Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH UTILITAS II

“SISTEM PENERANGAN (PENCAHAYAAN) PADA BANGUNAN”

DOSEN :
Dr. Marylin Yunias, ST., M.Kes

MAHASISWA :
MARIA M. P. KAMBANIRU TUTO GOKOK
1706090024

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat
dan rahmat yang telah Ia berikan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah utilitas bangunan
tentang sistem penerangan ini dengan baik walaupun masih belum sempurna. Makalah ini telah
saya selesaikan berkat kerja sama dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu saya
sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu secara maksimal
dalam penyelesaian makalah ini. Makalah yang saya sajikan ini masih membutuhkan kritik dan
saran yang membangun dari Ibu dosen untuk bekal saya nantinya, dalam penyusunan makalah
berikutnya. Saya berharap makalah ini dapat membantu teman-teman dalam mata kuliah dan
menambah wawasan bagi para pembaca.

Kupang, 02 Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat
bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman.
Lebih dari itu penerangan yang memadai akan memberikan kesan pemandangan yang baik dan
keadaan lingkungan yang menyegarkan. Sebuah benda akan terlihat bila benda tersebut
memantulkan cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun benda pantulan yang
dating dari sumber cahaya lain, dengan demikian maksud dari pencahayaan adalah agar benda
terlihat jelas. Pencahayaan tersebut dapat diatur atau direncanakan sedemikian rupa yang
disesuaikan dengan kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga nantinya diharapkan dapat
memberikan efek yang bernilai ekonomis, nyaman dan aman bagi kesehatan.

Perencanaan suatu pencahayaan bangunan merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan oleh seorang perancang dalam proses desain untuk menghasilkan suatu
pencahayaan yang baik dan ekonomis. Perencanaan dan perancangan tata cahaya yang tidak baik
pada suatu ruangan, dapat menyebabkan terjadi kesalahan fungsi pada ruang yang bersangkutan.
Untuk menghitung atau merencanakan instalasi penerangan, maka yang harus kita perhatiakan
adalah: fungsi ruangan, luas ruangan tersebut dan jenis lampu yang yang akan dipasang. Fungsi
ruangan berpengaruh terhadap kuatnya suatu penerangan, setiap ruangan memiliki nilai kuat
penerangan masing-masing yang tergantung dari fungsi ruang itu sendiri dan nilainya telah
ditetapkan.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pencahayaan ?
1.2.2 Apa saja fungsi pencahayaan ?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis pencahayaan yang ada pada bangunan ?
1.2.4 Apa saja faktor yang mempengaruhi penerangan?
1.2.5 Apa saja standar penerangan pada bangunan?
1.2.6 Bagaimana cara penempatan pencahayaan yang baik pada bangunan ?
1.2.7 Apa saja komponen-komponen instalasi penerangan pada sebuah bangunan ?
1.2.8 Bagaimana sistem penerangan yang ada pada interior rumah sakit ruang rawat
inap utama gedung lukas, rumah sakit panti rapih, Yogyakarta ?

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari pencahayaan
1.3.2 Untuk mengetahui fungsi cahaya
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis pencahayaan yang ada pada bangunan
1.3.4 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penerangan
1.3.5 Untuk mengetahui standar penerangan pada bangunan
1.3.6 Untuk mengetahui cara penempatan pencahayaan yang baik pada bangunan
1.3.7 Untuk menegtahui komponen-komponen instalasi penerangan pada sebuah
bangunan
1.3.8 Untuk mengetahui sistem penerangan yang ada pada interior rumah sakit ruang
rawat inap utama gedung lukas, rumah sakit panti rapih, Yogyakarta
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Cahaya adalah suatu bentuk energi, radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik
yang mempunyai kecepatan 300.000 km per detik. Dari sekian banyak gelombang
elektromagnetik, hanya yang berada pada rentang frekuensi tertentu saja yang berupa cahaya
yang kasat mata, sedangkan sisanya merupakan cahaya yang tidak dapat terlihat oleh mata
manusia. Arus cahaya ( lumininous flux) yang dinyatakan dalam F adalah banyaknya cahaya
yang tampak yang dipancarkan dalam satuan lumen, dimana 1 lumen= 1/680 watt cahaya (Light
watt) atau 1 watt cahaya 680 lumen.

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang
aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik
memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Pencahayaan atau lighting pada bangunan adalah salah satu elemen penting yang perlu
dipertimbangkan dalam perancangan interior maupun arsitektur. Pencahayaan atau lighting,
selain berfungsi sebagai penerangan juga dapat dijadikan sebagai aksesoris untuk memberi nilai
estetika sebuah ruang maupun fasad.

Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah jumlah


penyinaran yang terdapat pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek yang
dikerjakannya secara jelas.

2.2 Fungsi pencahayaan


1. Penerangan; Fungsi utama dari pencahayaan adalah sebagai sumber penerangan. Pada
bangunan yang memiliki banyak ruangan aktifitas tentu juga akan membutuhkan banyak
penerangan. Selain dengan menggunakan pencahayaan alami dengan memanfaatkan sinar
matahari, perlu pencahayaan buatan untuk ruangan - ruangan tertentu yang tidak boleh
atau tidak bisa mendapatkan cahaya matahari.
Gambar cahaya sebagai penerang
2. Kesehatan; Selain berfungsi sebagai penerangan, pencahayaan pada bangunan juga perlu
bagi kesehatan pengguna ruangan tersebut. Seperti untuk kesehatan mata, atau untuk
ruang-ruang periksa dan alat pengobatan pada rumah sakit.

Gambar penggunaan cahaya bagi pengguna ruang kesehatan


3. Kenyamanan; Pencahayaan akan memberikan kenyamanan bagi penghuni suatu
bangunan apalagi jika bangunan / ruangan tersebut berfungsi sebagai tempat belajar atau
tempat membaca seperti perpustakaan atau lain-lain. Kita tentu tidak akan nyaman
apabila membaca di ruangan yang gelap.

4. Keamanan; Pencahayaan juga berfungsi sebagai alat bantu keamanan bagi penghuni
gedung dan juga area sekitarnya, terutama di malam hari. Jika tidak ada penerangan atau
penerangan tidak memadai tentu akan memberikan rasa takut bagi pengguna bangunan
karena suasana yang gelap biasanya akan rawan kejahatan.
5. Dekorasi; Pencahayaan dekoratif dalam ruang (interior) dapat meliputi elemen-elemen
pencahayaan yang ditempatkan pada dinding, plafon, juga dapat berupa perabotan
lampu-lampu dalam atau luar ruang. Penataan lampu tersebut juga akan mampu
memberikan nilai-nilai keindahan (estetis).

2.3 Jenis-jenis pencahayaan

Berdasarkan sumbernya, pencahayaan terbagi menjadi dua, yaitu: Pencahayaan alamiah atau
daylighting dan pencahayan buatan atau biasa disebut dengan artificial lighting.

2.3.1 Pencahayaan Alamiah (Daylighting)

Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang bersumber dari sinar matahari yang
muncul dari pagi menjelang siang hingga sore hari. Kelebihan dari pencahayaan ini adalah hemat
biaya, karena tidak bergantung kepada energi listrik, serta tidak membutuhkan perawatan
instalasi seperti pencahayaan buatan. Namun kerugiannya ada pada intensitas cahaya yang tidak
dalam kendali manusia. Akibatnya, hasil pencahayaan kerapkali tidak konsisten. Pada umumnya
pencahayaan alamiah diperoleh melalui pintu, jendela, atau dengan cara memasang jendela kaca
di atap (skylight). Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik
juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang
diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada
luas lantai.

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar
penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:

1) Variasi intensitas cahaya matahari.


2) Distribusi dari terangnya cahaya.
3) Efek dari lokasi, pemantulan cahaya.
4) Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung.

Pencahayaan alami dalam sebuah bangunan akan mengurangi penggunaan cahaya buatan,
sehingga dapat menghemat konsumsi energi dan mengurangi tingkat polusi. Tujuan
digunakannya pencahayaan alami yaitu untuk menghasilkan cahaya berkualitas yang efisien serta
meminimalkan silau dan berlebihnya rasio tingkat terang. Selain itu cahaya alami dalam sebuah
bangunan juga dapat memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan membawa efek positif
lainnya dalam psikologi manusia. Agar dapat menggunakan cahaya alami secara efektif, perlu
dikenali ke beberapa sumber cahaya utama yang dapat dimanfaatkan :

1. Sunlight, cahaya matahari langsung dan tingkat cahayanya tinggi.


2. Daylight, cahaya matahari yang sudah tersebar dilangit dan tingkat cahayanya rendah.
3. Reflected light, cahaya matahari yang sudah dipantulkan.

Berikut ini adalah lima strategi dalam merancang untuk pencahayaan matahari efektif (Egan &
Olgyay, 1983):

1. Naungan (shade), naungi bukan pada bangunan untuk mencegah silau (glare) dan panas
yang berlebihan karena terkena cahaya langsung.

2. Pengalihan (redirect), alihkan dan arahkan cahaya matahari ketempat-tempat yang


diperlukan. Pembagian cahaya yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan adalah inti dari
pencahayaan yang baik.

3. Pengendalian (control), kendalikan jumlah cahaya yang masuk kedalam runag sesuai
dengan kebutuhan dan pada waktu yang diinginkan. Jangan terlalu banyak memasukkan
cahaya ke dalam ruang, terkecuali jika kondisi untuk visual tidaklah penting atau ruangan
tersebut memang membutuhkan kelebihan suhu dan cahaya tersebut (contoh : rumah kaca).

4. Efisiensi, gunakan cahaya secara efisien, denag membentuk ruang dalam sedemikian
rupa sehingga terintegrasi dengan pencahayaan dan menggunakan material yang dapat
disalurkan dengan lebih baik dan dapat mengurangi jumlah cahaya masuk yang diperlukan.

5. Intefrasi, integrasikan bentuk pencahayaan dengan arsitektur bangunan tersebut. Karena


jika bukan untuk masuk cahaya matahari tidak mengisi sebuah peranan dalam arsitektur
bangunan tersebut, nukan itu cenderung akan ditutupi dengan tirai atau penutup lainnya dan
akan kehilangan fungsinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan Pencahayaan Alami:

a) Menyesuaikan lebar jendela yang akan digunakan dengan lebar ruangan, agar cahaya
yang diserap tidak terlalu banyak ataupun sedikit.
b) Menghindari peletakan jendela di sisi barat dan timur. Hal ini dikarenakan Indonesia
terletak pada kawasan tropis, dimana sinar matahari dapat menjadi terlalu terang dan
terlalu panas.
c) Bila memang terpaksa membuat jendela yang menghadap ke sisi tersebut (arah matahari),
sebaiknya diberikan pembatas atau filter seperti kisi-kisi, pepohonan, ataupun overhang.
d) Untuk penggunaan skylight, pastikan bahwa skylight tersebut tidak memiliki celah
yang memungkinkan masuknya air hujan.

2.3.2 Pencahayaan buatan (Artificial lighting)

Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan yang memanfaatkan teknologi buatan


manusia atau energi olahan seperti lampu. Pencahayaan buatan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan cahaya pada siang maupun malam hari, dan terutama untuk kebutuhan cahaya di
dalam ruang. Tujuannya adalah, untuk membantu indra visual manusia melakukan aktivitasnya
dengan tepat. Dalam penempatannya, intensitas sumber cahaya harus bersifat tetap, merata, tidak
menyilaukan, tidak kedap-kedip, dan sehat untuk mata. Kelebihan dari konsep pencahayaan
buatan adalah, intensitas cahaya yang lebih stabil serta pilihan warna yang bervariasi. Sementara
itu kerugiannya adalah, memerlukan perawatan untuk sumber cahaya dan instalasinya. Selain itu,
pencahayaan ini sangat bergantung pada energi buatan sehingga membutuhkan biaya.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan Artificial Lighting:

a) Pemilihan penggunaan lampu sesuai dengan kegiatan yang terjadi didalam ruang. Setiap
jenis aktivitas memiliki kebutuhan intensitas cahaya yang berbeda. Sebagai contoh
pencahayaan pada kamar tidur sebaiknya tidak terlalu terang dan silau, agar memberikan
efek nyaman pada saat beristirahat. Sebaliknya, ruang dengan aktivitas yang tinggi
seperti ruang kelas membutuhkan pencahayaan yang cukup terang, sehingga mampu
mengakomodir indra visual pengguna ruangnya secara optimal.
b) Pengaturan posisi peletakan cahaya buatan dengan baik, agar menghasilkan cahaya atau
sinar yang tepat guna. Yaitu ketika posisi jatuh cahaya sesuai kebutuhan maupun
keinginan.
c) Berdasarkan jenisnya, lampu terdiri dari beberapa tipe dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Sebaiknya, sebelum melakukan pemilihan jenis lampu,
kenali terlebih dahulu jenis-jenis lampu yang akan dipergunakan agar sesuai dengan
kebutuhan secara optimal dan mengefisienkan biaya yang dikeluarkan.
d) Pemilihan warna lampu juga perlu disesuaikan dengan fungsi penerangan dan fungsi
ruangan itu sendiri. Jika nilai estetika dengan permainan tema yang ingin ditonjolkan,
maka dapat menggunakan warna-warna unik sepeti biru atau ungu.

Pencahayaan buatan terkait dengan penemuan ornamen sumber cahaya itu sendiri. Menurut
perletakannya, pencahayaan buatan dibagi menjadi :

 Lampu lantai

 Lampu dinding
 Lampu plafon

Berdasarkan pengaplikasiannya, pencahayaan terbagi menjadi dua cara, yaitu sistem


pencahayaan langsung dan tidak langsung. Berikut definisninya:

a. Sistem Pencahayaan Langsung; Sistem pencahayaan langsung merupakan penempatan


sumber cahaya secara langsung pada permukaan bidang aplikasi, baik dalam pencahayaan alami
maupun pencahayaan buatan. Permainan cahaya langsung memunculkan efek bayangan yang
kuat serta menjadikan beberapa bidang tak tersinari. Tujuan dari sistem pencahayaan ini adalah,
mengoptimalkan penerangan umum untuk meningkatkan intensitas cahaya ruang, agar
mendukung kegiatan yang ada di ruangan tersebut. Pengaturan yang tepat dan cermat dalam
peletakan titik cahaya langsung akan memberikan kesan tegas, fungsional, dan nyaman.
b. Sistem Pencahayaan Tidak langsung; Sistem ini merupakan sistem yang menempatkan
sumber cahaya dibalik suatu bidang aplikasi, dan memanfaatkan refleksi cahaya dari balik
bidang tersebut untuk membentuk kesan cahaya tertentu. Permainan cahaya tidak langsung
menghasilkan efek gradasi dan bayang-bayang pada bidang yang tidak terkena cahaya. Sistem
pencahayaan ini memiliki tujuan utama yaitu untuk menegaskan kesan tertentu dari suatu ruang,
atau membentuk batasan pada suatu bidang aplikasi.

2.4 Faktor yang mempengaruhi penerangan

Menurut Subaris dan Haryono (2008),terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
intensitas penerangan, antara lain :

1. Sumber cahaya

Berbagai jenis sumber cahaya yang dapat dipakai dan pada saat ini banyak dipergunakan
adalah lampu pijar/bolam,lampu TL (lampu pelepasan listrik/flourescent lamp) dan sumber
cahaya alami.

2. Daya pantul (Reflektifitas)

Bila cahaya mengenai suatu permukaan yang kasar dan hitam maka semua cahaya akan
diserap, tetapi bila permukaan halus dan mengkilap maka cahaya akan dipantulkan
sejajar,sedangkan bila permukaantidak rata maka pantulan cahaya akan diffuse.

3. Ketajaman penglihatan

Kemampuan mata untuk melihat sesuatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

 Ukuran objek/benda, seperti besar kecilnya objek tersebut.


 Luminensi/brightness yang merupakan tingkat terangnya lapangan penglihatan yang
tergantung dari penerangan dan pemantulan objek/penerangan.
 Waktu pengamatan, yaitu lamanya melihat.
 Derajat kontras yang merupakan perbedaan derajat terang antara objek dan
sekelilingnya atau derajat terang antara 2 permukaan.
2.5 Standar penerangan pada bangunan

Kekuatan intensitas penerangan berdasarkan besar dankecilnya barang menurut


Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan
serta penerangandalam tempat kerja, yaitu:

Intensitas
Jenis Kegiatan Keterangan
Penerangan (Lux)
Mengerjakan bahan-bahan yang
besar, menyisihkan barang-barang
Pekerjaan membedakan
50 yang besar, gudang-gudang untuk
barang kasar
menyimpan barang-barang besar dan
kasar
Penggilingan padi,
Pekerjaan membedakan pengupasan/pengambilan dan
100
barang kecil penyisihan bahan kapas, kamar mesin
dan uap
Menjahit textil atau kulit yang
Pekerjaan membedakan berwarna muda, pemasukan dan
barang kecil yang agak 200 pengawetan bahan-bahan makanan
teliti dalam kaleng, pembungkusan daging,
mengerjakan kayu
Pekerjaan mesin yang teliti,
pembuatan tepung, penyelesaian
kulit dan penenunan bahan-bahan
Pekerjaan membedakan
300 katun atau wol berwarna muda,
barang kecil dan halus
pekerjaan kantor yang berganti-ganti
menulis dan membaca, pekerjaan
arsip dan seleksi surat-surat
Pemasangan yang halus, penyemiran
yang halus dan pemotongan gelas
Pekerjaan membedakan
500-1000 kaca, pekerjaan kayu yang halus
halus dan kontras
(ukir-ukiran), menjahit bahan-bahan
wolyang berwarna tua
Pemasangan yang extra halus (arloji,
Pekerjaan membedakan
dll.), pemeriksaan yang ekstra halus
barang halus dan contrast ≥1000
(ampul obat), penilaian dan
yang agak lama
penyisihan hasil-hasil tembakau
Sumber : Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964

Standar intensitas penerangan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, sebagai berikut:
Intensitas
Jenis Kegiatan Keterangan
Penerangan (Lux)
Ruang penyimpanan/ruang peralatan
Pekerjaan kasar dan tidak
100 yang memerlukan pekerjaan yang
terus-menerus
kontiyu
Pekerjaan kasar dan terus- Pekerjaan dengan mesin dan
200
menerus perakitan kasar
Pekerjaan kantor/administrasi,ruang
Pekerjaan rutin 300 kontrol, pekerjaan mesin dan
perakitan/penyusunan
Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesin, kantor,pekerja
Pekerjaan agak halus 500
pemeriksaan atau pekerjaan dengan
mesin
Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesin kantor,pekerja
Pekerjaan halus 1000
pemeriksaan atau pekerjaan dengan
mesin
1500 tidak Mengukir dengan
Pekerjaan amat halus menimbulkan tangan,pemeriksaan pekerjaan mesin
bayangan dan perakitan yang sangat halus
3000 tidak
Pemeriksaan pekerjaan,perakitan
Pekerjaan detail menimbulkan
sangat halus
bayangan

2.6 Penempatan pencahayaan

Faktor faktor tata cahaya dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:

 Distribusi intensitas cahaya dari armature


 Perbandingan antara keluaran cahaya dari lampu dalam armature
 Reflektansi cahaya dari langit langit, dinding, lantai
 Pemasangan armatur, apakah menempel atau digantung di langit-langit serta Dimensi
atau ukuran luas ruangan

Tema tata cahaya dapat dibagi menjadi 5, yaitu :

1) Tematik romantis, digunakan untuk menimbulkan kesan romantis pada ruangan. Hal ini
bisa dilakukan melalui penggunaan tata cahaya temaram dengan intensitas rendah
ataupun penempatan indirect lighting pada jarak dan pola tertentu.
2) Tematik rustik/naturalis, digunakan untuk menimbulkan kesan seolah olah seseorang
sedang berada di alam. Hal ini bisa dilakukan dengan jenis tata cahaya alami seperti lilin,
lampu templok, obor dengan dipadukan dengan penggunaan perabot yang alami.
3) Tematik ekshibisi, digunakan untuk memamerkan atau memajang produk atau karya seni
tertentu. Hal ini bisa dilakukan dengan penataan direct lighting dan indirect lighting.
4) Tematik sunlit, dikenal dengan konsep less is more yang menggunakan cahaya buatan
sesedikit mungkin serta memaksimalkan masuknya cahaya alami ke dalam ruangan.
5) Tematik amenities, dihasilkan dari penggabungan penataan suara, cahaya, air, udara,
vegetasi, dan warna dalam satu skema yang akan memberi nilai tambah terhadap kualitas
penataan sebuah ruangan.

Penempatan cahaya pada bangunan terdiri atas 3 yaitu :

1. General lighting
General lighting atau pencahayaan umum adalah sistem pencahayaan yang menjadi sumber
penerangan utama. Umumnya penerangan dilakukan dengan cara menempatkan titik lampu pada
titik tengah ruangan atau pada beberapa titik yang dipasang secara simetris dan merata.
Tujuan menggunakan general lighting adalah menghasilkan sumber cahaya secara terang dan
menyeluruh. Lampu yang digunakan adalah lampu TL atau downlight. Selain itu, dapat pula
digunakan pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) dengan lampu tersembunyi yang
memanfaatkan bias cahayanya saja. Keunggulan lampu indirect adalah dapat menghasilkan
cahaya yang merata tanpa membuat mata silau dan suasana “hangat” pun lebih terasa dengan
tampilan lampu warna kekuningan.

Contoh perletakan general lighting pada ruangan


2. Task lighting
Task lighting merupakan sistem pencahayaan yang difokuskan pada suatu area dengan tujuan
membantu aktivitas tertentu. Task lighting juga dapat menjadi satu cara untuk menghindari
ketegangan mata ketika beraktivitas.
Contoh task lighting adalah ruang kerja yang dilengkapi dengan lampu meja untuk membaca
sehinga mata tidak cepat lelah. Contoh lain adalah lampu di atas counter table yang
memungkinkan orang untuk membaca resep masakan ketika akan memasak. Atau, lampu
gantung yang diletakkan di atas ruang makan yang mengarah pada meja makan. Selain
diperuntukkan sebagai lampu penegas fungsi, task lighting juga dapat berfungsi sebagai
pembentuk suasana.

Contoh perletakan task lighting

3. Accent lighting
Accent lighting digunakan untuk menyorot atau memfokuskan pada suatu benda agar dapat
lebih terlihat. Pemasangan accent lighting pada ruang dalam umumnya digunakan untuk
menyorot benda seni (artwork) atau menyorot lukisan.
Accent lighting biasanya menggunakan spotlight karena dapat menhasilkan bias cahaya yang
kuat dan menghasilkan fokus pada objek yang dituju. Aplikasi wall lamp juga dapat digunakan
untuk pada dinding tertentu sehingga menghasilkan tampilan ruang yang dinamis.
Contoh perletakan accent lighting

2.7 Komponen-komponen intalasi penerangan pada bangunan

Instalasi penerangan merupakan suatu instalasi listrik yang bebannya merupakan komponen
penerangan. Rangkaian instalasi penerangan terdiri dari beberapa komponen listrik yang saling
terhubung dari sumber listrik ke beban yang terletak pada suatu tempat ataupun ruangan tertentu.
Instalasi penerangan umunya di rangkai dari beberapa titik cahaya sehingga dapat terbentuk
suatu sistem yang mempunyai fungsi untuk menerangi suatu tempat.

Untuk merancang suatu sistem rangkaian untuk instalasi penerangan, kita harus mempunyai
rencana pemasangan sehingga mempunyai acuan dalam pemasangan instalasi tersebut. Selain itu
suatu instalasi penerangan dapat berfungsi dengan baik dan aman apabila memenuhi syarat
pemilihan pengaman dan juga penghantar. Maka dari itu seorang perencana haruslah memahami
betul peraturan-peraturan yang berlaku untuk setiap pemasangan instalasi listrik khususnya pada
instalasi penerangan. Untuk mengetahui persyaratan umum istalasi listrik agar dapat merancang
suatu rangkaian yang aman dan baik dapat berpedoman pada PUIL. Pada PUIL tersebut
dijelaskan peraturan dan persyaratan yang harus ditaati dalam kelistrikan. Jumlah cahaya atau
tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai tugas visual dapat dilihat pada SK-
SNI T-14-1993-03). Selanjutnya berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut, dilakukan
perhitungan untuk menentukan jumlah titik lampu/ luminer dan daya listrik yang dibutuhkan
dengan menggunakan metoda lumen. Dengan mempertimbangkan keseragaman tingkat
pencahayaan pada bidang kerja, dapat ditentukan jarak antar luminer dan ketinggiannya.

Untuk merancang sebuah sistem instalasi penerangan tentunya kita memerlukan komponen-
komponen penting yang digunakan untuk membuat instalasi yang baik. Komponen-komponen
instalasi penerangan tersebut diantaranya yaitu saklar, fiting, stop kontak, kabel, pipa dan MCB.
Fungsi dari komponen-komponen instalasi penerangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. MCB
MCB merupakan singkatan dari Miniature Circuit Breaker, Fungsi MCB pada instalasi
penerangan adalah sebagai sistem proteksi atau pengaman dalam instalasi listrik apabila terjadi
beban berlebih beserta hubung singkat arus listrik (korsleting). MCB ini terpasang pada pada
kWh meter listrik PLN dan juga pada Box MCB. MCB pada instalasi penerangan memiliki tiga
fungsi utama yaitu :

 Sebagai pemutus arus listrik yang mengarah ke beban


 Sebagai proteksi beban lebih apabila MCB mendeteksi adanya arus listrik yang melebihi
batas.
 Sebagai proteksi hubung singkat apabila terjadi korsleting atau hubung singkat arus
listrik.

2. Kabel Listrik

Kabel listrik atau kabel penghantar adalah komponen listrik yang berfungsi untuk
menghantarkan arus listrik ke sumber-sumber beban listrik atau alat-alat listrik. Kabel atau
penghantar pada instalasi listrik umumnya menggunkan bahan tembaga. Kabel yang digunakan
pada instalasi penerangan biasanya ada beberapa jenis yaitu :
 Kabel NYA

Kabel NYA adalah kabel listrik yang berisolasi PVC dan berisi satu kawat. Kabel NYA ini
biasanya berwarna merah, hitam, kuning, biru, dan kuning hijau. Isolasi kawat dari kabel ini
hanya satu lapis, sehingga tidak cukup kuat pada gesekan, tekanan atau gigitan binatang. Karena
kelemahan pada isolasinya tersebut, maka dalam pemasangan kabel ini di perlukan pelapis luar
atau pipa pelindung yaitu menggunakan pipa conduit dari PVC. Selain itu, kabel NYA juga tidak
boleh dipasang dalam tanah atau air. Kabel NYA mempunyai arti sebagai berikut :

N : Kabel jenis standar terbuat dari tembaga.


Y : Berisolasi PVC.
A : Tunggal.

 Kabel NYM
Kabel NYM adalah kabel listrik yang berisolasi PVC yang berisi lebih dari satu kabel NYA.
Kabel NYM biasanya terdiri dari 2, 3, atau 4 kabel jenis NYA. Jenis kabel ini memiliki warna
isolasi putih pada bagian luar kabel dan untuk beberapa kabel di dalamnya memilki warna isolasi
merah, hitam, kuning, dan biru. Kabel NYM bisa di tempel pada dinding karena kabel NYM
relative lebih kuat terhadap gesekan. Kabel NYM juga tidak boleh dipasang di dalam tanah atau
air. Kabel NYM mempunyai arti sebagai berikut :
N : Kabel jenis standar terbuat dari tembaga.
Y : Berisolasi PVC.
M : Berselubung PVC.

 Kabel NYY

Kabel NYY adalah kabel listrik yang berisolasi PVC, yang berisi lebih dari satu kabel . Warna
dari isolasi luar kabel ini adalah hitam. Kabel listrik jenis NYY adalah kabel yang boleh di
tanam. Kabel NYY mempunyai arti sebagai berikut :

N : Kabel jenis standar terbuat dari tembaga.


Y : Berisolasi PVC.
Y : Berselubung PVC tapi lebih bagus dari NYM.
3. Pipa

Pada instalasi penerangan atau instalasi listrik, pipa adalah komponen yang berfungsi untuk
melindungi pemasangan penghantar atau kabel listrik. Selain itu pemasangan pipa juga sangat
penting agar instalasi menjadi baik dan rapi. Pipa yang sering digunakan untuk instalasi
pnerangan pada tempat tinggal adalah pipa PVC. Pipa PVC sangat baik untuk penghantar karena
pipa ini juga terbuat dari bahan isolasi sehingga dalam pemasangannya tidak akan terakibat
terjadinya hubungan pendek antara penghantar dengan pipa.

4. Kotak sambung

Penyambungan kabel listrik dalam instalasi harus dilakukan pada kontak sambung, dan tidak
diperbolehkan untuk dilakukan di dalam pipa. Hal ini disebabkan karena kawat yang disambung
didalam pipa dikhawatirkan sambungan akan terputus pada saat kawat di rentangkan pada saat
dimasukan kedalam pipa. Sebab apabila bila ini terjadi maka dapat menyebabkan hubungan
pendek listrik atau bahaya kebakaran. Oleh sebab itu digunakanlah kotak sambung untuk tempat
penyambungan kawat atau kabel listrik. Kontak sambung yang biasanya digunakan pada instalasi
penerang adalah kotak sambung cabang dua, cabang tiga dan juga kontak sambung cabang
empat.

5. Lasdop

Lasdop adalah komponen yang berfungsi untuk menutup dan melindungi sambungan kabel
listrik pada sistem instalasi penerangan sehingga aman dari sentuhan luar. Sebelum sambungan
ditutup dengan lasdop ini, sambungan terlebih dahulu dibungkus dengan isolasi.

6. Saklar

Saklar adalah komponen instalasi listrik yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan
arus listrik dari sumber ke pemakai (beban). Pada saat memutus dan menghubungkan arus listrik
biasanya akan terdapat busur api diantara kontak-kontaknya, besar dari loncatan api tersebut
tergantung dadi kecepatan kontak-kontak dari saklar memutus dan menyambungkan arus listrik.
Maka dari itu untuk mengatasi hal ini saklar dilengkapi dengan pegas yang berfungsi untuk
membantu memutus dan menghubungkan arus listrik pada saklar dengan cepat. Pada saat ini ada
banyak jenis saklar yang beredar di pasaran. Namun saklar-saklar yang sering digunakan pada
tempat tinggal adalah Saklar tunggal, saklar seri, saklar tukar dan juga saklar silang.

Jenis-jenis Saklar untuk Instalasi Penerangan :

 Saklar Tunggal
Saklar Tunggal merupakan saklar yang berfungsi untuk menyalakan dan memadamkan sebuah
lampu atau sebuah rangkaian lampu yang terhubung secara paralel, misalkan dua sampai tiga
lampu sekaligus yang terhubung secara paralel yang dikendalikan oleh satu buah saklar.
banyaknya lampu tergantung dari kemampuan daya hantarnya

 Saklar Seri

Saklar seri atau saklar double adalah saklar yang berfungsi untuk menyalakan dan memadamkan
dua buah lampu secara bersamaan atau bergantian. Saklar seri ini biasanya digunakan pada
ruangan yang menggunakan lebih dari satu buah lampu, contohnya seperti ruang tamu, ruang
keluarga dan lain-lain.
 Saklar Tukar

Saklar tukar adalah saklar yang berfungsi untuk menyalakan dan memadamkan sebuah lampu
dari dua tempat yang berbeda. Contoh penggunaanya adalah seperti pada lorong-lorong pada
suatu ruangan, dan juga penggunaan pada tangga untuk ruangan yang bertingkat.

 Saklar Silang

Saklar silang adalah saklar yang berfungsi untuk menyalakan dan memadamkan sebuah lampu
dari tiga tempat. Untuk pemasangannya saklar silang di pasang diantara dua buah saklar tukar
untuk pengoperasian dari tiga tempat.

7. Fiting

Fiting merupakan suatu komponen yang berfungsi sebagai tempat untuk memasang bola lampu
yang digunakan sebagai penerangan. Fiting akan terhubung ke saklar, agar saklar dapat
menyalakan dan memadamkan lampu. Pada bagian luar dari fiting atau menutup dari fitting
tersebut merupakan terbuat dari bahan isolasi yang berfungsi agar aman pada saat memasang
ataupun mengganti lampu.

8. Lampu

Lampu adalah komponen yang berfungsi sebagai sumber penerangan pada ruangan. Secara
umum lampu-lampu di golongkan atas lampu pijar, lampu fluoresen (lampu neon atau TL),
lampu metal halida, lampu merkuri, dan lampu sodium. Lampu-lampu tersebut dibedakan atas :

 Konstruksi dan cara bekerjanya


 Persyaratan untuk menyalakan (seperti menggunakan balast)
 Mutu cahaya yang dihasilkan oleh lampu, termasuk warna cahaya
 Efisiensi, yang umumnya dinyatakan dalam perbandingan antara lumen dan watt
 Usia operasional lampu
 Depresiasi cahaya yang dipancarkan sehubungan dengan usia penggunaan
 Ragam daya lampu (watt)dan konfigurasinya pada penggunaan
a. Lampu pijar;
Lampu pijar mempunyai efficacy (Q) yang rendah, sehingga biayanya menjadi tinggi. Namun
dari segi arsitektural, lampu pijar dapat menonjolkan unsur dekoratif sehingga sering digunakan
sebagai lampu sorot. Lampu ini paling sering dipakai dikarenakan harganya relatif murah.
Cahayanya kuning dan bertahan hingga 1.250 jam, usianya pendek dibandingkan dengan lampu-
lampu jenis lainnya. Selain itu, Lampu pijar menggunakan energi listrik cukup besar dan boros
energi.
Gambar lampu pijar
Pada lampu pijar, cahaya dihasilkan akibat panas yang dihasilkan oleh filamen. Makin
panas filamen, makin efesienlah lampu pijar tersebut. Jika filamen menimbulkan panas yang
berlebihan, maka akan berakibat berkurangnya usia lampu pijar. Ada beberapa hal yang
mengurangi efesiensi pengkonversian energi listrik menjadi cahaya; dari 100% daya yang
diterima oleh filamen:
 72% menjadi panas yang diakibatkan oleh sinar infra merah
 18% menjadi radiasi panas
 6% - 12% menjadi cahaya
Lampu sorot eksternal (flood light)digunakan untuk penerangan suatu objek (biasanya berupa
papan reklame atau gedung). Kesan yang diperoleh dari sorotan lampu ini tergantung pada posisi
sumber cahaya terhadap objek, posisi sumber cahaya terhadap pengamat dan posisi objek
terhadap pengamat.
Lampu sorot juga ada yang digunakan untuk keperluan interior (spot light), yang biasanya
digunakan pada elatase toko dan ruang pameran (galeri) untuk menyinari benda atau lukisan
tertentu. Lampu sorot ini ada yang berupa lampu halogen. Lampu halogen ini banyak digunakan
karena bentuknya kecil, tidak ada kerlip cahaya, usia pemakaiannya lebih lama, colour-
renderingnya tinggi, warnanya sejuk dan dapat berfungsi sebagai lampu dekorasi serta
memberikan kesan mewah.

b. Lampu Fluoresen
Lampu fluoresen (lampu TL/ TLD, PL dan SL) mempunyai efficacy tinggi, sehingga biayanya
rendah. Disamping itu, lampu ini memberikan suasana sejuk dan dapat memantulkan warna
benda seperti aslinya. Oleh karenanya, lampu jenis ini baik digunakan untuk penerangan umum.
Lampu neon cahayanya berwarna putih, lebih terang dibandingkan lampu pijar. Tergolong lampu
hemat energi dan tahan hingga 10.000 jam.

Gambar Lampu Fluoresen


Penggunaan lampu TL lebih disukai dibandingkan denmgan lampu pijar, karena :
 Menghasilkan 3 – 5 kali lumen perwaktu
 Usia lampu 7 – 20 kali lampu pijar
 Menghasilkan panas yang lebih kecil
 Dapat tetap beroperasi pada suhu rendah, sampai – 28oC
 Suhu lampu maksimal 40oC
Lampu TL/TLD mempunyai daya antara 10 – 60 Watt, lampu PL mempunyai daya antara 5 – 36
Watt, sedang lampu SL mempunyai daya 9 W, 13 W, 18W, dan 25 Watt. Distribusi energi yang
dikeluarkan oleh lampu fluoresen , kira-kira :
 20% menjadi radiasi ultra ungu
 30% menjadi panas infra merah
 40% menjadi radiasi panas
 5% menjadi cahaya

c. Lampu Metal Halida, Merkuri, dan Sodium


Lampu jenis ini cocok untuk penerangan diluar bangunan, Lampu Metal Halida mempunyai daya
antara 250 – 2000 Watt, Lampu Merkuri mempunyai daya antara 50 – 1000 Watt, dan Lampu
Sodium tekanan tinggi mempunyai daya antara 70 – 2000 Watt, sedang lampu sodium tekanan
rendah mempunyai daya antara 18 – 180 Watt.
9. Stop Kontak

Stop kontak atau kotak kontak adalah komponen listrik yang berfungsi untuk tempat untuk
mensupply arus listrik yang diperlukan oleh peralatan listrik lainnya seperti pemakaian TV,
kulkas, setrika dll.

2.8 Studi kasus sistem penerangan yang ada pada interior rumah sakit ruang rawat
inap utama gedung lukas, rumah sakit panti rapih, Yogyakarta

Obyek yang akan dikaji sebagai kasus adalah interior ruang rawat inap utama
gedung Lukas, Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Gedung Lukas terletak di tengah sisi
Selatan komplek rumah sakit, tepatnya di sebelah Timur gedung rawat jalan yang juga
merupakan jalan masuk dari arah depan. Dari lantai atas bangunan dapat dilihat
pemandangan taman dengan bangunan di seberangnya pada arah Utara. Hal ini
memberi peluang bagi sumber pencahayaan alami yang baik dan merata dari pagi
hingga sore hari. Pada arah Selatan pemandangannya cukup sempit sehingga taman di
bawahnya tidak tampak. Namun demikian cahaya alami masih dapat masuk dengan baik.
Pada arah Timur terdapat bangunan baru yang lebih tinggi. Keberadaan bangunan
ini dapat menghalangi cahaya alami yang masuk secara frontal pada pagi hari. Pada arah
barat terdapat bangunan lama yang hanya berlantai satu sehingga tidak dapat
menghalangi terik cahaya matahari pada sore hari mengenai bangunan gedung Lukas.

Gedung Lukas terdiri atas tiga lantai yaitu: lantai dasar, lantai pertama dan lantai kedua.
Ruang rawat inap utama terletak di lantai dasar dan lantai pertama. Letak lantai ini perlu
diketahui karena dapat berpengaruh terhadap kondisi pencahayaan ruang terkait
dengan adanya bangunan atau elemen lansekap lain di sekitar gedung. Dalam kajian ini yang
diambil sebagai kasus hanyalah pada gedung Lukas lantai 2 saja. Ruang rawat inap utama
gedung Lukas diguna-kan sebagai ruang rawat umum. Disamping peng-gunanya bisa
mulai dari anak-anak, orang dewasa hingga orang tua, ruang rawat inap ini juga digunakan
untuk merawat pasien dengan jenis penyakit umum. Disamping itu pada tiap kamar juga
terdapat tempat tidur yang dapat digunakan oleh anggota keluarga yang ingin menunggui
pasien 24 jam. Dalam kaitannya dengan masalah pencahayaan, berarti standar
pencahayaan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur pada ruang rawat inap ini adalah
standar pencahayaan orang pada umumnya, dimana standar untuk orang yang sakit dianggap
tidak berbeda dengan standar untuk orang yang sehat.

Terang dari sebuah ruang akan ditentukan oleh sumber cahaya yang dipantulkan oleh
benda-benda yang ditempatkan di dalam ruang termasuk lantai, dinding, plafon, pintu dan
sebagainya. Lantai pada ruang-ruang di Gedung Lukas terbuat dari keramik berwarna
putih bergurat merah jambu maupun abu-abu dan bertekstur halus kecuali pada toilet dan
rampyang menggunakan keramik berwarna abu-abu polos dan bertekstur kasar. Karena
warna-warna yang digunakan merupakan warna-warna ringan maka akan dapat memantulkan
lebih banyak cahaya yang jatuh ke permukaannya dan membantu ruangan tampak lebih
terang daripada lantai yang berwarna gelap dan bertekstur. Dinding pada ruang pasien, toilet,
koridor, ruang perawat, dapur, dan ruang cuci juga menggunakan keramik dengan warna
yang sama hingga ketinggian 200 cm, sementara di atasnya hingga mencapai plafon
digunakan cat tembok berwarna biru muda untuk ruang pasien, sementara untuk ruang
lainnya digunakan warna krem. Kemudian pada daun pintu dan jendela digunakan warna
kuning gading. Dengan mengacu pada kriteria di atas maka dapat diketahui bahwa dinding
juga merupakan elemen ruang yang dapat memantulkan cahaya dengan baik. Plafon dengan
tinggi 290 cm pada semua ruang dicat tembok dengan warna putih polos. Sesuai
dengan pernyataan Ching (1987) maka ketinggian dan kualitas permukaan plafon ini akan
mempengaruhi derajat cahaya di dalam ruang, dimana ketinggian ini termasuk dalam kategori
standar dan warna putih sangat mendukung untuk merefleksikan cahaya. Sumber cahaya
pada gedung Lukas berasal dari dua macam sumber yaitu cahaya buatan dan cahaya
alami. Sumber cahaya buatan berupa lampu pijar dan lampu tabung pendar (fluorescent),
sedangkan sumber cahaya alami berupa sinar matahari yang dimasukkan ke dalam ruang melalui
jendela, pintu dan ventilasi.

 Pencahayaan pada Ruang Pasien

Jenis lampu yang digunakan adalah lampu pijar 60 watt softone yang dipasang pada
sebuah fikstur yang digantung pada plafon. kelemahan dari jenis lampu ini adalah
mengandung banyak sinar merah dan kuning sehingga kurang cocok dipakai untuk
mengenali warna. Namun hal ini dapat diatasi dengan pemilihan jenis softone sehingga
warna terkesan menjadi lebih lembut dan lebih putih. Disamping itu penggunaan
fikstur yang berfungsi membiaskan cahaya dapat menghindarkan penyinaran langsung yang
tajam. Sementara kelemahan berikutnya yaitu dampak panas sinar yang dapat
mencapai 60° C, kondisi ini dapat diatasi dengan cara mengatur letak ketinggian fikstur
lampu apabila terlalu dekat dengan kepala, sebab fikstur ini dapat ditarik-ulur dari ketinggian
160 – 210 cm di atas lantai. Adanya fasilitas dimmer control juga dapat digunakan sebagai
pangatur untuk mengatasi hal-hal di atas. Selain pada plafon, sebuah fikstur cahaya terdapat pula
pada dinding di atas kepala tempat tidur penunggu. Jenis lampu yang digunakan adalah lampu
pijar bening 25 watt. Meskipun berada di atas kepala (pada posisi pasien tidur), namun karena
pada fiksturnya dipasang penutup dari fiberglass warna putih doff maka cahaya dapat dibiaskan.
Dengan kondisi pencahayaan buatan yang demikian maka kebutuhan pencahayaan pada malam
hari akan dapat terpenuhi dengan baik. Pencahayaan alami diperoleh dari jendela yang dipasang
disamping tiap-tiap ruang, yaitu menghadap ke arah Selatan untuk ruang pasien di blok Selatan
dan menghadap ke arah Utara untuk ruang pasien di blok Utara. Dengan kondisi jendela yang
menghadap ke arah pemandangan di halaman gedung maka hal ini telah sesuai dengan
pernyataan Sastrowinoto (1985) mengenai fungsi tambahan dari sumber cahaya siang yaitu
kontak dengan dunia luar, memberikan peman-dangan mengenai lingkungan sekitar serta
menunjuk waktu dari hari serta keadaan cuaca. Jumlah jendela tiap satu ruang pasien sebanyak
dua buah masing-masing berukuran lebar 90 cm, tinggi 110 cm dengan ambang bawah jendela
90 cm dari lantai. Jendela ini cukup tinggi sehingga secara efektif dapat memasukkan sinar lebih
jauh ke dalam sehingga panas dan silau dari luar dapat dihindarkan. Jangkauan area penyinaran
(400 cm) juga tidak melebihi dua kali tinggi total jendela (200 cm dari lantai). Tidak adanya
penempatan benda-benda di luar jendela juga memungkinkan cahaya dapat masuk ke dalam
ruang secara tepat. Meskipun di luar tidak dipasang tirai namun dengan adanya ujung atap
teras yang miring dan menjorok cukup jauh ke luar serta dilengkapinya jendela dengan
gorden maka kontak terhadap sinar matahari langsung atas radiasi panas dan silau dapat
dihindarkan. Dengan demikian maka hal-hal di atas telah menunjukkan kesesuaian dengan
ketentuan yang diberikan oleh Sastrowinoto (1985) tentang acuan untuk memaksimalkan
fungsi jendela. Dengan kondisi pencahayaan alami yang demikian maka kebutuhan
pencahayaan pada siang hari dapat terpenuhi dengan baik.

 Pencahayaan pada Toilet Pasien

Jenis lampu yang digunakan adalah lampu pijar 40 watt softone yang dipasang di tengah
plafon, tanpa menggunakan rumahan atau pelindung. Seperti halnya ruang pasien, lampu pijar ini
berjenis softone sehingga sinarnya lebih putih. Sementara tidak adanya rumahan atau pelindung
dapat menyebabkan silau dan panas apabila terlalu dekat dengan kepala. Namun demikian
mengingat pemasangannya yang cukup tinggi (290 cm di atas lantai) maka hal tersebut dapat
dihindari. Sementara persis di atas kaca cermin dipasang sebuah lampu TL 20 watt pada
ketinggian 180 cm dari lantai. Lampu ini ditempatkan pada sebuah fikstur yang diberi rumahan
atau pelindung atau penutup dari bahan fiber warna bening bertekstur buram. Sekalipun
pemasangannya masuk dalam jangkauan sudut pandang mata orang berdiri, namun
karena jenis cahaya lampunya pendar (fluorescent) dan dilengkapi dengan pelindung maka silau
dapat dihindari. Tidak ada pencahayaan alami yang khusus disediakan pada toilet ini,
kecuali cahaya yang masuk dari pintu yang mengarah ke ruang pasien atau ventilasi
gas buang pada sisi toilet yang bersebelahan dengan gedung bagian luar.

 Pencahayaan pada Ruang Perawat


Jenis lampu yang digunakan adalah lampu TL 40 watt yang dipasang pada sebuah
fikstur yang menggunakan pelindung dan dipasang masuk ke dalam plafon (inbouw).
Jumlah fikstur dua buah dan pada masing-masing fikstur dipasang satu lampu. Seperti
dikatakan Sastrowinoto (1985) bahwa kelebihan penggunaan lampu jenis ini adalah
cerah lampu yang cukup rendah hingga tidak menyilaukan. Sementara keburukannya adalah
adanya kerling gerakan (movement flickering) akibat aliran listrik bolak-balik. Namun
demikian hal ini telah teratasi dengan pemasangan dua buah fikstur dalam ruang yang
sama. Pemasangan fikstur yang masuk ke dalam plafon (inbouw) disamping memaksimalkan
fokus pencahayaan ke bawah juga dapat menghindarkan silau apabila lampu tertatap mata
secara langsung, sebab ini mungkin terjadi mengingat lampu dapat terlihat dari jarak ruang
yang jauh. Pencahayaan alami berasal dari sisi kanan dan belakang ruang berupa 6 buah
jendela berderet yang masing-masing berukuran lebar 85 cm, tinggi 110 cm dengan ambang
bawah jendela 90 cm dari lantai. Mengingat standar pemasangan dan ukurannya
hampir sama dengan pemasangan jendela pada ruang pasien maka analisis jendela pada
ruang pasien berlaku juga untuk analisis jendela ruang perawat. Namun demikian
perbedaanya adalah posisi jendela yang berada di sebelah Timur menyebabkan cahaya
matahari pada pagi hari dapat masuk secara langsung, meskipun jarak ujung atap di luar
gedung menjorok cukup jauh ke luar. Apalagi dengan tidak adanya tirai di luar jendela maupun
vitras pada jendela maka silau pada pagi hari akan sulit untuk dihindarkan. Tetapi cahaya
silau di pagi hari tersebut tidak berlangsung lama, sebab begitu posisi sinar matahari
meninggi maka penyinaran langsung yang mengakibatkan silau akan berakhir. Disamping itu
cahaya yang masuk banyak terhalangi oleh ambang bawah jendela yang cukup tinggi
serta arah sinarnya dari samping sehingga tidak menusuk atau tertatap mata secara
frontal. Dengan kondisi pencahayaan buatan maupun alami yang demikian maka kebutuhan
pencahayaan pada malam maupun siang hari dapat terpenuhi.

 Pencahayaan pada Koridor

Pada plafon koridor dipasang 6 fikstur cahaya. Semua fikstur tersebut dipasang masuk
ke dalam plafon (inbouw) dan menggunakan lampu TL 40 watt. Penggunaan lampu pada
koridor ini sudah tepat mengingat fungsi penerangan yang bersifat umum sehingga
dibutuhkan pencahayaan merata yang memiliki tingkat cerah cahaya yang rendah.
Disam-ping itu pemasangan fiksturnya masuk ke dalam plafon (inbouw) sehingga silau
akibat tatapan mata langsung dapat dihindarkan. Cahaya alami masuk dari dua ujung koridor.
Pada ujung barat koridor terdapat jendela besar dengan kaca bening yang tidak dipasangi vitras,
tirai atau penyaring cahaya lainnya. Sementara pada ujung timur koridor terdapat pintu yang
menggunakan kaca es. Sesuai pernyataan Nurmianto (1996) tentang cahaya yang
menyilaukan maka sumber-sumber silau yang ada pada koridor ini meliputi: jendela besar pada
permukaan tepat pada mata, cahaya dengan terang yang berlebihan dan pantulan dari
permukaan terang. Cahaya matahari dari arah Timur pada pagi dan dari arah Barat pada
sore hari yang masuk ke dalam ruang secara langsung dipantulkan oleh permukaan lantai
keramik yang putih mengkilat, dan pantulan ini diteruskan oleh dinding yang juga mengkilat
dan plafon yang berwarna terang. Sementara posisi jendela (termasuk pintu di sebelah
Timur) yang besar permukaannya tepat pada garis pandang mata serta jumlah terang yang
begitu besar karena sinarnya masuk secara langsung maka akan sangat meng-ganggu
kenyamanan orang yang sedang melewati koridor. Perbedaannya, pada sumber cahaya
dari pintu, silau ini dipendarkan akibat penggunaan kaca es sebagai panel pintu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang disajikan dapat disimpulkan bahwa, terdapat 2 jenis penerangan atau
pencahayaan dalam sebuah bangunan, yaitu penerangan alami dan penerangan buatan. Setiap
jenis penerangan ini memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Jika kita ingin
merancang sebuah sistem utilitas penerangan pada sebuah bangunan, kita perlu memperhatikan
beberapa hal, salah satunya adalah penggunaan ruangan dan para pengguna ruang, agar
penerangan tersebut tidak membawa dampak buruk bagi 2 komponen tersebut. Penempatan
pencahayaan juga perlu diperhatikan, agar dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam
ruangan. Serta pemilihan jenis lampu juga menjadi faktor utama, agar lampu yang digunakan
sesuai dengan beban listrik yang dimiliki dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

3.2 Saran
Saran penulis adalah setiap kali kita merancang bangunan, kita juga perlu merencanakan
utilitas penerangan yang merupakan faktor pendukung yang penting dalam sebuah bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
http://egsean.com/komponen-instalasi-penerangan/
https://www.academia.edu/36439986/Tugas_utilitas_pencahayaan
https://www.academia.edu/18738476/Lighting_Design
http://utilitasbangunan-tsum.blogspot.com/2016/03/dasar-dasar-perancangan-pencahayaan.html
https://www.academia.edu/21935824/Pencahayaan_Pada_Bangunan_Alami_dan_Buatan_
https://media.neliti.com/media/publications/217911-pencahayaan-pada-interior-rumah-sakit-
st.pdf
https://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0212022_bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai