Anda di halaman 1dari 77

MINGGU 5

Pencahayaan
FISIKA BANGUNAN Alami dan
Buatan
PENCAHAYAAN ALAMI
PENCAHAYAAN ALAMI

POTENSI KENDALA
 Konservasi energi  Silau
Dapat mereduksi Luminansi objek tidak sama
atau tidak terdistribusi
penggunaan energi untuk
merata
pencahayaan hingga 20%
 Ketidaknyamanan
total kebutuhan
termal
 Kenyamanan Visual Jika tidak dikendalikan,
Jika kuat penerangan bukaan yang besar
minimal dapat dipenuhi dan mengakibatkan perolehan
panas yang semakin besar
tidak mengalami glare
PERHITUNGAN LUAS MINIMAL BUKAAN
CAHAYA
 Luas minimal bukaan pada fasad bangunan = 20% dari luas
dinding (WWR/ Window -to-wall ratio 1:5)
PENGENDALIAN TERMAL DAN SILAU

 Pengaturan orientasi bangunan


PENGENDALIAN TERMAL DAN SILAU

 Shading device
PENGENDALIAN TERMAL DAN SILAU

 Secondary skin
PENGENDALIAN TERMAL DAN SILAU

 Penggunaan kaca khusus


 Double glass
 Low e
 Absorbing / reflective glass
TEKNIK PENCAHAYAAN ALAMI PASIF

 Teknik pencahayaan alami pasif dilakukan melalui


pemanfaatan desain bukaan cahaya pada fasad bangunan,
yaitu:
 Jendela
TEKNIK PENCAHAYAAN ALAMI PASIF

 Clerestory Window
Merupakan jendela di atas bidang kerja
TEKNIK PENCAHAYAAN ALAMI PASIF

 Bukaan pada atap


Bukaan cahaya pada bidang atap bangunan melalui skylight, atap gergaji
(sawtooth), ataupun roof monitor
Memerlukan pengendalian agar tidak terjadi silau dan menghasilkan cahaya
yang terdistribusi merata dan terdifusi dengan baik
Roof monitor
Sawtooth / atap gergaji
Beyeler Museum – designed by Renzo
Piano
Beyeler Museum – designed by Renzo
Piano
TEKNIK PENCAHAYAAN ALAMI PASIF

 Sumur cahaya (light well)


Bukaan cahaya sempit dari atap ke lantai
paling bawah.
Berfungsi juga sebagai sumur udara untuk
bukaan udara
TEKNIK PENCAHAYAAN ALAMI AKTIF

 Light shelf
Sistem pencahayaan alami menggunakan reflektor pada fasad
bangunan dengan posisi pemasangan tertentu sehingga dapat
terjadi perolehan cahaya matahari tak langsung yang tidak
membuat silau
Kurang disarankan untuk iklim tropis karena juga memantulkan
panas
TEKNIK PENCAHAYAAN ALAMI AKTIF

 Light shelf (interior)


 Light shelf (exterior)
TEKNIK PENCAHAYAAN ALAMI AKTIF

 Prismatic skylight
Skylight yang dilengkapi dengan rotating mirror, sehingga
cahaya yang dihasilkan lebih terang tetapi tidak menimbulkan
silau karena berupa cahaya difus
TEKNIK PENCAHAYAAN ALAMI AKTIF

 Light Pipe / Light Tube


PENCAHAYAAN BUATAN
PENCAHAYAAN DALAM ARSITEKTUR

Fungsi pencahayaan dalam arsitektur antara lain:


1. General lighting
Atau biasa disebut ambience lighting, merupakan fungsi
dasar cahaya.
Cahaya berfungsi sebagai penerangan utama, sifat
penyinarannya merata secara langsung atau tidak langsung
dan harus menerangi seluruh ruangan
GENERAL LIGHTING
PENCAHAYAAN DALAM ARSITEKTUR

2. Task Lighting
Pencahayaan setempat dengan tujuan untuk mendukung
aktivitas yang membutuhkan cahaya lebih terang.
contoh: membaca, memasak, menulis, dll
PENCAHAYAAN DALAM ARSITEKTUR

3. Decorative Lighting
Pencahayaan untuk kepentingan estetika. Cahaya berperan
untuk menonjolkan keindahan sebuah objek pada ruang
atau desain ruang tertentu
CAHAYA BUATAN

Sumber cahaya:
 Bukan listrik  lilin, lampu minyak
 Listrik:
Contoh:
 Lampu pijar (incandescent lamp)
 Lampu pendar (luminescent lamp)
1. Fluorescent  lampu TL, CFL
2. Solid-state lampu LED
 High-intensity discharge lamp: lampu merkuri & lampu
halida metal, lampu natrium (sodium vapor)
PEMILIHAN LAMPU

Pertimbangan dalam pemilihan lampu:


 Efisiensi lampu (lumen/watt)
 Renderasi warna: pengaruh cahaya terhadap warna
benda yang disinari – dapat terlihat terjadi perubahan
warna
 Tampak cahaya: warna dari cahaya yang dipancarkan
lampu
 Umur pemakaian (jam)
 Besarnya wattage
 Dimensi
 Harga
 Tujuan estetika
LAMPU PIJAR (INCANDESCENT LAMP)

 Cahaya berasal dari : filamen yang memijar akibat


pemanasan oleh arus listrik
 Spektrum kontinyu, ungu s/d merah
 λ ↑, energi radiasi ↑ , semakin mendekati cahaya
alami
 Tampak warna ; kuning/putih
 Temperatur warna ± 2700 K / 600 o C
 Renderasi warna bagus dan memberikan kesan
hangat
LAMPU PIJAR (INCANDESCENT LAMP)

 Efikasi luminus rata-rata = 14 lumen/watt


 lampu halogen = 15 – 25 lumen/watt
 Wattage: 40-100 watt  boros energi
 Umur rata-rata= 1000 jam
 lampu halogen = 4000 jam
 Tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk:
 Lampu sorot
 Lampu hias
 Menggunakan kaca bening (clear) atau kaca putih
(frosted glass)
LAMPU PIJAR (INCANDESCENT LAMP)
LAMPU TABUNG FLUORESEN (TL)

 Berupa tabung berisi uap merkuri tekanan rendah &


gas Argon
 Cahaya dihasilkan dari tumbukan antara uap merkuri
dengan elektron yang dipancarka oleh elektroda
 Uap merkuri menghasilkan spektrum garis :
ungu, biru, hijau, kuning → putih kebiruan
+ ultraviolet yang tidak tampak
LAMPU TABUNG FLUORESEN (TL)

 Cahaya berbagai warna dihasilkan dari proses:


Radiasi ultraviolet yang mengenai zat fluoresen (fosfor) di
dinding tube
 Lampu TL tersedia dalam berbagai warna:
 Putih
 Warm white
 Daylight
 Renderasi warna baik - bagus
 Umur: 6000 – 10.000 jam
 Efikasi luminus: 70 – 80 lumen/watt
 Wattage: 33 – 82 watt per meter panjang tube
LAMPU TABUNG FLUORESEN (TL)
LAMPU FLUORESEN KOMPAK (CFL)

 Prinsip kerja sama dengan lampu tl, tabung lebih


kecil
 Peralatan penyalaan: starter & ballast → satu
kesatuan dengan lampu
 Sesuai dengan fitting lampu pijar
 Wattage: 5, 7,9, 11 , 13,15, 18, 24 watt, dst
 Dengan (silindris dan bola) dan tanpa gelas
pembungkus luar
 Umur: 6.000-10.000 jam
 Efikasi luminus: 50 – 70 lumen/watt
LAMPU FLUORESEN KOMPAK

 image
LAMPU LIGHT-EMITTING DIODES (LED)

 Tidak memancarkan cahaya ke segala arah


 Wattage: 4-28 watt
 Temperatur warna: 2700 – 7000 K
 Umur: 2.000 - 50.000 jam (bergantung lama
penggunaan per hari)
 Efikasi luminus: ~100 lumen/watt
 Energi efisien
 Harga awal lebih mahal, harga operasional jauh
lebih murah
 Digunakan untuk lampu interior, lampu hias, lampu
lalu lintas
LAMPU LIGHT-EMITTING DIODES (LED)
LAMPU LIGHT-EMITTING DIODES (LED)

http://eartheasy.com/live_led_bulbs_comparison.html
LAMPU MERKURI

 Uap merkuri tekanan tinggi di dalam tabung gelas


kecil
 Spektrum garis :
ungu – biru – hijau – kuning + ultraviolet (tidak
tampak)
 Tanpa / dengan lapisan fluoresen
 Cahaya tampak terlihat akibat proses:
Radiasi UV → mengenai zat fluoresen → menghasilkan
cahaya tampak → menyebabkan efikasi & renderasi
warna menjadi lebih baik
LAMPU MERKURI

 Wattage : 50 – 1000 watt


 Efikasi luminus : 40 – 60 lumen / watt
 Renderasi warna : kurang baik → cukup
 Kurang baik untuk lampu interior yang memerlukan
pengenalan warna
LAMPU MERKURI
LAMPU METAL HALIDA

 Renderasi warna: baik - baik sekali


 Sesuai untuk lampu interior untuk pengenalan warna Contoh:
auditorium besar, pabrik yang memerlukan pengenalan warna
 Temperatur warna 3.000 – 20.000 K
 Wattage: 70 - 2000 watt
 Efikasi: 60 - 80 lumen / watt
 Semua lampu pelepasan gas memerlukan starter &
balast
 Umur > 6000 jam
 Zat merkuri + metal halide → efikasi dan renderasi
warna menjadi lebih baik
LAMPU METAL HALIDA
LAMPU NATRIUM

Lampu natrium tekanan rendah


 Uap natrium tekanan rendah  cahaya monokromatis
warna kuning
 Renderasi warna buruk  tidak untuk interior, untuk
lampu jalan
 Efikasi tinggi s/d 200 lumen / watt
Lampu natrium tekanan tinggi
 Uap natrium tekanan tinggi: spektrum lebih lengkap
 Renderasi warna lebih baik, masih belum dapat
digunakan untuk lampu interior
 Efikasi lebih rendah s/d 130 lumen / watt
LAMPU NATRIUM
LUMINER

Konstruksi luminer harus kuat, terutama untuk


luminer luar
 Harus tahan debu dan air
 Tahan terhadap gangguan mekanis

Efisiensi luminer:
Perbandingan cahaya yang dikeluarkan luminer
terhadap cahaya yang dipancarkan oleh lampu
 LOR = lumen output ratio
SISTEM OPTIK

Sistem optik pada luminer:


 Reflektor: mengarahkan cahaya
 Refraktor dan lensa: membiaskan berkas cahaya
 Difusor: menyebarkan cahaya ke segala arah
 Filter warna: memberikan warna cahaya tertentu
REFLEKTOR

 Reflektor parabola :
memantulkan berkas
cahaya dari titik fokus
sejajar sumbu parabola

 Reflektor elips :
memantulkan berkas
cahaya dari titik fokus
1 melalui titik fokus 2
REFRAKTOR

 Lensa cembung :
membiaskan berkas
cahaya dari titik fokus
sejajar sumbu lensa

 Contoh gabungan
reflektor & refraktor :
lampu jalan
DISTRIBUSI INTENSITAS LUMINUS

 Menunjukkan
karakteristik penyebaran
cahaya dari suatu
luminer

 Dapat dinyatakan dalam


bentuk diagram polar
pada berbagai arah,
dalam satuan candela
atau candela/1000
lumen lampu
KLASIFIKASI DISTRIBUSI CAHAYA

Klasifikasi % bawah % atas Distribusi Contoh


Langsung 90 ~ 100 0 ~ 10

Semi-langsung 60 ~ 90 10 ~ 40

Difus 40 ~ 60 40 ~ 60

Semi-tidak 10 ~ 40 60 ~ 90
langsung
Tidak 0 ~ 10 90 ~ 100
langsung
Direct

Semi-Direct

Direct - Indirect

Anda mungkin juga menyukai