelah anyaman sloof selesai dibuat, kemudian membuat papan bekisting
untuk sloof yang dilakukan dengan cara menyatukan dua buah papan bekisting
dengan kayu kaso dengan jarak lebar antar papan bekisting sebesar bata.
3. Papan bekisting yang telah selesai dibuat kemudian disimpan diatas pondasi
beton bertulang dengan posisi besi sloof berasa di tengah papan bekisting agar
coran bisa menutupi besi sloof.
4. Setel posisi papan bekisting sloof menggunakan papan kaso dan tutup celah
pada sloof menggunakan kertas bekas pembungkus semen dengan tujuan agar
coran sloof tidak keluar.
5. Bekisting sloof dipasang
6. Setelah pemasangan papan bekisting kemudian membuat coran dengan takaran
1 semen: 2 split: 3 pasir ditambah air secukupnya agar encer, dengan tujuan bisa
mengisi ruang-ruang sloof agar hasilnya lebih mulus menggunakan beton yang
encer.
7. Ketika coran masuk ke papan bekisting sloof, ketuk ketuk menggunakan palu
dari kayu dan juga tusuk-tusuk menggunakan besi dengan tujuan coran masuk ke
setiap ruang sloof.
8. Kemudian setelah selesai dicor, sloof didiamkan selama 1 hingga 3 hari sampai
kering dan papan bekisting sloof bisa dibuka.
c. Kolom Beton
1. Penentuan As Kolom
Tentukan titik-titik as kolom dengan melakukan pengukuran terlebih dahulu.
Titik-titik as ini harus dibuat sesuai dengan perencanaan pada gambar kerja
dengan toleransi kesalahan maksimal adalah 1 cm. Mulailah menentukan as
kolom memakai theodolit dan waterpass berdasarkan shop drawing menggunakan
acuan dari titik BM (Bench Mark. Kemudian buat as kolom dari garis pinjaman.
Untuk menandai titik tersebut, pasanglah patok as kolom berupa garis dari sipatan.
2. Pembesian Kolom
Pada umumnya, proses pembesian atau perakitan tulangan kolom praktis
dilaksanakan dengan sistem precast, di mana proses ini dilakukan di tempat lain
yang lebih aman. Proses perakitan tulangan besi kolom wajib disesuaikan menurut
gambar kerja. Buat tanda pada tulangan memakai kapur. Lalu dilanjutkan dengan
pemasangan sengkang. Setiap pertemuan antara tulangan dan sengkang harus
diikat memakai kawat dengan sistem silang.
Tulangan kolom yang telah selesai dirakit selanjutnya diangkut ke lokasi
pemasangan. Tulangan ini dipasang pada posisinya yang telah ditentukan.
Pastikan tulangan besi terpasang dengan kuat dan kaku. Setelah itu, pasanglah
beton deking sesuai ketentuan sebagai selimut beton. Apabila pelaksanaan
pembesian tulangan telah selesai, langkah berikutnya yaitu memasang bekisting
kolom.
3. Pemasangan Bekisting
Bersihkan area kolom, kemudian buatlah marking posisi bekisting kolom.
Berikutnya buatlah garis pinjaman menggunakan sipatan dari as kolom
sebelumnya sampai ke kolom berikutnya. Jarak yang dipakai yaitu 100 cm dari
masing-masing as kolom. Setelah berhasil mendapatkan garis pinjaman,
selanjutnya Anda bisa membuat tanda kolom pada lantai sesuai dimensi kolom
yang hendak dibuat. Fungsinya sebagai acuan dalam penempatan bekisting kolom.
Langkah berikutnya yaitu pembuatan marking sepatu kolom sebagai tempat
bekisting. Pasanglah sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang.
Kemudian Anda bisa memasang sepatu kolom dengan marking yang ada. Aturlah
tingkat kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull. Setelah semua
pekerjaan ini selesai dilakukan, maka kolom ini pun siap untuk dicor.
4. Pengecoran Kolom
Sebelum pelaksanaan pengecoran dimulai, pastikan kondisi kolom yang akan dicor
sudah bersih. Sebab kotoran-kotoran ini dapat menyebabkan hasil pengecoran tidak
sempurna sehingga membahayakan konstruksi bangunan. Oleh sebab itu,
disarankan untuk membersihkannya terlebih dahulu.
Proses pengecoran dilakukan memakai bucket cor dengan kapasitas mencapai 0,9
m3. Bucket cor ini dihubungkan dengan pipa tremi. Sedangkan untuk penuangan
beton dapat dilakukan secara bertahap. Tujuannya untuk menghindari segregasi
yaitu pemisahan agregat yang bisa mengurangi kualitas beton. Selama proses
pengecoran berlangsung, pemadatan beton juga perlu dilakukan memakai vibrator
untuk menghilangkan rongga-rongga udara sehingga tercapai pemadatan yang
maksimal.
5. Pembongkaran Bekisting
Setelah pekerjaan pengecoran telah selesai, lalu dilakukan pembongkaran bekisting.
Umumnya dibutuhkan waktu hingga lebih dari 8 jam agar beton benar-benar
mengeras. Setelah itu, bekisting kolom sudah bisa dibongkar. Pekerjaan ini dimulai
dengan memukul plywood yang digunakan sebagai bekisting menggunakan palu
untuk melepaskan lekatan beton.
Lanjutkan dengan mengendurkan baut-baut yang ada di bekisting kolom untuk
melepaskan rangkaian atau panel bekisting. Setelah panel bekisting sudah terlepas
dan berhasil dibongkar seluruhnya, segeralah pindahkan ke tempat yang aman
supaya area kerja tetap bersih dan bebas dari sampah yang dapat menghambat
pekerjaan.
6. Pemeliharaan Beton
Proses perawatan ini begitu penting untuk memastikan beton dapat mengeras secara
maksimal tanpa mengalami masalah. Perawatan yang perlu dilakukan setelah tahap
pengecoran menggunakan sistem kompon yaitu beton kolom wajib disiram
sebanyak 3 kali per hari selama 3 hari berturut-turut. Kemudian untuk menjaga
mutu beton, maka perlu dilakukan perawatan lanjutan terhadap beton tersebut.
Caranya yaitu beton disiram atau dibasahi sebanyak 2 kali per hari selama 7 hari
berturut-turut.
B. Konstruksi
1. Konstruksi atap dan plafon
Konstruksi atap menggunakan baja ringan. Untuk plafon sendiri menggunakan
GRC Board yang mengandung asbes yang menempel pada rangka hollow. Berikut
tahap-tahap pemasangan plafon:
1. Pasang penggantung rangka (tie rod) dengan menggunakan paku terbak pada
posis plat lantai maupun balok.
2. Mengukur kedataran penggantung diperlukan agar plafon yang tidak
gelombang.
3. Dilanjutkan dengan memasang rangka plafon, dicek juga kedataran posisi
rangka dengan waterpass.
4. Kemudian dilanjukan dengan pemasangan plafon dengan menggunakan ser
01/8 dan bor sekrup ke rangka plafon.
5. Lakukan compound untuk menutupi sambungan antar gypsum dengan paper
tape untuk menghindari keretakan dengan titik-titik sekrup.

Berikut tahap pemasangan atap:

Langkah 1 : persiapan kerja

a. Mempelajari gambar rencana atap dan perletakkan kuda-kuda, dan tidak


diperkenankan menggunakan gambar draft sebagai panduan.

b. Menyiapkan semua peralatan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja, dan


memperhatikan petunjuk tentang persyaratan melakukan perkerjaan di atas
ketinggian.

c. Menyiapkan semua perlengkapan untuk pemasangan kuda-kuda, antara lain : bor


dan hexagonal socket, meteran, selang air (waterpass), alat penyiku,mesin pemotong,
gergaji besi, palu, dan sebagainya.

Langkah 2 : leveling dan marking

a. Memastikan seluruh permukaan atas ring balok dalam keadaan rata dan siku,
dengan menggunakan selang air (waterpass) dan penyiku sebagai alat bantu.
b. Memastikan bahwa rangkaian ring balok telah mengikat semua bagian bangunan
dan tersambung secara benar (monolith) dengan kolom yang ada di bawahnya.

c. Memberi tanda posisi perletakan kuda-kuda (truss), sesuai dengan gambar rencana
atap.

d. Mengukur jarak antar kuda-kuda

Langkah 3 : pengangkatan dan pemasangan kuda-kuda

a. Mengangkat kuda-kuda secara hati-hati, agar tidak mengakibatkan kerusakan pada


rangkaian kuda-kuda yang telah selesai dirakit.

b. Memasang kuda-kuda sesuai dengan nomornya di atas ring balok atau wall-plate,
berdasarkan gambar kerja.

c. Memastikan posisi kiri dan kanan (L-R) kuda-kuda tidak terbalik. Sisi kanan dan
kiri kuda-kuda dapat ditentukan dengan acuan posisi saat pekerja melihat kuda-kuda,
dengan mulut web dapat dilihat oleh pekerja. Bagian di sebelah kiri pekerja disebut
sisi kiri. Sedangkan yang berada di sebelah kanannya adalah sisi kanan.

d. Mengontrol posisi berdirinya kuda-kuda agar tegak lurus dengan ring balok
menggunakan benang dan lot (unting-unting)

e. Mengencangkan kuda-kuda dengan plat L (L bracket) dengan menggunakan 4 buah


screw 12-14x20.

f. Mengencangkan plat L dengan ring balok menggunakan dynabolt, dan


menambahkan balok penopang sementara. Agar posisi kuda-kuda tidak berubah.

g. Mengulangi langkah ke 1 sampai ke-6 untuk mendirikan semua kuda-kuda, sesuai


dengan posisinya dalam gambar kerja.

h. Memeriksa ulang jarak antar kuda-kdua dari as ke as (maksimum 1,2 meter).

i. Memeriksa kedataran (leveling) semua puncak kuda-kuda (Apex), dan memastikan


garis nok memiliki ketinggian yang sama (datar)

j. Memasang balok nok.

k. Memasang bracing (pengikat) sebagai perkuatan jika bekerja beban angin. Bracing
dipasang di atas top-chord dan di bawah reng.

l. Bila menggunakan aluminium foil, lapisan ini dipasang terlebih dahulu di atas truss,
jurai dan rafter.
m. Memasang reng (roof battens) dengan jarak menyesuaikan jenis penutup atap yang
digunakan. Setiap pertemuan reng dengan kuda-kuda diikat memakai screw ukuran
10-16x16 sebanyak 2 (dua) buah.

n. Memasang outrigger (gording tambahan setelah kuda-kuda terakhir yang menumpu


ringbalk). Pada atap jenis pelana, outrigger dapat dipasang sebagai overhang dengan
panjang maksimal 120 cm dari kuda-kuda terluar, dan jarak antar outrigger 120 cm.
outrigger harus diletakkan dan di screw dengan dua buah kuda-kuda yang terdekat.

o. Memasang ceiling battens dengan jarak antar masing-masing ceiling battens adalah
120 cm. Komponen ini dipasang pada permukaan bagian atas bottom chord kuda-
kuda dan di screw. Untuk pertemuan ceilling battens dengan ring balok diberi
bantalan bracket yang diikat memakai dua buah dynabolt. Fungsi ceiling battens
adalah untuk memperkuat ikatan antar kuda-kuda. Jika diperlukan, sambungan
memanjang ceiling battens sebaiknya tepat di atas bottom chord. Setiap sambungan
harus overlap 40 cm, dan setiap pertemuan dengan bottom chord harus di screw.
Ceilling battens selanjutnya dapat difungsikan untuk menahan plafond dan
penggantungnya.

p. Pemasangan penutup atap.

q. Memeriksa ulang pemasangan kuda-kuda sesuai dengan nomor, kedataran nok


maupun isi atap, dan memastikan support overhang terpasang dengan benar.

r. Bila menggunakan aluminium foil, maka lapisan ini dipasang terlebih dahulu di atas
jurai dan rafter

s. Menentukan jarak reng sesuai dengan jenis penutup atap yang digunakan, kemuian
dilanjutkan dengan pemasangan reng (roof battens) dengan screw 10-16x16 HEX

4. Konstruksi tangga
Konstruksi tangga yang menghubungkan lantai 1 dengan lantai 2 yang terdiri dari
pondasi balok yaitu pasangan beton bertulang dan batu kali dan pada pangkal
tangga diberi balok dengan material besi dan beton, ibu tangga, anak tangga yang
dilapisi oleh keramik mulia glossy white 30x30, dan borders pada setengah
perjalanan dari lantai 1 ke lantai 2 dengan dilapisi oleh keramikmulia glossy white
30x30. Berikut tahap-tahap pemasangannya:
1. Membuat fondasi tangga
Fondasi tangga perlu dibuat dengan teliti, sebab menjadi dasar tumpuan bagi
beban beton setelah dituang dan dibentuk. Fondasi berfungsi menjaga tangga
tetap stabil dan tidak bergeser. Jenis fondasi yang dapat Anda terapkan yaitu
fondasi batu kali dan beton bertulang. Kedua fondasi ini dapat digunakan
dalam satu bekisting tangga yang sama. Tujuannya supaya tangga semakin
kuat dan kokoh.
2. Membuat bekisting
Setelah pembuatan fondasi selesai, tahapan selanjutnya yaitu membuat
bekisting tangga. Proses pembuatan bekisting tangga tidak boleh melewatkan
perhitungan ketinggian antara lantai atas dan lantai bawah. Tidak hanya itu,
Anda juga perlu meninjau kemiringan tangga tersebut. Kedua hal ini
dilakukan untuk memastikan tangga yang dibuat tetap aman dan minim risiko.

Keamanan dalam proses pembuatan bekisting perlu diutamakan, karena jika


tidak bisa menahan berat beban beton, bekisting tersebut akan roboh. Dalam
hal ini, Anda memerlukan alat bantu berupa besi berulir yang disebut
scaffolding yang akan menambahkan tingkat keamanan bekisting tangga
Anda.

3. Memasang tulangan badan dan rangka

Proses pemasangan tulangan badan dan rangka dapat dilakukan apabila proses
pembuatan bekisting telah rampung. Pasang tulangan badan terlebih dahulu,
kemudian disusul dengan rangka badan. Setelah itu, pasang beton decking
pada bagian bawah tulangan dengan ketebalan kurang lebih 2 cm.

Beton decking adalah sebuah beton yang dibuat berbentuk silinder atau kubus.
Beton ini digunakan untuk menjaga tulangan agar dapat diletakkan pada posisi
yang tepat, terutama dalam proses pembuatan bekisting tangga.

4. Memasang tulangan anak tangga

Hubungkan tulangan anak tangga dengan badan tangga menggunakan sebuah


kawat untuk menghindari kesalahan dalam proses pemasangan. Setelah itu,
pasang tulangan secara vertikal untuk memperkuat anak tangga. Dilanjutkan
dengan memasang beton decking pada sisi yang sama dengan bekisting.

5. Pengecoran
Sebelum melakukan pengecoran, cek terlebih dahulu apakah bekisting tangga
sudah terpasang dengan kuat atau belum. Jika perlu lakukan pengecekan lebih
dari satu kali untuk memastikan. Sebab bekisting akan menahan beban berat
dari beton selama dibentuk dalam jangka waktu yang cukup lama, yaitu 7 hari
hingga pembongkaran badan tangga baru bisa dilakukan.
6. Pembongkaran
Proses pembongkaran dapat dilakukan ketika beton telah didiamkan selama 12
jam. Sedangkan, pada bagian badan tangga baru bisa dilakukan pembongkaran
apabila telah mencapai 7 hari. Sambil menunggu proses pembongkaran, Anda
harus merawat beton tersebut dengan menjaga kelembapannya dengan cara
menyiram air secara berkala.
5. Konstruksi lantai
Konstruksi kamar tidur kos dan teras kos dilapisi oleh keramik mulia glossy white
30x30 yang disusun secara berjejer satu sama lain, sedangkan konstruksi lantai
kamar mandi dilapisi menggunakan keramik granit bermotif kotak-kotak. Berikut
tahap-tahap pemasangannya:
1. Rendam keramik dalam air.

Hal ini akan membuat keramik menjadi lebih elastis dan pada saat pemasangan
dapat dengan mudah menempel. Perhatikan kualitas keramik. Jika ia keramik kw
1 maka tak ada masalah, namun jika ia merupakan kw 2 atau 3 akan susah
memasang untuk presisi. Untuk itu nat keramik harus longgar karena masing-
masing keramik memiliki selisih 0,2-0,5 mm. Hingga keramik tidak saling
bertubrukan.

b. Oleskan air semen.


Bilaskan semen yang sudah dicampuri air sedikit ke bawah keramik, hal ini akan
membuat daya rekat keramik ke adukan benar-benar lengket.
c. Adukan dan permukaan dasar lantai beton harus benar-benar bersih.
Adukan harus benar-benar homogen atau semen, pasir dan air sudah sudah diaduk
sehingg benar-benar bercampur dengan baiik dan dasar lantai yang akan dipasang
harus bersih dari kerikil, batu atau ganjalan-ganjalan lain yang akan membuat
rongga di bawah keramik.
d. Padatkan secara rata.
Ketuk keramik yang baru dipasang dan pastikan tidak ada yang kopong atau
bagian dasar yang berongga. Karena keadaan demikian akan membuat keramik
lepas di kemudian hari. Periksa apakah ketinggiannya sudah sama rata dengan
benang yang ditarik untuk menentukan ketinggian lantai.
e. Nat keramik dipasang belakangan.
Jangan pasang semen oker atau nat pada sisi keramik saat itu juga. Biarkan ubin
keramik yang telah terpasang selama 2 atau 3 hari. Hal ini akan membuat sisa
udara yang mengendap akan keluar melalui bagian nat yang belum ditutup.
Setelah itu baru diberi semen nat dan jangan lupa membersihkan nat yang masih
kosong dari kotoran yang mengendap.
f. Jangan diinjak-injak.
Amankan areal keramik yang baru dipasang dari lalu lalang orang selama 2-3 hari.
Jangan biarkan ubin keramik akan ambles karena adukan dibawahnya masih
belum kuat untuk dibebani.
g. Periksa hasil pemasangan.
Periksa kembali semua ubin keramik yang telah terpasang dengan memukul atau
ketukan-ketukan dengan batang kayu pada permukaan satu ubin keramik,
kemudian lakukan pada ubin keramik berikutnya dan seterusnya. Pastikan
dibawah ubin keramik yang terpasang semuanya padat terisi adukan dan tidak ada
yang kopong. Dalam sebuah areal pemasangan seukuran 3 x 3 m biasanya
terdapat 3-5 keramik yang kopong. Untuk itu segera bongkar keramik tersebut dan
ulangi pemasangannya.

6. Konstruksi dinding
Konstruksi dinding baik itu kamar tidur kos maupun kamar mandi kos
menggunakan batu-bata merah yang kemudian diplester atau diaci menggunakan
semen dan pasir ayakan dengan perbandingan 1:4 sampai 1:6, kemudian dilapisi
cat tembok berwarna biru. Berikut tahap-tahap pemasangannya:
1. Cek posisi penempatan dinding yang akan dikerjakan serta cek kondisi pondasi
penempatan dinding apakah sudah kondisi baik.
2. Kondisi pondasi atau sloof harus bersih serta mempunyai alur pengikatan antara
sloof ke pasangan bata. Bila ada kotoran atau lumpur pada sloof harus dibersihkan
supaya pengikatan dinding dengan sloof terikat dengan baik.
3. Kolom harus dipastikan tersedia angkur untuk pengikatan ke dinding
(umumnya angkur menggunakan besi 10 mm yang ditanamkan ke kolom sewaktu
pengecoran dan muncul dengan panjang antara 15 sampai 20 cm).
4. Apabila kondisi sloof serta kolom sudah baik, kemudian lakukan pembuatan
garis benang pada bagian dinding yang akan dipasangkan.
5. Untuk garis lurus secara horizontal dilakukan pembuatan benang pada salah
satu sisi bagian pinggir bata yang akan dipasang, dilakukan dengan penarikan
benang dari ujung ke ujung dinding.
6. Untuk ketegakan dibuat garis tegak lurus secara vertikal terhadap benang
horizontal yang sudah dibuat, pembuatan garis vertikal bisa dibuat pada kolom
yang ada ataupun pembuatan mal bantu dikedua ujung dinding yang akan
dipasangkan .
7. Apabila benang horizontal pada pemasangan awal sudah terpasang, kemudian
mulai memasang bata pada kedua ujung bagian dinding.
8. Kemudian dilanjutkan mulai satu demi satu sampai tercapai sambungan dari
ujung ke ujung.
9. Lakukan pengecekan tingkatan di atas batu bata yang telah terpasang serta
pastikan semua pasangan bata semuanya dalam keadan rata. Bila sudah rata maka
menjadi panduan untuk memasang ke tingkat berikutnya.
10. Pastikan juga ketebalan mortar harus tetap sama dan demikian juga pengisian
mortar antar bata harus sama.
11. Apabila saat pemasangan terdapat perbedaan ketinggian bata, maka untuk
mendapatkan kerataan bisa dilakukan dengan memukul ujung bata dengan pelan
sampai bata tetap rata, pemukulan dapat dilakukan dengan kondisi adukan masih
dalam keadaan basah.
12. Jika adukan atau mortar sudah kering maka mortar harus diambil serta diganti
dengan adukan atau mortar baru.
13. Jika bata sudah dipasangkan dalam beberapa rangkaian, kadang adukan atau
mortar ada yang berlebih atau sampai meleleh hingga keluar dari sisi pinggir
pasangan. Dan apabila itu terjadi, maka adukan berlebih harus segera di ratakan
dengan menggunakan sendok semen agar permukaan tetap rata. Jangan biarkan
sempat mengering karena hal ini sangat mempengaruhi kerapian serta kerataan
dinding saat pelaksanaan plesteran.
14. Setelah mendapatkan beberapa tingkatan pasangan bata yang sudah
dipasangkan yang sudah terhubung dari ujung keujung bagian dinding yang
dipasangkan, kemudian tariklah garis horizontal dari ujung ke ujung pada garis
vertikal yang dibuat untuk mendapatkan ketegakan dinding.
15. Pemasangan benang horizontal dapat dilakukan setiap 50 cm.
16. Pastikan tetap memasangkan dalam 1 garis lurus sesuai dengan benang yang
dipasangkan sehingga bisa mendapatkan ketegakan dinding yang baik serta
kondisi pasangan tetap rapi sampai posisi atas.
C. Finishing

1. Plester dan Acian

Lingkup Pekerjaan, bagian ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga dan
pelaksanaan pekerjaan plester rata dan plester kasar pada dinding-dinding dan bagian-
bagian lain bangunan serta pekerjaan acian. Bahan-Bahan:
1. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih, dan bebas dari tanah liat, lumpur, dan
tidak lebih dari 3%, tidak terlalu banyak batu yang pipih,
2. Portland Cement
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membatu
dalam sak yang tertutup.
3. Air.
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak,
asam, dan unsur organik lainnya.

2. Dinding Keramik

Lingkup Pekerjaan, bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga


untuk pemasangan keramik pada dinding meliputi pekerjaan:

1. Plesteran kasar untuk dasar pasangan keramik di dinding.

2. pasangan untuk keramik dinding, lantai dengan campuran latex, semen dan pasir
sebagai perekat.
3. Campuran Latex+semen+bahan pewarna untuk filler/kolotan.

3. Cat Tembok

Cat tembok bagian dalam (interior) dipakai merk sekualitas Flora/Cendana dan cat
tembok bagian luar (exterior) dipakai setara cat merk Mowilex Wheathercoat. Setelah
plesteran tembok kering maka pengecatan tembok baru dapat dilaksanakan dengan
cara sebagai berikut:
• 1 lapis alkali resisting primer.
• Acrylic Wall Filler untuk meratakan permukaan tembok bagian dalam bangunan
(plamur).
• 2 lapis Crylic Emulsion untuk dinding dalam.
• 2 lapis Weathershield Acrylic Emulsion untuk dinding luar.
Untuk cat tembok dalam maupun luar agar dilakukan pengecatan sampai merata
dan didapat warna akhir yang sama.
Bahan-Bahan
1. Keramik.
2. Plamir dan cat untuk pelapis dasar dinding sisi luar.
3. Water proof dan cat sebagai lapisan dinding sisi dalam.

Gambar-Gambar Bangunan
Daftar Pustaka

Frick, Heinz. (1999). Ilmu Konstruksi Bangunan 1. Kanisius.

Suseno, Hendro. (2010). Bahan Bangunan. Bargie Media.

Ariestadi, Dian (2008). Teknik Struktur Bangunan Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.

Wiguna, I. K. A. & Nasution, T. P. (2017). Analisis Aspek Fisik Permukiman Umum Rumah
Kost di Jalan Teleng Timur No. 20x Singaraja. Media Komunikaei FPIPS, 16(1), 21-25.

Anda mungkin juga menyukai