Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN

PRAKTEK BETON BERTULANG


Disusun untuk memenuhi tugas studi praktek beton bertulang
yang dibimbing oleh Bpk. Bobby Asukmajaya R. ST.,MT

Oleh :
Nama : Aldo Septian Yundarto
NIM : 1741320030
Kelas/Absen : 2MRK4
Waktu Pelaksanaan : 10 – 21 September 2018

D-IV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Beton Bertulang ini diajukan sebagai tugas studi semester 3 di
Jurusan Teknik Sipil, Program Studi DIV-Managemen Rekayasa Konstruksi
Politeknik Negeri Malang. Persetujuan ini diberikan kepada :

Penyusun : Aldo Septian Yundarto


NIM : 1741320030
Kelas : 2 MRK4
Absen :2
Makalah ini disetujui :
Oleh :Bpk. Bobby Asukmajaya R. ST.,MT
Tanggal :27 September 2018

SelakuInstruktur praktek Beton Bertulang di Jurusan Teknik Sipil


PoliteknikNegeri Malang.

Jobsheet : 1. Membuat Beugel Tiap Individu


2. Membuat Kolom Secara Kelompok
3. Membuat Pondasi Telapak Secara Kelompok
4. Membuat Kolom Spiral
5. Membuat Balok Secara Kelompok
6. Membuat Plat Lantai Secara Kelompok
7. Cek alat

Malang, 27 September
Mengetahui,
2018

Pembimbing Mahasiswa

Bobby Asukmajaya RST.,MT Aldo Septian Yundarto


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Laporan Praktek Bangunan Jalan dapat terselesaikan
sesuai rencana.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:

1) Bapak Choirul selaku dosen pembimbing Praktek Beton


2) Bapak Asdi, ST., MT. selaku dosen pembimbing Praktek Beton.
3) Bapak Johanes Asdhi Poerwanto, ST., MMT selaku dosen pembimbing
4) Bapak Bobby Asukmajaya R selaku instruktur Praktek Beton.
5) Bapak Andik selaku instruktur Praktek Beton
6) Teman – teman yang telah membantu saya dalam Praktek Beton

Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing dan


instruktur yang telah memberikan bimbingan, serta dukungannya. Meskipun
penyusun berharap isi dari laporan praktikum ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan dan kesalahan, namun kesempurnaan itu sepertinya hal
yang mustahil. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas laporan praktikum ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih, semoga hasil laporan
praktikum ini bermanfaat.

Malang, 27 September 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton adalah campuran dari agregat (kasar dan halus), semen, air, dan
bahanadmixture (jika diperlukan) sesuai mutu yang diinginkan. Setelah
mengeras, beton mempunyai sifat menahan gayatekan sampai batas yang
ditentukan dan tidak mampu menahan gaya tarik. Sehinggadiperlukan
tulangan di dalam beton agar beton mampu menahan gaya tekan
sekaligusgaya tarik.
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil,
dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil struktur beton
digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat ataupun pelat
cangkang. Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bangunan air
seperti bendung, bendungan, saluran, dan drainase perkotaan. Beton juga
digunakan dalam teknik sipiltransportasi untuk pekerjaan rigid pavement
(lapis keras permukaan kaku), saluransamping, gorong-gorong, dan lainnya.
Dalam pembuatan beton bertulang ini kita harus mempunyai
perencanaan agar hasilnya nanti sesuai dengan apa yang kita harapkan dan
terlebih dahulu mengetahuisifat-sifat dari beton tersebut sebelum kita
membuatnya dengan cara menguji betontersebut di laboratorium maupun
dilapangan, agar dalam pemakaiannya mempunyaidaya tahan yang kuat dan
bias bertahan lama sesuai dengan fungsinya.
Pada praktek beton kali ini para mahasiswa diajarkan bagaimana
merencanakan,membuat, dan mengaplikasikan beton maupun tulangannya
dalam kerja lapangansehingga diharapkan para mahasiswa akan menjadi
tenaga profesional dalam bidangsipil untuk pengerjaan–pengerjaan
bangunan dalam jenis apa pun

.
1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penyusunan laporan ini


sebagai berikut :

1.2.1 Apa itu beton dan bagaimana pemanfaatnya?

1.2.2 Bagaimana metode pembentukan tulangan yang akan digunakan


dalam beton bertulang ?

1.2.3 Bagaimana cara pembesian pada balok, kolom, pondasi dan pada
plat atap ?

1.2.4 Bagaimana cara pembetonan dengan metode yang tepat ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui beton dan pemanfaatannya dalam dunia teknik


sipil.

1.3.2 Untuk mengetahui metode pembentukan tulangan yang akan


digunakan dalam beton bertulang.

1.3.3 Untuk mengetahui cara pembesian pada balok, kolom, pondasi dan
pada plat atap.

1.3.4 Untuk mengetahui cara pembetonan dengan metode yang tepat.


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Beton
2.1.1 Pengertian Beton Bertulang
Pada dasarnya beton bertulang merupakan gabungan dari dua jenis bahan/
material yaitu beton polos dan tulangan baja. Beton polos merupakan bahan yang
memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi memiliki kekuatan tarik yang
besar sehingga tulangan baja akan memberi kekuatan tarik yang diperlukan.
Dengan adanya kelebihan masing – masing elemen tersebut, maka konfigurasi
antara beton dan tulangan baja diharapkan dapat saling bekerjasama dalam
menahan gaya – gaya yang bekerja dalam struktur tersebut, dimana gaya tekan
ditahan oleh beton, daan Tarik ditahan oleh tulangan baja.
Baja dan beton dapat bekerjasama atas dasar beberapa hal :
1. Lekatan (beton) yang memiliki interaksi antara tulangan baja
dengan beton di sekelilingnya, yang akanmencegah slip dari baja
relative terhadap beton.
2. Campuran beton yang memadai yang memberikan sifat anti resap
yang cukup dari beton untuk mencegah karat baja.
3. Angka kecepatan muai yang relatif serupa menimbulkan tegangan
antara baja dan beton yang dapat diabaikan di bawah perubahan
suhu udara.
2.1.2 Material Pembentuk Beton Bertulang
Unsur utama pembentuk beton adalah semen, air, dan agregat. Agregat
disini terdiri dari agregat halus yang umumnya menggunakan pasir dan agregat
kasar yang umumnya menggunakan batu kerikil. Selain itu kdang – kadang juga
ditambahkan material campuran (admixture). Semen dan air membentuk pasta
pengikat yang akan mengisi rongga dan mengeras di antara butir – butir pasir
daan agregat, sedangkan agregat akan menentukan kekuaatan dan kualitas beton.
2.1.2.1 Semen
Semen merupakan suatu jenis bahan yang memiliki sifat yang
adesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen –
fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Dalam hal ini
bahan semen akan menjadi keras karena adanya factor air, yang
kemudian dinamakan semen hidraulis (Hydraulic Cement).
Semen hidrolik yang biasa digunakan pada beton adalah
semen Portland (Portland Cement) yang umumnya membutuhkan
sekitar 14 hari untuk mencapai kekuatan yang cukup dan
membutuhkan waktu 28 hari untuk mencapai kekuatan rencana.
2.1.2.2 Agregat
Pada material beton, agregat memenuhi sekitar 75 % dari isi
total beton, sehingga perilaku beton sangat dipengaruhi oleh sifat –
sifat agregat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya agregat
biasanya terdiri dari 2 macam yaitu agregat halus yang umumnya
berupa pasir dan agregat kasar yang pada umumnya berupa kerikil.
Agregat halus adalah bahan yang lolos dari saringan no. 4 (lebih
kecil dari 3/16 inci, berdasarkan ASTM). Dan agregat kasar adalah
bahan – bahan yang berukuran lebih besar.
2.1.2.3 Air

Air merupakan bahan utama dalam campuran beton karena


air yang mengakibatkan partikel – partikel semen saling mengikat
baik mengikat antar partikel maupun dengan tulaangan baja.

2.1.2.4 Bahan Campuran (Admixture)


Disamping bahan – bahan utama di atas, terdaapat bahan
campuran tambahan yang juga sering ditambahkan pada campuran
beton, baik sebelum atau ketika sedang mencampur. Campuran
admixture dapat dipakai untuk mengubah sifat beton agar berfungsi
lebih baik atau lebih ekonomis, di antara kegunaannya adalah :
1. Meninggikan daya tahan terhadap kemunduran mutu akibat
siklus dari pembekuan – pencairan.
2. Meninggikan kelayanan tanpa menambahkan kadar air.
3. Mempercepat perkembangan kekuatan pada usia dini.
4. Memperlambat perkembangan.
5. Meninggikan kekuatan.
2.1.2.5 Tulangan Baja
Tulangan baja secara umum terdiri atas 2 macam yaitu baja
tulangan polos dan baja tulangan berulir.
Pembahasan berikut akan menitikberatkan pada struktur
balok beton bertulang persegi sederhana, sebagaai bahan studi
literature penunjang penelitian yng kan dilakukan.

2.1.3 Klasifikasi Beton dan Sifat Beton


a. Berdasarkan kondisi beton
1) Beton segar, yaitu beton yang mudah di kerjakan (workability).
Mencakup kemudahan mengalirnya adukan dalam cetakan,
kemudahan mengisi sudut-sudut cetakan dan kemudahan untuk
dipadatkan.
2) Beton keras, yaitu keadaan beton dari mulai dipadatkan sampai
umur 12 hari. Beton yang telah mengeras, akan mampu menerima
hanya beban tekan saja. Sifat-sifat beton keras diantaranya adalah
kekuatan tekan, kekuatan tarik, ketahanan terhadap retak serta daya
serap/absorbs beton.
3) Beton hijau, yaitu beton yang baru dituangkan dari alat pencampur
(mixer)

b. Berdasarkan berat isi


1) Beton ringan, yaitu beton yang mempunyai berat isi 0,6 – 1,8
ton/m3. Beton ini umumnya digunakan pada konstruksi penyekat
kedap suara, atau bangunan yang menahan beban ringan.
2) Beton normal, yaitu beton yang mempunyai berat isi antara 1,8 –
2,8 ton/m3. Beton ini umumnya digunakan untuk konstruksi
bangunan tempat tinggal.
3) Beton berat, yaitu beton yang mempunyai berat isi > 2,8 ton/m3.
Beton ini umumnya digunakan untuk konstruksi yang bersifat
khusus, misalnya pelindung sinar gamma pada bangunan reaktor
nuklir.

c. Berdasarkan kelas
Kelas mutu beton dibedakan menjadi 5 (lima) yaitu :
1) Beton dengan kuat tekan yang disyaratkan, (fc’) = 17 Mpa
2) Beton dengan kuat tekan yang disyaratkan, (fc’) = 20 Mpa
3) Beton dengan kuat tekan yang disyaratkan, (fc’) = 25 Mpa
4) Beton dengan kuat tekan yang disyaratkan, (fc’) = 30 Mpa
5) Beton dengan kuat tekan yang disyaratkan, (fc’) = 35 Mpa

d. Berdasarkan teknik pembuatan


1) Beton Biasa/Normal, yaitu beton yang dibuat dalam keadaan
plastis, dimana cara pembuatanya didasarkan atas beton siap pakai
(ready mix concrete), dan beton dibuat/dicor langsung dilapangan
(insite concrete).
2) Beton Pracetak, yaitu beton yang dibuat dalam bentuk elemen-
elemen yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan yang
akan dibuat.
3) Beton Tahu (beton decking), yaitu beton yang terbuat dari
campuran mortar yang dibentuk sesuai dengan ukuran selimut
beton yang diinginkan. Dalam pembuatnnya, ditancapkan kawat
bendrat padabagian tengah yang dipakai sebagai pengikat pada
tulangan.
4) Beton Insitu, yaitu beton yang pembuatan atau pengecorannya
dilakukan di lapangan, biasanya membuat sendiri atau ready mix.
5) Beton Bertulang, yaitu beton yang terbuat dari campuran beton dan
tulangan baja yang berfungsi agar gaya tarik pada beton
meningkat.
2.1.4 Kelebihan dan kekurangan
a. Keuntungan beton bertulang :
1). Dapat digunakan pada berbagai macam konstruksi.
2). Dapat mengikuti bentuk bangunan secara bebas
3). Mampu menahan beban yang berat.
4). Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi serta
mempunyai sifat tahan terhadap perkaratan atau pembusukan oleh
kondisi lingkungan
5). Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
6). Biaya pemeliharaan relatif kecil.
7). Beton tahan terhadap aus dan tahan kebakaran.
8). Mampu menyerap atau mengisolir suara.

b. Kerugian beton bertulang :


1). Pelaksanaan/pengerjaanya membutuhkan keahlian dan pengawasan
yang ketat.
2). Mutu beton tergantung dari pelaksanaannya.
3). Tidak dapat dibongkar pasang atau dipindahkan.
4). Berat isi yang besar.
5). Berat konstruksi besar apabila dibandingkan dengan konstruksi
baja.
6). Lemah dalam menahan gaya tarik.

2.1.5Pengendalian Mutu Pelaksanaan Pekerjaan Beton


a. Uji Slump (Slump Test)
Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak)dari
campuran beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat
workability nya. Kekakuan dalam suatu campuran beton
menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji slump
menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau
cukup air.
Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat
diperhatikan karena menentukan tingkat workability nya atau tidak.
Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu beton
rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang
terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk
dicetak. Uji Slump mengacu pada SNI 1972-2008 dan ICS
91.100.30. Slump dapat dilakukan di laboratorium maupun di
lapangan (biasanya ketika ready mix sampai, diuji setiap
kedatangan). Hasil dari Uji Slump beton yaitu nilai slump. Nilai
yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan
mempunyai standar.
b. Uji Kuat Tekan
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda ujibeton hancur bila dibebani dengan gaya
tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui mutu pelaksanaan pekerjaan beton,
agar kekuatanya sesuai dengan yang disyaratkan.
c. Setting Time

Sifat set (pengikatan) pada adonan semen dengan air adalah


dimaksudkan sebagai gejala terjadinya kekakuan pada adonan
tersebut. dalam prakteknya sifat set ini ditunjukkan dengan waktu
pengikatan (setting time), yaitu waktu mulai dari adonan terjadi
sampai mulai terjadi kekakuan. Dikenal ada dua macam setting time,
yaitu : a) initial setting time (waktu pengikatan awal) ialah waktu
mulai adonan terjadi sampai mulai terjadi kekakuan tertentu dimana
adonan sudah mulai tidak workable lagi. b) final setting time (waktu
pengikatan akhir) ialah waktu mulai adonan terjadi sampai terjadi
kekakuan penuh.

d. Gradasi Ukuran
Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat.
Gradasi agregat berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran
dan menentukan workabilitas (kemudahan dalam pekerjaan) serta
stabilitas campuran.

Gradasi agregat ditentukan dengan cara analisa saringan, dimana


sampel agregat harus melalui satu set saringan. Ukuran saringan
menyatakan ukuran bukaan jaringan kawat dan nomor saringan
menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per inchi pesegi dari
saringan tersebut.

2.2 Pembesian Beton


2.2.1Pembesian Balok
a. Pemasangan tulangan longitudinal / memanjang
Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu
untuk menahan gaya tarik. Oleh karena itu pada struktur balok, pelat,
fondasi, ataupun struktur lainnya dari bahan beton bertulang, selalu
diupayakan agar tulangan longitudinal (memanjang) dipasang pada
serat-serat beton yang mengalami tegangan tarik. Keadaan ini terjadi
terutama pada daerah yang menahan momen lentur besar (umumnya
di daerah lapangan/tengah bentang, atau di atas tumpuan), sehingga
sering mengakibatkan terjadinya retakan beton akibat tegangan lentur
tersebut.
Tulangan longitudinal ini dipasang searah sumbu batang.Berikut
ini diberikan beberapa contoh pemasangan tulangan memanjang pada
balok maupun pelat.
b. Pemasangan tulangan geser
Retakan beton pada balok juga dapat terjadi di daerah ujung
balok yang dekat dengan tumpuan. Retakan ini disebabkan oleh
bekerjanya gaya geser atau gaya lintang balok yang cukup besar,
sehingga tidak mampu ditahan oleh material beton dari balok
yang bersangkutan. Retakan balok akibat gaya geser dan cara
mengatasi retakan geser ini akan dijelaskan lebih lanjut.
Agar balok dapat menahan gaya geser tersebut, maka
diperlukan tulangan geser yang dapat berupa tulangan
miring/tulangan-serong atau berupa sengkang/begel. Jika
sebagai penahan gaya geser hanya digunakan begel saja, maka
pada daerah yang gaya gesernya besar (misalnya pada ujung
balok yang dekat tumpuan) dipasang begel dengan jarak yang
kecil/rapat, sedangkan pada daerah dengan gaya geser kecil
(daerah lapangan/tengah bentang) dapat dipasang begel dengan
jarak yang lebih besar/renggang.

c. Jarak tulangan pada balok


Tulangan longitudinal maupun begel balok diatur
pemasangannya dengan jarak tertentu, seperti terlihat pada
gambar berikut :
d. Jumlah tulangan maksimum dalam 1 baris
Dimensi struktur biasanya diberi notasi b dan h, dengan b
adalah ukuran lebar dan h adalah ukuran tinggi total dari
penampang struktur.Sebagai contoh dimensi balok ditulis dengan
b/h atau 300/500, berarti penampang dari balok tersebut
berukuran lebar balok, b = 300 mm dan tinggi balok h = 500 mm.

Keterangan gambar :

As = luas turangan tarik (mm2)

As’ = luas tulangan tekan (mm2)

b = lebar penampang balok (mm)

c = jarak antara garis netral dan tepi serat beton tertekan

(mm)
d = tinggi efektif penampang balok (mm)

ds1 = Jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan

tepi serat beton tarik (mm)

ds2 = jarak antara titik berat tulangan tarik baris kedua dengan

tulangan tarik baris pertama (mm)

ds’ = jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton

tekan (mm)

h = tinggi penampang balok (mm)

2.2.2 Pembesian Kolom


a. Pengertian Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur
yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen
struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,
sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan
dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah
komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga
beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah
sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri.
Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-
barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat
penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan
dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom
didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya,
sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis
pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun
harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi.
Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu
pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah
bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah
ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom
dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan
sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada
bangunan.
b. Jenis-jenis Kolom
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis
kolom ada tiga:
1). Kolom ikat (tie column)
2). Kolom spiral (spiral column)
3). Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo,
1994) ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
1). Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini
merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang
tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu
diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini
berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar
tetap kokoh pada tempatnya.
2). Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama
dengan yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan
pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan
keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom.
Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan
kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum
runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran
seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan
tegangan terwujud.
3). Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur
tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar
baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang
tulangan pokok memanjang.
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua
jenis yaitu kolom utama dan kolom praktis.

1). Kolom Utama


Kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama
yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak
kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk
menopang lantai tidak begitu besar, dan apabila jarak antara
kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan
harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk
bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran
20/20, dengan tulangan pokok d 8-12mm, dan begel d 8-
10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm
8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak
10 cm).
2). Kolom Praktis
Kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga
sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom
maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata,
(sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan
beton 4 d 10 begel d 8-20. Letak kolom dalam konstruksi.
Kolom portal harus dibuat terus-menerus dari lantai bawah
sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak
boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan
menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya.
Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama
untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas
boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang
didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan
dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada
suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip
penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal
merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok
menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke
kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah
jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan
momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah
kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan
kolom, boleh ditambah tebalnya.
c. Dasar- dasar Perhitungan
Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuan terkait
perhitungan kolom:
1). Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial
terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap dan
momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada
satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau.
Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum
dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan.
2). Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari
adanya beban tak seimbang pada lantai atau atap terhadap
kolom luar atau dalam harus diperhitungkan. Demilkian pula
pengaruh dari beban eksentris karena sebab lainnya juga
harus diperhitungkan.
3). Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang
bekerja pada kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat
dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu
(monolit) dengan komponen struktur lainnya.
4). Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau
atap harus didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah
lantai tersebut berdasarkan kekakuan relative kolom dengan
juga memperhatikan kondisi kekekangan pada ujung kolom.

d. Pekerjaan Kolom
Proses pekerjaan kolom adalah sebagai berikut :
1). Pekerjaan lantai kerja dan beton decking.
Lantai kerja dibuat setelah dihamparkan pasir dengan
ketebalan yang cukup sesuai gambar dan spesifikasi.
Digunakan beton decking untuk menjaga posisi tulangan dan
memberikan selimut beton yang cukup.
2). Pekerjaan pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah
lantai kerja siap maka besi tulangan yang telah terfabrikasi
siap dipasang dan dirangkai di lokasi. Pembesian pile cap
dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan
pembesian sloof. Panjang penjangkaran dipasang 30 x
diameter tulangan utama.
3). Pekerjaan bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan
kayu usuk 4/6 dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah
roboh. Jika perlu maka dipasang tie rod untuk menjaga
kestabilan posisi bekisting saat pengecoran.
4). Pekerjaan kontrol kualitas.
Sebelum dilakukan pengecoran, perlu dilakukan kontrol
kualitas yang terdiri atas dua tahap yaitu :
a. Sebelum pengecoran dilakukan kontrol kualitas terhadap :
1 Posisi dan kondisi bekisting.
2 Posisi dan penempatan pembesian.
3 Jarak antar tulangan.
4 Panjang penjangkaran.
5 Ketebalan beton decking.
6 Ukuran baja tulangan yang digunakan.
7 Posisi penempatan water stop
b. Pada saat pengecoran.
Pada saat berlangsungnya pengecoran, campuran
dari concrete mixer truck diambil sampelnya. Sampel
diambil menurut ketentuan yang tercantum dalam
spesifikasi.
Pekerjaan kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-
sama dengan konsultan pengawas untuk selanjutnya
dibuat berita acara pengesahan kontrol kualitas.

2.2.3 Pekerjaan Pondasi Telapak


Jenis pondasi yang sering digunakan oleh sebagian orang
terutama gedung lantai dua adalah jenis fondasi telapak atau dikenal
juga dengan nama footplate. Jenis konstruksi ini lazimnya
menggunakan beton bertulang dengan ukuran dan detail penulangan
tertentu. Sesuai dengan analisa teknis fondasi tersebut harus mampu
berfungsi sesuai dengan peruntukanya. Sudah barang tentu dalam
merencanakanya bukanlah hal yang mudah.
Hal yang diperlukan dalam merencanakan dalam perencanaan
fondasi telapak adalah :
1). Kondisi tanah yang akan menahan beban bangunan lewat
fondasi, Syarat-syaratnya adalah tanah mampu menerima beban
yang diteima fondasi tanpa mengalami penurunan atau
penurunan dalam kadar yang sedikit dan merata. Data-data dari
kondisi tanah yang dibutuhkan diantaranya kohesi atau lekatan
tanah, berat jenis tanah
2). Kondisi fondasi. Dimana fondasi harus mampu untuk menerima
gaya-gaya yang bekerja padanya tanpa terjadi kerusakan pada
fondasi footplate itu sendiri. Analisa kemampuan fondasi tidak
didapatkan begitu saja akan tetap perlu analisa struktur fondasi
dengan mengolah beberapa data sekunder yang nantinya akan
didapatkan kapasitas fondasifootplate.

Pondasi telapak ini dapat dikombinasikan dengan pondasi batu


belah/kali. Pengaplikasiannya juga dapat langsung menggunakan
sloof beton dengan dimensi tertentu untuk kepentingan pemasangan
dinding. Pondasi ini juga dapat dipersiapkan untuk bangunan di
tanah sempit yang akan dikembangkan ke atas. Adapun kelebihan
dan kekuranganya antara lain :

 Kelebihan :
1). Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya
2). Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)
3). Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih
handal daripada pondasi batu belah.

 Kekurangan :
1). Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu
(Persiapan lebih lama).
2). Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton
kering/ sesuai umur beton).
3). Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
4). Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
5). Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah
dilakukan galian tanah.

2.2.4 Pekerjaan Plat Atap


a. Pengertian Plat Atap

Plat lantai yang dimaksud adalah plat yang terbuat dari beton
bertulang, dapat difungsikan sebagi lantai atau atap, Plat Atap.
Untuk plat beton yang difungsikan sebagai atap, tebal minimum plat
adalah 7 cm dengan tulangan (besi beton) 1 lapis, jarak antara
tulangan beton adalah 2 x tebal plat atau 20 cm, diambil nilai yang
terkecil, contoh tebal plat 7 cm maka jarak tulangan 2 x 7 cm = 14
cm, maka yang dipakai berjarak 14 cm. Akan tetapi penerapan
dilapangan biasanya menggunakan tulangan pokok diameter 8mm
jarak 10 cm, sedangkan tulangan pembagi diameter 6 mm berjarak
10 cm, apabilah dak tersebut cantilever, maksimum 100 cm, bila
lebih dari itu sebaiknya struktur dihitung, atau menggunakan besi
beton untuk tulangan pokok berdiameter 10 mm dengan jarak 10 cm,
sdengkan tulangan pembagi dapat dipaki diameter 6mm berjarak 10
cm. Plat Lantai Untuk plat beton yang difungsikan sebagai lantai,
tebal minimum adalah 12 cm, dengan tulang (besi beton) 2 lapis,
yaitu menggunakan besi beton diameter 10 mm berjarak 10 cm pada
lokasi momen maksimum, dan diameter 10 mm berjarak 20 cm pada
lokasi momen minimum. Penyeragaman diameter besi beton agar
memudahkan pengerjaan dilapangan.

2.2.5 Pengecoran
a. Material penyusun Beton
1). Portland Cement (PC)
Portland cement adalah salah satu tipe semen hidraulis
dengan komposisi utamanyaadalah kalsium silikat hidraulis.
Hidraulis artinya tipe semen tersebut akan
membatudanmengeras bila bereaksi secara kimia dengan air.
Reaksi kimianya dinamakanreaksi hidrasi.Selama reaksi
hidrasi tersebut semen bercampur dengan airmembentuk
masa batuan. Bila saat PC dan air tersebut berbentuk pasta
(pastasemen) dicampurkan agregat (baik agregat kasar
maupun agregat halus) maka pastasemen tersebut akan
melingkupi agregat dan membentuk gaya adhesi suatu
agregat.
Saat pasta semen mengeras maka terbentuklah beton.
Kadar semenyang cukup sesuai rancangan akan
menghasilkan kuat tekan yang sesuai, dan kadar semen yang
kurang akan menghasilkan kuat tekan yang rendah.
Begitupun penggunaan mutu semen yang tepat pemakaiannya
sesuai dengan jenisnya (I, II, III, IV dan V) akan dapat
menghasilkan kualitas sesuai yang diinginkan.
2). Air
Fungsi air di dalam beton adalah :
a) Sebagai bahan penghidrasi semen: Semen bisa berfungsi
sebagai bahan pengikat.
b) Sebagai bahan pelumas
c) Mempermudah proses pencampuran agregat dan semen
d) Mempermudah pelaksanaan pengecoran beton
(workability)
Syarat air sebagai bahan pencampur beton :
a) Tidak mengandung unsur reaktif alkali
b) Tidak mengandung bahan minyak, asam, zat organis
c) Disarankan memakai air yang bisa diminum.
Bila cara mencampur dimasukkan 1 zak semen, maka untuk
perbandingan pasir dan kerikil menggunakan kotak takaran
dengan ukuran yang setara dengan isi zak semen.
Zak semen 50 kg = 47,5 liter
Ukuran takaran = 60 cm x 40 cm x 20 cm= 48 liter

3). Agregat
Agregat adalah material granural ( suatu bahan yang
keras dan kaku yang dipakai bersama-sama dengan suatu
media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidraulik atau adukan (mortar) misalnya pasir, kerikil , batu
pecah dan sebagainya.
a) Pemilihan Agregat :
Agregat yang akan digunakan sebagai bahan campuran
tergantung dari:
1). Tersedianya bahan setempat
2). Mutu bahan
3). Bentuk / jenis konstruksi yang dibuat
4). Harga bahan tersebut
b) Kriteria Pemilihan Agregat
Penilaian cocok atau tidaknya agregat yang digunakan
sebagai bahan untuk campuran beton ditinjau dari ukuran
dan gradasi. Persyaratan ukuran maksimum agregat
sebagai berikut :
1). 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan
2). 1/3 dari tebal plat
3). ¾ jarak bersih minimum antara batang tulangan,
berkas batang tulangan atau tendon pratekan

b. Pengecoran Beton
Proses pencampuran antara bahan – bahan dasar beton, yaitu
semen, air, pasir dan kerikil, dalam perbandingan yang baik
disebut proses pengadukan beton. Pengadukan ini dilakukan
sampai warna adukan tampak rata, kelecakan yang cukup (tidak
cair tidak padat), dan tampak campurannya juga homogen.
Pemisahan butir – butir seharusnya tidak boleh terjadi selama
proses pengadukan ini. Cara pengadukan dapat dilakukan dengan
mesin atau tangan.
1). Pengadukan dengan tangan
Semen dan pasir dicampur secara kering diatas tempat
yang rata, bersih, keras dan tidak menyerap air. Pencampuran
secara kering ini dilakukan sampai warnanya sama.
Campuran yang kering ini kemudian dicampur dengan kerikil
dan diaduk kembali sampai rata. Alat pencampur dapat
berupa cangkul, sekop atau cetok.Kemudian ditengah adukan
tersebut dibuat lubang dan ditambahkan air sebanyak 75%
dari jumlah air yang diperlukan, lalu adukan diulangi dan
ditambahkan sisa air sampai adukan tampak merata.
2). Pengadukan dengan mesin
Untuk pekerjaan – pekerjaan yang besar yang
menggunakan beton dalam jumlah banyak, pengadukan
dengan mesin dapat lebih murah dan memuaskan. Beton
yang dibuat dengan mesin lebih homogen dan dapat
dilakukan dengan faktor air semen yang lebih sedikit
daripada bila diaduk dengan tangan. Cara pengadukan
sebagai berikut:
a) Masukkan setengah air dari kebutuhan total air untuk
sekali mengaduk.
b) Masukkan kerikil, biarkan bercampur dengan air.
c) Masukkan semen seperlunya sesuai perbandingan
campuran.
d) Masukkan pasir, biarkan mencampur.
e) Masukkan air ½ bagian sisa dari perbandingan
keseluruhan.

3). Pengangkutan Adukan Beton


Adukan beton yang dibuat dengan tangan maupun
dengan mesin harus diangkut ke tempat penuangan sebelum
semen mulai berhidrasi (bereaksi dengan air). Selama
pengangkutan harus selalu dijaga agar tidak ada bahan –
bahan yang tumpah/keluar atau yang memisahkan diri dari
campuran. Cara pengangkutan adukan beton itu tergantung
jumlah adukan yang dibuat dan keadaan tempat penuangan.
Pengangkutan adukan beton dapat dilakukan dengan
menempatkan didalam ember, gerobak dorong, truk aduk
beton, ban berjalan atau pompa.
Pengangkutan adukan beton dilakukan dengan ban
berjalan sangat baik bila pengangkutan berlangsung secara
terus – menerus dan ditujukan ke tempat yang jauh lebih
tinggi. Biasanya adukan beton diperlukan agak kental.
4) Penuangan Adukan Beton
Ditempat penuangan beton harus segera dipadatkan
sebelum semen dan air mulai bereaksi (pada umumnya semen
mulai bereaksi dengan air satu jam setelah semen dicampur
dengan air). Hal – hal berikut harus diperhatikan selama
penuangan dan pemadatan berlangsung :
a) Adukan beton harus dituang secara terus – menerus (tidak
terputus) agar diperoleh beton yang seragam dan tidak
terjadi garis batas.
b) Permukaan cetakan yang berhadapan dengan adukan
beton harus diolesi minyak agar beton yang terjadi tidak
melekat dengan cetakannya.
c) Selama penuangan dan pemadatan harus dijaga agar
posisi cetakan maupun tulangan tidak berubah.
d) Adukan beton jangan dijatuhkan dengan tinggi jatuh lebih
dari satu meter agar tidak terjadi pemisahan bahan
pencampurnya.
e) Pengecoran tidak boleh dilakukan pada waktu turun
hujan.
f) Sebaiknya tebal lapisan beton untuk setiap kali
penuangan tidak lebih dari 45 cm pada beton massa, dan
30 cm pada beton bertulang.
g) Harus dijaga agar beton yang masih segar tidak diinjak.
h) Tinggi maximum penuangan 50 cm
5) Pemadatan Adukan Beton
Pada prinsipnya pemadatan adukan beton disini ialah
usaha agar sedikit mungkin pori/rongga yang terjadi didalam
betonnya. Pemadatan adukan beton dapat dilakukan secara
manual atau dengan mesin. Pemadatan secara manual
dilakukan dengan alat berupa tongkat baja atau tongkat kayu.
Adukan beton yang baru saja dituang harus segera dipadatkan
dengan cara ditusuk-tusuk dengan tongkat baja/kayu.
Sebaiknya tebal beton yang ditusuk tidak lebih dari 15 cm.
Penusukan dengan tongkat itu dilakukan beberapa waktu
sampai tampak suatu lapisan mortar diatas permukaan beton
yang dipadatkan itu. Pemadatan yang kurang mengakibatkan
kurang baiknya mutu beton karena berongga.
Pemadatan dengan bantuan mesin dilakukan dengan
alat getar (vibrator). Alat getar itu mengakibatkan getaran
pada beton segar yang baru saja dituang, sehingga mengalir
dan menjadi padat. Penggetaran yang terlalu lama harus
dicegah untuk menghindari mengumpulnya kerikil dibagian
bawah dan hanya mortar yang ada di bagian atas.
6) Pekerjaan Finishing/Perataan
Pekerjaan perataan disini yang dimaksud ialah
pekerjaan sesudah adukan beton selesai dipadatkan, yaitu
berupa perataan permukaan dari beton segar yang telah
dipadatkan. Alat yang dipakai ialah cetok, ruskam dan papan
perata. Atau menggunakan mesin perata (Power Trowel)

b. Perawatan Beton Dilapangan


Perawatan beton ialah suatu pekerjaan menjaga agar
permukaan beton segar selalu lembab, sejak adukan beton
dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Kelembaban
permukaan beton itu harus dijaga untuk menjamin proses hidrasi
semen (reaksi semen dan pasir) berlangsung dengan sempurna.
Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi beton yang kurang kuat,
dan juga timbul retak – retak. Selain itu, kelembaban permukaan
tadi juga menambah beton lebih tahan cuaca, dan lebih kedap air.
Beberapa cara perawatan beton yang biasa dilakukan baik untuk
benda uji yang diambil dilapangan maupun beton setelah
pengecoran sebagai berikut :
1). Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
2). Menggenangi permukaan beton dengan air.
3). Menyirami permukaan beton setiap saat secara terus –
menerus.
2.3 Sifat – Sifat Beton

1. Workabilitas

Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan campuran untuk


diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan tanpa menimbulkan pemisahan
bahan susunan pembentuk beton. Taiji saji (1984) menguraikan bahwa sifat
workabilitas beton segar ditandai dengan enam karakter yaitu : konsistensi,
plasticity (plastisitas), placeability (kemudahan dituang), flowability
(keenceran), finishability (kemudahan dirapikan), dan pumpability
(kemudahan dipompa). Sedang Newman dalam Murdock (1999) menuliskan
bahwa sekurang-kurangnya tiga sifat yang terpisah dalam mendefinisikan sfat
ini, yaitu:

a. Kompakbilitas,kemudahanbetondipadatkan
b. Mobilitas, kemudahan beton mengalir dalam cetakan
c. Stabilitas, kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang
homogen, koheren dan stabil selama dikerjakan atau dipadatkan.

Tingkat kompakbilitas campuran tergantung pada nilai faktor air


semennya. Semakin kecil nilai faktor air semen, adukan beton semakin kental
dan kaku sehingga makin sulit untuk dipadatkan. Sebaliknya semakin besar
nilai faktor air semen adukan beton semakin encer dan semakin sulit untuk
mengikat agregat sehingga kekuatan beton yang dihasilkan semakin rendah.

Pengamatan workabilitas beton di lapangan pada umumnya dilakukan


dengan slump test. Pengetesan ini merupakan petunjuk dari sifat mobilitas
dan stabilitas beton. Neville (1981) menuliskan bahwa slump test bermanfaat
untuk mengamati variasi keseragaman campuran. Pada beton biasa, pengujian
slump dilakukan untuk mencatat konsistensi dalam satuan mm penurunan
benda uji beton segar selama pengujian. Selain itu workabilitas dapat juga
diamati dengan mengukur faktor kepadatan, yaitu rasio antara berat aktual
beton dalam silinder dengan berat beton dalam kondisi padat pada silinder
yang sama. Faktor kepadatan memberikan indikasi bahwa tingkat
kemampuan beton tersebut dipadatkan.

Murdock (1986) membuat suatu hubungan antara tingkat workabilitas,


nilai slump dan faktor kepadatan adukan sebagai berikut :

Tabel Hubungan tingkat workabilitas, nilai slump dan tingkat kepadatan adukan

Tingkat Workabilitas Nilai Slump Faktor Kepadatan


Sangat rendah 0 – 25 0.8 – 0.87
Rendah sampai sedang 25 – 50 0.87 – 0.93
Sedang sampai tinggi 50 – 100 0.93 – 0.95
Tinggi 100 – 175 > 0.95

Pengukuran workabilitas pada mortar beton dilakukan dengan pemeriksaan


meja getar (flow tabel) sesuai dengan ASTM C124-39. Hasil test ini menunjukkan
konsistensi mortar dengan mengukur tingkat penyebaran campuran ketika
menerima sentakan pada flow table selama 15 kali dalam 15 detik. Nilai fluiditas
didefinisikan sebagai peningkatan diameter penyebaran mortar segar (D dalam
cm) dikurangi diameter sebelumnya (10 cm), secara matematis rumus fluiditas
adalah sebagai berikut :

Flow = D - 10 x 100/10
Untuk mortar beton normal nilainya antara 0 – 150%.
2. Bleeding
Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang disebabkan oleh
pelepasan air dari pasta semen. Sesaat setelah dicetak, air yang terkandung di
dalam beton segar cenderung untuk naik ke permukaan. Selanjutnya Power dalam
Neville (1981) berpendapat bahwa naiknya air ke permukaan dan bersamaan
dengan turunnya bahan ke dasar disebabkan oleh pengaruh gravitasi akibat berat
sendiri sebagai fenomena alamiah atau proses “specific sedimentation“.

Adapun penyebab bleeding menurut Neville (1981:224) adalah


ketidakmampuan bahan padat campuran untuk menangkap air pencampur. Ketika
bleeding sedang berlangsung, air campuran terjebak di dalam kantong-kantong
yang terbentuk antara agregat dan pasta semen (matriks). Sesudah bleeding selesai
dan beton mengeras, kantong-kantong menjadi kering ketika berlangsung
perawatan dalam keadaan kering. Akibatnya apabila ada tekanan, kantong-
kantong tersebut menjadi penyebab mudahnya retak pada beton, karena kantong-
kantong hanya berisi udara dan bahan lembut semacam debu halus.

Bleeding dihitung dengan cara menghitung banyaknya air yang keluar dari
sampel beton segar sesaat setelah dicetak. Prosedur pemeriksaan diatur dalam
ASTM C232-58 (1966). Banyaknya bleeding adalah volume air (ml) yang keluar
dari suatu luasan permukaan beton (A) atau secara matematis ditulis :

Bleeding = V/A...........................(ml/cm2)

3. Segregasi

Segregasi adalah kecenderungan pemisahan bahan-bahan pembentuk beton.


Neville (1981:223) meuliskan bahwa terdapat dua bentuk segregasi beton segar
yaitu :

a. Partikel yang lebih kasar cenderung memisahkan diri dari partikel yang
lebih halus.
b. Terpisahnya air semen dari adukan.

Segregasi sangat besar pengaruhnya terhadap sifat beton keras. Jika tingkat
segregasi beton sangat tinggi, maka ketidaksempurnaan konstruksi beton juga
tinggi. hal ini dapat berupa keropos, terdapat lapisan yang lemah dan berpori,
permukaan nampak bersisik dan tidak merata

Murdock (1986) menuliskan bahwa segregasi disebabkan oleh :

 Penggunaan air pencampur yang terlalu banyak


 Gradasi agregat yang jelek
 Kurangnya jumlah semen
 Cara pengelolaan yang tidak memenuhi syarat.

Pada saat keras, beton diharapkan mampu memikul beban sehingga sifat yang
utama dimiliki oleh beton adalah kekuatannya.
1. Kekuatan

Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang
digunakan atau tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton :

 Perbandingan berat air dan semen


 Type dan gradasi agregat
 Kualitas semen
 Perawatan (curing)

Kekuatan beton yang utama adalah kuat tekannya. Nilai kuat tekan beton
meningkat sejalan dengan peningkatan umurnya dan pada umur 28 hari, beton
mencapai kekuatan maksimal. Nilai kuat tekan beton diukur dengan membuat
benda uji berbentuk silinder atau kubus. Pembacaan kuat tekan pada benda uji
kubus dan silinder relatif berbeda. Perbandingan kuat tekan silinder dan
kubusmenurut ISO Standard 3893 – 1977 disajikan pada tabel ....

Tabel Perbandingan Kuat Tekan antara Silinder dan Kubus

Kuat tekan
silinder 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
(Mpa)

Kuat tekan
kubus 2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55

(Mpa)

Pada umumnya, beton mencapai kuat tekan 70% pada umur 7 hari, dan pada umur
14 hari, kekuatannya mencapai 85 – 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari.

Pengukuran kuat tekan beton didasarkan pada SK SNI M14-1989-F (SNI 03-
1974-1990). Pembebanan pada pengujian kuat tekan termasuk pembebanan statik
monotorik dengan menggunakan Compressive Test. Beban yang bekerja akan
terdistribusi secara kontinue melalui titik berat.

f'cr = P / A

Dimana :f'cr = kuat tekan beton rata-rata

P = beban

A = luas penampang

Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur masih
muda dan berkisar seperduapuluh pada umur sesudahnya. Nilai kuat tekan dan
tarik bahan beton tidak berbanding lurus. Suatu perkiraan kasar dapat dipakai
bahwa nilai kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari
kuat tekannya. Nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil pengujian berulangkali
mencapai kekuatan 0.50 – 0.60 kali √f’c, sehingga untuk beton normal digunakan
nilai 0,57 √f’c.

Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton bertulang sangat penting pada
penentuan kemungkinan pencegahan keretakan akibat susut dan perubahan panas.
Sedang untuk beton tidak bertulang, hasil pengujian ini dimanfaatkan dalam
perencanaan konstruksi jalan raya dan lapangan terbang serta untuk beton
prategang.

Cara yang digunakan untuk mengukur kuat tarik beton adalah dengan pengujian
kuat tarik belah sesuai SK SNI M-60-1990-03 (SNI 03-2492-1991). Spesimen
yang digunakan adalah silinder dan ditekan oleh dua plat paralel pada arah
diameternya.

Kuat tarik belah dihitung dengan rumus :

f'ct = 2P/π LD

Dimana : fct = kuat tarik belah (Mpa)

P = beban uji maksimum (N)


L = Panjang benda uji (mm)

D = Diameter benda uji (mm)

2. Penyusutan

Proses susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak
berhubungan dengan beban. Adapun proses susut pada beton yaitu:

a. Penyusutan awal, akibat kehilangan air pada proses penguapan dan


perembesan melalui acuan.
b. Penyusutan akibat suhu ketika beton mulai dingin. Penyusutan ini masih dapat
diatasi dengan perawatan yang baik. Terjadinya penyusutan akan berakibat
retak-retak plastis pada beton.
 Retak yang lebih luas dari 0,15 mm tidak akan menimbulkan masuknya air
pada tulangan (dapat diabaikan)
 Retak-retak sebesar (0,15 – 0,5 mm) perlu diatasi dengan menutup retakan
tersebut (dengan emulsi latex dan lain-lain)

3. Keawetan

Keawetan beton merupakan lamanya waktu pada material untuk dapat


melanjutkan pemakaiannya seperti yang telah direncanakan. Walaupun terjadi
serangan dari luar baik fisik, mekanik dan kimia. Adapun pengaruh-pengaruh luar
yang dapat merusak beton adalah pengaruh cuaca (hujan sinar matahari) silih
berganti dan daya perusak kimiawi, misalnya air limbah/buangan, air laut, lemak
gula dan sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut yaitu :

 Permukaan beton harus mulus (misalnya exposed concrete)


 Tidak porous (rongga) dalam artian pemadatan harus baik.
 Menambah bahan tambahan tertentu untuk keperluan khusus.

4. Pengaruh Suhu
Harga koefisien pemuaian suhu pada beton berubah-ubah tergantung banyaknya
semen dalam campuran kadar air dan agregat. Untuk maksud praktis dapat
diambil sebesar 1,0 x 10-6 tiap oC (beton normal).

2.4 Kekuatan Beton


Beton bersifat getas, mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat tariknya
rendah.
Pada dasarnya kuat tekan beton tergantung pada 3 hal, yaitu :

1. Kekuatan pasta (semen dan air)


2. Daya rekat antara pasta dengan butir agregat
3. Kuat tekan agregat

Secara lebih rinci kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut :

1. Umur beton
2. Fas (faktor air semen)
3. Kepadatan
4. Jumlah pasta semen
5. Jenis semen
6. Sifat agregat

1. Umur beton
Kuat tekan beton makin tinggi dengan bertambahnya umur beton. Laju kenaikan
kuat tekan mula-mula cepat, lama-lama makin lambat, laju kenaikan menjadi
relatif sangat kecil setelah berumur 28 hari, maka standar kuat tekan beton adalah
pada umur 28 hari.
Laju kenaikan dipengaruhi oleh beberapa faktor :

 Jenis semen
 Fas
 Suhu sekeliling
2. Fas (faktor air semen)
Fas merupakan perbandingan berat antara air dan semen portland di dalam
campuran beton.
Hubungan antara fas dengan kuat tekan beton secara umum menurut Duff Abrams
adalah sebagai berikut :

3. Kepadatan
Kuat tekan beton berkurang jika kepadatan berkurang. Beton yang kurang padat
berarti di dalam beton berisi rongga rongga sehingga kuat tekannya berkurang.

4. Jumlah pasta semen


Fungsi pasta semen untuk merekatkan butir butir agragat. Pasta semen berfungsi
maksimal jika seluruh pori antar butir agragat terisi penuh dengan pasta semen.
Jika pasta semen terlalu banyak maka kuat tekan didominasi oleh pasta, bukan
agregat. Umumnya kuat tekan pasta semen lebih rendah dari agregat.

5. Jenis semen
Masing masing jenis semen mempunyai sifat tertentu sehingga akan
mempengaruhi terhadap kuat tekan beton.

6. Sifat agregat
Agregat terdiri dari agregat halus (pasir dan agregat kasar (kerikil atau batu pecah)
Sifat agregat yang mempengaruhi kekuatan beton antaranya:

 Kekasaran permukaan
 Bentuk agragat
 Kuat tekan agregat

Berat jenis beton


Menurut berat jenisnya beton dapat dibagi menjadi :

 Beton ringan, Bj < 1,9


 Beton normal, Bj 2,2 – 2,5
 Beton berat, Bj > 3

Modulus elastisitas beton

 Modulus elastisitas beton dipengaruhi oleh modulus elastisitas agregat dan


pastanya.
 Modulus elastisitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Modulus Elastisitas

Susut pengerasan beton


Volume beton setelah keras sedikit lebih kecil dari volume sewaktu masih segar,
karena selama mengeras mengalami penyusutan yang disebabkan oleh penguapan
air.
Yang susut adalah pastanya, agregat tidak susut karena tidak berubah volume.
Susutan beton sekitar 2.10-3, sedangkan susutan pasta sekitar 6.10-3. Untuk
mengurangi susut yang tidak terarah biasanya dibuat celah celah pada jarak
tertentu.
Kerapatan air (kedap air)
Bagian bangunan yang diharapkan tidak kedap air antara lain :

 Plat atap
 Dinding basement
 Tandon air
 Kolam renang

Kedap air juga berfungsi supaya tulangan yang ada di dalam beton tidak berkarat
Pembuatan beton kedap air dengan cara :

 Menambah butiran pasir halus


 Menambah jumlah semen ( 280 – 380 kg per m3 )
 Fas sekitar ( 0,4 – 0,5)
 Memakai jenis semen tertentu

Ketahanan beton terhadap aus dan kejut


Pada bangunan tertentu diharapkan mempunyai ketahanan terhadap :

 Ausan
 Abrasi
 Erosi

Pada bangunan ini biasanya menggunakan beton khusus. Bangunan tersebut


antara lain :

 Perkerasan jalan raya


 Landasan pesawat terbang
 Permukaan bendung
 Dasar saluran
 Dasar terjunan
BAB III

JOB BESI DAN TULANGAN

3.1 Latihan Dasar Pembuatan Sengkang


3.1.1Kebutuhan Bahan dan Alat
No. Bahan No. Alat

1. 1.

Besi tulangan diameter 6 Meteran


mm
2. 2.

Kayu Bending tulangan diameter 10


mm dan 6 mm

3. 3.

Pemotong Besi
Spidol

4. 4.

Palu
Bor tangan

5. 5.

``

Paku Ragum

6.

Penggaris siku

3.1.2 Gambar Rencana


a. Sengkang ukuran 11 x 11 cm
b. Sengkang ukuran 11 x 16 cm

3.1.3 Langkah Kerja


1) Menggunakan APD.
2) Menghitung kebutuhan besi tulangan yang diperlukan.
3) Menyiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan.
4) Memotong besi tulangan sesuai dengan kebutuhan dari tiap benda
kerja yang akan dibuat.
5) Siapkan besi penahan yang dipasang pada baok kayu, dengan
susunan sebagai berikut:

6) Lakukan pembengkokan besi tulangan sesuai dengan bentuk


gambar kerja.
7) Cek hasil pembengkokan sesuai dengan persyaratan (panjang kait,
diameter bengkokan).
8) Hitung/ukur kelebihan panjang besi tulangan dari yang
disyaratkan, sebagai koreksi untuk pemotongan dan pedoman
pengerjaan benda kerja berikut.
9) Lanjutkan pengerjaan benda lainnya, dengan memperhatikan hasil
koreksi pada langkah ke-7.
10) Setiap mahasiswa membuat sengkang masing-masing 5 buah
11) Sebelum benda kerja dikumpulkan/diserahkan kepada pengajar
praktek, sebaiknya dicek lagi kerapian dan ketetapan ukurannya.
3.1.4 Tabel Kebutuhan Membuat Sengkang
No Bentuk (cm) Jumlah Ø Panjang Total Keterangan
(mm) (cm) (cm)

1 5 6 60 cm 300 1 lonjor
cm

2 5 10 50 cm 250 1 lonjor
mm cm

3.2 Pembesian Balok


3.2.1 Kebutuhan Bahan dan Alat
No Bahan dan Alat No Bahan dan Alat

1. 6.

Besi tulangan diameter 10


Spidol
mm dan 6 mm
2. 7.

Kayu
Kawat bendrat
3. 8.

Besi penyangga
Meteran
4. 9.

Bending tulangan diameter Tempat Bending


10 mm dan 6 mm
5. 10.

Tang
Pemotong Besi

3.2.2 Gambar Rencana

3.2.3 Langkah Kerja


1) Memahami bentuk/gambar pembesian balok.
2) Menghitung kebutuhan bahan (besi diameter 10 mm dan 6 mm).
3) Menyiapkan peralatan yang diperlukan.
4) Lakukan proses pengerjaan pemotongan besi tulangan sesuai
dengan ukuran dan jumlah yang telah ditentukan.
5) Lakukan proses pembengkokan tulangan utama dan sengkang
sesuai ukuran dan jumlah yang telah ditentukan.
6) Buat catatan besarnya factor koreksi untuk masing-masing bentuk
tulangan.
7) Setelah bahan sudah sesuai dengan jumlah yang ditentukan siapkan
besi penyangga untuk merangkai tulangan.
8) Gabungkan 4 besi tulangan utama , tandai jarak pemasangan
sengkang.
9) Atur letak kait sengkang, dengan posisi pada satu sisi.
10) Lakukan pengikatan antara sengkang dengan besi/tulangan utama,
dengan kawat bendrat (posisi tulangan utama berada tepat pada
sudut sengkang), jarak dan jumlah sengkang sesuai gambar
rencana.
11) Pastikan kait tulangan utama kearah dalam kolom.
12) Cek ketepatan dan kerapian dari benda kerja, sebelum dievaluasi
oleh pengajar praktek.
3.2.4 Tabel Kebutuhan Besi/Tulangan Balok

Diameter Panjang Jumlah Panjang


Gambar Kerja
(mm) batang (cm) Batang Total

10 300 4 1200

10 338 1 338

6 60 23 1380

3.3 Pembesian Kolom


3.3.1 Kebutuhan Bahan dan Alat
No Bahan dan Alat No Bahan dan Alat

1. 6.

Besi tulangan diameter 10


Spidol
mm dan 6 mm
2. 7.

Kawat bendrat Kayu ukuran 6/12 mm

3. 8.

Besi penyangga
Meteran
4. 9.

Bending tulangan diameter Tempat Bending


10 mm dan 6 mm
5. 10.

Tang
Pemotong Besi
3.3.2 Gambar Rencana

3.3.3 Langkah Kerja


1) Memahami bentuk/gambar pembesian kolom.
2) Menghitung kebutuhan bahan (besi diameter 10 mm dan 6 mm).
3) Menyiapkan peralatan yang diperlukan.
4) Lakukan proses pengerjaan pemotongan besi tulangan sesuai
dengan ukuran dan jumlah yang telah ditentukan.
5) Lakukan proses pembengkokan tulangan utama dan sengkang
sesuai ukuran (18 cm x 10 cm)dan jumlah yang telah ditentukan.
6) Buat catatan besarnya factor koreksi untuk masing-masing bentuk
tulangan.
7) Setelah bahan sudah sesuai dengan jumlah yang ditentukan siapkan
besi penyangga untuk merangkai tulangan.
8) Gabungkan 4 besi tulangan utama , tandai jarak pemasangan
sengkang.
9) Atur letak kait sengkang, dengan posisi pada satu sudut.
10) Lakukan pengikatan antara sengkang dengan besi/tulangan utama,
dengan kawat bendrat (posisi tulangan utama berada tepat pada
sudut sengkang), jarak dan jumlah sengkang sesuai gambar
rencana.
11) Pastikan kait tulangan utama dan over stek kearah dalam kolom.
12) Cek ketepatan dan kerapian dari benda kerja, sebelum dievaluasi
oleh pengajar praktek.

3.3.4 Tabel Kebutuhan Besi/Tulangan Kolom


Panjang
Diameter Jumlah Panjang
Gambar Kerja batang
(mm) Batang Total
(cm)

10 300 4 1200

6 60 23 1380
3.4 Pembesian Pondasi Telapak
3.4.1 Kebutuhan Bahan dan Alat
No Bahan dan Alat No Bahan dan Alat

1. 6.

Besi tulangan diameter 10


mm dan 6 mm Spidol

2. 7.

Kawat bendrat Kayu ukuran 6/12 mm

3. 8.

Besi penyangga
Meteran
4. 9.

Bending tulangan diameter Tempat Bending


10 mm dan 6 mm
5. 10.

Tang
Pemotong Besi

3.4.2 Gambar Rencana

Dengan tinggi 100 cm

Lebar 80 cm x 80 cm
3.4.3 Langkah Kerja
1) Memahami bentuk/gambar pembesian pondasi.
2) Menghitung kebutuhan bahan (besi diameter 10 mm dan 6 mm).
3) Menyiapkan peralatan yang diperlukan ( Meteran, gunting
tulangan, palu besi, siku-siku, bending sesuai ukuran tulangan,
besi dan balok penahan untuk membengkokan tulangan).
4) Lakukan proses pengerjaan (Pemotongan, pembengkokan dst),
sampai semua bentuk tulangan yang diperlukan terpenuhi sesuai
dengan ukuran.
5) Buat catatan, besarnya factor Koreksi untuk masing-masing
bentuk tulangan.
6) Siapkan besi penyangga untuk merangkai tulangan.
7) Gabungkan semua besi tulangan utama tanda jarak sengkang
disepanjang kolom, dengan kapur.
8) Atur letak kait sengkang, dengan posisi pada suatu sudut.
9) Lakukan pengikatan antara sengkang dengan besi/tulangan utama,
dengan kawat bendrat (posisi tulangan utama berada tepat pada
sudut sengkang).
10) Gabungkan rangkaian tulangan kolom dengan plat pondasi.
11) Cek ketepatan dan kerapian dari benda kerja, sebelum dievaluasi
oleh pengajar praktek.
3.4.4 Tabel Kebutuhan Besi/Tulanngan Pondasi

Panjang
Diameter Jumlah Panjang Ket
Gambar Kerja batang
(mm) Batang Total (lonjor)
(cm)

8 66 16 1056 1
10 147 4 338 1

6 60 4 240 1

3.5 Pembesian Plat Atap

3.5.1 Kebutuhan Bahan dan Alat


No Bahan dan Alat No Bahan dan Alat

1. 6.

Besi tulangan diameter 10


mm dan 6 mm Spidol
2. 7.

Kawat bendrat Kayu ukuran 6/12 mm

3. 8.

Besi penyangga
Meteran
4. 9.

Bending tulangan diameter Tempat Bending


10 mm dan 6 mm
5. 10.

Tang
Pemotong Besi
3.5.2 Gambar Rencana

3.5.3 Langkah Kerja


1) Memahami bentuk/gambar pembesian pondasi.
2) Menghitung kebutuhan bahan (besi diameter 10 mm dan 8 mm).
3) Menyiapkan peralatan yang diperlukan ( Meteran, gunting
tulangan, palu besi, siku-siku, bending sesuai ukuran tulangan,
besi dan balok penahan untuk membengkokan tulangan).
4) Lakukan proses pengerjaan (Pemotongan, pembengkokan dst),
sampai semua bentuk tulangan yang diperlukan terpenuhi sesuai
dengan ukuran.
5) Buat catatan, besarnya factor Koreksi untuk masing-masing
bentuk tulangan.
6) Gabungkan semua besi tulangan arah memanjang. Tandai jarak
tulangan utama arah melintang dengan spidol sepanjang daerah
lapangan.
7) Lakukan hal yang sama pada tulangan utama arah melintang.
8) Lakukan pengikatan antar tulangan utama, arah memanjang
terhadap tulangan utama arah melintang dengan kawat bendrat.
Perhatikan posisi tulangan sesuai gambar kerja.
9) Lakukan pengikatan tulangan didaerah tumpuan, perhatikan posisi
tulangan sesuai gambar kerja.
10) Jika semua bagian tulangan sudah terpasang, selanjutnya
pemasangan tulangan bagi dikeempat sisi dengan jumlah dan
posisi sesuai dengan gambar rencana.
11) Cek ketepatan dan kerapian dari benda kerja, sebelum dievaluasi
oleh pengajar praktek.

3.5.4 Tabel Kebutuhan Besi/Tulangan Plat Atap


Diameter Panjangbatang Panjang
GambarKerja JumlahBatang
(mm) (cm) Total

10 300 4 1200

10 338 1 338
3.6 Pembesian Spiral
3.6.1 Kebutuhan Bahan dan Alat
No Bahan dan Alat No Bahan dan Alat

1. 8.

Besi tulangan diameter 10


mm dan 6 mm Spidol

2. 9.

Kayu ukuran 6/12 mm


Kawat bendrat
3. 10.

Meteran Gergaji

4. 11.

Bending tulangan diameter


10 mm dan 6 mm
Ember

5. 12.

Pemotong Besi Tulangan Tang catut

6. 13.

Mesin belah

Alat Spiral

7. 14.

Palu
Tempat bending

3.6.2 Gambar Rencana

Dengan diameter 0.2 m dan 0.4 m


3.6.3 Langkah Kerja
1) Memahami bentuk/gambar pembesian kolom.
2) Menghitung kebutuhan bahan (besi berdiameter 10 mm dan 8
mm).
3) Menyiapkan peralatan yang diperlukan.
4) Lakukan proses pengerjaan pemotongan besi tulangan sesuai
dengan ukuran dan jumlah yang telah ditentukan.
5) Lakukan proses pembengkokan tulangan utama sesuai ukuran dan
jumlah yang telah ditentukan.
6) Lakukan pembentukan spiral pada besi ukuran 8 mm dengan
menggunakan alat bending spiral sepanjang ukuran yang telah
ditentukan.
7) Setelah bahan sudah sesuai dengan jumlah yang ditentukan
siapkan besi penyangga atau mal untuk merangkai tulangan.
8) Gabungkan 8 besi tulangan utama , tandai jarak pemasangan besi
spiral.
9) Atur letak kait sengkang, dengan posisi pada satu sudut.
10) Lakukan pengikatan antara besi spiral dengan besi/tulangan
utama, dengan kawat bendrat, jarak dan jumlah sesuai gambar
rencana.
11) Pastikan kait tulangan utama dan over stek kearah dalam kolom.
12) Cek ketepatan dan kerapian dari benda kerja, sebelum dievaluasi
oleh pengajar praktek.
3.6.4 Tabel Kebutuhan Besi/Tulangan Kolom

Diameter Panjang Total Ket


Bentuk Jumlah
(mm) (cm) (cm) (lonjor)

3 6 600 1800 1.5

3 6 600 1800 1.5

3.7 Pembetonan Lapangan


3.7.1 Kebutuhan Bahan dan Alat
No Bahan dan Alat No Bahan dan Alat

1. 12.

Besi tulangan diameter 8 mm Spidol

2. 13.

Besi tulangan diameter 10 Air


mm
3. 14.

Agregat halus
Agregat kasar
4. 15.

Kawat bendrat
Semen portland
5. 16.

Meteran Gergaji

6. 17.

Bending tulangan diameter


10 mm dan 8 mm
Ember

7. 18.
Palu
Pemotong Besi Tulangan
8. 19.

Sendok spesi
Gerobak arco
9. 20.

Perata
Tempat bending
10. 21.

Sekop Tang kawat

11.
Mesin molen

3.7.2 Gambar Rencana Pengecoran Di Lapangan


3.7.3 Langkah Kerja
a. Pembuatan Bekisting dan Tulangan
1). Memantau kondisi lapangan dan mengukur luas rencana beton
yang akan dibuat.
2). Membuat sketsa gambar dan menyiapkan bahan sesuai sketsa
(besi d 6mm, paku).
3). Menyiapkan peralatan yang diperlukan.
4). Melakukan pemotongan sesuai tanda/mal yang telah diukur dan
jumlah yang telah ditentukan dan melakukan bending atau
penekukan pada ujung besi.
5). Merangkai tulangan yang direncanakan dengan posisi tulangan
utama di bawah dan tulangan pembagi di atas lalu melakukan
pembendratan.
6). Melakukan trial dilapangan untuk kesesuaian rencana dengan
lapangan.
7). Merakit bekisting dilapangan dan memakunya.
8). Cek kekuatan dan kesesuaian bekisting sebelum digunakan.
9). Letakkan tulangan di dalam bekisting.
10). Beri beton tahu pada bawah tulangan agar tulangan berada
diposisi tengah tengah saat pengecoran.

b. Pengecoran
1). Siapkan bahan bahan pengecoran (kerikil, pasir, semen, air).
2). Timbang sesuai perbandingan kebutuhan yang ditentukan untuk
masing masing bahan.
3). Nyalakan mesin molen.
4). Sebelum memasukan semua bahan, basahi molen dengan sedikit
air.
5). Masukan secara perlahan semua material beton yang hendak
diaduk dengan urutan kerikil, pasir, lalu semen.
6). Tambahi air hingga dirasa cukup, tunggu hingga material
tercampur secara merata.
7). Tuangkan pada bak spesi setelah material telah tercampur
merata.
8). Ratakan dengan perata adukan.
9). Setelah merata tunggu hingga agak mengerik, lalu haluskan
permukaanya dengan perata lagi.
10). Tunggu hingga beton kering
11). Laporkan praktek agar dievaluasi oleh pengajar praktek.

3.7.4 Tabel Kebutuhan Bahan Pembetonan

Tot
Diamet Panja Ket
Jumla al
Bentuk er ng (lonjo
h (cm
(mm) (cm) r)
)

165
14 8 118 1.38
2

182
11 10 166 1.52
6

Bahan

Jumlah Campuran Ag
Ag Halus Air Semen
Kasar
(ember) (ember) (ember)
(ember)

1 6 4 2.5 2

9 54 36 22.5 18
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pekerjaan beton bertulang merupakan pekerjaan konstruksi dimana
berfungsi untuk menahan bebanyang sangat besar. Oleh karena itu, beton yang
dihasilkan mempengaruhi kekuatanmenahan beban yang sudah disyaratkan.
Adapun kesimpulan yang dapat kami uraikansebagai berikut:
1. Perhitungan dalam perencanaan pembuatan beton memerlukan
ketelitian,kesabaran, dan kedisiplinan yang tinggi. Sehingga akan
dicapai efektifitas danefisiensi bahan, waktu, dan tenaga.
2. Perawatan beton yang baik akan sangat mempengaruhi sifat beton.
3. Keselamatan kerja, kebutuhan bahan, dan alat harus diperhatikan
dalam pelaksanaan praktek beton.
4. Pada waktu pengecoran beton harus dilakukan dengan hati-hati agar
hasilnyasesuai dengan apa yang kita harapkan.
5. Pada waktu pembuatan beugel harus dilakukan dengan baik dan benar
sesuaidengan ukuran yang ditentukan pada gambar kerja.

3.2 Saran
Perlunya pengecekan secara berkala dalam pengerjaan agar mengurangi
atau menghindari kesalahan. Dan juga harus banyak – banyak mengetahui
tentang apa itu beton sehingga dalam teori yang selanjutnya dipraktekkan di
lapangan dapat meminimalisisr kesalahan dengan memahami tentng beton di
teori yang dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

http://lauwtjunnji.weebly.com/pengukuran-slump.html
https://duniatekniksipil.web.id/category/desain-struktur/struktur-beton/
http://tosimasipil.blogspot.co.id/2013/07/teknologi-bahan-konstruksi.html
http://ilmu-konstruksi.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-beton-jenis-beton-
kelebihan.html
http://laporanpraktikumtekniksipil.blogspot.co.id/2013/11/laporan-praktikum-
beton_20.html
http://materialbahanbangunan.net/10-jenis-jenis-beton-yang-sering-digunakan-
dalam-konstruksi-bangunan/
http://ilmu-konstruksi.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-beton-jenis-beton-
kelebihan.html
https://id.scribd.com/doc/24490674/laporan-bengkel-beton
https://aguzher.wordpress.com/2008/01/18/evaluasi-kekuatan-beton/

Anda mungkin juga menyukai