JUDUL……...........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
ii
3.2 Tahap Pembuatan Beton ……………………………………………17
BAB IV PENUTUP
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1...............................................................................................................8
Gambar 2.3.............................................................................................................12
Gambar 2.4.............................................................................................................12
Gambar 2.6.............................................................................................................13
Gambar 3.1.............................................................................................................24
Gambar 3.2.............................................................................................................25
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1................................................................................................................24
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa saja bahan dasar penyusun beton?
b) Apa keuntungan dan kerugian beton kontruksi?
c) Bagaimana aplikasi beton pada kontruksi bangunan gedung?
d) Apa saja jenis-jenis tulangan pada aplikasi beton pada kontruksi bangunan
gedung?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan
yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang
memikul momen lengkung atau tarikan
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan
terjadi retak yang makin lama makin besar
4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas
dan dikenal dengan proses hidrasi
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan
antar butiran sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan
butiran semen berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton
akan berkurang.
7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk
memeriksa dan mengetahui perbandingan campuran agar
dihasilkan kekuatan beton yang tinggi.
8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton
harus dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.
9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan
elemen konstruksi akan mampu memikul beban luar yang bekerja
padanya
10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu
penampang balok, maka dipasang tulangan baja pada daerah yang
tertarik
11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam
menerima gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima
gaya tarik.
12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga
yang relative rendah.
13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa
konstruksinya mencapai 50 tahun serta elemen konstruksinya
4
yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman terhadap bahaya
kebakaran.
14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri
konstruksi dengan massa jenis γc sekitar 2400 kg/m3 bahan ini
memiliki berat jenis 23,54 kN/m3 ( 1000g kg setara dengan 1 kN,
di mana gravitasi dalam cm/dt2), mengakibatkan bangunan beton
sangat berat
15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi
waktu berupa susut dan rangkak.
1. Beton Keras
2. Beton Segar
5
pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan mempengaruhi sifat-
sifat beton pada saat mengeras. Ada 2 hal yang harus dipenuhi
ketika membuat beton :
a. Slump test
b. Compaction test
c. Flow test
d. Remoulding test
e. Penetration test
f. Mixer test
1. Beton Mortar
6
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir,
dan air. Ada tiga ragam mortar yang sering digunakan antara lain
semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar semen yang dipasangi
anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro cement.
Beton ini memiliki kekuatan tarik dan daktilitas yang baik.
2. Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai
agregat yang berbobot ringan. Beberapa orang juga kerap
menambahkan zat aditif yang bisa membentuk gelembung-
gelembung udara di dalam beton. Semakin banyak jumlah
gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka pori-
porinya pun akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga
bakal kian membesar. Hasilnya, bobot beton tersebut lebih
ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis.
Beton ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-struktur.
3. Beton Non-Pasir
Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak
menggunakan pasir, melainkan hanya kerikil, semen, dan air.
Hal ini menyebabkan terbentuknya rongga udara di celah-celah
kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena
tidak memakai pasir, kebutuhan semen pada beton ini juga
lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada
struktur ringan, kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta
buis beton.
4. Beton Hampa
Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan
penyedotan air pengencer adukan beton memakai vacuum
khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung air yang telah
bereaksi dengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang
sangat tinggi. Tak heran, beton hampa banyak sekali
7
dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar
langit.
5. Beton Bertulang
Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan
tulangan baja. Perlu diketahui, beton mempunyai sifat kuat
terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan gaya tarik. Oleh
karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar
kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik meningkat. Beton
bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti
pelat lantai, kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.
6. Beton Pra-Tegang
7. Beton Pra-Cetak
8
Gambar 2.2 Beton Pra-cetak
8. Beton Massa
Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang
cukup banyak. Penuangan beton ini juga sangat besar di atas
kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan perbandingan antara
volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada
umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran lebih
dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan
pondasi besar, pilar bangunan, dan bendungan.
9. Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat
cukup besar sebagai bahan pengisi tambahannya. Ukuran
penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm. Bahan
ini lantas ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat
9
meningkatkan kekuatannya. Beton siklop seringkali dibangun
pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.
10
yang diberikan minimum 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri Mulyono,
2004).
2. Sifat agregat
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran
beton. Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperhatikan seperti,
serapan air, kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat, modulus
halus butir, kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan agregat.
3. Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan
Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen yang
digunakan saat pembuatan mix design dan jenis semen yang
digunakan berdasarkan peruntukkan beton yang akan dibuat.
Penentuan jenis semen yang digunakan mengacu pada tempat
dimana struktur bangunan yang menggunakan material beton
tersebut dibuat, serta pada kebutuhan perencanaan apakah pada saat
proses pengecoran membutuhkan kekuatan awal yang tinggi atau
normal.
4. Bahan tambah
Bahan tambah (additive) ditambahkan pada saat pengadukan
dilaksanakan. Bahan tambah (additive) lebih banyak digunakan untuk
penyemenan (cementitious), jadi digunakan untuk perbaikan kinerja.
Menurut standar ASTM C 494/C494M – 05a, jenis bahan tambah kimia
dibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu :
1. water reducing admixtures
2. retarding admixtures
3. accelerating admixtures
4. water reducing and retarding admixtures
5. water reducing and accelerating admixtures
6. water reducing and high range admixtures
7. water reducing, high range and retarding admixtures
11
Dalam konstruksi bangunan gedung penggunaan beton umumnya dilengkapi
dengan besi tulangan, sehingga beton yang memiliki kuat tekan yang baik dilengk
api dengan besitulangan yang memiliki kuat tarik yang baik. Beton bertulang
hampir dapat di jumpai padasemua elemen struktur bangunan, dari pondasi, tie
beam/sloof, kolom, balok, dan pelat lantai.Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Pondasi
Pengertian pondasi yang dimaksud disini adalah suatu jenis
konstruksi yang menjadi dasardan pondasi ini berfungsi sebagai penopang
bangunan yang ada di atasnya dan ini bertujuanuntuk diteruskan secara
bertahap dan merata ke lapisan tanah. Namun terdapat
juga pengertian pondasi yang lain yang
mengatakan bahwa pondasi adalah konstruksi yang telah diperhitungkan
sebaik mungkin sehingga hal ini dapat menjamin keseimbangan
dankestabilan bangunan terhadap berat yang akan dibebankan pada
pondasi tersebut.
2. Tie Beam/Sloof
3. Kolom
12
Gambar 2.4 Kolom
4. Ring Balok
13
melengkung atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan internal
material.
14
d. Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau
pasangan batu.
e. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.1 Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran
dengan air atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
1. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu
kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping
berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan
bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat
untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
2. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari
semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian
16
(finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini
dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
3. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus
yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas
alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
4. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan
Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan
hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung
amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida
lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan
sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen
portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
3.1.2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari
sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara
alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama.
Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang
lebih besar. Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40
mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian.
17
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi,
ditinjau dari asalnya antara lain :
1. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau
hasil penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah
batuan beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai
meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat
adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume
tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh
keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok:
a. Kerikil dan pasir alam
agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh alam
dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari
asalnya karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di
suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus
air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk
atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-
ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk
beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan
butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat
agregat tersebut.
b. Agregat batu pecah
Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku
yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan
air lebih banyak karena luas bidang permukaannya relatif lebih
luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu
dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan
menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan
menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu
pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada
permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang halus.
18
c. Agregat batu apung
Agregat batu apung adalah gregat alamiah yang ringan dan
umum digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu
volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya
lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.
2. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan
tujuan penggunaan khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-
batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:
a. Klinker dan Breeze
Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang
dibakar sempurna, massanya mengeras dan berinti, serta terisi
bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan
residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya,
sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah
terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan
mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak bahan
yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun
pembangkit tenaga dimana ketel uap dipanasi dengan bahan
bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk
memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan
tembok interior lainnya.
b. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat
dipergunakan unytuk membuat bahan berpori yang ringan,
dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan
sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.
c. Cooke breeze
Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran
bahan bakar batu arang yang kurang sempurna pembakarannya,
19
biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-negara
Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali
arang, kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi
akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam
pemakaiannya perlu.
d. Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar
dalam dapur berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal –
gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur
berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan
membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah
yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan
diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan.
e. Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang
mengandung senyawa-senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah
kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal
pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran
akan mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa
lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari
lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan
mengayaknya untuk mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran
tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur
bangunan guna menghambat suara dan panas.
1. Agregat Ringan
Agregat ringan adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang
dari 2,0, dan biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat
ini juga dapat digunakan untuk beton struktural atau blok dinding
tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang rendah ,
20
sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat
ini dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa contoh
agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5
sampai 2,7. agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3
dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan
beton norma
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat
berat , misalnya magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi.
Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0),
yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.
21
sehingga membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk
membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.
3. Agregat Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan
ukuran terlebar dan tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini
berasal dari batu-batuan yang berlapis.
4. Agregat Memanjang (lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran
yang terpanjang dan terlebar lebih dari 3.
22
tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang
dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air
laut hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja
tulangan karena mengandung garam yang dapat menyebabkan baja
berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat
memperbaiki sifat beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi
menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa volume yang
ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang
ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan
campuran dan yang kedua disebut zat campuran. Ada beberapa macam
bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik
tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai
bahan penambah. Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan
menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan zat untuk pendispersi (zat
penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk memperbaiki kemampuan
pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam beton.
Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi
dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini
dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat
tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat
pendispersi.
23
a. Pemeriksan berat isi
b. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
c. Pemeriksaan menggunakan analisa saringan
d. Pemeriksaan agregat dengan mesin Los Angeles
3. Pemeriksaan Agregat Halus
Pemeriksaan Agregat Halus yang digunakan dam proses
campuran beton meliputi :
a. Pemeriksaan berat isi
b. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
c. Pemeriksaan menggunakan analisa saringan
d. Pemeriksaan Organik Im Purities
4. Pemeriksaan Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih dan bebas
dan tidak boleh mengandung asam, alkalin, bahan padat, bahan
organik,minyak, lumut, gula, sulfar dan chlorida.
5. Tahapan Pembuatan
24
a. Perencanaan Rancangan Campuran Beton(Job Mix Design
Concrete)
Tujuan dari proses perencanaan campuran beton adalah
untuk mendapatkan komposisi atau proporsi campuran beton
yang sesuai standar mutu beton sehingga beton yang digunakan
pada konstruksi adalah mutu beton sesuai dengan rencana.
b. Percobaan Campuran ( Trial Mix )
Setelah diketahui komposisi atau proporsi campuran beton
selanjutnya dilakukan percobaab campuran ( Trial Mix ) pada
mesin pengaduk sehingga diperoleh contoh – contoh uji yang
dicetak sesuai kebutuhan yaitu kubus atau silinder.
c. Slump Test
Percobaan Slump Test pada beton merupakan salah satu
metoda yang digunakan untuk mengetahui Viscositas atau
Kekentalan beton segar. Percobaab Slump Test dilakukan
sebelum percetakan benda uji.
25
Gambar 3.2 Uji Kuat Tekan
BAB IV
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
26
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton, yaitu
semen, agregat, air dan bahan adiktif, dan bahan penyusun lainnya yang
telah diuraikan dalam makalah ini.
3.3 Saran
1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur,
pekerjaan penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang,
karena jika tidak kualitas beton menurun.
2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan
peraturan dan pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur,
sehingga bangunan yang dihasilkan nantinya selalu memenuh
persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date ) seperti dalam hal
peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan
struktur beton, harga matrial terbaru dan sebagainya.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan
berpedoman pada faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.
DAFTAR PUSTAKA
27
SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal,
Bandung : LPMB
Rosman Ir, Ahmad, 2007, Bahan Bahan Penyusun Beton, Jakarta ;Bangun cipta
28