Oleh :
Nama : Aldo Septian Yundarto
NIM : 1741320030
Kelas/Absen : 2MRK4
Waktu Pelaksanaan : 10 – 21 September 2018
Malang, 27 September
Mengetahui,
2018
Pembimbing Mahasiswa
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Laporan Praktek Bangunan Jalan dapat terselesaikan
sesuai rencana.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Beton adalah campuran dari agregat (kasar dan halus), semen, air, dan
bahanadmixture (jika diperlukan) sesuai mutu yang diinginkan. Setelah
mengeras, beton mempunyai sifat menahan gayatekan sampai batas yang
ditentukan dan tidak mampu menahan gaya tarik. Sehinggadiperlukan
tulangan di dalam beton agar beton mampu menahan gaya tekan
sekaligusgaya tarik.
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil,
dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil struktur beton
digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat ataupun pelat
cangkang. Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bangunan air
seperti bendung, bendungan, saluran, dan drainase perkotaan. Beton juga
digunakan dalam teknik sipiltransportasi untuk pekerjaan rigid pavement
(lapis keras permukaan kaku), saluransamping, gorong-gorong, dan lainnya.
Dalam pembuatan beton bertulang ini kita harus mempunyai
perencanaan agar hasilnya nanti sesuai dengan apa yang kita harapkan dan
terlebih dahulu mengetahuisifat-sifat dari beton tersebut sebelum kita
membuatnya dengan cara menguji betontersebut di laboratorium maupun
dilapangan, agar dalam pemakaiannya mempunyaidaya tahan yang kuat dan
bias bertahan lama sesuai dengan fungsinya.
Pada praktek beton kali ini para mahasiswa diajarkan bagaimana
merencanakan,membuat, dan mengaplikasikan beton maupun tulangannya
dalam kerja lapangansehingga diharapkan para mahasiswa akan menjadi
tenaga profesional dalam bidangsipil untuk pengerjaan–pengerjaan
bangunan dalam jenis apa pun
.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.3 Bagaimana cara pembesian pada balok, kolom, pondasi dan pada
plat atap ?
1.3 Tujuan
1.3.3 Untuk mengetahui cara pembesian pada balok, kolom, pondasi dan
pada plat atap.
DASAR TEORI
2.1 Beton
2.1.1 Pengertian Beton Bertulang
Pada dasarnya beton bertulang merupakan gabungan dari dua jenis bahan/
material yaitu beton polos dan tulangan baja. Beton polos merupakan bahan yang
memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi memiliki kekuatan tarik yang
besar sehingga tulangan baja akan memberi kekuatan tarik yang diperlukan.
Dengan adanya kelebihan masing – masing elemen tersebut, maka konfigurasi
antara beton dan tulangan baja diharapkan dapat saling bekerjasama dalam
menahan gaya – gaya yang bekerja dalam struktur tersebut, dimana gaya tekan
ditahan oleh beton, daan Tarik ditahan oleh tulangan baja.
Baja dan beton dapat bekerjasama atas dasar beberapa hal :
1. Lekatan (beton) yang memiliki interaksi antara tulangan baja
dengan beton di sekelilingnya, yang akanmencegah slip dari baja
relative terhadap beton.
2. Campuran beton yang memadai yang memberikan sifat anti resap
yang cukup dari beton untuk mencegah karat baja.
3. Angka kecepatan muai yang relatif serupa menimbulkan tegangan
antara baja dan beton yang dapat diabaikan di bawah perubahan
suhu udara.
2.1.2 Material Pembentuk Beton Bertulang
Unsur utama pembentuk beton adalah semen, air, dan agregat. Agregat
disini terdiri dari agregat halus yang umumnya menggunakan pasir dan agregat
kasar yang umumnya menggunakan batu kerikil. Selain itu kdang – kadang juga
ditambahkan material campuran (admixture). Semen dan air membentuk pasta
pengikat yang akan mengisi rongga dan mengeras di antara butir – butir pasir
daan agregat, sedangkan agregat akan menentukan kekuaatan dan kualitas beton.
2.1.2.1 Semen
Semen merupakan suatu jenis bahan yang memiliki sifat yang
adesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen –
fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Dalam hal ini
bahan semen akan menjadi keras karena adanya factor air, yang
kemudian dinamakan semen hidraulis (Hydraulic Cement).
Semen hidrolik yang biasa digunakan pada beton adalah
semen Portland (Portland Cement) yang umumnya membutuhkan
sekitar 14 hari untuk mencapai kekuatan yang cukup dan
membutuhkan waktu 28 hari untuk mencapai kekuatan rencana.
2.1.2.2 Agregat
Pada material beton, agregat memenuhi sekitar 75 % dari isi
total beton, sehingga perilaku beton sangat dipengaruhi oleh sifat –
sifat agregat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya agregat
biasanya terdiri dari 2 macam yaitu agregat halus yang umumnya
berupa pasir dan agregat kasar yang pada umumnya berupa kerikil.
Agregat halus adalah bahan yang lolos dari saringan no. 4 (lebih
kecil dari 3/16 inci, berdasarkan ASTM). Dan agregat kasar adalah
bahan – bahan yang berukuran lebih besar.
2.1.2.3 Air
c. Berdasarkan kelas
Kelas mutu beton dibedakan menjadi 5 (lima) yaitu :
1) Beton dengan kuat tekan yang disyaratkan, (fc’) = 17 Mpa
2) Beton dengan kuat tekan yang disyaratkan, (fc’) = 20 Mpa
3) Beton dengan kuat tekan yang disyaratkan, (fc’) = 25 Mpa
4) Beton dengan kuat tekan yang disyaratkan, (fc’) = 30 Mpa
5) Beton dengan kuat tekan yang disyaratkan, (fc’) = 35 Mpa
d. Gradasi Ukuran
Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat.
Gradasi agregat berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran
dan menentukan workabilitas (kemudahan dalam pekerjaan) serta
stabilitas campuran.
Keterangan gambar :
(mm)
d = tinggi efektif penampang balok (mm)
ds1 = Jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan
ds2 = jarak antara titik berat tulangan tarik baris kedua dengan
ds’ = jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton
tekan (mm)
d. Pekerjaan Kolom
Proses pekerjaan kolom adalah sebagai berikut :
1). Pekerjaan lantai kerja dan beton decking.
Lantai kerja dibuat setelah dihamparkan pasir dengan
ketebalan yang cukup sesuai gambar dan spesifikasi.
Digunakan beton decking untuk menjaga posisi tulangan dan
memberikan selimut beton yang cukup.
2). Pekerjaan pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah
lantai kerja siap maka besi tulangan yang telah terfabrikasi
siap dipasang dan dirangkai di lokasi. Pembesian pile cap
dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan
pembesian sloof. Panjang penjangkaran dipasang 30 x
diameter tulangan utama.
3). Pekerjaan bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan
kayu usuk 4/6 dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah
roboh. Jika perlu maka dipasang tie rod untuk menjaga
kestabilan posisi bekisting saat pengecoran.
4). Pekerjaan kontrol kualitas.
Sebelum dilakukan pengecoran, perlu dilakukan kontrol
kualitas yang terdiri atas dua tahap yaitu :
a. Sebelum pengecoran dilakukan kontrol kualitas terhadap :
1 Posisi dan kondisi bekisting.
2 Posisi dan penempatan pembesian.
3 Jarak antar tulangan.
4 Panjang penjangkaran.
5 Ketebalan beton decking.
6 Ukuran baja tulangan yang digunakan.
7 Posisi penempatan water stop
b. Pada saat pengecoran.
Pada saat berlangsungnya pengecoran, campuran
dari concrete mixer truck diambil sampelnya. Sampel
diambil menurut ketentuan yang tercantum dalam
spesifikasi.
Pekerjaan kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-
sama dengan konsultan pengawas untuk selanjutnya
dibuat berita acara pengesahan kontrol kualitas.
Kelebihan :
1). Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya
2). Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)
3). Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih
handal daripada pondasi batu belah.
Kekurangan :
1). Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu
(Persiapan lebih lama).
2). Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton
kering/ sesuai umur beton).
3). Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
4). Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
5). Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah
dilakukan galian tanah.
Plat lantai yang dimaksud adalah plat yang terbuat dari beton
bertulang, dapat difungsikan sebagi lantai atau atap, Plat Atap.
Untuk plat beton yang difungsikan sebagai atap, tebal minimum plat
adalah 7 cm dengan tulangan (besi beton) 1 lapis, jarak antara
tulangan beton adalah 2 x tebal plat atau 20 cm, diambil nilai yang
terkecil, contoh tebal plat 7 cm maka jarak tulangan 2 x 7 cm = 14
cm, maka yang dipakai berjarak 14 cm. Akan tetapi penerapan
dilapangan biasanya menggunakan tulangan pokok diameter 8mm
jarak 10 cm, sedangkan tulangan pembagi diameter 6 mm berjarak
10 cm, apabilah dak tersebut cantilever, maksimum 100 cm, bila
lebih dari itu sebaiknya struktur dihitung, atau menggunakan besi
beton untuk tulangan pokok berdiameter 10 mm dengan jarak 10 cm,
sdengkan tulangan pembagi dapat dipaki diameter 6mm berjarak 10
cm. Plat Lantai Untuk plat beton yang difungsikan sebagai lantai,
tebal minimum adalah 12 cm, dengan tulang (besi beton) 2 lapis,
yaitu menggunakan besi beton diameter 10 mm berjarak 10 cm pada
lokasi momen maksimum, dan diameter 10 mm berjarak 20 cm pada
lokasi momen minimum. Penyeragaman diameter besi beton agar
memudahkan pengerjaan dilapangan.
2.2.5 Pengecoran
a. Material penyusun Beton
1). Portland Cement (PC)
Portland cement adalah salah satu tipe semen hidraulis
dengan komposisi utamanyaadalah kalsium silikat hidraulis.
Hidraulis artinya tipe semen tersebut akan
membatudanmengeras bila bereaksi secara kimia dengan air.
Reaksi kimianya dinamakanreaksi hidrasi.Selama reaksi
hidrasi tersebut semen bercampur dengan airmembentuk
masa batuan. Bila saat PC dan air tersebut berbentuk pasta
(pastasemen) dicampurkan agregat (baik agregat kasar
maupun agregat halus) maka pastasemen tersebut akan
melingkupi agregat dan membentuk gaya adhesi suatu
agregat.
Saat pasta semen mengeras maka terbentuklah beton.
Kadar semenyang cukup sesuai rancangan akan
menghasilkan kuat tekan yang sesuai, dan kadar semen yang
kurang akan menghasilkan kuat tekan yang rendah.
Begitupun penggunaan mutu semen yang tepat pemakaiannya
sesuai dengan jenisnya (I, II, III, IV dan V) akan dapat
menghasilkan kualitas sesuai yang diinginkan.
2). Air
Fungsi air di dalam beton adalah :
a) Sebagai bahan penghidrasi semen: Semen bisa berfungsi
sebagai bahan pengikat.
b) Sebagai bahan pelumas
c) Mempermudah proses pencampuran agregat dan semen
d) Mempermudah pelaksanaan pengecoran beton
(workability)
Syarat air sebagai bahan pencampur beton :
a) Tidak mengandung unsur reaktif alkali
b) Tidak mengandung bahan minyak, asam, zat organis
c) Disarankan memakai air yang bisa diminum.
Bila cara mencampur dimasukkan 1 zak semen, maka untuk
perbandingan pasir dan kerikil menggunakan kotak takaran
dengan ukuran yang setara dengan isi zak semen.
Zak semen 50 kg = 47,5 liter
Ukuran takaran = 60 cm x 40 cm x 20 cm= 48 liter
3). Agregat
Agregat adalah material granural ( suatu bahan yang
keras dan kaku yang dipakai bersama-sama dengan suatu
media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidraulik atau adukan (mortar) misalnya pasir, kerikil , batu
pecah dan sebagainya.
a) Pemilihan Agregat :
Agregat yang akan digunakan sebagai bahan campuran
tergantung dari:
1). Tersedianya bahan setempat
2). Mutu bahan
3). Bentuk / jenis konstruksi yang dibuat
4). Harga bahan tersebut
b) Kriteria Pemilihan Agregat
Penilaian cocok atau tidaknya agregat yang digunakan
sebagai bahan untuk campuran beton ditinjau dari ukuran
dan gradasi. Persyaratan ukuran maksimum agregat
sebagai berikut :
1). 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan
2). 1/3 dari tebal plat
3). ¾ jarak bersih minimum antara batang tulangan,
berkas batang tulangan atau tendon pratekan
b. Pengecoran Beton
Proses pencampuran antara bahan – bahan dasar beton, yaitu
semen, air, pasir dan kerikil, dalam perbandingan yang baik
disebut proses pengadukan beton. Pengadukan ini dilakukan
sampai warna adukan tampak rata, kelecakan yang cukup (tidak
cair tidak padat), dan tampak campurannya juga homogen.
Pemisahan butir – butir seharusnya tidak boleh terjadi selama
proses pengadukan ini. Cara pengadukan dapat dilakukan dengan
mesin atau tangan.
1). Pengadukan dengan tangan
Semen dan pasir dicampur secara kering diatas tempat
yang rata, bersih, keras dan tidak menyerap air. Pencampuran
secara kering ini dilakukan sampai warnanya sama.
Campuran yang kering ini kemudian dicampur dengan kerikil
dan diaduk kembali sampai rata. Alat pencampur dapat
berupa cangkul, sekop atau cetok.Kemudian ditengah adukan
tersebut dibuat lubang dan ditambahkan air sebanyak 75%
dari jumlah air yang diperlukan, lalu adukan diulangi dan
ditambahkan sisa air sampai adukan tampak merata.
2). Pengadukan dengan mesin
Untuk pekerjaan – pekerjaan yang besar yang
menggunakan beton dalam jumlah banyak, pengadukan
dengan mesin dapat lebih murah dan memuaskan. Beton
yang dibuat dengan mesin lebih homogen dan dapat
dilakukan dengan faktor air semen yang lebih sedikit
daripada bila diaduk dengan tangan. Cara pengadukan
sebagai berikut:
a) Masukkan setengah air dari kebutuhan total air untuk
sekali mengaduk.
b) Masukkan kerikil, biarkan bercampur dengan air.
c) Masukkan semen seperlunya sesuai perbandingan
campuran.
d) Masukkan pasir, biarkan mencampur.
e) Masukkan air ½ bagian sisa dari perbandingan
keseluruhan.
1. Workabilitas
a. Kompakbilitas,kemudahanbetondipadatkan
b. Mobilitas, kemudahan beton mengalir dalam cetakan
c. Stabilitas, kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang
homogen, koheren dan stabil selama dikerjakan atau dipadatkan.
Tabel Hubungan tingkat workabilitas, nilai slump dan tingkat kepadatan adukan
Flow = D - 10 x 100/10
Untuk mortar beton normal nilainya antara 0 – 150%.
2. Bleeding
Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang disebabkan oleh
pelepasan air dari pasta semen. Sesaat setelah dicetak, air yang terkandung di
dalam beton segar cenderung untuk naik ke permukaan. Selanjutnya Power dalam
Neville (1981) berpendapat bahwa naiknya air ke permukaan dan bersamaan
dengan turunnya bahan ke dasar disebabkan oleh pengaruh gravitasi akibat berat
sendiri sebagai fenomena alamiah atau proses “specific sedimentation“.
Bleeding dihitung dengan cara menghitung banyaknya air yang keluar dari
sampel beton segar sesaat setelah dicetak. Prosedur pemeriksaan diatur dalam
ASTM C232-58 (1966). Banyaknya bleeding adalah volume air (ml) yang keluar
dari suatu luasan permukaan beton (A) atau secara matematis ditulis :
Bleeding = V/A...........................(ml/cm2)
3. Segregasi
a. Partikel yang lebih kasar cenderung memisahkan diri dari partikel yang
lebih halus.
b. Terpisahnya air semen dari adukan.
Segregasi sangat besar pengaruhnya terhadap sifat beton keras. Jika tingkat
segregasi beton sangat tinggi, maka ketidaksempurnaan konstruksi beton juga
tinggi. hal ini dapat berupa keropos, terdapat lapisan yang lemah dan berpori,
permukaan nampak bersisik dan tidak merata
Pada saat keras, beton diharapkan mampu memikul beban sehingga sifat yang
utama dimiliki oleh beton adalah kekuatannya.
1. Kekuatan
Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang
digunakan atau tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton :
Kekuatan beton yang utama adalah kuat tekannya. Nilai kuat tekan beton
meningkat sejalan dengan peningkatan umurnya dan pada umur 28 hari, beton
mencapai kekuatan maksimal. Nilai kuat tekan beton diukur dengan membuat
benda uji berbentuk silinder atau kubus. Pembacaan kuat tekan pada benda uji
kubus dan silinder relatif berbeda. Perbandingan kuat tekan silinder dan
kubusmenurut ISO Standard 3893 – 1977 disajikan pada tabel ....
Kuat tekan
silinder 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
(Mpa)
Kuat tekan
kubus 2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55
(Mpa)
Pada umumnya, beton mencapai kuat tekan 70% pada umur 7 hari, dan pada umur
14 hari, kekuatannya mencapai 85 – 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari.
Pengukuran kuat tekan beton didasarkan pada SK SNI M14-1989-F (SNI 03-
1974-1990). Pembebanan pada pengujian kuat tekan termasuk pembebanan statik
monotorik dengan menggunakan Compressive Test. Beban yang bekerja akan
terdistribusi secara kontinue melalui titik berat.
f'cr = P / A
P = beban
A = luas penampang
Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur masih
muda dan berkisar seperduapuluh pada umur sesudahnya. Nilai kuat tekan dan
tarik bahan beton tidak berbanding lurus. Suatu perkiraan kasar dapat dipakai
bahwa nilai kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari
kuat tekannya. Nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil pengujian berulangkali
mencapai kekuatan 0.50 – 0.60 kali √f’c, sehingga untuk beton normal digunakan
nilai 0,57 √f’c.
Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton bertulang sangat penting pada
penentuan kemungkinan pencegahan keretakan akibat susut dan perubahan panas.
Sedang untuk beton tidak bertulang, hasil pengujian ini dimanfaatkan dalam
perencanaan konstruksi jalan raya dan lapangan terbang serta untuk beton
prategang.
Cara yang digunakan untuk mengukur kuat tarik beton adalah dengan pengujian
kuat tarik belah sesuai SK SNI M-60-1990-03 (SNI 03-2492-1991). Spesimen
yang digunakan adalah silinder dan ditekan oleh dua plat paralel pada arah
diameternya.
f'ct = 2P/π LD
2. Penyusutan
Proses susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak
berhubungan dengan beban. Adapun proses susut pada beton yaitu:
3. Keawetan
4. Pengaruh Suhu
Harga koefisien pemuaian suhu pada beton berubah-ubah tergantung banyaknya
semen dalam campuran kadar air dan agregat. Untuk maksud praktis dapat
diambil sebesar 1,0 x 10-6 tiap oC (beton normal).
Secara lebih rinci kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut :
1. Umur beton
2. Fas (faktor air semen)
3. Kepadatan
4. Jumlah pasta semen
5. Jenis semen
6. Sifat agregat
1. Umur beton
Kuat tekan beton makin tinggi dengan bertambahnya umur beton. Laju kenaikan
kuat tekan mula-mula cepat, lama-lama makin lambat, laju kenaikan menjadi
relatif sangat kecil setelah berumur 28 hari, maka standar kuat tekan beton adalah
pada umur 28 hari.
Laju kenaikan dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Jenis semen
Fas
Suhu sekeliling
2. Fas (faktor air semen)
Fas merupakan perbandingan berat antara air dan semen portland di dalam
campuran beton.
Hubungan antara fas dengan kuat tekan beton secara umum menurut Duff Abrams
adalah sebagai berikut :
3. Kepadatan
Kuat tekan beton berkurang jika kepadatan berkurang. Beton yang kurang padat
berarti di dalam beton berisi rongga rongga sehingga kuat tekannya berkurang.
5. Jenis semen
Masing masing jenis semen mempunyai sifat tertentu sehingga akan
mempengaruhi terhadap kuat tekan beton.
6. Sifat agregat
Agregat terdiri dari agregat halus (pasir dan agregat kasar (kerikil atau batu pecah)
Sifat agregat yang mempengaruhi kekuatan beton antaranya:
Kekasaran permukaan
Bentuk agragat
Kuat tekan agregat
Modulus Elastisitas
Plat atap
Dinding basement
Tandon air
Kolam renang
Kedap air juga berfungsi supaya tulangan yang ada di dalam beton tidak berkarat
Pembuatan beton kedap air dengan cara :
Ausan
Abrasi
Erosi
1. 1.
3. 3.
Pemotong Besi
Spidol
4. 4.
Palu
Bor tangan
5. 5.
``
Paku Ragum
6.
Penggaris siku
1 5 6 60 cm 300 1 lonjor
cm
2 5 10 50 cm 250 1 lonjor
mm cm
1. 6.
Kayu
Kawat bendrat
3. 8.
Besi penyangga
Meteran
4. 9.
Tang
Pemotong Besi
10 300 4 1200
10 338 1 338
6 60 23 1380
1. 6.
3. 8.
Besi penyangga
Meteran
4. 9.
Tang
Pemotong Besi
3.3.2 Gambar Rencana
10 300 4 1200
6 60 23 1380
3.4 Pembesian Pondasi Telapak
3.4.1 Kebutuhan Bahan dan Alat
No Bahan dan Alat No Bahan dan Alat
1. 6.
2. 7.
3. 8.
Besi penyangga
Meteran
4. 9.
Tang
Pemotong Besi
Lebar 80 cm x 80 cm
3.4.3 Langkah Kerja
1) Memahami bentuk/gambar pembesian pondasi.
2) Menghitung kebutuhan bahan (besi diameter 10 mm dan 6 mm).
3) Menyiapkan peralatan yang diperlukan ( Meteran, gunting
tulangan, palu besi, siku-siku, bending sesuai ukuran tulangan,
besi dan balok penahan untuk membengkokan tulangan).
4) Lakukan proses pengerjaan (Pemotongan, pembengkokan dst),
sampai semua bentuk tulangan yang diperlukan terpenuhi sesuai
dengan ukuran.
5) Buat catatan, besarnya factor Koreksi untuk masing-masing
bentuk tulangan.
6) Siapkan besi penyangga untuk merangkai tulangan.
7) Gabungkan semua besi tulangan utama tanda jarak sengkang
disepanjang kolom, dengan kapur.
8) Atur letak kait sengkang, dengan posisi pada suatu sudut.
9) Lakukan pengikatan antara sengkang dengan besi/tulangan utama,
dengan kawat bendrat (posisi tulangan utama berada tepat pada
sudut sengkang).
10) Gabungkan rangkaian tulangan kolom dengan plat pondasi.
11) Cek ketepatan dan kerapian dari benda kerja, sebelum dievaluasi
oleh pengajar praktek.
3.4.4 Tabel Kebutuhan Besi/Tulanngan Pondasi
Panjang
Diameter Jumlah Panjang Ket
Gambar Kerja batang
(mm) Batang Total (lonjor)
(cm)
8 66 16 1056 1
10 147 4 338 1
6 60 4 240 1
1. 6.
3. 8.
Besi penyangga
Meteran
4. 9.
Tang
Pemotong Besi
3.5.2 Gambar Rencana
10 300 4 1200
10 338 1 338
3.6 Pembesian Spiral
3.6.1 Kebutuhan Bahan dan Alat
No Bahan dan Alat No Bahan dan Alat
1. 8.
2. 9.
Meteran Gergaji
4. 11.
5. 12.
6. 13.
Mesin belah
Alat Spiral
7. 14.
Palu
Tempat bending
1. 12.
2. 13.
Agregat halus
Agregat kasar
4. 15.
Kawat bendrat
Semen portland
5. 16.
Meteran Gergaji
6. 17.
7. 18.
Palu
Pemotong Besi Tulangan
8. 19.
Sendok spesi
Gerobak arco
9. 20.
Perata
Tempat bending
10. 21.
11.
Mesin molen
b. Pengecoran
1). Siapkan bahan bahan pengecoran (kerikil, pasir, semen, air).
2). Timbang sesuai perbandingan kebutuhan yang ditentukan untuk
masing masing bahan.
3). Nyalakan mesin molen.
4). Sebelum memasukan semua bahan, basahi molen dengan sedikit
air.
5). Masukan secara perlahan semua material beton yang hendak
diaduk dengan urutan kerikil, pasir, lalu semen.
6). Tambahi air hingga dirasa cukup, tunggu hingga material
tercampur secara merata.
7). Tuangkan pada bak spesi setelah material telah tercampur
merata.
8). Ratakan dengan perata adukan.
9). Setelah merata tunggu hingga agak mengerik, lalu haluskan
permukaanya dengan perata lagi.
10). Tunggu hingga beton kering
11). Laporkan praktek agar dievaluasi oleh pengajar praktek.
Tot
Diamet Panja Ket
Jumla al
Bentuk er ng (lonjo
h (cm
(mm) (cm) r)
)
165
14 8 118 1.38
2
182
11 10 166 1.52
6
Bahan
Jumlah Campuran Ag
Ag Halus Air Semen
Kasar
(ember) (ember) (ember)
(ember)
1 6 4 2.5 2
9 54 36 22.5 18
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pekerjaan beton bertulang merupakan pekerjaan konstruksi dimana
berfungsi untuk menahan bebanyang sangat besar. Oleh karena itu, beton yang
dihasilkan mempengaruhi kekuatanmenahan beban yang sudah disyaratkan.
Adapun kesimpulan yang dapat kami uraikansebagai berikut:
1. Perhitungan dalam perencanaan pembuatan beton memerlukan
ketelitian,kesabaran, dan kedisiplinan yang tinggi. Sehingga akan
dicapai efektifitas danefisiensi bahan, waktu, dan tenaga.
2. Perawatan beton yang baik akan sangat mempengaruhi sifat beton.
3. Keselamatan kerja, kebutuhan bahan, dan alat harus diperhatikan
dalam pelaksanaan praktek beton.
4. Pada waktu pengecoran beton harus dilakukan dengan hati-hati agar
hasilnyasesuai dengan apa yang kita harapkan.
5. Pada waktu pembuatan beugel harus dilakukan dengan baik dan benar
sesuaidengan ukuran yang ditentukan pada gambar kerja.
3.2 Saran
Perlunya pengecekan secara berkala dalam pengerjaan agar mengurangi
atau menghindari kesalahan. Dan juga harus banyak – banyak mengetahui
tentang apa itu beton sehingga dalam teori yang selanjutnya dipraktekkan di
lapangan dapat meminimalisisr kesalahan dengan memahami tentng beton di
teori yang dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
http://lauwtjunnji.weebly.com/pengukuran-slump.html
https://duniatekniksipil.web.id/category/desain-struktur/struktur-beton/
http://tosimasipil.blogspot.co.id/2013/07/teknologi-bahan-konstruksi.html
http://ilmu-konstruksi.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-beton-jenis-beton-
kelebihan.html
http://laporanpraktikumtekniksipil.blogspot.co.id/2013/11/laporan-praktikum-
beton_20.html
http://materialbahanbangunan.net/10-jenis-jenis-beton-yang-sering-digunakan-
dalam-konstruksi-bangunan/
http://ilmu-konstruksi.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-beton-jenis-beton-
kelebihan.html
https://id.scribd.com/doc/24490674/laporan-bengkel-beton
https://aguzher.wordpress.com/2008/01/18/evaluasi-kekuatan-beton/