Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zaman semakin maju dan berkembang, IPTEK memberikan pengaruh besar


bagi seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah pengaruh IPTEK dalam bidang
tehnik sipil terutama dalam hal teknologi konstruksi,dimana dapat kita lihat telah
berdiri kokoh seperti gedung-gedung bertingkat, jalan, jembatan, bandar udara,
bangunan lepas pantai, stadion, terowongan, dan lain-lain termasuk pembuatan
patung. Dewasa ini beton sering kita jumpai sebagai elemen konstruksi bangunan
yang sangat penting dan sangat luas penggunaannya.

Karakteristik beton (Plain Concrete) yang sangat spesifik adalah bahwa beton
kuat menahan gaya/tegangan tekan tapi tidak kuat menahan gaya tarik. Menurut
Murdock dan Brook (1996), kekuatan tarik beton hanya sekitar seperdua puluh
kekuatan tekannya. Sehingga sangatlah tidak efektif apabila beton dijadikan
material pada elemen-elemen struktur yang menderita tegangan tarik. Untuk
memperbaiki performa beton, berbagai inovasi telah dilakukan sehingga muncullah
istilah-istilah beton bertulang (Reinforced Concrete), beton pratekan (Prestressed
Concrete) dan beton serat (Fiber Concrete).

Beton serat ialah material komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain
yang berupa serat (Tjokrodimuljo, 1996). Serat merupakan salah satu jenis bahan
tambahan (Additif) selainadmixture dan fly ash (abu terbang) yang umum
digunakan untuk campuran adukan beton. Dengan penambahan serat, beton
menjadi lebih tahan retak dan tahan benturan sehingga beton serat lebih daktail
daripada beton biasa. Dengan kata lain pengaruhnya terhadap kekuatan beton
adalah meningkatkan kuat tarik, sementara terhadap kuat tekan pengaruhnya tidak
begitu signifikan. Sehingga bahan tambahan serat penggunaannya di kalangan
industri beton siap pakai (Ready Mix Concrete) khususnya di Indonesia tidak
begitu familiar, kecuali untuk konstruksi-konstruksi tertentu yang menuntut
kekuatan tarik beton yang tinggi. Menurut Tjokrodimuljo (1996), kuat tekan beton
akan ikut meningkat apabila serat yang digunakan mempunyai modulus elastisitas
lebih tinggi daripada beton.

Materi yang bisa digunakan sebagai bahan serat seperti yang telah dilaporkan
ACI Committee 544. 1 R – 82 serta Soroushian dan Bayasi (1987) antara lain baja
(Steel), plastic (Polypropylene), gelas (Glass) dan Karbon (Carbon). Sementara
menurut Tjokrodimuljo (1996) bahan serat bisa berupa asbestos, gelas/kaca, plastik,
baja atau serat tumbuhan (rami, ijuk, bambu, sabut kelapa). Dari bermacam-macam
bahan serat tersebut, serat baja merupakan yang paling sering digunakan baik untuk
penelitian maupun dalam aplikasinya, karena modulus elastisitasnya lebih tinggi
dari pada beton. Sehingga selain kuat tariknya yang mengalami peningkatan, kuat
tekannya pun akan meningkat. Di Indonesia penelitian beton serat dengan
menggunakan serat selain kawat baja seperti serat ijuk, sabut kelapa, nylon dan lain-
lain pernah dicoba.

Pada umumnya beton tersusun dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahan
penyusun beton juga ikut berubah. Salah satu contohnya adalah dengan
dimasukkannya bahan tambah ataupun bahan pengganti dalam beton. Pemanfaatan
limbah plastik untuk campuran beton merupakan salah satu langkah untuk
mengurangi permasalahan limbah plastik yang sampai saat ini belum bisa diatasi.
Limbah plastik merupakan limbah yang sangat sulit terurai, hal ini seringkali
menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah plastic tersebut mempunyai berat
yang ringan dan tidak mudah berubah bentuk.

1.2 Rumusan Masalah

Struktur beton harus mampu menghadapi kondisi dimana beton direncanakan


tanpa mengalami kerusakan (deterioration) selama jangka waktu yang
direncanakan. Beton yang demikian disebut mempunyai ketahanan yang tinggi.
Besarnya kerusakan yang timbul sangat tergantung pada kualitas beton. Pada
kondisi yang ekstrem, beton yang terlindung dengan baik pun akan mengalami
kehancuran (Kurniawandy et al., 2012).

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah


bagaimana pengaruh penambahan limbah botol plastik sebagai pengganti agregat
kasar pada campuran beton dapat memperbaiki kualitas dari beton itu sendiri.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui perilaku nilai kuat tekan dan kuat tarik beton dengan
campuran limbah plastik sebagai pengganti sebagian agregat kasar.
2. Mengurangi pencemaran akibat limbah plastik terkhusus limbah botol
plastic di lingkungan sekitar.
3. Memberikan sumbangsih ilmu di dunia pendidikan khusus teknologi
kontruksi.

1.4 Hipotesis Penelitian


1. Limbah plastik apabila di campur akan menyebabkan daya lekatnya dengan
pasta semen lebih kuat. Karena beton bertambah liat berarti kuat tariknya
meningkat.
2. Limbah plastik yang relatif tinggi (seperti agregat kasar), diharapkan akan
mampu meningkatkan kuat tekan beton.
3. Penggunaan limbah botol plastik dalam campuran beton, bisa mengurangi
pencemaran lingkungan akibat sampah plastic.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya menfokuskan pada agregat sebagai campuran beton.


Limbah botol plastik yang tujuannya menggantikan kerikil sebagai agregat kasar.
Dari campuran beton limbah botol plastik dapat diperoleh sebuah data kuat tarik
dan tekan melalusi uji tes laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penilitian Terdahulu

Penilitian terdahulu yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Pratikto (2010)
Berjudul “Beton Ringan Ber-agregat Limbah Botol Plastik Jenis
PET (Poly Ethylene Terephthalate)”, Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Jakarta, Konstruksi bangunan umumnya terdiri dari beton sebagai
bahan konstruksi karena mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan
seperti lemah terhadap tarik dan juga mempunyai berat sendiri beton yang
cukup besar sampai mencapai berat jenis 2400 kg/m3. Peranan berat sendiri
didalam struktur bangunan gedung bertingkat sangatlah dominan khususnya
bila dilakukan analisa terhadap beban gempa. Semakin berat bangunan
maka semakin besar gaya inersia yang ditimbulkan akibat berat sendiri
bangunan. Beton ringan menjadi salah satu alternative untuk mengatasi
masalah berat sendiri karena mempunyai berat jenis sekitar 1700 kg/m3 .
Agregat ringan ini dapat diperoleh dari limbah botol plastik yang
mempunyai logo PET. Sampah plastik adalah penyumbang sampah terbesar
didunia dan termasuk kedalam golongan material yang tidak dapat diuraikan
oleh organisme (non bio-degradable), serta bersifat tahan lama (persistent)
yang tidak membusuk. Hal yang dapat dilihat langsung dari limbah ini
adalah berat yang ringan dan tidak mudah berubah bentuk dan limbah botol
plastik PET (Poly Ethylene Terephthalate) akan dijadikan agregat kasar.
Sifat fisis dan sifat mekanis dari beton ringan dalam penggunaan limbah
botol plastik jenis PET sebagai pengganti agregat kasar harus sesuai dengan
peraturan yang ada. Dari penelitian ini didapatkan rasio perbandingan untuk
campuran setiap m3 beton ringan adalah semen 263kg, Pasir 420kg, Air
279kg dan Agregat PET 559kg pada pemakaian additive 50ml.
b. Erwin Rommel, dkk (2017)
Dengan judul “Pengaruh Penggunaan Serat High Densitypolyethyleve
(Hdpe) Pada Campurrn Beton Terhadap Kuat Tarik Beton”, Jurusan Teknik
Sipil Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian tentang penambahan
serat HDPE di beton normal dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
antara persentase variasi penambahan serat dari HDPE untuk pengerjaan,
kekuatan tarik dan menentukan pola penyebaran serat dalam beton.
Penambahan serat HDPE dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan tarik
beton. Beton dicampur menggunakan semen gresik Jenis PPC, pasir dengan
batas gradasi zona 2, kerikil dengan ukuran butir maksimum 20 mm, dan
serat HDPE dengan lebar0,5 cm dan2,5cm. Variasi penambahan serat
HDPE adalah 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 90/0, 10% dari
volume campuran. Kekuatan tarik pengujian dilakukan dengan benda uji
berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm pada umur
28 hari dari benda uji. Kekuatan tarik dari analisis data konkret dengan
menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan serat HDPE dapat meningkatkan nilai Sisi kekuatan tarik. Ada
tarik yang kuat di Sisi tingkat optimum dari 4% dengan kekuatan tarik 2.86
MPa meningkat sebesar 18%.

2.2 Plastik

Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi pilihan
bagi konsumen. Sejak ditemukan oleh seorang peneliti dari Amerika Serikat pada
tahun 1968 yang bernama John Wesley Hyatt, plastik menjadi pilihan bagi dunia
industry dan berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa
ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 220 juta ton/tahun pada tahun 2005 (Kadir,
2012). Plastik mempunyai karakteristik mudah dibentuk, tahan lama (durable), dan
dapat mengikuti trend permintaan pasar. Plastik telah mampu menggeser
kedudukan bahan-bahan tradisional dimana permintaan dari tahun ke tahunnya
selalu menunjukkan peningkatan.
Kelebihan dari kemasan plastik yang ringan, fleksibel, multiguna, kuat,
tidak berkarat, dapat diberi warna dan harganya yang murah seakan membutakan
masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan, seperti terjadinya perpindahan
zatzat penyusun dari plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut
tidak
cocok dengan plastik yang mengemasnya. Zat-zat penyusun tersebut cukup tinggi
potensinya untuk menimbulkan penyakit kanker pada manusia (Koswara, 2006).
Data statistik persampahan domestik Indonesia menyebutkan jenis sampah
plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen
dari total produksi sampah. Dengan demikian, plastik telah mampu menggeser
sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga
dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi
sampah (Indonesia Solid Waste Association, 2013)

2.2.1 Jenis dan Sifat Fisio-Kimia Plastik

Jenis – jenis plastik menurut Koswara (2006) adalah sebagai berikut :


1. PET-Polyethylene Terephthalate

Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene
terephthalate) di bawah segitiga. Dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan
polyester. Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/ transparan/ tembus
pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hamper semua botol minuman
lainnya. Tidak untuk air hangat apalagi panas.

Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak
untuk mewadahi pangan dengan suhu lebih besar dari 600̊̊ C, hal ini akan
mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan
zat karsinogenik (dapat menyebabkan kankerr. Di dalam membuat PET,
menggunakan bahan yang disebut dengan SbO3 (antimoni trioksida), yang
berbahaya bagi para pekerja yang
berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni
trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat
menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut. Terkontaminasinya
senyawa ini dalam periode yang lama akan mengalami : iritasi kulit dan saluran
pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah
menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak mereka kemungkinan
besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.

2. HDPE-High Density Polyethylene


a. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur
ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density
polyethylene) di bawah segitiga.
b. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum,
dan lain-lain.
c. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan
karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik
berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.
d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras hingga semifleksibel,
buram dan lebih tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan, melunak
pada
suhu 750̊̊ Celcius.
3. V-Polyvinyl Chloride
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di
tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis
plastik yang paling sulit didaur ulang.
a. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan
botolbotol, sulit di daur ulang .
b. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang
dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung
dengan makanan tersebut karena DEHA lumer pada suhu 150̊̊ Celcius.
c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan
plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang
mengandung lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas.
e. Sebaiknya mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak
mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari
polietilena
atau bahan alami (daun pisang misalnya).

4. LDPE-Low Density Polyethylene

Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE (low
density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak
bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang
lembek.

a. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, fleksibel, kedap air tetapi
tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Melunak pada
suhu 700̊̊ C.
b. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk
tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan
yang dikemas dengan bahan ini.

5. PP-Polypropylene
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP PP
(polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk
yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat
menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.
b. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan,
keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, minyak,
stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu 1500
derajat Celcius.
c. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk
menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.

6. PS-Polystyrene
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS
PS
(polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang
apoteker
dari Jerman, secara tidak sengaja.
b. Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam.
c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah
terpengaruh lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk,
melunak pada suhu 950C. Contoh : wadah plastik bening berbentuk
kotak untuk wadah makanan.
d. PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak,
mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini
dapat melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang
sudah-sangat terkenal styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah
makanan atau minuman sekali pakai.
e. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave.
f. Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak
digunakan
untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan
panas.
g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan
bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.
h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok,
asap
kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari,
karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon
estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan
pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang.
Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat
panjang dan lama.
j. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera
kode
h. angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan
cara
dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan
ini
akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan
jelaga.

7. OTHER
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan
OTHER Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS-acrylonitrile
butadiene styrene, PC-polycarbonate, Nylon).
b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol
minum olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan
plastik kemasan.
c. PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak
batita (sippy cup).
d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam
makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon,
kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah
fungsi imunitas.
e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun
minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau
makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk
mensterilkan botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidih
dan tidak direbus atau dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah
retak sebaiknya tidak digunakan lagi.
8. SAN dan ABS
Memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan,
kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat
pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring
kopi.SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan. Dilihat dari sifatnya, plastik dapat dibagi menjadi dua (Saptono,
2008):
1. Plastik Termoset
Jenis plastik ini mengalami perubahan yang bersifat irreversible. Pada
suhu tinggi jenis plastik termoset berubah menjadi arang. Hal ini disebabkan
struktur kimianya bersifat 3 dimensi dan cukup kompleks. Pemakaian
thermoset dalam industri pangan terutama untuk membuat tutup botol.
Plastik tidak akan kontak langsung dengan produk karena tutup selalu diberi
lapisan perapat yang sekaligus berfungsi sebagai pelindung. Contohnya
poliviniliden klorida (PVdC), akrilik yang sering digunakan untuk botol-
botol minuman, politetra fluoroetilen (PTFE) yang terdapat pada peralatan
dapu seperti Teflon dan Ediblefilm dari amilosa pati jagung untuk kemasan
permen dan sosis yang dapat dimakan.
2. Plastik Termoplastik
Sebagian besar polimer yang dipakai untuk mengemas atau kontak dengan
bahan makanan adalah jenis termoplastik. Plastik ini dapat menjadi lunak
jika dipanaskan dan mengeras lagi setelah dingin. Hal ini dapat terjadi
berulang - ulang tanpa terjadi perubahan khusus. Termoplastik termasuk
turunan etilena (CH2 = CH2). Dinamakan plastik vynil karena mengandung
gugus vynil (CHz=CHz) atau polyolefin. Salah satu contohnya adalah
plastik kresek

2.2.2 Dampak Penggunaan Plastik


2.2.2.1 Dampak Terhadap Kesehatan
Adapun zat-zat penyusun plastik yang berbahaya bagi kesehatan adalah
(Koswara, 2006) :

1. Monomer vinil klorida, dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA
dan mengalami metabolisme dalam tubuh, sehingga memiliki potensi yang
cukup tinggi untuk menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama
kanker hati.
2. Monomer vinil sianida (akrilonitril), bereaksi dengan adenin pada DNA dan
memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan penyakit kanker.
Dampak akrilonitril sudah terbukti pada hewan percobaan yaitu
menimbulkan cacat lahir pada tikus yang memakannya.
3. Monomer vinil asetat, telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan
hati (liver) pada hewan.
4. Monomer lainnya, seperti akrilat, stirena, metakriat dan senyawa
turunannya seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam,
formaldehida, kresol, isosianat organik, heksa metilandiamin, melamin,
epodilokkloridin, bispenol dan akrilonitril yang dapat menimbulkan iritasi
pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung.

Selain monomer, zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan diantaranya:

1. Dibutil ptalat (DBP) dan Dioktil ptalat (DOP), merupakan zat aditif yang
populer digunakan dalam proses plastisasi, namun dibalik itu DBP dan DOP
ternyata menyimpan suatu zat kimia yaitu zat benzen. Benzen termasuk
larutan kimia yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan. Benzen juga tidak
dapat dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya, zat ini semakin lama
semakin menumpuk dan berbalut lemak. Hal tersebut bisa memicu kanker
pada darah atau leukemia (Koswara, 2006).
2. Timbal (Pb) merupakan racun bagi ginjal dan kadmium (Cd) yang
merupakan pemicu kanker dan racun bagi ginjal dimana keduanya
merupakan bahan aditif untuk mencegah kerusakan pada plastik.
3. Ester ptalat, yang digunakan untuk melenturkan ternyata dapat menggangu
sistem endokrin (Anonim, 2008).
4. Bisphenol A (BPA) yang terdapat pada plastik polikarbonat (PC)
merupakan zat aditif yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker dan
memperbesar resiko pada kehamilan (Anonim, 2008).
5. Bahan aditif senyawa Polychlorinated Biphenyl (PCB) yang ditambahkan
6. sebagai bahan untuk membuat plastik tahan panas. PCB berfungsi sebagai
satik agent dan ikut menentukan kualitas plastik. Plastik tahan panas
sangatdimungkinkan mengandung PCB lebih banyak. Tanda dan gejala
keracunanPCB ini berupa pigmentasi pada kulit dab benjolan-benjolan,
gangguan pencernaan, serta tangan dan kaki lemas. Pada wanita hamil PCB
dapat mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat.
Pada keracunan menahun, PCB dapat menyebabkan kematian jaringan hati
dan kanker hati (Anonim, 2008).
7. Pigmen warna pada kantong plastik kresek yang bisa bermigrasi ke dalam
makanan. Pada kantong plastik yang berwarna-warni sering tidak diketahui
bahan pewarna yang digunakan. Begitu juga dengan plastik yang tidak
berwarna, perlu diwaspadai penggunaanya. Semakin jernih, bening dan
bersih plastik tersebut, semakin sering terdapat kandungan zat kimia yang
berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan manusia (Koswara, 2006).
8. Bahan pelembut lain yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA.
Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem
peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker
hati. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita
terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif
pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut
(Koswara, 2006).

2.2.2.2 Dampak terhadap Lingkungan

Dibalik manfaatnya yang besar, plastik juga mempunyai dampak yang besar
bagi lingkungan karena plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (nonbiodegradable)
dan bahan pembuat plastik yang umumnya terbuat dari Polychlorinated Biphenyl
(PCB). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 1000 tahun agar dapat
terdekomposisi dengan sempurna. Sampah kantong plastik yang ditimbun di tempat
pembuangan akhir dapat mencemari tanah dan air tanah sehingga dapat
membahayakan kesehatan manusia (Anonim, 2008). Adapun beberapa akibatnya
menurut Chandra (2009) adalah antara lain:

1. Sampah kantong plastik yang menumpuk dapat mengganggu estetika.


2. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
3. Menjadi sarang vektor seperti kecoak di tempat pembuangan
4. Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk yang hidup di bawah tanah.
5. Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan
akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
6. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan
membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
7. Polychlorinated Biphenyl (PCB) yang tidak dapat terurai termakan oleh
binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai
makanan.
8. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi
udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu
meyuburkan tanah.
9. Kantong plastik juga menyebabkan banjir karena menyumbat saluran air
dan bahkan bisa merusak turbin waduk sebagai pengendali badan air.
10. Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik. Sampah plastik yang
dibuang ke lingkungan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai
oleh mikroorganisme sehingga akan menumpuk dan menjadi sarang
penyakit dan mengganggu ekosistem sekitar. Karena sifatnya yang sulit
diurai, sering kali sampah plastik dibakar. Sedangkan pembakaran sampah
yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat berakibat pada pencemaran
lingkungan. Sebab hal ini dapat menghasilkan senyawa kimia berbahaya
dan beracun yang dikenal dengan nama dioksin (Chandra, 2009).
Jika dioksin berada diudara maka akan dapat terhirup oleh manusia dan
masuk ke dalam sistem pernafasan. Risiko bagi manusia yang paling besar adalah
jika dioksin diterima tetap sehingga dioksin akan mengendap dalam tubuh manusia
walaupun dalam satuan takaran kecil. Dioksin menimbulkan kanker, bertindak
sebagai pengacau hormon, dan jika dalam keadaan menyusui maka akan diteruskan
dari ibu ke bayi selama menyusui dan mempengaruhi sistem reproduksi. Selain
mengakibatkan penyakit tersebut, dioksin dengan demikian juga mempengaruhi
kemampuan belajar anak yang sangat peka terhadap pencemaran udara (Chandra,
2009).

2.3 Agregat

Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi. Walaupun


fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar,
maka agregat ini pun menjadi penting. Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu :

1. Agregat halus, adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan


berlubang 4,80 mm (SII 00252 1980), atau 4,75 mm (ASTM C33 1982),
atau
5,00 mm (BS 812 1976).
2. Agregat kasar, adalah agregat yang semua butirannya tertinggal diatas
ayakan
berlubang 4,80 mm (SII 0052 1980), atau 4,75 mm (ASTM C33 1982), atau
5,00 mm (BS 812 1976).

Menurut Mulyono(2003:77)disebutkan bahwa agregat dapat dibedakan


berdasarkan berat jenisnya menjadi:

a. Agregat normal dengan berat jenis 2,5 - 2,7


b. Agregat berat dengan berat jenis > 2,8
c. Agregat ringan dengan berat jenis < 2,0
Berikut ini mempakan persyaratan agregat yang dapat digunakan untuk
campuran beton berdasarkan SK SNI S - 04 - 1989 - F :

2.3.1 Agregat Halus


1. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, dengan indeks
kekerasan < 2,2
2. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3. Sifat kekal.
4. Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap
berat kering ). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,060 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%,
maka
agregat halus harus dicuci.
5. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak.
6. Susunan besar butir agregat halus mempunyai modulus kehalusan antara 1,5
-
3,8 dan harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya. Apabila
diayak dengan susunan ayakan tertentu, harus masuk dalam salah satu
dalam
daerah susunan zona I,II,III atau IV
(SKBI/BS : 882) dan haras memenuhi syarat sebagai berikut:
- Sisa diatas ayakan 4,8 mm, haras maksimum 2% berat
- Sisa diatas ayakan 1,2 mm, haras minimum 10% berat
- Sisa diatas ayakan 0,3 mm, harus minimum 15% berat
7. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi pasir terhadap
alkali
harus negatif.
8. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pengujian bahan-bahan
yang
diakui. Agregat halus yang digunakan untuk maksud spesi plesteran dan
spesi terapan harus memenuhi persyaratan diatas (pasir pasang).

2.3.2 Agregat Kasar


1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Kadar bagian yang lemah bila diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan
bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, dengan mana
harus dipenuhi syarat-syarat berikut:

Tabel 2.1 Syarat Mutu Kekuatan Agregat

Kekerasan dengan
Kekerasan dengan
bejan
bejana geser
rudelloff, bagian
los angeles, bagian
Kelas & mutu hancur
hancur
beton menembus ayakan 2
menembus ayakan
mm,
1.7 mm %
persen (%)
maksimum
Maksimum
fraksi butir 9.5- fraksi butir 19-
19 mm 30 mm
1 2 3 4
Beton kelas I dan
mutu BO dan 22-30 24-32 40-50
Bl
Beton kelas II
K.125 K.I75 dan 11-14 16-24 27^0
K.225
Beton kelas III dan
mutu >
Kurang dari 14 kurang dari 16 Kurang dari 27
K.225 atau beton
pratekan

2. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dan panjang hanya dapat
dipakai apabila jumlah butir-butir pipih dan panjang tidak melampaui 20%
dari berat agregat seluruhnya.
3. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
4. Sifat kekal.
5. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.
6. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat
kasar harus dicuci.
7. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, susunan besar butir
mempunyai modulus kehalusan antara 6-7,1 dan harus memenuhi
syaratsyarat berikut:
8. Sisa diatas ayakan 38 mm, harus 0% berat
9. Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
c. Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas 2 ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.

Pada umumnya agregat terdiri dari bahan-bahan yang terdapat secara alamiah
berupa batuan. Secara geologi, batuan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Batuan sedimen, Batuan sedimen berbentuk dari hasil pelapukan kulit bumi,
ditransport oleh media air, angin atau es, diendapkan dan kemudian
mengalami proses pembatuan . ciri khas dari struktur batuan sedimen ini
adalah berlapis.
b. Batuan beku, Batuan beku berbentuk dari hasil pembekuan magma. Batuan
ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu batuan beku ekstrusif dan batuan
bekuintrusif. Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku hasil pembekuan
magma akibat erupsi gunung api. Sedangkan batuan beku intrusive adalah
batuan beku hasil pembekuan magma akibat pendinginan didalam kerak
bumi.
c. Batuan metamorf, Batuan metamorf berbentuk dari hasil perubahan kulit
bumi akibat temperatur, tekanan atau temperatur dan tekanan yang tinggi
sehingga
terjadi proses rekristalisasi dan reoientasi pada mineral-mineral batuan
asalnya sehingga terbentuk mineral baru yang stabil sesuai dengan kondisi
lingkungan pengendapan yang baru.
Berikut ini merupakan daftar agregat yang biasa digunakan sebagai bahan
alternatif campuran beton beserta kuat tekannya :
Tabel 2.2 Agregat yang Biasa Digunakan
dan Kuat Tekannya

Jenis Agregat Kekuatan Tekan (kg/cm2)


Granit 2650-1180
Felsit 5450-1240
Kokuina 3900-2080
Batu gamp ing 2490 - 970
Batu pasir 2490 - 460
Marnier 2520 - 530
Kuarsit 4380-1290
Gneis 2430-970
Skis 3080 - 940
2.4 Bahan Tambah Beton

Bahan tambah adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan yang
dibubuhkan kedalam campuran beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu
untuk merubah beberapa sifatnya. Bahan tambahan yang dimaksud bisa berupa
bahan kimia (chemical admixtures) atau bahan lainnya. Jumlahnya yang relatif
sedikit tetapi pengaruhnya cukup besar pada beton mengakibatkan bahan ini
sering digunakan. Namun pada penggunaannya perlu diperhatikan secara teliti.
Menurut Kelompok Eropa CEN.

Berdasarkan ISO dan Federasi Asosiasi Admixture Beton Eropa (Antonio dan
Nugraha. 2007:83) mengumumkan bahwa "Material yang ditambahkan selama
proses pencampuran beton dengan kuantitas tidak lebih dari 5% dari berat semen
dari beton untuk mengubah sifat campuran dan/keadaan keras". Berdasarkan SK
SNI S-18-1990-03 terdapat beberapa macam bahan kimia yang dipakai sebagai
bahan tambahan pada beton, yaitu :
1. Bahan tambahan tipe A Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan
untuk mengurangi jumlah air campuran untuk menghasilkan beton sesuai
dengan konsistensi yang ditetapkan.
2. Bahan tambahan tipe B Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan
untuk memperlambat waktu pengikatan beton.
3. Bahan tambahan tipe C Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan
untuk mempercepat waktu pengikatan dan menambah kekuatan awal beton.
4. Bahan tambahan tipe D Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan
untuk mengurangi jumlah air campuran untuk menghasilkan beton sesuai
dengan konsistensi yang ditetapkan dan juga untuk memperlambat waktu
pengikatan beton.
5. Bahan tambahan tipe E Adalah suatu bahan yang digunakan untuk
mengurangi jumlah air campuran untuk menghasilkan beton sesuai dengan
konsistensi yang ditetapkan dan juga untuk mempercepat waktu pengikatan
serta menambah kekuatan awal beton
6. Bahan tambahan tipe F Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan untuk
mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih. Untuk
menghasilkan beton sesuai dengan konsistensi yang ditetapkan.
7. Bahan tambah tipe G Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan untuk
mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih. Untuk
menghasilkan beton sesuai dengan konsistensi yang ditetapkan dan juga
untuk meniperlambat waktu pengikatan beton.
2.5 Kuat Tekan

Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas,yang menyebabkan


benda uji beton hancur bila dibebani-dengan-gaya-tekan tertentu yang dihasilkan
oleh mesin tekan. Kuat desak beton merupakan sifat terpenting dalam kualitas beton
dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan desak beton ditentukan oleh pengaruran
dari perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air dan berbagai jenis campuran.
Perbandingan dari air semen merupakan faktor utama dalam menentukan kekuatan
beton. Semakin rendah perbandingan air semen, semakin tinggi kuat desaknya.
Suatu jumlah tertentu air diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi dalam
pengerasan beton, kelebihan air meningkatkan kemampuan pekerjaan (mudahnya
beton untuk dicorkan) akan tetapi menurunkan kekuatan (Chu Kia Wang dan G.
Salmon, 1990).

Nilai kekuatan beton dapat di hitung dengan persamaan sebagai berikut:

ƒcr=P/A

dimana:
fcr = kuat tekan beton (MPa)
P = beban runtuh yang di terima benda uji (N)
A = luas penampang benda uji (mm2)

2.6 Kuat Tarik

Kuat tarik-belah beton benda uji silinder beton ialah nilai kuat tarik tidak
langsung dari benda uji beton berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil
pembebanan benda uji tersebut yang diletakkan mendatar sejajar dengan
permukaan meja penekan mesin uji. Kuat tarik belah seperti inilah yang diperoleh
melalui metode pengujian kuat tarik-belah dengan Universal Testing Machine
(UTM). Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai kuat tarik yang sangat kecil
dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu sekitar 10 % - 15 % dari kuat tekannya.
Kuat tarik beton merupakan sifat yang penting untuk memprediksi retak dan
defleksi balok. Kuat tarik belah dihitung dengan menggunakan rumus:

𝟐. 𝐏
𝛔𝐭 =
𝛑. 𝐋. 𝐃

dengan :
σt = kuat tarik belah beton (N/mm2 )
P = beban tekan maksimum saat silinder beton terbelah/runtuh (N)
π = konstanta (3,14)
L = tinggi/panjang silinder beton (mm)
D = diameter silinder beton (mm)
Menurut standar ASTM C498-86 nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil
pengujian berulangkali mencapai kekuatan 0,5 – 0̊̊,6 kali √f’c , sehingga untuk
beton normal digunakan 0̊̊,57 √f’c. (Aliffudin, 20̊̊11)

2.7 Kurva Tegangan-Regangan

Sebagaimana beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan panjang


terhadap panjang gaya diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjutkan
sampai terjadi kerusakan (fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luas
penampang awal spesimen, maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan α,
dapat diperoleh untuk setiap nilai beban aksial dengan menggunakan hubungan :
Gambar 2.4 s/d 2.8 Macam-macam Kurva Tegangan Regangan

dimana P menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas


penampang awal (m2). Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal a
dan regangan normal s, data percobaan dapat digambarkan dengan memperlakukan
kuantitas-kuantitas ini sebagai absis dan ordinat. Gambar yang diperoleh adalah
diagram atau kurva tegangan-regangan. Kurva teganganregangan mempunyai
bentuk yang berbeda-beda terganrung dari bahannya. Gambar 2.4 adalah kurva
tegangan regangan untuk baja karbon-medium, Gambar 2.5 untuk baja campuran,
dan Gambar 2.6 untuk baja karbon-tinggi dengan campuran bahan nonferrous.
Untuk campuran nonferrous dengan besi kasar diagramnya ditunjukkan pada
Gambar 2.7, sementara untuk karet ditunjukkan

2.8 Beton
2.7.1 Definisi Beton
Dalam bidang bangunan yang dimaksud dengan beton adalah campuran dari
agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil,batu pecah, atau split) dengan semen
yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu.

Menurut Mulyono (2003 : 3) yang dimaksud dengan "beton adalah


campuran antara semen Portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus,
agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk
masa padat". Beton juga didefinisikan sebagai bahan bangunan dan konstruksi yang
sifat-sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan perencanaan
dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih. Bahan-bahan
pilihan itu adalah semen, air dan agregat. Agregat yang dimaksud dapat berupa
kerikil, batu pecah, sisa bahan mentah tambang, pasir atau sejenis lainnya.
Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur bersama-sama campuran
menjadi homogen dan bersifat plastis sehingga mudah untuk dikerjakan. Karena
hidrasi semen oleh air, adukan tersebut akan mengeras atau membatu dan memiliki
kekerasan dan kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan.

2.7.2 Jenis-Jenis Beton

Pada umumnya beton sering digunakan sebagai struktur dalam konstruksi


suatu bangunan. Dalam teknik sipil, beton digunakan untuk bangunan pondasi,
kolom dan plat. Berdasarkan pedoman beton 1989 draft konsesus dan terminology
ASTM-C.125 (Mulyono, 2003 : 136-137) terdapat beberapa jenis beton yang biasa
dipakai dalam konstruksi suatu bangunan. Berikut ini merupakan beberapa jenis
beton yang dimaksud :

1. Beton normal, adalah beton yang menggunakan agregat normal.


2. Beton bertulang, adalah beton yang menggunakan tulangan dengan jumlah
dan luas tulangan tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan
atau tanpa pratekan dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua
meterial bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
3. Beton pracetak, adalah beton yang elemen betonnya tanpa atau dengan
tulangan yang dicetak ditempat yang berbeda dari posisi akhir elemen dalam
struktur.
4. Beton prestress (pratekan), adalah beton bertulang dimana telah diberikan
tegangan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton
akibat pemberian beban yang bekerja.
5. Beton ringan struktural, adalah beton yang memakai agregat ringan atau
campuran agregat kasar ringan dan pasir alami sebagai pengganti agregat
halus ringan dengan ketentuan tidak boleh melampaui berat isi
maksimumbeton 1850 kg/m3 kering udara dan harus memenuhi ketentuan
kuat tekan dan kuat tarik belah beton ringan untuk tujuan structural.
6. Beton ringan total atau beton ringan berpasir, adalah beton yang seluruh
agregat halus dengan berat normal.

Berdasarkan Diktat Pedoman Praktikum Beton (Hoedajanto, 2003 : 3-8) dilihat


dari beratnya, beton dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu :

1. Beton ringan, dimanaberatnya 136ftkg/m3l840 kg/m3


2. Beton normal, dimana beratnya 2160 kg/m3 - 2560 kg/m3
3. Beton berat, dimana beratnya 2800 kg/m3 - 6400 kg/m3

Selain dilihat berdasarkan jenis dan beratnya, beton juga dapat


diklasifikasikan berdasarkan kelas mutu beton. Menurut PBI tahun 1971 ( Candra
dan Samekto, tanpa tahun : 54 ) Beton dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :

1. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan nonstruktural. Untuk


pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan bahan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu beton kelas
I dinyatakan dengan beton mutu BD.
2. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum.Pelaksanaannyamemerlukankeahlianyangcukupdanharus dilakukan
dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-
mutu standar Bi, K125, K175 dan K22s- Pada mutu B1} pengawasan mutu
hanya dibatasi pada pengawasan sedang tehadap kuat desak
tidakdisyaratkan pemeriksaan. Pada mutu K125, Ki75 dan K225
pengawasan mutu terdiri dari pengawasan ketat terhadap mutu bahan,
dengan keharusan harus untuk memeriksa kekuatan beton secaran kontinu.
3. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan struktural dimana dipakai
mutu beton dengan kuat desak karakteristik yang lebih tinggi dari 225
kg/cm2. Pada pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap, dan dilayani tenaga-
tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.

2.7.3 Sifat-Sifat Beton

Dalam pengerjaan beton segar, ada tiga sifat yang penting dan harus selalu
diperhatikan, yaitu :

1. Kemudahan Pengerjaan (Workability), Untuk mengetahui kemudahan


pengerjaan beton segar dapat dilihat dari nilai slump. Nilai slump identik
dengan nilai keplastisan beton.
Berikut ini merupakan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi nilai slump :
a. Jumlah air pencampur Semakin banyak air semakin mudah untuk
dikerjakan
b. Kandungan semen Jika FAS tetap, semakin banyak semen berarti
semakin banyak kebutuhan air sehingga keplastisannya pun akan lebih
tinggi.
c. Gradasi campuran pasir kerikil, Jika memenuhi syarat dan sesuai
dengan standar, akan mudah dikerjakan.
d. Bentuk butiran agregat kasar, Agregat berbentuk bulat-bulat lebih
mudah untuk dikerjakan. Butir maksimum, Cara pemadatan dan alat
pemadat.
2. Pemisahan kerikil (Segregation)
Segregation atau segregasi pada beton dapat menyebabkan sarang kerikil
yang pada akhirnya akan menyebabkan keropos pada beton. Secara umum,
segregasi ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Campuran kurus atau kurang semen.
b. Terlalu banyak air.
c. Besar ukuran agregat maksimum lebih dari 40 mm.
d. Permukaan butir agregat kasar ( semakirt kasar permukaan butir
agregat,
maka semakin mudah terjadi segregasi). Namun demikian, segregasi
dapat dicegah dengan beberapa cara, yaitu : Tinggi jatuh diperpendek.
Penggunaan air sesuai dengan syarat Cukup ruangan antara batang
tulangan dengan acuan Ukuran agregat sesuai dengan syarat.
Pemadatan dilakukan dengan baik.
3. Bleeding (naiknya air)
Bleeding adalah air yang naik kepermukaan beton yang baru dipadatkan.
Air yang naik ini membawa semen dan butir-butir halus pasir, yang pada
saat beton mengeras nantinya akan membentuk selaput (laitance). Pada
dasarnya bleeding ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Susunan butir agregat, Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk
terjadinya bleeding kecil. Banyaknya air Semakin banyak air berarti
semakin besar pula kemungkinan terjadinya bleeding.
b. Kecepatan hidrasi, Semakin cepat beton mengeras, semakin kecil
kemungkinan terjadinya bleeding. Pemadatan yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya bleeding.

2.8 Keunggulan dan Kelemahan Beton


2.8.1 Keunggulan Beton

Dari pemakaiannya yang begitu luas maka dapat diduga bahwa struktur
beton mempunyai banyak keunggulan dibandingkan materi struktur yang lain.
Menurut Antonio dan Nugraha (2007 : 4-6) beberapa keunggulan dari beton adalah
sebagai berikut:

1 Ketersediaan (availability) materi dasar Agregat dan air pada umumnya bisa
didapat dari lokal setempat. Semen pada umumnya juga dapat dibuat di
daerah setempat, bila tersedia. Dengan demikian, biaya pembuatan relatif
lebih murah karena semua bahan terdapat didalam negeri, bahkan bisa
setempat. Bahan termahal adalah semen, yang bisa diproduksi di dalam
negeri. Kemudahan untuk digunakan (Workability)
a. Pengangkutan bahan mudah. Karena masing-masing bahan bisa
diangkut
secara terpisah.
b. Beton bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti bendungan, pondasi,
jalan dan sebagainya.
c. Beton bertulang biasa digunakan untuk berbagai struktur yang lebih
berat,
seperti jembatan, gedung, tandon air dan lain sebagainya.
d. Kemampuan beradaptasi ( adaptability) Beton bersifat monolit sehingga
tidak memerlukan sambungan seperti baja. Beton dapat dicetak dengan
bentuk dan ukuran berapapun. Beton dapat diproduksi dengan berbagai
cara yang disesuaikan dengan situasi sekitar.
e. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal, Secara umum ketahanan beton
cukup tinggi, lebih tahan karat, sehingga tidak perlu dicat seperti
struktur baja dan lebih tahan terhadap bahaya kebakaran.

2.8.2 Kelemahan Beton

Disamping segala keunggulan beton, beton sebagai bahan struktur juga


mempunyai beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan. Beberapa
kelemahan yang dimaksud antara lain :

1. Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/mD.


2. Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekanannya besar.
3. Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidraulis.
4. Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan dilapangan. Beton yang
baik
maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang sama.
5. Struktur beton sulit untuk dipisahkan. Pemakaian kembali atau daur ulang
sulit dan tidak ekonomis.

2.9 Bahan Penyusun Beton


2.9.2 Semen

Semen adalah bahan yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Jika
dicampur dengan air, semen akan berubah menjadi pasta. Dengan proses waktu dan
panas, reaksi terjadi dengan air yang menghasilkan sifat perkerasan pada pasta
semen. Standard Industri Indonesia ( SII 0013 - 1981 ) mendefinisikan semen
Portland sebagai semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis
bersama bahan-bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum. Secara umum, semen
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi dengan air
(water resistance) dan stabil dalam air setelah mengeras.
2. Semen non hidraulis adalah semen yang dapat mengeras tetapi tidak stabil
Dalam air.

Berikut ini merupakan senyawa penting yang terdapat dalam semen :


a. Trikalsium silikat (C3S) adalah senyawa yang memiliki sifat perekat.
b. Dikalsium silikat (C2S) adalah senyawa yang memiliki sifat perekat.
c. Trikalsium aluminat (C3A) adalah senyawa yang paling reaktif.
d. Tetrakalsiumaluminoferit(C4AF)adalah senyawa yang berfungsi sebagai
katalisator yang menurunkan temperatur pembakaran dalam klin untuk
pembentukan kalsium silikat.
Berikut ini merupakan beberapa tipe semen portland yang ditetapkan oleh ASTM
(America Standard for Testing Material):
a. Tipe I adalah semen portland untuk tujuan tertentu. Jenis ini paling
banyakdiproduksikarenadigunakanuntukhampirsemuajenis konstruksi.
b. Tipe II adalah semen portland modifikasi. Maksudnya tipe yang sifatnya
setengah tipe IV dan setengah tipe V (moderat). Lebih banyak diproduksi
sebagai pengganti tipe IV. Dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap panas hidrasi sedang.
c. Tipe III adalah semen portland dengan kekuatan awal tinggi. kekuatan 28
hari umumnya dapat di capai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umumnya di
pakai ketikaacuan harus di bongkar secepat mungkin atau ketika struktur
harus dapat cepat di pakai.
d. Tipe IV adalah semen portland dengan panas hidrasi rendah, yang dipakai
untuk kondisi dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus
minimum. Misalnya pada bendungan masif seperti bendungangravitasi
yang besar. Pertumbuhan kekuatannya lebih lambat dari padasemen tipe
e. TipeV adalahsemenportlandtahansulfat,yangdipakaiuntukmenghadapi aksi
sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah dimanatanah atau airnya
memiliki sulfat yang tinggi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Fakultas Teknik


Universitas Abdurrab. Pengujian awal berupa pengujian karakteristik bahan dasar
material campuran yang digunakan dalam perencanaan campuran (mix design)
benda uji. Pengujian dilanjutkan dengan pembuatan benda uji dengan memberikan
perlakuan semen yang berbeda pada benda uji, yaitu benda uji dengan
menggunakan Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe 1 dan variasi botol plastik
sebagai bahan pengganti sebagian agregat kasar pada benda uji dengan variasi 5%,
10% dan 15% . Setelah pembuatan benda uji, dilanjutkan dengan perawatan benda
uji pada rendaman air biasa selama 28 hari. Kemudian melakukan pengujian benda
uji berupa kuat tekan, kuat tarik belah dan modulus elastisitas dengan umur benda
uji 7, 14, 21 dan 28 hari.

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ordinary Portland Cement (OPC)/ Semen Tipe I


2. Potongan Limbah Botol Plastik
3. Agregat kasar
4. Agregat halus
5. Air

3.2 Peralatan
Alat yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Daftar Alat yang Digunakan

Alat Fungsi
1 set saringan agregat Analisa saringan
Talam Tempat meletakkan contoh agregat
Timbangan Menimbang berat bahan/benda uji
Gelas ukur Menakar air
Piknometer Uji berat jenis
Oven Mengeringkan agregat/benda uji
Mould Berat volume agregat
Kerucut Abrams Uji slump
Kuas Membersihkan saringan agregat
Tongkat pemadat Memadatkan campuran beton
Cetakan silinder 105x210mm Cetakan benda uji
Cetakan silinder 150x300mm Cetakan benda uji
Bak perendaman Curing beton
Alat mixing (molen) Mengaduk campuran beton
Compression Test Machine Uji tekan beton
Compressometer Uji Modulus Elastisitas
pH meter Mengukur nilai pH

3.3 Uji Properties Bahan

Pengujian properties meliputi:


a. Pemeriksaan analisa saringan (SNI 03-1968 -1990).
b. Pemeriksaan berat jenis agregat kasar (SNI 03-1969-1990).
c. Pemeriksaan berat volume (SNI 03-4804 -1998).
d. Pemeriksaan kadar air (SNI 03-1971-1990).
e. Pemeriksaan berat jenis agregat halus (SNI 03-1970-1990).
f. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus (ASTM C142).

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Botol Plastik


Pengujian karakteristik botol plastik dilakukan untuk mengetahui kandungan
fisik maupun kimia. Untuk pengujian berat jenis botol plasrik, dilakukan di
Laboratorium Teknologi Bahan Fakultas Teknik Universitas Abdurrab.

3.5 Perencanaan dan Pembuatan Benda Uji


Pembuatan benda uji dilakukan dengan mencampur agregat, semen, air dan
potongan botol plastik sebagai pengganti sebagian agregat kasar. Campuran
tersebut dituangkan kedalam cetakan silinder ukuran 150x300 mm dan ukuran
105x210 mm. Pengisian cetakan dilakukan sebanyak 3 lapisan dan setiap lapisan
dipadatkan 25 kali. Jumlah benda uji yang akan dibuat pada penelitian ini adalah
24 benda uji. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 105 mm, tinggi 210
mm sebanyak 8 sampel yang digunakan untuk pengujian kuat tekan. Benda uji
berbentuk silinder dengan diameter 150 mm, tinggi 300 mm sebanyak 8 sampel
yang digunakan untuk pengujian kuat tarik belah dan 8 sampel untuk pengujian
modulus elastisitas.

3.6 Perawatan Benda Uji (Curing)


Perawatan benda uji dilaksanakan dengan merendam benda uji didalam bak
perendam menngunakan air biasa selama 28 hari dan setelah itu benda uji diangkat
dari bak perendaman.

3.7 Pelaksanaan Pengujian


Pengujian benda uji dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari pada
rendaman air biasa. Pengujian ini terdiri dari pengujian kuat tekan, kuat tarik belah,
dan modulus elastisitas.
3.8 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Agregat Kasar Botol Air Biasa


Agregat Halus Plastik Kualitas Baik

Uji Properties Pemeriksaan


Komposisi Kimia
dan Berat Jenis

Penentuan Komposisi optimal

Mix Design beton dengan mutu K-250

Pembuatan Benda Uji untuk Setiap Pengujian

Perawatan Benda Uji

Pengujian Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah dan


Modulus Elastisitas umur 0, 7, 14, 21 dan 28 hari

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

34
3.9 Jadwal Rencana Penelitian
Pelaksanaan Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 6 (enam) bulan
dengan rincian masing-masing kegiatan seperti disajikan pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 3.2 Jadwal Rencana Penelitian


Bulan
Uraian
No ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
Literatur
Persiapan
1
Proposal
Persiapan
Bahan
Seminar
proposal
Pembuatan
dan
3
Perawatan
Sampel
Pengujian
4
Sampel
Analisa Hasil
5 dan
Pembahasan
Seminar
6
Hasil
7 Sidang

35

Anda mungkin juga menyukai