LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM KONSTRUKSI DAN BAHAN BANGUNAN
“PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON”
DIKERJAKAN OLEH :
KELOMPOK VA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena dengan karunianya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul. “Pengujian Kuat Tekan Beton”.
Meskipun dalam mengerjakan penulis mendapat banyak hambatan, penulis berhasil
menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Tugas laporan ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan sebagai mahasiswa
yang memprogram mata kuliah Praktikum Bahan Bangunan.
Dalam pembuatan laporan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Rudiansyah Putra S.T, M.Si sebagai ketua Lab. Konstruksi dan Bahan Bangunan
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
2. Bapak Ir. Huzaim M.T sebagai Dosen Pembimbing dalam Praktikum Bahan Bangunan.
3. Bapak Mahlil S.T, M.T. sebagai Pembimbing dalam Praktikum Bahan Bangunan dan
pembuatan laporan.
4. Seluruh staf pada Lab Konstruksi dan Bahan Bangunan yang ikut membantu dalam
melaksanakan praktikum.
5. Serta rekan-rekan yang ikut membantu melakukan praktikum ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna sempurnanya laporan ini. Penulis juga berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca dan juga penulis khususnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..……………………. i
DAFTAR ISI…………………………………..…………..………………………………..……ii
BAB I PENDAHULUAN…………………....………………………….……………………… 1
1.1.Latar Belakang………………………………………………………………………...1
1.2.Tujuan…………………………………………………………………………………1
1.3.Manfaat…………………………………………………………………………….....2
2.1.Pengertian Beton……………………………………………………………………...3
2.4.Pengertian Air………………………………………………………………….…….12
3.4.Pengadukan Beton………………………………………………………..…….........26
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………...…. 37
4.1.Kesimpulan………………………………………………………………...………...37
ii
4.2.Saran………………………………………………..……………………….…..….38
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….…..39
LAMPIRAN…………………………………………………………………………….….…40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Beton merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan semen secukupnya
yang berfungsi sebagai perekat bahan susun beton, dan air sebagai bahan pembantu guna
keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung.
Kekuatan beton dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya oleh bahan penyusunnya,
rancang campuran, pengerjaan, dan perawatan. Beton memiliki sifat kuat terhadap tekan dan
lemah terhadap tarik. Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi di
Indonesia cukup pesat. Hampir 70% material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah
beton (concrete). Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam konstruksi tersebut mengakibatkan
peningkatan kebutuhan material beton, sehingga memicu penambangan batuan sebagai salah satu
bahan pembentuk beton secara besar-besaran serta beton yang dihasilkan kedap air sehingga
mengurangi resapan yang menyebabkan genangan air. Hal ini menyebabkan turunnya jumlah
sumber daya alam yang tersedia untuk keperluan pembetonan dan perusakan lingkungan. Selama
ini berbagai penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif teknik
konstruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis. Hal
tersebut dapat memberikan suatu alternatif untuk mengurangi material pada beton itu sendiri
dengan tidak mengurangi kuat tekannya, seperti beton dengan pengurangan agregat halus.
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian apakah beton yang dibuat mampu menahan
tekanan dan komposisi beton manakah yang baik agar memiliki kuat tekan yang cukup.
1.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk:
- Mengetahui langkah kerja praktikum pengujian kuat tekan beton
- Mengetahui sifat fisis dari beton
- Mengetahui cara pembuatan beton.
- Mengetahui nilai kuat tekan beton
1
1.3.Manfaat
- Untuk mengetahui sifat fisis, cara pembuatan, dan kuat tekan beton.
- Dapat memahami standar prosedur uji kuat tekan beton.
Dapat memahami tentang cara pengujian serta memahami data yang dihasilkan, seperti: bulk
dencity,finnes modulus,specific gravity,dan mix design.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Beton
Beton didefinisikan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, dan air dengan atau tanpa
menggunakan bahan tambah (admixture atau additive). DPULPMB memberikan definisi tentang
beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus,
agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa
padat (SNI 03-2847-2002). Nugraha, Paul (2007), mengungkapkan bahwa pada beton yang baik,
setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya dengan ruang
antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan kualitas beton.
Semen adalah unsur kunci dalam beton, meskipun jumlahnya hanya 7-15% dari campuran. Beton
dengan jumlah semen yang sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan
beton dengan jumlah semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete). Menurut
Mulyono (2006) secara umum beton dibedakan kedalam 2 kelompok, yaitu :
1. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton. Kelas dan mutu beton ini, di bedakan menjadi 3
kelas, yaitu :
a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral. Untuk pelaksanaannya
tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan
terhadap mutu bahanbahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
Mutu kelas I dinyatakan dengan B0.
3
c. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih tinggi dari K 225.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga-
tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani
oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu. Adapun
pembagian kelas jalan ini, dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Kelas dan Mutu Beton Kelas Mutu σ‘bk (kg/cm2 ) σ‘bm (kg/cm2 )
a. Beton Ringan
Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengn bobot yang lebih ringan dibandingkan
dengan bobot beton normal. Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton ringan pun
merupakan agregat ringan juga. Agregat yang digunakan umumnya merupakan hasil dari
pembakaran shale, lempung, slates, residu slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil
pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan sekitar 1900 kg/m3 atau berdasarkan
kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 1440 – 1850 kg/m3 , dengan kekuatan tekan
umur 28 hari lebih besar dari 17,2 Mpa.
b. Beton Normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai agregat halus dan
batu pecah sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat jenis beton antara 2200 kg/m3 –
2400 kg/m3 dengan kuat tekan sekitar 15 – 40 Mpa.
4
c. Beton Berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki berat isi lebih besar
dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3 . Untuk menghasilkan beton berat digunakan
agregat yang mempunyai berat jenis yang besar.
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang besar dan masif,
misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan jembatan.
e. Ferro-Cement
Ferro-Cement adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan
suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktil pada
mortar semen.
Beton serat (fibre concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari beton dan bahan lain
berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak-retak sehingga menjadikan beton
lebih daktil daripada beton normal.
Kelebihan :
- Dapat denngan mudah mendapatkan material dasarnya (availability) Agregat dan air pada
umumnya bisa didapat dari lokal setempat. Semen pada umumnya juga dapat dibuat didaerah
setempat, bila tersedia. Dengan demikian, biaya pembuatan relatif murah karena semua bahan
bisa didapat di dalam negeri, bahkan bisa setempat. Bahan termahal adalah semen, yang bisa
diproduksi di dalam negeri.
5
- Kemampuan beradaptasi (adaptability) sehingga beton dapat dicetak dengan betuk dan ukuran
berapapun
Kekurangan :
- Beton cenderung untuk retak, karena semen nya hidrolis. Baja tulangan bisa berkarat, meskipun
tidak terekspose separah struktur baja
- Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan. Beton yang baik maupun yang
buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang sama
- Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau daurulang sulit dan tidak
ekonomis. Dalam hal ini struktur baja lebih unggul, misalnya tinggal melepas sambungannya
saja.
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan butirannya
berukuran antara 4,76 mm — 150 mm.. Ketentuan agregat kasar antara lain:
Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Aggregat kasar yang
butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak melampaui 20%
berat agregat seluruhnya.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat keringnya. Bila
melampaui harus dicuci.
6
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat yang relatif
alkali.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.
Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff dengan beban uji 20
ton.
Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5%.
1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali.
2. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar
sungai oleh air sungai yang mengalir.
3. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk beton
berbobot ringan.
4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang diklasifikasi disini
misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limon.
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat ini
berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine
Sand). Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai
agregat halus. Menurut PBI, agregat halus memenuhi syarat:
Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal artinya tidak
hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur, seperti terik matahari hujan, dan lain-lain.
7
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering, apabila kadar
lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci bila ingin dipakai untuk
campuran beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi kekuatan beton berkurang 5 %.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup) terlalu banyak dan harus
dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-HARDER dengan larutan NaOH 3%.
Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan tersebut juga dapat dipakai, asal saja
kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan
adukan agregat yang sama, tetapi dicuci terlebih dahulu dalam larutan NaOH 3% yang kemudian
dicuci bersih dengan air pada umur yang sama.Agregat halus harus terdiri dari butiran yang
beranekaragam dan apabila diayak dengan ayakan susunan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
Sisa diatas ayakan 0,025 beratnya berkisar antara 80% sampai 95%.
Semen berasal dari kata caementum (bahasa latin) yang artinya memotong menjadi
bagian-bagian kecil tak beraturan. Sedangkan dalam pengertiannya semen adalah zat yang
digunakan untuk merekatkan batu bata, batako maupun bahan bangunan lainnya.
(Wikipedia.com/Semen). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semen adalah serbuk atau
tepung yang terbuat dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk membuat beton,
8
merekatkan batu bata ataupun membuat tembok. Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan
bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan.
Semen dalam pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive dan
cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang dipakai bersama-sama
dengan batu kerikil dan pasir. Semen dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu:
a. Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau tidak stabil
dalam air. Contoh semen non hidraulis (hydraulic binder) adalah lime dimana lime ini
merupakan perekat klasik dalam bangunan yang dibuat dengan memanaskan limestone pada
suhu 850 oC. CaCO3 dari limestone akan melepaskan CO2 dan menghasilakn burn lime atau
quick lime (CaO).
Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan Ca(OH)2 dalam butiran yang halus dan
Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras dalam air tetapi dapat mengeras bila bereaksi dengan CO2
dari udara membentuk CaCO3 kembali.
b. Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan padatan yang
stabil dalam air. Oleh karena mempunyai sifat hidraulis, maka semen tersebut bersifat:
Contoh semen hidraulis adalah semen Portland, semen campur, semen khusus dan sebagainya.
9
Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk
pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari
bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
Semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran
minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
c. Semen Portland
Semen portland ialah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menghasilkan klinker
terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolisis (dapat mengeras jika bereaksi dengan
air) dengan gips sebagai bahan tambahan. Semen merupakan bahan pengikat yang paling
terkenal dan paling banyak digunakan dalam proses konstruksi beton. Semen yang umum
dipakai adalah semen tipe I dan ketergantungan kepada pemakaian semen jenis ini masih sangat
besar. Semen portland jika dilihat dari sisi fungsi masih memiliki kekurangan dan keterbatasan
yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu mortar.
Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting, yaitu:
Sifatnya hampir sama dengan sifat semen yaitu jika ditambahkan air akan menjadi kaku
dan dalam beberapa jam saja pasta akan mengeras. C3S menunjang kekuatan awal semen dan
menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 58 kalori/gram setelah 3 hari.
Pada saat penambahan air setelah reaksi yang menyebabkan pasta mengeras dan
menimbulkan panas 12 kalori/gram setelah 3 hari. Pasta akan mengeras, perkembangan
kekuatannya stabil dan lambat pada beberapa minggu kemudian mencapai kekuatan tekan akhir
hampir sama dengan C3S.
10
Unsur ini apabila bereaksi dengan air akan menimbulkan panas hidrasi tinggi yaitu 212
kalori/gram setelah 3 hari. Perkembangan kekuatan terjadi satu sampai dua hari tetapi sangat
rendah.
Unsur ini saat bereaksi dengan air berlangsung sangat cepat dan pasta terbentuk dalam
beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 68 kalori/gram. Warna abu-abu pada semen
disebabkan oleh unsur ini. Silikat dan aluminat yang terkandung dalam semen portland jika
bereaksi dengan air akan menjadi perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras.
Reaksi membentuk media perekat ini disebut dengan hidrasi. Reaksi kimia semen bersifat
exothermic dengan panas yang dihasilkan mencapai 110 kalori/gram. Akibatnya dari reaksi
eksotermis terjadi perbedaan temperatur yang sangat tajam sehingga mengakibatkan retak-retak
kecil (microcrack) pada mortar.
Proses reaksi kimia semen dengan air sehingga membentuk masa padat ini juga masih
belum bisa diketahui secara rinci karena sifatnya yang sangat kompleks. Rumus kimia yang
dipergunakan juga masih bersifat perkiraan untuk reaksi kimia dari unsur C2S dan C3S dapat
ditulis sebagai berikut:
Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah presentase
empat komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen dengan tujuan
pemakainnya
11
Tabel 2.4. Komposisi Semen Portland
CaO 60 - 67 %
SiO2 17 – 25 %
Al2O3 3-8%
LOI 5,0 %
IR 3,0 %
2.5.Pengertian Air
Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air mempunyai sifat yang hampir bisa
digunakan untuk apa saja, maka air merupakan zat yang paling penting bagi semua bentuk
kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang merupakan
sumber energi. Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian terbesar
di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan aliran air (di
permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus
keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan Sjarief, 2010).
12
Air sebagai pereaksi dipakai dengan tujuan supaya terjadi hidrasi kimia antara agregat
dengan semen yang membuat campuran yang mengeras. Air yang digunakan untuk campuran
beton harus memenuhi syarat-syarat antara lain:
13
BAB III
Berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dan isi/volume. Pengujian berat
satuan pada agregat berguna untuk mengkonversi dari satuan berat ke satuan volume. Dalam
merancang campuran beton komposisi bahan ditentukan dalam satuan berat. Pada waktu
membuat beton dilapangan dengan komposisi berat kurang praktis, biasannya di lapangan
menggunakan komposisi perbandingan yaitu dengan takaran (volume). Untuk mengkonversi dari
komposisi satuan volume digunakan angka berat isi.
Berat isi agregat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat jenis, gradasi
agegat, diameter maksimum agregat. Berat isi agregat beton disyaratkan lebih dari 1,2 kg/liter
3.1.2.Tujuan
3.1.3.Pelaksanaan
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan berat satuan agregat antara lain:
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan berat satuan agregat adalah:
1. Coarse aggregate
2. Coarse Sand
3. Fine Sand
14
Langkah Pelaksanaan:
Hasil Pengamatan:
AVERAGE 1,532
15
Tabel 3.1.2 Pemeriksaan Berat Satuan Coarse Sand
AVERAGE 1,853
AVERAGE 1,593
Pembahasan:
16
Berat rata-rata Fine Sand : 1,539 Kg/l
Kesimpulan:
Setiap material yang ditimbang memiliki berat yang berbeda dan menggunanakan bejana yang
disesuaikan.
Kadar air adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam
keadaan kering dan dinyatakan dalam persen (%). Peraturan yang digunakan dalam American
Society for Testing and Materials (ASTM C70) persyaratan kadar air yaitu 0,2 % – 4,0 %.
Di dalam campuran beton, air mempunyai dua buah fungsi. Pertama, untuk
memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.
Kedua, sebagai pelumas campuran kerikil, pasir, dan semen agar dapat ditempatkan ke dalam
cetakan dengan kelecekan sesuai rencana. Air dalam campuran beton terdiri dari:
Menurut American Society for Testing and Materials sangatlah sulit untuk mencapai
agregat dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry) di lapangan yaitu kondisi dari partikel
agregat atau padat berpori lainnya ketika void permeabel diisi dengan air tetapi terkena
permukaan kering. Sehingga perlu mengkonversikan keadaan yang sebenarnya dari agregat di
lapangan menjadi keadaan SSD, yaitu dengan mengetahui total kadar air dan kapasitas
penyerapan dari agregat yang diukur. Kadar air bebas dihitung dari total kadar air dikurangi
kapasitas absopsi. Dapat disimpulkan bahwa air yang terkandung dalam agregat akan
mempengaruhi jumlah air yang diperlukan di dalam campuran. Salah satu sifat yang sangat
mempengaruhi besarnya air yang terdapat dalam agregat adalah porositas dan absorpsi agregat
(ASTM C128).
17
3.2.1.Tujuan
3.2.2.Pelaksanaan
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan kadar air agregat antara lain:
Benda uji yang digunakan dalam pengujian kadar air agregat antara lain:
1. Coarse aggregate dalam keadaan Jenuh Kering Muka (JKM) atau Saturated Surface
Dry (SSD).
2. Coarse sand dalam keadaan Jenuh Kering Muka (JKM) atau Saturated Surface
Dry (SSD).
3. Fine sand dalam keadaan Jenuh Kering Muka (JKM) atau Saturated Surface Dry (SSD).
Langkah Pelaksanaan:
1. Mengambil coarse aggregate, coarse sand dan fine sand contoh sebagai benda uji
2. Rendam didalam ember berisi air hingga permukaan tertutupi air dan biarkan selama 24
jam
3. Setelah 24 jam, hamparkan material di tempat yang tidak dipapari sinar matahari
langsung
4. Untuk memastikan coarse sand dan fine sand kering sempurna (SSD) gunakan kerucut
konus. Jika coarse sand dan fine sand tidak membentuk kerucut, maka coarse sand dan
fine sand sudah kering sempurna.
18
5. Untuk coarse aggregate, timbang keranjang menggunakan timbangan dan catat hasilnya.
Kaitkan keranjang dibawah timbangan dan masukkan kedalam baskom berisi air lalu
catat hasilnya.
6. Masukkan coarse aggregate sebanyak 1/3 keranjang dan timbang. Lalu kaitkan kembali
keranjang yang berisi coarse aggregate dan masukkan kedalam baskom. Catat hasilnya.
7. Bagi coarse sand yng sudah dikeringkan menjadi tiga bagian (A,B, dan C). Timbang
gelas dan penutup kaca lalu isi penuh gelas dengan air dan timbang.
8. Masukkan Coarse sand sebanyak 1/3 gelas lalu tutup dengan penutup kaca dan timbang.
Lalu masukkan air kedalam gelas yang berisi material sampai penuh (jangan sampai
terdapat gelembung udara) dan timbang kembali.
9. Untuk fine sand lakukan langkah yang sama seperti coarse sand.
10. Ulangi langkah langkah tersebut untuk 3 sampel material. Catat hasilnya. Lalu tiriskan air
dan masukkan material ke dalam wadah. Dan beri label dengan kertas (A, B, dan C).
Masukkan material yang sudah ditimbang kedalam wadah dan masukkan ke dalam oven
dengan suhu 105oC selama 24 jam.
11. Setelah 24 jam, keluarkan material dari dalam oven. Timbang kembali material dengan
menggunakan timbangan dan catat hasilnya kedalam tabel yang sudah disediakan.
Hasil Pengamatan:
19
dry
6 Aggregate Under Water Ww = Wcsw - Wcw 1460,900 1372,000 1300,900
7 Volume of Aggregate, SSD Wv = Ws – Wcsw‘ + Wcw‖ 857,900 791,700 763,300
8 Spesific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,702 2,732 2,704
Average Spesific Gravity, 2,712
SSD
9 Basket Wc‘ 0,000 0,000 0,000
10 Basket + Aggregate OD W‘csw 2297,700 2145,600 2074,900
11 Aggregate Oven Dry Wd = W‘csw – W‘c 2297,700 2145,600 2074,900
12 Specific Gravity,OD SG,OD = Wd/Wv 2,678 2,710 2,682
Average Specific 2,690
Gravity,OD
13 Water Absorption (%) 100 (Ws-Wd)/Wd 0,918 0,843 0,795
Average Absorption (%) 0,842
20
Wcw‖
Spesific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,691 2,733 2,701
7. Average Spesific Gravity, 2,708
SSD
8. Container 0,000 0 0
9. Container + Aggregate OD W‘csw 211,900 257,800 381,100
10. Aggregate Oven Dry Wd = W‘csw – W‘c 211,900 257,800 381,100
11. Spesific Gravity, OD SG, OD = Wd / Wv 2,645 2,685 2,655
Averange Spesific Gravity, 2,661
OD
12. Water Absorption 100 (Ws – Wd) / Wd 1,746 1,784 1,705
Averange Water Absorption 1,745
(%)
21
7. Average Spesific Gravity, 2,655
SSD
8. Container 0,000 0,000 0,000
9. Container + Aggregate OD W‘csw 266,600 278,400 292,100
10. Aggregate Oven Dry Wd = W‘csw – W‘c 266,600 274,400 292,100
11. Spesific Gravity, OD SG, OD = Wd / Wv 2,588 2,599 2,535
Averange Spesific Gravity, 2,574
OD
12. Water Absorption 100 (Ws – Wd) / Wd 2,475 2,038 4,998
Averange Water Absorption 3,185
(%)
Pembahasan:
Berdasarkan hasil percobaan, kadar air benda uji I dan kadar air benda uji II memenuhi
peraturan persyaratan dari American Society for Testing and Materials, karena besar kadar air
benda uji I yaitu 3,49%, dan berada pada rentang 0,2 % – 4,0 % (ASTM C70). Begitu juga
dengan kadar air benda uji II sebesar 4,005% masih berada dalam rentang angka yang
disyaratkan oleh ASTM.
Kesimpulan:
3.3.1.Pendahuluan
Gradasi material ialah distribusi ukuran butiran dari material. Bila butir-butir agregat
mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butiran
bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori
diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit.
22
3.3.2Tujuan
3.3.3Pelaksanaan
Langkah Pengamatan :
23
6. Untuk fine sand bagi menjadi tiga bagian dan timbang masing-masing sebanyak 500
gram. Saring menggunakan saringan 2,38 mm sampai saringan akhir.
7. Timbang hasil yang tersisa diatas masing-masing saringan dan catat hasilnya.
Hasil Pengamatan:
24
31,5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
19,2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
9,52 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
4,76 295,000 29,500 200,000 20,000 200,000 20,000 23,160
2,38 295,000 29,500 315,000 31,500 283,000 28,300 29,780
1,2 252,000 25,200 349,000 34,9,000 338,000 33,800 31,300
0,6 92,000 9,200 77,000 7,700 116,000 11,600 9,500
0,3 35,000 3,500 18,000 1,800 28,000 2,800 2,700
0,15 21,000 2,100 25,000 2,500 24,000 2,400 2,330
SISA 10,000 1,000 16,000 1,600 11,000 1,100 1,230
TOTAL 1000,000 100,000 1000,000 100,000 1000,000 100,000 100,000
25
Pembahasan:
Dari hasil pemeriksaan gradasi coarse aggregate, modulus kehalusan coarse aggregate 7,4818 %.
Dari hasil pemeriksaan gradasi coarse sand, modulus kehalusan coarse sand 4,4565 %.
Dari hasil pemeriksaan gradasi fine sand diperoleh modulus kehalusan fine sand 2,2583 %.
Kesimpulan:
Dengan analisa saringan dapat diketahui distribusi butiran pada masing-masing jenis agregat.
3.4.Pengadukan Beton
3.4.1.Pendahuluan
Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena menentukan
tingkat workabilitynya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu
beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kering
menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak. Uji Slump mengacu pada SNI 1972-
2008 dan ICS 91.100.30.
3.4.2.Tujuan
26
3.4.3.Campuran Beton (Mix Design)
Pada perencanaan kuat tekan beton direncanakan adalah K-175 dengan menggunakan
benda uji berbentuk silinder standar dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. tinggi slump yang
diinginkan adalah diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, tinggi 30 cm.
1. Tinggi slump yang diinginkan adalah diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, tinggi
30 cm.
2. Diameter mak simum agregat yang digunakan adalah 31,5 mm.
2. Jenis beton adalah non air entrained concrete (Konstruksi tidak dipengaruhi oleh
temperatur akibat membeku dan mencair es; freezing and thawing). Jumlah air yang
dibutuhkan untuk mendaplkan slump diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, tinggi
30 cm untuk non air entrained concrete dengan diameter maksimum agregat 31,5 mm
diperkirakan jumlah air yang diperlukan adalah 186,76 kg/m' (didapat dengan cara
interpolasi linier).
27
Air = 186,76 kg/
3. Faktor Air Semen (FAS) untuk non air entrained concrete dengan tegangan 18,374 Mpa
f‘cr = f‘c + z.s
f‘cr = 14,249 MPa + (1,65 x 2,5)
f‘cr = 18,374MPa
y = 0,61 + ( x 6,626)
Semen = = = 258,484
5. Jumlah coarse agregat yang dibutuhkan. Fine aggregate dengan FM (finesses modulus) :
2,8 dan agregat dengan diameter maksimum 31,5 mm, jumlah coarse agregat yang
dibutuhkan adalah 0,6708 (on dry rodded bassis) dalam setiap m beton.
FMfs = 2,078
FMcs = 3,98182
28
y = 0,65 + (
y = 0,6708
6. Pasir = 1 beton
Pasir = beton – air – semen – CA
Pasir = 2395,6 – 186,76 – 258,484 – 1027,6656
Pasir = 922,6904 kg/
x = 0,852
1–x = 1 – 0,852
= 0,148
Berat fine sand = 922,6904 x 0,852
= 786,1322 kg/
Berat coarse sand = 922,6904 x 0,148
= 136,558 kg/
8. Rekap
Air = 186,76
Semen = 258,484
CA = 1027,6656
FS = 786,1322
29
CS = 136,558
9. Silinder
d = 15 cm
t = 30 cm
x 0,3
silinder = 5,29875 x
silinder = 0,0317925
Volume pada molen = silinder x 1,2
= 0,038151
3.4.4Pelaksanaan
30
Benda uji berupa beton segar yang diambil dari ―Percobaan Pengadukan Beton‖
Langkah Pembuatan
1. Timbang semua material sesuai dengan data yang di dapat dari Mix Design.Taruh ke
dalam wadah.
2. Siapkan molen dan masukkan material dari butir terbesar sampai yang terkecil,masukkan
air dan aduk sampai campurannya merata.
3. Memasukkan adukan beton yang masih segar ke dalam kerucut cetakan dalam 3 lapis,
masing-masing lapis 1/3 volume corong.
4. Memadatkan setiap lapis dengan cara menusuk-nusuk 25x tusukan tiap lapisnya.
5. Meratakan adukan beton dalam kerucut pada bagian atasnya dengan sendok spesi
sehingga bagian atasnya sama rata dengan sisi atas kerucut cetakan, setelah penusukan
lapis terakhir.
6. Mengangkat cetakan dengan hati-hati setelah 30 detik, selama mengangkat cetakan
mengusahakan benar-benar tegak lurus ke atas sehingga tidak merubah hasil cetakan.
7. Mengukur slam dengan cara menempatkan cetakan disebelah hasil cetakan. Penurunan
bagian atas secara perlahan-lahan hingga berhenti akanmendapatkan selisih tinggi antara
cetakan sebelum dan sesudah diangkat, nilai ini disebut ―nilai slam‖.Catat hasilnya.
3.5.1Pendahuluan
Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat
(halus dan kasar) dan pengikat semen beserta air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi
kimia selama proses pengerasan (berhidrasi, mengelem komponen bersama dan akhirnya
membentuk material seperti batu) dan perawatan beton berlangsung.
31
Sifat dari beton sendiri memiliki kuat tekan yang tinggi namun memiliki kuat tarik yang
lemah dan bersifat getas. Nilai kuat tarik hanya berkisar 9% – 15% saja dari nilai kuat tekannya.
Kuat hancur dari beton sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
3.5.2.Tujuan
Membuat sample beton berbentuk silinder dan balok untuk dapat menguji kualitas beton
yaitu kuat tekan beton.
3.5.3Pelaksanaan
Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan silinder dan balok beton antara lain:
1. Cetakan beton berbentuk silinder dengan diameter 15 cm, tinggi 30 cm lengkap dengan
alas dan sekrup penyambung yang kedap air dan telah diolesi pelumas sebanyak 6 buah.
2. Sendok spesi
3. Baja pemadat/penusuk diameter 16 mm dan panjang 600 mm.
4. Bak pencampur/nampan besar.
5. Kertas mika
6. Palu karet
Benda uji berupa beton segar yang diambil dari ―Percobaan Pengadukan Beton‖
32
Langkah Pembuatan :
1. Menampung adukan beton segar dalam bak penampung. Kemudian menyiapkan cetakan
silinder beton .
2. Memasukkan adukan beton segar ke dalam 6 cetakan, dalam 3 tahap/lapis dengan sendok
spesi yang masing-masing lapis diperkirakan mempunyai volume yang sama.
3. Memadatkan tiap lapis dengan cara menusuk-nusuk menggunakan batang baja 25x
merata kesemua permukaan lapisan dengan kedalaman sampai sedikit masuk kesemua
permukaan lapisan sebelumnya, khusus lapisan I penusukan tidak sampai mengenai dasar
cetakan.
4. Memenuhi bagian atas cetakan dengan beton setelah memadatkan lapisan ketiga,
kemudian meratakan dengan sendok spesi hingga permukaan atas adukan beton rata
dengan bagian atas cetakan.Ketuk cetakan agar adonan rata dengan menggunakan palu
karet.Lapisi bagian atas dengan kertas mika agar permukaannya rata.
5. Membersihkan benda uji dari kotoran yang melekat.Memindah cetakan dalam ruangan
yang lembab. Mengeluarkan benda uji dari cetakan setelah 24 jam sejak pembuatan.
6. Setelah 24 jam lepaskan kertas mika dan cetakan dari benda uji dan beri tanda tanggal
pembuatannya.
7. Lalu rendam beton ke dalam bak air selama 28 hari.
Hasil Pengamatan:
1. FAS : 0,72252
2. Slump : 20 cm
Pembahasan:
Dalam percobaan ini digunakan satu jenis benda uji silinder, dimana jumlah benda uji
sebanyak enam buah. Cetakan beton berbentuk silinder dengan diameter 15 cm, tinggi bagian 30
cm .Pembuatan beton uji dilakukan satu kali pencampuran agregat dengan jumlah semen 9,869
kg/ , coarse aggregate 39,206 kg/ , coarse sand 5,209 kg/ , fine sand 29,986 kg/ dan air
7,1250 kg/
Kesimpulan:
33
Campuran antara semen 9,869 kg/ , coarse aggregate 39,206 kg/ , coarse sand 5,209
kg/ , fine sand 29,986 kg/ dan air 7,1250 kg/ . jika dicetak menggunakan cetakan beton
berbentuk silinder dengan diameter 15 cm, tinggi bagian 30 cm akan menghasilkan enam buah
benda uji.
3.6.1.Pendahuluan
Beton merupakan suatu material bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
agregat dan pengikat yang berupa semen. Dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI
1971: 39) bahwa kuat tekan adalah bahan konstruksi yang mempunyai sifat kekuatan tekan yang
khas, nilainya akan menyebar sekitar suatu nilai rata-rata.
Salah satu pengujian beton yang paling utama adalah pengujian kuat tekan, Karena sesuai
dengan keunggulan sifat beton yaitu dapat menahan tekan sangat kuat. Mutu beton umumnya
ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara menguji kuat tekan beton dilakukan terhadap benda
uji (berbentuk silinder).
Dengan pengujian ini dapat diketahui besarnya kekuatan tekan beton lapangan melalui
pengujian sampel, sehingga dapat ditentukan apakah beton tersebut sesuai dengan kuat tekan
rencana dan layak dalam penggunaannya di lapangan.
3.6.2.Tujuan
3.6.3.Pelaksanaan
Alat yang digunakan dalam uji kuat trkan silinder beton adalah:
1. Penggaris.
2. Alat Capping.
34
3. Timbangan.
4. Mesin Uji Tekan.
Benda uji
1.Beton segar
Langkah Pembuatan:
1. Keluarkan beton setelah di rendam selama 28 hari dan diamkan selama 24 jam sebelum
dilakukannya uji kuat tekan.
2. Ukur diameter dan tinggi beton lalu catat hasilnya.
3. Timbang beton dan catatkan juga hasilnya.
4. Letakkan beton di mesin uji kuat tekan beton dan catat hasilnya.
Hasil Pengamatan:
Massa Dimensi
Nomor Luas Gaya Kuat
Umur Benda f'c
Benda L Bidang Tekan Tekan f'cr
(hari) Uji D (mm) (kg/cm²)
Uji (mm) (mm²) (kN) (N/mm²)
(kg)
179,930
35
Berdasarkan hasil kuat tekan,maka dapat dilihat bahwa persentase kekuatan beton
terhadap mutu beton yang direncanakan adalah:
x 100%
= x 100%
= 102,817%
36
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, praktikan dapat mengetahui bahan-bahan pokok
pembuatan beton, yaitu agregat kasar, agregat halus, air dan semen, serta mengenal perannya
dalam pembuatan beton, seperti air dan semen digunakan untuk membuat pasta semen, lalu
agregat digunakan sebagai bahan penguat beton dan pasta semen digunakan untuk mengikat
agregat. Selain itu juga mengetahui parameter-parameter material pembentuk beton, antara lain
kadar air, kadar Lumpur dan kadar zat organic pada material pembentuk beton. parameter
material ini diperlukan agar saat membuat beton, campurannya sesuai dengan kebutuhan
sehingga menghasilkan beton sesuai dengan yang diinginkan. Dari dua hal tersebut, praktikan
mengetahui cara merencanakan pembuatan beton, yaitu dengan membuat perhitungan kebutuhan
bahan-bahan pembuatan beton sesuai dengan kekuatan yang diinginkan. Dan setelah di
rencanakan, praktikan dapat mengetahui cara membuat beton, seperti mencampur bahan-bahan
dan mencetaknya di bekisting.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mencetak beton adalah penumbukan untuk
memastikan udara yang tersimpan keluar, penggetaran untuk memastikan agregat merata dan
pelapisan oli pada bekisting agar beton yang sudah jadi tidak menempel pada dinding bekisting.
Terakhir adalah praktikan dapat mengetahui cara merawat beton, yaitu dapat dengan direndam
dalam air untuk mengurangi panas hidrasi, dan melakukan uji tekan untuk menguji kuat tekan
beton dan menguji sifat mekanik beton tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan campuran beton dengan fas
0,6834 maka diperoleh:
37
Kemudian menurut hasil penyelidikan fisis dan pembahasan hasil-hasilnya dapat
disimpulkan bahwa:
5.1 Saran
Dari hasil pengalaman dalam mengikuti praktikum Bahan Bangunan ini, maka penulis
menyarankan:
1. Praktikian harus menguasai materi atau prosedur kerja sebelum melakukan praktikum agar
terhindar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan praktikum.
2. Dalam pelaksanaan praktikum, praktikian harus memperhatikan dan mengikuti segala
bentuk petunjuk yang diberikan oleh pembimbing praktikum.
3. Menciptakan kerjasama dan kekompakan antara sesama praktikian agar dapat hasil yang
optimal.
4. Ketekunan, disiplin, dan ketelitian agar lebih ditingkatkan
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. SNI 1974:2011 Tentang Cara Uji Kuat Tekan Beton
https://www.scribd.com/doc/295720731/Laporan-Praktikum-Beton-Kelompok-V
https://mycivilian.files.wordpress.com/2018/01/pbi-1971-peraturan-beton-bertulang-indonesia.pdf
https://www.ilmubeton.com/2017/11/mutu-beton-k-kgcm-dan-mutu-beton-f-mpa.html
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256207/pendidikan/sni-1974-2011.pdf
39
LAMPIRAN
40