Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH CAMPURAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN

BANGUNAN

ILMU BAHANBANGUNAN

DISUSUN OLEH
NAMA : MUTIARA HELPITIANI
NIM : 2020D1B108
KELAS: 3D

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton merupakan salah satu komponen penting dalam bidang konstruksi,
baik yang struktural maupun yang nonstruktural. Beton memiliki banyak fungsi,
dan juga merupakan peran penting dalam menjaga kestabilan dan kekuatan
bangunan tersebut. Ada bannyak jenis beton yang dapat kita jumpai. Seperti beton
tulangan, beton precast , beton concentrate, beton ringan dan masih banyak
lainnya.
Pada saat ini penggunaan beton ringan untuk kebutuhan pembangunan
gedung berlantai tinggi sangat banyak. Penggunaanya sendiri biasanya di
fokuskan pada pembuatan dinding atau bagian beton yang nonstructural. Beton
ringan saat ini memiliki banyak variasi , seperti beton dengan bahan tambah
flyash, batok kelapa, sabut kelapa, serat plastik dan masih banyak lagi walaupun
untuk kebutuhan umum.
Pemanfaatan beton ringan dengan bahan tambahan limbah plastik sudah
banyak di teliti oleh para peneliti terdahulu. Dengan menggunakan limbah plastik
sebagai bahan campuran beton ringan diharapkan dapat menaikan kuat tekan
beton ringan tersebut , dan juga agar dapat mengurangi dampak negatif dari
limbah botol plastik.
Pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan campuran beton ringan adalah
salah satu solusi untuk mengurangi dampak penggunaan limbah plastik yang
semakin besar. Sifat plastik yang non biodegradable (sulit diuraikan) menjadi
permasalahan yang sampai saat ini masih dicari solusinya. Penggunaan limbah
plastik sendiri sudah banyak divariasikan dengan bahan bangunan lainnya, saat ini
salah satu solusi untuk penanggulangan limbah plastik hanya sebatas dibakar atau
di daur ulang menjadi material yang sama. Pembakaran limbah plastik akan
menimbulkan berbagai zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan dan kondisi
alam.
Nurmantian, Purnawan, Wibowo, (2014) pemakaian beton ringan masih
ditujukan pada beton non struktural saja karena pada umumnya beton ringan
mempunyai kuat tekan maksimum 15 MPa. Solusi untuk meningkatkan kekuatan
beton ringan foam ini adalah dengan menambahkan serat kedalam adukan berupa
serat polypropylene.
Ada banyak jenis plastik dari polyethylene. Salah satunya adalah PET
(polyethylene terephthalate), Polyethylene dihasilkan dari proses polimerisasi
molekul-molekul gas ethylene yang secara bersama-sama membentuk rangkaian
panjang molekul sampai menjadi bentuk plastik (polimer). Penelitian ini
menggunakan limbah plastik dengan jenis polyethylene atau yang biasa disingkat
dengan nama PET .
Pada penelitian ini juga ditambahkan perbedaan pada FAS setiap benda uji
0.5 dan 0.6. Diharapkan hasil penelitian ini agar bisa menjadi alternatif untuk
kemajuan di bidang konstruksi maupun sebagai salah satu solusi pengangulangan
limbah plastik jenis PET
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Umum
2.1.1 Plastik
Pelastik adalah suatu polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu
sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang atau monomer.
Bahan pembuat plastik awalnya adalah minyak dan gas sebagai sumber alami, dan
saat ini banyak digantikan dengan bahan sintetis. Sifat-sifat fisik plastik adalah:
1. Thermoplastic Jenis plastik ini dapat didaur ulang atau dicetak kembali dengan
proses pemanasan ulang, seperti Polyethylene Terephtalate (PET), Polystyrene
(PS), dan Polycarbonate (PC).
2. Thermosetting Jenis plastik ini tidak dapat didaur ulang atau dicetak lagi
dengan proses pemanasan ulang, oleh karena pemanasan ulang yang
menyebabkan kerusakan pada molekul-molekulnya, seperti melamin.
Terdapat berbagai jenis plastik yang umum digunakan, setiap jenis plastik
memiliki kegunaan dan dan kelebihan masing-masing.

2.1.2 Beton
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah. Untuk
mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan bahan penyusun
beton) memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-masing
komponen. Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya
kecil. Oleh karena itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan
dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi.
Beton digunakan dalam pekerjaan teknik sipil karena berguna sebagai salah
satu bahan bangunan yang paling kuat terhadap tekan dan daya tahan beton yang
lumayan tinggi mempermudah pengerjaan dalam bidang teknik sipil.
Kelebihan beton adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan
konstruksi. Selain itu pula beton juga memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap
temperatur yang tinggi dan biaya pemeliharaan yang murah. Sedang
kekurangannya adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah tanpa kerusakan.
Pada struktur beton, jika ingin dilakukan penghancuran maka akan mahal karena
tidak dapat dipakai lagi. Beda dengan struktur baja yang tetap bernilai. Berat,
dibandingkan dengan kekuatannya dan daya pantul yang besar.
Secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah:
1. Kelebihan beton antara lain:
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi
b. Mampu memikul beban berat
c. Tahan terhadap temperatur tinggi
d. Biaya pemeliharaan yang kecil
2. Kekurangan beton antara lain:
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
c. Berat
d. Kekuatan tariknya rendah meskipun kekuatan tekannya besar Beton
memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam tariknya. Jika
struktur itu langsung jika tidak diberi perkuatan yang cukup akan mudah
gagal. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tariknya sekitar 9%-5% kuat
tekannya. Maka dari itu perkuatan sangat diperlukan dalam struktur beton.
Perkuatan yang umum adalah dengan menggunakan tulang baja yang jika
dipadukan sering disebut dengan beton bertulang.
Beton adalah hasil campuran yang diperoleh dengan cara mencampurkan
semen Portland, air dan agregat (bahan tambahan yang sangat bervariasi mulai
dari bahan kimia tambahan, serat sampai bahan bangunan kimia dengan
perbandingan tertentu). Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan.
Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air. Beton
yang sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan dengan
ronggarongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah) dan diisi
oleh batuan kecil (agregat halus atau pasir) dan pori-pori antara agregat halus diisi
oleh semen dan air (pasta semen).
Jika ingin membuat beton berkualitas baik, dalam arti memenuhi
persyaratan yang lebih ketat karena tuntutan yang lebih tinggi, maka harus
diperhitungkan dengan seksama cara-cara memperoleh adukan beton (beton
segar/fresh concrete) yang baik dan beton (beton keras/hardened concrete) yang
dihasilkan juga baik. Beton yang baik adalah beton yang kuat, tahan awet, kedap
air, dan sedikit mengalami perubahan volume.
Sifat-sifat beton di pengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
1. Kualitas semen, untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat.
2. Digunakan jenis-jenis semen yang memenuhi syarat-syarat yang sudah
ditetapkan.
3. Perbandingan campuran semen Portland, bahan tambahan (aditif) dan air.
4. Cara mencampur komponen.
5. Agregat kasar (kerikil atau batu pecah).
6. Ketelitian pekerjaan perawatan.
a. Umur beton, dan
b. Suhu udara waktu mencampur dan waktu proses pengerasan beton.

2.1.3 Bata Beton (Paving Block)


Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang
dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air
dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi
mutu bata beton itu (SNI 03-0691-1996). Paving block biasanya diaplikasikan
untuk perkerasan jalan seperti peralatan parkir, pejalan kaki, trotoar, taman, area
perumahan dan lain lain. Penggunaan paving block memiliki banyak kelebihan
diantaranya yaitu:
1. Paving block memiliki daya serap air yang baik sehingga dapat mengurangi
genangan air di jalan dan mengurangi banjir.
2. Dengan daya serap yang tingngi akan meminimalisasi aliran permukaan dan
memperbanyak infiltrasi dalam tanah.
3. Dapat diproduksi secara masal.
4. Paving block tidak menimbulkan kebisingan dan pencemaran udara berupa
debu pada saat pengerjaaannya.
5. Pengaplikasiannya pada pembangunan jalan tanpa memerlukan keahlian
khusus.
6. Paving block dapat lebuh mudah dihamaparkan daripada aspal, dan langsung
bisa digunakan tanpa menunggu pengerasan.
7. Bentuk atau desain paving block bisa disesuaikan sesuai kebutuhan dan
memiliki nilai estetika yang unik sesuai keinginan.
8. Tekstur permukaan yang kasar, sehingga bisa digunakan untuk perkeranan
jalan.
9. Pemasangan yang mudah, tidak memerlukan semen atau bahan pengikat
lainnya, cukup menggunakan pasir sebagai bahan pengisidan biaya
perawatannya murah.
10. Paving block menghasilkan sampah konstruksi lebih sedikit dibandingkan
dengan perkerasan jalan plat beton.
11. Harga paving block lebih murah dibandingkan dengan jenis perkerasan
konvensional yang lainnya.
12. Apabila terjadi kerusakan pada paving block dapat diganti dengan mudah.
Selain memiliki kelebihan, paving block juga memiliki kekurangan
diantaranya yaitu:
a. Pemasangan paving block mudah bergelombang jika daya dukung tanah
dan pondasinya kurang kuat.
b. Paving block kurang cocok dipasang di lahan yang dilalui kendaraan
berkecepatan tinggi, biasanya paving block di pasang di lahan pemukiman
dan perkotaan yang padat.

2.2 Karakteristik Bahan


2.2.1 Karakteristik plastik
Karakteristik dari plastik terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1. Karakteristik termal, yaitu keadaan termal dari plastik menggunakan Thermo
Gravimetry Analyzer dan Differential Scanning Calorimeter untuk
menentukan rentang temperatur dekomposisi, suhu softening, dan
pembakaran, serta produk yang dihasilkan ketika melewati rentang temperatur
tersebut. Untuk jenis plastik PE, PP, dan PS tidak dapat larut dalam air dan
larutan 5% asam asetat. Karakteristik termal dapat dilihati pada tabel 2.1
berikut.

Tabel 2.1 Karakteristik Termal

Jenis Rentang suhu (oC) Produk yang dihasilkan


plastik Softening Dekomposisi Ignition Softening Dekomposisi Ignition
- CO,
PE 100-120 270-350 >700 CH4, C2H6
CO2
- CO,
PP 140-160 270-300 >700 C2H6
CO2
- CO,
PS 110-140 300-350 >700 C6H6
CO2
Sumber: Purwonugroho, 2018

2. Karakteristik fisik, yaitu mencakup ketebalan, kelarutan dan rentang suhu


softening. (Vasudevan, dkk., 2011)

2.2.2 Sifat dan karakteristik beton


Sifat dan Karakteristik beton bergantung pada bahan dan agregat yang
digunakan dalam pencampuran beton tersebut . Tahapan dan proses produksi
dilapangan sangat berpengaruh untuk menghasilkan beton dengan kualitas dan
mutu yang baik.
1. Kemudahan Pengerjaan (workability)
Beton segar yang baik terlihat dari kemudahan adukan tersebut dikerjakan
(workability). Walaupun suatu struktur beton diciptakan untuk mempunyai
kekuatan tekan yang tinggi tapi jika beton tersebut tidak mempunyai
workability dilapangan maka rancangan tersebut menjadi percuma, maka dari
itu beton yang baik akan mempunyai sifat:
a. Mobilitas, yaitu kemudahan spesi beton dapat dituangkan (dialirkan)
kedalam cetakan pada saat pengecoran.
b. Kompaktibilitas, yaitu kemudahan spesi beton dipadatkan dan rongga
udara dihilangkan.
c. Stabilitas, yaitu kemampuan spesi beton untuk tetap sebagai masa yang
homogen dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi
segregasi dari bahan utamanya.
2. Pemisahan Air (bleeding)
Kecenderungan air untuk naik ke permukaan beton yang baru dipadatkan
dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-butir pasir
halus, yang pada saat beton mengeras akan membentuk selaput (laitence).
Bleeding dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Susunan butir agregat : jika kompposisinya sesuai, kemungkinan bleeding
kecil.
b. Banyaknya air : semakin banyak air maka kemungkinan bleeding semakin
besar.
c. Proses pemadatan : pemadatan berlebih dapat menyebabkan bleeding.
d. Kecepatan hidrasi : semakin cepat beton mengeras, semakin kecil
kemungkinan bleeding.
Bleeding dapat dikurangi dengan cara : (1). Memberi lebih banyak semen.
(2). Menggunakan air sedikit mungkin. (3). Menggunakan pasir lebih banyak
dan (4). Memasukan sedikit udara dalam adukan untuk beton khusus.
3. Pemisahan Kerikil (segregation)
Kecenderungan butir-butir kasar untuk lepas dari campuran beton
dinamakan segregasi. Hal ini akan menyebabkan sarang kerikil, yang pada
akhirnya akan menyebabkan keropos pada beton. Segregasi ini disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain :
a. Campuran kurus atau kurang semen.
b. Terlalu banyak air.
c. Besar ukuran agregat maksimum lebih dari 40 mm.
d. Permukaan butir agregat kasar, semakin kasar permukaan butir agregat
semakin mudah terjadi segregasi.
Untuk mengurangi kecenderungan segregasi maka diusahakan air yang
diberikan sedikit mungkin, adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian
yang terlalu besar dan cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan
harus mengikuti cara-cara yang betul.
4. Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton merupakan sifat yang paling penting dan salah satu
kinerja utama beton keras, dan umumnya dipertimbangkan dalam perencanaan
campuran beton. Kuat tekan beton merupakan daya beton tersebut menahan
beban dalam satuan luas.
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton dalam menahan seberapa besar
gaya tekanan yang akan diberikan dalam persatuan luas, namun di dalam
beton tetap terjadi penarikan kecil pengujian kuat tekan beton dapat
menggunakan alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder ukuran 150 mm x
300mm, dengan mengukuti prosedur SNI atau pun ASTM C-39.
Beberapa faktor seperti ukuran dan bentuk agregat, jumlah pemakaian
semen, jumlah pemakaian air, proporsi campuran beton, perawatan beton
(curing), usia beton ukuran dan bentuk sampel, dapat mempengaruhi kekuatan
tekan beton. Kekuatan tekan benda uji beton dihitung dengan rumus :
Dengan :
Fc : kekuatan tekan (kg/cm2)
P : beban tekan (kg)
A : luas permukaan benda uji (cm2)

2.2.3 Kuat tekan beton (f’c)


Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur . semakin
tinggi mutu kekuatan struktur beton yang diinginkan maka akan semakin tinggi
pula mutu beton yang disyaratkan. kekuatan beton dinotasikan sebagai berikut
(SNI).
F’c : Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (MPa)
Fck : Kekuatan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji kubus 150mm atau
dari silinder dengan diameter 150mm dan tinggi 300mm (MPa).
Fc : Kekuatan tarik dari ha sil uji belah silinder beton (MPa).
F’cr : Kekuatan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai dasar pemilihan
perancangan campuran beton (MPa).
S : Deviasi standar (s) (MPa).
Beton perlu dirancang campurannya agar sesuai dan tidak lebih kecil dari
f’c yang disyaratkan. Kriteria beton harus sesuai dengan standar yang sudah
berlaku. Ada beberapa hal yang memepengaruhi kuat tekan beton yaitu :
1. Sifat dan jenis agregat
Sifat dan jenis agregat yang digunakan juga berpengaruh terhadap kuat tekan
beton. Semakin tinggi tingkat kekerasan agregat yang digunakan akan
dihasilkan kuat tekan beton yang tinggi. Selain itu susunan besar butiran
agregat yang baik dan tidak seragam dapat memungkinkan terjadinya interaksi
antar butir sehingga rongga antar agregat dalam kondisi optimum yang
menghasilkan beton padat dan kuat tekan yang tinggi.
2. Jenis Campuran
Jenis campuran beton akan mempengaruhi kuat tekan beton. Jumlah pasta
semen harus cukup untuk melumasi seluruh permukaan butiran agregat dan
mengisi rongga-rongga diantara agregat sehingga dihasilkan beton dengan
kuat tekan yang diinginkan.
3. Perawatan (curing)
Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang diinginkan, maka
beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan dengan tujuan agar proses
hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses hidrasi semen
dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu cepat
mengering, akan timbul retak-retak pada permukaannya. Retak-retak ini akan
menyebabkan kekuatan beton turun, juga akibat kegagalan mencapai reaksi
hidrasi kimiawi penuh.
2.2.4 Klasifikasi paving block
Berdasarkan SK SNI T – 04 – 1990 – F, klasifikasi paving block
didasarkaan pada bentuk, tebal, kekuatan dan warna, klasifikasi tersebut antara
lain:
1. Klasifikasi berdasarkan bentuk
Bentuk paving block secara garis besar terbagi atas dua macam, yaitu:
a. Paving block bentuk segiempat (rectangular)
b. Paving block bentuk segi banyak
Pada pemakaian bentuk bentuk paving block dapat disesuaikan sesuai
dengan keperluan. Pada konstruksi perkerasan jalan dengan lalu lintas sedang
sampai berat seperti: jalan raya, kawasan industri, lebih cocok mennggunakan
paving block berbentuk segiempat.sedangkan untuk perkerasan jalan untuk
pejalan kaki, taman dan yang lainnya bisa menggunakan bentuk grassblock,
cacing, trihek.
Kuipers (1984) dalam penelitiannya berkesimpulan bahwa pemakaian
bentuk segiempat untuk lalulintas sedang dan berat lebih cocok karena sifat 14
pengunciannya yang konstan serta mudah dicungkil apabila sewaktu-waktu
akan diadakan perbaikan.
2. Klasifikasi Berdasarkan Ketebalan
Ketebalan paving block dalam produksinya ada 3 macam yaitu
a. Paving block dengan ketebalan 60 mm.
b. Paving block dengan ketebalan 80 mm
c. Paving block dengan keteballan 100 mm
Pemilihan ketebalan Paving block dalam pemakaiannya harus disesuaikan
pada kuat tekan rencana dan rencana penggunaannya
3. Klasifikasi Berdaasarkan Warna
Warna yang telah beredar di pasaran yaitu warna abu-abu, hitam dan
merah. Pemberian warna pada paving block bertujuan selain dari estetika
bangunan, juga untuk memberi batas pada perkerasan seperti tempat parkir,
taman, tali air, dan lain-lain.
2.2.5 Timeline Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan sesuai timeline seperti terlihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Timeline

2.2.6 Material penyusun paving block


Kualitas paving block ditentukan oleh material penyusunnya, bahan
tambahannya, proses pembuatannya dan alat yang digunakan. Material penyusun
paving block terdiri dari semen Portland (PC), agregat halus dan air. Material
tersebut haruslah sesuai standar nasional indonesia supaya kualitas paving block
yang ingin dicapai terpenuhi. Material penyusun paving block adalah sebagai
berikut:
1. Semen PPC (portland pozzoland cement)
Semen portland pozolan adalah suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang
diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-
sama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk
pozoland, atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar
pozoland 6 % sampai dengan 40 % dari masa semen pozoland (SNI
0302:2014).
Pozolan merupakan bahan yang mengandung silica atau senyawanya dan
alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi
dalam bentuknya yang halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan
bereaksi secara kimia sengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk
senyawa yang mempunyai sifat seperti semen. Sifat-sifat semen portland
menurut pemakaian antara lain:
a. Susunan Kimia
Bahan dasar semen portland terdiri dari bahan bahan yang mengandung
kapur (CaO), oksida silika (Si0₂), oksida alumina (Al₂O3), oksida besi
(Fe₂O3). Kandungan dari keempat bahan tersebut kurang lebih 95% dari
berat semen keseluruhan dan sebanyak 5% terdiri dari oksida magnesium
(MgO) dan oksida yang lain.
b. Hidrasi Semen Apabila semen bersentuhan dengan air maka terjadi reaksi
Hidrasi semen, dengan arah hidrasi dari luar kedalam, dan tahap hidrasi
berikutnya pasta semen menjadi gel. Panas juga keluar selama proses
berlangsung (panas hidrasi)
c. Setting (pengikatan) dan Hardening (Pengerasan) Pengikatan pada adonan
semen dengan air dimaksudkan sebagai gejala terjadinya kekakuan pada
adonan. Dalam prakteknya sifat ikat ditunjukkan dengan waktu pengikatan
yaitu mulai dari adonan terjadi sampai terjadi kekakuan.
Menurut Tjokrodimuljo (2007:11) menyatakan semen jika dicampur
dengan air membentuk gel yang secara bertahap menjadi kurang plastis, dan
akhirnya menjadi kurang plastis, dan akhirnya menjadi keras, ini disebut
dengan waktu ikat. Waktu dari saat pencampuran semen dan air sampai saat
kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu ikat awal, dan waktu sampai
mencampai pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikat akhir.
Menurut SNI 0302:2014, jenis semen dan penggunaannya dibagi menjadi 4
jenis yaitu:
a) Jenis IP-U yaitu jenis semen portland pozoland yang dapat digunakan
untuk semua tujuan pembuatan adukan beton.
b) Jenis IP-K yaitu semen portland pozolan yang dapat digunakan untuk
semua tujuan pembuatan adukan beton, terutama semen untuk tahan sulfat
sedang, dan panas hidrasi sedang.
c) Jenis P-U yaitu semen portland pozolan yang dapat digunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
d) Jenis P-K yaitu semen portland pozoland yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi,
serta digunakan untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.
Karakteristik semen portland pozolan:
a. Memiliki ketahanan sedang terhadap sulfat dan garam
b. Panas hidrasi sedang, lebih rendah dibandingkan OPC (ordinary portland
cement)
c. Proses pengerasan semakin lama semakin kuat atau perkembangan kuat
tekan akhir baik, dikarenakan kandungan SiO2 pada pozolan.
Kelebihan semen portland pozolan dari jenis semen lainnya yaitu:
a. Ketahanan sulfat sedang. Panas hidarasi sedang.
b. Semakin lama semakin kuat. Beton lebih kedap. Setara Semen portland
Type II.
c. Cocok untuk pembangunan perumahan, jalan raya, dermaga, irigasi,
konstruksi tepi pantai atau tepi rawa.
d. Ukuran partikel lebih halus, sehingga lebih rapat dalam mengisi rongga
beton, yang mengakibatkan kuat tekan lebih tinggi.
2. Air
Air adalah salah satu bahan yang penting dalam pembuatan beton, air
diperlukan agar terjadi reaksi kimia dengan semen untuk membasahi agregat
dan untuk melumas agregat agar mudah dalam pengerjaannya. Air yang
memenuhi persyaratan sebagai air minum juga memenugi syarat untuk bahan
campuran beton (terapi tidak berarti air untuk pencampuran beton harus
memenuhi standar persyaratan air minum).
Menurut SK SNI S-04-1989-F dalam Tjokrodimuljo (2007:49)
Mensyaratkan air yang dapat digunakan aebagai bahan bangunan sebagai
berikut:
a. Air Harus Bersih
b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual. Benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih
dari 2 gram per liter.
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak
beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram per liter.
d. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram per liter. Khusus untuk
beton pra-tegang kandungan klorida tidak boleh lebih dari 0,05gram per
liter.
e. Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO3) lebih dari 1 gram per
liter. Kualitas paving akan berkurang jika air mengandung kotoran.
Pengatuh pada beton diantaranya lamanya waktu ikat awal adukan beton,
kekuatannya, kekedapannya air setelah beton mengeras, adanya butiran
melayang (lumpur) dalam air diatas 2 gram per liter.
3. Agregat
Menurut Mulyono (2001) dalam Amran (2015), agregat adalah butiran
mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton,
walaupun hanyas ebagai bahan pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat beton. Sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian
penting dalam pembuatan beton. sifat yang paling penting dari agregat ialah
kekuatan hancur, dan ketahanan terhadap benturan, porositas, karakteristik
penyerapan air dan gradasi agregat.
Dalam prakteknya agregat umumnya di bedakan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
a. Batu, untuk besar butiran lebihdari 40 mm
b. Kerikil, untuk besar butiran antara 5 mm sampai 40 mm
c. Pasir, untuk besar butiran antara 0,15 sampai dengan 5 mm Agregat halus
mempunyai bentuk yang baik (bulat mendekati kubus), bersih, keras, kuat,
dan gradasinya baik.
Agregat harus mempunyai kestabilan kimiawi, dan dalam hal-hal tertentu
harus tahan aus, dan tahan cuaca.
Menurut Tjokodimuljo (2007) pasir (agregat halus) secara umum memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Berat jenis pasir Berat jenis pasir adalah rasio antara massa padat pasir dan
massa air dengan volume yang sama pada suhu yang sama. Berdasarkan
berat jenisnya, agregat dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Agregat normal, adalah agregat yang berat jenisnya antara 2,5 sampai
2,7. Agregat normal biasanya berasal dari agregat granit, basalt,
kuarsa, dan lainnya.
2) Agregat berat, adalah agregat yang berat jenisnya lebih dari 2,8
misalnya magnetik (Fe3 O4), barytes (BaSO4), atau serbuk besi.
3) Agregat ringan, adalah agregat yang berat jenisnya kurang dari 2.0,
Beton ringan biasanya dipakai untuk elemen non-struktural, kelebihan
dari agregat ringan yaitu berat sendiri yang rendah sehingga struktur
pendukungnya dan fondasinya lebih kecil.
b. Gradasi pasir Gradaasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari
agregat. Agregat halus (pasir) dapat dibagi menjadi empat jenis menurut
gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar, kasar. Menurut
Tjokrodimuljo (2007:28), terdapat batas-batas gradasi agregat, yang
dipaparkan dalan tabel 2.2

.
Tabel 2.2. Batas – batas gradasi agregat
lubang Persen berat butir yang lewat %
Ayakan kasar agak Agak halus
(mm) halus halus
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 15-35 35-59 60-10 80-100
0,3 5-20 8-30 12-10 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15

4. Polimer
Polimer adalah sejenis plastik, serat, film dan sebagainya yang bisasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai berat molekul diatas
10.000. polimer memiliki sifat-sifat yang rumit dikarenakan jumlah atom
pembentuk yang jauh lebih besar dibandingkan dengan senyawa yang berat
atomnya rendah. Umumnya suatu polimer dibangun oleh satuan struktur
tersusun secara berulang diikat oleh gaya tarik-menarik yang di sebut ikatan
kovalen. Ada gaya tarik menarik antara atom-atom di dalam benda
diantaranya yaitu: (1) ikatan kovalen, (2) ikatan ion, (3) ikatan logam, (4)
ikatan koordinat, (5) ikatan hidrogen, (6) gaya van der waals, (7) ikatan hidro-
fobik.
Bahan polimer mempunyai berat molekul besar dan berikatan kovalin,
sifat sifat ini menunjukan sifat yang berbeda dari bahan organik yang
mempunyai berat molekul yang rendah. Bahan yang mrmpunyai berat molekul
rendah jika dipanaskan berubah menjadi cair, dengan viskositas rendah
(menguap jika dipanaskan), sedangkan bahan pulimer jika dipanaskan mencair
dengan sangat kental dan tidak menguap. Polimer ini merupakan bahan yang
tidak dapat terurai karena pada saat terkena panas akan menjadi karbon dan
pada tahap akhir tanpa penguapan.
Banyak bahan yang mempunyai berat molekul rendah larut pada pelarut
yang mempunyai viskositas yang rendah, sedangkan sejumlah bahan polimer
umumnya tidak larut pada zat pelarut dan tuntuk bisa larut membutuhkan
viskositasnya sangat tinggi.
Berdasarkan sifat termalnya polimer dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Polimer Termoplastik Polimer ini mempunyai sifat fleksibel, dapat
melunak bila dipanaskan, dan kaku (mengeras) jika didinginkan. Contoh
polimer termoplastik yaitu polietilen (PE), polipropilen (PP), polivinil
klorida (PVC).
b. Polimer Termoset Polimer jenis ini memiliki berat molekul yang tinggi,
tidak lunak, dan sukar larut, contohnya polimetan sebagai bahan pengemas
dan melamin formaldehida (formika)
Polietilen dibuat dengan cara polimerisasi gas etilen, yang dapat
diperoleh dengan memberi hidrogen gas petrolium Plastik jenis LDPE
biasanya digunakan pada plastik pembungkus plastik, produk tas, minuman
gelas, dan pembungkus obat, untuk plastik jenis PET biasanya digunakan pada
botol kecap, saus sambal, botol air mineral dan botol minyak goreng.
5. Plastik jenis LDPE (Low density pholyethylene)
Menurut Mahmudi dan Puspita (2010) dalam Hambali, dkk (2013)
polietilen memiliki sifat kristalinisasi yang tinggi dan gaya tarik antar molekul
yang kuat sehingga kekuatan mekanik yang dimilikinya juga besar. Kekuatan
mekanik ini dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kuat tekan paving
block yang dihasilkan. Selain itu polietilen juga memiliki struktur yang tidak
berpori (Susah ditembus air) sehingga dapat menurunkan daya serap air pada
paving block. Polietilen pada proses polimerisasinya digolongkan menjadi
polietilen tekanan tinggi, tekanan medium, dan tekanan rendah (LDPE).
Low density Polyethylene (LDPE) adalah plastik yang terbuat dari minyak
bumi dengan rumus molekul (-CH₂-CH₂-)n dan sangat mudah dibentuk
ketika panas, plastik jenis ini merupakan resin yang keras, kuat, dan tidak
mudah bereaksi dengan zat kimia yang lain. Plastik jenis LDPE ini memiliki
tingkat resistansi kimia yang sangat baik dan tidak larut pada suhu ruang
karena sifat kristalinitasnya (Anonim, 2013) dalam (Hambali, dkk, 2013).
Plastik jenis LDPE memeiliki ciriciri bening, agak keruh, lentur, tipis, dan
mudah dibentuk ketika panas. Plastik jenis LDPE ini biasa digunakan untuk
pembungkus plastik, minuman gelas, tas plastik, kotak penyimpanan, mainan,
perangkat komputer, dan wadah yang di cetak.
LDPE memiliki densitas 0.910–0.940 g/cm3 dengan kekuatan antar
molekul dan kekuatan tensil yang rendah. LDPE diproduksi melalui
polimerisasi radikal bebas. LDPE biasa dipakai untuk tempat makanan dan
botol-botol yang lembek seperti madu, mustard, trash bag, pertanian dan
konstruksi bangunan. LDPE dapat didaur ulang dan baik untuk barang-barang
yang memerlukan fleksibilitas tinggi tetapi tetap kuat (Hambali, dkk, 2013).
6. Plastik jenis PET (Pholyethylene)
PET merupakan resin polyester yang tahan lama, kuat, ringan, dan mudah
di bentuk ketika panas, dengan kepekatannya 1,35-1,38 gram/cc. Rumus
molekul PET adalah (-CO-C6H5-CO-O-CH2-CH2-O-)n. Plastik jenis PET
banyak digunakan sebagai botol air minum ringan dan botol minyak goreng,
PET juga biasanya digunakan dalam laminasi (pelapisan), terutama untuk
bagian luar kemasan sehingga kemasan memiliki daya tahan yang lebih baik
terhadap kikisan dan sobekan. PET memiliki sifat sebagai berikut:
a. Trasparan (tembus pandang), jernih, bersih.
b. Memiliki struktur yang kaku, tebal, mengkilap dan keras
c. Sukar meleleh, Suhu minimum pelelehan 2600C
d. Permeabilitas uap air dan gas sangat rendah.
e. Tahan terhadap pelarut organik, seperti asam-asam dari buah-buahan.
f. Tidak tahan terhadap asam kuat seperti fenol dan benzil alkohol.
g. Plastik jenis PET kuat dan tidak mudah sobek.
Menurut Surono, dan Ismanto (2016) plastik jenis PET tidak
menghasilkan minyak sama sekali. Material yang keluar dari kondenser
semacam serbuk berwarna kekuning-kuningan. Bahkan serbuk ini menempel
di sepanjang saluran pipa. Dari hasil ini diketahui bahwa plastik tipe PET
tidak potensial untuk diolah menjadi bahan bakar minyak.
7. Metode Pengambilan Data
Ada 2 metode pengambilan data, yaitu:
a. Data skunder, yaitu dengan mengumpulkan jurnal-jurnal dari penelitian
sebelumnya, buku-buku referensi yang memuat tentang campuran beton
dan SNI sesuai dengan judul Skripsi.
b. Data primer (data survey lapangan), yaitu pengambilan data-data
langsung dari lapangan, seperti data Agregat kasar, agregat halus, agregat
limbah plastik jenis PET dan data hasil uji kuat tekan. Juga diambil data
lainnya berupa data absorbsi beton , berat beton, kondisi slump test dan
data lainnya yang memungkinkan pada saat dilapangan . dalam hal ini
data yang diambil berasal dari data laboratorium USU.

2.3 Analisa Harga Bahan


Harga Termurah Biji Plastik PP Juni 2021. Surya Indo Utama menjual biji plastik
daur ulang Polypropylene PP dengan berbagai jenis dan varian warna. Menjadi
distributor resmi biji plastik sejak 1970, kami berkomitmen untuk selalu
menjamin kualitas dan kebersihan, sehingga konsumen dapat menghasilkan
produk premium yang berkualitas.
Berikut jenis dan varian warna PP yang tersedia:
Paving block dengan substitusi plastic 0,4% dari pasir
Kebutuhan
Harga per
No Bahan Sat 1 paving block 50 paping Total
satuan
block
1 Semen kg 0,6 32,40 Rp. 1000 Rp. 32.398
2 Pasir m
3
0,001229 0,06145 Rp. 175.000 Rp. 10.754
3 Plastik Kg 0,00445 0,2225 Rp. 7.000 Rp. 1.558
Total biaya bahan untuk 50 paving atau 1 m3 Rp. 44.709
Item Jumlah Harga Defresiasi alat Nilai nominal defresiasi alat
4 Mesin 1 set Rp. 5 tahun atau Rp. 90.000 /hari
(kapasitas (1mesin 135.000.000 1500 hari Rp. 45 /paving
produksi press, kerja Rp. 2.250 /50 paving
2000 cetakan &
buah/hari) 1 mixer)
5 Alat prosedur 1 set (4 Rp. 6 bulan atau Rp. 20.000 /hari
alas & 8 3.000.000 150 hari kerja Rp. 10 /paving
alat bantu Rp. 500 /50 paving
kerja
Total biaya mesin & alat untuk 50 paving atau 1 m3 Rp. 2.750
Item Jumlah Gaji perbulan jumlah Upah pegawai
(orang)
6 Gaji 4 Rp. Rp. 6.800.000 Rp. /hari
karyawan (25 1.700.000 272.000
hari x 10 jam Rp. 136 /paving
kerja
Total upah karyawan untuk 50 paving atau 1 m3 Rp. 6.800
Total biaya modal untuk 50 paving atau 1 m3 Rp. 54.259
7 Operasional 5% dari total biaya modal Rp. 2.713
Total biaya modal & operasional untuk 50 paving atau 1 m3 Rp. 56,972
Harga jual paving block untuk 50 buah paving block atau 1 m3 Rp. 63.000
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Aspal beton dengan penambahan limbah plastik HDPE 13 % memiliki
ketahanan paling baik dengan nilail Marshall Quotient (MQ) sebesar 366
kg/mm, sedangkan aspal beton tanpa penambahan limbah plastik memiliki
nilai Marshall Quotient sebesar 320 kg/mm, maka diperoleh peningkatan
nilai Marshall Quotient aspal beton setelah penambahan HDPE 13%
sebesar 14,4 %.
2. Hasil berat silinder beton yang paling ringan terdapat pada kadar
campuran PET 9% dari berat agregat halus. Secara lengkap terdapat dua
hasil yaitu FAS 0,5 = 11041,40 gr, dan FAS 0,6 = 10824,4 gr. Maka dapat
dikatakan Agregat halus PET mengurangi berat beton itu sendiri. Hasil
pengujian Slump test pada benda uji menunjukan bahwa Slump test
tertinggi ada pada FAS 0,6 dengan campuran PET 9% , yaitu dengan
ketinggian slump mencapai 135 mm atau 13 cm, dan 125 mm atau 12,5
cm pada FAS 0,5 dengan variasi campuran PET 9% pada beton . Maka
dapat disimpulkan bahwa penambahan Faktor air semen pada beton
tersebut dapat menambah jumlah air atau mortar memiliki kelecekan yang
tinggi (encer). Hasil absorbsi benda uji silinder menunjukan Rata-rata
absorbsi benda uji tertinggi FAS 0,5 = 1,268 % dan FAS 0,6 = 1,212 % ,
sedangkan menurut persyaratan absorbsi maksimal adalah 10% , maka
Absorbsi benda uji silinder memenuhi persyaratan. Nilai kuat tekan beton
ringan dengan campuran PET sebagai pengganti agregat halus
menunjukan kuat tekan benda uji silinder yang paling optimum pada
variasi benda uji PET 3% pada FAS 0,5 dan variasi benda uji PET 0%
pada FAS 0.6. yaitu 25 Mpa dan 19,9 Mpa. Dapat disimpulkan bahwa
pengaruh penambahan PET cenderung menambah kuat tekan beton dan
pengaruh Penambahan FAS cenderung mengurangi nilai kuat tekan beton
tersebut.
3. Kuat tekan paving block mengalami kenaikan pada saat paving block
ditambahkan agregat plastik sebesar 0% - 5% kemudian kuat tekan paving
block turun pada saat penambahan agregat pastik 0,75% - 1%. nilai kuat
tekan rata rata optimal terdapat pada penambahan agregat plastik 0,5%
senilai 8,06 MPa, dan nilai kuat tekan terkecil terdapat pada penambahan
agregat plastik 0% senilai 6,47 MPa. paving block dengan penambahan
agregat plastik jenis (LDPE+PET) sebesar 0,5% mengalami kenaikan nilai
kuat tekan sebesar 19,71% dari paving block tanpa penambahan agregat
plastik. Untuk menghasilkan 1 paving block dengan nilai kuat tekan
sebesar 8,06 MPa dan perbandingan agregatnya 1 : 7,25 dibutuhkan semen
0,24 kg, pasir 1,74 kg, plastik LDPE 0,0043 kg, plastik PET 0,0043 kg dan
air 0,12 kg. Nilai daya serap air paving block berbanding terbalik dengan
nilai kuat tekannya, uji daya serap air terendah terdapat pada penambahan
agregat plastik 0,5% yaitu sebesar 6,88%, sedangkan nilai daya serap air
paving block tertinggi pada penambahan agregat plastik 0% yaitu sebesar
11,79%. Pembuatan paving block pada pabrik kecil mampu mengurangi
limbah plastik LDPE dan PET seberat 60,2 kg perharinya dan jika dalam
satu bulan mampu mengurangi limbah plastik LDPE dan PET seberat
1,806 ton.
DAFTAR PUSTAKA
Vasudevan, R., Ramalinga, A., Sundarakanna, B., Velkennedy R. 2011. A
Technique to Dispose Waste Plastics in an Ecofriendly Way – Application
in Construction of Flexible Pavements. Tamil Nadu: Elsevier Ltd.
www.plasticsintl.com/sortable_materials.php diakses pada 1 Juni 2018 Pukul
12.45 WIB.
Arif Frasman Sibuea, Johannes Tarigan 2013 : “Pemanfaatan Limbah Botol
Plastik Sebagai Bahan Eco Plafie (Economic Plastic Fiber) Paving Block
Yang Berkonsep Ramah Lingkungan Dengan Uji Tekan, Uji Kejut Dan
Serapan Air)”, (Jurnal) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara
Bagus Soebandono, 2013 : “Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Campuran
Limbah Plastik HDPE”, (Jurnal) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dhiyando Giovanni Alfiandi 2016 : “Pengaruh Penggunaan Limbah Plastik PET
Sebagai Agregat Kasar Pada Beton Ringan Struktural”, (Tugas akhir)
Universitas Universitas Sumatera Utara
Erwin Romel, 2013 : “Pembuatan Beton Ringan Dari Aggregat Buatan Berbahan
Plastik”, (Jurnal) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Malang.
SK SNI 7656:2012: “Tata cara pemilihan campuran untuk beton normal, beton
berat dan beton massa”.pdf https://www.scribd.com/doc/50677554/SNI-03-
2834-1993
Tjokrodimuljo. Kardiyono. 2009, “ Teknologi Beton.”, Penerbit Biro Penerbit
KMTS FT UGM , yogyakarta
Riyadi, M. dan Amalia. 2005. Teknologi Bahan 1. Jakarta: Politeknik Negeri
jakarta.
Amran, Yususf. 2015. Pemanfaatan Limbah Plastik untuk Bahan Tambahan
Pembuatan Paving Block Sebagai Alternatif Perkerasan pada Lahan Parkir
di Universitas Muhammadiyah Metro. Lampung: Universitas
Muhammadiyah Metro.
SNI 03-0691-1996. Bata Beton (Paving Block). Badan Standarisasi Nasional.
Nikmah, 2015. Pemanfaatan Limbah Thermoplastic Polyethylene Terephtalate
(PET) Untuk Aplikasi Material Paving Bangunan Sebagai Solusi
Permasalahan Lingkungan. Jurnal Ilmiah. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: Teknik Sipil dan
Lingkungan Universitas Gajah Mada.
Indrawijaya, B. dkk. 2019. Pemanfaatan Limbah Plastik LDPE Sebagai Pengganti
Agregat untuk Pembuatan Paving Block Beton. Jurnal Ilmiah. Tangerang
Selatan: Universitas Pemulang.
Rachmawati, Q. Dan W. Herumurti. 2015. Pengelolaan Sampah secara Pirolisis
dengan Variasi Rasio Komposisi Sampah dan Jenis Plastik. Jurnal Ilmiah.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
http://www.plastic.web.id/forum/density-massa-jenis-plastik/

Anda mungkin juga menyukai