Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN

TUGAS PERENCANAAN STRUKTUR BETON

Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah


Tugas Perencanaan Struktur Beton Tahun Ajaran 2022/2023

Berdasarkan SNI 2847-2019 ;


PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG DAN
PENJELASAN

Dosen :
Ahmad Andi Solahuddin, ST, MT
Denny Meisandy Hutauruk, ST, MT

Disusun oleh
Arda Surya Kirana (5203550018)
Meyra Qannisa Permana (5203250037)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS PERENCANAAN STRUKTUR BETON

Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah


Tugas Perencanaan Struktur Beton Tahun Ajaran Ganjil 2022/2023

Disusun oleh:
Arda Surya Kirana (5203550018)
Meyra Qannisa Permana (5203250037)

Telah diperiksa dan disetujui serta memenuhi kriteria layak untuk dinilai sebagai syarat
kelulusan mata kuliah Tugas Perencanaan Struktur Beton tahun ajaran 2022/2023
Medan, 23, Desember 2022

Diketahui dan disetujui oleh :


Dosen

Ahmad Andi Solahuddin, ST, MT / Denny Meisandy Hutauruk


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

LEMBAR SOAL....................................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Tujuan.......................................................................................................................1

1.3 Referensi...................................................................................................................2

1.4 Metodologi................................................................................................................2

BAB II. KRITERIA DESAIN...............................................................................................4

2.1 Proses Desain............................................................................................................4

2.2 Peraturan Yang Menjadi Acuan................................................................................4

2.2.1 Perencanaan Balok dan Pelat........................................................................4

2.2.2 Perencanaan Kolom......................................................................................4

2.2.3 Kombinasi Beban.........................................................................................5

2.2.4 Asumsi Perencanaan.....................................................................................5

2.2.5 Beban Lentur Aksial.....................................................................................6

2.2.6 Beban Geser..................................................................................................7

2.1.7 Kuat Rencana................................................................................................7

2.1.8 Batasan dimensi tulangan dan dimensi penampang.....................................8

BAB III. PEMBEBANAN.....................................................................................................12

3.1 Data Perencanaan / Preliminary Design...................................................................12

3.2 Pembebanan..............................................................................................................12
3.3 Kombinasi Pembebanan............................................................................................13

BAB IV. PEMODELAN DAN ANALISA STRUKTUR.....................................................50

4.1 Pemodelan Struktur...................................................................................................50

4.2 Analisis Struktur.......................................................................................................50

BAB V. DESAIN STRUKTUR DAN CEK LENDUTAN...................................................50

5.1 Desain Balok.............................................................................................................50

5.2 Desain Pelat Atap/Lantai..........................................................................................50

5.3 Desain Kolom...........................................................................................................50

5.4 Desain Tangga..........................................................................................................50

5.5 Desain Pondasi..........................................................................................................50

BAB VI. KESIMPULAN......................................................................................................50


LEMBAR SOAL

KONFIGURASI STRUKTUR GEDUNG:

DATA PERENCANAAN PROYEK STRUKTUR GEDUNG:


1. Fungsi bangunan : Toko
2. Lokasi proyek : Padang
3. Daya dukung tanah (qu) :1,9 N/cm2
4. Mutu material :
a. Mutu beton, (f’c) : 30 Mpa
b. Mutu baja tulangan, (fy) : 400 Mpa
5. Kedalaman pondasi : 1,9 m
6. Finishing pelat : Keramik

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

(……………………………………….) (……………………………………….)
NIP. NIP.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1. Karakteristik Material Beton
Beton adalah suatu material utama yang sangat diperlukan dalam dunia konstruksi.
Beton sendiri adalah merupakan campuran yang homogen antara semen, air dan aggregat.
Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan
hancur tarik yang rendah.
Beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimia sejumlah material
pembentuknya. Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen portland atau semen
hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan (admixture).
Beton juga merupakan bahan dari campuran antara semen portland, agregat halus
(pasir), agregat kasar (kerikil), dan air. Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus
ditetapkan sedemikian rupa menurut aturanaturan yang ada, sehingga menghasilkan beton
basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan
cukup ekonomis.
Mutu beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain:
1. faktor air semen (fas)
2. perbandingan bahan-bahannya
3. mutu bahan-bahannya
4. susunan butiran agregat yang dipakai
5. ukuran maksimum agregat yang dipakai
6. bentuk butiran agregat
7. kondisi pada saat mengerjakan
8. kondisi pada saat pengerasan
1
2. Keuntungan dan kerugian struktur Beton Bertulang
Kelebihan :
 Mudah dicetak artinya beton segar dapat mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
dan ukuran.
 Ekonomis artinya bahan-bahan dasar dari bahan lokal yang mudah didapatkan.
 Awet dan tahan lama artinya beton termasuk berkekuatan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap perkaratan dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
 Tahan api artinya tahan terhadap kebakaran.
 Energi effisien artinya kuat tekan beton yang tinggi.
 Dapat dicor ditempat artinya beton segar dapat dituang pada tempattempat yang
posisinya sangat sulit. Juga dapat disemprotkan pada permukaan beton yang lama untuk
menyambungkan dengan beton baru (grouting).
 Bentuknya indah artinya dapat dibuat model sesuka hati menurut selera yang
menghendakinya.

Kelemahan :

 Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan.
 Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah,
sehingga perlu diadakan dilatasi pada beton yang panjang untuk memberi tempat untuk
kembang susut beton.
 Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air dan air
membawa kandungan garam dapat merusak beton.
 Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dengan teliti agar setelah digabungkan
dengan baja tulangan dapat bersifat kokoh terutama pada perhitungan bangunan tahan
gempa.
2

3. Kode/Peraturan yang digunakan


Perencanaan suatu struktur harus memenuhi standar nasional yang diatur yaitu Perlunya
peraturan-peraturan yang mengawasi jalannya konstruksi agar berjalan sesuai hakekatnya.
Adapun peraturan-peraturan yang digunakan dalam perencanaan struktur bangunan ini
dituliskan sebagai berikut :
 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2019)
 beban desain minimum dan kriteria terkait untuk bangunan gedung dan bangunan lain
(SNI 1727:2020)

4. Metodologi Laporan

Metodologi laporan adalah proses disain bangunan gedung. Dimulai dari perencanaan
balok, plat lantai, kolom, tangga dan pondasi atau elemen Struktur lain yang di perlukan.
Kemudian dilanjutkan pembebanan, analisis Struktur, Disain Struktur sampai membuat
DED (detail engineering design) dengan CAD.

1.2 Tujuan

Tujuan dari laporan ini adalah untuk merencanakan Bangunan Toko yang terdiri dari 2
lantai. Laporan ini menyajikan hasil perhitungan struktur atas yaitu meliputi perhitungan elemen
pelat, balok, kolom, pondasi dan tangga. Untuk perhitungan perencanaan struktur atas dilakukan
menggunakan analisa struktur 3 dimensi dengan bantuan program SAP2000.

1.3 Referensi
 Standart Nasional Indonesia
 Tugas Akhir Perencanaan Struktur Beton
 Buku Perencanaan Struktur Beton
3

1.4 Metodologi
Secara garis besar data yang dibutuhkan dalam perancangan dan perhitungan struktur
utama gedung ini adalah:

a. Deskripsi umum bangunan Deskripsi umum bangunan meliputi fungsi bangunan dan
lokasi yang akan didirikan. Fungsi bangunan berkaitan dengan perencanaan
pembebanan sehingga bisa direncanakan struktur bangunan bawah yang dipakai.
b. Denah dan Sistem Struktur Bangunan Yang di maksud sistem bangunan struktur
meliputi rencana struktur yang akan direncanakan, seperti pondasi, balok, kolom,
tangga, dan lain-lain sebagainya yang berfungsi sebagai perhitungan perencanaan lebih
lanjut.
c. Metode Analisis Pada bagian sub bab ini diuraikan secara garis besar langkah-langkah
(metode yang digunakan) dalam perencanaan bangunan dan perancangan strukturnya.
Langkah-langkah yang di maksud meliputi komponen bangunan struktur atas bagian
bangunan hingga dasar tanah atau bawah bangunan.

Perencanaan struktur beton pada Langkah terakhir adalah menggambarkan desain


penulangan ketiga komponen struktur dengan menggunakan software AutoCAD.
4

BAB II
KRITERIA DESAIN

2.1 Proses Disain


2.1.1. Perencanaan dimensi balok
Perencanaan dimensi balok disesuaikan dan diambil dari peraturan SNI 2847:2019 tabel
9.3.1.1 – Tinggi minimum balok nonprategang :
Tabel 1. Tinggi minimum balok non-prategang.

Sumber : Tabel 9.3.1.1 SNI 2847-2019


Rumusan balok non-prategang di atas hanya untuk beton mutu normal dan tulangan mutu
420 Mpa. Jika fy lebih dari 420 Mpa, maka persamaan pada tabel 9.3.1.1 harus dikalikan
dengan (0.4 + fy /700).

2.1.2. Perencanaan dimensi pelat


Dalam perencanaan pelat ini ditujukan untuk mencari ketebalan dari 2 jenis pelat yaitu
Pelat lantai dan pelat atap.

Analisa Tebal pelat


a. Mencari Jenis Pelat
ly 5,0 m
= =1,136(Pelat dua arah)
lx 4,4 m
b. Tebal balok (h)
l ly 5000 mm
h= = =238,095 mm=240 mm
21 21
c. Lebar balok (bw)
1 2 1 2
bw= h ( h )= ( 210 ) ( 210 )=120 mm 160 mm
2 3 2 3
Maka, nilai bw yang dipakai adalah 160 mm
5
d. Bentang bersih balok (In)
¿=ly−bw=5000−250=4840 mm

e. Rasio bentang bersih memanjang (ß)


ly−bw 5000−160 4840
β= = = =1,1415
lx−bw 4400−160 4240
f. Mencari h minimum (hmin)
fy
0,8+
1500
hmin ≥ ×∈¿
36+9 β
400
0,8+
1500
hmin ≥ × 4840
36+ 9 (1 , 136 )
hmin ≥ 111,568mm
g. Mencari h maksimum (hmaks)
fy
0,8+
1500
hmaks ≤ ×∈¿
36
400
0,8+
1500
hmaks ≤ × 4840
36
hmax ≤ 143,407 mm

Syarat SNI dengan tebal pelat minimum sehingga aman adalah 120 mm.
Sehingga asumsi tebal pelat yang diambil adalah = 150 mm
h. Penentuan lebar manfaat
1
be= ×l x (lebar bentang yang dituju)
4
1
be= × 4400=1100 mm
4
Dengan cara lain be didapat
be=bw+ ( 16 x tebal bentang yang dituju )
be=160+ ( 16 ×150 )=2560 mm

Maka yang diambil yang terkecil = 1100 mm


6
i. Menentukan titik pusat berat

A(1) = 1100 mm × 150 mm = 165000 mm2


A(2) = 160 mm × 90 mm = 14400 mm2
Atotal = A(1) + A(2) = 179400 mm2

X = 1100 mm / 2 = 550 mm
( A 1 ∙ Y 1 ) +(A 2 ∙ Y 2) ( 165000 mm2 ×75 mm ) +(14400 mm2 × 195 mm)
Y= = = 84,63 mm
ATotal 179400 m m
2

j. Momen inersia terhadap sumbu x

lb 1= {121 (1100 × 150 )+165000 ( 84,63−75) }+ {121 (160 ×84,63 )+11760 ( 90−84,63) }
3 2 3 2

lb 1=334818211 mm4

lb1 = lb2

1
ls1= ( 5000 ×90 )3 =303750000 mm4
12
1
ls2= ( 4400× 90 ) =267300000m m
3 4
12
Ecb = Ecs

Jadi,
lb1 334818211
∝1 = = =1,102
ls1 303750000

lb2 334818211
∝ 2= = =1,253
ls2 267300000
7
Maka,
1 1
∝m= ( ∝1 +∝2) = ( 1,102+ 1,253 )=1,177
2 2

k. Kontrol tebal pelat yang diambil


fy
0,8+( )
1500
h≥ × ln
1
36+ 5 β [∝m−0,12 1+ ]
β ( )
400
0,8+( )
1500
h≥ × 4840
36+ 5(1,1415)[1,177−0,12 1+ (
1
1,1415
] )
h ≥ 114,7

syarat = 112 mm ≤ h ≤ 150 mm

Maka, dari hasil di atas diambil tebal pelat lantai dan diambil tebal pelat atap
 Untuk tebal pelat lantai = 150 mm
 Untuk tebal pelat atap = 120 mm

2.1.3. Perencanaan dimensi kolom


 Perhitungan beban lantai atap
 Perhitungan beban lantai dasar

ATAP
Beban Mati
Berat
Jenis Beban Selfweight t p l
(kg)
Pelat atap 2400 Kg/m³ 0,120 5,0 4,4 6336
Plafound 11 Kg/m² 5,0 4,4 242
Penggantung 7 Kg/m² 5,0 4,4 154
Spesi 21 Kg/m² 5,0 4,4 462
Ducting & plumbing 40 Kg/m² 5,0 4,4 880
L b h Berat (kg)
Balok induk memanjang 2400 Kg/m³ 4,5 0,25 0,4 1080
Balok induk melintang 2400 Kg/m³ 4,5 0,25 0,4 1080
WD TOTAL ATAP (Kg) 10234
Beban Hidup
p l Berat (kg)
Lantai atap 100 Kg/m² 5,0 4,4 2200
Hujan 30 Kg/m² 5,0 4,4 660
WL TOTAL ATAP (Kg) 2860
W TOTAL (Kg) 13094

LANTAI 1 & 2
Beban Mati

Jenis Beban Selfweight t p l Berat (kg)

Pelat atap 2400 Kg/m³ 0,120 5,0 4,4 6336


Plafound 11 Kg/m² 5,0 4,4 242
Penggantung 7 Kg/m² 5,0 4,4 154
Spesi 21 Kg/m² 5,0 4,4 462
Ducting & plumbing 40 Kg/m² 5,0 4,4 880
Dinding 250 Kg/m² 5,0 4,4 5500
L b h Berat (kg)
Balok induk memanjang 2400 Kg/m³ 4,5 0,25 0,4 1080
Balok induk melintang 2400 Kg/m³ 4,5 0,25 0,4 1080
WD TOTAL ATAP (Kg) 15734
Beban Hidup
Berat
p l
(kg)
Lantai 250 Kg/m² 4,5 4,5 5500
WL TOTAL ATAP (Kg) 5500
W TOTAL (Kg) 21234
9
Maka W total lantai 1-2 dan atap adalah sebagai berikut :
- WD = 10550,8 + (2 x 15734) = 41702 kg
- WL = 2860 + (2 x 5500) = 13860 kg
Berat total yang dipikul kolom
- W = 1.2 WD + 1.6 WL
= 1.2 (41702) + 1.6 (13860) = 72218,4 kg
9
Mutu Beton = 20 Mpa = 200 Kg/cm3
Dimensi Kolom :
A = 2 . pf’c
= 2. (72218,4) 200
= 3249,828
A = b x h (b = h)
3249,828 = b²
h = 57,0073 ≈ 60 cm
b = 57,0073 ≈ 60 cm

2.1.4. Perencanaan dimensi tangga


Dimensi tangga yang direncanakan adalah sebagai berikut:
 Tinggi Lantai : 430 cm
 Tinggi tangga 1 : 130 cm
 Tinggi tangga 2 : 300 cm
 Kemiringan tangga : 16/30 = 0,533 = arc tan 0,533 =2 9°
 Lebar bordes : 90 cm
 Lebar tangga : 90 cm
 Tebal selimut beton (p) : 2 cm
 Tinggi tanjakan (R) : 20 cm
 Lebar tanjakan (T) : 30 cm

Syarat perencanaan tangga


1. 60 ≤ (2R + T) ≤ 65
60 ≤ (2x16 + 30) ≤ 65
60 ≤ 62 ≤ 65 = OK!!
2. 25° ≤ α ≤ 40°
25° ≤ 29 ≤ 40° = OK!!

10
2.2 Peraturan Yang Menjadi Acuan
2.2.1. Perencanaan Balok dan Pelat
2.2.2.1. Perencanaan balok
Menurut SNI 2847-2019 tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.
Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom
lantai atas. Fungsi utama dari balok adalah menahan momen lentur dan gaya geser dengan atau
tanpa gaya aksial maupun torsi. Untuk perencanaan tinggi minimum balok nonprategang
mengacu pada Tabel 2 berdasarkan pasal 9.3.1.1 SNI 2847-2019. Untuk fy lebih dari 420 MPa,
persamaan pada Tabel 2 harus dikalikan dengan (0,4 + fy / 700).

Tabel 2. Tinggi minimum balok nonprategang.

Sumber : Tabel 9.3.1.1 SNI 2847-2019

2.2.2.2. Perencanaan pelat


Pelat lantai pada gedung biasanya menyatu dengan balok karena pada umumnya plat lantai
dan balok dilakukan secara bersamaan, sehingga plat lantai seolah-olah menjadi bagian dari
balok. Dengan demikian plat lantai boleh tidak dianggap sebagai beban yang dipikul oleh balok.
Perencanaan tebal pelat lantai menggunakan metode desain langsung sesuai pasal 8.10. SNI
2847-2019:
1. Pada bentang gedung sedikitnya harus terdapat tiga bentang menerus dalam masing-masing
arah yaitu arah X dan arah Y.
2. Panel harus berbentuk persegi, dengan rasio dimensi terpanjang terhadap dimensi terpendek
yang diukur dari pusat ke pusat tumpah, tidak melebihi 2.
3. Semua beban yang diperhitungkan hanya akibat beban gravitasi dan terdistribusi merata di
seluruh panel.
4. Beban hidup tak terfaktor tidak boleh melebihi dua kali beban mati tak terfaktor.

11

Tabel 3. Ketebalan minimum pelat dua arah nonprategang dengan balok di antara tumpuan pada
semua sisinya

Sumber : Tabel 8.3.1.2 SNI 2847-2019

2.2.2. Perencanaan Kolom


Kolom merupakan komponen struktur vertikal yang umumnya memikul gaya aksial dan
gaya momen secara bersamaan pada setiap kombinasi beban terfaktor. Kombinasi beban yang
bekerja struktur kolom perlu dilakukan pengecekan pada grafik diagram interaksi. Pengecekan ini
dilakukan untuk mempertimbangkan kombinasi beban terfaktor akibat gaya aksial maksimum dan
momen lentur maksimum, karena belum tentu sesuai peraturan desain untuk kombinasi beban
lainnya.
Gambar 1. Diagram interaksi kolom
Sumber : Gambar 10.4.2.1 SNI 2847-2019
12

2.2.3. Kombinasi Beban


Menurut SNI 1726-2019 pasal 4.2.2 berdasarkan metode ultimit, Struktur, komponen
elemen struktur, dan elemen-elemen fondasi harus didesain sedemikian hingga kuat rencananya
sama atau melebihi pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai
berikut:
Tabel 4. Kombinasi beban

Sumber : Tabel 5.3.1 SNI 2847-2019

2.2.4. Asumsi Perencanaan


Dalam perancangan komponen struktur terdapat beberapa kondisi yaitu, kondisi under
reinforced, kondisi balance (seimbang), dan kondisi over reinforced. Under reinforced merupakan
kondisi dimana baja mengalami leleh terlebih dahulu sebelum beton hancur. Kondisi balance
(seimbang) merupakan kondisi dimana regangan beton mencapai 0,003 dan regangan baja
mencapai regangan leleh. Sedangkan, over reinforced merupakan kondisi dimana beton hancur
terlebih dahulu sebelum baja mengalami leleh. Dalam desain, kondisi yang digunakan untuk
perhitungan struktur adalah kondisi under reinforced, karena baja akan mulur terlebih dahulu
sebelum beton hancur atau baja lebih lemah dari beton, sehingga struktur akan nampak
melengkung, tentunya kondisi ini lebih aman bagi penghuni bangunan.

2.2.5. Beban Lentur Aksial


Berbagai kombinasi beban untuk menentukan kondisi desain yang paling kritis harus
dipertimbangkan. Hal ini menjadi penting bila kekuatan tergantung pada lebih dari satu pengaruh
beban, seperti kekuatan untuk kombinasi beban lentur dan aksial atau kekuatan geser pada
komponen-komponen struktur dengan beban aksial.

13
Tabel 5. Kekuatan aksial maksimum

Sumber : Tabel 22.4.2.1 SNI 2847-2019

Untuk komponen nonprategang dan komponen komposit baja-beton, nilai Po dihitung dengan
Persamaan:
Po =0,85 f c ' ( A g− A st ) + f y A st (22.4.2.2)

Untuk komponen prategang, nilai Po dihitung dengan persamaan:

'
Po =0,85 f c ( A g− A st −A pd ) + f y A st − ( f se−0,003 E p ) A pt (22.4.2.3)
dimana Apt adalah luas total tulangan prategang, dan Apd adalah luas total penampang
selongsong (duct), selubung (sheating), dan tulangan prategang; nilai fse minimal 0,003Ep. Untuk
tendon pascatarik terinjeksi (grouted post-tension), nilai Apd sama dengan Apt.

2.2.6. Beban Geser


beban geser dan aksial harus didesain untuk memenuhi persyaratan 17.6.1 hingga 17.6.3.
Nilai ϕNn dan ϕVn merupakan kekuatan perlu yang harus ditentukan sebagai berikut :
17.6.1 Jika Vua/( ϕVn)  0,2 untuk kekuatan yang mengendalikan dalam kondisi geser, maka
kekuatan penuh dalam tarik diizinkan: ϕNn  Nua.
17.6.2 Jika Nua/(ϕNn)  0,2 untuk kekuatan yang mengendalikan dalam kondisi tarik, maka
kekuatan penuh dalam geser diizinkan: ϕVn  Vua.
17.6.3 Jika Vua/(ϕVn) > 0,2 untuk kekuatan yang mengendalikan dalam kondisi geser dan
Nua/(ϕNn) > 0,2 untuk kekuatan yang mengendalikan dalam kondisi tarik, maka
N ua V ua
+ ≤1,2
ϕ N n ϕV n

14
2.2.7. Kuat Rencana
Kuat rencana pada penampang dihitung dengan mengalikan kuat nominal dan faktor
reduksi kekuatan ϕ yang telah dijelaskan pada Pasal 21 pada SNI 1726-2019.

Tabel 6. Faktor reduksi kekuatan


Gaya atau elemen
ϕ Pengecualian
struktur
Momen, gaya Di dekat ujung komponen pratarik
aksial, atau (pretension) dimana strand belum
a) 0,65 – 0,90 sesuai 21.2.2
kombinasi momen sepenuhnya bekerja, ϕ harus sesuai
dan gaya aksial dengan 21.2.3

dengan 21.2.3 b) Geser 0,75


b) Geser 0,75 Persyaratan tambahan untuk struktur
tahan gempa terdapat pada 21.2.4

c) Torsi 0,75 -
d) Tumpu (bearing) 0,65 -

Zona angkur
e) pascatarik (post- 0,85 -
tension)

f) Bracket dan korbel 0,75 -

Strut, ties, zona


nodal, dan daerah
tumpuan yang
g) 0,75 -
dirancang dengan
strutand-tie di
Pasal 23
Komponen
sambungan beton
h) pracetak terkontrol 0,90 -
leleh oleh elemen
baja dalam tarik
i) Beton polos 0,60 -
Angkur dalam 0,45 – 0,75 sesuai Pasal
j) -
elemen beton 17
Sumber : Tabel 21.2.1 SNI 2847-2019

2.2.8. Batasan Dimensi Tulangan dan Dimensi Penampang


Batasan dimensi (18.7.2.1 )

Kolom-kolom harus memenuhi a) dan b):


a) Dimensi penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui pusat geometri, tidak
kurang dari 300 mm.
b) Rasio dimensi penampang terkecil terhadap dimensi tegak lurusnya tidak kurang dari
0,4.

Balok dan pelat di atas tanah (18.13.3)


18.13.3.2 Balok-balok sloof (grade) yang didesain untuk bekerja sebagai pengikat
horizontal antara poer atau fondasi telapak harus diproporsikan sedemikian hingga dimensi
penampang terkecil harus sama dengan atau lebih besar daripada spasi bersih antara kolom-
kolom yang disambung dibagi dengan 20, tetapi tidak perlu lebih besar dari 450 mm.
Sengkang pengekang tertutup harus dipasang dengan spasi tidak melebihi yang lebih kecil
dari setengah dimensi penampang ortogonal terkecil dan 300 mm.

22.5 - Kekuatan geser satu arah

22.5.1.2 Ukuran dimensi untuk desain penampang harus memenuhi :

V u ≤Φ ( V c +0,066 √ f c bw d )
'

16
BAB III
PEMBEBANAN

3.1 Data Perencanaan / Preliminary Design


1. Fungsi bangunan : Toko
2. Lokas proyek : Padang
3. Daya dukung tanah (qu) : 1,9 N/cm2
4. Mutu material
a. Mutu beton, (f’c) : 20 MPa
b. Mutu baja tulangan, (fy) : 400 MPa
5. Kedalaman pondasi : 1,9 m
6. Finisihing pelat : Keramik

3.2 Pembebanan
A. Data
1. Pada pelat atap
- Tebal pelat atap : 0,120 m
- Tebal finishing : 0,030 m
- Tebal volume hujan : 0,030 m
- Berat/ volume beton bertulang : 2400 Kg/m3
- Berat/volume beton : 2200 Kg/m3
- Berat/volume air hujan : 1000 Kg/m3
- Berat beban bergerak lantai atap : 100 Kg/m2
- Berat plafound + penggantung : 18 Kg/m2
- Berat lapisan kedap air : 21 Kg/m2

2. Pada pelat lantai


- Tebal pelat lantai : 0,150 m
- Tebal finising : 0,030 m
- Berat/volume beton bertulang : 2400 Kg/m3
- Berat/volum beton : 2200 Kg/m2
- Berat beban bergerak lantai 2 : 250 Kg/m2
- Berat keramik : 20 Kg/m2
- Berat plafound + penggantung : 18 Kg/m2 17
B. Pembebanan pelat atap
1. Beban mati (WD)
- Berat sendiri pelat t = 120 mm (0,12 x 2400) : 288 Kg/m2
- Berat lapisan kedap air (2 x 21 Kg/m2) : 66 Kg/m2
- Berat lapisan kedap air : 42 Kg/m2
- Berat plafound : 18 Kg/m2
Total beban : 414 Kg/m2
2. Beban hidup (WL)
- Beban atap sesuai SNI (Toko) : 100 Kg/m2
- Berat air hujan 30 mm (0,03 x 1000 kg/m3) : 30 Kg/m2
Total beban : 130 Kg/m2

C. Pembebanan pelat lantai 2


1. Beban mati (WD)
- Berat sendiri plat t = 150 mm (0,126 x 2400) : 360 Kg/m2
- Berat finishing plat 30 mm (0,030 x 2200) : 66 Kg/m2
- Berat keramik : 20 Kg/m2
- Berat plafound + penggantung (11 + 7)kg/m2 : 18 Kg/m2
Total beban : 464 Kg/m2
2. Beban hidup (WL)
- Beban lantai menurut SNI (perpustakaan) : 250 Kg/m2

D. Penyaluran pembebanan pelat


1. Penyaluran beban mati (WD)
a. Balok atap
- Balok C1-C2 = C2-C3 = C3-C4
Q = 2 x 2,25 m x qd atap
= 4,5 m x 414 Kg/ m2
= 1863 Kg/m2

b. Balok Lantai 2
- Balok C1-C2 = C2-C3 = C3-C4
Q = 2 x 2,5 m x qd lantai 2
= 4,5 m x 464 Kg/ m2 = 2088 Kg/m2
18

2. Penyaluran beban hidup (WL)


a. Balok atap
- Balok C1-C2 = C2-C3 = C3-C4
Q = 2 x 2,5 m x qd atap
= 4,5 m x 130 Kg/ m2
= 585 Kg/m2

b. Balok Lantai 2
- Balok C1-C2 = C2-C3 = C3-C4
Q = 2 x 2,5 m x qd lantai 2
= 4,5 m x 250 Kg/ m2
= 1125 Kg/m2

E. Konversi beban merata segitiga ke beban merata persegi pada portal.


a. Total beban mati merata persegi dan total beban hidup merata persegi pada pelat atap (Balok
C1-C2-C3-C4)
 DL = 1,863 ton/m x 0,667 = 1,24 ton/m
 LL = 0,585 ton/m x 0,667 = 0,39 ton/m
b. Total beban mati merata persegi dan total beban hidup merata persegi pada pelat lantai (Balok
C1-C2-C3-C4)
 DL = 2,09 ton/m x 0,667 = 1,39 ton/m
 LL = 1,125 ton/m x 0,667 = 0,75 ton/m

F. Perhitungan beban angin


Berdasarkan asumsi kecepatan angin V = 100 km/jam = 28 m/jam
V 2 282 2
P= = =49 Kg/ m
16 16
19

Sketsa penyebaran beban angin

 Angin datang (Tiup)


w1’ = 0,9 (2,15m x 4m) 49 Kg/m2 = 379,26 kg
w2’ = 0,9 (2,2m x 4m) 49 Kg/m2 = 388,08 kg

 Angin Pergi (Hisap)


w1’’ = 0,4 (2,15m x 4m) 49 Kg/m2 = 168,56 kg
w2’’ = 0,4 (2,2 m x 4m) 49 Kg/m2 = 172,48 kg

 Total beban angin


w1 = w1’+w1’’ = 379,26 kg + 168,56 kg = 547,82 kg = 0,54782 ton
w2 = w2’+w2’’= 388,08 kg + 172,48 kg = 560,56 kg = 0,56056 ton

G. Perhitungan beban terpusat


a. Beban pada daerah C1=C4
Pada pelat atap: Balok 1
C1 = (½ x 2,25 m x 2 x 25 m)
= 2,531 m2

Pada pelat lantai: Balok 1


C1 = (½ x 2,25 m x 2 x 25 m)
= 2,531 m2
20
Beban balok 1 atap dan lantai
W balok atap = (0,114 x 0,07 m) x 4,5 m x 2400 Kg/m3
= 86,184 Kg = 0,086 Ton
W balok atap = (0,114 x 0,07 m) x 4,5 m x 2400 Kg/m3
= 86,184 Kg = 0,086 Ton

b. Beban pada daerah C2 = C3


Pada pelat atap: Balok 2
C1 = (½ x 2,25 m x 2x25 m)
= 2,531 m2

Pada pelat lantai: Balok 2


C1 = (½ x 2,25 m x 2x25 m)
= 2,531 m2

Beban balok 2 atap dan lantai


W balok atap = (0,114 x 0,07 m) x 4,5 m x 2400 Kg/m3
= 86,184 Kg = 0,086 Ton
W balok atap = (0,114 x 0,07 m) x 4,5 m x 2400 Kg/m3
= 86,184 Kg = 0,086 Ton
H. Total beban terpusat
Beban Eqivalent Dari Atap (Balok 1,2,3,4) + Berat Balok Pada Plat
- P1 = P4 = [2 x (2,531 m2) x 0,120 m x 2,4 T/m3] + 0,086 Ton = 1,544 Ton
- P2 = P3 = [2 x (5,063 m2) x 0,120 m x 2,4 T/m3] + 0,086 Ton = 3,002 Ton

Beban Eqivalent Dari lantai 2 (Balok 1,2,3,4) + Berat Balok Pada Plat
- P1 = P4 = [2 x (2,531 m2) x 0,150 m x 2,4 T/m3] + 0,086 Ton = 1,91 Ton
- P2 = P3 = [2 x (5,063 m2) x 0,150 m x 2,4 T/m3] + 0,086 Ton = 3,73 Ton

3.3 Kombinasi Pembebanan


Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah
1. Kombinasi 1 = 1,4 DD
2. Kombinasi 2 = 1,2 DD + 1,6 DL
3. Kombinasi 3 = 1,2 DD + DL + W
21

BAB IV

PEMODELAN ANALISA STRUKTUR

4.1 Pemodelan Struktur

Perencanaan struktur bangunan dalam kasus ini menggunakan alat bantu dari software
SAP2000. SAP2000 merupakan program untuk perhitungan kekuatan struktur khususnya
bangunan-bangunan bertingkat tinggi dan jembatan. Dalam penentuan analisis gaya yang didapat
dalam struktur bangunan, harus melalui langkah-langkah yang tepat dalam penggunaaan
program SAP2000. Adapun langkah-langkah penggunaan SAP2000 adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Membuka aplikasi SAP2000

Langkah 2: Menentukan satuan terlebih dahulu (tonf, m, C) sebelum memulai program

Langkah 3: Membuat lembar kerja untuk defenisi bangunan struktur. Klik File→New File→2D
Frames
22

Langkah 4: Mendefenisikan ukuran struktur bangunan yang ingin dianalisis


23

Langkah 5: Mengganti jenis tumpuan dari tumpuan sendi menjadi tumpuan jepit. Blok terlebih
dahulu 4 tumpuan. Klik Assign→Joint→Restraints, pilih tumpuan jepit.
Langkah 6: Mendefenisikan Material Struktur. Klik Define→Materials→Add New Materials,
kemudian sesuaikan semua data dengan material yang akan diterapkan
24

Langkah 7: Mendefenisikan properti yang akan digunakan (BALOK). Klik Define→Section


Properties→Frame Sections→Add New Property. Ganti Frame Section Property
Type jadi Concrete (Beton), lalu input seluruh data untuk BALOK.
25

Langkah 8: Mendefenisikan properti yang akan digunakan (KOLOM). Klik Define→Section


Properties→Frame Sections→Add New Property. Ganti Frame Section Property
Type jadi Concrete (Beton), lalu input seluruh data untuk KOLOM.
Langkah 9: Mendefenisikan jenis-jenis beban yang akan digunakan. Klik Define→Load Patterns.

26
Langkah 10: Menentukan Kombinasi beban yang akan digunakan. Klik Define→Load
Combinations→Add New Combo. Input 3 Kombinasi pembebanan.
Langkah 11: Input Frame Section sesuai dengan jenisnya. Blok terlebih dahulu untuk balok,
kemudian klik Assign→Frame→Frame Sections→Pilih section BALOK. Lakukan
hal yang sama untuk penginputan KOLOM.

27
Langkah 12: Input seluruh pembebanan dengan memblok balok ataupun titik joint yang akan
dikenai beban. Input ketiga jenis beban (Dead, Live, and Wind).
Langkah 13: Jalankan program yang telah selesai diinput datanya. Klik Analyze→Set Analysis
Options→Plane Frame. Kemudian Klik Analyze→Run Analysis, klik Run Now.

28

4.2 Analisa Struktur


a. Hasil SAP2000 pada BALOK

MOMEN ULTIMATE GAYA LINTANG


N
BALOK Comb Comb Comb Comb Com Com
O
MOMEN 1 2 3 GAYA 1 b2 b3
LANTAI ATAP
1 Kantilever MA kiri 1,81 2,08 1,88 DA kiri 2,79 3,2 2,9
2 MA 4,53 5,22 4,91 DA 5,23 6 5,34
3 A3-B3 MAB 2,53 2,9 2,64    
4 MB kiri 4,53 5,22 4,91 DB kiri 5,51 6,33 5,81
5 MB 3,43 3,89 3,3 DB 4,64 5,3 4,69
6 B3-C3 MBC 1,57 1,79 1,59    
7 MC kiri 3,43 3,89 3,3 DC kiri 4,56 4,8 4,56
8 MC 0 0 0 DC 0,71 0,91 0,34
9 C3-D3 MCD 0,795 0,885 0,98    
10 MD kiri 1,59 1,77 1,96 DD kiri 2,24 2,29 2,55
11 Kantilever MD 2,42 2,77 2,51 DD 3,2 3,7 3,35
LANTAI 2
1 Kantilever MA kiri 2,33 3,02 2,63 DA kiri 3,59 4,64 4,05
2 MA 5,61 7,54 7,09 DA 6,79 8,76 7,44
A3-B3
3 MAB 3,1 4,02 3,54    
4 MB kiri 5,61 7,54 7,09 DB kiri 7,02 9,08 8,15
5 MB 4,28 5,49 4,27 DB 5,88 7,59 6,39
6 B3-C3 MBC 1,98 2,55 2,2    
7 MC kiri 4,28 5,49 4,27 DC kiri 5,45 7,04 6,39
8 MC 0 0 0 DC 1,12 1,55 0
9 C3-D3 MCD 0,825 1,395 1,255    
10 MD kiri 1,65 2,79 2,51 DD kiri 2,47 3,09 4,19
11 Kantilever MD 3,11 4,01 3,86 DD 4,14 5,35 4,68

29

b. Hasil SAP2000 pada KOLOM

COMB 1 COMB 2 COMB3


Mome Mome
Nama Momen Geser Nama n Geser Nama n Geser
Batang (T/m) (T/m) Batang (T/m) (T/m) Batang (T/m) (T/m)
Batang 1 2,01 0,89 Batang 1 2,31 1,06 Batang 1 1,87 0,9
Batang 2 1,03 0,49 Batang 2 1,37 0,61 Batang 2 1,39 0,7
Batang 3 1,64 0,78 Batang 3 2,12 0,93 Batang 3 2,2 1,05
Batang 4 0,83 0,39 Batang 4 1 0,49 Batang 4 0,55 0,3
Batang 5 1,11 0,35 Batang 5 1,48 0,46 Batang 5 0,69 0,05
Batang 6 0,35 0,2 Batang 6 0,49 0,27 Batang 6 1,5 0,65
Batang 7 0,55 0,34 Batang 7 0,73 0,44 Batang 7 1,79 0,85
Batang 8 0,62 0,19 Batang 8 0,83 0,25 Batang 8 0,84 0,21
30

BAB V
DESAIN STRUKTUR DAN CEK LENDUTAN
5.1 Desain Balok
5.1.1 Perencanaan Tulangan Longitudinal Balok
5.1.1.a Perencanaan Tulangan Longitudinal Balok Lantai Atap

bw = 160 mm h = 240 mm
d = 200 mm be = 1100 mm
hf = 120 mm b = 367 mm
 Momen Ultimate yang digunakan adalah momen dikombinasi 2 karena momen yang
terjadi lebih besar
 Momen dititik A kiri = Mu/b.d2
= 2,03 ton.m / (0,367 m . 0,22 m)
= 27,68 ton/ m2
 Rasio Tulangan (ρ):
1,4 1,4
ρmin = = =0,0035
fy 400

ρmax =0,75 [
0,85 × f ' c
fy
. β 1.
600
600+fy ]
¿ 0,75
[ 0,85 ×20
400
.0,85 .
600
600+ 400 ]
¿ 0,026
31
ρmin < ρanalisa < ρmax
Mu fy
ρanl = −Φ . ρ . fy [1−0,588. ρ. ' ]
bw d f c
Mu
=( Φ . ρ . fy )−¿
bw d
Mu 40000
=( 0,85. ρ.40000 ) −(0,85 . ρ . 40000. 0,588. ρ . )
bw d 2000

27,68=( 34000 ρ )−(399840 ρ2 )


399840 ρ2−( 34000 ρ )=27,68
(a) (b) (c)

Kemudian gunakan rumus ABC

−b ± √ b −4 ac
2
ρ1,2 =
2a
−(−34000)± √ (−34000)2−4(399840)(27,68)
ρ1,2 =
2(399840)

ρ1 ¿¿ ρ2 ¿¿

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu nilai ρ2 =0,00082.

 As Total = ρ . b . d
= 0,0008 . 0,367 . 0,2
= 60,288 mm2
Maka tulangan yang dipakai adalah Ø6mm sebanyak 3 batang (3Ø6).
 Perhitungan momen-momen serta tulangan dilanjutkan dalam bentuk tabel

MOMEN
ANALISA
ULTIMATE
NO BALOK
COMB
MOMEN Mu/Bd2 p anl As Tulangan
2
1 Kantilever A. MA Kiri 2,03 27,681818 0,000822 60,28876 3 Ø6
2 B. MA 5,22 71,181818 0,002148 157,5078 6 Ø6
3 A2-B2 C. MAB 2,9 39,545455 0,001179 86,49383 4 Ø6
4 D. MB kiri 5,22 71,181818 0,002148 157,5078 6 Ø6
5 E. MB 3,89 53,045455 0,00159 116,5917 5 Ø6
6 B2-C2 F. MBC 1,79 24,409091 0,000724 53,09921 2 Ø6
32
7 G. MC kiri 3,89 53,045455 0,00159 116,5917 5 Ø6
8 H. MC 0 0 0 0 0 Ø6
9 C2-D2 I. MCD 0,885 12,068182 0,000356 26,13898 1 Ø6
10 J. MD kiri 1,77 24,136364 0,000716 52,50084 2 Ø6
11 Kantilever K. MD 2,77 37,772727 0,001126 82,56375 3 Ø6

5.1.1.b Perencanaan Tulangan Longitudinal Balok Lantai 2


bw = 160 mm h = 240 mm

d = 200 mm be = 1100 mm

hf = 90 mm b = 367 mm

 Momen Ultimate yang digunakan adalah momen dikombinasi 2 karena momen yang
terjadi lebih besar
 Momen dititik A kiri = Mu/b.d2
= 3,02 ton.m / (0,367 m . 0,22 m)
= 41,18 ton/ m2

33
 Rasio Tulangan (ρ):
1,4 1,4
ρmin = = =0,0035
fy 400

ρmax =0,75 [ 0,85 × f ' c


fy
. β 1.
600
600+fy ]
¿ 0,75
[ 0,85 ×20
400
.0,85 .
600
600+ 400 ]
¿ 0,026
ρmin < ρanalisa < ρmax
Mu fy
ρanl = −Φ . ρ . fy [1−0,588. ρ. ' ]
bw d f c
Mu
=( Φ . ρ . fy )−¿
bw d
Mu 40000
=( 0,85. ρ.40000 ) −(0,85 . ρ . 40000. 0,588. ρ . )
bw d 2000

41,18=( 34000 ρ )−(399840 ρ2)


2
399840 ρ −( 34000 ρ )=27,68
(a) (b) (c)

Kemudian gunakan rumus ABC

−b ± √ b −4 ac
2
ρ1,2 =
2a

−(−34000)± √ (−34000) −4(399840)(27,68)


2
ρ1,2 =
2(399840)

ρ1 ¿¿ ρ2 ¿¿

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu nilai ρ2 =0,0012.

 As Total = ρ . b . d
= 0,0012 . 0,367 . 0,2
= 90,126 mm2
Maka tulangan yang dipakai adalah Ø6mm sebanyak 4 batang (4Ø6).

34
 Perhitungan momen-momen serta tulangan dilanjutkan dalam bentuk tabel

MOMEN ULTIMATE ANALISA


NO BALOK COMB
MOMEN Mu/Bd2 p anl As Tulangan
2
1 Kantileve A. MA Kiri 3,02 41,181818 0,001229 90,12612 4 Ø6
r
2 B. MA 7,54 102,81818 0,00314 230,2677 9 Ø6
3 A2-B2 C. MAB 4,02 54,818182 0,001644 120,5664 5 Ø6
4 D. MB kiri 7,54 102,81818 0,00314 230,2677 9 Ø6
5 E. MB 5,49 74,863636 0,002262 165,8834 6 Ø6
6 B2-C2 F. MBC 2,55 34,772727 0,001035 75,92442 3 Ø6
7 G. MC kiri 5,49 74,863636 0,002262 165,8834 6 Ø6
8 H. MC 0 0 0 0 0 Ø6
9 C2-D2 I. MCD 1,045 14,25 0,000421 30,88829 2 Ø6
10 J. MD kiri 2,09 28,5 0,000847 62,08879 3 Ø6
Kantileve
11 K. MD 4,01 54,681818 0,00164 120,2604 5
r Ø6

5.2 Desain Pelat Atap/ Lantai 2


5.2.1 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai Atap
a. Pembebanan Pelat Lantai Atap

Data: Tebal Pelat = 120 mm = 0,12 m

Beban Mati = 414 kg/m2

Beban Hidup = 130 kg/m2

Direncanakan: Diameter Tulangan = ØD = 8 mm = 0,008 m

Selimut Beton = P = 20 mm = 0,020 m

Syarat-syarat Bentang: ly = bentang terpanjang

lx = bentang terpendek

35

Tinggi Efektif:

dx=h−P−1/2 ∅ Dx
1
¿ 120−20− . 8=0,096(arah X)
2

dy =h−P−∅ Dx−1/ 2 ∅ Dy

¿ 120−20−8−1/2.(8)=0,088 (arah Y )

b. Perhitungan Tulangan Pelat Atap


1. Kasus 1 Pelat 1 arah
 Wu = 1,2 WD + 1,6 WL

= 1,2 (414) + 1,6 (130)

= 704,8 kg/m2 = 0,704 t/m2

 Mu = 1/8 Wu. Lx2


= 1/8 (0,704 t/m2) . (1,3 m)2
= 0,148 ton.m
 Rasio Tulangan (ρ)
ρmin =0,0018

ρmax =0,75 [ 0,85 × f ' c


fy
. β 1.
600
600+fy ]
ρmax =0,75
[ 0,85 ×20
400
.0,85 .
600
600+400 ]
¿ 0,026
ρmin < ρanalisa < ρ max
Mu fy
ρ anl = −Φ . ρ . fy [1−0,588. ρ. ' ]
bw d f c
Mu
=( Φ . ρ . fy )−¿
bw d
Mu 40000
=( 0,85. ρ.40000 ) −(0,85 . ρ . 40000. 0,588. ρ . )
bw d 2000
2
19,22=( 34000 ρ ) −(399840 ρ )
399840 ρ2−( 34000 ρ )=19,22
(a) (b) (c) 36
Kemudian gunakan rumus ABC

−b ± √ b2−4 ac
ρ1,2 =
2a

−(−34000)± √(−34000) −4(399840)(19,22)


2
ρ1,2 =
2(399840)

ρ1 ¿¿ ρ2 ¿¿

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu nilai ρ2 =0,0005. Tetapi karena
nilai ρanl < ρmin maka dipakai ρmin = 0,0018

 As Total =ρ.b.d
= 0,0018 . 1 . 0,088
= 158,4 mm2
Maka tulangan yang dipakai adalah Ø8-280
 Perhitungan momen serta tulangan dilanjutkan dalam bentuk tabel

PELAT ATAP (PELAT 1 ARAH)


Tulanga
Mu Mu/bd^2 P anl P min As n
Hasil Analisis Tulangan Akhir pada kasus A, B, E, F (Skema III)
0,001 158,
1/8 Wu.Lx2 0,148889 19,22637 0,000569 8 4 Ø8-280
Hasil Analisis Tulangan Akhir pada kasus C, D (Skema VIIB)
0,001 158,
1/8 Wu.Lx2 0,198225 25,59724 0,00076 8 4 Ø8-280

2. Kasus 2 Skema VI A Pelat 2 arah


 Wu.lx2 = (0,704 t/m2) . (4,4 m)2
= 13,64 ton
 ly/lx = 5 m / 4,4 m
= 1,13
 Mu = (koef tabel) . (Wu.lx2)
Mlx = 0,036 x 13,64 ton = 0,49 tm
Mly = 0,028 x 13,64 ton = 0,38 tm
Mtx = 0,072 x 13,64 ton = 0,98 tm
Mty = 0,069 x 13,64 ton = 0,94 tm
Mtix = Mlx/2 = 0,245 t.m
37
 Mu/bd2 = (momen arah x atau y) (b.d2 arah x atau y)
Mu/bd2 = (Mlx) / (b.dx2) = 0,49 / (1. 0,0962 m) = 53,3005 t/m2
Mu/bd2 = (Mly) / (b.dx2) = 0,38 / (1. 0,0882 m) = 49,336 t/m2
Mu/bd2 = (Mtx) / (b.dx2) = 0,98 / (1. 0,0962 m) = 106,601 t/m2
Mu/bd2 = (Mty) / (b.dx2) = 0,94 / (1. 0,0882 m) = 121,578 t/m2
Mu/bd2 = (Mtix) / (b.dx2) = 0,245 / (1. 0,0962 m) = 26,650 t/m2
 Rasio tulangan di momen Mlx

Mu fy
ρ anl = −Φ . ρ . fy [1−0,588. ρ. ' ]
bw d f c

Mu
=( Φ . ρ . fy )−¿
bw d

Mu 40000
=( 0,85. ρ.40000 ) −(0,85 . ρ . 40000. 0,588. ρ . )
bw d 2000

53,3005= (34000 ρ )−(399840 ρ2 )

399840 ρ2−( 34000 ρ )=53,3005

(a) (b) (c)

Kemudian gunakan rumus ABC

−b ± √ b2−4 ac
ρ1,2 =
2a

−(−34000)± √(−34000) −4(399840)(53,3005)


2
ρ1,2 =
2(399840)

ρ1 ¿¿ ρ2 ¿¿

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu nilai ρ2 =0,0015. Tetapi karena
nilai ρanl < ρmin maka dipakai ρmin = 0,0018
 As Total =ρ.b.d
= 0,0018 . 1 . 0,096
= 172,8 mm2

38
 Perhitungan momen-momen serta tulangan dilanjutkan dalam tabel

PELAT ATAP (PELAT 2 ARAH)


Mu/ Tulanga
m koef Mu bd^2 P anl P min As n
1.) Perhitungan Kasus A Skema VI a
0,03 0,49121 0,00159 0,001
Mlx 6 7 53,3005 8 8 172,8 Ø8-280
0,02 0,38205 0,00147 0,001
Mly 8 8 49,336 7 8 158,4 Ø8-280
0,07 0,98243 0,001 312,991
Mtx 2 5 106,601 0,00326 8 6 Ø8-160
0,06 0,001 329,150
Mty 9 0,9415 121,578 0,00374 8 7 Ø8-120
Mti 0,01 0,24560 0,00079 0,001
x 8 9 26,65025 1 8 172,8 Ø8-280
2.) Perhitungan Kasus B Skema VIA
0,03 0,42651 0,00138 0,001
Mlx 6 7 46,28003 4 8 172,8 Ø8-280
0,02 0,33173 0,00127 0,001
Mly 8 5 42,83771 9 8 158,4 Ø8-280
0,07 0,85303 0,00281 0,001 270,295
Mtx 2 4 92,56006 6 8 9 Ø8-160
0,06 0,00322 0,001 284,004
Mty 9 0,81749 105,5644 7 8 3 Ø8-160
Mti 0,01 0,21325 0,00068 0,001
x 8 8 23,14002 6 8 172,8 Ø8-280
3.) Perhitungan Kasus D Skema II
0,03 0,00143
Mlx 4 0,44308 48,07721 8 0,018 172,8 Ø8-280
0,02 0,32579 0,00125
Mly 5 4 42,07048 6 0,018 158,4 Ø8-280
0,06 0,00270 259,800
Mtx 3 0,821 89,08424 6 0,018 3 Ø8-160
0,05 0,70371 0,00276 243,096
Mty 4 5 90,87224 2 0,018 1 Ø8-200
4.) Perhitungan Kasus E Skema II
Mlx 0,03 0,40282 43,70892 0,00130 0,001 172,8 Ø8-280
4 1 6 8
0,02 0,29619 0,001
Mly 5 2 38,24796 0,00114 8 158,4 Ø8-280
0,06 0,74640 0,00245 0,001 235,469
Mtx 3 4 80,99005 3 8 9 Ø8-200
0,05 0,63977 0,00250 0,001 220,315
Mty 4 5 82,61559 4 8 1 Ø8-200
5.) Perhitungan Kasus G Skema II
0,03 0,42271 0,00137
Mlx 4 1 45,86706 1 0,018 172,8 Ø8-280
0,02 0,31081 0,00119
Mly 5 7 40,13647 7 0,018 158,4 Ø8-280
0,06 0,78325 0,00257
Mtx 3 8 84,98897 8 0,018 247,471 Ø8-200
0,05 0,67136 0,00263 231,551
Mty 4 4 86,69477 1 0,018 5 Ø8-200
6.) Perhitungan Kasus H Skema II
0,03 0,40282 0,00130
Mlx 4 1 43,70892 6 0,018 172,8 Ø8-280
0,02 0,29619
Mly 5 2 38,24796 0,00114 0,018 158,4 Ø8-280
0,06 0,74640 0,00245 235,469
Mtx 3 4 80,99005 3 0,018 9 Ø8-200
0,05 0,63977 0,00250 220,315
Mty 4 5 82,61559 4 0,018 1 Ø8-200
7.) Perhitungan Kasus J Skema VI A
0,03 0,44757 0,00145 0,001
Mlx 6 6 48,56513 3 8 172,8 Ø8-280
0,02 0,34811 0,00134 0,001
Mly 8 5 44,95284 3 8 158,4 Ø8-280
0,07 0,89515 0,001 284,140
Mtx 2 2 97,13025 0,00296 8 2 Ø8-160
0,06 0,85785 0,00339 0,001
Mty 9 4 110,7766 4 8 298,634 Ø8-160
Mti 0,01 0,22378 0,001
x 8 8 24,28256 0,00072 8 172,8 Ø8-280
8.) Perhitungan Kasus K Skema VI A
0,02 0,29619 0,00095 0,001
Mlx 5 2 32,13891 6 8 172,8 Ø8-280
0,02 0,33173 0,00127 0,001
Mly 8 5 42,83771 9 8 158,4 Ø8-280
0,05 0,63977 0,00209 0,001 200,956
Mtx 4 5 69,42005 3 8 5 Ø8-240
0,71086 0,00279 0,001 245,651
Mty 0,06 1 91,7951 1 8 6 Ø8-200
Mti 0,01 0,14809 0,00047 0,001
x 8 6 16,06946 5 8 172,8 Ø8-280

5.2.2 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai 2


a. Pembebanan Pelat Lantai 2

Data: Tebal Pelat = 150 mm = 0,15 m

Beban Mati = 464 kg/m2

Beban Hidup = 250 kg/m2

Direncanakan: Diameter Tulangan = ØD = 8 mm = 0,008 m

Selimut Beton = P = 20 mm = 0,020 m

Syarat-syarat Bentang: ly = bentang terpanjang

lx = bentang terpendek

Tinggi Efektif:

dx=h−P−1/2 ∅ Dx

1
¿ 150−20− . 8=0,126(arah X)
2

dy =h−P−∅ Dx−1/ 2 ∅ Dy

¿ 150−20−8−1/2.(8)=0,118 (arah Y )

40

b. Perhitungan Tulangan Pelat Lantai 2


1. Kasus 1 Pelat 1 arah
 Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (464) + 1,6 (250)

= 956,8 kg/m2 = 0,956 t/m2

 Mu = 1/8 Wu. Lx2


= 1/8 (0,956 t/m2) . (1,3 m)2
= 0,202 ton.m
 Rasio Tulangan (ρ)
ρmin =0,0018

ρmax =0,75 [ 0,85 × f ' c


fy
. β 1.
600
600+fy ]
ρmax =0,75 [ 0,85 ×20
400
.0,85 .
600
600+400 ]
¿ 0,026
ρmin < ρanalisa < ρ max
Mu fy
ρ anl = −Φ . ρ . fy [1−0,588. ρ. ' ]
bw d f c
Mu
=( Φ . ρ . fy )−¿
bw d
Mu 40000
=( 0,85. ρ.40000 ) −(0,85 . ρ . 40000. 0,588. ρ . )
bw d 2000
2
14,516=( 34000 ρ )−(399840 ρ )
399840 ρ2−( 34000 ρ )=14,516
(a) (b) (c)

Kemudian gunakan rumus ABC


−b ± √ b −4 ac
2
ρ1,2 =
2a
−(−34000)± √(−34000) −4(399840)(14,516)
2
ρ1,2 =
2(399840)
ρ1 ¿¿ ρ2 ¿¿
41
Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu nilai ρ2 =0,00043. Tetapi karena
nilai ρanl < ρmin maka dipakai ρmin = 0,0018

 As Total =ρ.b.d
= 0,0018 . 1 . 0,118
= 212,4 mm2
Maka tulangan yang dipakai adalah Ø8-200
 Perhitungan momen serta tulangan dilanjutkan dalam bentuk tabel

PELAT ATAP (PELAT 1 ARAH)


Tulanga
Mu Mu/bd^2 P anl P min As n
1.) Perhitungan Kasus M, N, O, P, C, F, I, L
0,001 212,
1/8 Wu.Lx2 0,202124 14,51623 0,000429 8 4 Ø8-200
2.) Perhitungan Kasus Q, R, S, T
0,001 212,
1/8 Wu.Lx2 0,2691 19,32634 0,000572 8 4 Ø8-200

2. Kasus 2 Skema VI A Pelat 2 arah


 Wu.lx2 = (0,956 t/m2) . (4,3 m)2 = 17,69 ton
 ly/lx = 5 m / 4,3 m = 1,16
 Mu = (koef tabel) . (Wu.lx2)
Mlx = 0,036 x 17,69 ton = 0,63 tm
Mly = 0,028 x 17,69 ton = 0,49 tm
Mtx = 0,072 x 17,69 ton = 1,27 tm
Mty = 0,069 x 17,69 ton = 1,22 tm
Mtix = Mlx/2 = 0,314 t.m
 Mu/bd2 = (momen arah x atau y) (b.d2 arah x atau y)
Mu/bd2 = (Mlx) / (b.dx2) = 0,63 / (1. 0,1262 m) = 40,11 t/m2
Mu/bd2 = (Mly) / (b.dx2) = 0,49 / (1. 0,1182 m) = 35,57 t/m2
Mu/bd2 = (Mtx) / (b.dx2) = 1,27 / (1. 0,1262 m) = 80,23 t/m2
Mu/bd2 = (Mty) / (b.dx2) = 1,22 / (1. 0,1182 m) = 87,66 t/m2
Mu/bd2 = (Mtix) / (b.dx2) = 0,314 / (1. 0,1262 m) = 20,05 t/m2
42
 Rasio tulangan di momen Mlx

Mu fy
ρ anl = −Φ . ρ . fy [1−0,588. ρ. ' ]
bw d f c

Mu
=( Φ . ρ . fy )−¿
bw d

Mu 40000
=( 0,85. ρ.40000 ) −(0,85 . ρ . 40000. 0,588. ρ . )
bw d 2000

40,11=( 34000 ρ )−(399840 ρ 2)

399840 ρ2−( 34000 ρ )=40,11

(a) (b) (c)

Kemudian gunakan rumus ABC

−b ± √ b2−4 ac
ρ1,2 =
2a

−(−34000)± √(−34000) −4(399840)(40,11)


2
ρ1,2 =
2(399840)

ρ1 ¿¿ ρ2 ¿¿

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu nilai ρ2 =0,00119. Tetapi karena
nilai ρanl < ρmin maka dipakai ρmin = 0,0018

 As Total =ρ.b.d
= 0,0018 . 1 . 0,126
= 226,8 mm2
 Perhitungan momen-momen serta tulangan dilanjutkan dalam tabel

PELAT ATAP (PELAT 2 ARAH)


Mu/ Tulanga
m koef Mu bd^2 P anl P min As n
1.) Perhitungan Kasus B Skema III
Mlx 0,041 0,65943 41,5366 0,00124 0,001 226,8 Ø8-200

43
6 7 8
0,48251 34,6534 0,00103 0,001
Mly 0,03 4 2 2 8 212,4 Ø8-200
85,0995 0,00258 0,001 325,241
Mtx 0,084 1,35104 1 1 8 8 Ø8-120
1,19020 85,4784 0,00259 0,001 305,991
Mty 0,074 2 4 3 8 8 Ø8-160
Mti 0,020 0,32971 20,7683 0,00061 0,001
x 5 8 3 5 8 226,8 Ø8-200
Mti 0,24125 17,3267 0,00051 0,001
y 0,015 7 1 3 8 212,4 Ø8-200
2.) Perhitungan Kasus D Skema VI A
0,63688 40,1161 0,00119
Mlx 0,036 4 7 7 0,018 226,8 Ø8-200
0,49535 35,5755
Mly 0,028 4 9 0,00106 0,018 212,4 Ø8-200
1,27376 80,2323 0,00242 306,075
Mtx 0,072 9 4 9 0,018 3 Ø8-160
1,22069 87,6684 0,00266
Mty 0,069 5 1 2 0,018 314,093 Ø8-120
Mti 0,31844 20,0580 0,00059 0,001
x 0,018 2 9 4 8 226,8 Ø8-200
3.) Perhitungan Kasus E Skema II
0,54684 34,4450 0,00102 0,001
Mlx 0,034 9 4 5 8 226,8 Ø8-200
0,40209 28,8778 0,00085 0,001
Mly 0,025 5 5 8 8 212,4 Ø8-200
63,8246 0,00192 0,001 241,992
Mtx 0,063 1,01328 3 1 8 2 Ø8-200
0,86852 62,3761 0,00187 0,001 221,365
Mty 0,054 6 6 6 8 6 Ø8-200
4.) Perhitungan Kasus G Skema II
36,1457 0,00107
Mlx 0,034 0,57385 8 7 0,018 226,8 Ø8-200
0,42194 30,3037 0,00090
Mly 0,025 9 1 1 0,018 212,4 Ø8-200
1,06331 0,00201
Mtx 0,063 1 66,976 8 0,018 254,238 Ø8-160
0,91140 0,00197
Mty 0,054 9 65,456 1 0,018 232,561 Ø8-200
5.) Perhitungan Kasus H Skema II
0,54684 34,4450 0,00102
Mlx 0,034 9 4 5 0,018 226,8 Ø8-200
0,40209 28,8778 0,00085
Mly 0,025 5 5 8 0,018 212,4 Ø8-200
63,8246 0,00192 241,992
Mtx 0,063 1,01328 3 1 0,018 2 Ø8-200
0,86852 62,3761 0,00187 221,365
Mty 0,054 6 6 6 0,018 6 Ø8-200
6.) Perhitungan Kasus J Skema VI A
0,60760 0,00114 0,001
Mlx 0,036 6 38,272 1 8 226,8 Ø8-200
0,47258 33,9401 0,001
Mly 0,028 3 5 0,00101 8 212,4 Ø8-200
1,21521 0,00231 0,001 291,599
Mtx 0,072 3 76,544 4 8 2 Ø8-160
1,16457 83,6382 0,00253 0,001 299,195
Mty 0,069 9 3 6 8 3 Ø8-160
Mti 0,30380 0,00056 0,001
x 0,018 3 19,136 7 8 226,8 Ø8-200
7.) Perhitungan Kasus K Skema VI A
0,40209 25,3272 0,00075 0,001
Mlx 0,025 5 4 2 8 226,8 Ø8-200
0,45034 32,3431 0,00096 0,001
Mly 0,028 7 9 2 8 212,4 Ø8-200
0,86852 54,7068 0,00164 0,001
Mtx 0,054 6 3 1 8 226,8 Ø8-200
0,96502 69,3068 0,001 246,595
Mty 0,06 8 4 0,00209 8 9 Ø8-200
Mti 0,20104 12,6636 0,00037 0,001
x 0,018 8 2 4 8 226,8 Ø8-200

44
5.3 Desain Kolom
5.4.1 Analisa Tulangan Kolom:

Data-data didapatkan sebagai berikut:

f’c = 20 MPa d’ = 10 cm

fy = 400 MPa Pu = 399,1 Kn

b = 400 mm Mu = 40,2 Kn.m

h = 400 mm
 Menghitung nilai e, d’/h, e/h
e = Mu/Pu d’/h = 10/40 cm e/h = 10/40 cm
= 40,2/399,1 = 0,25 = 0,25
= 0,100 m
= 10 cm
 Menghitung nilai ρ
Untuk sumbu vertikal
Pu 399,1 x 1000
= =0,1834
∅ Ag .0,85. f c 0,8 x 16000 x 0,85 x 20
'

Untuk sumbu horizontal


Pu e 399,1 x 1000 10
x = x =0,251
∅ Ag .0,85. f c h 0,8 x 16000 x 0,85 x 20 40
'

45

Diagram Interaksi
Nilai β untuk f’c 20 MPa = 0,8, sehingga:
ρ=r . β
= 0,012 . 0,8
= 0,0096

46
 Menghitung jumlah tulangan
As perlu = ρ. Agr
= 0,0096 x 160000 mm
= 1536 mm2
Diameter tulangan yang dipakai Ø6
As = ¼ .ᴨ d2 / As perlu
= 28260 / 1536 mm2
= 18,39
Sehingga tulangan yang dipakai adalah Ø6-20

5.4.2 Analisa Tulangan geser kolom

Vu = 0,93 ton

Vu
Syarat kekuatan geser >Vc maka diperlukan tulangan geser
∅g

Dimana: ɸg = 0,6

Vu 0,93
Maka, = =1,46 ton
∅ g 0,6

Vc= √ b d= √ 400.400 .10−4=11,92 ton


'
fc 20
6 w 6

1,46 ton < 11,92 ton (maka tidak perlu tulangan geser)

47
5.4 Desain Tangga

Data-data Tangga

Mutu Beton (f’c) = 20 MPa

Mutu Baja (fy) = 400 MPa

Tinggi lantai = 450 cm

Tinggi tangga 1 = 100 cm

Tinggi tangga 2 = 350 cm

Kemiringan tangga (α1) = 34o

Lebar bordes = 90 cm

Lebar tangga = 90 cm

Tebal selimut beton (p) = 2 cm

Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 (PPIUG ’83) diperoleh:

TinggiTangga 1000 mm
 Jumlah Optrade 1 = = =5buah
Optrade 200 mm
Jumlah Antrade 1 = Jumlah Optrade – 1 = 5 -1 = 4 buah
TinggiTangga 3500 mm
 Jumlah Optrade 2 = = =17 buah
Optrade 200 mm
Jumlah Antrade 2 = Jumlah Optrade – 1 = 17 -1 = 16 buah
 Berat 1 anak tangga (P):
1
P= . A . O. b . γ beton
2
= ½ . 0,205 . 0,294. 0,9 . 24
= 0,653 kN/m2

Jumlah anak tangga per meter = 100 cm/ 29 cm = 3,4 buah anak tangga
48

5.4.1 Pembebanan dan Penulangan Tangga

Panjang tangga sisi miring tangga (L):

L1 =√ ( a ) + ( b ) L2 =√ ( a ) + ( b )
2 2 2 2

L1=√ ( 1,5 ) + ( 1,0 ) L2=√ ( 4,1 ) + ( 3,5 )


2 2 2 2

L1=1,802 m L2=5,390 m

Dikarenakan L2/L1 > 2 (pelat 1 arah), maka tebal pelat minimum menurut SKSNI T-15-1991-03

1 fy 1 fy
h min1= . L .(0,4+ ) h min2= . L .(0,4+ )
27 700 27 700

1 400 1 400
h min1= . 1802.(0,4 + ) h min2= . 5390.(0,4 + )
27 700 27 700

h min1=64 ,86 mm h min2=193,95 mm


Beban yang dianalisa ke dalam SAP2000 adalah beban pada kasus 2, Maka diambil tebal pelat
tangga (ht) = 200 mm

49

a. Pembebanan Tangga
1. Beban Mati
Berat sendiri plat = 0,2 m x 24 kN/m3 = 4,8 kN/m2
Berat anak tangga = 3,4 x 0,65 kN/m3 = 2,2551 kN/m2
Berat finishing 3 cm= 0,03 x 21 = 0,63 kN/m2 +
WD = 7,6851 kN/m2

2. Beban Hidup
Berdasarkan Peraturan Pembebanan. Beban hidup (WL) untuk tangga pada bangunan ruko
adalah WL=3,00 kN/m2.

b. Perencanaan Penulangan Plat Tangga

Tebal Plat (h) = 200 mm

Diameter tulagan utama (Ø) = 10 mm

Selimut beton (P) = 20 mm

d’ = h – P – ½ . Ø = 200 – 20 – ½ . 10 = 175 mm = 0,175 m

Momen Lapangan = Mu/b.d2

= 40,2 kNm/ (0,9 x 0,1752)

= 1458,503 kN/m2

1,4 1,4
ρmin = = =0,0035
fy 400

Mu fy
ρanl = −Φ . ρ . fy [1−0,588. ρ. ' ]
bw d f c

Mu
=( Φ . ρ . fy )−¿
bw d
Mu 400000
=( 0,8. ρ.400000 ) −(0,8 . ρ . 400000. 0,588. ρ . )
bw d 20000

1458,5= (320000 ρ ) −(3763200 ρ2 )

50
3763200 ρ2−( 320000 ρ )=1458,5

(a) (b) (c)

Kemudian gunakan rumus ABC

−b ± √ b −4 ac
2
ρ1,2 =
2a

ρ1 ¿¿ ρ2 ¿¿

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu nilai ρ2 =0,00483

ρmax =0,75. ρbalance

¿ 0,75 [ 0,85 × f ' c


fy
. β 1.
600
600+ fy ]
¿ 0,75
[ 0,85 ×20
400
.0,8 .
600
600+ 400 ]
¿ 0,0153

Syarat : ρmin < ρanl < ρmax

Jadi, ρ yang dipakai adalah ρ anl

As total = ρ anl . b . d = 0,00483 x 900 x 175 = 761,11 mm2

Luas tulangan AsØ10 = ¼ ᴨ d2

= ¼ . 3,14 . (102)

=78,5 mm2

Jumlah tulangan = 761,11 mm2/78,5 mm2

= 10 Ø10 - 90
Tulangan bagi tangga diambil 20% dari As total

= 0,20 x 761,11 mm2 = 152,22 mm2

= 152,22 mm2 / 78,5 mm2

= 2Ø 10

51

5.4.2 Pembebanan dan Penulangan Bordes


Panjang plat arah y (ly) = 900 mm
Panjang plat arah x (lx) = 900 mm
Karena, plat merupakan plat dua arah, maka tebal plat minimum dan maksimum menurut
SKSNI T-15-1991-03
1 fy
h min1= . L .(0,4+ )
27 700

¿
1
27 (
.900 . 0,4 +
400
700 )
¿ 32,38 mm
Karena tebal minimum plat tidak boleh lebih kecil dari 120 mm, maka diambil tebal plat
untuk bordes (hb) = 120 mm
a. Pembebanan Bordes
1. Beban Mati
Berat sendiri plat bordes = 0,12 m x 24 kN/m3 = 2,88 kN/m2
Berat finishing 3 cm = 0,03 x 21 = 0,63 kN/m2 +
WD = 3,51 kN/m2

2. Beban Hidup
Berdasarkan Peraturan Pembebanan. Beban hidup (WL) untuk tangga pada bangunan ruko
adalah WL=3,00 kN/m2.

b. Perencanaan Penulangan Bordes


Tebal Plat (h) = 120 mm
Diameter tulagan utama (Ø) = 10 mm
Selimut beton (P) = 20 mm

d’ = h – P – ½ . Ø = 120 – 20 – ½ . 10 = 95 mm = 0,095 m

Momen Lapangan = Mu/b.d2

= 40,2 kNm/ (0,9 x 0,0952)

= 4949,22 kN/m2

52

1,4 1,4
ρmin = = =0,0035
fy 400

Mu fy
ρanl = −Φ . ρ . fy [1−0,588. ρ. ' ]
bw d f c

Mu
=( Φ . ρ . fy )−¿
bw d

Mu 400000
=( 0,8. ρ.400000 ) −(0,8 . ρ . 400000. 0,588. ρ . )
bw d 20000

2
4949,22=( 320000 ρ )−( 3763200 ρ )

2
3763200 ρ −( 320000 ρ )=1458,5

(a) (b) (c)

Kemudian gunakan rumus ABC

−b ± √ b −4 ac
2
ρ1,2 =
2a

ρ1 ¿¿ ρ2 ¿¿

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu nilai ρ2 =0,0203

ρmax =0,75. ρbalance

¿ 0,75 [ 0,85 × f ' c


fy
. β 1.
600
600+ fy ]
¿ 0,75 [ 0,85 ×20
400
.0,8 .
600
600+ 400 ]
¿ 0,0153

Syarat : ρmin < ρanl < ρmax

Jadi, ρ yang dipakai adalah ρ anl

As total = ρ anl . b . d = 0,0203 x 900 x 95 = 1737,69 mm2

Luas tulangan AsØ10 = ¼ ᴨ d2

= ¼ . 3,14 . (102)

53

=78,5 mm2

Jumlah tulangan = 1737,69 mm2/78,5 mm2

= 30 Ø10 - 90

Tulangan bagi tangga diambil 20% dari As total

= 0,20 x 1737,49 mm2 = 347,53 mm2

= 347,53 mm2 / 78,5 mm2

= 5Ø 10

5.5 Desain Pondasi

Diketahui data-data berikut:

Beban aksial (Pu) = 399,1 kN

Beban momen (Mu) = 10,6 kN.m

Tegangan izin tanah (qt) = 1,9 Kg/cm2

Kedalaman pondasi (Dt) = 1,9 m

Panjang kolom (p) = 40 cm


Lebar kolom (l) = 40 cm

Mutu beton (fc) = 20 MPa

Mutu baja (fy) = 400 MPa

 Desain tebal pelat pondasi (h)


Ac = h x (keliling tampang kritis)
= h (4 (2h +b)
= 8h2 + 1600 h
Pu
<Vc
Ac
399100 1
≤ √ fc '
8 h +1600 h 6
2

54
0,745 (8h2 + 1600h) ≥ 399100
2
8 h +1600 h−399100≥ 0
(a) (b) (c)

Kemudian gunakan rumus ABC

−b ± √ b2−4 ac
ρ1,2 =
2a

−(1600)± √ (1600) −4 (8)(399100)


2
ρ1,2 =
2(8)

ρ1 ¿¿ ρ2 ¿¿

Maka diambil tebal pondasi (h) = 140 m

 Desain lebar pondasi (b)


M Pu
+ ≤ qt
W A
10600 399100
+ ≤ 1,9
1 3 B
2
B
6
0,0316 B3−( 66516,67 ) B ≤10600
2
B(0,0316 B −( 66516,67 ))≤10600
B1=10600
2
0,0316 B ≥ 66516,67

B≥
√ 66516,67
0,0316
B ≥1449,31 mm
Maka diambil lebar pondasi (b) = 1500 mm

55
Dalam hal ini pondasi yang digunakan adalah pondasi telapak, dengan masing-masing sisi =
1500 mm

 Menghitung tegangan tanah yang terjadi


Mu 10,6
e= = =0,02 m=26,55 mm
Pu 399,1

q net =
Pu
LxL (
× 1+
L
= )
6. e 399,1
1500 2
× 1± (
6.26,55
1500 )
=0,196 ± 0,158

 Tegangan akibat Mu
1500
10,6 ×106 ×
Mu . y 2
¿ = =0,0188 MPa
I 1
×15004
12
Maksimum qnet = 0,196 Mpa
56
 Desain tulangan lentur pondasi
Hitung momen rencana:
DE EH
Dari gambar diatas, =
DF FG
DF =DI−FI
= 0,215 – 0,177 = 0,037 MPa
FG bw
EH = −
2 2
= (1,5/2) – (0,16/2) = 0,67 m = 670 mm
FG = 1,5 m
DF × EH
DE=
FG
0,037 ×0,67
= =0,016 MPa
1,5
57
EI =DI− DE
= 0,215 – 0,016 = 0,198 MPa

 Momen pada potongan A-A1


M A− A =( F 1 × EH × X 1 ×1 m ) +(F 2 × EH × X 2 × 1 m)

¿ ( 0,198 ×0,67 × 0,335× 1000 ) + ( 0,016 ×0,67 × 0,4467 ×1000 )

¿ 49531204,8 Nmm
 Hitung Rasio Tulangan (ρ)
Tinggi efektif:
d’ = h – P – ½ Ø tul.utama = 240 – 75 – (1/2 * 16) = 157 mm
Mu 49531204,8 2
Rn= 2
= 2
=2,511 N / mm
ϕ .b .d 0,8 ×1000 ×157
Maka,
Mu 2 f y2
=ρ . fy−0,5. ρ .
ϕ .b . d 2 0,85. f c'
2
2 400
2,511= ρ.400−0,5. ρ .
0,85.20
2,511=400 ρ−4705,88 ρ2
2
4705,88 ρ −400 ρ+2,511=0
(a) (b) (c)

Kemudian gunakan rumus ABC

−b ± √ b −4 ac
2
ρ1,2 =
2a

−(−400)± √(−400) −4(4705,88)(2,511)


2
ρ1,2 =
2(4705,88)

ρ1 ¿¿ ρ2 ¿¿

Kemudian diambil nilai terkecil ρ2 ¿¿


58

1,4 1,4
ρmin = = =0,0035
fy 20

ρmax =0,75. ρbalance

¿ 0,75 [ 0,85 × f ' c


fy
. β 1.
600
600+ fy ]
¿ 0,75 [ 0,85 ×20
400
.0,85 .
600
600+ 400 ]
¿ 0,0162

Karena, ρ anl > ρ min, maka kita gunakan ρ anl = 0,0068

 Hitung luas tulangan perlu


As Perlu = ρ anl ×bw × d=0,0068 ×1100 ×157=1179,20 mm2
As Ø 16 = ¼ ᴨ Ø2 = ¼ . 3,14. (162) = 200,96 mm2
Maka didapatkan tulangan 6 Ø 16
59

BAB VI
KESIMPULAN

Merencanakan Bangunan Toko yang terdiri dari 2 lantai. Laporan ini menyajikan hasil
perhitungan struktur atas yaitu meliputi perhitungan elemen pelat, balok, kolom, pondasi dan
tangga. Untuk perhitungan perencanaan struktur atas dilakukan menggunakan analisa struktur 3
dimensi dengan bantuan program SAP2000.

Secara garis besar data yang dibutuhkan dalam perancangan dan perhitungan struktur
utama gedung ini adalah:

d. Deskripsi umum bangunan Deskripsi umum bangunan meliputi fungsi bangunan dan
lokasi yang akan didirikan. Fungsi bangunan berkaitan dengan perencanaan
pembebanan sehingga bisa direncanakan struktur bangunan bawah yang dipakai.
e. Denah dan Sistem Struktur Bangunan Yang di maksud sistem bangunan struktur
meliputi rencana struktur yang akan direncanakan, seperti pondasi, balok, kolom,
tangga, dan lain-lain sebagainya yang berfungsi sebagai perhitungan perencanaan lebih
lanjut.
f. Metode Analisis Pada bagian sub bab ini diuraikan secara garis besar langkah-langkah
(metode yang digunakan) dalam perencanaan bangunan dan perancangan strukturnya.
Langkah-langkah yang di maksud meliputi komponen bangunan struktur atas bagian
bangunan hingga dasar tanah atau bawah bangunan.

Perencanaan struktur beton pada Langkah terakhir adalah menggambarkan desain


penulangan ketiga komponen struktur dengan menggunakan software AutoCAD.
60

LAMPIRAN

Gambar yang terlampir berikut ini, meliputi :


1. Hasil Analisis Struktur yang dibuat menggunakan SAP 2000
2. Layout balok, plat, kolom, tangga dan pondasi
3. Denah dan detail tulangan tangga
4. Gambar detail tulangan pondasi
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74

Anda mungkin juga menyukai