Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KARYA ILMIAH

MATA KULIAH TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

“ BETON SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI ”

Nama : Laras Tinata

No Induk Mahasiswa : 4222215016

FAKULTAS TEKNIK PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL


(REGULER KHUSUS)
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI

JUDUL……...........................................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii

DAFTAR TABEL..................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan…………..................................................................................2
1.4 Manfaat…………................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Beton …............................................................................3

2.2 Sifat-sifat Beton .................................................................................3

2.3 Jenis-jenis Beton ................................................................................5

2.4 Kekuatan Beton ……………………................................................10

2.5 Aplikasi Beton pada Konstruksi Bangunan Gedung …………...….11

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Beton …………………………………14

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Bahan-bahan Penyusun Beton ...........................................................16

ii
3.2 Tahap Pembuatan Beton ……………………………………………17

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………26


4.2 Saran ………………………………………………………………..26

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................27

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1...............................................................................................................8

Gambar 2.2 .............................................................................................................8

Gambar 2.3.............................................................................................................12

Gambar 2.4.............................................................................................................12

Gambar 2.5 .........................................................................................................`13

Gambar 2.6.............................................................................................................13

Gambar 3.1.............................................................................................................24

Gambar 3.2.............................................................................................................25

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1................................................................................................................24

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak
dipakai dalam pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan
kemudahan dalam pelaksanaannya membuat beton semakin tak tergantikan
dalam dunia konstruksi. Namun selain keuntungan yang dimilikinya beton
juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah,
daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena
kekurangan yang dimiliknya maka diperluakan pengetahuan yang cukup
luas,antara lain mengenai sifat bahan dasarnya, cara pembuatannya, cara
evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar dapat meningkatkan fungsi beton
itu sendiri menjadi lebih maksimal.
Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi
oleh keseragaman bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya
dilapangan, umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan pembuatan beton
(ready mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk mendapatkan
kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan maka
pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai
dengan prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang
disyaratkan disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena
sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang
disyaratkan sedini mungkin.
Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa
hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan
penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan
abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di
Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

1
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa saja bahan dasar penyusun beton?
b) Apa keuntungan dan kerugian beton kontruksi?
c) Bagaimana aplikasi beton pada kontruksi bangunan gedung?
d) Apa saja jenis-jenis tulangan pada aplikasi beton pada kontruksi bangunan
gedung?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a) Memperdalam pengetahuan mengenai macam bahan pembuatan beton


b) Mengetahui apa saja bahan dasar penyusun beton
c) Mengetahui apa keuntungan dan kerugian beton kontruksi
d) Memahami bagaimana aplikasi beton pada kontruksi bangunan gedung
e) Dan juga mengetahui apa saja jenis-jenis tulangan pada aplikasi beton
pada kontruksi bangunan gedung

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

a) Dapat memberikan informasi tentang beton


b) Menambah pengetahuan tentang beton bagi para pembaca.
c) Dapat menjadi referensi bagi pembaca.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Beton

Dalam KBBI, Beton adalah campuran semen, kerikil, dan pasir yg


diaduk dengan air untuk tiang rumah, pilar, dinding, dsb. Dalam
pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir
dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton
berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan
yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Seiring dengan penambahan umur,beton akan semakin mengeras dan akan
mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen


hidraulik lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002).
Beton juga dapat didefinisikan sebagai bahan bangunan dan kontruksi
yang sifat-sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan
perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang
dipilih (Dr. Wuryati Samekto, M.Pd dan Candra Rahmadiyanto,
S.T.,2001).

2.2 Sifat-sifat Beton

Sifat dan karakteristik beton :

3
1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan
yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang
memikul momen lengkung atau tarikan
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan
terjadi retak yang makin lama makin besar
4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas
dan dikenal dengan proses hidrasi
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan
antar butiran sehingga   beton dapat dipadatkan dengan  mudah
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan
butiran semen berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton
akan berkurang.
7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk
memeriksa dan mengetahui perbandingan campuran agar
dihasilkan kekuatan beton yang tinggi.
8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton
harus dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.
9. Setelah 28 hari,  beton akan mencapai kekuatan penuh dan
elemen konstruksi akan mampu memikul beban luar yang bekerja
padanya
10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu
penampang balok, maka dipasang tulangan baja pada daerah yang
tertarik
11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam
menerima gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima
gaya tarik.
12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga
yang relative rendah.
13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa
konstruksinya mencapai 50 tahun serta elemen konstruksinya

4
yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman terhadap bahaya
kebakaran.
14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri
konstruksi dengan massa jenis γc sekitar 2400 kg/m3 bahan ini
memiliki berat jenis 23,54 kN/m3 ( 1000g kg setara dengan 1 kN,
di mana gravitasi dalam cm/dt2), mengakibatkan bangunan beton
sangat berat
15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi
waktu berupa susut dan rangkak.

2.3. Jenis-Jenis Beton

Beton dibedakan dalam 2(dua) kelompok besar yaitu :

1. Beton Keras

Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan


karakteristik, kekuatan tekan, tegangan dan regangan, susut dan
rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan dan kekedapan
terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah
kekuatan tekan beton karena merupakan gambaran dari mutu beton
yang ada kaitannya dengan struktu beton. Berbagai test uji
kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara lain :

a. Uji kekuatan tekan ( compression test)


b. Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test )
c. Uji kekuatan lentur
d. Uji lekatan antara beton dan tulangan
e. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

2. Beton Segar

Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana


mempengaruhi pemilihan peralatan yang dibutuhkan untuk

5
pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan mempengaruhi sifat-
sifat beton pada saat mengeras. Ada 2 hal yang harus dipenuhi
ketika membuat beton :

a. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama


oleh beton yang mengeras, seperti kekuatan, keawetan, dan
kestabilan volume.
b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek
ketika beton dalam kondisi plastis (workability) atau
kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan
segregation.

Sifat workabilitas pada beton segar dapat dilakukan dengan


beberapa cara, tetapi kebanyakan dari pengetesan tersebut hanya bersifat
empiris. Hanya sedikit yang memenuhi standart, dan semua test tersebut
bersifat ‘a single point test’ jadi tidak dapat dibandingkan satu
samalainnya karena mereka mengukur sifat-sifat beton yang berbeda.
Walaupun begitu adalah penting untuk mendapatkan beberapa dari sifat
workabilitas karena penting untuk control kualitas. Pengukuran
workabilitas yang telah dikembangkan antara lain:

a. Slump test
b. Compaction test
c. Flow test
d. Remoulding test
e. Penetration test
f. Mixer test

Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan


menjadi sepuluh macam yaitu:

1. Beton Mortar

6
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir,
dan air. Ada tiga ragam mortar yang sering digunakan antara lain
semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar semen yang dipasangi
anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro cement.
Beton ini memiliki kekuatan tarik dan daktilitas yang baik.

2. Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai
agregat yang berbobot ringan. Beberapa orang juga kerap
menambahkan zat aditif yang bisa membentuk gelembung-
gelembung udara di dalam beton. Semakin banyak jumlah
gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka pori-
porinya pun akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga
bakal kian membesar. Hasilnya, bobot beton tersebut lebih
ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis.
Beton ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-struktur.

3. Beton Non-Pasir
Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak
menggunakan pasir, melainkan hanya kerikil, semen, dan air.
Hal ini menyebabkan terbentuknya rongga udara di celah-celah
kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena
tidak memakai pasir, kebutuhan semen pada beton ini juga
lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada
struktur ringan, kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta
buis beton.

4. Beton Hampa
Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan
penyedotan air pengencer adukan beton memakai vacuum
khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung air yang telah
bereaksi dengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang
sangat tinggi. Tak heran, beton hampa banyak sekali

7
dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar
langit.
5. Beton Bertulang
Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan
tulangan baja. Perlu diketahui, beton mempunyai sifat kuat
terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan gaya tarik. Oleh
karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar
kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik meningkat. Beton
bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti
pelat lantai, kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.

6. Beton Pra-Tegang

Gambar 2.1 beton Pra-Tegang

Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali


dengan beton bertulang. Perbedaan tipis hanyalah terletak pada
tulangan baja yang bakal dimasukkan ke beton harus ditegangkan
terlebih dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami
keretakan walaupun menahan beban lenturan yang besar.
Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk
menyangga struktur bangunan bentang lebar.

7. Beton Pra-Cetak

8
Gambar 2.2 Beton Pra-cetak

Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek


pembangunan disebut beton pra-cetak. Beton ini memang
sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih baik. Selain
itu, pemilihan beton tersebut juga kerap didasari pada
sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang tersedia.
Beton pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan
pengadaan material.

8. Beton Massa
Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang
cukup banyak. Penuangan beton ini juga sangat besar di atas
kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan perbandingan antara
volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada
umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran lebih
dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan
pondasi besar, pilar bangunan, dan bendungan.

9. Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat
cukup besar sebagai bahan pengisi tambahannya. Ukuran
penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm. Bahan
ini lantas ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat

9
meningkatkan kekuatannya. Beton siklop seringkali dibangun
pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.

10. Beton Serat


Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan
serat-serat tertentu ke dalam adukan beton. Contoh-contoh serat
yang lumrah dipakai di antaranya asbestos, plastik, kawat baja,
hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat dimaksudkan
untuk menaikkan daktailitas pada beton tersebut sehingga tidak
mudah mengalami keretakan.

2.4. Kekuatan Beton

Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton.


Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya
per satuan luas (Tri Mulyono, 2004). Nilai kekuatan beton diketahui
dengan melakukan pengujian kuat tekan terhadap benda uji silinder
ataupun kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan gaya tekan
sampai mencapai beban maksimum. Beban maksimum didapat dari
pengujian dengan menggunakan alat compression testing machine.Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton, yaitu :
1. Faktor air semen (FAS)
Faktor air semen (FAS) merupakan perbandingan antara jumlah
air terhadap jumlah semen dalam suatu campuran beton. Fungsi FAS,
yaitu :
a. Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan
pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.
b. Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (workability)
Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu
kekuatan beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu
berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Umumnya nilai FAS

10
yang diberikan minimum 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri Mulyono,
2004).
2. Sifat agregat
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran
beton. Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperhatikan seperti,
serapan air, kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat, modulus
halus butir, kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan agregat.
3. Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan
Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen yang
digunakan saat pembuatan mix design dan jenis semen yang
digunakan berdasarkan peruntukkan beton yang akan dibuat.
Penentuan jenis semen yang digunakan mengacu pada tempat
dimana struktur bangunan yang menggunakan material beton
tersebut dibuat, serta pada kebutuhan perencanaan apakah pada saat
proses pengecoran membutuhkan kekuatan awal yang tinggi atau
normal.

4. Bahan tambah
Bahan tambah (additive) ditambahkan pada saat pengadukan
dilaksanakan. Bahan tambah (additive) lebih banyak digunakan untuk
penyemenan (cementitious), jadi digunakan untuk perbaikan kinerja.
Menurut standar ASTM C 494/C494M – 05a, jenis bahan tambah kimia
dibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu :
1. water reducing admixtures
2. retarding admixtures
3. accelerating admixtures
4. water reducing and retarding admixtures
5. water reducing and accelerating admixtures
6. water reducing and high range admixtures
7. water reducing, high range and retarding admixtures

2.5 Aplikasi Beton Pada Konstruksi Bangunan Gedung

11
Dalam konstruksi bangunan gedung penggunaan beton umumnya dilengkapi
dengan besi tulangan, sehingga beton yang memiliki kuat tekan yang baik dilengk
api dengan besitulangan yang memiliki kuat tarik yang baik. Beton bertulang
hampir dapat di jumpai padasemua elemen struktur bangunan, dari pondasi, tie
beam/sloof, kolom, balok, dan pelat lantai.Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Pondasi
Pengertian pondasi yang dimaksud disini adalah suatu jenis
konstruksi yang menjadi dasardan pondasi ini berfungsi sebagai penopang
bangunan yang ada di atasnya dan ini bertujuanuntuk diteruskan secara
bertahap dan merata ke lapisan tanah. Namun terdapat
juga pengertian pondasi yang lain yang
mengatakan bahwa pondasi adalah konstruksi yang telah diperhitungkan
sebaik mungkin sehingga hal ini dapat menjamin keseimbangan
dankestabilan bangunan terhadap berat yang akan dibebankan pada
pondasi tersebut.

2. Tie Beam/Sloof

Gambar 2.3 Sloof

Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan.


Jenis Konstruksi Beton Bertulang ini biasanya dibuat pada bangunan Rumah
atau Gedung, dan posisinya biasanya pada Lantai 1 atau Orang-orang biasa
menyebutnya Lantai Dasar. Inilah sebabnya mengapa kita jarang melihat
bentuk sloof saat bangunan sudah “berdiri” tegak.

3. Kolom

12
Gambar 2.4 Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang


memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan
yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

4. Ring Balok

Gambar 2.5 Ring Balok

Balok adalah bagian dari structural sebuah bangunan yang kaku


dan dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-
elemen kolom penopang. Selain itu ring balok juga berfungsi sebag
pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi pergerakan kolom-kolom
tersebut tetap bersatu padu mempertahankan bentuk dan posisinya semula.
Ring balok dibuat dari bahan yang sama dengan kolomnya sehingga
hubungan ring balok dengan kolomnya bersifat kaku tidak mudah berubah
bentuk.Pola gaya yang tidak seragam dapat mengakibatkan balok

13
melengkung atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan internal
material.

5. Plat lantai beton

Gambar 2.6 Plat Lantai Beton

Plat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama


balok penumpu dan kolom pendukungnya. Dengan demikian akan
diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu kesatuan, hubungan ini
disebut jepit-jepit. Pada plat lantai beton dipasang tulangan baja pada
kedua arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan.
Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat lantai harus
dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Beton

Beton adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat


(terkadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia
tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia) pada perbandingan tertentu.
Kelebihan dari beton adalah:
a. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari
bahan lokal, kecuali semen Portland.
b. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah
c. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai
sifat tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.

14
d. Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau
pasangan batu.
e. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan

Kekurangan dari beton adalah:


a. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
b. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton
yang panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
c. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu
sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya
retak-retak akibat perubahan suhu.
d. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan
beton.
e. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail
secara seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Bahan-bahan Penyusun Beton

3.1.1 Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran
dengan air atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
1. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu
kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping
berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan
bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat
untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
2. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari
semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian

16
(finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini
dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
3. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus
yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas
alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
4. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan
Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan
hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung
amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida
lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan
sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.

Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen
portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.

3.1.2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari
sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara
alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama.
Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang
lebih besar. Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40
mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian.

17
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi,
ditinjau dari asalnya antara lain :

1. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau
hasil penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah
batuan beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai
meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat
adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume
tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh
keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok:
a. Kerikil dan pasir alam
agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh alam
dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari
asalnya karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di
suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus
air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk
atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-
ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk
beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan
butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat
agregat tersebut.
b. Agregat batu pecah
Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku
yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan
air lebih banyak karena luas bidang permukaannya relatif lebih
luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu
dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan
menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan
menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu
pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada
permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang halus.

18
c. Agregat batu apung
Agregat batu apung adalah gregat alamiah yang ringan dan
umum digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu
volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya
lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.

2. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan
tujuan penggunaan khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-
batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:
a. Klinker dan Breeze
Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang
dibakar sempurna, massanya mengeras dan berinti, serta terisi
bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan
residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya,
sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah
terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan
mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak bahan
yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun
pembangkit tenaga dimana ketel uap dipanasi dengan bahan
bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk
memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan
tembok interior lainnya.
b. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat
dipergunakan unytuk membuat bahan berpori yang ringan,
dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan
sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.
c. Cooke breeze
Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran
bahan bakar batu arang yang kurang sempurna pembakarannya,

19
biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-negara
Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali
arang, kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi
akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam
pemakaiannya perlu.

d. Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar
dalam dapur berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal –
gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur
berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan
membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah
yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan
diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan.
e. Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang
mengandung senyawa-senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah
kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal
pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran
akan mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa
lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari
lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan
mengayaknya untuk mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran
tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur
bangunan guna menghambat suara dan panas.

Ditinjau dari berat jenisnya :

1. Agregat Ringan
Agregat ringan adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang
dari 2,0, dan biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat
ini juga dapat digunakan untuk beton struktural atau blok dinding
tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang rendah ,

20
sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat
ini dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa contoh
agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5
sampai 2,7. agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3
dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan
beton norma
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat
berat , misalnya magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi.
Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0),
yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.

Ditinjau dari Bentuknya :


1. Agregat Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan
mempunyai rongga udara minimum 33%. Agregat ini hanya
memerlukan sedikit pasta semen untuk menghasilkan adukan beton
yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi
maupun perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk bulat sebagian
mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat, yaitu
berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan
pasta semen lebih banyak untuk mendapatkan beton segar yang baik
(dapat dikerjakan).
2. Agregat Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan
permukaannya kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah
hasil pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki rongga yang lebih
besar, yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik

21
sehingga membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk
membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.
3. Agregat Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan
ukuran terlebar dan tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini
berasal dari batu-batuan yang berlapis.
4. Agregat Memanjang (lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran
yang terpanjang dan terlebar lebih dari 3.

Ditinjau dari tekstur permukaan :


1. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat.
Contoh: flint hitam, obsidian.
2. Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan,
permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis
ini: basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya.
3. Agregat dengan permuakaan licin.
Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-butirannya sangat halus.
Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.
4. Agregat dengan permukaan berbutir.
Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya butir-butir bulat yang
merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5. Agregat berpori dan berongga.

3.1.3 Air dan Bahan Campuran


Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena
itu, air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat
semen. Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung
minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan
beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu
cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini
dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan

22
tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang
dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air
laut hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja
tulangan karena mengandung garam yang dapat menyebabkan baja
berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat
memperbaiki sifat beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi
menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa volume yang
ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang
ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan
campuran dan yang kedua disebut zat campuran. Ada beberapa macam
bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik
tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai
bahan penambah. Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan
menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan zat untuk pendispersi (zat
penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk memperbaiki kemampuan
pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam beton.
Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi
dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini
dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat
tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat
pendispersi.

3.2. Tahap Pembuatan Beton

Dalam proses pembuatan beton normal hal-hal yang harus diperhatikan


antara lain :

1. Pemeriksaan bahan atau material beton harus sesuai dengan standar


pemeriksaan beton seperti SNI, SKSNI, ASTM DAN AASHTO
2. Pemeriksaan Agregat Kasar
Pemeriksaan Agregat kasar yang digunakan dam proses
campuran beton meliputi :

23
a. Pemeriksan berat isi
b. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
c. Pemeriksaan menggunakan analisa saringan
d. Pemeriksaan agregat dengan mesin Los Angeles
3. Pemeriksaan Agregat Halus
Pemeriksaan Agregat Halus yang digunakan dam proses
campuran beton meliputi :
a. Pemeriksaan berat isi
b. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
c. Pemeriksaan menggunakan analisa saringan 
d. Pemeriksaan Organik Im Purities
4. Pemeriksaan Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih dan bebas
dan tidak boleh mengandung asam, alkalin, bahan padat, bahan
organik,minyak, lumut, gula, sulfar dan chlorida.

5. Tahapan Pembuatan

1. Perencanaan rancangan 5.Uji kuat tekan


campuran beton

2. Percobaan campuran 6. Pelaporan

3. Slump Test 7. Pemeriksaan beton dengan


concrete hammer test

4. Perendaman benda uji

Tabel 3.1 Tahapan pembuatan

24
a. Perencanaan Rancangan Campuran Beton(Job Mix Design
Concrete)
Tujuan dari proses perencanaan campuran beton adalah
untuk mendapatkan komposisi atau proporsi campuran beton
yang sesuai standar mutu beton sehingga beton yang  digunakan
pada konstruksi adalah mutu beton sesuai dengan rencana.
b. Percobaan Campuran ( Trial Mix )
Setelah diketahui komposisi atau proporsi campuran beton
selanjutnya dilakukan percobaab campuran ( Trial Mix ) pada
mesin pengaduk sehingga diperoleh contoh – contoh uji yang
dicetak sesuai kebutuhan yaitu kubus atau silinder.
c. Slump Test
Percobaan Slump Test pada beton merupakan salah satu
metoda yang digunakan untuk mengetahui Viscositas atau
Kekentalan beton segar. Percobaab Slump Test dilakukan
sebelum percetakan benda uji.

Gambar 3.1 Slump Test


d. Perendaman Benda Uji 
Beton yang telah dicetak dalam benda uji, kemudian
dikeluarkan dari cetakan setelah beton berumur 24 jam,
kemudian benda uji direndalam bak air. Proses perendaman
benda uji sesuai dengan umur beton yang direncanakan, misalnya
3, 7, 14, 21, 28 hari.
e. Uji Kuat Tekan

25
Gambar 3.2 Uji Kuat Tekan

Benda uji baik berupa kubus atau silinder selanjutnya dapat


di uji tekan pada mesin tekan sesuai dengan umur beton yang
telah direncanakan seperti diatas. Setelah benda uji kuat tekan
dilakukan maka didapat atau dihasilkan Kuat Tekan Beton (α
hancur).
f. Pelaporan
Dari evaluasi uji kuat tekan tersebut akan didapat Nilai
“Kuat Tekan Beton” yang dirancang, sehingga dapat diketahui
tercapai atau tidaknya Kuat Tekan yang ditargetkan ( f’cr ). Dari
hasil pemeriksaan keseluruhan dirangkum dalam bentuk laporan.
g. Pemeriksaan Beton Dengan Concrete Hammer Test
Pengujian kuat tekan beton dengan Concrete Hammer Test
(Baca : Pengujian Beton Dengan Concret Hammer Test ).
Maksud pengujian beton dengan alat Concrete Hammer test
adalah untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah di cor
dilapangan. Pengujian beton dengan Concret Hammer Test
dilakukan pada umur diatas 14 hari.

BAB IV

PENUTUP

3.2 Kesimpulan

26
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton, yaitu
semen, agregat, air dan bahan adiktif, dan bahan penyusun lainnya yang
telah diuraikan dalam makalah ini.

3.3 Saran
1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur,
pekerjaan penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang,
karena jika tidak kualitas beton menurun.
2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan
peraturan dan pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur,
sehingga bangunan yang dihasilkan nantinya selalu memenuh
persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date ) seperti dalam hal
peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan
struktur beton, harga matrial terbaru dan sebagainya.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan
berpedoman pada faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nugraha paul, antoni, 2007: Pengertian Beton , Jakarta : Andi

Allen, Edward, 2005, Sifat dan Jenis Beton, Jakarta : Erlangga

27
SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal,
Bandung : LPMB

Rosman Ir, Ahmad, 2007, Bahan Bahan Penyusun Beton, Jakarta ;Bangun cipta

Tim Penyusun. 1999. Kelebihan dan Kekurangan Beton Semarang: Badan


Penerbit Universitas Semarang.

28

Anda mungkin juga menyukai