DOSEN PENGAMPU
DI SUSUN OLEH:
Erika Desvina
NIM. 2013011
FAKULTAS TEKNIK
TA. 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN DESAIN KONSTUKSI BETON II
Disusun Oleh:
Erika Desvina
NIM. 2013011
Mengetahui,
Konstruksi Beton II
Bismillahirrahmaanirrahim
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia–Nya sehingga saya masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan penulisan laporan akhir yang berjudul “Desain Konstruksi Beton
II” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konstruksi Beton II. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga saya sebagai penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Harriad Akbar Syarif,
ST., MT. yang telah memberikan tugas ini sehingga penulis dapat menambah
wawasan dan pengetahuan Konstruksi Beton. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membagikan pengetahuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari, laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
laporan ini.
Erika Desvina
NIM. 2013011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desain Struktur Beton II merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan oleh mahasiswa Program Studi S1
Teknik Sipil untuk dapat lulus dalam mata kuliah Struktur Beton II setelah mempelajari tentang Struktur Beton I. Dimana
tugas desain ini akan membantu mahasiswa dalam menerapkan materi-materi yang telah dipelajari dalam kelas menjadi
suatu perencanaan struktur yang lebih nyata.
Struktur yang merupakan rangka dari suatu bangunan memiliki peranan yang sangat penting dalam berdirinya
bangunan tersebut, juga kestabilannya. Struktur yang direncanakan harus mampu menahan gaya-gaya yang disebabkan oleh
beban-beban yang bekerja pada bangunan dan kemudian menyalurkan secara bertahap dari balok, kolom, sampai akhirnya
ke pondasi. Ada beberapa bahan bangunan yang dapat digunakan untuk pembangunan struktur suatu gedung seperti beton,
baja, baja komposit dan kayu.
Struktur bangunan dengan beban beton memiliki berbagai keunggulan dan kekurangan. Adapun keunggulannya
antara lain adalah:
1. Beton memiliki kuat tekan yang relatif tinggi dibandingkan dengan kebanyakan bahan lain.
2. Beton bertulang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air.
3. Struktur beton bertulang sangat kokoh.
4. Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
5. Usia layan beton sangat panjang.
6. Merupakan bahan yang cukup ekonomis.
7. Beton dapat dicetak dalam bentuk yang beragam.
Perencanaan struktur beton ini harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai dengan peraturan yang berlaku supaya
bangunan aman dari kegagalan konstruksi. Dari seluruh uraian pentingnya struktur bangunan, maka perencanaan struktur
beton ini harus dilakukan dengan baik dan benar, agar dapat memenuhi syarat keamanan, efisien dan ekonomis.
Adapun tugas dalam desain struktur beton ini secara umum yaitu mendesain dimensi dan penulangan pelat, balok dan
kolom, serta menyajikan hasil desain komponen struktur tersebut sesuai dengan gambar teknik.
1.2 Permasalahan
Dalam perencanaan struktur gedung, yang paling utama adalah kemampuan struktur untuk menahan beban, yang
dalam hal ini adalah struktur yang direncanakan adalah struktur beton. Untuk mampu melayani pembebanan yang terjadi,
maka perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin dan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2847-
2019 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726-2019
tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung. Adapun data-data tugas pada
desain ini yaitu sebagai berikut:
1. Gedung yang direncanakan adalah gedung dengan fungsi sebagai bangunan rumah sakit.
2. Bangunan gedung tersebut akan berdiri pada jenis tanah lunak.
3. Gedung direncanakan pada denah 1 lantai tingkat 1 (dasar) sampai lantai tingkat 5, dengan tinggi antar lantai adalah
sebesar 4 m, dan jarak antar kolom adalah sebesar 5 m.
4. Gedung direncanakan pada denah 2 lantai tingkat 6 sampai lantai tingkat 11, dengan tinggi antar lantai adalah sebesar
4 m, dan jarak antar kolom adalah sebesar 5 m.
Perhitungan konstruksi beton bertulang mengacu pada metode ultimit sesuai dengan ketentuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 03-2847-2019 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung, Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung (PPIUG) tahun 1983 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726-2019 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Tugas yang harus dilakukan yaitu mendesain dimensi dan penulangan pelat, balok dan kolom, serta menyajikan hasil
desain komponen struktur tersebut sesuai dengan gambar teknik.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2.1 Semen
Semen merupakan suatu jenis bahan yang memiliki sifat yang adesif dan kohesif yang memungkinkan
melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Dalam hal ini bahan semen akan menjadi
keras karena adanya faktor air, yang kemudian dinamakan semen hidraulis (Hydraulic Cement).
Semen hidrolik yang biasa digunakan pada beton adalah semen Portland (Portland Cement) yang umumnya
membutuhkan sekitar 14 hari untuk mencapai kekuatan yang cukup dan membutuhkan waktu 28 hari untuk mencapai
kekuatan rencana.
2.2.2 Agregat
Pada material beton, agregat memenuhi sekitar 70% - 75% dari isi total beton, sehingga perilaku beton
sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya agregat biasanya terdiri dari 2
macam yaitu agregat halus yang umumnya berupa pasir dan agregat kasar yang pada umumnya berupa kerikil.
Agregat halus adalah bahan yang lolos dari saringan no. 4 (lebih kecil dari 3/16 inci, berdasarkan ASTM).
Dan agregat kasar adalah bahan-bahan yang berukuran lebih besar.
2.2.3 Air
Air merupakan bahan utama dalam campuran beton karena air yang mengakibatkan partikel-partikel semen
saling mengikat baik mengikat antar partikel maupun dengan tulangan baja.
2.3 Pembebanan
Spesifikasi pembebanan dapat mengacu pada peraturan pembebanan Indonesia (SNI) atau peraturan pembebanan
Amerika (ACI).
Tabel 2.1 Beban Mati, Berat Sendiri Bahan Bangunan Komponen Gedung
Beban Mati, berat sendiri bahan bangunan komponen gedung
BAHAN BANGUNAN
Baja 7.850 kg/m3
Batu Alam 2.600 kg/m3
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1.500 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) 1.700 kg/m3
Tabel 2.4 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung Untuk Beban
Gempa
Jenis Pemanfaatan Kategori
resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori resiko
I,III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Gedung apartemen/rumah susun
- Pusat perbelanjaan/mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedan dan unit gawat
darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
III
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori resiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dari atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori resiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufatur, proses, penanganan,
penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang
dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang dianjurkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas IV
bedah dan UGD
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, garasi
kendaraan darurat
Sistem penahan gaya gempa yang berbeda diijinkan untuk digunakan, untuk menahan gaya gempa dimasing-
masing arah kedua sumbu orthogonal struktur. Sehingga nilai R, Cd, dan Ω0 diatur pada tabel berikut:
Tabel 2.6 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa
No Sistem penahan gaya R Cd Ωo Batasan sistem struktur dan
Seismic batasan tinggi struktur, hn (m)
Kategori desain seismik
B C D E F
Sistem rangka pemikul
Kombinasi-kombinasi beban:
a. Kombinasi beban mati dan beban hidup:
U = 1.2 DL + 1.6 LL + 0.5 (Lr atau R)
b. Jika dipengaruhi angin ikut diperhitungkan:
U = 1.2 DL + 1.6 (Lr atau R) (LL atau 0.5 W)
U = 1.2 DL + 1.0 W + L + 0.5 (Lr atau R)
U = 0.9 DL + 1.0 W
c. Jika dipengaruhi gempa harus diperhitungkan:
U = 1.2 DL +1.0 E + LL
U = 0.9 DL + 1.0 E
Ket: Lr = Beban atap
R = Beban hujan
B2
B1 B3 LY
B4
Apabila Lx < 0,4 Ly seperti pada gambar, pelat tersebut dapat dianggap
sebagai pelat menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4 hanya kecil
didalam memikul beban pelat. Dengan demikian pelat dapat dipandang sebagai
pelat dapat dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang
pada arah x dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban
transversal melalui aksi lentur ke masing-masing tumpuan dari pelat. Beberapa
tipe pelat lantai yang banyak digunakan pada konstruksi diantaranya:
a. Sistem Lantai Flat Slab, merupakan pelat beton bertulang yang langsung di
tumpu oleh kolom-kolom tanpa adanya balok-balok.(Gambar a)
b. Sistem Lantai Grid (Waffle System), mempunyai balok-balok yang saling
bersilangan dengan jarak yang relatif rapat, dengan pelat atas yang tipis.
(Gambar b)
c. Sistem Pelat dan Balok, sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab)
menerus yang di tumpu oleh balok-balok. (Gambar c)
Gambar 2.1 Flat Slab Gambar 2.2 Grid Gambar 2.3 Pelat dan Balok
2.6 Balok
Balok adalah suatu bagian konstruksi dari bangunan yang berfungsi sebagai
penerima beban dari pelat lantai lalu menyalurkan beban-beban tersebut ke kolom.
Balok merupakan elemen pendukung struktur yang mengalami momen lentur,
gaya geser, gaya torsi, dan gaya aksial berupa tarik maupun tekan. Berdasarkan
fungsinya balok dibagi atas beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
1) Balok sloof
Balok sloof berfungsi sebagai penerima beban dari dinding lalu diteruskan ke
pondasi.
2) Balok induk dan balok anak
Balok induk berfungsi sebagai penerima beban dari slab lantai lalu disalurkan
ke kolom, sedangkan balok anak berfungsi sebagai penghubung antara balok
induk sehingga konstruksi lebih stabil.
2.7 Kolom
Kolom merupakan elemen tekan yang menumpu/menahan balok yang
memikul beban-beban pada lantai. Sehingga kolom ini sangat berarti bagi
struktur. Jika kolom runtuh, maka runtuh pulalah bangunan secara keseluruhan.
Elemen struktur beton bertulang dikategorikan sebagai kolom jika,
1. L/b ≥ 3, L = panjang kolom, b = lebar penampang kolom
2. Jika L/b < 3, elemen tersebut dinamakan pedestal.
Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial tekan, tapi
juga momen. Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994)
ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu:
1. Kolom menggunakan kolom pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan
kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang
pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral.
Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar
tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan
spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom.
Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk
menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah
terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen
dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
2.8 Tangga
Tangga adalah sebuah kontruksi yang berupa jalur bergerigi (memiliki trap-
trap) dan dirancang untuk menjembatani dua tingkat vertikal yang berjarak jauh
satu sama lain. Tangga terdiri dari anak tangga-anak tangga yang memiliki tinggi
yang sama. Tangga dapat berbentuk lurus, memutar atau merupakan kombinasi
dari keduanya. Tangga sangat umum dirumah berlantai dua atau lebih. Tangga
juga mempunyai fungsi sebagai jalan darurat, direncanakan dekat dengan pintu
keluar, sebagai antisipasi terhadap bencana kebakaran, gempa keruntuhan dan
lain-lain.
2. Ibu Tangga
Konstruksi utama yang menahan beban tangga, membentang dari bawah
ke atas atau dapat juga didefenisikan sebagai bagian konstruksi pokok yang
berfungsi mendukung anak tangga. Ibu tangga (boom) dapat merupakan
konstruksi yang menjadi satu dengan rangka bangunannya, tapi boleh juga
dibuat terpisah, tergantung cara mana yang dianggap paling menguntungkan.
Apabila ibu tangga (boom) menempel pada dinding maka disebut boom
tembok, bila tidak menempel disebut boom bebas.
6. Bordes
Plat datar diantara anak-anak tangga, berguna sebagai tempat untuk
memberi kesempatan orang yang naik tangga beristirahat sejenak. Bordes
dipasang pada tangga lurus yang terlalu panjang atau pada sudut sebagai
tempat peralihan arah tangga yang berbelok. Bordes dapat dibuat lebih dari
satu, apabila arah beloknya tangga lebih dari dua kali.
Beban pada tangga meliputi beban mati berupa antrede (bagian mendatar),
optrede (bagian tegak), dan finishing berupa pasangan keramik. Ukuran lebar
tangga standar ialah:
a. Dilalui 1 orang lebar ± 80 cm
b. Dilalui 2 orang lebar ± 120 cm
c. Dilalui 3 orang lebar ± 160 cm
Dua teknis tangga dalam perencanaan adalah sebagai berikut:
5m
3,7 m
53,7mm
Is = 1/12 b . h3
= 1/12 (5 x 1000/2 + 600/2) x 1203
= 561600000 mm4
Untuk menentukan Ib, perlu ditentukan dulu lokasi titik pusat luasan:
A = 120 x (600+800-120) + (600 x (800-120)) = 561600 mm2
yc = ((5358400 x 340) + (408000 x 460))/ 561600 = 3578,234 mm
A1 200 mm
600 mm
A2
400 mm
400 mm 400 mm
Tabel 3.3 Perhitungan Titik Pusat Luasan Balok (yc) untuk Pelat A-B-1-2:
No. A1 A2
Balok
b (mm) h (mm) A (mm2) b (mm) h (mm) A (mm2)
1&2 720,00 120,00 86400 600 120 72000
3&4 840 120 100800 600 120 72000
y1 y2 Atot ΣA.y yc
5m
A1 A2
No.
b
Balok
b (mm) h (mm) A (mm2) (mm) h (mm) A (mm2)
1, 2,
3 & 4 840,000 120,000 100800,000 600 120,000 72000,000
Tabel 3.7 Perhitungan Titik Pusat Luasan Balok (yc) untuk Pelat B-C-2-3:
y1 y2 Atot ΣA.y yc
Tabel 3.7 Perhitungan Titik Pusat Luasan Balok (yc) untuk Pelat B-C-2-3:
1, 2, 3 & 1 100800 60
4 2 72000 180
= 5000
x (0,8 + (410/1400)) = 136,641 < 180 mm .
36 + 5 x 1,00 (0,998-0,2)
= 180 mm
PEMBEBANAN
4.2 Pembebanan
4.2.1 Pelat Lantai
A. Lantai 11
Beban Mati (DL)
Plesteran (2,5 cm) = 52,50 kg/m2
Water proofing = 5,00 kg/m2
Mekanikal dan elektrikal = 25,00 kg/m2
Plafon + penggantung = 18,00 kg/m2 +
100,50 kg/m2
Beban Hidup (LL)
Atap datar (dapat dicapai dan dibebani) = 100,00 kg/m2
B. Lantai 1 – 10
Beban Mati (DL)
Plesteran (2,5 cm) = 52,50 kg/m2
Keramik = 24,00 kg/m2
Spesi (0,5 cm) = 10,5 kg/m2
Mekanikal dan elektrikal = 25,00 kg/m2
Plafon + penggantung = 18,00 kg/m2 +
130,00 kg/m2
Beban Hidup (LL)
Lantai gedung bangunan monumental = 250 kg/m2
Lantai 1 = 1,0 x 250 kg/m2 = 250 kg/m2
Lantai 2 = 1,0 x 250 kg/m2 = 250 kg/m2
Lantai 3 = 0,9 x 250 kg/m2 = 225 kg/m2
Lantai 4 = 0,8 x 250 kg/m2 = 200 kg/m2
Lantai 5 = 0,7 x 250 kg/m2 = 175kg/m2
Lantai 6 = 0,6 x 250 kg/m2 = 150 kg/m2
Lantai 7 = 0,5 x 250 kg/m2 = 125 kg/m2
Lantai 8 = 0,4 x 250 kg/m2 = 100 kg/m2
Lantai 9 = 0,4 x 250 kg/m2 = 100 kg/m2
Lantai 10 = 0,4 x 250 kg/m2 = 100 kg/m2
Lantai 11 = 0,4 x 250 kg/m2 = 100 kg/m2
4.2.2 Balok Tepi
Beban balok tepi dimaksudkan bahwa hanya pada balok tepi struktur
yang menggunakan dinding, selanjutnya pembatas ruangan diasumsikan
menggunakan fiber yang dianggap tidak membebani balok interior ataupun
struktur. Adapun beban balok tepi hanya dibebankan pada balok tepi struktur
lantai 1 hingga lantai 6, sedangkan atap tidak dibebani (tidak ada lagi dinding
atau ruangan di atasnya), dan beban balok tepi merupakan beban mati (DL).
Berikut besar beban balok tepi tersebut:
Berat dinding pasangan ½ bata merah = 250,00 kg/m2
Maka berat dinding pada balok adalah berat dinding dikalikan dengan
tinggi dinding (per lantai), yaitu:
Berat dinding = 250 kg/m2 x 5m = 1250 kg/m = 12,26 kN/m
ANALISIS STRUKTUR
Dari tabel tersebut, didapat nilai gaya aksial pada kolom yang paling besar
yaitu kolom C3 di lantai 1 yang ditinjau untuk kolom ukuran 800 x 600 mm2.
Nilai gaya aksial maksimum ini digunakan untuk menghitung perencanaan
tulangan pada kolom.
Sumber : ETABS
Dari tabel tersebut, didapat nilai momen arah X (M11) paling besar yaitu
Pelat F8 di lantai 5 untuk pelat setebal 120 mm. Spesifikasi pelat lantai tinjauan
pada lantai 5 diuraikan sebagai berikut:
Diameter tulangan, D = 10 mm
Mutu beton, f’c = 31 MPa
Mutu baja, fy = 410 Mpa
Tebal pelat lantai = 180 mm
Selimut beton (D ≤ 36 mm ¿ = 22 mm
Lebar tinjauan, bw = 1000 mm
d = tebal pelat – selimut beton – 0,5D = 180 – 22 – (0,5 x 10) = 153 mm
Dari data spesifikasi perencanaan pelat lantai, dapat dihitung rasio tulangan
dan momen pikul maksimum pelat lantai.
'
0 , 05 x (f c−28) 0 , 05 x (31−28)
β 1=0 , 85− =0 , 85− =0,829
7 7
382, 5 x β 1 x f ' c x [ 600+ fy−(225 x 0,829) ]
Kmaks =
(600+ fy)²
382, 5 x 0,829 x 31 x [ 600+410−( 225 x 0,829) ]
=
(600+410)²
= 9,39 MPa
( )
'
0 , 85 x β 1 x f c 600
= x
fy 600+ fy
=
0 , 85 x 0,829 x 31
410
x (
600
600+ 410 )
= 0,032
Catatan:
6387
=
0 , 8 x 1000 x 153²
= 0,669 Mpa < Kmaks (ukuran pelat mencukupi)
√ 0 , 85 x 31 ) x153 = 9,554 mm
= (1− 1−
2 x 1,594
'
0 , 85 x f c x a x b
As perlu =
fy
0 , 85 x 31 x 9,553 x 1000
=
410
= 613,96 mm2
Balok yang direncanakan adalah balok interior (balok B23 di lantai 5) sesuai
dengan daerah yang ditinjau.
7.3 Perencanan Balok
Dari hasil analisis struktur dengan software ETABS, balok memiliki gaya
dalam momen terfaktor maksimum sebesar :
Momen positif, Mu+ = 85,5263 kN.m
Momen negatif maks, Mu- = -96,998 kN.m
7.3.1 Pengecekan Kebutuhan Tulangan Untuk Torsi (SNI Pasal 11.5.1)
be1 = L/12 + bw = 5000/12 + 450 = 866,67 mm
be2 = 6t + bw = 6 x 180 + 450 = 1530 mm
be3 = 0,5(jarak bersih antar balok) = 0,5(5000) + 450 = 2950 mm
beef = min (be1 : be2 : be3) = 816,67 mm
Acp = bw . h + (beff - bw) . hf = 450 x 800 + (816,67- 450) x 180
= 426000,6 mm2
Pcp = bw + h + beff + hf (beff - bw) + (h - hf)
= 450 + 800 + 816,67 + 180 + (816,67 - 450) + (800 - 180)
= 3233,34 mm
Tth = ∅ . f ' c 0,5 (Acp²/Pcp)
= 0,75 . 300,5 (426000,6 / 3233,34)
= 576,18 kN.m
Tu = 85,5263 kN.m < 576,18 kN.m, maka balok Tidak Butuh
Tulangan Torsi.
Karena smin < s < smax, maka spasi aktual tulangan memenuhi
syarat. “Tahanan momen negatif menggunakan 4 tulangan Diameter
25, 4D25”
Perencanaan Tulangan Transversal (Sengkang)
Dari hasil analisis struktur gedung dengan software ETABS, grafik
distribusi gaya geser terfaktor sepanjang balok dari pusat ke pusat
tumpuan (5 m), Vu=2726,2028kN.
Penampang geser kritis berada pada jarak d dari muka tumpuan, maka:
d= 543,500 mm
Pengecekan Kebutuhan Sengkang
bw = 450 mm
f’c = 31 MPa
fyt = 410 MPa
ϕ = 0,75
Vc = 0,17 . ϕ . f’c0,5 . bw . d = 58.651 kN (SNI Pers. 11- 3)
0,5 . ϕ . Vc = 101,19 kN
Kolom yang direncanakan adalah kolom C3, kolom interior yang berada pada
kolom kedua dari sebelah kanan gedung rumah sakit dan baris pertama dari depan
gedung rumah sakit.
Dari hasil software ETABS , kolom C3 memiliki gaya dalam sebagai berikut:
Gaya aksial (Pu) = -2440.77 kN
60
60
800
Digunakan Tulangan
Longitudinal 14D22
Tulangan Transversal
Sengkang Persegi D-
600
Gambar 8. 2 Diagram Interaksi Aksial dan momen
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh kombinasi
beban yang dibantu dengan software ETABS, maka dari perencanaan struktur
bangunan monumental 11 lantai ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari perhitungan kontrol masing-masing elemen aksial dan momen yang
menggunakan mutu beton f’c = 31 MPa (Kolom) dan mutu kolom dan plat
lantai f’c = 30 MPa serta mutu tulangan fy = 410 MPa, diperoleh bahwa
desain masing-masing elemen telah memenuhi syarat dan aman digunakan
untuk portal gedung rumah sakit 11 lantai.
2. Desain ini menggunakan Balok berdimensi 800 x 600 mm.
3. Kolom pada lantai 1-5 menggunakan dimensi 800 x 600 mm.
4. Pelat lantai menggunakan ketebalan sebesar 180 mm.
9.2 Saran
Berdasarkan proses dalam perencanaan struktur bangunan kantor ini, saran
yang perlu dikembangkan pada perencanaan ini adalah:
1. Perlu dilakukan analisis struktur secara menyeluruh. Perlu ditambahkan
beban lateral yaitu angin agar struktur bangunan lebih teruji sebagai
bangunan monumental tingkat tinggi.
2. Pada pembebanan yang ada, perlu ditambahkan beban yang lebih detail lagi,
seperti beban tangga, lift, pendingin ruangan dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA