PENDAHULUAN
Karakteristik beton (Plain Concrete) yang sangat spesifik adalah bahwa beton
kuat menahan gaya/tegangan tekan tapi tidak kuat menahan gaya tarik. Menurut
Murdock dan Brook (1996), kekuatan tarik beton hanya sekitar seperdua puluh
kekuatan tekannya. Sehingga sangatlah tidak efektif apabila beton dijadikan
material pada elemen-elemen struktur yang menderita tegangan tarik. Untuk
memperbaiki performa beton, berbagai inovasi telah dilakukan sehingga muncullah
istilah-istilah beton bertulang (Reinforced Concrete), beton pratekan (Prestressed
Concrete) dan beton serat (Fiber Concrete).
Beton serat ialah material komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain
yang berupa serat (Tjokrodimuljo, 1996). Serat merupakan salah satu jenis bahan
tambahan (Additif) selainadmixture dan fly ash (abu terbang) yang umum
digunakan untuk campuran adukan beton. Dengan penambahan serat, beton
menjadi lebih tahan retak dan tahan benturan sehingga beton serat lebih daktail
daripada beton biasa. Dengan kata lain pengaruhnya terhadap kekuatan beton
adalah meningkatkan kuat tarik, sementara terhadap kuat tekan pengaruhnya tidak
begitu signifikan. Sehingga bahan tambahan serat penggunaannya di kalangan
industri beton siap pakai (Ready Mix Concrete) khususnya di Indonesia tidak
begitu familiar, kecuali untuk konstruksi-konstruksi tertentu yang menuntut
kekuatan tarik beton yang tinggi. Menurut Tjokrodimuljo (1996), kuat tekan beton
akan ikut meningkat apabila serat yang digunakan mempunyai modulus elastisitas
lebih tinggi daripada beton.
Materi yang bisa digunakan sebagai bahan serat seperti yang telah dilaporkan
ACI Committee 544. 1 R – 82 serta Soroushian dan Bayasi (1987) antara lain baja
(Steel), plastic (Polypropylene), gelas (Glass) dan Karbon (Carbon). Sementara
menurut Tjokrodimuljo (1996) bahan serat bisa berupa asbestos, gelas/kaca, plastik,
baja atau serat tumbuhan (rami, ijuk, bambu, sabut kelapa). Dari bermacam-macam
bahan serat tersebut, serat baja merupakan yang paling sering digunakan baik untuk
penelitian maupun dalam aplikasinya, karena modulus elastisitasnya lebih tinggi
dari pada beton. Sehingga selain kuat tariknya yang mengalami peningkatan, kuat
tekannya pun akan meningkat. Di Indonesia penelitian beton serat dengan
menggunakan serat selain kawat baja seperti serat ijuk, sabut kelapa, nylon dan lain-
lain pernah dicoba.
Pada umumnya beton tersusun dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahan
penyusun beton juga ikut berubah. Salah satu contohnya adalah dengan
dimasukkannya bahan tambah ataupun bahan pengganti dalam beton. Pemanfaatan
limbah plastik untuk campuran beton merupakan salah satu langkah untuk
mengurangi permasalahan limbah plastik yang sampai saat ini belum bisa diatasi.
Limbah plastik merupakan limbah yang sangat sulit terurai, hal ini seringkali
menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah plastic tersebut mempunyai berat
yang ringan dan tidak mudah berubah bentuk.
1. Untuk mengetahui perilaku nilai kuat tekan dan kuat tarik beton dengan
campuran limbah plastik sebagai pengganti sebagian agregat kasar.
2. Mengurangi pencemaran akibat limbah plastik terkhusus limbah botol
plastic di lingkungan sekitar.
3. Memberikan sumbangsih ilmu di dunia pendidikan khusus teknologi
kontruksi.
a. Pratikto (2010)
Berjudul “Beton Ringan Ber-agregat Limbah Botol Plastik Jenis
PET (Poly Ethylene Terephthalate)”, Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Jakarta, Konstruksi bangunan umumnya terdiri dari beton sebagai
bahan konstruksi karena mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan
seperti lemah terhadap tarik dan juga mempunyai berat sendiri beton yang
cukup besar sampai mencapai berat jenis 2400 kg/m3. Peranan berat sendiri
didalam struktur bangunan gedung bertingkat sangatlah dominan khususnya
bila dilakukan analisa terhadap beban gempa. Semakin berat bangunan
maka semakin besar gaya inersia yang ditimbulkan akibat berat sendiri
bangunan. Beton ringan menjadi salah satu alternative untuk mengatasi
masalah berat sendiri karena mempunyai berat jenis sekitar 1700 kg/m3 .
Agregat ringan ini dapat diperoleh dari limbah botol plastik yang
mempunyai logo PET. Sampah plastik adalah penyumbang sampah terbesar
didunia dan termasuk kedalam golongan material yang tidak dapat diuraikan
oleh organisme (non bio-degradable), serta bersifat tahan lama (persistent)
yang tidak membusuk. Hal yang dapat dilihat langsung dari limbah ini
adalah berat yang ringan dan tidak mudah berubah bentuk dan limbah botol
plastik PET (Poly Ethylene Terephthalate) akan dijadikan agregat kasar.
Sifat fisis dan sifat mekanis dari beton ringan dalam penggunaan limbah
botol plastik jenis PET sebagai pengganti agregat kasar harus sesuai dengan
peraturan yang ada. Dari penelitian ini didapatkan rasio perbandingan untuk
campuran setiap m3 beton ringan adalah semen 263kg, Pasir 420kg, Air
279kg dan Agregat PET 559kg pada pemakaian additive 50ml.
b. Erwin Rommel, dkk (2017)
Dengan judul “Pengaruh Penggunaan Serat High Densitypolyethyleve
(Hdpe) Pada Campurrn Beton Terhadap Kuat Tarik Beton”, Jurusan Teknik
Sipil Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian tentang penambahan
serat HDPE di beton normal dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
antara persentase variasi penambahan serat dari HDPE untuk pengerjaan,
kekuatan tarik dan menentukan pola penyebaran serat dalam beton.
Penambahan serat HDPE dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan tarik
beton. Beton dicampur menggunakan semen gresik Jenis PPC, pasir dengan
batas gradasi zona 2, kerikil dengan ukuran butir maksimum 20 mm, dan
serat HDPE dengan lebar0,5 cm dan2,5cm. Variasi penambahan serat
HDPE adalah 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 90/0, 10% dari
volume campuran. Kekuatan tarik pengujian dilakukan dengan benda uji
berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm pada umur
28 hari dari benda uji. Kekuatan tarik dari analisis data konkret dengan
menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan serat HDPE dapat meningkatkan nilai Sisi kekuatan tarik. Ada
tarik yang kuat di Sisi tingkat optimum dari 4% dengan kekuatan tarik 2.86
MPa meningkat sebesar 18%.
2.2 Plastik
Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi pilihan
bagi konsumen. Sejak ditemukan oleh seorang peneliti dari Amerika Serikat pada
tahun 1968 yang bernama John Wesley Hyatt, plastik menjadi pilihan bagi dunia
industry dan berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa
ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 220 juta ton/tahun pada tahun 2005 (Kadir,
2012). Plastik mempunyai karakteristik mudah dibentuk, tahan lama (durable), dan
dapat mengikuti trend permintaan pasar. Plastik telah mampu menggeser
kedudukan bahan-bahan tradisional dimana permintaan dari tahun ke tahunnya
selalu menunjukkan peningkatan.
Kelebihan dari kemasan plastik yang ringan, fleksibel, multiguna, kuat,
tidak berkarat, dapat diberi warna dan harganya yang murah seakan membutakan
masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan, seperti terjadinya perpindahan
zatzat penyusun dari plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut
tidak
cocok dengan plastik yang mengemasnya. Zat-zat penyusun tersebut cukup tinggi
potensinya untuk menimbulkan penyakit kanker pada manusia (Koswara, 2006).
Data statistik persampahan domestik Indonesia menyebutkan jenis sampah
plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen
dari total produksi sampah. Dengan demikian, plastik telah mampu menggeser
sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga
dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi
sampah (Indonesia Solid Waste Association, 2013)
Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene
terephthalate) di bawah segitiga. Dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan
polyester. Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/ transparan/ tembus
pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hamper semua botol minuman
lainnya. Tidak untuk air hangat apalagi panas.
Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak
untuk mewadahi pangan dengan suhu lebih besar dari 600̊̊ C, hal ini akan
mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan
zat karsinogenik (dapat menyebabkan kankerr. Di dalam membuat PET,
menggunakan bahan yang disebut dengan SbO3 (antimoni trioksida), yang
berbahaya bagi para pekerja yang
berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni
trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat
menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut. Terkontaminasinya
senyawa ini dalam periode yang lama akan mengalami : iritasi kulit dan saluran
pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah
menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak mereka kemungkinan
besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE (low
density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak
bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang
lembek.
a. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, fleksibel, kedap air tetapi
tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Melunak pada
suhu 700̊̊ C.
b. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk
tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan
yang dikemas dengan bahan ini.
5. PP-Polypropylene
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP PP
(polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk
yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat
menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.
b. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan,
keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, minyak,
stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu 1500
derajat Celcius.
c. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk
menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
6. PS-Polystyrene
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS
PS
(polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang
apoteker
dari Jerman, secara tidak sengaja.
b. Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam.
c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah
terpengaruh lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk,
melunak pada suhu 950C. Contoh : wadah plastik bening berbentuk
kotak untuk wadah makanan.
d. PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak,
mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini
dapat melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang
sudah-sangat terkenal styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah
makanan atau minuman sekali pakai.
e. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave.
f. Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak
digunakan
untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan
panas.
g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan
bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.
h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok,
asap
kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari,
karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon
estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan
pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang.
Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat
panjang dan lama.
j. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera
kode
h. angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan
cara
dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan
ini
akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan
jelaga.
7. OTHER
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan
OTHER Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS-acrylonitrile
butadiene styrene, PC-polycarbonate, Nylon).
b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol
minum olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan
plastik kemasan.
c. PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak
batita (sippy cup).
d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam
makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon,
kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah
fungsi imunitas.
e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun
minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau
makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk
mensterilkan botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidih
dan tidak direbus atau dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah
retak sebaiknya tidak digunakan lagi.
8. SAN dan ABS
Memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan,
kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat
pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring
kopi.SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan. Dilihat dari sifatnya, plastik dapat dibagi menjadi dua (Saptono,
2008):
1. Plastik Termoset
Jenis plastik ini mengalami perubahan yang bersifat irreversible. Pada
suhu tinggi jenis plastik termoset berubah menjadi arang. Hal ini disebabkan
struktur kimianya bersifat 3 dimensi dan cukup kompleks. Pemakaian
thermoset dalam industri pangan terutama untuk membuat tutup botol.
Plastik tidak akan kontak langsung dengan produk karena tutup selalu diberi
lapisan perapat yang sekaligus berfungsi sebagai pelindung. Contohnya
poliviniliden klorida (PVdC), akrilik yang sering digunakan untuk botol-
botol minuman, politetra fluoroetilen (PTFE) yang terdapat pada peralatan
dapu seperti Teflon dan Ediblefilm dari amilosa pati jagung untuk kemasan
permen dan sosis yang dapat dimakan.
2. Plastik Termoplastik
Sebagian besar polimer yang dipakai untuk mengemas atau kontak dengan
bahan makanan adalah jenis termoplastik. Plastik ini dapat menjadi lunak
jika dipanaskan dan mengeras lagi setelah dingin. Hal ini dapat terjadi
berulang - ulang tanpa terjadi perubahan khusus. Termoplastik termasuk
turunan etilena (CH2 = CH2). Dinamakan plastik vynil karena mengandung
gugus vynil (CHz=CHz) atau polyolefin. Salah satu contohnya adalah
plastik kresek
1. Monomer vinil klorida, dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA
dan mengalami metabolisme dalam tubuh, sehingga memiliki potensi yang
cukup tinggi untuk menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama
kanker hati.
2. Monomer vinil sianida (akrilonitril), bereaksi dengan adenin pada DNA dan
memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan penyakit kanker.
Dampak akrilonitril sudah terbukti pada hewan percobaan yaitu
menimbulkan cacat lahir pada tikus yang memakannya.
3. Monomer vinil asetat, telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan
hati (liver) pada hewan.
4. Monomer lainnya, seperti akrilat, stirena, metakriat dan senyawa
turunannya seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam,
formaldehida, kresol, isosianat organik, heksa metilandiamin, melamin,
epodilokkloridin, bispenol dan akrilonitril yang dapat menimbulkan iritasi
pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung.
1. Dibutil ptalat (DBP) dan Dioktil ptalat (DOP), merupakan zat aditif yang
populer digunakan dalam proses plastisasi, namun dibalik itu DBP dan DOP
ternyata menyimpan suatu zat kimia yaitu zat benzen. Benzen termasuk
larutan kimia yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan. Benzen juga tidak
dapat dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya, zat ini semakin lama
semakin menumpuk dan berbalut lemak. Hal tersebut bisa memicu kanker
pada darah atau leukemia (Koswara, 2006).
2. Timbal (Pb) merupakan racun bagi ginjal dan kadmium (Cd) yang
merupakan pemicu kanker dan racun bagi ginjal dimana keduanya
merupakan bahan aditif untuk mencegah kerusakan pada plastik.
3. Ester ptalat, yang digunakan untuk melenturkan ternyata dapat menggangu
sistem endokrin (Anonim, 2008).
4. Bisphenol A (BPA) yang terdapat pada plastik polikarbonat (PC)
merupakan zat aditif yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker dan
memperbesar resiko pada kehamilan (Anonim, 2008).
5. Bahan aditif senyawa Polychlorinated Biphenyl (PCB) yang ditambahkan
6. sebagai bahan untuk membuat plastik tahan panas. PCB berfungsi sebagai
satik agent dan ikut menentukan kualitas plastik. Plastik tahan panas
sangatdimungkinkan mengandung PCB lebih banyak. Tanda dan gejala
keracunanPCB ini berupa pigmentasi pada kulit dab benjolan-benjolan,
gangguan pencernaan, serta tangan dan kaki lemas. Pada wanita hamil PCB
dapat mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat.
Pada keracunan menahun, PCB dapat menyebabkan kematian jaringan hati
dan kanker hati (Anonim, 2008).
7. Pigmen warna pada kantong plastik kresek yang bisa bermigrasi ke dalam
makanan. Pada kantong plastik yang berwarna-warni sering tidak diketahui
bahan pewarna yang digunakan. Begitu juga dengan plastik yang tidak
berwarna, perlu diwaspadai penggunaanya. Semakin jernih, bening dan
bersih plastik tersebut, semakin sering terdapat kandungan zat kimia yang
berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan manusia (Koswara, 2006).
8. Bahan pelembut lain yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA.
Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem
peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker
hati. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita
terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif
pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut
(Koswara, 2006).
Dibalik manfaatnya yang besar, plastik juga mempunyai dampak yang besar
bagi lingkungan karena plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (nonbiodegradable)
dan bahan pembuat plastik yang umumnya terbuat dari Polychlorinated Biphenyl
(PCB). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 1000 tahun agar dapat
terdekomposisi dengan sempurna. Sampah kantong plastik yang ditimbun di tempat
pembuangan akhir dapat mencemari tanah dan air tanah sehingga dapat
membahayakan kesehatan manusia (Anonim, 2008). Adapun beberapa akibatnya
menurut Chandra (2009) adalah antara lain:
2.3 Agregat
Kekerasan dengan
Kekerasan dengan
bejan
bejana geser
rudelloff, bagian
los angeles, bagian
Kelas & mutu hancur
hancur
beton menembus ayakan 2
menembus ayakan
mm,
1.7 mm %
persen (%)
maksimum
Maksimum
fraksi butir 9.5- fraksi butir 19-
19 mm 30 mm
1 2 3 4
Beton kelas I dan
mutu BO dan 22-30 24-32 40-50
Bl
Beton kelas II
K.125 K.I75 dan 11-14 16-24 27^0
K.225
Beton kelas III dan
mutu >
Kurang dari 14 kurang dari 16 Kurang dari 27
K.225 atau beton
pratekan
2. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dan panjang hanya dapat
dipakai apabila jumlah butir-butir pipih dan panjang tidak melampaui 20%
dari berat agregat seluruhnya.
3. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
4. Sifat kekal.
5. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.
6. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat
kasar harus dicuci.
7. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, susunan besar butir
mempunyai modulus kehalusan antara 6-7,1 dan harus memenuhi
syaratsyarat berikut:
8. Sisa diatas ayakan 38 mm, harus 0% berat
9. Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
c. Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas 2 ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.
Pada umumnya agregat terdiri dari bahan-bahan yang terdapat secara alamiah
berupa batuan. Secara geologi, batuan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Batuan sedimen, Batuan sedimen berbentuk dari hasil pelapukan kulit bumi,
ditransport oleh media air, angin atau es, diendapkan dan kemudian
mengalami proses pembatuan . ciri khas dari struktur batuan sedimen ini
adalah berlapis.
b. Batuan beku, Batuan beku berbentuk dari hasil pembekuan magma. Batuan
ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu batuan beku ekstrusif dan batuan
bekuintrusif. Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku hasil pembekuan
magma akibat erupsi gunung api. Sedangkan batuan beku intrusive adalah
batuan beku hasil pembekuan magma akibat pendinginan didalam kerak
bumi.
c. Batuan metamorf, Batuan metamorf berbentuk dari hasil perubahan kulit
bumi akibat temperatur, tekanan atau temperatur dan tekanan yang tinggi
sehingga
terjadi proses rekristalisasi dan reoientasi pada mineral-mineral batuan
asalnya sehingga terbentuk mineral baru yang stabil sesuai dengan kondisi
lingkungan pengendapan yang baru.
Berikut ini merupakan daftar agregat yang biasa digunakan sebagai bahan
alternatif campuran beton beserta kuat tekannya :
Tabel 2.2 Agregat yang Biasa Digunakan
dan Kuat Tekannya
Bahan tambah adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan yang
dibubuhkan kedalam campuran beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu
untuk merubah beberapa sifatnya. Bahan tambahan yang dimaksud bisa berupa
bahan kimia (chemical admixtures) atau bahan lainnya. Jumlahnya yang relatif
sedikit tetapi pengaruhnya cukup besar pada beton mengakibatkan bahan ini
sering digunakan. Namun pada penggunaannya perlu diperhatikan secara teliti.
Menurut Kelompok Eropa CEN.
Berdasarkan ISO dan Federasi Asosiasi Admixture Beton Eropa (Antonio dan
Nugraha. 2007:83) mengumumkan bahwa "Material yang ditambahkan selama
proses pencampuran beton dengan kuantitas tidak lebih dari 5% dari berat semen
dari beton untuk mengubah sifat campuran dan/keadaan keras". Berdasarkan SK
SNI S-18-1990-03 terdapat beberapa macam bahan kimia yang dipakai sebagai
bahan tambahan pada beton, yaitu :
1. Bahan tambahan tipe A Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan
untuk mengurangi jumlah air campuran untuk menghasilkan beton sesuai
dengan konsistensi yang ditetapkan.
2. Bahan tambahan tipe B Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan
untuk memperlambat waktu pengikatan beton.
3. Bahan tambahan tipe C Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan
untuk mempercepat waktu pengikatan dan menambah kekuatan awal beton.
4. Bahan tambahan tipe D Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan
untuk mengurangi jumlah air campuran untuk menghasilkan beton sesuai
dengan konsistensi yang ditetapkan dan juga untuk memperlambat waktu
pengikatan beton.
5. Bahan tambahan tipe E Adalah suatu bahan yang digunakan untuk
mengurangi jumlah air campuran untuk menghasilkan beton sesuai dengan
konsistensi yang ditetapkan dan juga untuk mempercepat waktu pengikatan
serta menambah kekuatan awal beton
6. Bahan tambahan tipe F Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan untuk
mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih. Untuk
menghasilkan beton sesuai dengan konsistensi yang ditetapkan.
7. Bahan tambah tipe G Adalah suatu bahan tambahan yang digunakan untuk
mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih. Untuk
menghasilkan beton sesuai dengan konsistensi yang ditetapkan dan juga
untuk meniperlambat waktu pengikatan beton.
2.5 Kuat Tekan
ƒcr=P/A
dimana:
fcr = kuat tekan beton (MPa)
P = beban runtuh yang di terima benda uji (N)
A = luas penampang benda uji (mm2)
Kuat tarik-belah beton benda uji silinder beton ialah nilai kuat tarik tidak
langsung dari benda uji beton berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil
pembebanan benda uji tersebut yang diletakkan mendatar sejajar dengan
permukaan meja penekan mesin uji. Kuat tarik belah seperti inilah yang diperoleh
melalui metode pengujian kuat tarik-belah dengan Universal Testing Machine
(UTM). Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai kuat tarik yang sangat kecil
dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu sekitar 10 % - 15 % dari kuat tekannya.
Kuat tarik beton merupakan sifat yang penting untuk memprediksi retak dan
defleksi balok. Kuat tarik belah dihitung dengan menggunakan rumus:
𝟐. 𝐏
𝛔𝐭 =
𝛑. 𝐋. 𝐃
dengan :
σt = kuat tarik belah beton (N/mm2 )
P = beban tekan maksimum saat silinder beton terbelah/runtuh (N)
π = konstanta (3,14)
L = tinggi/panjang silinder beton (mm)
D = diameter silinder beton (mm)
Menurut standar ASTM C498-86 nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil
pengujian berulangkali mencapai kekuatan 0,5 – 0̊̊,6 kali √f’c , sehingga untuk
beton normal digunakan 0̊̊,57 √f’c. (Aliffudin, 20̊̊11)
2.8 Beton
2.7.1 Definisi Beton
Dalam bidang bangunan yang dimaksud dengan beton adalah campuran dari
agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil,batu pecah, atau split) dengan semen
yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu.
Dalam pengerjaan beton segar, ada tiga sifat yang penting dan harus selalu
diperhatikan, yaitu :
Dari pemakaiannya yang begitu luas maka dapat diduga bahwa struktur
beton mempunyai banyak keunggulan dibandingkan materi struktur yang lain.
Menurut Antonio dan Nugraha (2007 : 4-6) beberapa keunggulan dari beton adalah
sebagai berikut:
1 Ketersediaan (availability) materi dasar Agregat dan air pada umumnya bisa
didapat dari lokal setempat. Semen pada umumnya juga dapat dibuat di
daerah setempat, bila tersedia. Dengan demikian, biaya pembuatan relatif
lebih murah karena semua bahan terdapat didalam negeri, bahkan bisa
setempat. Bahan termahal adalah semen, yang bisa diproduksi di dalam
negeri. Kemudahan untuk digunakan (Workability)
a. Pengangkutan bahan mudah. Karena masing-masing bahan bisa
diangkut
secara terpisah.
b. Beton bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti bendungan, pondasi,
jalan dan sebagainya.
c. Beton bertulang biasa digunakan untuk berbagai struktur yang lebih
berat,
seperti jembatan, gedung, tandon air dan lain sebagainya.
d. Kemampuan beradaptasi ( adaptability) Beton bersifat monolit sehingga
tidak memerlukan sambungan seperti baja. Beton dapat dicetak dengan
bentuk dan ukuran berapapun. Beton dapat diproduksi dengan berbagai
cara yang disesuaikan dengan situasi sekitar.
e. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal, Secara umum ketahanan beton
cukup tinggi, lebih tahan karat, sehingga tidak perlu dicat seperti
struktur baja dan lebih tahan terhadap bahaya kebakaran.
Semen adalah bahan yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Jika
dicampur dengan air, semen akan berubah menjadi pasta. Dengan proses waktu dan
panas, reaksi terjadi dengan air yang menghasilkan sifat perkerasan pada pasta
semen. Standard Industri Indonesia ( SII 0013 - 1981 ) mendefinisikan semen
Portland sebagai semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis
bersama bahan-bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum. Secara umum, semen
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi dengan air
(water resistance) dan stabil dalam air setelah mengeras.
2. Semen non hidraulis adalah semen yang dapat mengeras tetapi tidak stabil
Dalam air.
3.1 Bahan
3.2 Peralatan
Alat yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 3.1 berikut :
Alat Fungsi
1 set saringan agregat Analisa saringan
Talam Tempat meletakkan contoh agregat
Timbangan Menimbang berat bahan/benda uji
Gelas ukur Menakar air
Piknometer Uji berat jenis
Oven Mengeringkan agregat/benda uji
Mould Berat volume agregat
Kerucut Abrams Uji slump
Kuas Membersihkan saringan agregat
Tongkat pemadat Memadatkan campuran beton
Cetakan silinder 105x210mm Cetakan benda uji
Cetakan silinder 150x300mm Cetakan benda uji
Bak perendaman Curing beton
Alat mixing (molen) Mengaduk campuran beton
Compression Test Machine Uji tekan beton
Compressometer Uji Modulus Elastisitas
pH meter Mengukur nilai pH
Mulai
Kesimpulan
Selesai
34
3.9 Jadwal Rencana Penelitian
Pelaksanaan Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 6 (enam) bulan
dengan rincian masing-masing kegiatan seperti disajikan pada Tabel 7 berikut ini.
35