Anda di halaman 1dari 47

LEMBARAN PENGESAHAN DAN PENILAIAN

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KONSTRUKSI


DAN BAHAN BANGUNAN “PENGUJIAN KUAT TEKAN
BETON”

DIKERJAKAN OLEH :
KELOMPOK II-C

Sebagai Tugas dan Syarat dalam Mata Kuliah

Praktikum Bahan Bangunan

NAMA NIM
MAULANA AL-FARICHI
1904101010123
MUHAMMAD RAVY ALHADI
1904101010132
Banda Aceh, 10 Juni 2020

Ketua Laboratorium Konstruksi dan Dosen Praktikum Bahan Bangunan


Bahan Bangunan FT Unsyiah

Rudiansyah Putra, S.T, M.Si Dr. Yulia Hayati S.T, M.Eng


NIP : 197509232002121004 NIP : 197107091997022002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena dengan karunianya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul. “Pengujian Kuat Tekan
Beton”. Meskipun dalam mengerjakan penulis mendapat banyak hambatan, penulis berhasil
menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Tugas laporan ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan sebagai
mahasiswa yang memprogram mata kuliah Praktikum Bahan Bangunan.
Dalam pembuatan laporan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Rudiansyah Putra S.T, M.Si sebagai ketua Lab. Konstruksi dan Bahan Bangunan
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
2. Ibu Dr. Yulia Hayati S.T, M.Eng sebagai Dosen Pembimbing dalam Praktikum Bahan
3. Bapak Mahlil S.T, M.T. sebagai Pembimbing dalam Praktikum Bahan Bangunan
dan pembuatan laporan.
4. Seluruh staf pada Lab Konstruksi dan Bahan Bangunan yang ikut membantu
dalam melaksanakan praktikum.
5. Serta rekan-rekan yang ikut membantu melakukan praktikum ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna sempurnanya laporan ini. Penulis juga berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca dan juga penulis khususnya.

Banda Aceh, 10 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..……………………. i

DAFTAR ISI…………………………………..…………..………………………………..……ii

BAB I PENDAHULUAN…………………....………………………….……………………… 1

1.1.Latar Belakang………………………………………………………………………...1

1.2.Tujuan…………………………………………………………………………………1

1.3.Manfaat…………………………………………………………………………….....2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………. 3

2.1.Pengertian Beton……………………………………………………………………...3

2.2.Pengertian Agregat Kasar……………………………………………………….…….6

2.3.Pengertian Agregat Halus……………………………………………………….…….7

2.3.Pengertian Semen Portland…………………………………………………….……..8

2.4.Pengertian Air………………………………………………………………….…….12

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN…………………….….. 14

3.1.Pemeriksaan Berat Satuan Agregat……………………………………………….…14

3.2.Pemeriksaan Kadar Air Agregat……………………………………………….……17

3.3.Pemeriksaan Gradasi Agregat…………………………………………..……....…...22

3.4.Pengadukan Beton………………………………………………………..…….........26

3.5.Pembuatan Silinder Beton………………………………………………….….…….31

3.6.Uji Kuat Tekan Beton…………………………………………………………..…...34

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………...…. 36

4.1.Kesimpulan………………………………………………………………...………...37

ii
4.2.Saran………………………………………………..……………………….…..….38

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….…..39

LAMPIRAN…………………………………………………………………………….….…40

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Beton merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan semen secukupnya
yang berfungsi sebagai perekat bahan susun beton, dan air sebagai bahan pembantu guna
keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung.

Kekuatan beton dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya oleh bahan penyusunnya,
rancang campuran, pengerjaan, dan perawatan. Beton memiliki sifat kuat terhadap tekan dan
lemah terhadap tarik. Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi di
Indonesia cukup pesat. Hampir 70% material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah
beton (concrete). Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam konstruksi tersebut mengakibatkan
peningkatan kebutuhan material beton, sehingga memicu penambangan batuan sebagai salah satu
bahan pembentuk beton secara besar-besaran serta beton yang dihasilkan kedap air sehingga
mengurangi resapan yang menyebabkan genangan air. Hal ini menyebabkan turunnya jumlah
sumber daya alam yang tersedia untuk keperluan pembetonan dan perusakan lingkungan. Selama
ini berbagai penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif teknik
konstruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis.
Hal tersebut dapat memberikan suatu alternatif untuk mengurangi material pada beton itu sendiri
dengan tidak mengurangi kuat tekannya, seperti beton dengan pengurangan agregat halus.

Pada penelitian ini, dilakukan pengujian apakah beton yang dibuat mampu menahan
tekanan dan komposisi beton manakah yang baik agar memiliki kuat tekan yang cukup.

1.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk:
- Mengetahui langkah kerja praktikum pengujian kuat tekan beton
- Mengetahui sifat fisis dari beton
- Mengetahui cara pembuatan beton.
- Mengetahui nilai kuat tekan beton

1
1.3.Manfaat
- Untuk mengetahui sifat fisis, cara pembuatan, dan kuat tekan beton.
- Dapat memahami standar prosedur uji kuat tekan beton.
Dapat memahami tentang cara pengujian serta memahami data yang dihasilkan, seperti:
bulk dencity,finnes modulus,specific gravity,dan mix design.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Beton

Beton didefinisikan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, dan air dengan atau tanpa
menggunakan bahan tambah (admixture atau additive). DPULPMB memberikan definisi tentang
beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus,
agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk
massa padat (SNI 03-2847-2002). Nugraha, Paul (2007), mengungkapkan bahwa pada beton
yang baik, setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya
dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan
kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton, meskipun jumlahnya hanya 7-15% dari
campuran. Beton dengan jumlah semen yang sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (lean
concrete), sedangkan beton dengan jumlah semen yang banyak disebut beton gemuk (rich
concrete). Menurut Mulyono (2006) secara umum beton dibedakan kedalam 2 kelompok, yaitu :

1. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton. Kelas dan mutu beton ini, di bedakan menjadi 3
kelas, yaitu :

a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral. Untuk pelaksanaannya
tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan
terhadap mutu bahanbahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
Mutu kelas I dinyatakan dengan B0.

b. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara umum.


Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah pimpinan
tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi 6 dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K 175, dan
K
225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu
bahanbahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu
K 125 dan K 175 dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinu dari
hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
c. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih tinggi dari K 225.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga-
tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani
oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu. Adapun
pembagian kelas jalan ini, dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Kelas dan Mutu Beton Kelas Mutu σ‘bk (kg/cm2 ) σ‘bm (kg/cm2 )

Berdasarkan jenisnya, beton dibagi menjadi 6 jenis, yaitu :

a. Beton Ringan

Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengn bobot yang lebih ringan dibandingkan
dengan bobot beton normal. Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton ringan pun
merupakan agregat ringan juga. Agregat yang digunakan umumnya merupakan hasil dari
pembakaran shale, lempung, slates, residu slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil
pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan sekitar 1900 kg/m3 atau berdasarkan
kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 1440 – 1850 kg/m3 , dengan kekuatan tekan
umur 28 hari lebih besar dari 17,2 Mpa.

b. Beton Normal

Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai agregat halus dan
batu pecah sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat jenis beton antara 2200 kg/m3

2400 kg/m3 dengan kuat tekan sekitar 15 – 40 Mpa.
c. Beton Berat

Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki berat isi lebih besar
dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3 . Untuk menghasilkan beton berat digunakan
agregat yang mempunyai berat jenis yang besar.

d. Beton Massa (mass concrete)

Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang besar dan masif,
misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan jembatan.

e. Ferro-Cement

Ferro-Cement adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan
suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktil pada
mortar semen.

f. Beton Serat (fibre concrete)

Beton serat (fibre concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari beton dan bahan lain
berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak-retak sehingga menjadikan beton
lebih daktil daripada beton normal.

Disamping beton memiliki pengelompokkan, beton pun memiliki kelebihan dan


kekurangan. Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari beton, yaitu (Nugraha. P, 2007) :

Kelebihan :

- Dapat denngan mudah mendapatkan material dasarnya (availability) Agregat dan air
pada umumnya bisa didapat dari lokal setempat. Semen pada umumnya juga dapat dibuat
didaerah setempat, bila tersedia. Dengan demikian, biaya pembuatan relatif murah karena
semua bahan bisa didapat di dalam negeri, bahkan bisa setempat. Bahan termahal adalah semen,
yang bisa diproduksi di dalam negeri.

- Kemudahan untuk digunakan (versatility)


- Kemampuan beradaptasi (adaptability) sehingga beton dapat dicetak dengan betuk dan
ukuran berapapun

- Tahan terhadap temperatur tinggi

- Biaya pemeliharaan yang kecil.

- Mampu memikul beban yang berat

Kekurangan :

- Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/m3

- Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar

- Beton cenderung untuk retak, karena semen nya hidrolis. Baja tulangan bisa berkarat, meskipun
tidak terekspose separah struktur baja

- Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan. Beton yang baik maupun
yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang sama

- Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau daurulang sulit dan tidak
ekonomis. Dalam hal ini struktur baja lebih unggul, misalnya tinggal melepas
sambungannya saja.

2.2.Pengertian Aggregat Kasar

Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan
butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150 mm.. Ketentuan agregat kasar antara lain:

 Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Aggregat kasar
yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak melampaui
20% berat agregat seluruhnya.

 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat keringnya.
Bila melampaui harus dicuci.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat yang
relatif alkali.

 Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.

 Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff dengan beban uji
20 ton.

 Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5%.

 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate antara 6–

7,5. Jenis agregat kasar yang umum adalah:

1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali.

2. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun
dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.

3. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk
beton berbobot ringan.

4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang diklasifikasi
disini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limon.

2.3.Pengertian Aggregat Halus

Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat ini
berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine
Sand). Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai
agregat halus. Menurut PBI, agregat halus memenuhi syarat:

 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal artinya
tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur, seperti terik matahari hujan, dan lain-lain.

7
 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering, apabila
kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci bila ingin dipakai
untuk campuran beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi kekuatan beton berkurang 5
%.

 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup) terlalu banyak dan
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-HARDER dengan larutan NaOH
3%.

 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Fine Sand antara 2,2–3,2.

 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Sand antara 3,2–4,5.

 Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam besarnya.

Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan tersebut juga dapat dipakai, asal saja
kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan
adukan agregat yang sama, tetapi dicuci terlebih dahulu dalam larutan NaOH 3% yang
kemudian dicuci bersih dengan air pada umur yang sama.Agregat halus harus terdiri dari butiran
yang beranekaragam dan apabila diayak dengan ayakan susunan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:

 Sisa diatas ayakan 4 mm minimum beratnya 2%

 Sisa diatas ayakan 1mm minimum beratnya 10%

 Sisa diatas ayakan 0,025 beratnya berkisar antara 80% sampai 95%.

2.4.Pengertian Semen Portland

Semen berasal dari kata caementum (bahasa latin) yang artinya memotong menjadi
bagian-bagian kecil tak beraturan. Sedangkan dalam pengertiannya semen adalah zat yang
digunakan untuk merekatkan batu bata, batako maupun bahan bangunan lainnya.
(Wikipedia.com/Semen). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semen adalah serbuk atau
tepung yang terbuat dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk membuat
beton,
merekatkan batu bata ataupun membuat tembok. Semen adalah perekat hidraulik yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat
kalsium dan bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi
dengan air dan membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan.

Semen dalam pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive dan
cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang dipakai bersama-sama
dengan batu kerikil dan pasir. Semen dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu:

a. Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau tidak stabil
dalam air. Contoh semen non hidraulis (hydraulic binder) adalah lime dimana lime ini
merupakan perekat klasik dalam bangunan yang dibuat dengan memanaskan limestone pada
suhu 850 oC. CaCO3 dari limestone akan melepaskan CO2 dan menghasilakn burn lime atau
quick lime (CaO).

CaCO3 + H2O Ca(OH)2 + CO2

Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan Ca(OH)2 dalam butiran yang halus dan
Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras dalam air tetapi dapat mengeras bila bereaksi dengan
CO2 dari udara membentuk CaCO3 kembali.

b. Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan padatan yang
stabil dalam air. Oleh karena mempunyai sifat hidraulis, maka semen tersebut bersifat:

- Dapat mengeras bila dicampur air

- Tidak larut dalam air

- Dapat mengeras walau didalam air

Contoh semen hidraulis adalah semen Portland, semen campur, semen khusus dan
sebagainya.

2.4.1. Jenis-Jenis Semen

a. Semen Putih (Gray Cement)


Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk
pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari
bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

b. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)

Semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran
minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

c. Semen Portland

Semen portland ialah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menghasilkan klinker
terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolisis (dapat mengeras jika bereaksi dengan
air) dengan gips sebagai bahan tambahan. Semen merupakan bahan pengikat yang paling
terkenal dan paling banyak digunakan dalam proses konstruksi beton. Semen yang umum
dipakai adalah semen tipe I dan ketergantungan kepada pemakaian semen jenis ini masih sangat
besar. Semen portland jika dilihat dari sisi fungsi masih memiliki kekurangan dan keterbatasan
yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu mortar.

Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting, yaitu:

1.Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2

Sifatnya hampir sama dengan sifat semen yaitu jika ditambahkan air akan menjadi kaku
dan dalam beberapa jam saja pasta akan mengeras. C3S menunjang kekuatan awal semen dan
menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 58 kalori/gram setelah 3 hari.

2. Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2

Pada saat penambahan air setelah reaksi yang menyebabkan pasta mengeras dan
menimbulkan panas 12 kalori/gram setelah 3 hari. Pasta akan mengeras, perkembangan
kekuatannya stabil dan lambat pada beberapa minggu kemudian mencapai kekuatan tekan akhir
hampir sama dengan C3S.

3. Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3


Unsur ini apabila bereaksi dengan air akan menimbulkan panas hidrasi tinggi yaitu 212
kalori/gram setelah 3 hari. Perkembangan kekuatan terjadi satu sampai dua hari tetapi sangat
rendah.

4. Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3

Unsur ini saat bereaksi dengan air berlangsung sangat cepat dan pasta terbentuk dalam
beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 68 kalori/gram. Warna abu-abu pada semen
disebabkan oleh unsur ini. Silikat dan aluminat yang terkandung dalam semen portland jika
bereaksi dengan air akan menjadi perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras.
Reaksi membentuk media perekat ini disebut dengan hidrasi. Reaksi kimia semen bersifat
exothermic dengan panas yang dihasilkan mencapai 110 kalori/gram. Akibatnya dari
reaksi eksotermis terjadi perbedaan temperatur yang sangat tajam sehingga mengakibatkan
retak-retak kecil (microcrack) pada mortar.

Proses reaksi kimia semen dengan air sehingga membentuk masa padat ini juga masih
belum bisa diketahui secara rinci karena sifatnya yang sangat kompleks. Rumus kimia yang
dipergunakan juga masih bersifat perkiraan untuk reaksi kimia dari unsur C2S dan C3S dapat
ditulis sebagai berikut:

2C3S + 6H2O → (C3S2H3) + 3Ca(OH)2

3C2S + 6H2O → (C3S2H3) + Ca(OH)2

Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah presentase
empat komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen dengan tujuan
pemakainnya
Tabel 2.4. Komposisi Semen Portland

Oksida Komposisi (% Berat)

CaO 60 - 67 %

SiO2 17 – 25 %

Al2O3 3-8%

Fe2O3 0,5 - 6,0 %

MgI 0,1 - 6,0 %

K2O 0,5 - 1,3 %

LOI 5,0 %

IR 3,0 %

2.5.Pengertian Air

Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air mempunyai sifat yang hampir bisa
digunakan untuk apa saja, maka air merupakan zat yang paling penting bagi semua bentuk
kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang merupakan
sumber energi. Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian
terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan aliran air (di
permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus
keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan Sjarief, 2010).
Air sebagai pereaksi dipakai dengan tujuan supaya terjadi hidrasi kimia antara agregat
dengan semen yang membuat campuran yang mengeras. Air yang digunakan untuk campuran
beton harus memenuhi syarat-syarat antara lain:

1. Air harus bersih.


2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat
secara visual.
3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
4. PH air = 7, air tidak boleh mengandung garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
lebih dari 5 gram/liter.
5. Semua air yang mengandung unsur kimia yang meraguka agar dianalisis da
dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
6. Bahan organic dalam air diizinkan lebih dari 20000 ppm.
7. Dibenarkan mengandung minyak (minyak mineral/minyak tanah) < 2% berat semen
yang dipakai.
8. Masih dibenarkan air dengan kandungan lempung yang terapung < 2000 ppm.
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

3.1.Pemeriksaan Berat Satuan Aggregate


3.1.1.Pendahuluan

Berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dan isi/volume. Pengujian berat
satuan pada agregat berguna untuk mengkonversi dari satuan berat ke satuan volume. Dalam
merancang campuran beton komposisi bahan ditentukan dalam satuan berat. Pada waktu
membuat beton dilapangan dengan komposisi berat kurang praktis, biasannya di lapangan
menggunakan komposisi perbandingan yaitu dengan takaran (volume). Untuk mengkonversi dari
komposisi satuan volume digunakan angka berat isi.

Berat isi agregat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat jenis, gradasi
agegat, diameter maksimum agregat. Berat isi agregat beton disyaratkan lebih dari 1,2 kg/liter

3.1.2.Tujuan

 Mengetahui berat satuan coarse aggregate.


 Mengetahui berat satuan coarse sand.
 Mengetahui berat satuan fine sand.

3.1.3.Pelaksanaan

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan berat satuan agregat antara lain:

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.


2. Bejana silinder untuk pasir dan kerikil.
3. Bejana penumbuk beridiameter 16 mm dan tinggi 600 mm.

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan berat satuan agregat adalah:

1. Coarse aggregate
2. Coarse Sand
3. Fine Sand
Langkah Pelaksanaan:

1. Pemeriksaan Berat Satuan fine sand


2. Menimbang bejana kosong.
3. Menambahkan fine sand hingga 1/3 volume bejana kemudian menumbuk 25 x.
4. Menambahkan volume fine sand hingga 2/3 volume bejana kemudian menumbuk 25
x lagi.
5. Menambahkan volume fine sand hingga terisi penuh kemudian menumbuk 25 x lagi,
setelah itu meratakan bagian atasnya dan timbang.
6. Memeriksa berat satuan Coarse Sand sama dengan cara memeriksa berat satuan
fine sand.
7. Memeriksa berat satuan Coarse aggregate sama dengan cara memeriksa berat satuan
fine sand.
8. Ulangi sebanyak 3x dengan sampel tanah yang berbeda untuk masing masing
material dan catat hasilnya.

Hasil Pengamatan:

Tabel 3.1.1 Pemeriksaan Berat Satuan Coarse Aggregate

No. Sampling Weight Volume of Bulk


Urut No. Container Container + Aggregate Container Density
(Kg) Aggregate (Kg) (l) (Kg/l)
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,71 12,79 8,08 5 1,616
2 B 4,71 12,62 7,91 5 1,582
3 C 4,71 12,72 8,01 5 1,602

AVERAGE 1,600
Tabel 3.1.2 Pemeriksaan Berat Satuan Coarse Sand

No. Sampling Weight Volume of Bulk


Urut No. Container Container + Aggregate Container Density
(Kg) Aggregate (Kg) (l) (Kg/l)
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 8,38 11,29 2,90 1,552 1,868
2 B 8,39 11,23 2,84 1,552 1,829
3 C 8,39 11,27 2,88 1,552 1,855

AVERAGE 1,850

Tabel 3.1.3 Pemeriksaan Berat Satuan Fine Sand

No. Sampling Weight Volume of Bulk


Urut No. Container Container + Aggregate Container Density
(Kg) Aggregate (Kg) (l) (Kg/l)
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 8,39 10,87 2,48 1,552 1,597
2 B 8,39 10,76 2,37 1,552 1,527
3 C 8,39 10,85 2,46 1,552 1,585

AVERAGE 1,569

Pembahasan:

Berat rata-rata Coarse Aggregate : 1,600 Kg/l

Berat rata-rata Corase Sand : 1,850 Kg/l


Berat rata-rata Fine Sand : 1,569 Kg/l

Kesimpulan:

Setiap material yang ditimbang memiliki berat yang berbeda dan menggunanakan bejana
yang disesuaikan.

3.2.Pemeriksaan Kadar Air Agregat

Kadar air adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam
keadaan kering dan dinyatakan dalam persen (%). Peraturan yang digunakan dalam American
Society for Testing and Materials (ASTM C70) persyaratan kadar air yaitu 0,2 % – 4,0 %.

Di dalam campuran beton, air mempunyai dua buah fungsi. Pertama, untuk
memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.
Kedua, sebagai pelumas campuran kerikil, pasir, dan semen agar dapat ditempatkan ke dalam
cetakan dengan kelecekan sesuai rencana. Air dalam campuran beton terdiri dari:

 Air yang terserap dalam agregat;


 Air yang berada pada permukaan agregat;
 Air yang ditambahkan selama proses pencampuran.

Menurut American Society for Testing and Materials sangatlah sulit untuk mencapai
agregat dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry) di lapangan yaitu kondisi dari partikel
agregat atau padat berpori lainnya ketika void permeabel diisi dengan air tetapi terkena
permukaan kering. Sehingga perlu mengkonversikan keadaan yang sebenarnya dari agregat di
lapangan menjadi keadaan SSD, yaitu dengan mengetahui total kadar air dan kapasitas
penyerapan dari agregat yang diukur. Kadar air bebas dihitung dari total kadar air dikurangi
kapasitas absopsi. Dapat disimpulkan bahwa air yang terkandung dalam agregat akan
mempengaruhi jumlah air yang diperlukan di dalam campuran. Salah satu sifat yang sangat
mempengaruhi besarnya air yang terdapat dalam agregat adalah porositas dan absorpsi
agregat (ASTM C128).
3.2.1.Tujuan

 Mengetahui kadar/kandungan air di permukaan butir-butir coarse aggregate, coarse sand


dan fine sand
 Mengetahui berat satuan coarse aggregate, coarse sand dan fine sand

3.2.2.Pelaksanaan

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan kadar air agregat antara lain:

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.


2. Tungku pemanas dengan temperatur 150.
3. Wadah yang dapat dipanaskan.

Benda uji yang digunakan dalam pengujian kadar air agregat antara lain:

1. Coarse aggregate dalam keadaan Jenuh Kering Muka (JKM) atau Saturated Surface
Dry (SSD).
2. Coarse sand dalam keadaan Jenuh Kering Muka (JKM) atau Saturated Surface
Dry (SSD).
3. Fine sand dalam keadaan Jenuh Kering Muka (JKM) atau Saturated Surface Dry

(SSD). Langkah Pelaksanaan:

1. Mengambil coarse aggregate, coarse sand dan fine sand contoh sebagai benda uji
2. Rendam didalam ember berisi air hingga permukaan tertutupi air dan biarkan selama
24 jam
3. Setelah 24 jam, hamparkan material di tempat yang tidak dipapari sinar
matahari langsung
4. Untuk memastikan coarse sand dan fine sand kering sempurna (SSD) gunakan kerucut
konus. Jika coarse sand dan fine sand tidak membentuk kerucut, maka coarse sand dan
fine sand sudah kering sempurna.
5. Untuk coarse aggregate, timbang keranjang menggunakan timbangan dan catat hasilnya.
Kaitkan keranjang dibawah timbangan dan masukkan kedalam baskom berisi air
lalu catat hasilnya.
6. Masukkan coarse aggregate sebanyak 1/3 keranjang dan timbang. Lalu kaitkan
kembali keranjang yang berisi coarse aggregate dan masukkan kedalam baskom. Catat
hasilnya.
7. Bagi coarse sand yng sudah dikeringkan menjadi tiga bagian (A,B, dan C).
Timbang gelas dan penutup kaca lalu isi penuh gelas dengan air dan timbang.
8. Masukkan Coarse sand sebanyak 1/3 gelas lalu tutup dengan penutup kaca dan timbang.
Lalu masukkan air kedalam gelas yang berisi material sampai penuh (jangan
sampai terdapat gelembung udara) dan timbang kembali.
9. Untuk fine sand lakukan langkah yang sama seperti coarse sand.
10. Ulangi langkah langkah tersebut untuk 3 sampel material. Catat hasilnya. Lalu tiriskan
air dan masukkan material ke dalam wadah. Dan beri label dengan kertas (A, B, dan C).
Masukkan material yang sudah ditimbang kedalam wadah dan masukkan ke dalam oven
o
dengan suhu 105 C selama 24 jam.
11. Setelah 24 jam, keluarkan material dari dalam oven. Timbang kembali material dengan
menggunakan timbangan dan catat hasilnya kedalam tabel yang sudah

disediakan. Hasil Pengamatan:

Tabel 3.2.1 Pemeriksaan Kadar Air Coarse Aggregate

No. Weight Notation Sample


Urut A B C
(gram) (gram) (gram)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Basket Wc 462 445 445
2 Basket Under Water Wcw 434,4 396,3 396,8
3 Basket + Aggregate SSD Wcs 2402 2549 2529
4 Basket + Aggregate Under Wcsw 1655 1720 1709
Water
5 Aggregate saturated surface Ws = Wcs- Wc 1940 2104 2084
dry
6 Aggregate Under Water Ww = Wcsw - Wcw 1220,6 1323,7 1312,2
7 Volume of Aggregate, SSD Wv = Ws – Wcsw‘ + Wcw‖ 719,4 780,3 771,8
8 Spesific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,696 2,696 2,700
Average Spesific Gravity, 2,697
SSD
9 Basket Wc‘ 0,000 0,000 0,000
10 Basket + Aggregate OD W‘csw 1927 2089 2074
11 Aggregate Oven Dry Wd = W‘csw – W‘c 1927 2089 2074
12 Specific Gravity,OD SG,OD = Wd/Wv 2,678 2,677 2,687
Average Specific 2,680
Gravity,OD
13 Water Absorption (%) 100 (Ws-Wd)/Wd 0,674 0,718 0,482
Average Absorption (%) 0,624

Tabel 3.2.2 Pemeriksaan Kadar Air Coarse Sand

No. Weight Notation Sample


Urut A B C
(gram) (gram) (gram)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Container Wc 1084 1081 1010
2. Container + Aggregate SSD Wcs 1435 1429 1368
3. Aggregate saturated surface Ws = Wcs - Wc 351 348 358
dry
4. Container + Aggregate + Wcsw‘ 1948 1947 1873
Water
5. Container + Water Wcw‖ 1730 1731 1631
6. Volume of Aggregate, SSD Wv = Ws – Wcsw‘ +Wcw” 133 132 136

20
Spesific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,639 2,636 2,632
7. Average Spesific Gravity, 2,635
SSD
8. Container 0,000 0,000 0,000
9. Container + Aggregate OD W‘csw 341 337 341
10. Aggregate Oven Dry Wd = W‘csw – W‘c 341 337 341
11. Spesific Gravity, OD SG, OD = Wd / Wv 2,563 2,533 2,507
Averange Spesific Gravity, 2,534
OD
12. Water Absorption 100 (Ws – Wd) / Wd 2,932 3,264 4,985
Averange Water Absorption 1,745
(%)

Tabel 3.2.3 Pemeriksaan Kadar Air Fine Sand

No. Weight Notation Sample


Urut A B C
(gram) (gram) (gram)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Container Wc 1084 1081 1010
2. Container + Aggregate SSD Wcs 1380 1389 1259
3. Aggregate saturated surface Ws = Wcs - Wc 296 308 249
dry
4. Container + Aggregate + Wcsw‘ 1911 1916 1800
Water
5. Container + Water Wcw” 1730 1731 1651
6. Volume of Aggregate, SSD Wv = Ws – Wcsw‘ + 115 123 100
Wcw”
Spesific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,573 2,504 2,490

21
7. Average Spesific Gravity, 2,522
SSD
8. Container 0,000 0,000 0,000
9. Container + Aggregate OD W‘csw 283 287 235
10. Aggregate Oven Dry Wd = W‘csw – W‘c 283 287 235
11. Spesific Gravity, OD SG, OD = Wd / Wv 2,640 2,333 2,350
Averange Spesific Gravity, 2,541
OD
12. Water Absorption 100 (Ws – Wd) / Wd 4,593 7,317 5,957
Averange Water Absorption 5,955
(%)

Pembahasan:

Berdasarkan hasil percobaan, kadar air benda uji I dan kadar air benda uji II memenuhi
peraturan persyaratan dari American Society for Testing and Materials, karena besar kadar air
benda uji I yaitu 3,49%, dan berada pada rentang 0,2 % – 4,0 % (ASTM C70). Begitu juga
dengan kadar air benda uji II sebesar 4,005% masih berada dalam rentang angka yang
disyaratkan oleh ASTM.

Kesimpulan:

Percobaan Specific Gravity dilakukan untuk mendapatkan persentase absorpsi dari


material-material yang di uji.

3.3.Pemeriksaan Gradasi Agregat

3.3.1.Pendahuluan

Gradasi material ialah distribusi ukuran butiran dari material. Bila butir-butir agregat
mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butiran
bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori
diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit.

22
3.3.2Tujuan

Tujuan dari pemeriksaan gradasi material adalah:

1. Mengetahui gradasi coarse aggregate.


2. Mengetahui gradasi coarse sand.
3. Mengetahui gradasi fine sand.

3.3.3Pelaksanaan

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan gradasi material antara lain:

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.


2. Baskom Besi
3. Tungku
4. Satu set ayakan.
5. Tempat menampung hasil ayakan.
6. Sikat pembersih ayakan.

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan gradasi material adalah:

1. Benda uji coarse aggregate


2. Benda uji coarse sand
3. Benda uji fine sand

Langkah Pengamatan :

o
1. Keluarkan material-material dari dalam oven dengan panas antara 105 C.
2. Susun ayakan menurut susunan dengan lubang ayakan yang terbesar paling atas
kemudian lubang yang lebih kecil di bawahnya.
3. Bagi coarse aggregate menjadi tiga bagian. Timbang masing-masing bagian sebanyak
2000 gram. Saring menggunakan saringan 19,1 mm sampai dengan 2,38 mm.
4. Timbang hasil yang tersisa diatas masing-masing saringan dan catat hasilnya.
5. Untuk coarse sand bagi menjadi tiga bagian dan timbang masing-masing bagian sebanyak
1000 gram. Saring menggunakan saringan 4,76 mm sampai saringan akhir.
6. Untuk fine sand bagi menjadi tiga bagian dan timbang masing-masing sebanyak
500 gram. Saring menggunakan saringan 2,38 mm sampai saringan akhir.
7. Timbang hasil yang tersisa diatas masing-masing saringan dan catat

hasilnya. Hasil Pengamatan:

Tabel 3.3.1.Pemeriksaan Gradasi Butiran Coarse Aggregate

RETAINED ON SIEVE AVERAGE


SIEVE A B C PRCENTAGE
SIZE WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT RETAINED
(mm) (gram) (%) (gram) (%) (gram) (%) ON
1 2 3 4 5 6 7 8
31,5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
19,2 1088 54,4 956 47,8 1103 55,150 52,450
9,52 887 44,35 994 48,7 814 40,7 44,916
4,76 25 1,25 50 2,5 83 4,15 2,634
2,38 0 0 0 0 0 0 0
1,2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
0,6 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
0,3 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
0,15 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
SISA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
TOTAL 2000,000 100,000 2000,000 100,000 2000,000 100,000 100,000

Tabel 3.3.2.Pemeriksaan Gradasi Butiran Coarse Sand

RETAINED ON SIEVE AVERAGE


SIEVE A B C PRCENTAGE
SIZE WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT RETAINED
(mm) (gram) (%) (gram) (%) (gram) (%) ON
1 2 3 4 5 6 7 8
31,5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
19,2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
9,52 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
4,76 159 15,9 196 19,6 223 22,3 19,267
2,38 178 17,8 158 15,8 188 18,8 17,467
1,2 190 19 165 16,5 176 17,6 17,700
0,6 192 19,2 165 16,5 165 16,5 17,400
0,3 137 13,7 146 14,6 126 12,6 13,633
0,15 119 11,9 133 13,3 92 9,2 11,467
SISA 25 2,5 37 3,7 30 3 3,066
TOTAL 1000,000 100,000 1000,000 100,000 1000,000 100,000 100,000

Tabel 3.3.3.Pemeriksaan Gradasi Butiran Fine Sand

RETAINED ON SIEVE AVERAGE


SIEVE A B C PRCENTAGE
SIZE WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT RETAINED
(mm) (gram) (%) (gram) (%) (gram) (%) ON
1 2 3 4 5 6 7 8
31,5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
19,2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
9,52 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
4,76 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
2,38 29 5,8 29 5,8 35 7 6,2
1,2 37 7,4 38 7,6 38 7,6 7,533
0,6 84 16,8 69 13,8 57 36,8 37,6
0,3 210 42 170 34 184 36,8 37,6
0,15 106 21,2 155 31 150 30 27,4
SISA 35 7 39 7,8 30 7,2 7,333
TOTAL 500,000 100,000 500,000 100,000 500,000 100,000 100,000

25
Pembahasan:

Dari hasil pemeriksaan gradasi coarse aggregate, modulus kehalusan coarse aggregate 7,4818

%. Dari hasil pemeriksaan gradasi coarse sand, modulus kehalusan coarse sand 4,4565 %.

Dari hasil pemeriksaan gradasi fine sand diperoleh modulus kehalusan fine sand 2,2583

%. Kesimpulan:

Dengan analisa saringan dapat diketahui distribusi butiran pada masing-masing jenis agregat.

3.4.Pengadukan Beton

3.4.1.Pendahuluan

Pada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar pembuatan


campuran beton. Pengadukan beton berdasarkan tempat ada dua macam yaitu pengadukan
ditempat (site mix) dan pengadukan siap tuang (ready mix) dalam pelaksanaanya pengadukan
ditempat (site mix) dikenal dengan dua metode yaitu dengan pencampuran manual (tenaga
manusia menggunakan skope, cangkul) dan yang kedua menggunakan mesin molen, untuk
pengadukan siap tuang (ready mix) pelaksanaanya diproduksi dari sebuah pabrik pencampur
(dikenal dengan batching plan). Dalam pembuatan campuran beton, harus dilakukan dengan
benar dalam memperhatikan segregasi campuran beton, lama waktu beton dicampur serta lokasi
pengadukan beton. Karena jika salah dalam cara mengaduk bahan dasar beton, maka akan
mengurangi kekuatan beton itu sendiri.

Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena menentukan
tingkat workabilitynya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu
beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kering
menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak. Uji Slump mengacu pada SNI
1972-
2008 dan ICS 91.100.30.

3.4.2.Tujuan

26
Mengetahui cara-cara mencampur bahan-bahan dasar pembuat campuran beton dengan
menggunakan mesin pengaduk.

27
3.4.3.Campuran Beton (Mix Design)

Sebelum pencampuran beton dikerjakan, maka terlebih dahulu dilaksanakan pemeriksaan


sifat-sifat material yang digunakan baik pemeriksaan sifat-sifat fisis mekanis maupun sifat-sifat
kimia. Dalam pengerjaan praktikum ini hanya dilakukan pemeriksaan sifat-sifat fisis saja. Dan
penelitian sifat-sifat fisis inipun hanya dilakukan pada agregrat saja. Sedangkan semen, air tidak
diperiksa lagi karena sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Pada perencanaan kuat tekan beton direncanakan adalah K-225 dengan menggunakan
benda uji berbentuk silinder standar dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. tinggi slump yang
diinginkan adalah diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, tinggi 30 cm.

Perencanaan Campuran (Mix Design):

1. Tinggi slump yang diinginkan adalah diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, tinggi
30 cm.
2. Diameter mak simum agregat yang digunakan adalah 31,5 mm.

1. Ubah satuan K dari kg/cm2 ke dalam bentuk MPa


K = 225 kg/cm2 x 0,83
9,81
K = 186,75 kg/cm2 x
100

K = f’c =18,320 MPa

2. Jenis beton adalah non air entrained concrete (Konstruksi tidak dipengaruhi oleh
temperatur akibat membeku dan mencair es; freezing and thawing). Jumlah air yang
dibutuhkan untuk mendaplkan slump diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, tinggi
30 cm untuk non air entrained concrete dengan diameter maksimum agregat 31,5 mm
diperkirakan jumlah air yang diperlukan adalah 186,76 kg/m' (didapat dengan cara
interpolasi linier).
a a'
=
b b'
25−37,5 25−31,5
=
193−181 193−x
−125 −6,5
=
12 193−x
x=186,76
Air = 186,76 kg/m3
3. Faktor Air Semen (FAS) untuk non air entrained concrete dengan tegangan 18,320 Mpa
f‘cr = f‘c + z.s
f‘cr = 18,320 MPa + (1,65 x 2,5)

f‘cr = 18,320 + 4,125

f‘cr = 22,445MPa

a a
=
b b

25−20 25−22,4
=
0,61−, 069 0,61−x

5 2,6
=
−0,08 0,61−x
(FAS) x = 0,651 MPa

4. Jumlah air semen yangh dibutuhkan dapat dihitung :

Air 186,76 kg /m3


Semen = = = 286,881 kg/m3
FAS 0,651 kg /m3

5. Jumlah coarse agregat yang dibutuhkan. Fine aggregate dengan FM (finesses modulus) :
2,8 dan agregat dengan diameter maksimum 31,5 mm, jumlah coarse agregat yang
dibutuhkan adalah 0,691 (on dry rodded bassis) dalam setiap m beton.
FMfs = 2,078
FMcs = 3,98182
a a'
=
b b'

25−37,5 31,5−25
=
0,67−0,71 x−0,67
−12,5 −6,5
=
−0,04 0,67−x
8,375 – 12,5x = -0,26
12,5x = 8,623
X = 0,691 m3

6. Pasir = 1 beton
Pasir = beton – air – semen – CA
Pasir = 2395,6 – 186,76 – 286,881 – 1105,6
Pasir = 922,6904 kg/

7. Rumus estimasi campuran agregat halus, dengan perbandingan FM


FMfs (x) + FMcs (1 - x) = FMfa
2,057 (x) + 3,646(1 – x) = 2,8
2,057x + 3,646 – 3,646x = 2,8
-1,589x = -0,846
x = 0,846/1,589

x = 0,532
1–x = 1 – 0,532
= 0,468
 Berat fine sand = 816,36 x 0,532
= 434,303 kg/m3
 Berat coarse sand = 816,36 x 0,468
= 382,056 kg/m3

8. Rekap
Air = 186,76
Semen = 286,881
CA = 1105,6
FS = 434,303
CS = 382,056

9. Silinder
d = 15 cm
t = 30 cm

1
π d2 t
4

1
π (0,15)2 x 0.3
4

V1 silinder = 0,0053
V6 silinder = 0,0053 x 6 = 0,0318
Volume pada molen = V6 silinder x 1,2
= 0,0382 m3

10. Air x Vp = 186,76 x 0,0382 = 7,134 kg/m3


Semen x Vp = 286,881 x 0,0382 = 10,958 kg/m3
CA x Vp = 1105,6 x 0,0382 = 42,233 kg/m3
FS x Vp = 434,3 x 0,0382 = 16,590 kg/m3
CS x Vp = 382,06 x 0,0382 = 14,594 kg/m3

3.4.4Pelaksanaan

Alat yang digunakan dalam pengadukan beton adalah:

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 kg dan 0,05 kg.


2. Mesin pengaduk beton.
3. Ember/bejana dan nampan besar.
4. Cetakan silinder.
5. Sendok spesi.
6. Kerucut Terpacung (Kerucut Abhrams) dengan diameter 20 cm untuk bagian bawah, 10
cm untuk bagian atas dan tinggi 30 cm.
7. Baja pemadat diameter 16 mm dan panjang 60 cm.
Benda uji berupa beton segar yang diambil dari ―Percobaan Pengadukan Beton‖

1. Semen, dengan berat 10,958 kg/m3


2. Coarse Aggregate,dengan berat 42,233 kg/m3
3. Coarse Sand,dengan berat 14,594 kg/m3
4. Fine Sand,dengan berat 16,590 kg/m3
5. Air,dengan berat 7,134 kg/m3

Langkah Pembuatan

1. Timbang semua material sesuai dengan data yang di dapat dari Mix Design.Taruh ke
dalam wadah.
2. Siapkan molen dan masukkan material dari butir terbesar sampai yang terkecil,masukkan
air dan aduk sampai campurannya merata.
3. Memasukkan adukan beton yang masih segar ke dalam kerucut cetakan dalam 3
lapis, masing-masing lapis 1/3 volume corong.
4. Memadatkan setiap lapis dengan cara menumbuk-numbuk 25x tumbukan tiap lapisnya.
5. Meratakan adukan beton dalam kerucut pada bagian atasnya dengan sendok spesi
sehingga bagian atasnya sama rata dengan sisi atas kerucut cetakan, setelah penusukan
lapis terakhir.
6. Mengangkat cetakan dengan hati-hati setelah 30 detik, selama mengangkat cetakan
mengusahakan benar-benar tegak lurus ke atas sehingga tidak merubah hasil cetakan.
7. Mengukur slam dengan cara menempatkan cetakan disebelah hasil cetakan.
Penurunan bagian atas secara perlahan-lahan hingga berhenti akanmendapatkan selisih
tinggi antara cetakan sebelum dan sesudah diangkat, nilai ini disebut ―nilai slam‖.Catat
hasilnya.

3.5.Pembuatan Silinder Beton

3.5.1Pendahuluan

Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
agregat (halus dan kasar) dan pengikat semen beserta air sebagai bahan pembantu guna
keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan (berhidrasi, mengelem komponen bersama dan
akhirnya membentuk material seperti batu) dan perawatan beton berlangsung.
Sifat dari beton sendiri memiliki kuat tekan yang tinggi namun memiliki kuat tarik
yang lemah dan bersifat getas. Nilai kuat tarik hanya berkisar 9% – 15% saja dari nilai kuat
tekannya.

Kuat hancur dari beton sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

1. Jenis dan kualitas semen,


2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat,
3. Perawatan,
4. Suhu, dan
5. Umur beton tersebut.

3.5.2.Tujuan

Membuat sample beton berbentuk silinder dan balok untuk dapat menguji kualitas beton
yaitu kuat tekan beton.

3.5.3Pelaksanaan

Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan silinder dan balok beton antara lain:

1. Cetakan beton berbentuk silinder dengan diameter 15 cm, tinggi 30 cm lengkap dengan
alas dan sekrup penyambung yang kedap air dan telah diolesi pelumas sebanyak 6 buah.
2. Sendok spesi
3. Baja pemadat/penusuk diameter 16 mm dan panjang 600 mm.
4. Bak pencampur/nampan besar.
5. Kertas mika
6. Palu karet

Benda uji berupa beton segar yang diambil dari ―Percobaan Pengadukan Beton‖

1. Semen, dengan berat 10,958 kg/m3


2. Coarse Aggregate,dengan berat 42,233 kg/m3
3. Coarse Sand,dengan berat 14,594 kg/m3
4. Fine Sand,dengan berat 16,590 kg/m3
5. Air,dengan berat 7,134 kg/m3
Langkah Pembuatan :

1. Menampung adukan beton segar dalam bak penampung. Kemudian menyiapkan


cetakan silinder beton .
2. Memasukkan adukan beton segar ke dalam 6 cetakan, dalam 3 tahap/lapis dengan sendok
spesi yang masing-masing lapis diperkirakan mempunyai volume yang sama.
3. Memadatkan tiap lapis dengan cara menusuk-nusuk menggunakan batang baja 25x
merata kesemua permukaan lapisan dengan kedalaman sampai sedikit masuk kesemua
permukaan lapisan sebelumnya, khusus lapisan I penusukan tidak sampai mengenai dasar
cetakan.
4. Memenuhi bagian atas cetakan dengan beton setelah memadatkan lapisan ketiga,
kemudian meratakan dengan sendok spesi hingga permukaan atas adukan beton rata
dengan bagian atas cetakan.Ketuk cetakan agar adonan rata dengan menggunakan palu
karet.Lapisi bagian atas dengan kertas mika agar permukaannya rata.
5. Membersihkan benda uji dari kotoran yang melekat.Memindah cetakan dalam
ruangan yang lembab. Mengeluarkan benda uji dari cetakan setelah 24 jam sejak
pembuatan.
6. Setelah 24 jam lepaskan kertas mika dan cetakan dari benda uji dan beri tanda
tanggal pembuatannya.
7. Lalu rendam beton ke dalam bak air selama 28 hari.

Hasil Pengamatan:

1. FAS : 0,651 MPa


2. Slump : 20 cm

Pembahasan:

Dalam percobaan ini digunakan satu jenis benda uji silinder, dimana jumlah benda uji
sebanyak enam buah. Cetakan beton berbentuk silinder dengan diameter 15 cm, tinggi bagian 30
cm .Pembuatan beton uji dilakukan satu kali pencampuran agregat dengan jumlah semen 10,958
kg/m3, coarse aggregate 42,233 kg/m3, coarse sand 14,594 kg/m3, fine sand 16,592 kg/m3 dan air
7,134 kg/m3

Kesimpulan:
Campuran antara semen 10,958 kg/m3, coarse aggregate 42,233 kg/m3, coarse sand
14,594 kg/m3, fine sand 16,490 kg/m3 dan air 7,134 kg/m3. jika dicetak menggunakan cetakan
beton berbentuk silinder dengan diameter 15 cm, tinggi bagian 30 cm akan menghasilkan enam
buah benda uji.

3.6.Uji Kuat Tekan Beton

3.6.1.Pendahuluan

Beton merupakan suatu material bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
agregat dan pengikat yang berupa semen. Dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(PBI
1971: 39) bahwa kuat tekan adalah bahan konstruksi yang mempunyai sifat kekuatan tekan
yang khas, nilainya akan menyebar sekitar suatu nilai rata-rata.

Salah satu pengujian beton yang paling utama adalah pengujian kuat tekan, Karena sesuai
dengan keunggulan sifat beton yaitu dapat menahan tekan sangat kuat. Mutu beton umumnya
ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara menguji kuat tekan beton dilakukan terhadap benda
uji (berbentuk silinder).

Dengan pengujian ini dapat diketahui besarnya kekuatan tekan beton lapangan melalui
pengujian sampel, sehingga dapat ditentukan apakah beton tersebut sesuai dengan kuat tekan
rencana dan layak dalam penggunaannya di lapangan.

3.6.2.Tujuan

1.Mengetahui kuat tekan beton dan berat jenis beton.

3.6.3.Pelaksanaan

Alat yang digunakan dalam uji kuat trkan silinder beton adalah:

1. Penggaris.
2. Alat Capping.
3. Timbangan.
4. Mesin Uji Tekan.

Benda uji

1.Beton segar

Langkah Pembuatan:

1. Keluarkan beton setelah di rendam selama 7 hari dan diamkan selama 24 jam sebelum
dilakukannya uji kuat tekan.
2. Ukur diameter dan tinggi beton lalu catat hasilnya.
3. Timbang beton dan catatkan juga hasilnya.
4. Letakkan beton di mesin uji kuat tekan beton dan catat hasilnya.

Hasil Pengamatan:

Tabel 3.6 Tabel Kuat Tekan

Massa Dimensi
Nomor Luas Kuat Tekan
Umur Benda
Benda L Bidang (N/mm²)
(hari) Uji Gaya Tekan (kN)
Uji D (mm) (mm²)
(kg) (mm)

A 7 12,87 300,1 150 1767,145 313,814 17,758

B 7 13,17 300,6 150 17695,02 323,621 18,280

C 7 13,08 299,8 150,2 17710,6 284,34 16,047


Tabel 3.7 Konversi Kuat Tekan Silinder ke Kubus
Konversi Kuat Tekan Silinder Beton ke Kubus
Beton Konversi Umur 28
No benda uji
Hari
MPa Kg/cm2
A 21,395 218,093 335,527
B 22,024 224,505 345,392
C 19,333 197,074 303,190

Kami tidak bisa mendapatkan hasil pengujian uji tekan beton 28 hari dikarenakan pandemi COVID 19
yang menghambat pengujian uji tekan beton 28 hari sehingga kami hanya bisa memuat data hasil konversi beton
umur 28 hari.
BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, praktikan dapat mengetahui bahan-bahan pokok
pembuatan beton, yaitu agregat kasar, agregat halus, air dan semen, serta mengenal perannya
dalam pembuatan beton, seperti air dan semen digunakan untuk membuat pasta semen, lalu
agregat digunakan sebagai bahan penguat beton dan pasta semen digunakan untuk mengikat
agregat. Selain itu juga mengetahui parameter-parameter material pembentuk beton, antara lain
kadar air, kadar Lumpur dan kadar zat organic pada material pembentuk beton. parameter
material ini diperlukan agar saat membuat beton, campurannya sesuai dengan kebutuhan
sehingga menghasilkan beton sesuai dengan yang diinginkan. Dari dua hal tersebut, praktikan
mengetahui cara merencanakan pembuatan beton, yaitu dengan membuat perhitungan kebutuhan
bahan-bahan pembuatan beton sesuai dengan kekuatan yang diinginkan. Dan setelah di
rencanakan, praktikan dapat mengetahui cara membuat beton, seperti mencampur bahan-bahan
dan mencetaknya di bekisting.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mencetak beton adalah penumbukan untuk
memastikan udara yang tersimpan keluar, penggetaran untuk memastikan agregat merata dan
pelapisan oli pada bekisting agar beton yang sudah jadi tidak menempel pada dinding bekisting.
Terakhir adalah praktikan dapat mengetahui cara merawat beton, yaitu dapat dengan direndam
dalam air untuk mengurangi panas hidrasi, dan melakukan uji tekan untuk menguji kuat tekan
beton dan menguji sifat mekanik beton tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan campuran beton dengan fas
0,651 maka diperoleh:

1. Kuat tekan beton rata-rata (F‘c) = mpa


2. Standar Deviasi (S) = kg/cm².
3. Kuat tekan beton karakteristik (F‘cr) = kg/cm²
Kemudian menurut hasil penyelidikan fisis dan pembahasan hasil-hasilnya dapat
disimpulkan bahwa:

1. Agregat yang digunakan dalam praktikum sudah memenuhi persyaratan.


2. Usia dari benda uji sangat mempengaruhi kekuatan beton.
3. Disamping itu faktor-faktor yang juga dapat mempengaruhi mutu beton adalah fas,
komposisi bahan pembentuk beton dan pelaksanaan pengerjaan beton.

5.1 Saran
Dari hasil pengalaman dalam mengikuti praktikum Bahan Bangunan ini, maka penulis
menyarankan:

1. Praktikian harus menguasai materi atau prosedur kerja sebelum melakukan praktikum agar
terhindar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan praktikum.
2. Dalam pelaksanaan praktikum, praktikian harus memperhatikan dan mengikuti segala
bentuk petunjuk yang diberikan oleh pembimbing praktikum.
3. Menciptakan kerjasama dan kekompakan antara sesama praktikian agar dapat hasil
yang optimal.
4. Ketekunan, disiplin, dan ketelitian agar lebih ditingkatkan
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, M., & Amalia. (2005). Teknologi Bahan 1. Jakarta

Anonim. 1990. SNI03-1974-1990 Tentang Metode Pengujian Kuat

Tekan Beton. Badan Standarisasi Nasional.

Anonim. 2011. SNI 1974:2011 Tentang Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan

Benda Uji Silinder. Badan Standarisasi Nasional.

Praktikum Kelompok II, 2020. Perencanaan Campuran Beton (Concrete Mix Design) Mutu K-225 kg/cm2,
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala : Nanggroe Aceh Darussalam.

https://www.scribd.com/doc/295720731/Laporan-Praktikum-Beton-

Kelompok-V

https://mycivilian.files.wordpress.com/2018/01/pbi -1971-peraturan-beton-bertulang-indonesia.pdf

https://www.ilmubeton.com/2017/11/mutu-beton-k-kgcm-dan-mutu-beton-f-mpa.html

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256207/pendidikan/sni -1974-2011.pdf
LAMPIRAN

40

Anda mungkin juga menyukai