BANGUNAN
ILMU BAHANBANGUNAN
DISUSUN OLEH
NAMA : MUTIARA HELPITIANI
NIM : 2020D1B108
KELAS: 3D
2.1 Umum
2.1.1 Plastik
Pelastik adalah suatu polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu
sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang atau monomer.
Bahan pembuat plastik awalnya adalah minyak dan gas sebagai sumber alami, dan
saat ini banyak digantikan dengan bahan sintetis. Sifat-sifat fisik plastik adalah:
1. Thermoplastic Jenis plastik ini dapat didaur ulang atau dicetak kembali dengan
proses pemanasan ulang, seperti Polyethylene Terephtalate (PET), Polystyrene
(PS), dan Polycarbonate (PC).
2. Thermosetting Jenis plastik ini tidak dapat didaur ulang atau dicetak lagi
dengan proses pemanasan ulang, oleh karena pemanasan ulang yang
menyebabkan kerusakan pada molekul-molekulnya, seperti melamin.
Terdapat berbagai jenis plastik yang umum digunakan, setiap jenis plastik
memiliki kegunaan dan dan kelebihan masing-masing.
2.1.2 Beton
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah. Untuk
mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan bahan penyusun
beton) memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-masing
komponen. Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya
kecil. Oleh karena itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan
dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi.
Beton digunakan dalam pekerjaan teknik sipil karena berguna sebagai salah
satu bahan bangunan yang paling kuat terhadap tekan dan daya tahan beton yang
lumayan tinggi mempermudah pengerjaan dalam bidang teknik sipil.
Kelebihan beton adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan
konstruksi. Selain itu pula beton juga memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap
temperatur yang tinggi dan biaya pemeliharaan yang murah. Sedang
kekurangannya adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah tanpa kerusakan.
Pada struktur beton, jika ingin dilakukan penghancuran maka akan mahal karena
tidak dapat dipakai lagi. Beda dengan struktur baja yang tetap bernilai. Berat,
dibandingkan dengan kekuatannya dan daya pantul yang besar.
Secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah:
1. Kelebihan beton antara lain:
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi
b. Mampu memikul beban berat
c. Tahan terhadap temperatur tinggi
d. Biaya pemeliharaan yang kecil
2. Kekurangan beton antara lain:
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
c. Berat
d. Kekuatan tariknya rendah meskipun kekuatan tekannya besar Beton
memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam tariknya. Jika
struktur itu langsung jika tidak diberi perkuatan yang cukup akan mudah
gagal. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tariknya sekitar 9%-5% kuat
tekannya. Maka dari itu perkuatan sangat diperlukan dalam struktur beton.
Perkuatan yang umum adalah dengan menggunakan tulang baja yang jika
dipadukan sering disebut dengan beton bertulang.
Beton adalah hasil campuran yang diperoleh dengan cara mencampurkan
semen Portland, air dan agregat (bahan tambahan yang sangat bervariasi mulai
dari bahan kimia tambahan, serat sampai bahan bangunan kimia dengan
perbandingan tertentu). Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan.
Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air. Beton
yang sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan dengan
ronggarongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah) dan diisi
oleh batuan kecil (agregat halus atau pasir) dan pori-pori antara agregat halus diisi
oleh semen dan air (pasta semen).
Jika ingin membuat beton berkualitas baik, dalam arti memenuhi
persyaratan yang lebih ketat karena tuntutan yang lebih tinggi, maka harus
diperhitungkan dengan seksama cara-cara memperoleh adukan beton (beton
segar/fresh concrete) yang baik dan beton (beton keras/hardened concrete) yang
dihasilkan juga baik. Beton yang baik adalah beton yang kuat, tahan awet, kedap
air, dan sedikit mengalami perubahan volume.
Sifat-sifat beton di pengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
1. Kualitas semen, untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat.
2. Digunakan jenis-jenis semen yang memenuhi syarat-syarat yang sudah
ditetapkan.
3. Perbandingan campuran semen Portland, bahan tambahan (aditif) dan air.
4. Cara mencampur komponen.
5. Agregat kasar (kerikil atau batu pecah).
6. Ketelitian pekerjaan perawatan.
a. Umur beton, dan
b. Suhu udara waktu mencampur dan waktu proses pengerasan beton.
.
Tabel 2.2. Batas – batas gradasi agregat
lubang Persen berat butir yang lewat %
Ayakan kasar agak Agak halus
(mm) halus halus
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 15-35 35-59 60-10 80-100
0,3 5-20 8-30 12-10 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
4. Polimer
Polimer adalah sejenis plastik, serat, film dan sebagainya yang bisasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai berat molekul diatas
10.000. polimer memiliki sifat-sifat yang rumit dikarenakan jumlah atom
pembentuk yang jauh lebih besar dibandingkan dengan senyawa yang berat
atomnya rendah. Umumnya suatu polimer dibangun oleh satuan struktur
tersusun secara berulang diikat oleh gaya tarik-menarik yang di sebut ikatan
kovalen. Ada gaya tarik menarik antara atom-atom di dalam benda
diantaranya yaitu: (1) ikatan kovalen, (2) ikatan ion, (3) ikatan logam, (4)
ikatan koordinat, (5) ikatan hidrogen, (6) gaya van der waals, (7) ikatan hidro-
fobik.
Bahan polimer mempunyai berat molekul besar dan berikatan kovalin,
sifat sifat ini menunjukan sifat yang berbeda dari bahan organik yang
mempunyai berat molekul yang rendah. Bahan yang mrmpunyai berat molekul
rendah jika dipanaskan berubah menjadi cair, dengan viskositas rendah
(menguap jika dipanaskan), sedangkan bahan pulimer jika dipanaskan mencair
dengan sangat kental dan tidak menguap. Polimer ini merupakan bahan yang
tidak dapat terurai karena pada saat terkena panas akan menjadi karbon dan
pada tahap akhir tanpa penguapan.
Banyak bahan yang mempunyai berat molekul rendah larut pada pelarut
yang mempunyai viskositas yang rendah, sedangkan sejumlah bahan polimer
umumnya tidak larut pada zat pelarut dan tuntuk bisa larut membutuhkan
viskositasnya sangat tinggi.
Berdasarkan sifat termalnya polimer dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Polimer Termoplastik Polimer ini mempunyai sifat fleksibel, dapat
melunak bila dipanaskan, dan kaku (mengeras) jika didinginkan. Contoh
polimer termoplastik yaitu polietilen (PE), polipropilen (PP), polivinil
klorida (PVC).
b. Polimer Termoset Polimer jenis ini memiliki berat molekul yang tinggi,
tidak lunak, dan sukar larut, contohnya polimetan sebagai bahan pengemas
dan melamin formaldehida (formika)
Polietilen dibuat dengan cara polimerisasi gas etilen, yang dapat
diperoleh dengan memberi hidrogen gas petrolium Plastik jenis LDPE
biasanya digunakan pada plastik pembungkus plastik, produk tas, minuman
gelas, dan pembungkus obat, untuk plastik jenis PET biasanya digunakan pada
botol kecap, saus sambal, botol air mineral dan botol minyak goreng.
5. Plastik jenis LDPE (Low density pholyethylene)
Menurut Mahmudi dan Puspita (2010) dalam Hambali, dkk (2013)
polietilen memiliki sifat kristalinisasi yang tinggi dan gaya tarik antar molekul
yang kuat sehingga kekuatan mekanik yang dimilikinya juga besar. Kekuatan
mekanik ini dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kuat tekan paving
block yang dihasilkan. Selain itu polietilen juga memiliki struktur yang tidak
berpori (Susah ditembus air) sehingga dapat menurunkan daya serap air pada
paving block. Polietilen pada proses polimerisasinya digolongkan menjadi
polietilen tekanan tinggi, tekanan medium, dan tekanan rendah (LDPE).
Low density Polyethylene (LDPE) adalah plastik yang terbuat dari minyak
bumi dengan rumus molekul (-CH₂-CH₂-)n dan sangat mudah dibentuk
ketika panas, plastik jenis ini merupakan resin yang keras, kuat, dan tidak
mudah bereaksi dengan zat kimia yang lain. Plastik jenis LDPE ini memiliki
tingkat resistansi kimia yang sangat baik dan tidak larut pada suhu ruang
karena sifat kristalinitasnya (Anonim, 2013) dalam (Hambali, dkk, 2013).
Plastik jenis LDPE memeiliki ciriciri bening, agak keruh, lentur, tipis, dan
mudah dibentuk ketika panas. Plastik jenis LDPE ini biasa digunakan untuk
pembungkus plastik, minuman gelas, tas plastik, kotak penyimpanan, mainan,
perangkat komputer, dan wadah yang di cetak.
LDPE memiliki densitas 0.910–0.940 g/cm3 dengan kekuatan antar
molekul dan kekuatan tensil yang rendah. LDPE diproduksi melalui
polimerisasi radikal bebas. LDPE biasa dipakai untuk tempat makanan dan
botol-botol yang lembek seperti madu, mustard, trash bag, pertanian dan
konstruksi bangunan. LDPE dapat didaur ulang dan baik untuk barang-barang
yang memerlukan fleksibilitas tinggi tetapi tetap kuat (Hambali, dkk, 2013).
6. Plastik jenis PET (Pholyethylene)
PET merupakan resin polyester yang tahan lama, kuat, ringan, dan mudah
di bentuk ketika panas, dengan kepekatannya 1,35-1,38 gram/cc. Rumus
molekul PET adalah (-CO-C6H5-CO-O-CH2-CH2-O-)n. Plastik jenis PET
banyak digunakan sebagai botol air minum ringan dan botol minyak goreng,
PET juga biasanya digunakan dalam laminasi (pelapisan), terutama untuk
bagian luar kemasan sehingga kemasan memiliki daya tahan yang lebih baik
terhadap kikisan dan sobekan. PET memiliki sifat sebagai berikut:
a. Trasparan (tembus pandang), jernih, bersih.
b. Memiliki struktur yang kaku, tebal, mengkilap dan keras
c. Sukar meleleh, Suhu minimum pelelehan 2600C
d. Permeabilitas uap air dan gas sangat rendah.
e. Tahan terhadap pelarut organik, seperti asam-asam dari buah-buahan.
f. Tidak tahan terhadap asam kuat seperti fenol dan benzil alkohol.
g. Plastik jenis PET kuat dan tidak mudah sobek.
Menurut Surono, dan Ismanto (2016) plastik jenis PET tidak
menghasilkan minyak sama sekali. Material yang keluar dari kondenser
semacam serbuk berwarna kekuning-kuningan. Bahkan serbuk ini menempel
di sepanjang saluran pipa. Dari hasil ini diketahui bahwa plastik tipe PET
tidak potensial untuk diolah menjadi bahan bakar minyak.
7. Metode Pengambilan Data
Ada 2 metode pengambilan data, yaitu:
a. Data skunder, yaitu dengan mengumpulkan jurnal-jurnal dari penelitian
sebelumnya, buku-buku referensi yang memuat tentang campuran beton
dan SNI sesuai dengan judul Skripsi.
b. Data primer (data survey lapangan), yaitu pengambilan data-data
langsung dari lapangan, seperti data Agregat kasar, agregat halus, agregat
limbah plastik jenis PET dan data hasil uji kuat tekan. Juga diambil data
lainnya berupa data absorbsi beton , berat beton, kondisi slump test dan
data lainnya yang memungkinkan pada saat dilapangan . dalam hal ini
data yang diambil berasal dari data laboratorium USU.
3.1 Kesimpulan
1. Aspal beton dengan penambahan limbah plastik HDPE 13 % memiliki
ketahanan paling baik dengan nilail Marshall Quotient (MQ) sebesar 366
kg/mm, sedangkan aspal beton tanpa penambahan limbah plastik memiliki
nilai Marshall Quotient sebesar 320 kg/mm, maka diperoleh peningkatan
nilai Marshall Quotient aspal beton setelah penambahan HDPE 13%
sebesar 14,4 %.
2. Hasil berat silinder beton yang paling ringan terdapat pada kadar
campuran PET 9% dari berat agregat halus. Secara lengkap terdapat dua
hasil yaitu FAS 0,5 = 11041,40 gr, dan FAS 0,6 = 10824,4 gr. Maka dapat
dikatakan Agregat halus PET mengurangi berat beton itu sendiri. Hasil
pengujian Slump test pada benda uji menunjukan bahwa Slump test
tertinggi ada pada FAS 0,6 dengan campuran PET 9% , yaitu dengan
ketinggian slump mencapai 135 mm atau 13 cm, dan 125 mm atau 12,5
cm pada FAS 0,5 dengan variasi campuran PET 9% pada beton . Maka
dapat disimpulkan bahwa penambahan Faktor air semen pada beton
tersebut dapat menambah jumlah air atau mortar memiliki kelecekan yang
tinggi (encer). Hasil absorbsi benda uji silinder menunjukan Rata-rata
absorbsi benda uji tertinggi FAS 0,5 = 1,268 % dan FAS 0,6 = 1,212 % ,
sedangkan menurut persyaratan absorbsi maksimal adalah 10% , maka
Absorbsi benda uji silinder memenuhi persyaratan. Nilai kuat tekan beton
ringan dengan campuran PET sebagai pengganti agregat halus
menunjukan kuat tekan benda uji silinder yang paling optimum pada
variasi benda uji PET 3% pada FAS 0,5 dan variasi benda uji PET 0%
pada FAS 0.6. yaitu 25 Mpa dan 19,9 Mpa. Dapat disimpulkan bahwa
pengaruh penambahan PET cenderung menambah kuat tekan beton dan
pengaruh Penambahan FAS cenderung mengurangi nilai kuat tekan beton
tersebut.
3. Kuat tekan paving block mengalami kenaikan pada saat paving block
ditambahkan agregat plastik sebesar 0% - 5% kemudian kuat tekan paving
block turun pada saat penambahan agregat pastik 0,75% - 1%. nilai kuat
tekan rata rata optimal terdapat pada penambahan agregat plastik 0,5%
senilai 8,06 MPa, dan nilai kuat tekan terkecil terdapat pada penambahan
agregat plastik 0% senilai 6,47 MPa. paving block dengan penambahan
agregat plastik jenis (LDPE+PET) sebesar 0,5% mengalami kenaikan nilai
kuat tekan sebesar 19,71% dari paving block tanpa penambahan agregat
plastik. Untuk menghasilkan 1 paving block dengan nilai kuat tekan
sebesar 8,06 MPa dan perbandingan agregatnya 1 : 7,25 dibutuhkan semen
0,24 kg, pasir 1,74 kg, plastik LDPE 0,0043 kg, plastik PET 0,0043 kg dan
air 0,12 kg. Nilai daya serap air paving block berbanding terbalik dengan
nilai kuat tekannya, uji daya serap air terendah terdapat pada penambahan
agregat plastik 0,5% yaitu sebesar 6,88%, sedangkan nilai daya serap air
paving block tertinggi pada penambahan agregat plastik 0% yaitu sebesar
11,79%. Pembuatan paving block pada pabrik kecil mampu mengurangi
limbah plastik LDPE dan PET seberat 60,2 kg perharinya dan jika dalam
satu bulan mampu mengurangi limbah plastik LDPE dan PET seberat
1,806 ton.
DAFTAR PUSTAKA
Vasudevan, R., Ramalinga, A., Sundarakanna, B., Velkennedy R. 2011. A
Technique to Dispose Waste Plastics in an Ecofriendly Way – Application
in Construction of Flexible Pavements. Tamil Nadu: Elsevier Ltd.
www.plasticsintl.com/sortable_materials.php diakses pada 1 Juni 2018 Pukul
12.45 WIB.
Arif Frasman Sibuea, Johannes Tarigan 2013 : “Pemanfaatan Limbah Botol
Plastik Sebagai Bahan Eco Plafie (Economic Plastic Fiber) Paving Block
Yang Berkonsep Ramah Lingkungan Dengan Uji Tekan, Uji Kejut Dan
Serapan Air)”, (Jurnal) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara
Bagus Soebandono, 2013 : “Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Campuran
Limbah Plastik HDPE”, (Jurnal) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dhiyando Giovanni Alfiandi 2016 : “Pengaruh Penggunaan Limbah Plastik PET
Sebagai Agregat Kasar Pada Beton Ringan Struktural”, (Tugas akhir)
Universitas Universitas Sumatera Utara
Erwin Romel, 2013 : “Pembuatan Beton Ringan Dari Aggregat Buatan Berbahan
Plastik”, (Jurnal) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Malang.
SK SNI 7656:2012: “Tata cara pemilihan campuran untuk beton normal, beton
berat dan beton massa”.pdf https://www.scribd.com/doc/50677554/SNI-03-
2834-1993
Tjokrodimuljo. Kardiyono. 2009, “ Teknologi Beton.”, Penerbit Biro Penerbit
KMTS FT UGM , yogyakarta
Riyadi, M. dan Amalia. 2005. Teknologi Bahan 1. Jakarta: Politeknik Negeri
jakarta.
Amran, Yususf. 2015. Pemanfaatan Limbah Plastik untuk Bahan Tambahan
Pembuatan Paving Block Sebagai Alternatif Perkerasan pada Lahan Parkir
di Universitas Muhammadiyah Metro. Lampung: Universitas
Muhammadiyah Metro.
SNI 03-0691-1996. Bata Beton (Paving Block). Badan Standarisasi Nasional.
Nikmah, 2015. Pemanfaatan Limbah Thermoplastic Polyethylene Terephtalate
(PET) Untuk Aplikasi Material Paving Bangunan Sebagai Solusi
Permasalahan Lingkungan. Jurnal Ilmiah. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: Teknik Sipil dan
Lingkungan Universitas Gajah Mada.
Indrawijaya, B. dkk. 2019. Pemanfaatan Limbah Plastik LDPE Sebagai Pengganti
Agregat untuk Pembuatan Paving Block Beton. Jurnal Ilmiah. Tangerang
Selatan: Universitas Pemulang.
Rachmawati, Q. Dan W. Herumurti. 2015. Pengelolaan Sampah secara Pirolisis
dengan Variasi Rasio Komposisi Sampah dan Jenis Plastik. Jurnal Ilmiah.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
http://www.plastic.web.id/forum/density-massa-jenis-plastik/