Oleh :
KHOLIFAH NIRA SEFIYANTI
NIM. 193133005
2 TKJJBA 2
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Bangunan Jalan ini diajukan sebagai bukti telah menyelesaikan
mata kuliah praktik bangunan jalan Program Studi D-III Teknologi Kontruksi Jalan
Jembatan dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang,
persetujuan ini diberikan kepada :
Menyetujui, Penulis
Dosen pengampu
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan
Observasi Konstruksi Pekerjaan Beton” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Praktikum Bangunan Jalan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Janis-jenis pekerjaan jalan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak MEDI EFENDI, ST, MMT
selaku Dosen praktikum Beton yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
makalah ini.
iii
DAFTAR ISI
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 latar belakang............................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................1
1.3 Ruang Lingkup.........................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................................2
DASAR TEORI...........................................................................................................................2
BAB III........................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..........................................................................................................................8
JOBSHEET 1 : PEMBUATAN SENGKANG.........................................................................8
JOBSHEET 2 : PEMBUATAN KOLOM..............................................................................14
JOBSHEET 3 : PEKERJAAN BALOK................................................................................22
JOBSHEET 4 : PENULANGAN PONDASI........................................................................27
JOBSHEET 5 : PENULANGAN PELAT LANTAI..............................................................31
JOBSHEET 6 : PENGECORAN BETON............................................................................39
BAB 1V.....................................................................................................................................48
KESIMPULAN..........................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................49
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.2 Tujuan
Pelaksanaan pekerjaan beton dibagi menjadi empat bagian , keempat itu terdiri
dari:
1.3.1 Pekerjaan pondasi
1.3.2 Pekerjaan balok dan kolom
1.3.3 Pekerjaan plat lantai
1.3.4 Pekerjaan pengecoran
1
ITS.”Material Beton Dan Persyaratanya”.diakses di
http://share.its.ac.id/pluginfile.php/19655/mod_folder/content/0/MATERI%201%20BETON.pdf?forcedownload=1
pada tanggal 15 april 2021.pukul 7.31PM
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002). Seiring dengan penambahan
umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c)
pada usia 28 hari.2
2.2 Kekuatan Beton
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan
tekan adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas (Tri
Mulyono, 2004). Nilai kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian
kuat tekan terhadap benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang
dibebani dengan gaya tekan sampai mencapai beban maksimum. Beban
maksimum didapat dari pengujian dengan menggunakan alat compression
testing machine. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan
beton, yaitu :3
2.2.1 Faktor air semen (FAS) Faktor air semen (FAS) merupakan
perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah semen dalam
suatu campuran beton. Fungsi FAS, yaitu :
2.2.1.1 Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan
pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.
2.2.1.2 Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton
(workability) Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan
penurunan mutu kekuatan beton. Namun nilai FAS yang semakin
rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi.
Umumnya nilai FAS yang diberikan minimum 0,4 dan
maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2004).
2
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf .halaman
8.pada tanggal 15 april 2021.pukul 7.55PM
3
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf.
Halaman 8.pada tanggal 16 april 2021.pukul 11.08AM
2.2.2 Sifat agregat
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran
beton. Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperhatikan seperti,
serapan air, kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat,
modulus halus butir, kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan
agregat.
2.2.3 Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan
Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen yang
digunakan saat pembuatan mix design dan jenis semen yang
digunakan berdasarkan peruntukkan beton yang akan dibuat.
Penentuan jenis semen yang digunakan mengacu pada tempat
dimana struktur bangunan yang menggunakan material beton
tersebut dibuat, serta pada kebutuhan perencanaan apakah pada
saat proses pengecoran membutuhkan kekuatan awal yang tinggi
atau normal.
2.2.4 Bahan tambah
Bahan tambah (additive) ditambahkan pada saat pengadukan
dilaksanakan. Bahan tambah (additive) lebih banyak digunakan
untuk penyemenan (cementitious), jadi digunakan untuk
perbaikan kinerja. Menurut standar ASTM C 494/C494M – 05a,
jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu :
2.2.4.1 water reducing admixtures.
2.2.4.2 retarding admixtures.
2.2.4.3 accelerating admixtures.
2.2.4.4 water reducing and retarding admixtures e) water
reducing and accelerating admixtures.
2.2.4.5 water reducing and high range admixtures g) water
reducing, high range and retarding admixtures.
2.3 Agregat Beton
Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volume agregat
terhadap volume keseluruhan beton, karena itu agregat mempunyai peranan
yang penting dalam propertis suatu beton (Mindess et al., 2003). Agregat ini
harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi
sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, rapat, dan variasi dalam perilaku
(Nawy, 1998). Dua jenis agregat adalah :4
2.3.1 Agregat halus (pasir alami dan buatan)
Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang
diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil
pemecahan batu. Agregat halus adalah agregat dengan ukuran
butir lebih kecil dari 4,75 mm (ASTM C 125 – 06). Agregat yang
butir-butirnya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus,
sedangkan butir-butir yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt,
dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay (SK SNI T-15-
1991-03). Persyaratan mengenai proporsi agregat dengan gradasi
ideal yang direkomendasikan terdapat dalam standar ASTM C
33/ 03 “Standard Spesification for Concrete Aggregates”.
2.3.2 Àgregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan dari blast
furnance)
4
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf.
Halaman 15.pada tanggal 16 april 2021.pukul 11.08AM
Menurut ASTM C 33 - 03 dan ASTM C 125 - 06, agregat kasar
adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 4,75 mm.
Ketentuan mengenai agregat kasar antara lain :
2.3.2.1 Harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak
berpori.
2.3.2.2 Butir – butir agregat kasar harus bersifat kekal,
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh – pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
2.3.2.3 Tidak boleh mengandung zat – zat yang dapat
merusak beton, seperti zat – zat yang relatif alkali.
2.3.2.4 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
Apabila kadar lumpur melampaui 1 %, maka agregat
kasar harus dicuci. Persyaratan mengenai proporsi gradasi
saringan untuk campuran beton berdasarkan standar yang
direkomendasikan ASTM C 33/ 03 “Standard
Spesification for Concrete Aggregates” (lihat Tabel 2.1).
Dan standar pengujian lainnya mengacu pada standar
yang direkomendasikan pada ASTM.
Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur dan pengaduk
antara semen dan agregat. Pada umumnya air yang dapat diminum memenuhi
persyaratan sebagai air pencampur beton, air ini harus bebas dari padatan
tersuspensi ataupun padatan terlarut yang terlalu banyak, dan bebas dari material
organik (Mindess et al.,2003). Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai
dengan penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain:5
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual.
3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram /
liter. 4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15
gram / liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan
senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.
5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan
dievaluasi.
5
UNDIP.”beton dan material dasar”.diakses di http://eprints.undip.ac.id/34345/6/2178_CHAPTER_II.pdf.
Halaman 18.pada tanggal 16 april 2021.pukul 11.08AM
BAB III
PEMBAHASAN
Dia-
Dia- Luas Jarak
meter Lebar
meter penam- sirip
dalam sirip Berat nominal
Pena- nomi pang melinta
mini membujur per meter
maan n al nominal ng
m al (maks)
(d) (A) (maks)
(do)
mm cm2 mm mm mm kg/m
S.6 6 0,2827 5,5 4,2 4,7 0,222
S.8 8 0,5027 7,3 5,6 6,3 0,395
S.10 10 0,7854 8,9 7,0 7,9 0,617
S.13 13 1,327 12,0 9,1 10,2 1,04
S.16 16 2,011 15,0 11,2 12,6 1,58
S.19 19 2,835 17,8 13,3 14,9 2,23
S.22 22 3,801 20,7 15,4 17,3 2,98
S.25 25 4,909 23,6 17,5 19,7 3,85
S.29 29 6,625 27,2 20,3 22,8 5,18
S.32 32 8,042 30,2 22,4 25,1 6,31
S.36 36 10,18 34,0 25,2 28,3 7,99
S.40 40 12,57 38,0 28,0 31,4 9,88
S.50 50 19,64 48,0 35,0 39,3 15,4
S 54 54 22,902 50,8 37,8 42,3 17,9
S.57 57 25,518 53,6 39,9 44,6 20,0
Tabel 3.2 Ukuran Baja Tulangan Ulir
2 Gunting paralel
6 Plat pembengkok
Doc : gambar Sengkang dengan diameter 6 mm,luas penampang 0,2827 cm² dan berat
nominal 0,222 kg/m
Loc : jalan Mojomulyo no.24,Kec.Junrejo,Kota Batu,Jawa Timur(pembangunan
perumahan)
Apabila beban yang bekerja pada kolom semakin besar, maka retak akan
terjadi diseluruh tinggi kolom pada daerah sengkang. Pada batas keruntuhan
biasanya ditandai dengan selimut beton yang lepas terlebih dahulu sebelum
baja tulangan kehilangan letakan. Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan,
kolom dibedakan menjadi :
1. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit gilingan baja, karat lepas,
serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat baja dengan beton.
2. Pemasangan tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan
selama pengecoran beton tidak berubah dari tempatnya.
3. Agar benar-benar diperhatikan tebalnya selimut beton dan penempatan /
elevasi tulangannya. Oleh karena itu tulangan harus dipasang dengan ganjal
tulangan / beton dekking, kaki ayam atau spacer.
4. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang
pada tulangan bawah oleh batang - batang penunjang (biasa disebut kaki
ayam) atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh
blok-blok beton yang tinggi. Perlu diperhatikan pula ketepatan letak
tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang
berbatasan.
Beberapa bentuk dan cara pengikatan anyaman baja beton antara lain :
5. Penyangga tulangan
Bahan yang digunakan saat melakukan pekerjaan kolom adalah :
1. Besi diameter 6 mm
2. Kawat bendrat
2. Menyiapkan sepatu kolom yang ditarik garis lurusnya dari sloof. Fungsinya
agar bekisting tepat berada pada titik koordinatnya sesuai dengan gambar
perencanaan. Sepatu kolom biasanya menggunakan besi stek yang dibor pada
lantai.
4. Memasang bekisting kolom. Jangan lupa beton decking atau tahu beton
penyangga besi tulangan. Tujuan beton decking ini untuk menjaga jarak
selimut beton agar tidak berubah selama proses pengecoran.
5. Memasang sabuk sloof pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran
sloof yang digunakan relative sesuai dengan Soft Drawing. Untuk mengunci
balok tersebut harus menggunakan tie rod.
6. Memasang pipa support Untuk menjaga vertikaliti dari kolom terhadap sloof
dan balok.Untuk mendapatkan kolom struktur yang sempurna, bekisting tidak
boleh miring ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan
pipa support dinilai sangat penting.
7. Setelah kompenen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan
mendapatkan persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton
sesuai dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata harus
dibantu dengan menggunakan alat concreate vibrator.
JOBSHEET 3 : PEKERJAAN BALOK
3.1 Pekerjaan Balok
Penganyaman tulangan balok dapat dilakukan secara bermacam-macam
pandang dari segi sangkar-tulangan yang saling bersilangan, seringkali
dibutuhkan penganyaman tulangan balok pada lokasi pekerjaan. Penganyaman
tulangan balok di dalam bekisting umumnya dikerjakan sebagai berikut.
Sengkang diletakkan tegak pada ujung balok di dalam bekisting. Letakkan
batang- batang di atas tiga blok beton kecil yang terletak di atas papan
bekisting bagian bawah. Tandai dengan kapur tulis jarak-jarak sengkang pada
sebuah batang sudut bawah dan bagikan sengkang- sengkang dari ujung ke
pertengahan. Sengkang tengah ditumpukan di atas kelos peletakkan. Sengkang
tengah diikat dengan batang sudut bawah secara ikatan sadel. Selanjutnya,
hubungkan bagian batang di sudut atas dan ikat sekerasnya secara ikatan
sadel. Lakukan untuk sengkang-sengkang yang bersebelahan sesuai dengan
yang lalu.
Umumnya bila tulangan balok itu besar dan banyak di tempat, yaitu
dimana balok akan dipasang/ diletakkan. Cara ini juga dengan menggunakan
gawang sebagai cara di atas, hanya gawang dapat dipindah-pindah.
Pondasi ialah bagian dari satu system rekayasa yang meneruskan beban
yang di topang oleh pondasi dan beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan
yang terletak dibawahnya. Tegangan-tegangan tanah yang dihasilkan kecuali
pada permukaan tanah merupakan tambahan kepada beban-beban yang sudah
ada dalam masa tanah dari bobot sendiri bahan dan sejarah geologisnya. Struktur
atas merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menjelaskan bagian-bagian dari
system rekayasa yang membawa beban kepada pondasi atau struktur
dibawahnya. Istilah struktur atas mempunyai arti khusus untuk
bangunanbangunan dan jembatan-jembatan, akan tetapi, pondasi tersebut dapat
juga hanya menopang mesin-mesin, mendukung peralatan industrial (pipa,
manara, tangka), bertindak sebagai alas atau papan iklan dan sejenisnya. Karena
sebab inilah maka lebih baik menggambarkan pondasi sebagai bagian dari satu
system rekayasa pendukung beban yang mempunyai bidang antara (interfacing)
terhadap tanah
24.66
4. kebutuhan besi = =2.5 dibulatkan menjadi 3 lonjor
1 x 61.65 x 0.16
1. Pemotong besi
2. Bending diameter 6 dan diameter 8
3. Gunting bendrat
4. Tang/kakatua
Suport tradisional dapat dibuat dari BjTp 24 pada lokasi pekerjaan dan
tergantung dari ketebalan lantai, di samping itu besar garis tengah suport adalah
sebagai berikut :
Gb 3.2 suport tradisional
Suport rak atau garis digunakan untuk lantai-lantai yang lebih tebal dari
400 mm, tergantung dari ketinggiannya suport ini dibuat dari baja beton atau
baja profil.
Suport tradisional dipasang pada lapisan teratas dari jaring bawah. Pada
sederetan suport ini dihubungkan dengan batang jaring atas dari bagian lapis
bawah dan batang ini diikat keras dengan suport secara ikatan silang. Batang-
batang bawah lainnya dibagikan di antara deretan suport. Setelah menelusuri
tulangan lapisan kedua dari bagian tulangan atas, tulangan lapisan pertama yang
terletak di atas jaring bawah ditarik dan dipasang di bawah lapisan kedua.
Pada beberapa negara, cara ini juga dipakai untuk pelat lantai tingkat dan
pelat atap. Cara memasangnya :
1. Pada dasarnya sama dengan lantai dasar, hanya pada pembesian lantai pelat
(tingkat) banyak / berjenis-jenis bentuknya. Pada bagian tengah, pembesian
bagian atas pada umumnya kosong pada arah panjang maupun pendek
2. Ada empat jenis bentuk besi menurut kebutuhan, yaitu :
I = Bentuk berbengkok, simetri ditengah
II = Bentuk lurus panjang dengan kait di ujungnya
III = Bentuk lurus pendek, buat pinggir
IV = Bentuk lurus, dipasang untuk menahan kerut bila bentang plat panjang
6–7 m’
Cara memasang :
1. Besi bawah sama dengan pelat dasar, karena bentuknya ranjangan, hanya
saja pemasangan berseling satu.
2. Perhatikan batas-batas pemasangan pada jenis bentuknya yaitu dengan tanda
arah panah berujung dua.
3. Pemasangan kaki ayam hanya pada bagian-bagian tertentu, pinggir-pinggir,
sebab bagian tengah tidak ada besi atas. Bahkan pada pembesian yang besar
tidak dipasangi kaki ayam.
4. Besi berbengkok dipasang setelah pembesian bawah selesai, termasuk
silangan pengisi jarak yang kosong. Besi berbengkok dipasang pada seling-
selingnya.
5. Besi lurus dipasang di antara 2 (dua) besi berbengkok
6. Pasang ganjal beton/ batu tahu sesuai kebutuhan (jarak 60 70 cm).
1. Pemotong besi.
2. Bending Ø 8 dan Ø 10.
3. Gunting bendrat.
4. Tang/kakaktua.
5. Usuk.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan pelat lantai :
1. Besi diameter 8
2. Besi diameter 6
3. Kawat bendrat
4. Usuk
Jika diinginkan pengecoran beton monolitis dari balok yang tinggi, dinding,
atau kolom dengan suatu pelat atau soffit di atasnya, maka penundaan
pengecoran harus dijadualkan untuk membiarkan pemadatan terjadi pada balok
tinggi sebelum pelat atau soffit dicorkan. Lamanya penundaan tergantung pada
temperatur dan karakteristik pengikatan dari beton yang digunakan (pada
umumnya sekitar 1 jam), pengecoran harus segera dilakukan kembali agar
perekatan antara lapisan beton yang baru dengan lapisan beton sebelumnya
dapat terjadi dengan penggetaran.
Talang tegak dari karet atau plastik atau tremies dapat digunakan
dan dapat dipendekkan dengan jalan memotongnya untuk menambah
kecepatan pengecoran. Penggunaan talang tegak dari plastik harus
dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan talang tersebut tidak
melipat atau kusut.
Dengan metoda ini, beton dicor pada cetakan yang sudah disiapkan
yang digeser pada titik pengecoran yang lalu pada saat beton telah
memperoleh kekakuan dan stabilitas dimensional untuk mempertahankan
bentuk disainnya.
Keterangan :
1. Benar = adukan beton yang lebih basah pada bagian bawah cetakan
tegak yang sempit, perlu dibuat lebih kering semakin ke atas yang
mudah dicapai dengan slump lebih kecil. Tambahan kandungan air
cendrung menyamakan mutu beton.Penyusutan pada waktu kering
berkurang
2. Tidak benar = menggunakan slump yang sama pada bagian atas dan
bawah cetakan. Slump yang tinggi pada bagian atas akan
menghasilkan kelebihan air, sehingga mutu dan keawetannya
berkurang.