Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
TENTANG BETON

DISUSUN OLEH :
FELA HANIFA PUTRI
18323002
S1 TEKNIK SIPIL (NK)

UNIVERSITAS NEGRI PADANG


2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Beton” ini dapat terselesaikan. Berbagai
sumber telah penulis ambil sebagai bahan dalam pembuatan makalah ini. Penulis
berharap makalah beton ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Penulis juga menyadari bahwa buku tugas besar ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki kesalahan dalam
penyusunannya.

Wassalam

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………....................…………………….. 1

KATA PENGANTAR …………………………………………....................…………… 2

DAFTAR ISI …………………………………….....................…………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN ……………………….....................………………………….. 4

1.1 Latar Belakang …………………………...........................……………………….. 4

1.2 Rumusan Masalah …………………………...........................……………………. 4

1.3 Tujuan
..............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN …………………………………......................………………… 6

2.1 Pengertian Beton ………………………………………….............................………. 6

2.2 Jenis-Jenis dan Bahan-Bahan …………………………………………...........………. 6

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Beton ………………………………......................….. 11

2.4 Bahan-Bahan Penyusun Beton ..................................................................................


12

BAB III PENUTUP …………………………………………………...................……… 19

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………............................… 19

3.2 Saran ……………………………………………............................……………… 19

DAFTAR RUJUKAN ………………………………………………..................……… 20


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai dalam
pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya
membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain
keuntungan yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan
tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena
kekurangan yang dimiliknya maka diperluakan pengetahuan yang cukup luas,antara lain
mengenai sifat bahan dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan
tambahnya agar dapat meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.

Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh keseragaman


bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan, umumnya beton
yang disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman
bahan dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang
disyaratkan maka pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan
sesuai dengan prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan
disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab diatas
maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan terjadinya
output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan sedini mungkin.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian beton ?

2. Bagaimana sifat-sifat dan jenis-jenis beton ?

3. Apa kelebihan dan kekurangan beton ?

4. Apa bahan-bahan yang terdapat dalam beton atau bahan penyusun beton ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian beton.

2. Untuk mengetahui sifat-sifat dan jenis-jenis betom.

3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan beton

4. Untuk mengetahui bahan-bahan yang terdapat dalam beton


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beton

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian
umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral
kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat
dan air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum
pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.

2.2 Sifat-Sifat dan Jenis-Jenis Beton

2.2.1 Sifat-Sifat Beton

Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan


tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras perlu
diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain.

1. Kuat Hancur

Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih
tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur dari
beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan tingkat
pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya yaitu:

a. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton.

b. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan bahwa


penggunaan agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak maupun tarik yang
lebih besar dari penggunaan krikil halus dari sungai.

c. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting
oada pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji.

d. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya


suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk waktu yang lama.

e. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan umurnya.
Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.

2. Durability (Keawetan)

Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa
terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini perlu pembatasan
nialii faktor air semen maksimum maupun pembatasan dosis semen minimum yang
digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan.
3. Kuat Tarik

Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih
muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di dalam
perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak-retak
akibat perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan
beton konstruksi jalan raya dan lapangan terbang.

4. Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan
regangan beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.

5. Rangkak (Creep)

Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-menerus
menurut waktu dibawah beban yang dipikul.

6. Susut (Shrinkage)

Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan pembebanan.

7. Kelecakan (Workability)

Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh
kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing.
Atau workability adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi
penuh.

2.2.2 Jenis-Jenis Beton

1. Beton Keras

Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik, kekuatan tekan,
tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan dan
kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan tekan
beton karena merupakan gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan struktu
beton. Berbagai test uji kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara lain :

a. Uji kekuatan tekan ( compression test)

b. Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test )

c. Uji kekuatan lentur


d. Uji lekatan antara beton dan tulangan

e. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

2. Beton Segar

Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi pemilihan peralatan
yang dibutuhkan untuk pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan mempengaruhi
sifat-sifat beton pada saat mengeras. Ada 2(dua) hal yang harus dipenuhi ketika membuat
beton :

a. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang mengeras,
seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume.

b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam kondisi
plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan segregation.

Sifat workabilitas pada beton segar dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi
kebanyakan dari pengetesan tersebut hanya bersifat empiris. Hanya sedikit yang
memenuhi standart, dan semua test tersebut bersifat ‘a single point test’ jadi tidak dapat
dibandingkan satu samalainnya karena mereka mengukur sifat-sifat beton yang berbeda.
Walaupun begitu adalah penting untuk mendapatkan beberapa dari sifat workabilitas
karena penting untuk control kualitas. Pengukuran workabilitas yang telah dikembangkan
antara lain:

a. Slump test

b. Compaction test

c. Flow test

d. Remoulding test

e. Penetration test

f. Mixer test

Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan menjadi sepuluh
macam.

1. Beton Mortar

Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga ragam
mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar semen
yang dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro cement. Beton
ini memiliki kekuatan tarik dan daktilitas yang baik.

2. Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan.
Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk gelembung-
gelembung udara di dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung udara yang
tersimpan pada beton, maka pori-porinya pun akan semakin bertambah sehingga
ukurannya juga bakal kian membesar. Hasilnya, bobot beton tersebut lebih ringan
daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis. Beton ringan biasanya
diaplikasikan pada dinding non-struktur.

3. Beton Non-Pasir

Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir, melainkan
hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya rongga udara di celah-
celah kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena tidak memakai pasir,
kebutuhan semen pada beton ini juga lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya
pada struktur ringan, kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.

4. Beton Hampa

Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air pengencer adukan
beton memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung air yang telah
bereaksi dengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran,
beton hampa banyak sekali dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar
langit.

5. Beton Bertulang

Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu diketahui,
beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan gaya tarik. Oleh
karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar kekuatan beton tersebut
terhadap gaya tarik meningkat. Beton bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang
lebar seperti pelat lantai, kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.

6. Beton Pra-Tegang

Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton bertulang.
Perbedaan tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal dimasukkan ke beton
harus ditegangkan terlebih dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami keretakan
walaupun menahan beban lenturan yang besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak
dilakukan untuk menyangga struktur bangunan bentang lebar.

7. Beton Pra-Cetak

Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton pra-
cetak. Beton ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih baik. Selain
itu, pemilihan beton tersebut juga kerap didasari pada sempitnya lokasi proyek dan tidak
adanya tenaga yang tersedia. Beton pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan pengadaan material.

8. Beton Massa
Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak. Penuangan beton
ini juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan perbandingan antara
volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada umumnya, beton massa memiliki
dimensi yang berukuran lebih dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan
pondasi besar, pilar bangunan, dan bendungan.

9. Beton Siklop

Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai bahan
pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm.
Bahan ini lantas ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat meningkatkan
kekuatannya. Beton siklop seringkali dibangun pada bendungan, jembatan, dan bangunan
air lainnya.

10. Beton Serat

Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam
adukan beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di antaranya asbestos, plastik,
kawat baja, hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat dimaksudkan untuk
menaikkan daktailitas pada beton tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Beton

2.3.1 Kebaikan Beton

1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.

2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.

3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai
keinginan.

4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban yang
berat.

5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun
diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula
dipompakan ke tempat yang posisinya sulit.

6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan kebakaran.

2.3.2 Kekurangan Beton

1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion
joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.

3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga
perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.

4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan
air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.

5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara seksama
agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama
pada struktur tahan gempa.

2.4 Bahan-Bahan Beton

1. SEMEN.

Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau larutan
garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :

a. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai
perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.

b. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi.
Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

c. semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran
minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

d. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash).
Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang
mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam
berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton,
sehingga menjadi lebih keras.

Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen portland
adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.

2. AGREGAT

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami
pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang
berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuaninduk yang
lebih besar. Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-
alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah
agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm.
Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.

Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;

Ditinjau dari asalnya

1. Agregat alam

Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis
batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu
dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak
pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak
terpengaruh keadaan sekelilingnya.

Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.

a. Kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari
batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air
atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang
terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton.
Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga
dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan
susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat
tersebut.

b. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang
kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena luas
bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan
aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan
menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir
atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena
daya lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang halus.

c. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang
bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.

2. Agregat buatan

Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus, atau
karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:
a. Klinker dan Breeze

Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya
mengeras dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan
bahan residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung
lebih banyak bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan
mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak bahan yang mudah terbakar
semakin besar pula terjadinya rambatan kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini
adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat.
Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk memproduksi blok dan pelat untuk
partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya.

b. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang tanah liat dan batu tulis
yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan berpori yang
ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai suhu
sekitar 1000 0C – 2000 0C.

c. Cooke breeze

Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang
kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di
negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang,
kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat
pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu mendapat perhatian.

d. Hydite

Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar. Tanah
liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam
dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak. Hasilnya
merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh,
kemudian dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan.

e. Lelite

Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa
karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam
dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan
mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang
berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan
memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran
tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur bangunan guna
menghambat suara dan panas.

Ditinjau dari berat jenisnya

1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya
digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan untuk beton
struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang
rendah , sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat
diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu
apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.

2. Agregat Normal

Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7. agregat
ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan
memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya
dinamakan beton normal

3. Agregat Berat

Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya magnetik
(Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis
tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.

Ditinjau dari Bentuknya

1. Bulat

Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga udara
minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk menghasilkan
adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun
perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk bulat sebagian mempunyai rongga udara yang
lebih besar daripada agregat bulat, yaitu berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis
ini membutuhkan pasta semen lebih banyak untuk mendapatkan beton segar yang baik
(dapat dikerjakan).

2. Bersudut

Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar.
Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan dengan mesin. Agregat
ini memiliki rongga yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya
baik sehingga membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat
beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.

3. Pipih

Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan tertebal
pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.

4. Memanjang (Lonjong)

Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan
terlebar lebih dari 3.
Ditinjau dari tekstur permukaan

1. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam, obsidian.

2. Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan


tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt, felsite, batu kapur,
dan sebagainya.

3. Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-
butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.

4. Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya
butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.

5. Agregat berpori dan berongga.

3. AIR DAN BAHAN CAMPURAN

Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang dipakai
untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan adalah air
yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat
merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air
itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan
untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar
yang dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya
dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak
mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam yang dapat menyebabkan
baja berkarat.

Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton yang
lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang pertama ialah
bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan
yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran
dan yang kedua disebut zat campuran. Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh
khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang,
slag tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah. Ada beberapa jenis zat campuran yang
digolongkan menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan zat untuk pendispersi (zat
penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk memperbaiki kemampuan pengerjaan
dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam
golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah
tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan
bertambah. Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk
golongan zat pendispersi.
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton
tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan
ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.

Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping
mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai
dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di
rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab
itu beton sangat populer dipakai.

b. Saran

1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur, pekerjaan


penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika tidak kualitas beton
menurun.

2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan peraturan dan


pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan yang
dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date )
seperti dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan
struktur beton, harga matrial terbaru dan sebagainya.
DAFTAR RUJUKAN

Sumber skripsi :

Isnawati.2015.Pengaruh Penambahan Agrerat Limbah Plastik Terhadap Kuat Tekan


Beton[skripsi].Makassar(ID):Universitas Islam Negeri Alauddin

Kapten Harahap.2013.Perencanaan dan Perancangan Pengembangan Ruang Pendidikan


Jurusan Bangunan SMK Negeri 1 Padang Berdasarkan Standar Nasional
Pendidikan[skripsi],Padang(ID):Universitas Negeri Padang

Sumber jurnal :

Aris Widodo dan Basith Abdil Muhammad.2017.Analisis Kuat Tekan Beton dengan
Penambahan Serat Roosing Pada Beton Non Pasir.Teknik Sipil dan
Perencanaan.19(2):115-120

Herry Widhiarto dan Bambang Sujatmiko.2012.Analisis Campuran Beton Berpori dengan


Agrerat Bergradasi Terpisah Ditinjau Terhadap Mutu dan Biaya.Teknik Sipil.5(2):24-30

Muhammad Ali Akoeb.2011.Perbandingan Kuat Tekan Beton Noermal dan Beton dengan
Bahan Additive Silica Fume Antara Uji Non Destructive dengan Uji Destructive.Teknik
Sipil.15(2):101-115

Sumber buku :

Rostiyanti,Susy Fatena.2008.Alat Berat Untuk Proyek Kontruksi.Jakarta:PT Rineka Cipta

Asroni,Ali.2010.Balok dan Pelat Beton Bertulang.yogyakarta:Graha Ilmu

Purwono,Rachmat.2005.Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan


Gempa.Surabaya:ITS Press

Vis,W.C,Gideon H.Kusuma.1993.Dasar Dasar Perencanaan Beton


Bertulang.Surabaya:Erlangga

Dipohusodo,Istimawan.1988.Mengenal Acuan Beton Bertulang.Yogyakarta:Liberty

Anda mungkin juga menyukai