Anda di halaman 1dari 55

PRAKTIKUM BENGKEL BETON

LAPORAN OBSERVASI PELAKSANAAN KONSTRUKSI


PEKERJAAN BETON
Dosen Pembimbing :
MEDI EFENDI, ST,MMT

Oleh :
KHOLIFAH NIRA SEFIYANTI
NIM. 193133005
2 TKJJBA 2

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PRODI D-III TEKNOLOGI KONSTRUKSI JALAN JEMBATAN DAN
BANGUNAN AIR
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Bangunan Jalan ini diajukan sebagai bukti telah menyelesaikan
mata kuliah praktik bangunan jalan Program Studi D-III Teknologi Kontruksi Jalan
Jembatan dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang,
persetujuan ini diberikan kepada :

1. Judul Laporan : Laporan Observasi Pelaksanaan Konstruksi


Pekerjaan Beton
2. Dosen Pengampu : MEDI EFENDI, ST, MMT
3. Kelas : 2 TKJJBA 2
4. Nama : Kholifah Nira Sefiyanti
5. NIM : 1931330005
6. Program Studi : D-III Teknologi Kontruksi Jalan Jembatan

dan Bangunan Air

7. Jurusan : Teknik Sipil

Menyetujui, Penulis
Dosen pengampu

MEDI EFENDI, ST,MMT KHOLIFAH NIRA SEFIYANYI


NIP. 1964 0815198803 1 002 NIM.1931330005

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan
Observasi Konstruksi Pekerjaan Beton” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Praktikum Bangunan Jalan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Janis-jenis pekerjaan jalan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak MEDI EFENDI, ST, MMT
selaku Dosen praktikum Beton yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Malang, 15 April 2021

Kholifah Nira Sefiyanti

iii
DAFTAR ISI

BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 latar belakang............................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................1
1.3 Ruang Lingkup.........................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................................2
DASAR TEORI...........................................................................................................................2
BAB III........................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..........................................................................................................................8
JOBSHEET 1 : PEMBUATAN SENGKANG.........................................................................8
JOBSHEET 2 : PEMBUATAN KOLOM..............................................................................14
JOBSHEET 3 : PEKERJAAN BALOK................................................................................22
JOBSHEET 4 : PENULANGAN PONDASI........................................................................27
JOBSHEET 5 : PENULANGAN PELAT LANTAI..............................................................31
JOBSHEET 6 : PENGECORAN BETON............................................................................39
BAB 1V.....................................................................................................................................48
KESIMPULAN..........................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................49

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang

Beton sebagai bahan konstruksi atau struktur bangunan, sudah dikenal


bahkan digunakan sejak ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang lalu. Walaupun
istilah ”semen portland” baru dikenal pada abad 19, namun bangunan beton
sudah dikenal pada jaman Romawi. Menurut SNI 03 – 2847 – 2002, beton
adalah bahan yang didapat dengan mencampurkan semen portland atau semen
hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk masa padat. Bila bahan beton tersebut dituangkan ke
dalam acuan yang di dalamnya dipasang baja tulangan , maka akhirnya menjadi
beton bertulang yang telah mengeras.1

1.2 Tujuan

Dengan adanya praktek perkerasan jalan raya, diharapkan mahasiswa dapat :


1.2.1 Mengetahui langkah-langkah pekerjaan beton yang baik dan benar.
1.2.2 Memperoleh pengalaman secara langsung dalam mempelajari proses
pekerjaan beton.

1.3 Ruang Lingkup

Pelaksanaan pekerjaan beton dibagi menjadi empat bagian , keempat itu terdiri
dari:
1.3.1 Pekerjaan pondasi
1.3.2 Pekerjaan balok dan kolom
1.3.3 Pekerjaan plat lantai
1.3.4 Pekerjaan pengecoran

1
ITS.”Material Beton Dan Persyaratanya”.diakses di
http://share.its.ac.id/pluginfile.php/19655/mod_folder/content/0/MATERI%201%20BETON.pdf?forcedownload=1
pada tanggal 15 april 2021.pukul 7.31PM
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002). Seiring dengan penambahan
umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c)
pada usia 28 hari.2
2.2 Kekuatan Beton
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan
tekan adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas (Tri
Mulyono, 2004). Nilai kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian
kuat tekan terhadap benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang
dibebani dengan gaya tekan sampai mencapai beban maksimum. Beban
maksimum didapat dari pengujian dengan menggunakan alat compression
testing machine. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan
beton, yaitu :3
2.2.1 Faktor air semen (FAS) Faktor air semen (FAS) merupakan
perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah semen dalam
suatu campuran beton. Fungsi FAS, yaitu :
2.2.1.1 Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan
pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.
2.2.1.2 Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton
(workability) Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan
penurunan mutu kekuatan beton. Namun nilai FAS yang semakin
rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi.
Umumnya nilai FAS yang diberikan minimum 0,4 dan
maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2004).

2
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf .halaman
8.pada tanggal 15 april 2021.pukul 7.55PM
3
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf.
Halaman 8.pada tanggal 16 april 2021.pukul 11.08AM
2.2.2 Sifat agregat
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran
beton. Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperhatikan seperti,
serapan air, kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat,
modulus halus butir, kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan
agregat.
2.2.3 Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan
Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen yang
digunakan saat pembuatan mix design dan jenis semen yang
digunakan berdasarkan peruntukkan beton yang akan dibuat.
Penentuan jenis semen yang digunakan mengacu pada tempat
dimana struktur bangunan yang menggunakan material beton
tersebut dibuat, serta pada kebutuhan perencanaan apakah pada
saat proses pengecoran membutuhkan kekuatan awal yang tinggi
atau normal.
2.2.4 Bahan tambah
Bahan tambah (additive) ditambahkan pada saat pengadukan
dilaksanakan. Bahan tambah (additive) lebih banyak digunakan
untuk penyemenan (cementitious), jadi digunakan untuk
perbaikan kinerja. Menurut standar ASTM C 494/C494M – 05a,
jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu :
2.2.4.1 water reducing admixtures.
2.2.4.2 retarding admixtures.
2.2.4.3 accelerating admixtures.
2.2.4.4 water reducing and retarding admixtures e) water
reducing and accelerating admixtures.
2.2.4.5 water reducing and high range admixtures g) water
reducing, high range and retarding admixtures.
2.3 Agregat Beton
Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volume agregat
terhadap volume keseluruhan beton, karena itu agregat mempunyai peranan
yang penting dalam propertis suatu beton (Mindess et al., 2003). Agregat ini
harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi
sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, rapat, dan variasi dalam perilaku
(Nawy, 1998). Dua jenis agregat adalah :4
2.3.1 Agregat halus (pasir alami dan buatan)
Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang
diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil
pemecahan batu. Agregat halus adalah agregat dengan ukuran
butir lebih kecil dari 4,75 mm (ASTM C 125 – 06). Agregat yang
butir-butirnya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus,
sedangkan butir-butir yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt,
dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay (SK SNI T-15-
1991-03). Persyaratan mengenai proporsi agregat dengan gradasi
ideal yang direkomendasikan terdapat dalam standar ASTM C
33/ 03 “Standard Spesification for Concrete Aggregates”.

tabel 2.1 Gradasi Saringan Ideal Agregat Halus

2.3.2 Àgregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan dari blast
furnance)

4
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf.
Halaman 15.pada tanggal 16 april 2021.pukul 11.08AM
Menurut ASTM C 33 - 03 dan ASTM C 125 - 06, agregat kasar
adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 4,75 mm.
Ketentuan mengenai agregat kasar antara lain :
2.3.2.1 Harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak
berpori.
2.3.2.2 Butir – butir agregat kasar harus bersifat kekal,
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh – pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
2.3.2.3 Tidak boleh mengandung zat – zat yang dapat
merusak beton, seperti zat – zat yang relatif alkali.
2.3.2.4 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
Apabila kadar lumpur melampaui 1 %, maka agregat
kasar harus dicuci. Persyaratan mengenai proporsi gradasi
saringan untuk campuran beton berdasarkan standar yang
direkomendasikan ASTM C 33/ 03 “Standard
Spesification for Concrete Aggregates” (lihat Tabel 2.1).
Dan standar pengujian lainnya mengacu pada standar
yang direkomendasikan pada ASTM.

2.3.3 Semen (Portland cement)


Portland cement merupakan bahan pengikat utama untuk adukan
beton dan pasangan batu yang digunakan untuk menyatukan
bahan menjadi satu kesatuan yang kuat. Jenis atau tipe semen
yang digunakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kuat tekan beton, dalam hal ini perlu diketahui tipe semen yang
distandardisasi di Indonesia. Menurut ASTM C150, semen
Portland dibagi menjadi lima tipe, yaitu :
Tipe I : Ordinary Portland Cement (OPC), semen untuk
penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan khusus
(panas hidrasi, ketahanan terhadap sulfat, kekuatan awal).
Tipe II : Moderate Sulphate Cement, semen untuk beton yang
tahan terhadap sulfat sedang dan mempunyai panas hidrasi
sedang.
Tipe III : High Early Strength Cement, semen untuk beton
dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras)
Tipe IV : Low Heat of Hydration Cement, semen untuk beton
yang memerlukan panas hidrasi rendah, dengan kekuatan
awal rendah.
Tipe V : High Sulphate Resistance Cement, semen untuk
beton yang tahan terhadap kadar sulfat tinggi.
Selain semen Portland di atas,juga terdapat beberapa jenis semen
lain :
2.3.3.1 Blended Cement (Semen Campur)
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat
khusus yang tidak dimiliki oleh semen portland. Untuk
mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan material
lain sebagai pencampur. Jenis semen campur :
a) Portland Pozzolan Cement (PPC).
b) Portland Blast Furnace Slag Cement.
c) Semen Mosonry d) Portland Composite Cement (PCC).
2.3.3.2 Water Proofed Cement
Water proofed cement adalah campuran yang homogen
antara semen Portland dengan “Water proofing agent”,
dalam jumlah yang kecil.
2.3.3.3 White Cement (Semen Putih)
Semen putih dibuat untuk tujuan dekoratif, bukan untuk
tujuan konstruktif.
2.3.3.4 High Alumina Cement
High alumina cement dapat menghasilkan beton dengan
kecepatan pengerasan yang cepat dan tahan terhadap
serangan sulfat, asam akan tetapi tidak tahan terhadap
serangan alkali.
2.3.3.5 Semen Anti Bakteri
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara
semen Portland dengan “anti bacterial agent” seperti
germicide.
1.4 Air

Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur dan pengaduk
antara semen dan agregat. Pada umumnya air yang dapat diminum memenuhi
persyaratan sebagai air pencampur beton, air ini harus bebas dari padatan
tersuspensi ataupun padatan terlarut yang terlalu banyak, dan bebas dari material
organik (Mindess et al.,2003). Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai
dengan penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain:5
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual.
3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram /
liter. 4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15
gram / liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan
senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.
5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan
dievaluasi.

5
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf.
Halaman 18.pada tanggal 16 april 2021.pukul 11.08AM
BAB III
PEMBAHASAN

JOBSHEET 1 : PEMBUATAN SENGKANG


3.1 Material Pekerjaan Pembesian/Penulangan
Tulangan baja terdiri dari dua jenis yang umumnya digunakan
dilapangan, yaitu tulangan baja polos dan tulangan baja ulir / deform, yang
kebutuhannya disesuaikan dengan standar yang digunakan pada spesifikasi
teknis yang telah ditetapkan dibawah ini :

3.1.1 Baja Tulangan Polos

Baja tulangan polos berpenampang bundar, permukaan harus rata dan


tidak bersirip dan berikut ini adalah ukuran baja tulangan polos :

Diameter Luas penampang Berat nominal


No Penamaan nominal (d) nominal (A) per meter
Mm cm2 kg/m
1 P.6 6 0,2827 0,222
2 P.8 8 0,5027 0,395
3 P.10 10 0,7854 0,617
4 P.12 12 1,131 0,888
5 P.14 14 1,539 1,21
6 P.16 16 2,011 1,58
7 P.19 19 2,835 2,23
8 P.22 22 3,801 2,98
9 P.25 25 4,909 3,85
10 P.28 28 6,158 4,83
11 P.32 32 8,042 6,31
12 P.36 36 10,17 7,99
13 P.40 40 12,56 9,86
14 P.50 50 19,64 15,4
Tabel 3.1 Ukuran Baja Tulangan Polos

3.1.2 Baja Tulangan Ulir(deform)


Permukaan batang baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur.
Setiap batang diperkenankan rnempunyai sirip memanjang yang searah
dan sejajar dengan sumbu batang, serta sirip-sirip lain dengan arah
melintang sumbu batang.

Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus


terletak pada jarak yang teratur. Serta mempunyai bentuk dan ukuran
yang sama. Bila diperlukan tanda angka- angka atau huruf-huruf pada
permukaan baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi di
mana angka atau huruf dapat ditiadakan.

Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45°


terhadap sumbu batang, apabila membentuk sudut antara 45° sampai 70°,
arah sirip melintang pada satu sisi, atau kedua sisi dibuat berlawanan.
Bila sudutnya di atas 70° arah yang berlawanan tidak diperlukan. Berikut
ini adalah ukuran pada baja tulangan Ulir :

Dia-
Dia- Luas Jarak
meter Lebar
meter penam- sirip
dalam sirip Berat nominal
Pena- nomi pang melinta
mini membujur per meter
maan n al nominal ng
m al (maks)
(d) (A) (maks)
(do)
mm cm2 mm mm mm kg/m
S.6 6 0,2827 5,5 4,2 4,7 0,222
S.8 8 0,5027 7,3 5,6 6,3 0,395
S.10 10 0,7854 8,9 7,0 7,9 0,617
S.13 13 1,327 12,0 9,1 10,2 1,04
S.16 16 2,011 15,0 11,2 12,6 1,58
S.19 19 2,835 17,8 13,3 14,9 2,23
S.22 22 3,801 20,7 15,4 17,3 2,98
S.25 25 4,909 23,6 17,5 19,7 3,85
S.29 29 6,625 27,2 20,3 22,8 5,18
S.32 32 8,042 30,2 22,4 25,1 6,31
S.36 36 10,18 34,0 25,2 28,3 7,99
S.40 40 12,57 38,0 28,0 31,4 9,88
S.50 50 19,64 48,0 35,0 39,3 15,4
S 54 54 22,902 50,8 37,8 42,3 17,9
S.57 57 25,518 53,6 39,9 44,6 20,0
Tabel 3.2 Ukuran Baja Tulangan Ulir

3.2 Peralatan Pekerjaan Penulangan


3.2.1 Alat Manual dan Mesin
Ada alat-alat yang dikerjakan dengan tenaga orang atau manual, tetapi
ada juga yang dengan mesin :

NO GAMBAR NAMA ALAT/KEGUNAAN

Alat Pemotong Besi Yang Dikerjakan


1
Dengan Tangan

2 Gunting paralel

3 Mesin potong yang digunakan manual


4 Besi lengkung/besi lipat

5 Tang anyam dengan cara mengikat

6 Plat pembengkok

Kunci pembengkok dan tangkai


7
penyambung

3.2 K3 Dalam Pekerjaan Pembesian/Sengkang

Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan


pekerjaan pembesian/Sengkang :
 Tempatkan alat-alat kerja pada tempatnya.
 Berdoalah sebelum melakukan praktek.
 Pakailah pakaian praktek, helm praktek, sepatu pengaman dan sarung
tangan.
 Fungsikan peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
 Jangan bercanda gurau sewaktu praktek.
 Apabila pekerjaan ragu-ragu sebaiknya tanyakan pada instruktur.
3.3 Gambar Kerja
Gambar kerja Sengkang

Doc : gambar Sengkang dengan diameter 6 mm,luas penampang 0,2827 cm² dan berat
nominal 0,222 kg/m
Loc : jalan Mojomulyo no.24,Kec.Junrejo,Kota Batu,Jawa Timur(pembangunan
perumahan)

3.4 Peralatan Dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pembesian/Sengkang adalah :
1. Meteran
2. Penggaris
3. Pemotong besi
4. Siku-siku
5. Palu
6. Ragum
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan pembesian/Sengkang adalah :
1. Besi tulangan Ø 6 mm
3.5 Langkah Pengerjaan
Langkah-langkah dalam pekerjaan pembesian/Sengkang adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Menyiapkan begel yang hendak dipasang pada kolom.
3. Mengukur bagian yang akan dikerjakan.
4. Mengukur dan beri tanda untuk mengetahui jarak antar sengkang.
5. Memasang begel kedalam tulangan kolom.
6. Pasang begel sesuai dengan ukuran yang ditandai tadi.
7. Lakukan pembengkokkan dengan langkah demi langkah secara benar dan
hatihati.
8. Ikat ujung-ujung begel dengan menggunakan bendrat.
9. Gunakan catut untuk mengencangkan bendrat.
10. Periksa kembali agar tidak terjadi kesalahan.
11. Dalam pembengkokkan selalu cek kesikuan.
JOBSHEET 2 : PEMBUATAN KOLOM
3.1 Pendahuluan Pekerjaan Kolom
Struktur kolom adalah batang vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok (E.G Nawy.,1998). Kolom berfungsi meneruskan beban dari
elevasi atas ke elevasi bawahnya hingga sampai tanah melalui fondasi. Kolom
merupakan struktur tekan sehingga keruntuhan kolom tidak memberikan
peringatan awal yang cukup jelas. Oleh karena itu, dalam merencanakan kolom
perlu adanya perencanaan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
elemen beton bertulang lainnya.

Apabila beban yang bekerja pada kolom semakin besar, maka retak akan
terjadi diseluruh tinggi kolom pada daerah sengkang. Pada batas keruntuhan
biasanya ditandai dengan selimut beton yang lepas terlebih dahulu sebelum
baja tulangan kehilangan letakan. Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan,
kolom dibedakan menjadi :

- Kolom segi empat dengan tulangan memanjang dan sengkang.


- Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berbentuk
spiral.
- Kolom komposit yang terdiri dari beton dan baja profil didalamnya.

Gb 3.1 Bentuk Kolom (a) Kolom Bulat Tulangan


Spiral; (b) Kolom Segi Empat; (c) Kolom Komposit Bulat
Tulangan Spiral; (d) Kolom Komposit Segiempat.

3.2 Perakitan Tulangan


Perakitan tulangan untuk tulangan kolom, balok dan lain sebagainya
yang sudah dibengkokkan sesuai gambar rencana bisa dilakukan dengan tiga
cara, yaitu:
1. Perakitan dikerjakan dilokasi dekat pemotongan dan pembengkokkan
kemudian tulangan yang sudah terakit tersebut dibawa ketempat
pemasangan untuk langsung dipasang.
2. Perakitan dengan cara langsung merakit tulangan yang sudah
dibengkok dan dipotong tersebut ketempat pemasangannya.
Pemotongan dan perakitan dilakukan di pabrik, kemudian dibawah
ke tempat pemasangan.

3.2 Pemasangan Tulangan

Cara Pelaksanaan pemasangan tulangan agar diperhatikan hal-hal seperti


dibawah ini :

1. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit gilingan baja, karat lepas,
serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat baja dengan beton.
2. Pemasangan tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan
selama pengecoran beton tidak berubah dari tempatnya.
3. Agar benar-benar diperhatikan tebalnya selimut beton dan penempatan /
elevasi tulangannya. Oleh karena itu tulangan harus dipasang dengan ganjal
tulangan / beton dekking, kaki ayam atau spacer.
4. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang
pada tulangan bawah oleh batang - batang penunjang (biasa disebut kaki
ayam) atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh
blok-blok beton yang tinggi. Perlu diperhatikan pula ketepatan letak
tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang
berbatasan.

3.3 Toleransi Pada Pemasangan Tulangan

Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang


telah ditentukan dalam gambar – gambar rencana. Apabila tidak ditentukan lain
oleh perencana, maka pada pemasangan tulangan dapat dipakai toleransi sebagai
berikut :

1. Terhadap kedudukan diarah ukuran struktur yang terkecil, toleransi sebesar


2. ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk ukuran
lebih dari 60 cm.
3. Terhadap kedudukan bengkokkan diarah memanjang, toleransi sebesar
4. ± 50 mm dan untuk kedudukan bengkokkan akhir dari batang, toleransi
sebesar ± 25 mm dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup beton
diujung batang harus memenuhi yang di syaratkan.
5. Terhadap kedudukan batang-batang tulangan pelat dan dinding, toleransi
didalam bidang tulangan ± 50 mm.
6. Terhadap kedudukan dari sengkang – sengkang. Lilitan – lilitan spiral dan
ikatan – ikatan lainnya, toleransi sebesar ± 25 mm
7. Apabila ada pipa – pipa atau benda-benda lain yang direncanakan menembus
beton atau ditanam dibeton, maka tulangan tidak boleh dipotong dan tidak
boleh digeser tempatnya lebih jauh dari toleransi –toleransi yang ditetapkan
butir 1 s/d 4 diatas

3.4 Pengikatan Baja Beton

Beberapa bentuk dan cara pengikatan anyaman baja beton antara lain :

1. Silang, cocok untuk menghubungkan batang-batang bersilangan pada plat


lantai dll.
2. Lingkar dan silang, sama dengan A, tetapi untuk diameter yang lebih besar.
3. Sadel / pelana, digunakan untuk menghubungkan sengkang – sengkang
dengan tulangan sudut pada balok atau kolom.
4. Lingkar dan sadel. Sama dengan D, tetapi untuk diameter tulangan yang
lebih besar.
5. Silang ganda untuk ikatan extra kuat.
Gb 3.2 Pengkiatan Baja Beton
Gb 3.3 pengikatan baja beton

3.5 Praktik Pembuatan Kolom

3.5.1 Gambar kerja

Keterangan Gambar : Keterangan gambar :


1. Gambar Kerja 1 (kolom struktur) 1. Gambar kerja 2 (kolom praktis)
a = 350 cm a = 350 cm
b = 30 cm b = 15 cm
c = 10 cm c = 10 cm
3.5.2 Perhitungan Kebutuhan Sengkang (kolom struktur)
1. Tinggi kolom = 300 cm
2. jarak tulangan Sengkang = 10 cm
300
3. jumlah tulangan Sengkang = =30 buah
10
4. Panjang bukaan begel/Sengkang = 2.5 + 15 + 30 + 15 + 30 + 2.5
= 95 cm / 0.95 m
5. Panjang total besi begel/Sengkang = 30 x 0.95
= 28.5 m
30 x 0.95
6. Kebutuhan Sengkang = =2.375 dibulatkan menjadi 3lonjor
12

3.5.3 perhitungan kebutuhan Sengkang (kolom praktis)


1. Tinggi kolom = 300 cm
2. jarak tulangan Sengkang = 10 cm
300
3. jumlah tulangan Sengkang = =30 buah
10
4. Panjang bukaan begel/Sengkang = 2.5 + 15 + 15 + 15 + 15 + 2.5
= 65 cm / 0.65 m
5. Panjang total besi begel/Sengkang = 30 x 0.65
= 19.5 m
30 x 0.65
6. Kebutuhan besi Sengkang = =1.625 dibulatkan menjadi 2lonjor
12

3.5.4 perhitungan kolom struktur


1. Tinggi kolom = 300 cm
2. Panjang bukaan besi kolom = 300 + 2.5 + 2.5 x (4)
= 1220 cm / 12.2 m
12.2
3. Kebutuhan besi untuk 1 kolom = =1.016 dibulatkan menjadi 2 lonjor
12

Gb 3.4 gambar kolom


Doc : gambar kolom dengan panjang 3 m
Loc : jalan Mojomulyo no.24,Kec.Junrejo,Kota Batu,Jawa Timur(pembangunan
perumahan)
3.6 K3 Dalam Pekerjaan Kolom

Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan


pekerjaan kolom :
 Tempatkan alat-alat kerja pada tempatnya.
 Berdoalah sebelum melakukan praktek.
 Pakailah pakaian praktek, helm praktek, sepatu pengaman dan sarung
tangan.
 Fungsikan peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
 Jangan bercanda gurau sewaktu praktek.
 Apabila pekerjaan ragu-ragu sebaiknya tanyakan pada instruktur.
1.5 Peralatan Dan Bahan

Peralatan yang digunakan saat melakukan pekerjaan kolom adalah :


1. Pemotong besi
2. Bending 6 dan 10
3. Gunting bendrat
4. Tang/kakatua

5. Penyangga tulangan
Bahan yang digunakan saat melakukan pekerjaan kolom adalah :
1. Besi diameter 6 mm
2. Kawat bendrat

3.8 Langkah Pengerjaan


Berikut merupakan metode pelaksanaan pekerjaan kolom :
1. Menyiapkan Papan Bekisting, Besi Beton, dan Job Mix Design dan Job Mix
Formula untuk pekerjaan kolom beton.

2. Menyiapkan sepatu kolom yang ditarik garis lurusnya dari sloof. Fungsinya
agar bekisting tepat berada pada titik koordinatnya sesuai dengan gambar
perencanaan. Sepatu kolom biasanya menggunakan besi stek yang dibor pada
lantai. 

3. Melakukan perakitan besi tulangan sesuai dengan desain yang telah


ditentukan.

4. Memasang bekisting kolom. Jangan lupa beton decking atau tahu beton
penyangga besi tulangan. Tujuan beton decking ini untuk menjaga jarak
selimut beton agar tidak berubah selama proses pengecoran.
5. Memasang sabuk sloof pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran
sloof yang digunakan relative sesuai dengan Soft Drawing. Untuk mengunci
balok tersebut harus menggunakan tie rod.

6. Memasang pipa support Untuk menjaga vertikaliti dari kolom terhadap sloof
dan balok.Untuk mendapatkan kolom struktur yang sempurna, bekisting tidak
boleh miring ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan
pipa support dinilai sangat penting. 

7. Setelah kompenen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan
mendapatkan persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton
sesuai dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata harus
dibantu dengan menggunakan alat concreate vibrator.
JOBSHEET 3 : PEKERJAAN BALOK
3.1 Pekerjaan Balok
Penganyaman tulangan balok dapat dilakukan secara bermacam-macam
pandang dari segi sangkar-tulangan yang saling bersilangan, seringkali
dibutuhkan penganyaman tulangan balok pada lokasi pekerjaan. Penganyaman
tulangan balok di dalam bekisting umumnya dikerjakan sebagai berikut.
Sengkang diletakkan tegak pada ujung balok di dalam bekisting. Letakkan
batang- batang di atas tiga blok beton kecil yang terletak di atas papan
bekisting bagian bawah. Tandai dengan kapur tulis jarak-jarak sengkang pada
sebuah batang sudut bawah dan bagikan sengkang- sengkang dari ujung ke
pertengahan. Sengkang tengah ditumpukan di atas kelos peletakkan. Sengkang
tengah diikat dengan batang sudut bawah secara ikatan sadel. Selanjutnya,
hubungkan bagian batang di sudut atas dan ikat sekerasnya secara ikatan
sadel. Lakukan untuk sengkang-sengkang yang bersebelahan sesuai dengan
yang lalu.

Kemudian batang-batang yang lain dipasang, batang-batang di sudut


diikat secara ikatan sadel dengan setiap sengkang sedangkan batang-batang
yang lain (tak di sudut) diikat secara ikatan silang dengan jarak :

a. Untuk batang bawah dan sisi 40 a 50 kali diameter batang;


b. Untuk batang atas 30 a 40 kali diameter batang.
Penganyaman tulangan balok di atas bekisting sesuai dengan cara yang
telah dibahas.

Banyak pekerjaan bangunan besar dan kecil akan menggunakan pra


pabrikasi sangkar- tulangan, bila penulangan memenuhi. Dalam hal ini akan
didirikan beberapa cagak penopang di lokasi pemotongan dan pembengkokan ,
kemudian diletakkan seluruh batang-batang menerus. Setelah menandai
pembagian sengkang-sengkang pada salah satu batang bagian sudut, sengkang-
sengkang dilingkarkan pada batang- batang. Dua batang atas bagian sudut (lebih
baik menerus) diikat keras dengan semua sengkang-sengkang secara ikatan
sadel. Setelah batang- batang diikat dengan sengkang, batang-batang sudut
disambung dengan setiap sengkang secara ikatan sadel dan batang lain dengan
pengikatan tunggal, selanjutnya batang-batang yang tidak menerus dan batang-
batang yang dibengkokkan, dimasukkan dari ujung akhir sangkar kemudian
diikat keras. Jika mungkin sambungan tulangan peletakkan dapat bersama-sama

digantungkan pada sangkar.

Gb 3.1 penganyaman tulangan sangkar balok dan kolom pada lokasi


pembengkokan

Bila sangkar tulangan telah diletakkan dalam bekisting, maka tulangan


sambungan ini biasanya dapat dipasang dengan mudah dan definitif. Guna
menghindari perpindahan (menggeser) sangkar tulangan, sering dipasang
beberapa tulangan bantu (penyokong pengangkutan). Sangkar tulangan
sementara ini disimpan dahulu sampai bekisting hampir selesai.

1. Agar penutup beton dapat dipertanggungjawabkan maka diberi penahan


jarak. Persyaratan umum untuk jumlah penahan jarak, paling sedikit harus :
2. Dua buah per m2 bekisting atau lantai kerja.
3. Satu buah per meter lajur pada setiap bidang balok atau kolom. Penahan
jarak tidak boleh dipasang :
4. Pada jarak yang kurang dari 500 mm di batang yang sama,
5. Dengan jarak dari penahan jarak di batang yang terdekat kurang dari 300
mm.

3.2 Memasang Tulangan Balok ditempat

Umumnya bila tulangan balok itu besar dan banyak di tempat, yaitu
dimana balok akan dipasang/ diletakkan. Cara ini juga dengan menggunakan
gawang sebagai cara di atas, hanya gawang dapat dipindah-pindah.

Jadi cara perangkaian sama, hanya tempatnya berbeda, agar tidak


perlu mengankut rangkaian. Hanya saja cara ini tidak dapat menyiapkan
rangkaian lebih dulu. Jadi besi- besi masih dalam keadaan terlepas.

3.3 Gambar Kerja

Doc : layout rencana


Loc : jalan Mojomulyo no.24,Kec.Junrejo,Kota Batu,Jawa Timur(pembangunan
perumahan)
3.3.1 Perhitungan Kebutuhan Sengkang pada balok
1. Panjang balok = 633 cm (185-15+150-15+236-15 = 526 sesudah
dikurangi lebar kolom)
2. jarak tulangan Sengkang = 10 cm
526
3. jumlah tulangan Sengkang = =52.6 buah dibulatkan menjadi 53 buah
10
4. Panjang bukaan begel/Sengkang = 2.5 + 15 + 15 + 15 + 15 + 2.5
= 65 cm / 0.65 m
5. Panjang total besi begel/Sengkang = 53 x 0.95
= 50.35 m
6. Kebutuhan Sengkang =
53 x 0.65
=2.877 dibulatkan menjadi 3 lonjor (1balok )
12

3.3.2 perhitungan kolom struktur

1. panjang balok = 633 cm


2. Panjang bukaan besi kolom = 633 + 2.5 + 2.5 x (4)
= 2552cm / 25.52 m
25.52
4. Kebutuhan besi untuk 1 kolom = =2.126 dibulatkan menjadi3 lonjor
12

3.4 K3 Dalam Pekerjaan Balok


Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
pekerjaan balok :
 Tempatkan alat-alat kerja pada tempatnya.
 Berdoalah sebelum melakukan praktek.
 Pakailah pakaian praktek, helm praktek, sepatu pengaman dan sarung
tangan.
 Fungsikan peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
 Jangan bercanda gurau sewaktu praktek.
 Apabila pekerjaan ragu-ragu sebaiknya tanyakan pada instruktur.
3.5 Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan balok adalah :
1. Pemotong besi
2. Bending diameter 6mm dan 10mm
3. Gunting bendrat
4. Tang/kakatua
5. Penyangga tulangan
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan balok adalah :
1. Besi diameter 6mm
2. Kawat bendrat
3.6 Langkah Pengerjaan
Berikut adalah langkah pengerjaan balok :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan sengkang sesuai dengan job sheet 1
3. Buat catatan, besarnya faktor koreksi untuk masing-masing bentuk tulangan.
4. Memotong kawat bendrat sesuai pengikat.
5. Merangkai bagian – bagian yang telah dibentuk sesuai sket tulangan dan
mengikatnya dengan menggunakan kawat bendrat. Untuk memudahkan
pengerjaan gunakan usuk yang diletakkan di bawah rangkaian.
6. Pada saat pengikatan, usahakan ujung tulangan utama rata
7. Mengencangkan ikatan kawat bendrat dengan menggunakan kakaktua
JOBSHEET 4 : PENULANGAN PONDASI
3.1 pengertian pondasi

Pondasi ialah bagian dari satu system rekayasa yang meneruskan beban
yang di topang oleh pondasi dan beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan
yang terletak dibawahnya. Tegangan-tegangan tanah yang dihasilkan kecuali
pada permukaan tanah merupakan tambahan kepada beban-beban yang sudah
ada dalam masa tanah dari bobot sendiri bahan dan sejarah geologisnya. Struktur
atas merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menjelaskan bagian-bagian dari
system rekayasa yang membawa beban kepada pondasi atau struktur
dibawahnya. Istilah struktur atas mempunyai arti khusus untuk
bangunanbangunan dan jembatan-jembatan, akan tetapi, pondasi tersebut dapat
juga hanya menopang mesin-mesin, mendukung peralatan industrial (pipa,
manara, tangka), bertindak sebagai alas atau papan iklan dan sejenisnya. Karena
sebab inilah maka lebih baik menggambarkan pondasi sebagai bagian dari satu
system rekayasa pendukung beban yang mempunyai bidang antara (interfacing)
terhadap tanah

Gb 3.1 (a)pondasi memanjang,(b)pondasi telapak,(c)pondasi rakit,(d)pondasi


sumuruan,(e)pondasi tiang
3.2 Gambar Kerja

Doc : pondasi footplat untuk 2 lantai,cor pondasi,galian pondasi footplat 2m


Loc : jalan Mojomulyo no.24,Kec.Junrejo,Kota Batu,Jawa Timur(pembangunan
perumahan)
Gb 3.2 foto pondasi footplat

Gb 3.2 gambar rencana pondasi footplat

3.2.1 perhitungan kebutuhan besi pondasi footplat

1. Panjang bukaan besi = 2.5+100+25+35+25+35+25+2.5 = 250 cm/2.5m

2. Panjang total = 2.5 m x 1 buah pond = 2.5

3. berat pembesian tulangan = 2.5 x 61.65(koef berat besi) x 0.16(diameter)


= 24.66 kg

24.66
4. kebutuhan besi = =2.5 dibulatkan menjadi 3 lonjor
1 x 61.65 x 0.16

3.3 K3 Daalam Pekerjaan Pondasi

Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan


pekerjaan balok :
 Tempatkan alat-alat kerja pada tempatnya.
 Berdoalah sebelum melakukan praktek.
 Pakailah pakaian praktek, helm praktek, sepatu pengaman dan sarung
tangan.
 Fungsikan peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
 Jangan bercanda gurau sewaktu praktek.
 Apabila pekerjaan ragu-ragu sebaiknya tanyakan pada instruktur.
3.4 Alat Dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan pondasi adalah :

1. Pemotong besi
2. Bending diameter 6 dan diameter 8
3. Gunting bendrat
4. Tang/kakatua

Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan pondasi adalah :

1. Besi diameter 6mm dan 10mm


2. Kawat bendrat
3.5 Langkah Pengerjaan

Memotong besi dengan ketentuan sebagai berikut :


a) Diameter 8 sepanjang 7 cm sebanyak 3 buah (untuk mal)
b) Diameter 6,dan 8 sebanyak @4 buah (kait tegak & kait miring) ukuran sesuai
tabel
c) Diameter 6 sepanjang 40,8 cm sebanyak 5 buah (sengkang ukuran 9 x 9)
d) Diameter 6 sepanjang 76 cm sepanjang 1 buah (sengkang ukuran 15 x 20)
e) Diameter 6 sepanjang 72 cm sepanjang 1 buah (sengkang ukuran 15 x 20)
f) Memasang besi Diameter 8 pada balok kayu sebagai mal dalam
pembuatan kait dan sengkang.
g) Buat mal sebanyak 2 buah yaitu untuk membengkokkan besi Diameter 6 dan
8.
h) Membengkokkan besi yang sudah dipotong sesuai ukuran dan
ketentuan dengan menggunakan bending pada balok kayu (mal)
JOBSHEET 5 : PENULANGAN PELAT LANTAI
3.1 Penulangan Pelat Lantai

Pada tulangan lantai, awal mulanya penganyam akan melakukan


pengukuran. Jarak sumbu ke sumbu tulangan ditandai pada bekisting dengan
menggunakan kapur tulis. Setelah tulangan lapis pertama dipasang, tulangan
lapis kedua dapat dipasang pula. Kemudian lapisan tulangan pertama dan kedua
dipasang berurutan (gambar 3.1), selanjutnya seluruh persilangan tulangan atau
sebagiannya diikat secara ikatan silang.

Gb 3.1 penganyam tulangan lantai

Jumlah pengikatan tergantung dari diameter tulangan dan lebar jaring


tulangan.Untuk tulangan bawah berlaku :

1. Seluruh persilangan pada ujung-ujung; untuk persilangan yang lain, tiap


jarak sumbu ke sumbu 50 kali diameter batang, tetapi paling sedikit satu
pada tiap selang persilangan.

Suport tradisional dapat dibuat dari BjTp 24 pada lokasi pekerjaan dan
tergantung dari ketebalan lantai, di samping itu besar garis tengah suport adalah
sebagai berikut :
Gb 3.2 suport tradisional

Gb 3.3 suport gelagar

Gb 3.4 suport rak/garis


Jumlah dari suport (n) per m2 bawah , besarnya ter gantung daripada garis tengah batang-
dari jaring atas фk :
Suport gelegar digunakan sebagai pengganti suport tradisional dengan
batang tulangan bantu.Suport gelagar ini dipabrikasikan. Dengan cara sengkang
sisi tidak disamakan, maka ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk tiga macam
ketebalan lantai.

Jarak sumbu ke sumbu (l dalam m) dari suport gelegar besarnya


bergantung pada garis tengah фk batang bawah dari jaring atas.

Suport rak atau garis digunakan untuk lantai-lantai yang lebih tebal dari
400 mm, tergantung dari ketinggiannya suport ini dibuat dari baja beton atau
baja profil.

Suport tradisional dipasang pada lapisan teratas dari jaring bawah. Pada
sederetan suport ini dihubungkan dengan batang jaring atas dari bagian lapis
bawah dan batang ini diikat keras dengan suport secara ikatan silang. Batang-
batang bawah lainnya dibagikan di antara deretan suport. Setelah menelusuri
tulangan lapisan kedua dari bagian tulangan atas, tulangan lapisan pertama yang
terletak di atas jaring bawah ditarik dan dipasang di bawah lapisan kedua.

Pekerjaan penarikan jaring-jaring dari bagian jaring atas untuk lantai


yang tebal dengan tulangan yang berat itu amat melelahkan. Agar pekerjaan ini
dapat dihindari maka diberi sebuah batang tulangan bantu melalui suport dan
letaknya tegak lurus terhadap lapisan terbawah dari bagian jaring atas.
Selanjutnya dipasang lapisan pertama dengan arah tegak terhadap lapisan teratas
dan diikat keras secara ikatan silang.

Batang-batang bagian jaring atas di seluruh persilangan harus saling


diikat satu sama lain. Bila batang-batang bagian jaring atas ditumpu oleh suport
gelegar yang letaknya tegak lurus terhadap batang bawah bagian jaring atas, ini
boleh menyimpang. Pada batang-batang dipersilangan yang lain paling sedikit
harus diikat berselang satu sama lain.

Setelah tulangan lantai selesai dikerjakan, dipasang penahan jarak


yang dibutuhkan untuk penutup beton. Penahan jarak disarankan memakai blok
kecil beton. Jumlah penahan jarak minimal dua per m2 bekisting atau lantai
kerja. Bila diameter.

tulangan utama ≤ ф 10 maka dianjurkan memakai penahan jarak yang


lebih banyak, misalkan :

ф 8 – ф 10 : 3 per m2 luas lantai

< ф 8 : 4 per m2 luas lantai.

Untuk bidang-bidang samping harus pula diusahakan penutup beton


memenuhi persyaratan, dengan memasang penahan jarak yang cukup minimal
satu (penahan jarak) per m lajur bekisting.

Gb 3.6 kelos dengan kawat pengikat

Kita akan bicarakan dua macam pelat, yaitu :

1. Pelat tipe 1, misal pelat lantai dasar (bilamana memerlukan pembesian),


yakni pelat yang terletak di atas tanah dasar.
2. Pelat tipe 2, misal pelat lantai tingkat
Untuk pembesian lantai dasar, pada umumnya dipasang tulangan rangkap,
yakni menggunakan anyaman tulang atas dan bawah dengan ukuran diameter
yang sama besar.

Pada beberapa negara, cara ini juga dipakai untuk pelat lantai tingkat dan
pelat atap. Cara memasangnya :

1. Pasang dulu pembesian bagian bawah, perhatikan tanda-tanda pembesian


mana lapis bawah dan mana lapis keduanya. Biasanya arah pendek yang
paling bawah.
2. Ikatlah dengan kawat beton, persilangan-persilangan dua batang besi,
berseling- seling, tidak semua silangan, asal dirasa cukup kuat dalam arti,
silangan tidak bergerak hingga jarak besi tetap.
3. Perhatikan jarak pembesiannya, mulailah dari tanda-tanda jarak yang
ditentukan.
4. Pasang besi kaki ayam pada jalur yang telah ditentukan agar jarak dan letak
besi atas dalam kedudukan yang benar. Kaki ayam agar dipasang pada
persilangan pembesian.
5. Pasang besi atas pada arah pendek di atas kaki ayam, setelah itu letakkan
besi arah
6. pendek antar dua kaki ayam menurut jumlah yang telah ditentukan.
7. Setelah itu, pasang besi arah panjang sebagai lapis terakhir dari pelat itu.
8. Periksa kedudukan-kedudukan besi, jaraknya, jumlahnya dan sebagainya.
9. Pasang ganjal beton/ batu tahu untuk menjaga jarak pembesian paling bawah
dan kayu acuan (bekisting).

Mengenai pemasangan pembesian untuk lantai tingkat :

1. Pada dasarnya sama dengan lantai dasar, hanya pada pembesian lantai pelat
(tingkat) banyak / berjenis-jenis bentuknya. Pada bagian tengah, pembesian
bagian atas pada umumnya kosong pada arah panjang maupun pendek
2. Ada empat jenis bentuk besi menurut kebutuhan, yaitu :
I = Bentuk berbengkok, simetri ditengah
II = Bentuk lurus panjang dengan kait di ujungnya
III = Bentuk lurus pendek, buat pinggir
IV = Bentuk lurus, dipasang untuk menahan kerut bila bentang plat panjang
6–7 m’
Cara memasang :

1. Besi bawah sama dengan pelat dasar, karena bentuknya ranjangan, hanya
saja pemasangan berseling satu.
2. Perhatikan batas-batas pemasangan pada jenis bentuknya yaitu dengan tanda
arah panah berujung dua.
3. Pemasangan kaki ayam hanya pada bagian-bagian tertentu, pinggir-pinggir,
sebab bagian tengah tidak ada besi atas. Bahkan pada pembesian yang besar
tidak dipasangi kaki ayam.
4. Besi berbengkok dipasang setelah pembesian bawah selesai, termasuk
silangan pengisi jarak yang kosong. Besi berbengkok dipasang pada seling-
selingnya.
5. Besi lurus dipasang di antara 2 (dua) besi berbengkok
6. Pasang ganjal beton/ batu tahu sesuai kebutuhan (jarak 60 70 cm).

3.2 Gambar Kerja


3.3 Alat Dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan pelat lantai :

1. Pemotong besi.
2. Bending Ø 8 dan Ø 10.
3. Gunting bendrat.
4. Tang/kakaktua.
5. Usuk.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan pelat lantai :
1. Besi diameter 8
2. Besi diameter 6
3. Kawat bendrat
4. Usuk

3.5 K3 Pekerjaan Pelat Lantai

Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan


pekerjaan balok :
 Tempatkan alat-alat kerja pada tempatnya.
 Berdoalah sebelum melakukan praktek.
 Pakailah pakaian praktek, helm praktek, sepatu pengaman dan sarung
tangan.
 Fungsikan peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
 Jangan bercanda gurau sewaktu praktek.
 Apabila pekerjaan ragu-ragu sebaiknya tanyakan pada instruktur.
3.6 langkah pengerjaan
Berikut merupakan langkah-langkah pengerjaan :
1. Memotong besi dengan ketentuan sebagai berikut:
- Ø 6 sepanjang 296 cm sebanyak 32 buah
- Ø 8 sepanjang 301 cm sebanyak 20 buah
- Ø 10 sepanjang 86 cm sebanyak 20 buah
2. Membengkokkan besi sesuai dengan ukuran masing-masing ( Lihat
gambar potongan tulangan )
3. Buat catatan, besarnya factor koreksi untuk masing-masing bentuk tulangan.
4. Memotong kawat bendrat sebagai pengikat.
5. Merangkaikan besi – besi yang telah dibentuk sesuai sket tulangan
dan mengikatnya dengan menggunakan kawat bendrat ( Lihat
daftar gambar ). Untuk memudahkan pengerjaan digunakan usuk
yang diletakkan di bawah rangkaian. Perhatikan posisi tulangan
yang diatas dan yang dibawah.
6. Mengencangkan ikatan kawat bendrat dengan menggunakan kakaktua.
7. Jika semua bagian tulangan sudah terpasang, selanjutnya
pemasangan tulangan penyangga di keempat sisinya atau minimal 4
( empat ) buah per m2 plat lantai.
8. Kontrol semua susunan tulangan, apakah sudah sesuai dengan
gambar rencana / belum.
JOBSHEET 6 : PENGECORAN BETON
3.1 Pelaksanaan Pengerjaan Pegecoran
Peralatan harus diatur sedemikian rupa hingga beton dapat dicurahkan
secara vertikal dengan tidak terhalang ke titik tujuan pengecoran atau ke dalam
wadah penerimanya. Aliran beton tidak boleh terpisahkan dengan membiarkan
beton jatuh bebas di atas rods, pengatur jarak, baja tulangan atau barang-barang
yang ditanamkan. Jika bekisting cukup terbuka dan bebas tanpa penghalang
sedemikian sehingga beton tidak terganggu pada tumpahan vertikal ke dalam
bekisting, pada umumnya diinginkan penuangan adukan beton tanpa
menggunakan corong tuang, trunks atau talang. Beton harus disimpan pada atau
sedekat mungkin dengan tempatakhir lokasi pengecoran, sebab beton
mempunyai kecenderungan terjadinya segregrasi bila adukan beton tersebut
mengalir secara horisontal dalam bekisting.

Jika diinginkan pengecoran beton monolitis dari balok yang tinggi, dinding,
atau kolom dengan suatu pelat atau soffit di atasnya, maka penundaan
pengecoran harus dijadualkan untuk membiarkan pemadatan terjadi pada balok
tinggi sebelum pelat atau soffit dicorkan. Lamanya penundaan tergantung pada
temperatur dan karakteristik pengikatan dari beton yang digunakan (pada
umumnya sekitar 1 jam), pengecoran harus segera dilakukan kembali agar
perekatan antara lapisan beton yang baru dengan lapisan beton sebelumnya
dapat terjadi dengan penggetaran.

3.2 Peralatan Pengecoran

Pada saat memilih peralatan pengecoran harus dipertimbangkan kemampuan


peralatan untuk pengecoran beton pada lokasi yang tepat secara ekonomis dan
tanpa mengubah mutunya.Pemilihan peralatan dipengaruhi oleh metoda
produksi beton. Jenis tertentu peralatan seperti buket, corong tuang,
kereta/gerbong dorong, dan lain lain cocok untuk produksi secara siklus
campuran (batch) sedangkan peralatan lainnya seperti ban berjalan dan pompa,
lebih cocok untuk produksi menerus.
3.2.1 Buket Dan Corong Tuang

Penggunaan buket beton yang dirancang dengan bukaan dibagian


bawahnya, baik untuk pengecoran beton dengan slump rendah yang
masih mungkin untuk dipadatkan menggunakan getaran. Buket harus
bersih dengan sendirinya saat beton dikeluarkan dan beton harus
mengalir keluar saat pintu pengeluaran dibuka. Pintu pengeluaran harus
mempunyai bukaan bersih sedikitnya sama dengan lima kali ukuran
agregrat maksimum yang digunakan. Sisi yang landau harus mempunyai
kemiringan sedikitnya 60 derajat terhadap horisontal.

Pengendalian buket dan pintu bukaan harus dilakukan sedemikian


rupa hingga menjamin aliran beton yang mantap dapat dituang terhadap
beton yang di cor sebelumnya. Tertahannya adukan beton dengan
pengeluaran beton dari buket yang terlalu dekat dengan permukaan buket
pengangkat beton yang bergerak, pada umumnya adalah penyebab
terjadinya segregrasi.

Untuk mencegah pencemaran, beton yang tertumpah keluar tidak


boleh dimasukkan kembali ke dalam buket atau corong penuang untuk
digunakan kembali, dan beton yang baru selesai dicor harus dilindungi
dengan jalan tidak mengayunkan buket beton secara langsung di atas
permukaan beton tersebut. Untuk mempercepat jadwal pengecoran,
direkomendasikan menggunakan dua buket atau lebih untuk setiap alat
pengangkat (crane).

3.2.2 Troli Manual atau Troli Motor

Troli harus berjalan dan dapat bergerak bebas lancar diatas


landasan yang kaku dan kuat yang terpasang dengan baik di atas baja
tulangan. Beton yang dibawa menggunakan troli cenderung mengalami
segregrasi selama troli tersebut bergerak dan mengganjalnya dengan
papan adalah lebih baik dari pada mengecornya tumpang tindih untuk
memelihara permukaan tetap halus dan mencegah terjadinya pemisahan
material beton selama pemindahan beton.
Jarak pengiriman horisontal maksimum yang direkomendasikan
untuk memindahkan beton dengan menggunakan troli manual adalah 60
m dan untuk troli motor 300 m. Kapasitas troli manual pada umumnya
adalah 0.2 m per jam. Kapasitas troli motor 0.3 m³ dengan kapasitas
pengecoran rata-rata 2 m³ sampai 4 m³ dengan kapasitas pengecoran
berada pada rentang antara 11 m³ per jam tergantung pada jarak tempuh.

3.2.3 Talang Penyalur (Chutes) dan Talang Tegak (Drop Chutes)

Talang penyalur sering digunakan untuk memindahkan beton dari


tempat dengan elevasi yang lebih tinggi ke tempat dengan elevasi yang
lebih rendah. Talang penyalur harus memiliki sudutsudut lengkung
terbuat dari metal atau berlapiskan metal, dan harus mempunyai
kapasitas yang cukup untuk menghindari pelimpahan adukan keluar
(overflow).

Kemiringan talang penyalur harus cukup curam dan konstan agar


beton dengan slump yang ditentukan dapat mengalir secara terus-
menerus sepanjang talang tanpa terjadi segregrasi.

Aliran beton pada ujung talang penyalur harus dikendalikan untuk


mencegah terjadinya segregrasi.

Talang tegak adalah pipa bulat yang digunakan untuk


memindahkan beton secara vertikal dari tempat dengan elevasi yang
lebih tinggi ke tempat dengan elevasi yang lebih rendah. Bagian atas pipa
talang tegak (2 m sampai 3 m) harus mempunyai garis tengah sedikitnya
delapan kali ukuran agregat maksimum, tetapi di bagian bawahnya dapat
sekitar enam kali ukuran agregat maksimum. Pipa harus tegak, pasti, dan
diposisikan sedemikian hingga beton akan jatuh keluar secara tegak
lurus.

Talang tegak dari karet atau plastik atau tremies dapat digunakan
dan dapat dipendekkan dengan jalan memotongnya untuk menambah
kecepatan pengecoran. Penggunaan talang tegak dari plastik harus
dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan talang tersebut tidak
melipat atau kusut.

3.2.4 Peralatan Lapis Perkerasan (Paving Equipment)

Penggunaan mixer besar, mesin penyebar beton dengan kapasitas


tinggi dan alat pengeras jalan pra cetak (slipform) memungkinkan untuk
melakukan pengecoran dengan cepat pada perkerasan dengan volume
besar. Seluruh prinsip pengendalian mutu juga diperlukan untuk
keberhasilan perkerasan jalan seperti untuk bentuk lainnya dalam
pengecoran beton. Akibat dari kecepatan pengecoran, pemeriksaan rutin
harus dilakukan lebih sering sedemikian hingga deteksi penyimpangan
kualitas dapat dikoreksi dengan cepat. Beberapa permasalahan yang
sering mempengaruhi mutu beton yang diinginkan pada pekerjaan
perkerasan jalan juga umum berlaku pada tipe pekerjaan beton lainnya;
yaitu: keseragaman campuran dari setiap siklus adukan, variasi dari
slump dan kadar udara, serta distribusi mortar yang tidak merata dalam
agregat selama pengecoran beton.

Pengecoran beton dengan mengunakan peralatan pekerjaan


perkerasan jalan dicakup dalam ACI 316.

3.2.5 Pembuatan Lapis Perkerasan Jalan Pra Cetak(Slip Forming)

Dengan metoda ini, beton dicor pada cetakan yang sudah disiapkan
yang digeser pada titik pengecoran yang lalu pada saat beton telah
memperoleh kekakuan dan stabilitas dimensional untuk mempertahankan
bentuk disainnya.

Untuk penyesuaian dengan perubahan suhu lingkungan, diperlukan


kontrol terhadap konsistensi beton dengan pengaturan proporsi
campuran.

3.2.6 Pemadatan (Konsolidasi)


Getaran internal adalah metoda yang paling efektif untuk
pemadatan beton plastis untuk kebanyakan pekerjaan beton. Efektivitas
alat penggetar internal tergantung pada diameter kepala, frekwensi dan
amplitudo. Rekomendasi yang terperinci untuk peralatan dan prosedur
untuk konsolidasi dibahas dalam ACI 309.

Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan beton


secara lateral. Penggetar harus dimasukkan dan ditarik dalam arah
vertikal pada interval yang rapat, menggunakan pola penggetaran yang
sistematis untuk memastikan bahwa semua beton telah cukup padat.

Selama alat penggetar beroperasi, alat tersebut akan terbenam ke


dalam beton oleh beratnya sendiri, dapat dilakukan penggetaran ulang
untuk menambah kekuatan tekan dan rekatnya.

Pada kesulitan yang tidak biasa dan pengecoran yang terhalang,


diperlukan tambahan getaran pada bekistingnya. Pada keadaan ini harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari penggetaran yang
berlebihan yang akan menyebabkan terjadinya lapisan pasta yang lemah
pada permukaannya.

Lubang-lubang rongga udara (voids) pada permukaan vertikal yang


tidak disukai, dapat dikurangi dengan memberikan getaran tambahan.
Namun demikian, getaran tambahan, penggalian (spading) atau
manipulasi beton secara mekanis tidak selalu menghilangkan lubang-
lubang rongga udara tersebut dari permukaan yang dicetak pada
bekisting yang miring.

Penggunaan operator alat penggetar yang kompeten dan


berpengalaman yang bekerja dengan baik merawat alat penggetar dan
dengan menyediakan peralatan getar yang cukup adalah penting untuk
keberhasilan proses pemadatan beton segar dengan baik.

3.2.7 Pembetonan Masal

Peralatan dan metoda yang digunakan untuk pengecoran beton


massal harus mencegah terjadinya pemisahan agregat kasar dari beton.
Kumpulan-kumpulan dan kantung-kantung agregrat kasar harus disebar
sebelum dilakukan pengecoran beton di atasnya.

Beton segar harus dicor dalam lapisan horisontal dengan


ketebalan tidak boleh melebihi 610 mm dan harus dihindarkan
terjadinya sambungan dingin dan lapisan yang miring. Untuk konstruksi
monolit, masing-masing lapisan beton harus dicor pada saat lapisan dasar
masih dapat merespon getaran, dan lapisan harus cukup dangkal untuk
memastikan kedua lapisandapat saling mengait oleh getaran.

Metoda pengecoran secara bertahap harus digunakan pada


struktur masive jika mencakup area yang besar untuk memperkecil
terjadinya sambungan dingin. Pada metoda ini disediakan lift dalam
deretan lapisan yang diatur secara bertahap dalam arah horisontal dengan
ketebalan 300 mm sampai 450 mm. Pengecoran beton pada setiap
lapisan meluas ke arah sepenuh lebar blok, dan pelaksanaan pengecoran
maju dari satu ujung lift ke ujung lainnya, dan hanya memperlihatkan
luas beton yang kecil pada waktu yang tertentu. Pada saat pengecoran
berlangsung, ada bagian dari lift yang akan diselesaikan sementara
pembetonan pada sisanya terus berlangsung.

Gb 3.1 pengecoran beton dari atas cetakan yang sempit

Keterangan :

1. Benar = adukan beton yang lebih basah pada bagian bawah cetakan
tegak yang sempit, perlu dibuat lebih kering semakin ke atas yang
mudah dicapai dengan slump lebih kecil. Tambahan kandungan air
cendrung menyamakan mutu beton.Penyusutan pada waktu kering
berkurang
2. Tidak benar = menggunakan slump yang sama pada bagian atas dan
bawah cetakan. Slump yang tinggi pada bagian atas akan
menghasilkan kelebihan air, sehingga mutu dan keawetannya

berkurang.

3.3 Gambar Kerja


Doc : pengecoran kolom
Loc : jalan Mojomulyo no.24,Kec.Junrejo,Kota Batu,Jawa Timur(pembangunan
perumahan)
3.4 K3 Dalam Pekerjaan Pengecoran
Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
pekerjaan balok :
 Tempatkan alat-alat kerja pada tempatnya.
 Berdoalah sebelum melakukan praktek.
 Pakailah pakaian praktek, helm praktek, sepatu pengaman dan sarung
tangan.
 Fungsikan peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
 Jangan bercanda gurau sewaktu praktek.
 Apabila pekerjaan ragu-ragu sebaiknya tanyakan pada instruktur.
3.5 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran :
1. Molen
2. Sekop
3. Cangkul
4. Ember
5. Timbangan
6. Vibrator
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran :
1. Semen
2. Pasir
3. Agregat kasar
4. Air
5. Besi tulangan
6. Bahan untuk acuan dan perancah

3.6 Langkah Pengerjaan

Berikut merupakah langkah-langkah pengerjaan pengecoran :

1. Siapkann rangkaian besi tulangan, sesuai dengan yang diperlukan


2. Buat bentuk acuan dan perancah
3. Hitung kebutuhan bahan, sesuai dengan metode yang diberikan oleh guru
pengajar
4. Hitung kebutuhan bahan dan alat yang diperlukan, ke lokasi penngecoran
dan siapkan semua bahan sesuai dengan komposisi campuran, untuk satu
kali pencampuran
5. Lakukan pencampuran beton sesuai dengan petunjuk pengajar
6. Tuangkan beton kedalam bak penampung dan aduk dengan cangkul
kemudian tuangkan ke dalam cetakan
7. Lakukan pemadatan dengan cara manual maupun dengan vibrator
8. Ratakan semua permukaan beton sampai terlihat rapi dan rata dengan alat
ruskam besi atau ruskam kayu
9. Bersihkan semua peralatan dan bahan yang tersisa sampai lokasi kerja rapi
dan bersih
10. Tutuplah hasil pengecoran dengan kertas semen, agar proses pengerasan
beton berjalan dengan baik.
11. Lakukan perawatan sampai beton dapat dibongkar.
BAB 1V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktek beton ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui cara dan
tahapan apa saja yang dilakukan saat pembesian. dari pemotongan, pembuatan
sengkang, hingga pemasangan. Baik tulangan kolom, balok, pondasi maupun plat lantai
dengan baik dan benar. Tak lupa juga cara dan tahapan dari pengecoran, mulai dari
pemasangan tulangan, pemasangan cetakan dan penuangan adonan beton.
DAFTAR PUSTAKA
ITS.”Material Beton Dan Persyaratanya”.diakses di
http://share.its.ac.id/pluginfile.php/19655/mod_folder/content/0/MATERI
%201%20BETON.pdf?forcedownload=1 pada tanggal 15 april 2021.pukul 7.31PM
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di
http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf .halaman 8.pada tanggal 15
april 2021.pukul 7.55PM

UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di


http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf. Halaman 8.pada tanggal 16
april 2021.pukul 11.08AM
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di
http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf. Halaman 15.pada tanggal 16
april 2021.pukul 11.08AM
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di
http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf. Halaman 18.pada tanggal 16
april 2021.pukul 11.08AM
Departemen PUTL, Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, Jakarta, April 1979
Departemen Kimpraswil, Spesifikasi Umum dan Teknis Proyek Pembangunan Banjir
Kanal Timur, 2004
Dewan Stansdarisasi Nasional, Standar Nasional Indonesia SNI 07 – 2052 -1997. ICS
Dit Jen Pengairan, Pedoman Teknis Pekerjaan Pengairan Secara Padat Tenaga kerja,
Maret , 1998.
Ing.R.Sagel, Ing.P.Kole, Ir Gideon Kusuma M.Eng, Pedoman Pengerjaan Beton,
Erlangga, 1994.
The Associated General Contractors of America – Introduction to concrete Rein
forcing – 1994.
Waskita Karya PT, Proyek French Walk Kelapa Gading – 2006 Waskita Karya PT,
Manual Beton , Baja Tulangan Beton

Anda mungkin juga menyukai