Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH CAMPURAN

SEMEN DALAM PEMBENTUKAN BETON

Disusun oleh :

KELOMPOK 7
Giovanni .R. Papilaya – 2321004
Eugenia Ginting – 2321009
Kanamian Medalditihima – 2321012
Peter Mazmur Hiu - 2321015
Katharina Cindy A – 2321024

Program Studi Teknik sipil


Universitas Kristen Maranatha
Bandung
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat
Dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “CAMPURAN SEMEN DALAM PEMBENTUKAN BETON” ini dengan baik
meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Maria Inggrid yang telah membimbing kami
baik secara moral maupun materi. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai campuran
beton. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya.

Bandung, 2 Januari 2024

Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam
pelaksanaannya membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi.
Namun selain keuntungan yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa
kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan
keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang dimiliknya maka
diperluakan variansi cara pembuatannya, cara evaluasi, dan bahan tambahnya agar
dapat meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.

Bahan tambahan tersebut biasanya berupa zat-zat kimia tambahan (chemical


additive) dan mineral/material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya
berupa serbuk atau cairan yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi
campuran beton. Sedangkan mineral/material tambahan berupa agregat yang
mempunyai karakteristik tertentu.

Penambahan zat kimia ini ditujukan untuk mengurangi penggunaan air pada beton
(water reduction). Hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang
tetap dengan kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan
beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih
tinggi, dengan tidak mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat
tekan yang sama, tapi adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan
dalam penuangan.

Menurut ASTM C.494 dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989, jenis bahan
tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. Pada dasarnya suatu
bahan tambah harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk kerja yang sama
sepanjang waktu pengerjaan selama bahan tersebut digunakan dalam campuran
beton sesuai dengan pemilihan proporsi betonnya (PB,1989 :12).

1.2 Tujuan Makalah


Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengulas penambahan zat-zat kimia dalam
pembuatan campuran beton.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Beton

1. Beton Biasa

Beton biasa atau polos tidak akan memiliki tulangan di dalamnya. Campuran
yang digunakan pada beton ini adalah semen, agregat kasar seperti pasir
atau kerikil, dan air dengan ukuran 1:2:4. Berat dari jenis beton ini akan
bervariasi karena adanya campuran celah kerikil sehingga total berat antara
2200 dan 2500 kg per meter kubus dengan kekuatan tekanan mencapai 200
sampai 500 kg per cm2. Beton jenis ini biasanya digunakan dalam
konstruksi pavement dan bangunan seperti rumah, gedung, perumahan, dan
lain sebagainya.

2. Beton Non-Pasir
Seperti namanya, beton non-pasir tidak menggunakan pasir sebagai salah
satu campurannya. Sebenarnya, campuran dari pembuatan beton non-pasir
sangat mirip dengan beton normal, yaitu kerikil, semen, dan air, serta agregat
(kecuali pasir, dan biasanya kerikil), serta air. Karena tidak menggunakan
pasir, biasanya beton non-pasir akan memiliki tekstur berongga yang berisi
udara di celah-celah kerikil. Hal tersebut membuat berat dari beton non-pasir
lebih ringan daripada beton normal. Penggunaan beton non pasir biasa
digunakan untuk struktur ringan, kolom, atau dinding sederhana.

3. Beton Ringan
Beton yang memiliki berat kurang dari 1920 kg per m3 dapat dikategorikan
sebagai beton ringan. Penggunaan agregat yang ringan dalam campuran
beton akan memberikan bobot yang ringan pada hasil akhir beton. Beberapa
contoh agregat yang ringan adalah batu apung, perlit, dan skoria. Beton
ringan biasanya diterapkan untuk perlindungan struktur baja dan juga
digunakan untuk konstruksi dek jembatan bentang panjang dan konstruksi
blok bangunan.

4. Beton Pracetak

Beton pracetak adalah beton yang dibuat dan dicor di luar area
pembangunan, biasanya di pabrik atau pembuatnya, sesuai dengan
spesifikasi yang sudah tersedia atau yang diinginkan. Beton tersebut
kemudian akan menjalani perawatan (curing) terlebih dahulu di lingkungan
terkontrol sebelum dikirimkan menuju lokasi konstruksi.

Beberapa contoh unit beton pracetak adalah balok beton, unit tangga, dinding
dan tiang pracetak, ambang beton, dan masih banyak lagi. Unit-unit ini
memiliki keuntungannya tersendiri, yaitu dapat mempercepat proses
konstruksi yang dilakukan karena Anda tinggal memasangnya saja, tanpa
perlu membuatnya terlebih dahulu. Karena pembuatannya biasanya dilakukan
oleh ahlinya, jadi kualitasnya sudah terjamin. Satu-satunya kekurangan dari
beton pracetak adalah proses pengirimannya yang harus sangat hati-hati
agar beton pra cetak ini tidak rusak di jalan.

5. Beton Prategang

Beton pra tegang adalah beton yang dibuat dengan cara memberikan
tulangan yang akan digunakan tekanan atau tegangan terlebih dahulu
sebelum akhirnya dicor. Selama pencampuran dan penempatan beton,
tulangan yang dikencangkan ini ditempatkan dengan kuat dan ditahan dari
setiap ujung unit struktural. Setelah beton mengeras, unit struktural beton
akan dipadatkan. Fenomena beton prategang ini akan membuat bagian
bawah dari komponen struktur beton menjadi lebih kuat terhadap daya tarik.

Proses prategang akan membutuhkan alat berat dan keterampilan khusus


dari yang membuatnya (seperti penggunaan dongkrak dan peralatan untuk
tensioning). Oleh karena itu, unit beton prategang dibuat dan dirakit di lokasi.
Biasanya, penerapan beton pra tegang digunakan dalam sebagian besar
proyek dengan struktur bangunan bentang lebar seperti jembatan, struktur
beban berat, dan atap dengan bentang yang lebih panjang.

6. Beton Hampa

Beton hampa merupakan salah satu jenis beton yang sangat unik. Pada
proses pembuatannya, biasanya air yang ada di dalam campuran beton akan
disedot menggunakan vakum khusus dan hanya akan menyisakan campuran
beton yang benar-benar sudah tercampur rata. Jadi, kekuatan dari beton
hampa akan sangat kuat, dan merupakan salah satu jenis beton dengan
kekuatan yang paling tinggi. Beton hampa biasanya digunakan pada
konstruksi bangunan pencakar langit atau bangunan besar dan tinggi lainnya.

7. Beton Bertulang

Beton tulangan baja adalah jenis beton normal yang diberi tulangan agar
dapat lebih menahan kekuatan tarik. Beton normal biasanya akan lemah
dalam menahan kekuatan tarik, dan hanya baik dalam menahan tekanan.
Oleh karena itu, untuk menanggulangi masalah tersebut, tulangan diberikan
pada beton normal agar beton lebih kuat baik dalam menahan tarikan
maupun tekanan.

Tulangan yang digunakan dalam jenis beton ini dapat berupa


batangan rod, batangan bar, atau bahkan dalam bentuk besi jaring (mesh).
Bahkan, sekarang sudah ada tulangan yang terbuat dari fiber. Namun, apa
pun jenis tulangan yang digunakan dalam beton, yang paling penting adalah
untuk memastikan ikatan yang tepat antara beton dan tulangan. Ikatan
tersebut akan mengontrol faktor kekuatan dan durabilitas beton.

8. Beton Mortan

Beton yang dihasilkan dari adukan semen, pasir, dan air dalam proporsi
tertentu dikenal dengan nama beton mortar. Akibatnya, beton semen adalah
nama lain dari beton mortar. Pasir, semen, dan air merupakan komponen
utama bahan baku yang digunakan untuk membuat beton mortar. Semen,
kapur, dan lumpur adalah tiga bentuk mortar yang paling sering digunakan.
Semen ferro adalah jenis mortar semen yang mencakup jaring penguat baja.
Beton ini ulet dan memiliki kekuatan tarik yang kuat.

9. Beton Massa

Beton massa dibuat dengan memproduksi beton dalam jumlah besar


sekaligus. Penuangan beton ini jauh lebih besar daripada permintaan tipikal
untuk beton secara keseluruhan. Demikian pula, ada kontras yang signifikan
antara volume beton dan luas permukaannya. Selain itu, dimensi beton
massa ini cukup besar. Dimensi sebenarnya lebih besar dari 60 cm. Banyak
fondasi besar, tiang bangunan, bendung, dan bendungan dibangun dengan
beton massa ini.

10.Beton Siklop

Beton yang menggunakan bahan pengisi tambahan yang cukup besar disebut
beton siklop. Dimensi penampang agregat adalah antara 15 dan 20 cm.
Campuran beton biasa kemudian ditambah dengan bahan ini untuk
memperkuatnya. Bendungan, jembatan, dan infrastruktur air lainnya sering
menggunakan beton siklop dalam konstruksinya. Untuk beberapa jenis
struktur, penggunaan beton siklop dapat mengurangi biaya konstruksi secara
drastis tanpa mengorbankan kualitas.

11.Beton Serat

Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu


ke dalam adukan beton. Tujuannya apa? Yaitu untuk meningkatkan kualitas
dari beton yang dihasilkannya. Contoh-contoh serat yang banyak digunakan
di dalam pembuatan beton serat di antaranya yaitu asbestos, plastik, kawat
baja, hingga serat alami dari tumbuh-tumbuhan. Serat ini sengaja
ditambahkan dengan maksud untuk menaikkan daktailitas pada beton
tersebut sehingga beton pun lebih kuat dan tidak mudah mengalami
keretakan.
12.Beton Polimer

Beton polimer merupakan campuran agregat halus dan dengan bahan


perekat polimer. Dibanding dengan semen portland sebagai pengikat, beton
yang terbuat dari polimer relatif lebih baik dalam hal; kuat tekan, stabilitas
volume, dan durabilitas. Beton ini memiliki sifat kedap air, tahan sinar
ultraviolet, dan tahan terhadap larutan agresif. Atas kelebihan inilah, beton ini
sangat cocok digunakan pada bangunan bawah air.

13. Beton Fly Ash

Abu terbang atau fly ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari
pembakaran batu bara. Proses tersebut bisa menimbulkan masalah
lingkungan meliputi pencemaran tanah, udara, dan air setempat karena fly
ash merupakan hasil dari tempat pembakaran batu bara yang dibuang
sebagai timbunan. Adapun keuntungan penggunaan fly ash sebagai bahan
campuran beton yaitu ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah batu
bara yang jumlah timbunannya hingga ribuan ton dalam satu Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), proses produksi menjadi lebih ekonomis karena
menggunakan limbah yang sudah tidak terpakai sebagai bahan baku serta
mutu yang dihasilkan juga baik.

2.2 Komposisi Campuran Beton


1. Semen, merupakan matrial yang bersifat hidrolik, artinya semen dapat
bereaksi dengan air dan membentuk suatu masa yang keras. Selain itu
semen juga bersifat adhesif dan kohesif yang diperlukan untuk mengikat
agregat. Menurut "ASTM” semen dibagi menjadi 5 tipe, yaitu:
 Semen tipe 1: untuk konstruksi beton umum
 Semen tipe 2: untuk konstruksi beton pada lingkungan sulfat sedang
 Semen tipe 3: untuk beton yang cepat kering
 Semen tipe 4: untuk beton yang memiliki panas rendah
 Semen tipe 5: untuk beton dengan daya tahan tinggi terhadap sulfat
Semen yang terkandung di dalam beton mempunyai komposisi ±15%

2. Agregat halus & angregat Kasar yang terkandung di dalam beton


mempunyai komposisi ±74%. Syarat agregat:

Agregat halus (Pasir)

 Ukuran butir maksimum 4,75 mm


 Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%
 Tidak mengandung zat organik
 Tidak tajam/bersudut dan keras

Agregat kasar (kerikil)

 Tidak mengandung lumpur lebih dari 1%


 Tidak mengandung zat organik
 Mempunyai butiran keras dan bersudut
 Butiran pipih kurang dari 20%

3. Air, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organik, garam-
garam, atau air yang dapat diminum (air bersih). Air yang terkandung di
dalam beton mempunyai komposisi +8%.

4. Bahan-bahan kimia lainnya (admixture), bahan-bahan kimia ini hanya


ditambahkan pada beton dalam keperluan-keperluan tertentu seperti :
 Zat kima untuk memperlambat proses ikatan campuran beton
(retarder). Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi
penuangan beton. Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam.
Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai penuangan
memerlukan waktu lebih dari 1 jam, maka perlu ditambahkan zat kimia
ini. Zat tambahan ini diantarannya berupa :
( 1 ) . Pabrik Sika 0 Plastocrete R 0 Plastiment VZ
( 2 ) . Pabrik Cormix 0 Cormix PS
( 3 ) . Pabrik FEB 0 Fe blow Retarding
( 4 ) . Pabrik Berk 0 Tricosal vz

 Zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan campuran


beton (accelerators). Diperlukan untuk mempercepat proses
pekerjaan konstruksi beton, pencampuran beton dilakukan di tempat
atau dekat dengan penuangannya. Zat tambahan yang digunakan
adalah CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian, lebih
dianjurkan menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida
dapat mempercepat terjadinya karat pada penulangan.

Zat kimia lain yang terkadang ditambahkan juga pada beton


adalah pigmen, untuk memberikan warna pada beton, penghambat
korosi, lem untuk ikatan dengan beton lama dan pengurang segregasi
dan bleeding pada proses pengerasan beton.

 Jenis-jenis Bahan Tambah Kimia :

 Tipe A “Water-Reducing Admixtures”


Water – Reducing Admixture adalah bahan tambah yang mengurangi
air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu.

Water – Reducing Admixture digunakan antara lain dengan tidak


mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi beton
dengan nilai perbandingan atau ratio factor air semen (fas) yang
rendah. Atau dengan tidak merubah kadar semen yang digunakan
dengan factor air semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan
dapat lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan dengan mengubah kadar
semen tetapi tidak merubah fas dan slump. Pada kasus pertama
dengan mengurangi fas secara tidak langsung akan meningkatkan
kekuatan tekannya, karena dalam banyak kasus fas yang rendah
meningkatkan kuat tekan beton. Pada kasus kedua, tingginya nilai
slump yang didapat akan memudahkan penuangan adukan (placing)
atau waktu penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus ketiga
dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen
yang kecil ( Marther, Bryant,1994)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini


adalah air yang dibutuhkan, kandungan air,konsistensi, bleding dan
kehilangan air pada saat beton segar, laju pengerasan, kuat tekan dan
lentur, perubahan volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan
hal tersebut penting untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan
pencampuran terhadap bahan tambah tersebut.

 Tipe B “Retarding Admixture”


Retarding Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaannya untuk
menunda waktu pengikatan beton, misalnya karena kondisi cuaca
yang panas, atau untuk memperpanjang waktu untuk pemadatan,
untuk menghindari cold joints dan menghindari dampak penurunan
saat beton segar saat pelaksanaan pengecoran.

 Tipe C “Accelerating Admixture”


Accelerating Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.

Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan


(hidrasi) dan mempercepat pencapaian kekuatan awal
beton. Accelerating Admixture yang paling terkenal adalah kalsium
klorida. Dosis maksimum adalah 2 % dari berat semen yang
digunakan.

 Tipe D “Water Reducing and Retarding Admixtures”

Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang


berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambat pengikatan awal.
Water Reducing and Retarding Admixtures yaitu pengurang air dan
pengontrol pengeringan. Bahan ini digunakan untuk menambah
kekuatan beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen
yang sebanding dengan pengurangan kandungan air. Bahan ini hampir
semuanya berwujud cair. Air yang terkandung dalam bahan akan
menjadi bagian air campuran beton. Dalam perencanaan air ini harus
ditambahkan sebagai berat air total dalam campuran beton. Perlu
diingat, perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh
berubah. Perubahan kandungan air, udara, atau semen, harus diatasi
dengan perubahan kandungan agregat halus sehingga volume tidak
berubah.

 Tipe E “Water Reducing and Accelerating Admixtures”

Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah


yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan
mempercepat pengikatan awal.

 Tipe F “Water Reducing, High Range Admixtures”

Water Reducing, High Range Admixtures adalah bahan tambah yang


berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12%
atau lebih.

 Tipe G “Water Reducing, High Range Retarding Admixtures”

Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah bahan


tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan
beton.

Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer dengan


menunda waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk kondisi
pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang mengelola
beton disebabkan keterbatasan ruang kerja.

 Spesifikasi bahan tambahan


Spesifikasi bahan tambahan ditetapkan berdasarkan SK SNI 5 - 18 -
1990 - 03 dan 5 - 19 - 1990 - 03 tentang spesifikasi bahan tambahan
untuk beton semen.
 Kelompok A, B, C, D danE Spesifikasi bahan tambahan yang
termasuk kelompok Water Reducer (A), Retarder (B),
Accelerator (C), Water Reducer Retarder (D) serta Water
Reducer & Accelerator !E)
 Kelompok F Spesifikasi bahan tambah yang kelompok Air
Entraining (F)

PERSYARATAN FISIS BAHAN TAMBAHAN UNTUK BETON SEMEN

Tabel 2.1
2.3 Proses Pembuatan
1) Pencampuran atau Pengadukan Bahan-bahan Beton
Pada dasarnya beton dibuat dengan mencampurkan tiga bahan utama yakni
semen, agregat, air dan penambahan zat kimia Adapun komposisi material
adukan beton dalam setiap 1m3 telah diatur berdasarkan standar SNI 7394:
2008. Contohnya saja beton mutu K 125 komposisi materialnya terdiri dari
semen 276 kg, pasir 828 kg, kerikil 1.012 kg, dan air 215 kg. Beton mutu K
125 adalah beton klas E yang dipakai untuk konstruksi lantai dasar.
2) Pengangkutan atau Pemindahan Adukan Beton
Bila material-material beton sudah diaduk hingga rata sempurna, tahapan
selanjutnya adalah mengangkut adukan beton tersebut ke tempat
penuangannya. Proses ini harus dilakukan dengan cepat sebelum semen
bereaksi dengan air. Untuk skala kecil, adukan beton bisa diangkut dengan
menggunakan ember atau gerobak dorong. Sedangkan untuk skala besar,
adukan beton biasanya diangkut dengan menggunakan truk aduk beton,
pompa atau dengan menggunakan ban berjalan. Jika jarak antara lokasi
pengadukan beton dan menuangan cukup jauh, umumnya dipakai alat bantu
berupa truk aduk beton. Sementara itu bila tempat penuangan cukup tinggi,
dapat digunakan pompa. Pada pembangunan gedung bertingkat banyak,
adukan beton biasanya dipindahkan dengan bantuan crane.

3) Penuangan Adukan Beton


Hasil beton yang baik diperoleh dari cara penuangan adukan beton yang
benar. Proses penuangan harus dilakukan dengan cepat sehingga adukan
beton selalu dalam kondisi plastis dan dapat mengalir dengan lancar sampai
ke rongga antara tulangan. Penuangan ini mulai dari sudut-
sudut bekisting terendah. Adukan beton tak boleh dimasukkan ke bekisting
dengan jarak lebih dari 2 m. Jika melebihi jarak maksimum 2 m, maka dapat
mengakibatkan segregasi. Gunakan tremi atau corong bila jarak melebihi
tinggi maksimum. Bila saat penuangan dalam kondisi hujan yang deras,
sebaiknya hindari menuangkan adukan beton tanpa menggunakan penutup di
bagian atasnya. Sebab air hujan yang masuk bisa membuat kualitas beton
menjadi menurun. Karena itu perlu disiapkan peneduh jika proses pengerjaan
beton berlangsung di musim hujan. Jika proses penuangan beton sudah
dimulai, maka proses ini tidak boleh berhenti hingga selesai penuangan pada
suatu penampang. Permukaan atas harus terisi penuh dan rata dengan
campuran beton untuk mendapatkan kualitas beton yang benar-benar kokoh.

4) Memadatkan Adukan Beton


Tahapan berikutnya adalah memadatkan adonan beton yang sudah dituang.
Tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan udara yang terjebak di dalam
adukan beton. Jika dibiarkan, udara yang terjebak tersebut akan
menyebabkan beton menjadi keropos. Pemadatan ini dilakukan segera
setelah proses penuangan selesai dilakukan dan adukan beton masih dalam
keadaan plastis. Pemadatan bisa dilakukan dengan menusuk-nusuk tuangan
beton atau dengan penggetaran. Saat ini sudah tersedia alat bantu yang
secara khusus dirancang untuk mempercepat proses pemadatan beton. Alat
bantu yang disebut vibrator Beton ini mampu menghasilkan getaran ke
seluruhan permukaan beton pada radius tertentu sehingga adukan beton
benar-benar padat tanpa ruang udara yang terjebak.

5) Meratakan Permukaan Beton


Secara sederhana, proses perataan permukaan beton bisa dilakukan dengan
menggunakan cetok dan juga papan perata. Sementara itu untuk meratakan
permukaan lantai cor dengan cepat, dapat digunakan alat bantu seperti power
trowel. Alat bantu ini berfungsi meratakan permukaan lantai cor dalam kondisi
kering 75%.

6) Perawatan Beton (Agar tetap Lembab)


Perawatan ini perlu dilakukan agar proses reaksi semen dan air berlangsung
dengan baik. Adapun perawatan yang dikerjakan adalah dengan menjaga
supaya permukaan beton tetap lembab hingga proses reaksi mencapai waktu
yang ditentukan yakni kurang lebih 28 hari. Jika permukaan beton tidak dijaga
kelembabannya, maka kandungan air pada campuran beton akan keluar
sehingga pada akhirnya kualitas beton menjadi menurun atau muncul retak-
retak di permukaannya. Kelembaban bisa dijaga dengan cara menyirami
permukaan beton, menggenangi permukaan beton, atau meletakkan karung
basah di permukaan beton.

2.4 Kegunaan Beton


Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan,
jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam
bata atau tembok blok.
1. Fondasi: Beton biasanya digunakan untuk pembuatan fondasi yang kuat serta tahan
lama. Fungsinya sendiri adalah untuk mendistribusikan beban ke tanah dengan cara yang
efisien dan mencegah kerusakan struktur akibat gaya gesek.

2. Lantai: Beton juga sering digunakan untuk pembuatan lantai baik di dalam maupun di luar
ruangan. Kelebihannya sendiri adalah tahan terhadap getaran akibat aktivitas manusia atau
mesin, serta tahan air dan mudah dibersihkan.

3. Dinding: Beton juga sering digunakan untuk pembuatan dinding baik di dalam maupun di
luar ruangan. Kelebihannya adalah tahan terhadap perubahan cuaca, tahan air, dan mudah
dibersihkan.

4. Atap: Beton biasanya juga digunakan untuk pembuatan atap baik di dalam maupun di luar
ruangan. Kelebihannya adalah tahan panas, tahan air, dan mudah dipasang.
BAB III
KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan campuran semen dalam pembentukan beton terdiri atas
beberapa komposisi yakni semen, agregat, air, dan zat kimia tambahan yang dimana
zat kimia ini berperan untuk :

 Memperlambat proses ikatan campuran beton (retarder). Dengan


menggunakan Zat kimia berupa gula, sucrose, sodium
gluconate, glucose, citric acid, dan tartaric acid.
 Mempercepat ikatan dan pengerasan campuran beton (accelerators). Dengan
menggunakan zat kimia CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3.
 Memberikan warna pada beton (pigmen),
 Menghambat korosi, lem untuk ikatan dengan beton lama dan pengurang
segregasi dan bleeding pada proses pengerasan beton.

Adapun zat kimia tambahan ini terdiri atas beberapa tipe yakni dari tipe A – G yang
kemudian dimasukan Kembali ke kelompok spesifikasi bahan tambah sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing yang sudah dijelaskan pada Tabel 2.1
Referensi
https://www.klopmart.com/article/detail/rumus-campuran-beton#rumus-campuran-beton-
yang-umum-digunakan

https://juraganmaterial.id/blog/tips-juragan/jenis-jenis-beton

https://sipil.ft.uns.ac.id/2012/05/02/bahan-tambah-pada-campuran-beton/

https://additon.co.id/bahan-tambah-untuk-beton/

https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/autocover/
eda037500c4330d4e3955324da41b003.pdf https://mitrareadymix.com/langkah-
membuat-campuran-beton-untuk-pengecoran-skala-kecil/

Anda mungkin juga menyukai