Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH TEKNOLOGI BAHAN

‘BETON’

DOSEN :
YOHANES W. D. KAPILAWI, ST., MT

ANGGOTA KELOMPOK :

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan bimbingan-Nya penulisan makalah bejudul “Beton” ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini ditulis berdasarkan beberapa sumber informasi guna
memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi Bahan serta untuk menambah wawasan
penulis dan pembaca makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, banyak mendapat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam proses penulisan
makalah ini.
Isi dari makalah ini masih terbatas. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima kritik dan saran yang membangun dari pihak yang membaca demi
penyempurnaan makalah ini.

Kupang, 15 Desember 2018

Tim Penulis

Teknologi Bahan | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang....................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................3

1.3. Tujuan Penulisan................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Beton................................................................................................4

2.1.1. Pengertian Beton..............................................................................................4

2.2. Karakteristik Beton............................................................................................4

2.2.1. Durability (Keawetan).......................................................................................5

2.2.2. Kuat Tekan........................................................................................................5

2.2.3. Kuat Tarik..........................................................................................................5

2.2.4. Modulus Elastisitas...........................................................................................5

2.2.5. Rangkak dan Susut...........................................................................................5

2.2.6. Kecelakaan (Workabiliity).................................................................................5

2.3. Komposisi Material Beton..................................................................................6

2.3.1. Semen..............................................................................................................6

2.3.2. Agregat.............................................................................................................8

2.3.3. Air.....................................................................................................................8

2.4. Mutu Beton......................................................................................................10

Teknologi Bahan | ii
2.5. Cara Perawatan Beton ( Curing ).......................................................................11

2.5.1. Waktu dan Durasi Pelaksanaan Curing...........................................................12

2.6. Metode Perawatan Beton.................................................................................13

2.7. Metode Pengujian Kekuatan Beton..................................................................13

2.7.1. Hammer Test..................................................................................................14

2.7.2. Uji Pembebanan (Load Test)...........................................................................16

2.8. Pengaplikasian Beton........................................................................................20

2.8.1. Jalan beton.....................................................................................................20

2.8.2. Rabat beton atau lantai kerja.........................................................................22

2.8.3. Kanstin............................................................................................................23

2.8.4. Road Barrier...................................................................................................24

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27

Teknologi Bahan | iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Air sebagai bahan penyusun beton......................................................9


Gambar 2.2 Hammer Test......................................................................................14
Gambar 2.3 Pengujian Hammer Test pada Beton..................................................15
Gambar 2.4 Uji Pembebanan ( Load Test )............................................................16
Gambar 2.5 Beton sebagai materia perkerasan jalan raya.....................................20
Gambar 2.6 Perkersan jalan beton.........................................................................21
Gambar 2.7 Rabat Beton........................................................................................23
Gambar 2.8 Cetakan Kanstin.................................................................................24
Gambar 2.9 Pengangkutan Road Barier................................................................25

Teknologi Bahan | iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak
dipakai dalam pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan
dalam pelaksanaannya membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia
konstruksi. Namun selain keuntungan yang dimilikinya beton juga memiliki
beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan
keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang dimiliknya maka
diperlukan pengetahuan yang cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan
dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar
dapat meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.

Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi


oleh keseragaman bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya
dilapangan, umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan pembuatan beton
(ready mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk mendapatkan
kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan maka
pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan
prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan disini
adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab diatas
maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan sedini mungkin.

Pada zaman dahulu masyarakat merekatkan batu - batu raksasa hanya


dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.

Teknologi Bahan | 1
Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat
teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

Teknologi Bahan | 2
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian beton ?
1.2.2. Apa karakteristik dari beton ?
1.2.3. Bagaimana komposisi dari material beton ?
1.2.4. Apa saja mutu beton ?
1.2.5. Bagaimana cara perawatan beton ?
1.2.6. Bagaimana metode pengujian kekuatan beton ?
1.2.7. Bagaimana pengaplikasian beton pada bangunan ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Mengetahui pengertian beton.
1.3.2. Mengetahui karakteristik beton.
1.3.3. Memahami komposisi dari material beton.
1.3.4. Mengetahui mutu beton.
1.3.5. Mengetahui cara perawatan beton.
1.3.6. Mengetahui metode pengujian kekuatan beton.
1.3.7. Mengetahui pengaplikasian beton pada bangunan.

Teknologi Bahan | 3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Beton

2.1.1. Pengertian Beton


Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material,
yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus, agregat
kasar, air dan atau tanpa bahan tambah lain dengan perbandingan tertentu. Karena
beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas
masing-masing material pembentuk. (Kardiyono Tjokrodimulyo,2007).

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunannya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture
atau additivie) (Mulyono, 2004).

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk masa padat. (SNI 03- 2847 – 2002,Pasal 3.12 )
Sifat utama dari beton, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan, tetapi juga bersifat
getas/ mudah patah atau rusak terhadap beban tarik. Dalam perhitungan struktur,
kuat tarik beton ini biasanya diabaikan.

2.2. Karakteristik Beton


Untuk keperluan perancangan struktur beton, maka pengetahuan tentang
sifat- sifat beton perlu diketahui. Sifat- sifat tersebut antara lain (Mulyono,2004):6

Teknologi Bahan | 4
2.2.1. Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton bertahan seperti kondisi yang direncanakan
tanpa terjadi korosi dalam waktu yang direncanakan.

2.2.2. Kuat Tekan


Kuat tekan beton ditentukan berdasarkan pembebanan uniaksial benda uji
silinder beton berdiameter 150 mm, tinggi 300 mm dengan satuan Mpa (N/mm2)
untuk standar ACI maupun SNI 91. Sedangkan British Standar benda uji yang
digunakan adalah kubus dengan sisi ukuran 150 mm.

2.2.3. Kuat Tarik


Kuat tarik beton jauh lebih kecil dibandingkan kuat tekannya, yaitu sekitar
10%-15% dari kuat tekannya. Kuat tarik beton merupakan sifat yang penting
untuk memprediksi retak dan defleksi balok.

2.2.4. Modulus Elastisitas


Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton
dengan regangan beton biasanya pada 25%-50% dari kuat tekan beton.

2.2.5. Rangkak dan Susut


Rangkak (Creep) merupakan sala satu sifat beton dimana beton mengalami
deformasi terus menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul. Susut
(Shrinkage) merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengan
pembebanan.

2.2.6. Kecelakaan (Workabiliity)


Workabiliity adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan
oleh kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan,
dan finishing. Atau besarya kerja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh. Salah satu cara
yang paling sering dilakukan untuk mengukur kecelakaan beton

Teknologi Bahan | 5
adalah dengan slump test.

2.3. Komposisi Material Beton

2.3.1. Semen
Semen hidraulik adalah semen yang mengeras apabila dicampur dengan air
dan setelah mengeras tidak mengalami kimia jika dikena air. Semen Portland
adalah semen yang diperoleh dengan mencampur bahan-bahan yang mengandung
kapur dan lempung, membakarnya pada temperatur yang mengakibatkan
terbentuknya klinker dan kemudian menghaluskan klinker dengan gips sebagai
bahan tambahan.

Semen portland terbagi menjadi 5 type yaitu (Popovics, S. 1982):


a. Type I atau Portland Composite Cement (PCC)
Merupakan semen yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum
yang tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain : bangunan, perumahan,
gedung-gedung bertingkat, jembatan dan jalan raya.

b. Type II
Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan sulfat
dan panas hidrasi sedang. Untuk mencegah seragan sulfat maka pada semen jenis
ini, senyawa C3A harus dikurangi. Semen jenis ini biasanya digunakan pada
bangunan bangunan sebagai berikut:
1. Pelabuhan, bangunan-bangunan lepas pantai.
2. Pondasi atau basement dimana tanah/air tanah terkontaminasi
oleh sulfat.
3. Bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa.
4. Saluran-saluran air buangan/limbah.

c. Type III
Semen portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan kekuatan
awal yang tinggi. Pada semen jenis ini kuat tekan pada umur 3 hari mendekati
dengan umur 7 hari pada semen type I. Untuk mmempercepat proses hidrasi maka
semen jenis ini dibuat lebih halus dengan specific surface tidak kurang dari 2800
cm2/gr. Proporsi senyawa C3S dibuat lebih besar dan proporsi senyawa C3A lebih

Teknologi Bahan | 6
kecil. Semen jenis ini biasanya digunakan padda bangunan-bangunan sebagai
berikut:
1. Pembuatan beton pracetak
2. Bangunan yang membutuhkan pembongkaran bekisting yang
lebih cepat.
3. Perbaikan pavement (beton).

d. Type IV
Semen portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan panas
hidrasi yang rendah. Retak yang terjadi setelah pengecoran beton massa membuat
para ahli memikirkan jenis semen yang sesuai untuk pengecoran beton massa.
Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak), maka pada semen
jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Semen jenis ini mempunyai kuat tekan
yang lebih rendah dari semen type I. Semen jenis ini biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan sebagai berikut:
1. Konsturksi Dam
2. Basement
3. Pembetonan pada daerah bercuaca panas.

Teknologi Bahan | 7
e. Type V
Semen portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan yang
sangat tahan terhadap sulfat. Penggunaan semen jenis ini sama dengan pada
semen type II dengan kontaminasi sulfat yang lebih pekat.

Tabel 2.1 kuat tekan minimun semen portland

Umur Kuat Tekan Minimum (kg/cm2)


Jenis I Jenis II Jenis III Jenis IV Jenis V
1 Hari - - 125 - -
3 hari 125 100 250 - 85
7 hari 200 175 - 70 150
28 Hari - - - 175 210
Sumber : Buku Ajar Bahan Bangunan I Teknik Sipil Universitas Lampung

2.3.2. Agregat
Agregat adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami
pengecilam ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang
berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan
induk yang lebih besar. Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir
alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi
alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dan
mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan
tergantung pada maksud pemakaian (Popovics, S. 1982).

2.3.3. Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena
air bereaksi dengan semen akan menjadi pasta pengikat agregat. Analogi
sederhana, pernahkah anda membuat agar-agar? Pembuatan agar-agar, dalam 1
(satu) sachet tentu mempunyai takaran air tertentu supaya terbentuk suatu agar-
agar yang keras tetapi tetap kenyal dan lembut. Misalkan, untuk membuat 1 (satu)

Teknologi Bahan | 8
sachet agar-agar diperlukan hanya 1 gelas air, bayangkan jika penambahan air
melebihi komposisi yang disarankan? Bayangkan, jika 1 (satu) sachet
ditambahkan air 1 ember? Apakah akan terbentuk agar-agar yang keras, kenyal
dan lembut?
Contoh diatas adalah memperlihatkan pentingnya komposisi air. Air
berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena kelebihan air akan menyebabkan
penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan
mengakibatkan beton mengalami bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan
bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini
akan menyebabkan kurangnya lekatan beton antara lapis permukaan
(akibat bleeding) dengan beton lapisan di bawahnya. Kurangnya lekatan antar dua
lapisan tersebut merupakan area yang lemah. Air pada campuran beton akan
berpengaruh terhadap sifat workability adukan beton, besar kecilnya nilai susut
beton, kelangsungan reaksi dengan semen portland sehingga dihasilkan kekuatan
selang beberapa waktu, dan peranan air sangat mendukung perawatan adukan
beton diperlukan untuk menjamin pengerasan yang baik.

Gambar 2.1 Air sebagai bahan penyusun beton

Sumber : Dwi Kusuma.https://dwikusumadpu.wordpress.com/tag/air sebagai


material penyusun beton/16/4/2003
Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum
yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-
lain, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus
memenuhi syarat sebagai air minum.
Penggunaan air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut ini,
(Tjokrodimulyo, 2007):
1) Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik) lebih dari 15 gr/ltr.

Teknologi Bahan | 9
3) Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.

Faktor air semen (fas) adalah perbandingan berat antara air dan semen
Portland di dalam campuran adukan beton. Dalam praktek pembuatan beton nilai
fas berkisar antara 0,4 sampai dengan 0,6. Hubungan antara faktor air semen dan
kuat tekan beton secara umum dapat ditulis menurut Abrams (dalam
Tjokrodimulyo, 2007) dengan persamaan :
f’c = A/Bx
dimana ;
f’c = Kuat tekan beton (MPa)
x = Perbandingan volume antara air dan semen (FAS)
A, B = Konstanta

2.4. Mutu Beton

Kelas dan mutu beton mulai dari K-100 sampai K-500, dimana K= kekuatan
tekan beton per cm2, angka 100 dan 500 menunjukan kg. Beton K-100 artinya
mutu beton yang memiliki kekuatan tekan 100 kg/cm2.
Mutu beton digolongkan ke dalam 3 kelas mutu, yaitu beton kelas I, beton
kelas II, dan beton kelas III.
 Beton kelas I : K-100, K125, K-150, K-175, dan K-200 digunakan untuk
bukan pekerjaan struktur.
 Beton Kelas II : K-225, K-250, dan K-275 digunakankan untuk pekerjaan
struktur seperti lantai, jalan, pondasi, sloof, kolom, dll.
 Beton Kelas III : K-325, K-350, K-375, K450, dan K-500 adalah beton
khusus, misalnya untuk balok dan lantai jembatan, landasan pesawat, dll.

Teknologi Bahan | 10
Tabel 2.2 Tabel Mutu Beton

Mutu Beton Semen Pasir Batu Kerikil Air W/C


(Kg) (Kg) (Kg) (Liter) Ratio
7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87
9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78
12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72
14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66
16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61
19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58
21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56
24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52
28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49
31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48

Sumber : SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan
Pekerjaan Beton, oleh Dept Pekerjaan Umum.

2.5. Cara Perawatan Beton ( Curing )


Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton, yang bertujuan
untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat kehilangan air, atau sebagai
tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton, segera setelah proses finishing
beton selesai dan waktu total setting tercapai. Pelaksanaan curing / perawatan
beton dilakukan segera setelah beton mengalami atau memasuki fase hardening
(untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah pembukaan cetakan / acuan /
bekisting, selama durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan terjaganya
kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung
dalam campuran beton.

2.5.1. Waktu dan Durasi Pelaksanaan Curing

 Metoda dan lama pelaksanaan curing tergantung dari :

Teknologi Bahan | 11
 jenis atau tipe semen dan beton yang digunakan, termasuk bahan
tambahan atau pengganti yang dipakai
 jenis/tipe dan luasan elemen struktur yang dilaksanakan

 kondisi cuaca, suhu dan kelembaban di area atau lokasi pekerjaan

 penetapan nilai dan waktu yang digunakan untuk kuat tekan karakteristik
beton (28 hari atau selain 28 hari, tergantung dari spesifikasi yang
ditentukan oleh Konsultan Perencana/Desain)

 Kualitas dan durasi/lama pelaksanaan curing/perawatan beton berpengaruh


pada :

 mutu/kekuatan beton (strength)


 keawetan struktur beton (durability)

 kekedapan air beton (water-tightness)

 ketahanan permukaan beton, misal terhadap keausan (wear resistance)

 kestabilan volume, yang berhubungan dengan susut atau pengembangan


(volume stability : shrinkage and expansion)

Beberapa peraturan menetapkan acuan pelaksanaan curing/perawatan


beton, yang sama-sama bertujuan untuk menjaga dan menjamin mutu pelaksanaan
pembetonan.
1. ACI 318 mensyaratkan :
Curing dilakukan sampai tercapai minimal 70% kuat tekan beton yang disyaratkan
(fc’).
2. ASTM C-150 mensyaratkan :
 semen tipe I, waktu minimum curing 7 hari
 semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari

 semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari

 semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari

Teknologi Bahan | 12
3. SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama :

 7 (tujuh) hari untuk beton normal


 3 (tiga) hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi

Dari ketiga peraturan di atas, direkomendasikan untuk mengikuti aturan


yang paling umum dan dapat digunakan untuk berbagai kondisi dan jenis beton
yang diaplikasikan yaitu: memastikan proses curing dilakukan sampai
tercapainya minimal 70% kuat tekan beton yang disyaratkan oleh Konsultan
Perencana/Desain (= fc' atau kuat tekan karakteristik yang harus dicapai.

2.6. Metode Perawatan Beton


Beberapa metoda yang mudah digunakan untuk curing/perawatan beton di
lapangan, antara lain :
 membasahi permukaan beton secara berkala dengan air supaya selalu
lembab selama perawatan (bisa dengan sistem sprinkler supaya praktis)
 merendam beton dengan air (dengan penggenangan permukaan beton)
 membungkus beton dengan bahan yang dapat menahan penguapan air
(misal plastik, dsb)
 menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat mengurangi
penguapan air dan dibasahi secara berkala (misal dengan plastik berpori
atau non woven geotekstile dan disiram secara berkala selama perawatan)
 menggunakan material khusus untuk perawatan beton (curing compound)
Beberapa metoda lain seperti perawatan dengan uap air panas, selimut
(heating blanket) digunakan di daerah dingin atau yang mengalami musim dingin.

2.7. Metode Pengujian Kekuatan Beton


Dalam pelaksanaan suatu konstruksi bangunan sering terdapat kegagalan -
kegagalan akibat kerusakan - kerusakan yang terjadi pada struktur atau bagian –
bagian struktur pada waktu tahap pelaksanaannya maupun setelah selesai
dikerjakan. Kejadian ini antara lain disebabkan oleh adanya faktor - faktor yang
sebelumnya tidak diperhitungkan misalnya kesalahan dalam perencanaan dan

Teknologi Bahan | 13
pelaksanaan serta adanya pelampauan beban akibat perubahan fungsi dari
bangunan.
Untuk mendapatkan informasi tentang kekhawatiran mengenai tingkat
keamanan struktur dari suatu komponen bangunan ataupun bangunan secara
keseluruhan akibat adanya faktor - faktor yang tidak diperhitungkan sebelumnya
diperlukan pengujian - pengujian.
Ada beberapa bentuk metode pengujian yang dapat digunakan diantaranya
pengujian - pengujian setempat yang bersifat tidak merusak seperti pengujian
ultrasonik dan hammer serta bersifat setengah merusak ataupun merusak secara
keseluruhan komponen - komponen bangunan yang diuji berupa pengujian
pembebanan (Load Test).

2.7.1. Hammer Test

Gambar 2.2 Hammer Test

Sumber : Mahadi. E. http://www.hdesignideas.com/2010/06/test-struktur-beton-


dengan-metode hammer test dan load test .html. 6/11/2010

Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton,
metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat
dengan biaya yang murah.
Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact
(tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang
diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan
yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan

Teknologi Bahan | 14
beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi,
dapat memberikan pengujian ini adalah jenis "Hammer". Alat ini sangat berguna
untuk mengetahui keseragaman material beton pada struktur.

Kelebihan metode hammer test :

 Murah Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat

 Praktis (mudah digunakan).Tidak merusak

Kekurangan metode hammer test :

 Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton,


sifat sifat dan jenis agregat kasar, derajad karbonisasi dan umur beton.
Oleh karena itu perlu diingat bahwa beton yang akan diuji haruslah dari
jenis dan kondisi yang sama.

 Sulit mengkalibrasi hasil pengujian. Tingkat keandalannya rendah.

 Hanya memberikan imformasi mengenai karakteristik beton pada


permukaan.

Gambar 2.3 Pengujian Hammer Test pada Beton

Sumber : Mahadi. E. http://www.hdesignideas.com/2010/06/test-struktur-beton-


dengan-metode hammer test dan load test .html. 6/11/2010

Teknologi Bahan | 15
Pelaksanaan pengujian :

1. letakkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test
pada titik yang akan ditembak dengan memegang hammer dengan arah tegak
lurus atau miring bidang permukaan beton yang akan ditest.

2. Plunger ditekan secara perlahan - lahan pada titik tembak dengan


tetap menjaga kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger
akan lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger
terhadap beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer.

3. Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang


telah ditetapkan semula dengan cara yang sama.

4. Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu
hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton yang terdapat pada
alat hammer sehingga memotong kurva yang sesuai dengan sudut
tembak hammer.

5. Besar kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada sumbu
vertikal yaitu hasil perpotongan garis horizontal dengan sumbu vertikal.

2.7.2. Uji Pembebanan (Load Test)


Uji pembebanan (load test) adalah suatu metode pengujian yang bersifat
setengah merusak atau merusak secara keseluruhan komponen - komponen
bangunan yang diuji.

Gambar 1.4 Uji Pembebanan ( Load Test )

Teknologi Bahan | 16
Sumber : Mahadi. E. http://www.hdesignideas.com/2010/06/test-struktur-beton-
dengan-metode hammer test dan load test .html. 6/11/2010

Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat
keamanan suatu struktur atau bagian struktur sudah memenuhi persyaratan
peraturan bangunan yang ada, yang tujuannya untuk menjamin keselamatan
umum. Oleh karena itu biasanya load test hanya dipusatkan pada bagian - bagian
struktur yang dicurigai tidak memenuhi persyaratan tingkat keamanan
berdasarkan data - data hasil pengujian material dan hasil pengamatan.

Uji pembebanan biasanya perlu dilakukan untuk kondisi - kondisi seperti


berikut ini :
 Perhitungan analitis tidak memungkinkan untuk dilakukan karena
keterbatasan informasi mengenai detail dan geometri struktur.
 Kinerja struktur yang sudah menurun karena adanya penurunan kualitas
bahan, akibat serangan zat kimia, ataupun karena adanya kerusakan fisik yang
dialami bagian-bagian struktur akibat kebakaran, gempa, pembebanan yang
berlebihan dan lain-lain.
 Tingkat kemanan struktur yang rendah akibat jeleknya kualitas
pelaksanaan ataupun akibat adanya kesalahan pada perencanaan yang
sebelumnya tidak terdeteksi.
 Struktur direncanakan dengan metode-metode yang non standard sehingga
menimbulkan kekhawatiran mengenai tingkat keamanan struktur tersebut.
 Perubahan fungsi struktur sehingga menimbulkan pembebanan tambahan
yang belum diperhitungkan dalam perencanaan.
 Diperlukannya pembuktian mengenai kinerja suatu struktur yang baru saja
di renovasi.

Uji pembebanan dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu :


1. Pengujian ditempat (in situ) yang biasanya bersifat non-destructive.
Tujuan utama dari pembebanan ini adalah untuk memperhatikan apakah
perilaku suatu struktur pada saat diberi beban kerja (working load) memenuhi
persyaratan bangunan yang pada dasarnya dibuat agar keamanan untuk penghuni
bangunan tersebut terjamin. Perilaku struktur tersebut dinilai berdasarkan

Teknologi Bahan | 17
pengukuruan lendutan yang terjadi. Selain itu penampakan struktur pada saat retak
- retak yang terjadi selama pengujian masih dalam batas - batas yang wajar.
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam pelaksanaan loading test adalah
sebagai berikut :

a. Persiapan dan tata cara pengujian

ACI-318’89 mensyaratkan bahwa uji pembebanan hanya bisa dilakukan jika


struktur beton berumur lebih dari 56 hari. Pemilihan bagian struktur yang akan
diuji dilakukan dengan memperhitungkan :
 Permasalahan yang ada.
 Tingkat keutamaan bagian struktur yang akan diuji.
 Kemudahan pelaksanaan.
 Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan diuji dan beban
ujinya juga harus dipertimbangkan atau dilihat apakah kondisinya baik dan kuat.
Selain itu “scaffolding” juga harus dipersiapkan jika terjadi keruntuhan bagian
struktur yang diuji.

Beban pengujian harus direncanakan sedemikian rupa sehingga bagian


struktur yang dimaksud benar-benar mendapatkan beban yang sesuai dengan yang
direncanakan. Hal ini kadang sulit direncanakan, terutama untuk pengujian
struktur lantai karena adanya keterkaitan antara bagian struktur yang diuji dengan
bagian struktur lain disekitarnya sehingga timbul pengaruh pembagian
pembebanan (load sharing effect). Pengaruh ini juga bisa ditimbulkan oleh
elemen-elemen non struktural yang menempel pada bagian struktur yang akan
diuji. Sebagai contoh : “ceiling board”, elemen non struktural ini dapat berfungsi
mendistribusikan beban pada komponen-komponen struktur dibawahnya yang
sebenarnya tidak saling berhubungan. Untuk menghindari terjadinya distribusi
beban yang akan diinginkan, maka bagian struktur yang akan diuji sebaiknya
diisolasikan dari bagian struktur yang ada disekitarnya.

b. Teknik Pembebanan

Teknologi Bahan | 18
Pembebanan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga laju distribusi
pembebanan dapat dikontrol (Gambar 1). Beban yang bisa digunakan diantaranya
air, bata / batako, kantong semen / pasir, pemberat baja dan lain-lain. Pemilihan
beban yang akan digunakan tergantung dengan distribusi pembebanan yang
diinginkan, besarnya total beban yang dibutuhkan dan kemudahan
pemindahannya.

c. Parameter yang biasanya diukur dalam load test adalah lendutan, lebar retak
dan regangan.

Lebar retak yang terjadi biasanya diukur dengan mikroskop tangan yang
dilengkapi denagn lampu dan mempunyai lensa yang diberi garis-garis berskala
yang ketebalannya berbeda - beda. Cara pengukuran adalah dengan
membandingkan lebar retak yang terjadi lewat peneropongan dengan mikroskop
dengan lebar garis - garis berskala tersebut. Pola retak - retak yang terjadi
biasanya ditandai dengan menggambarkan garis - garis yang mengikuti pola retak
yang ada dengan menggunakan spidol berwarna (diujung garis - garis tersebut
dituliskan informasi mengenai tingkat pembebanan dan lebar retak yang sudah
terjadi).

2. Pengujian bagian-bagian struktur yang diambil dari struktur utamanya dengan


merusak struktur tersebut.
Uji merusak biasanya ditempuh jika pengujian ditempat (in-situ) tidak
mungkin dilakukan atau jika tujuan utama pengujian adalah mengetahui kapasitas
suatu bagian struktur yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam menilai
bagian-bagian struktur lainnya yang identik dengan bagian yang diuji. Pengujian
jenis ini biasanya memakan waktu dan biaya yang besar, terutama untuk
pemindahan dan penggantian bagian struktur yang akan diuji dilaboratorium.
Namun, walaupun begitu hasil yang bisa diharapkan dari pengujian jenis ini
tergolong sangat akurat dan informatif. Mengenai teknik pelaksanaan dalam
pengukuran untuk pengujian jenis ini sama dengan teknik - teknik yang sudah
diuraikan sebelumnya.

Teknologi Bahan | 19
2.8. Pengaplikasian Beton
Beton digunakan dalam pembuatan jalan dan perkerasan badan jalan,
struktur bangunan, fondasi bangunan, jembatan jembatan penyeberangan maupun
tembok blok.

2.8.1. Jalan beton


Penggunaan perkerasan beton sebagai jalan raya dan jalan
lingkungan dapat menjadi pilihan yang baik untuk suatu wilayah. Untuk
perkerasan beton umumnya dibuat dengan tebal minimal 20 cm
menggunakan beton bermutu tinggi (minimal beton K-300) agar tahan aus
terhadap roda lalu lintas, memiliki ketahanan yang baik terhadap
pelapukan akibat cuaca, serta tidak memerlukan pemeliharaan yang terlalu
sering.

Gambar 2.5 Beton sebagai materia perkerasan jalan raya.

Sumber: https://www.mediabangunan.com/2013/09/kelebihan-dan-
kekurangan-beton-sebagai.html. Diakses pada Minggu, 16/12/2018. Pukul
00.02.

Teknologi Bahan | 20
Gambar 2.6 Perkersan jalan beton.

Sumber: Sukmoaji. Fatik.


2016.https://ilmusipildanarsitektur.blogspot.com/2016/04/penerapan-
beton-pada-struktur-bangunan.html. Diakses pada Minggu, 16/12/2018.
Pukul 00.15

Kelebihan penggunaan jalan beton antara lain :


1. Memiliki ketahanan yang baik terhadap keausan terhadap roda lalu
lintas
2. Dapat menahan beban kendaraan yang berat
3. Memiliki ketahanan yang baik terhadap genangan air dan banjir serta
tahan terhadap pelapukan akibat cuaca.
4. Biaya perawatan lebih murah dibanding jalan aspal karena tidak perlu
terlalu sering dilakukan.
5. Dapat digunakan pada struktur tanah lemah tanpa perbaikan struktur
tanahnya terlebih dahulu
6. Pengadaan material beton relatif lebih mudah didapat.

Kekurangan penggunaan jalan beton:


1. Biaya Konstruksi jalan beton paling mahal jika dibandingkan dengan
konstruksi perkerasan paving block dan perkerasan aspal. Sehingga
membutuhkan biaya awal yang besar.
2. Kualitas jalan beton sangat tergantung pada proses pelaksanaanya,
misalnya pengeringan yang terlalu cepat dapat menimbulkan
keretakan jalan, untuk mengetasi hal ini dapat menambahkan zat
kimia pada campuran beton atau dengan menutup beton pasca

Teknologi Bahan | 21
pengecoran dengan kain basah untuk memperlambat proses
pengeringan.
3. Kehalusan permukaan jalan beton sangat ditentukan pada saat proses
pengecoran sehingga diperlukan pengawasan yang ketat.
4. Proses perbaikan jalan beton untuk menghemat biaya dan waktu
umumnya tidak terlebih dahulu membongkar jalan beton lama, tetapi
dilakukan dengan cara melapis ulang di atas konstruksi jalan beton
yang lama, sehingga menaikan ketinggian elevasi jalan, akibatnya
terkadang elevasi jalan lebih tinggi dibanding rumah disampingnya.
5. Permukaan jalan beton kurang nyaman untuk berkendara dalam jarak
yang jauh dan warna beton membuat suasana jalan menjadi keras dan
gersang dan terasa menyilaukan di siang hari

2.8.2. Rabat beton atau lantai kerja


Rabat beton (lean concrete) adalah lapisan beton yang dibangun di
dalam galian tanah. Fungsinya sebagai landasan cor beton, cetakan
(bekisting) cor beton pada sisi bawah, penahan kelembaban, serta
penyetabil kerataan permukaan beton. Adanya rabat beton dapat juga
mempermudah para pekerja dalam menyelesaikan tugasnya karena kondisi
lingkungan yang lebih bersih dan tidak becek. Adapun ukuran ketebalan
rabat beton biasanya tidak lebih dari 5 cm.
Rabat beton umumnya dibuat menggunakan campuran semen,
pasir, dan kerikil dengan perbandingan 1:3:5. Namun kadang-kadang mutu
bahan-bahan penyusun rabat beton tersebut berada jauh di bawah standar.
Contohnya ukuran kerikil yang terlalu besar, pasir yang bercampur dengan
tanah, atau air yang banyak mengandung lumpur. Sehingga
perbandingannya pun perlu disesuaikan lagi. Disarankan memakai beton
siap pakai (ready mix) yang berjenis K125 atau B0 karena mutunya lebih
bagus daripada beton yang dibuat secara manual.
Fungsi dari lantai kerja adalah untuk memudahkan pekerja berdiri
(tidak kotor dan becek), sebagai cetakan atau bekisting beton pada sisi
bawah yang bersifat permanen, sebagai perata permukaan dan penstabil
permukaan, dan sebagai penahan kelembaban / rembesan air.

Teknologi Bahan | 22
Gambar 2.7 Rabat Beton

Sumber: http://arafuru.com/sipil/pengertian-rabat-beton-dan-
fungsinya.html. Diakses pada Minggu, 16/12/2018. Pukul 00.23

2.8.3. Kanstin
Kanstin merupakan jenis beton precast yangjuga biasa digunakan
sebagai pembatas jalan danjuga bingkai jalan. Penggunannya juga bisa
pada berbagai tempat public, seperti pinggiran taman dan pinggiran
trotoar. Fungsinya ialah sebagai pembatas dan mengunci ruang untuk
menghindari pergeseran ruang. Dengan peletakan kanstin yang kokoh di
area trotoar, memungkinkan untuk mengunci area dan mencegah
pengendara bermotor melintas pada area khusus pejalan kaki tersebut.

Gambar 2.8 Cetakan Kanstin

Teknologi Bahan | 23
Sumber: CV. Mitra Solusi Konstruksi. 2017. https://readymix.co.id/jenis-beton-
precast-dan-fungsinya/. Diakses pada Minggu, 16/12/2018. Pukul 01.52.

2.8.4. Road Barrier


Road barrier adalah salah satu jenis beton precast yang biasa
dipesan dalam jumlah banyak. Karena kebutuhannya untuk kepentingan
publik, yakni sebagai pengaman jalan, maka kualitas dari beton ini perlu
dipertimbangkan sebagai prioritas utama. Beton precast untuk road
barrier digunakan sebagai pembatas dan pengaman jalan. Beton ini bisa
dipindahkan untuk kondisi jalan tertentu, sehingga bukan merupakan
pembatas permanen dijalan, meksipun pemindahannya harus
menggunakan alat khusus karena cukup berat jika diangkat dengan tenaga
manusia saja. Dengan fungsinya tersebut, beton untuk road barrier harus
memiliki kuat beton yang bagus dengan pemilihan material berupa semen
dan agregat terbaik. Saking kuatnya beton precast ini, maka beton road
barrier yang bermutu tidak akan mudah retak meskipun terkena atau
tertabrak kendaraan berat sekalipun.

Gambar 2.9 Pengangkutan Road Barier

Sumber: CV. Mitra Solusi Konstruksi. 2017. https://readymix.co.id/jenis-


beton-precast-dan-fungsinya/. Diakses pada Minggu, 16/12/2018. Pukul 01.57

Teknologi Bahan | 24
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material,


yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus, agregat
kasar, air dan atau tanpa bahan tambah lain dengan perbandingan tertentu. Beton
dapat dibedakan dalam tiga kelas dimana ketiga kelas tersebut terdiri dari mutu
atau kualitas beton yang berbeda, mulai dari K 100 hingga K 500. Beton dapat
digunakan untuk beberapa pengerjaan seperti rabat beton, jalan beton, kanstin, dan
road barrier.

Teknologi Bahan | 25
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Bahan Bangunan I Teknik Sipil Universitas Lampung


CV. Mitra Solusi Konstruksi. 2017. https://readymix.co.id/jenis-beton-precast dan-
fungsinya/. Diakses pada Minggu, 16/12/2018. Pukul 01.52.

Dwi Kusuma.https://dwikusumadpu.wordpress.com/tag/air sebagai material


penyusun beton/16/4/2003

http://arafuru.com/sipil/pengertian-rabat-beton-dan-fungsinya.html. Diakses pada


Minggu, 16/12/2018. Pukul 00.23

https://www.mediabangunan.com/2013/09/kelebihan-dan-kekurangan-beton-
sebagai.html. Diakses pada Minggu, 16/12/2018. Pukul 00.02.

Mahadi. E. http://www.hdesignideas.com/2010/06/test-struktur-beton-dengan-
metode hammer test dan load test .html. 6/11/2010

SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton,
oleh Dept Pekerjaan Umum.

Sukmoaji.Fatik.2016.https://ilmusipildanarsitektur.blogspot.com/2016/04/penerap
an-beton-pada-struktur-bangunan.html. Diakses pada Minggu, 16/12/2018. Pukul
00.15

Teknologi Bahan | 26
Teknologi Bahan | 27

Anda mungkin juga menyukai